Rencana Strategis. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Tahun
|
|
- Johan Iskandar
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rencana Strategis Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Tahun
2 Rencana Strategis Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Tahun
3 DAFTAR SINGKATAN AD/ART APBN APBD Bappenas BRC CSO IBP IT KIP KiPAD OBS Pernas PPID SAPA SDA SDM Seknas Sijar SOP TAF UKP4 : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Budget Resources Center : Civil Society Organization : International Budget Partnership : Information technology : Komisi Informasi Pusat : Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah : Open Budget Survey : Pertemuan Nasional : Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi : Strategic Alliance for Poverty Alleviation : Sumber Daya Alam : Sumber Daya Manusia : Sekretariat Nasional : Simpul Jaringan : Standard Operating Procedures : The Asia Foundation : Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan i
4 Sambutan Ketua Dewan Nasional FITRA Ibu Zumrotin K Susilo
5 Sambutan Ketua Dewan Nasional FITRA Ibu Zumrotin K. Susilo Salam Transparansi, Pada Pertemuan Nasional bulan Juni tahun 2011 di Surabaya, FITRA telah menetapkan Dokumen Perencanaan Strategis bersamaan dengan terpilihnya Sekretaris Jenderal dan tujuh orang anggota Dewan Nasional. Setelah berjalan satu tahun maka dilakukan upaya untuk mendiagnosis internal organisasi dari tingkat nasional dan hampir seluruh anggota jaringan yang menunjukkan kondisi kapasitas kelembagaan maupun kapasitas perencanaan yang masih belum sepenuhnya baik. Sehingga hal ini sangat mempengaruhi kualitas strategi dan taktik untuk mencapai hasil advokasi anggaran yang efektif. Persepsi dan harapan yang disampaikan pemangku kepentingan baik dari unsur pengambil kebijakan, kelompok masyarakat sipil, lembaga donor dan media menunjukkan bahwa hal-hal yang harus direspon FITRA dengan serius berkaitan dengan orientasi/pilihan posisi, strategi, analisis legislasi, dampak di level negara, depolitisasi anggaran dan oligarkhi politik. Kemudian mampu merumuskan alternative kebijakan anggaran yang lebih baik. Selain itu sumber pembiayaan baru untuk menjaga keberlanjutan gerakan harus dipikirkan oleh semua elemen dalam organisasi. Pilihan posisi sebagai organisasi kajian dan advokasi menjadi landasan penting mereformulasi Renstra yang sudah ada dengan diawali oleh refleksi dan restrospeksi kinerja selama satu tahun melalui Musyawarah Nasional. Hal ini semata-mata untuk mewujudkan FITRA sebagai organisasi kajian dan advokasi yang memiliki integritas dan independensi daam rangka meningkatkan derajat kedaulatan rakyat atas anggaran. Dokumen perencanaan strategis FITRA ini merupakan hasil kerja keras semua pihak meliputi Sekretariat Nasional, Simpul Jaringan dan Dewan Nasional. Semoga bermanfaat dan membawa pengaruh perubahan kebijakan anggaran yang lebih transparan, berkeadilan dan mensejahterakan masyarakat. ii
6 DAFTAR ISI Daftar Singkatan... I Sambutan Ketua Dewan Nasional FITRA... ii Daftar Isi... iii BAB I Profil Organisasi... 1 BAB II Metodologi BAB III Pengembangan Strategi BAB IV Pengukuran Kinerja BAB V Faktor Kunci Keberhasilan dan Manajemen Transisi Lampiran Lampiran 1: Matrik Agenda Riset dan Advokasi Lampiran 2: Rencana Kerja dan Skema Pendanaan Lampiran 3: Rencana Biaya Operasional iii
7 1 Profil Organisasi
8 BAB I PROFIL ORGANISASI A. Sejarah Singkat Organisasi Bergulirnya reformasi tahun 1998, berkonsekuensi terhadap mengemukanya tuntutan akan isu good governance sebagai prinsip bernegara. Anggaran sebagai instrumen pemerintah menyejahterakan rakyatnya menjadi tuntutan berbagai pihak. Guna merespon momentum tersebut maka pada bulan September 1999 Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) dilahirkan dengan menempatkan isu anggaran sebagai instrumen strategis mendorong terciptanya good governance 1. Untuk menjamin politik anggaran yang pro rakyat dengan prinsip akuntabel dan partisipatif, maka transparansi dipilih menjadi strategi perjuangan. Atas dasar itu, FITRA menuntut dipenuhinya hak-hak rakyat untuk terlibat dalam seluruh proses penganggaran, mulai dari proses penyusunan, pembahasan, pelaksanaan anggaran sampai pada evaluasinya. FITRA bersama seluruh komponen rakyat membangun gerakan transparansi anggaran hingga terciptanya anggaran negara yang memenuhi kesejahteraan dan keadilan rakyat. Perjuangan FITRA atas anggaran ditujukan untuk pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial, budaya dan politik. Dengan pilihan posisi seperti itu, FITRA sesungguhnya hendak menegaskan kepada