BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
|
|
- Widyawati Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis Auditing Pengertian auditing The American Accounting Association Committee on Basic Auditing Concepts mendefinisikan auditing sebagai proses sistematik pencarian dan pengevaluasian secara objektif bukti mengenai asersi tentang peristiwa dan tindakan ekonomik untuk meyakinkan kadar kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Tujuan audit bukanlah untuk memberikan informasi tambahan. Audit dimaksudkan untuk memungkinkan pemakai laporan keuangan lebih bergantung pada informasi (dalam hal ini laporan keuangan) yang sudah disusun oleh pihak lain (Simamora, 2002) Peran auditing Pelaporan keuangan (financial reporting) dan akuntansi yang andal membantu masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dengan cara yang efisien (Simamora, 2002). Tujuan utamanya adalah mendistribusikan sumberdaya modal yang terbatas ke sektor produksi barang dan jasa yang permintaannya besar. Sumberdaya ekonomik tertarik pada industri, kawasan geografis, dan entitas organisasional yang parameter finansialnya menunjukkan sebagai sanggup memakai sumberdaya ekonomik tersebut
2 secara paling baik. Dilain pihak, akuntansi dan pelaporan yang tidak memadai akan menyembunyikan dan menyuburkan keborosan dan inefisiensi sehingga menghambat alokasi efisien terhadap sumberdaya ekonomik. Kontribusi auditor independen adalah membubuhkan kredibilitas atas informasi. Dalam hal ini kredibilitas berarti bahwa informasi dapat dipercaya sehingga bisa diandalkan oleh pihak luar seperti pemegang saham, kreditor, pelanggan, dan pihak yang berminat lainnya. Permintaan akan hasil auditing berasal dari faktor-faktor berikut: kompleksitas, jarak, dan bias dan motif penyedia informasi Tipe audit Audit biasanya diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu : audit laporan keuangan, audit ketaatan, dan audit operasional (Simamora, 2002). 1. Audit laporan keuangan Dewasa ini, audit laporan keuangan esensial dalam mengelola bisnis karena audit ini memberikan data yang menjadi dasar keputusan pengalokasian sumberdaya yang langkah. Dalam audit laporan keuangan (financial statement audit), auditor mengumpulkan bukti dan memberikan tingkat keyakinan yang tinggi bahwa laporan keuangan yang mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum. Konsep kunci dalam audit laporan keuangan adalah bahwa asersi-asersinya bersifat financial dan kriteria yang dijadikan tolok ukur adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU) di Indonesia. Audit melibatkan pencarian dan verifikasi catatan akuntansi serta pemeriksaan bukti lainnya yang mendukung/menguatkan laporan keuangan tersebut.
3 Laporan auditor (auditor report) tersebut menyatakan pendapat auditor bahwa laporan keuangan mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umumdi Indonesia. Audit laporan keuangan pada umumnya mencakup posisi keuangan (neraca) dan hasil usaha (laporan laba rugi), laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Audit laporan keuangan dirancang untuk memeperoleh keyakinan memadai (reasonable assurance) perihal apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Auditor mengatestasi penyajian informasi keuangan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Audit laporan keuangan lazimnya dilakukan oleh auditor eksternal yang ditunjuk oleh perusahaan yang laporan keuangannya tengah diaudit. 2. Audit ketaatan Audit ketaatan (compliance audit) melibatkan pencarian dan pengevaluasian bukti guna menentukan apakah aktivitas-aktivitas operasi atau keuangan dari suatu entitas atau orang sudah sejalan dengan kondisi, ketentuan, dan peraturan yang ditetapkan. Pelaksanaan audit ketaatan tergantung pada keberadaan data yang dapat diverifikasi dan kriteria atau tolok ukur yang diakui, semisal peraturan perundangundangan hukum atau kebijakan, dan prosedur organisasi. Kriteria yang ditentukan dalam jenis audit ini dapat berasal dari berbagai sumber. Auditor yang melakukan audit ketaatan pada umumnya dianggap independen (sekalipun mereka digaji oleh entitas yang diauditnya) karena mereka tidak terlibat dalam pelaksanaan aktivitas yang diauditnya, dan mereka melapor kepada otoritas yang lebih tinggi daripada yang diauditnya. Hasil audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada seseorang didalam unit organisasi yang sedang diaudit ketimbang kepada
4 spektrum pemakai yang luas sebagaimana halnya dalam audit laporan keuangan. Manajemen merupakan kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan regulasi tertentu yang sudah ditetapkan. Oleh karenanya porsi terbesar dari audit ketaatan dilaksanakan oleh auditor yang dikaryakan oleh unit organisasional itu sendiri. 3. Audit operasional Audit operasional (operational audit) melibatkan pencarian dan pengevaluasian bukti mengenai efisiensi dan efektifitas aktivitas-aktivitas operasi entias berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan. Efektifitas mengukur seberapa baik sebuah organisasi meraih tujuan dan sasarannya. Efisisensi mengukur seberapa baik sebuah entitas mengkonsumsi sumberdayanya untuk mencapai tujuan. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan pembenahan, dan menyodorkan reomendasi. Tipe audit ini kerap kali disebut audit kinerja (performance audit) ataupun audit manajemen (management audit). Oleh karena banyak bidang yang berlainan yang efektifitas operasionalnya dapat dievakuasi, sangatlah susah untuk mencirikan/menggolongkan pelaksanaan audit operasional. Dalam audit operasional, review (kaji ulang) yang dilakukan tidak terbatas pada aspek akuntansi saja. Aspek yang ditelaah dapat mencakup evaluasi struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan bidang lainnya dimana auditor bersangkutan dianggap memenuhi syarat.