para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan baik negara, PBB, organisasi internasional, lembaga keuangan internasional, perusahaan multinasional maupun kelompok lain yang potensial merusak transparansi anggaran dan sumber sumber kehidupan rakyat, bahwa rakyatlah pemilik kedaulatan atas transparansi anggaran dan sumber-sumber kehidupan rakyat 2. Sejak berdiri FITRA telah melakukan gerakan transparansi anggaran dengan berbasiskan pada penguatan komunitas basis dan penguatan jaringan pada tingkat lokal. Upaya ini telah memberikan pengaruh positif terhadap kesadaran masyarakat ditingkat grass root akan pentingnya melakukan kontrol dan mendorong proses transparansi dalam pengelolaan anggaran, guna mewujudkan kedaulatan rakyat atas anggaran. Pada awalnya FITRA memiliki tingkatan organisasi yaitu Sekretariat Nasional (Seknas) yang berkedudukan di Jakarta dan Simpul Jaringan (Sijar) yang berkedudukan di tingkat kabupaten/kota di Indonesia. Berdasarkan hasil Pertemuan Nasional (Pernas) 3 tahun 2008 kedudukan Sijar didorong untuk berada pada tingkat provinsi atau 1 Laporan Pertanggungjawaban Seknas FITRA Mukadimah dalam Statuta FITRA 3 Pertemuan Nasional (Pernas) adalah forum tertinggi organisasi untuk merubah statuta, memilih Dewan Nasional dan memilih Sekretaris Jendral 1
9 memperluas area advokasi kebijakan perencanaan penganggaran provinsi dan beberapa kabupaten/kota di wilayah tersebut. B. Produk dan Layanan Sebagai organisasi non pemerintah yang independen FITRA tetap memiliki tanggung jawab untuk bekerja pada dua dimensi sekaligus yaitu melakukan penguatan kepada masyarakat sipil (empowerment) dan mendorong perubahan kebijakan kepada pemerintah (enlightenment). Dalam hal ini masyarakat sipil membutuhkan informasi akurat dan ketrampilan yang memadai untuk mengontrol serta memastikan kebijakan, program dan anggaran dari pemerintah bermanfaat langsung kepada masyarakat. Di sisi lain pemerintah sebagai pengambil kebijakan hanya berpedoman pada hal-hal yang bersifat administratif, prosedural, birokratis dan tertutup. Sehingga kritik dan masukan mutlak dibutuhkan untuk memperkaya sudut pandang dan mencerahkan pemerintah supaya memprioritaskan keberpihakan kepada masyarakat dalam membahas dan menyusun kebijakan. Berikut ini adalah produk yang sudah dihasilkan oleh FITRA dan layanan yang selama ini sudah dijalankan : 1. Produk FITRA telah berkontribusi terhadap meningkatnya kesadaran, pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan penganggaran serta mempengaruhi proses pengambilan kebijakan anggaran oleh pemerintah dan legislatif. Produkproduk yang dihasilkan antara lain buku, policy/budget brief, konferensi, seminar, modul, software, website dan film. Berikut ini adalah perkembangan produk yang dihasilkan FITRA selama kurun waktu tahun : Grafik I Perkembangan Produk FITRA Perkembangan Produk Konferensi Film Website Software Booklet Modul Budget Brief Buku 2
10 2. Layanan FITRA menetapkan Budget Resources Center (BRC) 4 atau Pusat Pengetahuan Anggaran sebagai sarana melakukan kerja-kerja rutin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sipil dan pengambil kebijakan baik di tingkat nasional maupun daerah. Adapun fungsi BRC ini adalah menjadi pusat informasi anggaran, pusat analisis anggaran, pusat belajar anggaran dan pusat advokasi anggaran. Bagan I Budget Resources Center Pusat Informasi Anggaran Pusat Advokasi Anggaran Pusat Pengetahuan Anggaran Pusat Analisis Anggaran Pusat Belajar Anggaran Berikut ini adalah bentuk layanan yang dilakukan FITRA melalui BRC: a. Pusat Informasi Anggaran Unit ini berfungsi untuk menginventarisasi dan mendokumentasikan data perencanaan dan anggaran. Kemudian mengolah dengan format lebih sederhana untuk dipublikasikan kepada masyarakat sipil secara mudah. b. Pusat Analisis Anggaran Fungsi kajian atau analisis dilakukan terhadap data perencanaan dan anggaran yang sudah diolah untuk menghasilkan temuan-temuan terkait konsistensi perencanaan terhadap anggaran, efisiensi anggaran dan efektifitas kebijakan anggaran. Hasil analisis ini kemudian diproduksi menjadi catatan kritis, policy brief, budget brief, position paper dan press release. 4 Hasil keputusan Pertemuan Nasional bulan April tahun 2008 di Medan 3
11 c. Pusat Belajar Anggaran Berbagai peran yang dijalankan diantaranya adalah pengembangan kurikulum pendidikan, penyediaan wahana magang analisis dan fasilitasi pelatihan untuk mahasiswa, ormas, CSO, DPR, DPRD dan Pemerintah Daerah. d. Pusat Advokasi Anggaran Upaya yang dilakukan untuk mencapai perubahan kebijakan diantaranya melalui public campaign, diskusi publik, roadshow, lobby, technical assistance dan public hearing C. Jangkauan Wilayah Kerja di Indonesia Secara kelembagaan FITRA beranggotakan empat belas organisasi yang dinamakan dengan istilah Simpul Jaringan (Sijar). Kedudukan Sijar terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Riau, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Sulawesi Selatan-Barat. Adapun jangkauan kerja FITRA dalam kaitannya dengan kegiatan riset dan advokasi untuk mengukur Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah (KiPAD) serta efektifitas kebijakan anggaran pada sektor Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur dalam tiga tahun terakhir ( ) sebagaimana tergambar dalam peta sebagai berikut 5 : Selain itu jaringan kerja untuk mendorong lahirnya inovasi pemerintah daerah dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan juga dilakukan melalui aliansi yang bernama Strategic Alliance for Poverty Alleviation (SAPA) di tujuh daerah yaitu Kota Banda Aceh, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Jembrana dan Kota Makassar 6. 5 Laporan Penelitian Local Budget Study di 42 Kab/ Kota tahun Seknas FITRA TAF, Mei Laporan Program Pengembangan Resource Center Anggaran Pemenuhan Hak Dasar, Agustus
12 D. Profil Jaringan FITRA telah membangun jaringan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Profil jaringan di dalam negeri terdiri dari: (1) Simpul Jaringan, (2) Jaringan Kerja Penelitian - Advokasi, (3) Pengambil Kebijakan, (4) Media dan (5) Koalisi/Aliansi Strategis Koalisi/ Aliansi Grafik 2 - Profil Jaringan Media Sijar Policy Makers Riset & Adv 32 Hubungan dengan pengambil kebijakan di tingkat nasional terjalin melalui kemitraan strategis terhadap Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, DJPK Kementerian Keuangan, Kementerian Kesehatan, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dan Komisi Informasi Pusat. 5 FITRA terlibat dalam penyusunan panduan konsultasi publik serta penyusunan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi bersama Bappenas. Adapun rekomendasi hasil analisis maupun penelitian terkait dengan sistem anggaran daerah ditindaklanjuti menjadi Peraturan dan Surat Keputusan Mendagri. Sedangkan bersama UKP4, FITRA menjadi tim inti dalam mengimplementasikan komitmen global terkait Open Government Partnership (OGP) di Indonesia. Koalisi atau aliansi strategis yang terbangun selama ini meliputi Koalisi Menolak PP 37, Kelompok Kerja Otonomi Daerah untuk agenda revisi UU 32 tahun 2004, Koalisi APBN Kesejahteraan Rakyat, Strategic Alliance for Poverty Alleviation (SAPA) dan Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pemilu. Dalam grafik 2 diatas menunjukkan hubungan jaringan bersama CSO di tingkat daerah baik melalui keanggotaan Sijar maupun jaringan penelitian-advokasi jauh lebih besar dibandingkan dengan jaringan kepada pengambil kebijakan dan media massa. Sedangkan jaringan kerja di luar negeri FITRA menjadi core team dari International Budget Partnership (IBP), ANSA dan Task Force on Financial Integrity and Economic Development. Bersama IBP kerja-kerja yang dilakukan meliputi Open Budget Survey (OBS) di Indonesia yang merupakan bagian dari survey di 110 negara, Sub National Index di Indonesia, Brazil dan Afrika Selatan dengan mengembangkan instrumen LBI secara generik, Annual Partnership Initiative Meeting dan Social Audit Exchange. 5
13 Simpul Jaringan: Nama Sijar Wilayah Kerja Strategic Achievment/Typical FITRA Sumut FITRA Sumsel FITRA Riau FITRA Sukabumi FORMASI Kebumen FITRA Jateng Provinsi Sumut, Kota Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Karo, Dairi, Pak-Pak Barat dan Nias Barat Provinsi, Kota Palembang, Ogan Ilir dan Musi Banyuasin Provinsi, Kab. Kampar, Kota Pekanbaru, Kab. Bengkalis, Kab. Kepulauan Meranti Kab. Sukabumi, Kota Sukabumi Kab. Kebumen Provinsi, Kab. Klaten, Kab. Jepara FITRA Jatim Provinsi, Kab. Tuban, Kab. Bojonegoro, Kab. Lamongan, Kab. Situbondo, Kab. Bondowoso, Kab. Probolinggo, Kota Probolinggo, Kota Probolinggo, Kab. Jember, Kab. Ngawi, Kota Madiun, Kab. Magetan, Kab. Banyuwangi, Kab. Jembrana - Penerbitan policy brief terkait pembentukan PPID di Kabupaten Serdang Bedagai - Penerbitan policy brief efisiensi belanja birokrasi daerah pemekaran - Capacity building ormas islam dan jurnalis - Menjadi referensi media terhadap isu anggaran - Analisis anggaran pendidikan Kota Palembang tahun Tanggapan atas Nota Keuangan APBD Provinsi Sumsel Pengembangan riset advokasi penerimaan dari sektor Kehutanan, Migas dan Pertambangan - Pengembangan audit sosial program kesehatan menggunakan media fotografi - Pengembangan inovasi pagu indikatif kecamatan untuk mendukung program percepatan penanggulangan kemiskinan - Penguatan kelompok kerja perencanaan penganggaran dari tingkat desa sampai kabupaten - Inovasi kebijakan kuota kecamatan - Integrasi perencanaan program nasional penanggulangan kemiskinan dalam perencanaan reguler daerah - Kolaborasi analisis dan advokasi anggaran bersama kelompok media - Pengembangan instrumen penelusuran dan investigasi pelaksanaan program pendidikan - Pengembangan klinik anggaran bagi CSO, Pemda dan DPRD - Peningkatan kapasitas DPRD untuk mengoptimalkan fungsi anggaran - Pengembangan instrumen uji akases pelayanan informasi anggaran 6