5 Audit operasional biasanya lebih sulit dilakukan ketimbang audit laporan keuangan ataupun audit ketaatan karena sukarnya mengidentifikasi tujuan kriteria terukur yang dapat dipakai untuk menilai efekfitas dan efisiensi. Efektifitas dan efisiensi operasi jauh lebih rumit untuk dievaluasi secara objektif ketimbang ketaatan ataupun penyajian laporan keuangan menurut prinsip akuntasi yang berlaku umum Tipe auditor Auditor biasanya digolongkan kedalam tiga kategori: auditor eksternal, auditor internal, dan auditor pemerintah (Simamora, 2002) 1. Auditor Eksternal (Auditor Independen) Auditor Eksternal (external auditor) acapkali disebut auditor independen (independent auditor) atau akuntan publik terdaftar (certified public accountant). Auditor seperti itu disebut eksternal karena mereka tidak dikaryakan oleh entitas yang sedang diauditnya. Perusahaan menugasi akuntan publik terdaftar (kantor akuntan publik) untuk melakukan audit independen terhadap laporan keuangan mereka. Klien membayar honor jasa atau fee auditor, namun auditor biasanya dianggap independen/mandiri dari klien karena auditor melayani bermacam-macam klien. Klien auditor eksternal/independen dapat mencakup perusahaan yang mencari laba, organisasi nirlaba, badan pemerintah, maupun individu. Auditor eksternal juga melaksanakan audit ketaataan, audit operasional, dan audit forensik bagi entitas tersebut. Auditor eksternal dapat berpraktik sebagai perusahaan perorangan atau menjadi anggota dari sebuah afiliasi kantor akuntan publik besar.
6 Pendapat yang dikeluarkan oleh auditor independen melalui laporan keuangan membuat laporan tersebut mejadi lebih kredibel bagi pemakai-pemakai seperti pemodal, bankir, kreditor, badan pemerintah, dan masyarakat umum lainnya. Oleh karena kepercayaan publik diletakkan dipundak auditor independen, negara menetapkan akuntan publik terdaftar sebagai orang yang berwenang untuk berpraktik sebagai auditor independen. Di Indonesia, pemakai gelar Akuntan ( Accountant ) diatur dalam undang-undang No.34 Tahun 1954, yang diundangkan dan berlaku sejak tanggal 13 November Undang-undang tersebut mengatur tentang pemakaian gelar akuntan yang hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai ijazah akuntan sesuai dengan ketentuan dan berdasarkan undang-undang ini. Untuk mengatur praktik sebagai akuntan publik terdaftar, pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan keputuan yang megatur perihal jasa akuntan publik. Keputusan tersebut tercantum pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 470/KMK.017/1999. Keputusan Menteri Keuangan tersebut merupakan perubahan atas keputusan Menteri keuangan Nomor:43/KMK.017/1997 tentang jasa akuntan publik. 2. Auditor Internal Hampir semua perusahaan besar mempunyai auditor internal. Auditor internal juga dikaryakan secara ekstensif oleh badan pemerintah dan organisasi nirlaba. Auditor internal (internal auditor) diangkat sebagai pegawai purnawaktu oleh entitas untuk menyelenggarakan audit di dalam organisasi perusahaan. Konsekuensinya, auditor internal lebih berminat pada penentuan apakah kebijakan dan prosedur
7 organisasional sudah diikuti atau belum serta pengamanan aktiva organisasi. Selain itu, auditor internal juga terlibat dalam review efektifitas dan efisiensi prosedur organisasi, dan dalam penentuan keandalan informasi yang dihasilkan di dalam organisasi. Auditor internal terutama melakukan audit ketaatan dan audit operasional. Staf audit internal sering melapor kepada komite audit (audit committee) dewan direksi serta kepada presiden direktur atau eksekutif puncak lainnya. Penempatan strategik yang tinggi dalam struktur organisasional semacam itu membantu memastikan bahwa auditor internal bakal memperoleh akses segera terhadap semua unit organisasi, dan rekomendasi mereka akan segera menarik perhatian kepala departemen. Adalah imperatif bahwa auditor internal bersifat independen dari kepala departemen dan eksekutif lini lainnya yang pekerjaannnya sedang ditelaah oleh auditor internal. Oleh karena itu, biasanya tidak dikehendaki manakala staf auditing internal berada di bawah wewenang akuntan kepala. Kendatipun demikian, terlepas dari jenjang pelaporannya, independensi auditor internal sudah tentu tidak setara dengan auditor independen. Auditor internal merupakan pegawai organisasi tempat mereka bekerja, menjadi subyek terhadap hambatan yang melekat pada hubungan majikan-karyawan. 3. Auditor Pemerintah Pemerintah biasanya mengkaryakan auditor pemerintah (government auditor) untuk menentukan ketaatan kepada hukum, undang-undang, kebijakan, dan prosedur. Contoh auditor pemerintah adalah auditor yang berdinas di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