14 Nama Sijar Wilayah Kerja Strategic Achievment/Typical POKJA 30 YASMIB Sulselbar Provinsi, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kab. Bulungan, Kab. Berau Provinsi Sulsel, Provinsi Sulbar, Kota Makassar, Kab. Polewali Mandar, Kab. Mamuju - Inisiasi Peraturan Gubernur tentang pengelolaan Dana Bantuan Sosial Provinsi Kaltim - Pengembangan monitoring penerimaan sektor Migas, Kehutanan dan Minerba - Pengembangan instrumen advokasi gender budget dalam perencanaan penganggaran - Inovasi pengembangan wahana partisipasi warga untuk penanggulangan kemiskinan E. Struktur Organisasi Melalui Pertemuan Nasional sebagai forum permusyawaratan tertinggi FITRA, telah memetapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) dan Dewan Nasional. Kedudukan Sekjen bertanggung jawab atas Sekretariat Nasional (Seknas) dan Simpul Jaringan (Sijar). Bagan 2 Struktur Pelaksana Seknas FITRA Dewan Nasional Sekretaris Jenderal Resource Center Divisi Politik Anggaran Negara Divisi Pengembangan Jaringan Daerah Divisi Keuangan Divisi Sekretariat Research & Development Accounting Janitor Database & Informasi Finance Officer Program Assistant F. Profil Sumber Daya Manusia Seknas FITRA berada dibawah tanggung jawab Sekretaris Jenderal. Dalam hal pengambilan keputusan strategis Sekjen didukung oleh tiga pimpinan yaitu Kepala Divisi Politik Anggaran Negara, Direktur Resources Center dan Kepala Divisi Pengembangan Jaringan Daerah melalui Rapat Pimpinan. 7
15 Divisi Resource Center didukung oleh Unit Research and Development dan Unit Database dan Informasi untuk melakukan pengembangan inovasi serta diseminasi produk-layanan organisasi. Adapun Divisi Politik Anggaran Negara dan Divisi Pengembangan Jaringan Daerah secara struktur tidak memiliki unit-unit pendukung sehingga dalam menjalankan kinerjanya lebih banyak menggunakan tenaga volunteer (relawan) dan magang. Sekretaris Jenderal Magister Management Pembangunan Sosial Pengalaman 11 tahun Kepala Divisi Politik Anggaran Negara Magister Management Lingkungan Pengalaman 11 tahun Direktur Resource Center Sarjana Peternakan Pengalaman 9 tahun Kepala Divisi Pengembangan Jaringan Daerah Sarjana Biologi Pengalaman 9 tahun Yuna Farhan Karimuda Batubara Yenny Sucipto Hadi Prayitno Kepala Keuangan Magister Akuntansi Pengalaman 17 tahun Kepala Sekretariat Magister Management Lingkungan Pengalaman 12 tahun Koordinator Research & Development Sarjana Hukum Pengalaman 4 tahun Koordinator Database & Informasi Sarjana Ilmu Komunikasi Pengalaman 3 tahun Susilo Kristiaji Wa Ode Nurjana H. M. Maulana Ahmad Taufik Staff R&D Magister Management Lingkungan Pengalaman 4 tahun Staff R&D Sarjana Ekonomi Pengalaman 3 tahun Accounting Sarjana Akuntansi Pengalaman 8 tahun Finance Officer D-III Akuntansi Pengalaman 3 tahun Eva Mulyanti Lukman Hakim Friska Hanakin Annisya Sofiana Finance Officer D-III Akuntansi Pengalaman 3 tahun Staff Publikasi Sarjana Komunikasi Pengalaman 3 tahun Janitor SLTA Pengalaman 3 tahun Semii Yanti Euis Marlina Wandi Irawan Perkembangan staf merupakan cerminan dari kapasitas SDM yang berpengaruh besar terhadap keberlanjutan organisasi. Selama empat tahun ( ) pertumbuhan staf FITRA cukup besar dan turn over yang dialami relatif kecil. 8
16 Millions Millions Grafik 3 Perkembangan Staff FITRA Masuk Keluar Jml G. Kerangka Finansial Dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun FITRA telah membukukan pertumbuhan pendapatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, khususnya pada 3 tahun terakhir yaitu periode Jika pada tahun 2007 FITRA hanya mengumpulkan pendapatan sebesar Rp ,00 maka pada tahun 2011 pendapatan yang dikumpulkan meningkat menjadi Rp ,00 atau naik 20 kali lipat atau 2000%. Grafik 4 Activity Report (Revenue Againts Expenses) For The Year Rp9,000 Rp8,000 Rp7,000 Rp6,000 Rp5,000 Rp4,000 Rp3,000 Rp2,000 Rp1,000 Rp Expenses Revenue Net Assets Grafik 5 Financial Position for The Year Rp4,000 Rp3,500 Rp3,000 Rp2,500 Rp2,000 Rp1,500 Rp1,000 Rp500 Rp Asset Liabilitas Asset Bersih 9