8 inspektorat jendral pada badan-badan pemerintah, dan Direktorat Jendral Pajak. Auditor pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melakukan audit ketaatan terhadap wajib pajak untuk menentukan apakah wajib pajak sudah membayar utang pajak penghasilan secara benar. Auditor forensik adalah auditor yang bergerak dalam bidang audit forensik, yang terbilang mulai berkembang. Auditor forensik (forensic auditor) dikaryakan oleh perusahaan, badan pemerintah, kantor akuntan publik, dan perusahaan jasa konsultasi dan investigasi. Auditor semacam ini terlatih dalam mendeteksi, menginvestigasi, dan menangkal tindak kecurangan dan kejahatan kerah putih Hierarki Auditor dalam Organisasi Kantor Akuntan Publik Umumnya hierarki auditor dalam perikatan audit di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi berikut ini (Mulyadi, 2002): 1. Partner Menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit; bertanggung jawab atas hubungan dengan klien; bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien. 2. Manajer Bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; me-review kertas kerja, laporan audit, dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap
9 pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien, melainkan di kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior. 3. Auditor senior Bertugas untuk melaksanakan audit; bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana; bertugas untuk mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu. 4. Auditor junior Melaksanakan prosedur audit secara rinci; membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya di sekolah. Biasanya ia melaksanakan audit di berbagai perusahaan. Ia harus banyak melakukan audit di lapangan dan di berbagai kota, sehingga ia dapat memperoleh pengalaman banyak dalam menangani berbagai masalah audit Tahapan-tahapan Audit Ada empat tahap dalam melaksanakan audit, yakni (Mulyadi, 2002) : 1. Penerimaan Perikatan Audit Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas
10 laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang. Enam langkah perlu ditempuh auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit dari calon kliennya, yaitu: a. Mengevaluasi integritas manajemen b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa c. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit d. Menilai independensi e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan f. Membuat perikatan audit 2. Perencanaan Audit Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Tujuh tahap perlu ditempuh oleh auditor di dalam merencanakan pekerjaan audit atas laporan keuangan, yaitu: a. Memahami bisnis dan industry klien b. Melaksanakan prosedur audit c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal d. Mempertimbangkan risiko bawaan
11 e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama f. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan g. Memahami pengendalian intern klien 3. Pelaksanaan Pengujian Audit Tahap ini juga disebut dengan pekerjaan lapangan. Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu ke tiga standar auditing yang termasuk dalam kelompok standar pekerjaan lapangan. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini mencakup sebagian besar pekerjaan audit. 4. Pelaporan Audit Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan. Ada dua langkah penting yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini : (1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan, (2) menerbitkan laporan audit Prosedur-prosedur audit Prosedur Audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang
12 disebutkan dalam standar tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi. Menurut Mulyadi (2002) disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit lain tersebut meliputi: 1. Inspeksi. Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut. Dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik suatu aktiva tetap misalnya, auditor akan dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan keadaan fisik aktiva tersebut. 2. Pengamatan. Merupakan prosedur audit yang digunakan auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan pengamatan ini auditor akan dapat memperoleh bukti visual mengenai pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses. 3. Konfirmasi. Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai berikut: 1. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar
13 2. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan oleh auditor tersebut 3. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut 4. Permintaan keterangan. Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter. Contoh prosedur audit ini adalah permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keuangan sediaan yang ada di gudang, permintaan keterangan yang diajukan kepada penasihat hukum klien mengenai kemungkinan keputusan perkara pengadilan yang sedang ditangani oleh penasihat hukum tersebut. 5. Penelusuran. Merupakan prosedur audit yang melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur audit ini terutama diterapkan terhadap bukti dokumenter. 6. Pemeriksaan dokumen pendukung. Merupakan prosedur audit yang meliputi inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya, dan pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.