17 Kenaikan pendapatan tersebut mengakibatkan kenaikan aset bersih (pendapatan dikurangi beban) dengan proporsi yang hampir sama yaitu 16 kali lipat atau 1600%. Seiring dengan peningkatan pendapatan dalam kurun waktu tersebut, posisi keuangan FITRA juga mengalami peningkatan yang cukup menggembiarakan. Jika total aset pada tahun 2007 sebesar Rp ,00 maka pada tahun 2011, mencapai Rp ,00. Hal-hal tersebut tentu saja diakibatkan oleh semakin meningkatnya kepercayaan para donor akan eksistensi dan kredibilitas FITRA sebagai organisasi masyarakat sipil yang cukup berperan dalam mempromosikan transparansi anggaran yang pro rakyat. Tabel 1 Data Pendapatan FITRA Tahun Pendapatan Beban Aset Bersih Tabel 1 Data Posisi Keuangan FITRA Tahun Aset Liabilitas Aset Bersih H. Sarana Penunjang Berikut ini adalah gambaran singkat sarana penunjang yang dikelola oleh Sekretariat Nasional yaitu meliputi ketersediaan, kelayakan dan status kepemilikan kantor serta perlengkapannya. 1. Kantor Seknas FITRA beralamat di Jl K no.3 7, Mampang Prapatan IV, Kelurahan Mampang Prapatan, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta.Selatan, Kantor masih berstatus kontrak tahunan dengan kapasitas 1 ruang administrasi dan ruang tamu, 1 ruang kerja utama, 2 ruang meeting, 1 ruangan gabung perpustakaan, 4 ruang kerja, 1. uang arsip, 1 kamar tidur untuk janitor, 1 ruang dapur, 2 toilet, dan teras luar. 2. Peralatan/perlengkapan kantor Nama Barang Merk/Brand Jmh (unit) Televisi Samsung 1 White board biasa Sakura 3 Filling Cabinet Elite 4 Lemari/rak buku/arsip Olimpic, Daico Meja kerja Olimpic 22 Meja rapat 3 Kursi kerja & kursi rapat 22 Furnitur 6 10
18 Nama Barang Merk/Brand Jmh (unit) Rak buku besi - 2 Brankas uang 1 AC LG 6 Kipas angin Cosmos, Miyako 3 Mesin fax Sharp 1 PABX KX - TES824 Panasonic 7 Printer HP Laserjet 1020, XP laserjet CP Hardisk external 500 G Toshiba, Seagate 3 Modem - 1 Laptop Zenbook UX31E (Ultrabook, Asus, Apple, 7 Compaq) PC Maxpower, Samsung, IBM, Powerlogic 10 LCD LG, Accer, Samsung, 11 Layar Infocus Fun cot 1 Projector Infocus 102 DLP 1 Barcode - 1 Stabilizer Toyosaki 2 Toa N29 1 Kulkas Politron 1 Mejicom Yongma Dispenser Sanken 1 Kompor gas Rinnai 1 Tabung gas 12 kg + Elpiji 1 selang & regulator Kasur Fista foam 1 11
19 2 Metodologi
20 BAB II METODOLOGI A. Pendekatan Pendekatan perencanaan strategis Fitra ini menggunakan pendekatan scenario planning. Dasar pertimbangan penggunaan pendekatan skenario adalah; Pertama, dalam konteks demokratisasi di Indonesia, isu perencanaan penganggaran merupakan isu yang relevan dan kontekstual di level makro (negara), meso (provinsi, kabupaten, kecamatan) dan mikro (desa); Kedua, isu anggaran memiliki karakter yang dinamis, uncertainty dan fluctuate, sehingga diperlukan pendekatan yang realistik, fleksibel dan akomodatif; Ketiga, keragaman karakter simpul jaringan dan cakupan wilayah kerja membutuhkan pendekatan perencanaan yang mampu mengelaborasi, mengkonstruksi dan menyatukan preferensi arah masa depan perwujudan kedaulatan rakyat atas anggaran; Keempat, isu anggaran di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari situasi ketidakpastian arah reformasi, perkembangan politik, kepemimpinan, tingkat kesejahteraan dan sebagainya; Kelima, isu perencanaan penganggaran selalu paralel dengan isu tuntutan pembangunan partisipatif, otonomi daerah, good governance, perubahan peran pemerintah dan sebagainya. Pendekatan skenario diperlukan untuk menemukan faktor penggerak kritis yang dapat menjadi leverage point bagi perencanaan masa depan FITRA Pendekatan skenario dalam proses perencanaan strategis ini secara fundamental bertujuan untuk menciptakan preferensi kolektif dan model mental dalam mengelola perubahan bagi seluruh anggota jaringan di berbagai level. Preferensi kolektif dan mental model tersebut secara konsisten akan menjadi panduan dalam merumuskan arah masa depan dan formulasi strategi FITRA B. Tahapan, Metode dan Pihak yang Terlibat No Tahapan Metode Pihak yang Terlibat 1 Refleksi dan evaluasi internal Seknas FITRA 2 Diagnostik organisasi dan asesmen kebutuhan anggota-anggota potensial Fitra 3 Pemetaan persepsi dan harapan stakeholder Refleksi Studi dokumen, FGD, wawancara mendalam, visitasi dan verifikasi Wawancara mendalam Tim Seknas Fitra Stakeholder internal, konsultan Stakeholder Eksternal, konsultan 4 Lokarya multipihak Scenario Planning Stakeholder internal, representasi stakeholder eksternal dan konsultan 12