14 7. Penghitungan (counting). Merupakan prosedur audit yang meliputi penghitungan fisik terhadap sumberdaya berwujud seperti kas atau sediaan di tangan digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, dan pertanggung jawaban semua formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi. 8. Scanning. Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam. 9. Pelaksanaan ulang. Merupakan pengulangan aktifitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien. 10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques). Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan di atas. SA Seksi 327 Teknik Audit Berbantuan Komputer memberikan panduan bagi auditor tentang penggunaan komputer dalam audit di lingkungan sistem informasi komputer. Dalam penelitian ini prosedur audit yang digunakan adalah yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Menurut Shapeero, et.al. (2003) pengurangan kualitas audit yang terjadi berupa underreporting dan penghentian
15 prematur atas prosedur audit. Adapun prosedur-prosedur tersebut adalah (1) Pemahaman Bisnis dan Industri Klien (PSA No ), (2) Pertimbangan Pengendalian Internal (PSA No ), (3) Internal Auditor Klien (PSA No ), (4) Informasi Asersi Manajemen (PSA No ), (5) Prosedur Analitik (PSA No ), (6) Konfirmasi (PSA No ), (7) Representasi Manajemen (PSA No ), (8) Pengujian Pengendalian Teknik Berbantuan Komputer (PSA No ), (9) Sampling Audit (PSA No ), (10) Perhitungan Fisik (PSA No ) Tekanan Waktu Pengertian Tekanan Waktu Standar pekerjaan lapangan yang ketiga mengharuskan auditor untuk menghimpun bahan bukti yang memadai sebelum menyatakan opini/pendapat terhadap laporan keuangan. Untuk memperoleh bahan bukti yang memadai tersebut auditor harus menyusun perencanaan audit dan menyusun program audit yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dilaksanakan. Apabila salah satu dari prosedur tersebut dihilangkan / diabaikan maka akan mempengaruhi kualitas audit. Dan kemungkinan dalam memberikan opini audit yang salah akan semakin tinggi. Karena auditor dituntut untuk melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit, maka tuntutan tersebut dapat menimbulkan tekanan waktu / time pressure (Heriningsih, 2002). Tekanan waktu merupakan suatu tekanan terhadap anggaran waktu audit yang telah disusun, sehingga dengan adanya tekanan waktu ini
16 akan mengakibatkan berkurangnya efisiensi dan efektifitas audit, kualitas audit, kepuasan kerja, serta dapat meningkatkan tingkat stres seseorang (Kelly, 1999) dalam Heriningsih (2002) dan Wahyudi (2011). Tekanan waktu / time pressure memiliki dua dimensi yaitu : 1. Time budget pressure (keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat). 2. Time deadline pressure (kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya) (Heriningsih, 2002). Keberadaan tekanan waktu / time pressure memaksa auditor untuk menyelesaikan tugas secepatnya atau sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan. Tekanan waktu yang dihadapi oleh professional dalam bidang pengauditan dapat menimbulkan tingkat stres yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat dan perilaku auditor, serta mengurangi perhatian mereka terhadap aspek kualitatif dari indikasi salah saji yang menunjukkan ptensial kecurangan atas pelaporan keuangan (Sososutikno, 2005) dalam Wahyudi (2011). Di bawah tekanan waktu perhatian akan lebih terfokus pada tugas yang dominan, seperti tugas pengumpulan bukti berkaitan dengan frekuensi dan jumlah salah saji dan mengorbankan perhatian yang diberikan pada tugas tambahan seperti tugas yang memperhatikan aspek kualitatif atas terjadinya salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan dalam pelaporan keuangan (Wahyudi, 2011). Dengan demikian maka terdapat kemungkinan
17 bagi auditor untuk melakukan pengabaian bahkan pemberhentian terhadap prosedur audit Tujuan Tekanan Waktu / Time Pressure Adapun tujuan KAP memberikan tekanan waktu kepada auditor adalah untuk (Suryanita, 2007): 1. Mengurangi biaya audit, karena semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. 2. Dengan diberadakannya tekanan waktu ini akan dapat memaksa auditor untuk menyelesaikan tugas secepatnya atau sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan Faktor Penyebab Munculnya Tekanan Waktu Tekanan waktu / time pressure muncul karena berbagai faktor seperti berikut ini (Herrback, 2005): 1. Persaingan fee antara Kantor Akuntan Publik 2. Pertimbangan kemampuan laba 3. Keterbatasan personil akuntan public Risiko Audit Pengertian Risiko Audit
18 Dalam SA 312 risiko audit didefinisikan sebagai risiko auditor tanpa sadar tidak memodifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Auditor harus melakukan audit untuk mengurangi risiko audit sampai tingkat yang cukup rendah, yang menurut pertimbangan professional auditor, tepat untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Dalam melakukannya, auditor perlu untuk mempertimbangkan risiko audit pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat saldo akun atau kelompok transaksi (Messier, 2000). Dalam mempertimbangkan risiko audit pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan, auditor mempertimbangkan risiko salah saji material yang berkaitan secara luas dan mendalami (pervasively) kepada laporan keuangan dan secara potensial memepengaruhi banyak asersi. Risiko seperti itu sering berhubungan dengan lingkungan pengendalian entitas dan mungkin relevan dengan pertimbangan auditor mengenai risiko salah saji material yang timbul dari kecurangan (misalnya manajemen mengesampingkan pengendalian internal). Auditor juga mempertimbangkan risiko audit pada tingkat saldo akun individual atau tingkat kelompok transaksi karena pertimbangan tersebut secara langsung membantu auditor untuk merencanakan prosedur audit yang tepat untuk akun-akun atau transaksi tersebut.
19 Model Risiko Audit Standar audit tidak memberikan arahan khusus mengenai sampai mana tingkat risiko audit yang dapat diterima. Penetuan risiko audit dan penggunaan model risiko audit melibatkan pertimbangan yang matang dari auditor. Model risiko audit membantu auditor dalam menentukan lingkup prosedur audit bagi saldo akun khusus atau kelompok transaksi. Model risiko audit pada tingkat saldo akun atau kelompok transaksi, dapat dirumuskan sebagai (Messier, 2000): AR=IR X CR X DR Dimana: AR= Audit Risk - Risiko audit (risiko bahwa auditor gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material) IR= Inheren Risk Risiko bawaan (kelemahan dari asersi atas salah saji material, diasumsikan tidak ada pengendalian yang terkait) CR= Control risk Risiko pengendalian (risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi di suatu asersi tidak akan dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal) DR= Detection risk Risiko deteksi (risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi)
20 BUKTI YANG DIRENCANAKAN bandingkan L BUKTI AKTUAL Risiko inheren Risiko audit yang dapat diterima Risiko inheren Risiko pengendalian L T T Risiko deteksi yang direncanakan Risiko audit yang dicapai T L L Bukti audit yang direncanakan Risiko pengendalian Risiko deteksi yang dicapai T Bukti audit substansial Salah saji yang dapat ditoleransi T L = hubungan langsung T = hubungan terbalik Gambar 2.1 Model risiko audit untuk merencanakan Bukti dan mengevaluasi Hasil Gambar tersebut menunjukkan model risiko audit untuk perencanaan dan evaluasi hasil audit. Sisi kanan gambar menunjukkan bahwa pengumpulan bukti yang lebih substantive dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai. Tingkat risiko deteksi yang dicapai lebih rendah beserta risiko inheren dan risiko pengendalian yang lebih rendah akan mengurangi risiko audit yang dicapai.
21 Jenis Risiko Audit Jenis-jenis risiko audit adalah sebagai berikut (Simamora, 2002): 1. Risiko bawaan Risiko bawaan (inherent risk) adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak ada pengendalian yang terkait SA Seksi 312 (PSA No.25). Risiko bawaan dapat timbul karena masalah keagenan (agency problem). Risiko bawaan juga dipengaruhi oleh sifat akun. Risiko salah saji kemungkinannya lebih tinggi pada akun kas daripada akun persediaan karena kas relative rentan terhadap pencurian. Faktor-faktor eksternal juga mempengaruhi risiko bawaan. Keberadaan risiko bawaan terpisah dari audit laporan keuangan. Oleh karenanya, auditor tidak diperkenankan mengubah tingkat risiko bawaan yang sesungguhnya. Walaupun demikian auditor boleh mengubah tingkat risiko bawaan taksiran. 2. Risiko pengendalian Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas SA Seksi 312 (PSA No.25). Risiko pengendalian menunjukkan penaksiran apakah pengendalian internal klien efektif untuk menangkal atau mendeteksi salah saji, dan keinginan auditor untuk membuat penaksiran tersebut pada tingkat dibawah maksimum (100%) sebagai bagian rencana audit. Semakin efektif pengendalian internal, semakin rendah faktor risiko yang ditaruh pada risiko pengendalian.