21 No Tahapan Metode Pihak yang Terlibat 5 Penyusunan rencana strategis 6 Penyusunan dan finalisasi dokumen renstra Lokakarya dan musyawarah nasional Mini workshop Stakeholder internal dan representasi stakeholder eksternal dan konsultan Konsultan dan anggota tim perumus Secara skematis, alur penyusunan rencana strategis FITRA adalah sebagai berikut : C. Partisipan yang terlibat Lokakarya Multipihak Dialog Skenario FITRA 2023 Hotel Sofyan Betawi, Cikini Jakarta Pusat, Mei Zumrotin Ketua Dewan Nasional FITRA 2. Abdi Suryaningati Wakil Sekretaris Dewan Nasional FITRA 3. Prof. Ahmad Erani Yustika Anggota Dewan Nasional FITRA 4. Arie Sujito Wakil Ketua Dewan Nasional FITRA 5. Kristiawan Ketua DPRD KabupatenTuban Jatim 6. Dahkelan Koordinator FITRA Jatim 7. Mustika Aji FORMASI Kebumen 8. Apung Widiadi Peneliti Korupsi Politik ICW 13
22 9. Benjamin K. Davis AusAID 10. Meisyi AusAID 11. Sandra Hamid Country Representative TAF 12. Erman Rahman Director LEG TAF 13. Laurel McLaren Deputy Country Representative TAF 14. Waliaji DJPK Kemenkeu 15. Setyo Budiantoro Direktur Eksekutif The PRAKARSA 16. Abdul Waidl P3M 17. Fakhrulsyah Mega KKI-PK/ Sekretariat SAPA 18. Fitriana Nur TAF 19. Yuna Farhan Sekretaris Jendral FITRA 20. Hadi Prayitno Kepala Divisi Pengembangan Jaringan Daerah 21. Yenny Sucipto Direktur Resource Center Seknas FITRA 22. Susilo Kristiaji Kepala Keuangan Seknas FITRA 23. Wa Ode Nurjana Kepala Sekretariat Seknas FITRA 24. Salbiyah Mushanif Program Assistant Musyawarah Nasional Refleksi Restrospeksi Kinerja dan Reformulasi Perencanaan Strategis FITRA Hotel Aston Tropicana, Cihampelas Bandung, Juni Zumrotin Ketua Dewan Nasional FITRA 2. Arie Sujito Wakil Ketua Dewan Nasional FITRA 3. Yusuf Murtiono Sekretaris Dewan Nasional 4. Abdi Suryaningati Wakil Sekretaris Dewan Nasional FITRA 5. Prof. Ahmad Erani Yustika Anggota Dewan Nasional FITRA 6. Dadang Trisasongko Anggota Dewan Nasional 7. Liem Kheng Sia Anggota Dewan Nasional 8. Rurita Ningrum Koordinator FITRA Sumut 9. Nunik Handayani Koordinator FITRA Sumsel 10. Usman Koordinator FITRA Riau 11. Erwin Syahrial Koordinator FITRA Depok 12. Ajat Zatnika Program Manager FITRA Sukabumi 13. Sabiq Al Fauzi Staf FITRA JawaTengah 14. Fuad Habib Koordinator FORMASI Kebumen 15. Dahkelan Koordinator FITRA Jatim 16. Safriatna Ach Koordinator SOLUD NTB 17. Carolus Tuah Koordinator Pokja 30 Kaltim 18. Abdul Azis Patturungi Direktur YASMIB Sulselbar 14
23 19. Yuna Farhan Sekretaris Jendral FITRA 20. Uchok Sky Khadafi Kepala Divisi Politik Anggaran Negara 21. Hadi Prayitno Kepala Divisi Pengembangan Jaringan Daerah 22. Yenny Sucipto Direktur Resource Center Seknas FITRA 23. Susilo Kristiaji Kepala Keuangan Seknas FITRA 24. Wa Ode Nurjana Kepala Sekretariat Seknas FITRA 25. H. M. Maulana Koordinator Research and Development 26. Ahmad Taufik Koordinator Database dan Informasi 27. Salbiyah Mushanif Program Assistant 28. Fitriana Nur PO Knowledge Sector TAF Narasumber : 1. Irwan Julianto Dewan Redaksi KOMPAS 2. A. Alamsyah Saragih Komisioner Komisi Informasi Pusat 3. Diastika C. Rahwidiati AusAID 4. Sandra Hamid TAF 15
24 3 Pengembangan Strategi
25 BAB III PENGEMBANGAN STRATEGI Landasan dalam mereformulasi rencana strategis FITRA adalah: (1) Hasil scenario planning FITRA 2022; (2) Adanya peluang sumber pendanaan jangka panjang yang memungkinkan Fitra untuk mengambil peran strategis dalam sector pengetahuan di Indonesia; (3) Harapan stakeholder agar Fitra mereposisikan menjadi lembaga advokasi berbasis bukti (research based evidence); (4) Masih terbatasnya organisasi yang bergerak di isu anggaran; (5) Proses perencanaan-penganggaran dan kebijakan anggaran masih menempatkan rakyat dalam posisi yang tidak bermakna; (6) Kelima hal itu menjadi landas pacu bagi Fitra untuk melakukan pembenahan yang komprehensif terkait dengan pengembangan kapasitas, perencanaan dan pelaksanaan agenda riset dan advokasi. A. Mandat Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) didirikan dalam rangka menuntut dipenuhinya hak-hak rakyat untuk terlibat dalam seluruh proses penganggaran, mulai dari proses penyusunan, pembahasan, pelaksanaan anggaran sampai pada evaluasinya. Fitra bersama seluruh komponen rakyat membangun gerakan transparansi anggaran hingga terciptanya anggaran negara yang memenuhi kesejahteraan dan keadilan rakyat. Upaya membangun gerakan transparansi anggaran ini diupayakan dengan penuh integritas, independen dan inovatif. Integritas adalah pengejawantahan dari spirit organisasi untuk menjaga keutuhan antara apa dipikirkan, dikatakan dan dilakukan. Keutuhan itu akan menjamin terwujudnya sikap dan perilaku anggota organisasi yang bersih, terbuka dan bertanggung jawab. Independen merupakan perwujudan dari sikap tidak berpihak, non partisan dan tidak mengelola