22 3. Risiko deteksi Risiko deteksi (detection risk) adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi SA Seksi 312 (PSA No.25). Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100% Perilaku Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Praktek penghentian prematur atas prosedur audit terjadi ketika auditor mendokumentasikan prosedur audit secara lengkap tanpa benar-benar melakukannya atau mengabaikan atau tidak melakukan beberapa prosedur audit yang disyaratkan tetapi harus dapat memberikan opini atas suatu laporan keuangan (Shapero, et al. 2003). Graham 1985 dalam Shapero, et al. (2003) menyimpulkan bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting daripada prosedur audit tidak dilakukan secara memadai. Sesuai dengan standar auditing (IAI, 2001) bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas maka auditor harus melaksanakan beberapa prosedur audit. prosedur audit merupakan serangkaian langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan audit. Pelaksanaan audit yang baik sesuai dengan prosedur akan meningkatkan kualitas informasi melalui peningkatan kepercayaan
23 pemakai yang berkepentingan terhadap hasil laporan auditan. Jika salah satu langkahlangkah dalam prosedur audit diabaikan maka kesalahan di dalam memberikan opini akan semakin tinggi. Praktek penghentian prematur atas prosedur audit, tentu saja sangat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor, sebab apabila salah satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor membuat opini yang salah akan semakin tinggi. Kesalahan pembuatan opini yang disebabkan karena auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi dapat menyebabkan auditor dituntut secara hukum (Heriningsih, 2002). Coram et al (2008) menyimpulkan bahwa terdapat dua aspek dampak yang disebabkan oleh adanya tindakan pengurangan kualitas audit (RAQ Behavoiur). Aspek yang pertama adalah adanya dampak terhadap pemakai laporan keuangan, dampaknya adalah opini audit yang tidak benar sehingga dengan demikian akan menghasilkan kemungkinan adanya penyampaian kinerja audit yang tidak benar. Sedangkan aspek yang kedua adalah adanya dampak terhadap auditor itu sendiri, dampaknya yaitu adanya perhatian/keinginan auditor untuk melakukan perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ Behaviour) yaitu penghentian prematur atas prosedur audit. Rhobe (1978), Alderman dan Deitrick (1982), Raghunathan (1991) dalam Ulum (2002) telah mendeteksi lebih dari 50% responden (auditor) telah melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. sedangkan alasan mereka melakukan
24 penghentian atas prosedur audit karena terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, adanya anggapan prosedur audit yang dilakukan tidak penting (risiko kecil), prosedur audit yang tidak material, prosedur audit yang kurang dimengerti, batas waktu penyampaian laporan audit, serta adanya pengaruh faktor kebosanan dari para auditor Pengembangan Hipotesis Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik digolongkan ke dalam dua Kelompok : jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa professional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan, pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Melalui jasa assurance yang disediakan oleh profesi akuntan publik diharapkan mampu meningkatkan mutu informasi bagi pengambilan keputusan, pengambil keputusan yang memerlukan berbagai informasi yang andal dan relevan. Dan jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan atau bentuk lain keyakinan (Mulyadi, 2002). Auditor dituntut untuk melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit, tuntutan tersebut menimbulkan tekanan waktu atau time pressure (Heriningsih, 2002).
25 Tekanan waktu yang diberikan oleh KAP kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit karena semakin cepat waktu pengerjaan audit maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. Untuk menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, maka ada kemungkinan bagi auditor untuk melakukan pengabaian bahkan pemberhentian terhadap prosedur audit. Prosedur audit meliputi langkah - langkah yang harus dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan audit. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efektif dan efisien (Malone dan Roberts, 1996). Menurut Sari (2010) terdapat kegagalan oleh auditor untuk melengkapi prosedur audit yang disyaratkan, yang disebut sebagai pengurangan kualitas audit/reduced Audit Quality (RAQ Behaviors). Pengurangan mutu kualitas audit menurut Suryanita (2007) adalah dalam bentuk mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur audit yang disyaratkan belum dilakukan lengkap. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan penulis adalah: H1: Tekanan waktu berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit Pengaruh Risiko Audit terhadap penghentian Prematur atas Prosedur Audit Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal audit tanpa disadari tidak memodifikasi
26 pendapat sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (PSA N0.5, 2001). Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor. Bagi manajemen penentuan risiko merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan dilakukan secara terus menerus. Karena manajemen tidak dapat menetapkan tujuan dan dengan mudah mengasumsikan bahwa tujuan tersebut telah tercapai. Sejumlah risiko tidaklah dalam bentuk yang statis tetapi juga dinamis sesuai dengan perubahan yang terjadi sehingga selalu ada risiko-risiko baru yang muncul setiap waktu. Oleh karena itu penentuan risiko harus berjalan berkelanjutan dalam proses manajemen yang dilakukan secara terorganisir dan berurutan. Sedangkan bagi auditor, dalam kegiatan audit harus memasukan hasil penentuan risiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol yang dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi risiko. Risiko dalam audit atau risiko audit memperlihatkan risiko yang dihadapi auditor yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah benar sehingga dan pendapat auditor telah diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak benar dan materialitasnya tinggi. Hal tersebut menyebabkan pendapat auditor tersebut menjadi tidak bermutu bagi para penggunanya. Hal ini bisa terjadi karena auditor hanya mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan kesalahan yang telah diatur sedemikian rupa menyebabkan menjadi sangat sulit dideteksi meskipun auditor telah bekerja sesuai dengan standar audit yang berlaku.
27 Dalam penelitian ini risiko audit yang dimaksud adalah risiko deteksi, karena bahwa risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor dimana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi dan sebagian lagi karena ketidak pastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor ingin semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Supaya bahan bukti tersebut dapat mendeteksi adanya salah saji yang material maka diperlukan jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang lebih banyak pula. Dengan demikian, ketika risiko audit rendah maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah (Suryanita, et al. 2007). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan penulis adalah: H2: Risiko audit berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Teori Atribusi Teori atribusi menjelaskan tentang bagaimana proses penyebab perilaku seseorang atau tujuan seseorang dalam berperilaku. Teori ini diarahkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Pengertian Audit Komite konsep audit dasar (committee on auditing concepts) telah merumuskan definisi umum dari audit: Audit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku
Lebih terperinciRISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT
SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan dunia usaha telah semakin berkembang. Semua bidang usaha berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sehingga diperlukan pula usaha dari setiap bagian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (agency theory) Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dua kelompok; jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan
Lebih terperinciRISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk
Lebih terperinciPERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN
SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak dijumpai pemberian jasa penjaminan (assurance services) yang. perusahaan adalah jasa audit atas laporan keuangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi yang dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam hampir setiap pengambilan keputusan ekonomi. Informasi akan lebih dipercaya apabila informasi tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain
Lebih terperinciBAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si
BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1 Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan Berkembangnya Profesi Akuntan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
Lebih terperinciStandar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.
SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan
Lebih terperinciSA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN
SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit merupakan suatu penugasan profesional yang dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti tentang
Lebih terperinciUNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN
SA Seksi 317 UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN Sumber: PSA No. 31 PENDAHULUAN 01 Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut
6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI DAN PRAKTIK
BAB III LANDASAN TEORI DAN PRAKTIK 3.1 LANDASAN TEORI 3.1.1 Pengertian Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
Lebih terperinciFAJAR DWI NUGROHO B
PENGARUH TIME PRESSURE, RISIKO AUDIT, LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN PROFESI TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (Survey pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik merupakan auditor yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,
Lebih terperinciSA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.
SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian
Lebih terperinciSTANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga
STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.
Lebih terperinciPROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN
SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana cara menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang.
Lebih terperinciMATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT
Minggu ke-6 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Program Studi Akuntansi STIE PELITA NUSANTARA KONSEP MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam
Lebih terperinciPerencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
Pada Standar Pekerjaan Lapangan #1 (PSA 05) menyebutkan bahwa Pekerjaan (audit) harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya Perencanaan audit meliputi
Lebih terperinciStandar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Mulyadi (2002) auditing adalah: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi
Lebih terperinciKOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT
SA Seksi 325 KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT Sumber: PSA No. 35 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Reduced Audit Quality Behaviour (perilaku pengurangan kualitas audit) adalah tindakan yang diambil auditor untuk mengurangi efektivitas pengumpulan bukti
Lebih terperinciTutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA
Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 (24 November) Akuntan 49.348 50.879 52.270 53.800 53.800*) Akuntan Publik 928 995 1.016 1.003 1.055 KAP 408 417 396 387 394 Cabang KAP
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keperilakuan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Teori Keperilakuan Teori keperilakuan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Hudayati dalam Setyorini (2011) membagi
Lebih terperinciPERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL
PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik merupakan suatu entitas yang menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan pemeriksaan laporan keuangan. Perusahaan yang membutuhkan jasa akuntan
Lebih terperinciSPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas
SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN
Lebih terperinciBAB II KUALITAS AUDIT, AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN. dan standar pengendalian mutu.
BAB II KUALITAS AUDIT, AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN 2.1. Kualias Audit Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing
Lebih terperinciPERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT
PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis audit termasuk didalamnya adalah audit khusus atau investigasi. Melalui pembelajaran ini,
Lebih terperinciPERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN
SA Seksi 319 PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber : PSA No. 69 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang pertimbangan auditor atas pengendalian intern klien
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Adanya hubungan keagenan, ketika terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (principals)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan industri di Indonesia menuntut perusahaan semakin akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat menjadi laporan keuangan
Lebih terperinciStandar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa
SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan
Lebih terperinciSURAT PERIKATAN AUDIT
SA Seksi 320 SURAT PERIKATAN AUDIT Sumber: PSA No. 55 Lihat Seksi 9320 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Tujuan Seksi ini adalah untuk memberikan panduan tentang: a. Persetujuan dengan klien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperincia. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.
SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi
Lebih terperinciPERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN
Sa Seksi 337 PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN Sumber : PSA No. 74 01 seksi ini memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh auditor
Lebih terperinciBab I. Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik. Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si.
Bab I Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik Referensi: Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si. 1 Jenis Jasa Pengauditan
Lebih terperinciATESTASI KEPATUHAN. SAT Seksi 500. S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N
Atestasi Kepatuhan SAT Seksi 500 ATESTASI KEPATUHAN S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N 01 Tujuan Seksi ini adalah untuk memberikan panduan bagi perikatan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun
1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko Audit ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciPERBEDAAN ANTARA AUDITING DAN AKUNTANSI
BAB XI. AUDITING AUDITING ; pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Lebih terperinciPERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL
SA Seksi 323 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL Sumber: PSA No. 56 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
Lebih terperinciPertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang
KUESIONER Mohon Bapak / Ibu / Saudara menjawab pertanyaan di bawah ini dengan tanda ( ) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak / Ibu / Saudara. 1 ini berhubungan dengan prosedur audit.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengauditan didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi-ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi
Lebih terperinciB A B II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit
8 B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Internal Auditing Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit operasi perusahaan, jenis usaha, meluasnya jaringan distribusi dan meningkatnya
Lebih terperinciAUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3
AUDIT LAPORAN KEUANGAN Pertemuan 3 HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN AUDITING Akuntansi Auditing MANFAAT EKONOMI SUATU AUDIT Akses ke pasar modal Biaya Modal yang Rendah Penangguhan infesiensi dan kecurangan
Lebih terperinciPREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)
PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA
Lebih terperinci`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani
` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap
Lebih terperinciAUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI
AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam melakukan evaluasi perencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry, langkah awal yang penulis lakukan adalah dengan membuat permohonan izin kepada pihak KAP
Lebih terperinciAUDIT. Setelah dijelaskan oleh Seci, Pak Edu sedikit bisa memahami.
AUDIT Sudah beberapa hari ini, Ergon, Manajer Keuangan Supermarket Berta itu, pontangpanting. Ia sibuk mengumpulkan berbagai dokumen dari hasil kegiatan usaha. Raut mukanya terlihat kusut. Rupanya Supermarket
Lebih terperinciStandar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 0 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA Paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence
Lebih terperinciINTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK
2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI
Lebih terperinciTinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci
Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci tedi last 09/17 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan publik (KAP), sehingga jelas bahwa pengauditan melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Audit merupakan proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit adalah proses yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan
Lebih terperinciBAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar
BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE 2.1. Kualitas Audit Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Berdasarkan
Lebih terperinciDaftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban
Daftar Pertanyaan Petunjuk Pengisian Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban yang disediakan dengan singkat dan jelas dan sandainya Bapak/Ibu berkeberatan mencantumkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam buku berjudul Auditing dan Jasa Assurance (2011:4) audit adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang independen dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan sangat besar. Auditor bertanggung jawab untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya, perbedaan yang begitu mendasar mengenai pengertian audit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Audit Internal Pada dasarnya, perbedaan yang begitu mendasar mengenai pengertian audit internal tidaklah ada. Menurut para ahli, audit internal dalam suatu organisasi
Lebih terperinciStandar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
Lebih terperinciPROSEDUR ANALITIK. SA Seksi 329. Sumber: PSA No. 22 PENDAHULUAN
Prosedur Analitik SA Seksi 329 PROSEDUR ANALITIK Sumber: PSA No. 22 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik dan mengharuskan penggunaan prosedur analitik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya persaingan yang terjadi antar entitas dalam berbagai sektor industri. Entitas bersaing untuk
Lebih terperinciStandar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit
SA 0 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PENGEVALUASIAN ATAS KESALAHAN PENYAJIAN YANG DIIDENTIFIKASI SELAMA AUDIT (Berlaku efektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
Lebih terperinciCHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014
CHAPTER VI Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA Politeknik Negeri Bali 2014 SPAP Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Auditing Pengertian auditing menurut Arens (2003:1) adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
Lebih terperinci