anggaran yang bersumber dari pemerintah maupun pinjaman luar negeri. Sedangkan inovatif adalah komitmen untuk mengedepankan penciptaan pengetahuan, keterampilan dan kiat-kiat baru dalam upaya memperbaiki produk kebijakan yang lebih visioner, kontekstual, substansif dan signifikan dengan visi, misi dan tujuan organisasi. B. Visi Menjadi lembaga kajian dan advokasi yang kapabel, kredibel dan berpengaruh untuk meningkatkan derajat kedaulatan rakyat atas anggaran. C. Misi 1. Meningkatkan kapasitas, profesionalitas dan efektivitas kelembagaan ditingkat nasional dan simpul jaringan; 2. Menghasilkan produk dan layanan yang bermutu, inovatif dan mampu menstimulir kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam menentukan kebijakan anggaran dan bantuan pembangunan; 16
26 3. Menghasilkan kajian yang dapat menjadi rujukan bagi para aktivis gerakan transparansi anggaran, komunitas akademik dan pengambil kebijakan; 4. Mengembangkan model advokasi berbasis riset di berbagai level; 5. Memperkuat basis konstituen dan memperluas jaringan advokasi untuk meningkatkan derajat kedaulatan rakyat atas anggaran. D. Tata Nilai 1. Nilai Fundamental a. Kejujuran b. Keadilan c. Kesetaraan d. Kemandirian 2. Nilai Bertindak a. Transparansi. (internal) Manajemen organisasi dilaksanakan secara terbuka kepada seluruh staf dan jaringan FITRA. Dan (eksternal) FITRA sebagai badan publik, dalam melaksanakan setiap kegiatan-kegiatannya selalu menyediakan informasi yang cukup dan membuka akses informasi seluas-luasnya sesuai dengan statuta FITRA dan ketentuan perundangan; b. Akuntabilitas. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan dari sisi input, output, dan outcome kepada internalmanagement, dewan nasional, anggota FITRA, lembaga donor, dan publik secara luas berdasarkan rencana strategis, SOP, peraturan perundangan yang berlaku dan moral. Dan tidak ada kompromi bagi staf dan anggota FITRA yang terbukti melakukan korupsi; c. Partisipasi. Terbuka untuk keterlibatan berbagai komponen internal organisasi dan kelompok lain dalam pengambilan keputusan-keputusan penting; d. Kemandirian. Merdeka dalam bertindak dan pengambilan keputusan organisasi; e. Kesetaraan. Perlakuan setara kepada setiap orang; f. Anti Kekerasan. Tidak mempraktekkan/menggunakan dan tidak memberikan toleransi terhadap kekerasan fisik maupun psikis; g. Profesionalisme. Bertanggungjawab terhadap tugas dan fungsinya, cakap dalam bidangnya dan dapat dipercaya; h. Efisien & Efektif. Hemat dalam pemanfaatan sumberdaya untuk menghasilkan output yang maksimal. Menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk hasil yang tepat sasaran dan memiliki manfaat yang maksimal bagi organisasi dan hajat hidup orang banyak; i. Kesukarelawanan. Ikhlas berbuat lebih dari tuntutan tanggungjawabnya dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama. 17
RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)
RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program
Lebih terperinciIndependensi Integritas Profesionalisme
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan
Lebih terperinciLOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011
LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 GOAL/IMPACT TINGKATAN TUJUAN/HASIL INDIKATOR SUMBER VERIFIKASI ASUMSI Meningkatnya akuntabilitas, peran dan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciIndependensi Integritas Profesionalisme
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPenanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana
CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS
Lebih terperinciLAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012
LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat pada awal Tahun 2012 telah melaksanakan pertemuan internal membahas rencana strategis (Renstra) 2011-2015 dan
Lebih terperinciKeterbukaan Informasi Publik di Indonesia
Seri Pembelajaran PATTIRO: Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Oleh: Ahmad Rofik 1 Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Implementasi UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Lebih terperinciBAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2006-2010 Sambutan Ketua BPK Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciRENCANA KERJA TAHUN 2015
RENCANA KERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN JL. KAPTEN A. RIVAI PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 adalah Rencana Operasional
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025
BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO
Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.
Lebih terperinciDESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages
DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan
0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang
Lebih terperinciHidup dan Sumber Daya Alam
KERTAS POSISI Lima Tahun Pemberlakuan UU Keterbukaan Informasi Publik Buka Informasi, Selamatkan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam April 2015 Pengantar Masyarakat sipil Indonesia mengapresiasi langkah
Lebih terperinciBUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciGUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciBUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
Lebih terperinci16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU
ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan Menjadi Anggota 1. Persyaratan menjadi Anggota Partai Jariibu adalah sebagai berikut : a. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin
Lebih terperinciRoad Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun
Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-2023 1. Latar Belakang Mengantisipasi tantangan ke depan yang semakin kompleks, diperlukan upaya pemberantasan korupsi yang komprehensif
Lebih terperinciB A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI
B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI Paparan bab ini tidak menjelaskan tentang kegiatan pemantauan dan evaluasi sanitasi tetapi hanya memuat tentang strategi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dengan
Lebih terperincibirokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam
RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 3 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 3 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA CILEGON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CCSR) DI KOTA CILEGON
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDRAFT RENCANA STRATEGIS
DRAFT RENCANA STRATEGIS UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012-2017 DISCLAIMER: Draft ini diedarkan dalam mailing list DosenUGM dalam rangka mensukseskan Pemilihan Dekan di lingkungan UGM Tahun 2012. Materi
Lebih terperinciTENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung
Lebih terperinciKertas Posisi Lima Tahun Pemberlakukan UU KIP di bidang LH SDA, April 2015.
5 Catatan dari 5 Tahun Pemberlakuan UU KIP 1 UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP) telah disahkan sejak tahun 2008 dan mulai berlaku efektif pada Mei 2010. Sepanjang 2010 hingga kini, upaya mengakselerasi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012
draft LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 Workshop Four Seasons, 26 28 Maret 2012 LATAR BELAKANG Arahan Wakil Presiden Maret 2010 PNPM adalah kebijakan nasional mengenai pemberdayan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU
BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu
Lebih terperinciSekretariat Jenderal KATA PENGANTAR
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah
Lebih terperinciLIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK:
Kertas Posisi LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK: Buka Informasi, Selamatkan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam! Disusun oleh: ICEL, Seknas FITRA, IPC, JARI Kalteng, JARI Borneo,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
www.unduhsaja.com SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KEMENTERIAN DALAM
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah
Lebih terperinciKERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)
KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciAnggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH
Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat
Lebih terperinciKomite Advokasi Nasional & Daerah
BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MELAWI
PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS
BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian
Lebih terperinciEVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD
9 AGUSTUS 201 1 EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD Dalam rangka pelaksanaan evaluasi kelembagaan pemerintah pada Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, sesuai permenpan dan RB Nomor 7 Tahun 2011
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif
1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)
Lebih terperinciDEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR Disusun oleh : BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami
Lebih terperinciID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2
ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut pasal 373 ayat (4) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pembinaan yang bersifat umum dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R
No.546, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Litbang. Pedoman. Peencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah
Lebih terperinciBab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor
Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor 7.1. Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Tujuan utama strategi monitoring dan evaluasi (monev) ini adalah menetapkan kerangka kerja
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana
Lebih terperinciTRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito
TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA Arie Sujito Apa pelajaran berharga yang dibisa dipetik dari perubahan desa sejak UU No. 6/ 2014? Apa tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan
Lebih terperinci2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg
No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN
Lebih terperinciSistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
PANDUAN Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Disusun oleh Tim Pengembang Lembaga (TPL) LPMP/ BDK Klaster II BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinci