DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
|
|
- Hadi Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.03 KODE JUDUL: EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Peneliti/Perekayasa: 1. Dr. Ahsol Hasyim, MS 2. Dr. Eri Sofiari 3. Kusmana SP 4. Ir. Yenni Kusadriani. 5. Drs. Lutfi INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA 0
2 KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012 EXECUTIVE SUMMARY Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varoietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun ada promosi ternyata sewaktu benihnya diminta pengguna benihnya tidak siap, karena untuk mendapatkan benih stake holder harus memesan terlebih dahulu, kemudian benih yang ditawarkan dalam keadaan planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Untuk lebih memperkenalkan varietas-varietas hasil rakitan Balitsa kepada stake holder maka salah satunya yang cukup efektif untuk mempromosikannya adalah melalui kegiatan pengenalan varietas atau demplot varietas. Dengan dilakukannya demplot maka petani dapat langsung mengamati varietas-varietas baru tersebut pada masa tanaman tumbuh sampai dengan tanaman dipanen. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna. Lokus kegiatan dilaksanakan di Sulawesi Selatan dilaksanakan di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Areal lokasi kegiatan merupakan sentra produksi sayuran dan ditanami oleh sayuran kol, kentang, bawang daun. Fokus kegiatan adalah Pertanian Tanaman Pangan. Benih sumber Generasi awal (G0) diperbanyak di Balitsa sebagai bahan untuk demplot akselerasi dan adopsi varietas baru kentang unggul hasil Balitsa. Jumlah umbi Generasi awal (G0) yang dibutuhkan untuk Demplot varietas berkisar antara umbi per varietas. Varietas yang ditanam sebanyak 8 varietas yaitu Granola G 0, GM 08, Repita, GM 05, Merbabu 17, Margahayu, Kikondo, Cipanas, 1
3 dan ditambah satu varietas Granola Generasi ke tiga. Kegitan lapang berupa demplot varietas kentang dilaksanakan dengan menanam 8 varietas kentang Generasi awal (G0) ditambah 1 varietas Granola Generasi ketiga (G3) di lahan petani desa Pittapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa. Tahapan kegiatan meliputi konsultasi dan koordinasi dengan para pihak (petaani, kelompok tani, BPTP dan Dinas Pertanian) kemudian dilanjutkan dengan orientasi lapangan. Pelaksanaan kegiatan berupa demplot varietas dimulai dengan persiapan benih, pengolahan tanah, pembuatan guludan, pemasangan mulsa plastik hitam, penanaman kentang, pemeliharaan, panen, pengumpulan data dan pembuatan laporan. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegitan adalah tidak adanya irigasi teknis. Pengairan dilaksanakan dengan mengambil air dari dalam tanah dengan pompa kemudian ditampung dalam bak penampungan. Namun pada saat tanaman berumur >60 hari air dalam tanah terbatas jumlahnya hal ini disebabkan karena musim kemarau yang panjang Rencana penggunaan anggaran ( RAB) telah disusun sebelumnya sesuai dengankebutuhan kegiatan penelitian serta kegiatan lainya yang mendukung penelitian ini, dan diharapkan RAB tersebut dijadikan acuan dalam rangka mencapai output yang telah ditetapkan. Perencanaan anggaran sudah disusun berdasarkan panduan insentif PKPP 2012 yang meliputi tiga tahapan pencairan (termin) yaitu Termin 1 ( 30%), termin ke dua (50%), dan termin ketiga (20%). Jumlah biaya penelitian seluruhnya adalah Rp ,- dengan rencana alokasi untuk gaji dan upah Rp , perjalanan dinas Rp , bahan dan biaya lain-lain Rp 10, Realisasi SPJ termin ke I sebanyak Rp , SPJ termin ke II Rp dan SPJ termin ke III Rp Kendala dalam administrasi adalah jadwal kegiatan yang telah disusun matang tidak dibarengi dengan turunnya anggaran yang tepat pada waktunya. Kendala dalam administrasi adalah jadwal kegiatan yang telah disusun matang tidak dibarengi dengan turunnya anggaran yang tepat pada waktunya. Demplot penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Lahan untuk demplot pengujian varietas diolah secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. 2
4 Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Pada saat tanaman berumur antara hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara orang. Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit 3
5 kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti ini kedepan kita dapat memonitoring sebaran varietas yang didistribusikan.peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). Penelitian bertujuan untuk; (a) memperkenalkan keberadaan varietas unggul kentang hasil Balitsa kepada pengguna dalam hal ini petani, pedagang, penangkar benih dan konsumen, (b) Menyediakan benih untuk digunakan sebagai bahan pengkajian lebih lanjut atau sebagai bahan diseminasi untuk mendukung pengembangan kentang di kawasan hortikultura Demplot penelitian dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Lahan untuk demplot pengujian varietas diolah secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 80 x 30 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. Pada saat tanaman berumur antara hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian 4
6 Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara orang. Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti ini kedepan kita dapat memonitoring sebaran varietas yang didistribusikan.peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). Penggunaan varietas yang sangat terbatas yang hanya bertumpu pada varietas Granola atau varietas Atlantik saja dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varoietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya 5
7 promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Untuk lebih memperkenalkan varietas-varietas hasil rakitan Balitsa kepada stake holder maka salah satunya yang cukup efektif untuk mempromosikannya adalah melalui kegiatan diseminasi pengenalan varietas atau demplot varietas. Dengan dilakukannya demplot maka petani dapat langsung mengamati varietas-varietas baru tersebut dari masa pertumbuhan hingga tanaman tersebut dipanen. Strategi pengembangan diseminasi inovasi teknologi varietas kentang kedepan perlu dipertajam dengan pola/model SDMC (Sistem Diseminasi Multi Chanel) yang diawali dengan advokasi, pelatihan, penerbitan dan penyebarluasan media cetak serta pelaksanaan peragaan (demplot) dari inovasi teknologi varietas kentang yang disukai petani. Petani diharapkan berpartisipasi aktif mulai dari awal sampai akhir kegiatan. Kerjasama untuk benih kentang bebas patogen perlu dilanjutkan lagi dengan dengan mengirimkan planlet hasil perbanyakan laboratorium Balitsa dan kemudian akan diperbanyak oleh penangkar setempat. Lahan petani yang terinfeksi oleh penyakit tular tanah perlu diberakan atau dilakukan pergiliran tanaman dengan menanam lahan selain tanaman kentang. Koordinasi antar lembaga terkait, yaitu: BPTP Sulawesi Selatan, Balitbangda Sulawesi Selatan, perguruan Tinggi dan Dinas Pertanian perlu ditingkatkan lagi. Kerjasama untuk benih kentang bebas patogen perlu dilanjutkan lagi dengan dengan mengirimkan planlet hasil perbanyakan laboratorium Balitsa dan kemudian akan diperbanyak oleh penangkar setempat. Lahan petani yang terinfeksi oleh penyakit tular tanah perlu diberakan atau dilakukan pergiliran tanaman dengan menanam lahan selain tanaman kentang. Sedangkan anggota Kelompok Tani Hikmah Bersama yang ingin mencoba menanam varietas kentang yang telah dipanen perlu menyeleksi benih yang baik dari hasil panen yang bebas patogen. Sedangkan koordinasi antar lembaga terkait, yaitu: BPTP Sulawesi Selatan, Balitbangda Sulawesi Selatan, perguruan Tinggi dan Dinas Pertanian perlu ditingkatkan lagi. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk diseminasi varietas kentang yang telah dilepas Balitsa harus dilakukan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kentang melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama dan kelompok petani lainnya, dan para penangkar benih sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral 6
8 produksi kentang. Diharapkan kedepan akan terbentuk kerjasama formal antar pihak terkait, yaitu: Dinas Pertanian, BPTP, Balitbangda, dan Perguruan Tinggi yang ada di daerah Propinsi Sulawesi Selatan serta terlaksananya penyebarluasan benih varietas kentang unggul Balitsa oleh petani kentang di lokasi kegiatan secara mandiri. Kelompok Tani dan BPTP Sulawesi Selatan telah bersedia dan sepakat untuk penyebarluasan varietas kentang Balitsa. Perguruan tinggi (Universitas Hasanuddin juga akan mencoba beberapa varietas kentang yang sudah dilepas Balitsa dengan memperbanyak benih kentang bebas patogen melalui kegiatan aeroponik. Telah dilakukan advokasi untuk para petani kentang dan anggota kelompok tani Hikmah Bersama tentang perlunya digunakan benih sehat dan bebas patogen sehingga produksi kentang yang dihasilkan tinggi. Anggota kelompok tani yang melihat sendiri umbi kentang yang besar-besar pada saat panen tertarik untuk mencoba menanam dilahan kentang mereka masing-masing. Perguruan tinggi juga ingin memperbanyak benih kentang melalui sistem aeroponik dan akan memesan langsung planletnya ke Balitsa. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk diseminasi varietas kentang yang telah dilepas Balitsa harus dilakukan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kentang melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama dan kelompok petani lainnya, dan para penangkar benih sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kentang. 7
9 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Kode Produk Target: Kode Kegiatan: Peneliti/Perekayasa: 1. Dr. Ahsol Hasyim, MS 2. Dr. Eri Sofiari 3. Kusmana SP 4. Ir. Yenni Kusadriani. 5. Drs. Lutfi INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI
10 LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN Judul Kegiatan : DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.03 Kode Kegiatan : Lokasi Penelitian : Malino, Sulawesi Selatan Penelitian Tahun ke : satu Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Koordinator/Peneliti Utama Dr. Ahsol Hasyim, MS Nama Lembaga/Institusi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian. Unit Organisasi Balai Penelitian Tanaman Sayuran Alamat Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang Telepon/HP/Faksimil/ Telp ; Fax ; balitsa@deptan.go.id B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Dr. Ir. Fajri Djufri M.Si Nama Lembaga BPTP Sulawesi Selatan Alamat Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5, Sudiang PO Box Makassar Sulsel Telepon/HP/Faksimil/ Telp: ; Fax: C. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Nama Lembaga Alamat Telepon/HP/Faksimil/ D. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Nama Lembaga Alamat Telepon/HP/Faksimil/ Jangka Waktu Kegiatan : Pebruari-September 2012 (8 bulan) Biaya : Rp ,- (Duaratus juta rupiah) Menyetujui: Pj. Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran Peneliti Utama, Dr. Liferdi, M.Si. NIP Dr. Ahsol Hasyim, MS NIP
11 PRAKATA Puji syukur dipersembahkan kepada Allah atas segala rahmat dan limpahan karunianya sehingga peneiltian yang berjudul Diseminasi varietas kentang unggul resisten Phytophthora infestans (Mont.) de Bary. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani agar dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna. Lokus kegiatan dilaksanakan di Sulawesi Selatan dilaksanakan di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pada saat tanaman berumur antara hari setelah tanam dan pada saat panen di undang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Pada kesempatan ini Tim Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat, serta kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan dan produksi kentang dimasa mendatang. Lembang, 1 Oktober 2012 Tim Peneliti 10
12 RINGKASAN Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dari tiga kegiatan yaitu : Persiapan benih untuk demplot, Akselerasi Varietas Unggul Hasil Balitsa dan Perbanyakan Benih, serta Kegiatan Partisipatif dengan stakeholder. Penelitian dilaksanakan sentra produksi kentang di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian adalah untuk memperkenalkan keberadaan varietas unggul kentang hasil Balitsa kepada pengguna dalam hal ini petani, pedagang, penangkar benih dan konsumen. Preferensi petani terhadap varietas kentang dilakukan dengan mengundang 40 petani pada dua fase yaitu fase vegetatif dan saat panen. Selain itu, menyediakan benih varietas kentang hasil Balitsa untuk digunakan sebagai bahan pengkajian lebih lanjut atau sebagai bahan diseminasi untuk mendukung pengembangan kentang di kawasan hortikultura. Hasil umbi kentang tertinggi diperoleh dari varietas Cipanas dan Granola Garut, sedangkan hasil umbi kentang terendah diperoleh dari varietas GM 08. Kata kunci : adopsi, produksi benih, demonstrasi plot, partisipatif SUMMARY Indonesia Vegetable Research Institute (IVEGRI) has been released some promising potato varieties, however the adoption of those varieties still weak. Less of promotion activity may cause the IVEGRI potato varieties unknown by user. There are three activities would be conducted on this proposal namely preparation potato seed production for field demonstration, promotion and acceleration IVEGRI varieties and participative activity with the stake holder. This study was conducted on potatoes production center at Pattapang village, Tinggimoncong regency, Goa District, South Celebes. The objectives of this study to dessiminate the pototoes variaties to stake holder or farmers as user. Farmers preference were counted of 40 farmers for varieties were recorded two times i.e. vegetative stages and harvest stages. In other hand to known the pototoes of Ivegri varieties by stake holder (farmers, vendors, seed extensions, consumers) on the same time. IVEGRI will be provide enough quantity of pre-basic and basic seed as use for further assessment or even for support program of development of horticulture regions. The highest total tuber yield per ha were obtained on Cipanas and Granola garut and while the lowest tuber yield were found on GM 08. Key note: adoption, seed production, field demonstration, participatory. 11
13 DAFTAR ISI Lembar identitas Prakata... 2 RINGKASAN... 3 SUMMARY... 3 DAFTAR ISI... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR TABEL... 6 I. PENDAHULUAN... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA... 9 III. TUJUAN DAN MANFAAT IV. METODOLOGI V. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN VII. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. PERSONIL PELAKSANA KEGIATAN LAMPIRAN 2. JADWAL PALANG LAMPIRAN 3. BERITA ACARA HASIL PANEN LAMPIRAN 4. GAMBAR
14 No. DAFTAR GAMBAR No. Judul Gambar Halaman Preferensi petani terhadap pertumbuhan vegetatif varietas kentang Penampilan Vegetatif Vrietas Cipanas (kiri) dan Varietas Margahayu (kanan) Produksi Umbi kentang varietas Cipanas per rumrun (A) dan Benih kentang yang dipanen disimpan di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah bersama Intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan pada berbagai varietas kentang umur 32 hari setelah tanam Gejala tanaman kentang yang terserang oleh penyakit Rhizoctonia solani
15 DAFTAR TABEL No. Judul Tabel Halaman 1. Tinggi Tanaman, lebar kanopi dan Jumlah Cabang Utama/Rumpunvarietas kentang pada Umur 60 hari setelah Tanam 15 2 Berat umbi/plot, berat umbi/10 tanaman sampel dan produksi kentang per ha dari beberapa varietas kentang yang diuji varietas kentang umur 32 hari stelah tanam 16 3 Intensitas serangan penyakit Rhizoctonia solani dan Phytophthora infestan umur >50 hst 18 14
16 BAB I. PENDAHULUAN Latar belakang Kentang merupakan tanaman sumber makanan terbesar ke empat di dunia setelah padi, gandum, dan barley (Fernie dan Willmitzer, 2001). Di Indonesia, kentang merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi di bidang penelitian dan pengembangan sayuran. Hal ini disebabkan kandungan kalori dan gizi kentang yang sangat berimbang yaitu terdiri dari karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin C (Rukmana, 1997). Selain itu, kentang juga merupakan komoditas ekspor (Subijanto dan Isbagyo, 1988). Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar di Asia tenggara. Dari tahun ke tahun luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang berfluktuasi. Pada tahun 2003 luas panen kentang di Indonesia ha dengan produksi ton atau rata-rata produktivitas ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi ton dengan luas panen pada tahun 2007, produktivitas naik lagi menjadi ton/ha pada tahun 2008 dengan luas panen ha sedangkan pada tahun 2010 luas panennya meningkat lagi menjadi ha (BPS 2010). Dibandingkan dengan produktivitas kentang di Eropa yang rata-rata mencapai 25.5 ton per hektar, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang rendah mutunya. Penggunaan benih secara turun temurun dan mutunya rendah merupakan salah satu sebab merosotnya produksi dan tingginya intensitas serangan penyakit tertentu, terutama jenis penyakit yang terbawa benih. Selain keadaan iklim suatu daerah dan sistem budidaya yang tidak optimal mempengaruhi perkembangan dan penyebaran suatu penyakit. Granola merupakan varietas favorit di Indonesia yang mencakup 80% dari total areal penanaman dan merupakan satu satunya varietas yang ditanam di Bali. Hal tersebut merupakan alasan utama pemilihan varietas dalam penelitian ini. Alasan konsumen memilih Granola karena hasil panennya tinggi, mudah dibudidayakan, dapat digunakan untuk bermacam macam keperluan misalnya untuk sup, perkedel, dan keripik. Granola juga resisten terhadap beberapa hama dan penyakit (Rhoades et al., 2001). Benih sehat merupakan benih yang dihasilkan 15
17 melalui teknik kultur jaringan yang Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Toleransi tentang adanya serangan pada benih kentang oleh badan ini adalah: a) benih generasi 0 (G0) toleransi penyakit virus adalah 0% dan penyakit layu bakteri 0%, b) benih generasi satu (G1) toleransi virus 0,01% dan penyakit bakteri/nematoda 0%, c) benih generasi dua (G2) toleransi virus 0,1% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, d) benih generasi tiga (G3) toleransi virus 0,5% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, e) benih generasi empat (G4) toleransi virus 2% dan penyakit bakteri 1%. Beberapa sentra produksi kentang di Indonesia yaitu 5 provinsi dan 10 Kabupaten dijadikan sebagai bagian dari kawasan pengembangan hortikultura khusus untuk kentang. Kelima provinsi tersebut diatas adalah Provinsi Jawa Timur, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Dengan dibentuknya kawasan pengembangan hortikultura khusunya untuk tanaman kentang, maka kegiatan penelitian nasional kentang dapat lebih terkonsentrasi dan lebih efisien. Untuk memberi dukungan terhadap pengembangan kawasan tersebut maka dibutuhkan ketersediaan varietas unggul dan benih kentang yang bermutu dalam jumlah yang memadai. Varietas kentang yang banyak beredar dipetani saat ini sangat terbatas sekali yaitu hanya Granola dan Atlantic (Ashandi dkk. 1989). Granola ditanam petani sebagai kentang sayur sementara Atlantic dibudidayakan sebagai bahan baku industri kripik. Penggunaan varietas yang sangat terbatas dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. Pokok permasalahan Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru termasuk toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Varietas kentang yang telah dihasilkan Balitsa belum banyak yang diadopsi oleh pengguna Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurang promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun dilakukan promosi biasanya tidak diikuti dengan penyediaan benihnya sehingga pada waktu stake holder berkeinginan untuk mencoba ketersediaan benihnya tidak siap. Selain itu benih yang diadakan oleh Balitsa mekanisme pengadaannya 16
18 dengan cara klien harus order terlebih dahulu, keaadaan seperti ini tidak disukai klien, mereka lebih menyukainya ready stock. Kemudian benih yang ditawarkan Balitsa diterima konsumen dalam bentuk planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Melalui kegiatan demplot pengenalan varietas hasil Balitsa, akan memberikan peluang bagi varietas baru tersebut untuk dikenal keberadaannya oleh pengguna. Setelah itu diharapkan petani mulai tertarik untuk mencoba dan membudidayakannya. Secara parelel pada waktu yang bersamaan yaitu saat demplot berlangsung kegiatan perbanyakan benih sumber dilakukan secara massal, sehingga apabila petani sudah menentukan pilihan varietas yang disukainya, benih sudah siap didesiminasakan juga disiapkan baik itu benih berupa planlet, G0 dan benih turunan lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA Varietas kentang yang telah dihasilkan Balitsa belum banyak yang diadopsi oleh pengguna Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurang promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun dilakukan promosi biasanya tidak diikuti dengan penyediaan benihnya sehingga pada waktu stake holder berkeinginan untuk mencoba ketersediaan benihnya tidak siap. Selain itu benih yang diadakan oleh Balitsa mekanisme pengadaannya dengan cara klien harus order terlebih dahulu, keaadaan seperti ini tidak disukai klien, mereka lebih menyukainya ready stock. Kemudian benih yang ditawarkan Balitsa diterima konsumen dalam bentuk planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Melalui kegiatan demplot pengenalan varietas hasil Balitsa, akan memberikan peluang bagi varietas baru tersebut untuk dikenal keberadaannya oleh pengguna. Setelah itu diharapkan petani mulai tertarik untuk mencoba dan membudidayakannya. Secara parelel pada waktu yang bersamaan yaitu saat demplot berlangsung kegiatan perbanyakan benih sumber dilakukan secara massal, sehingga apabila petani sudah menentukan pilihan varietas yang disukainya, benih sudah siap didesiminasakan juga disiapkan baik itu benih berupa planlet, G0 dan benih turunan lainnya. 17
19 Untuk memperkenalkan keberadaan varietas unggul kentang hasil Balitsa kepada pengguna dalam hal ini petani, pedagang, penangkar benih dan konsumen beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah; a. Menyediakan benih sumber untuk varietas kentang hasil Balitsa untuk digunakan sebagai bahan pengkajian lebih lanjut atau sebagai bahan diseminasi untuk mendukung pengembangan kentang di kawasan hortikultura b. Sasaran kegiatan ini adalah calon pengguna varietas yaitu : petani, penangkar benih, BPTP, pedagang dan konsumen. Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : a) Dengan diketahuinya varietas baru balitsa, petani dapat memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing b) Dengan dikembangkan varietas toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan produksi kentang akan meningkat dan penggunaan insektisida dapat dikurangi c) Akibat biaya produksi berkurang maka pendapatan petani akan lebih meningkat. d) Adopsi varietas baru hasil Balitsa akan lebih cepat sampai ke pengguna Dihasilkan minimal satu varietas kentang yang disukai oleh pengguna III. TUJUAN DAN MANFAAT Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna. 18
20 IV. METODOLOGI - Persiapan benih untuk demplot Benih sumber yang digunakan benih kelas GO dihasilkan dari perbanyakan benih di rumah kasa dengan metode perbanyakan pre-basic seed (Struik and Wiersema, 1999). Benih sumber tersebut diperbanyak di Balitsa sebagai bahan untuk demplot akselerasi dan adopsi varietas baru kentang unggul hasil Balitsa. Benih turunan GO ditanam dilahan yang sebelumnya telah dirotasikan dengan tanaman yang bukan tanaman dari golongan solanaceae minamal dua musim. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 20 cm Lahan diolah secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Pupuk kandang yang digunakan pupuk kandang ayam yang sudah matang dengan dosis 10 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 90 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. Jumlah umbi per varietas yang diperbanyak antara umbi per varietas dan jumlah varietas yang ditanam sebanyak 8 varietas yaitu yairu GM05, GM 08, Granola, Kikondo, Margahayu, Merbabu, Repita, dan Ping 06. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di sentra produksi kentang di daerah dataran tinggi Desa Pattapang, Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan dari bulan Maret sampai dengan Oktober
21 Metode Penelitian - Prosedur Pelaksanaan Demplot Varietas Demplot penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Lahan untuk demplot pengujian varietas diolah secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 80 x 30 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. - Kegiatan Partisipatif dengan stakeholder Pada saat tanaman berumur antara hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. 20
22 Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara orang. Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti ini kedepan kita dapat memonitoring sebaran varietas yang didistribusikan.peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). Presentasi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit (Phytophthora dihitung dengan menggunakan rumus: P = a/a+b x 100 % P= Intensitas serangan a= jumlah daun yang terserang b= jumlah daun sehat/tanaman contoh 21
23 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui preferensi petani terhadap penampilan varietas kentang yang telah diuji dilakukan dengan mengundang petani dan memberikan kuesionir. Ada 30 petani memberikan penilaian terhadap penampilan varietas yang diuji (1. Granola G 0. 2) Granola G3 (Garut), 3). GM 08, 4.) Repita, 5.) GM 05, 6.) Merbabu 17, 7.) Margahayu, 8.) Kikondo, 9.) Cipanas). Hasil penilaian petani terhadap penampilan varietas pada fase vegetatif dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Preferensi petani terhadap pertumbuhan vegetatif varietas kentang Varietas yang sangat disukai oleh petani pada saat melihat pertumbuhan 9 varietas kentang adalah varietas Granola G0 dan varietas Cipanas (Gambar 1) dan yang disukai oleh petani ada 4 varietas yaitu varietas Granola Garut, varietas repita dan Merbabu 17 dan Varietas kikondo, sedangkan yang tidak disukai adalah Gm 05 dan GM 08. Penampilan GM05 dan GM 08 kurang disukai hal ini disebabkan karena benih yang digunakan kurang baik pertumbuhannya dan tidak tumbuh serentak, sedangkan varietas Margahayu kurang disukai karena relatif rentan terhadap serangan ulat poenggorok daun Liriomyza spp (Gambar 2). 22
24 Gambar 2. Penampilan Vegetatif Vrietas Cipanas (kiri) dan Varietas Margahayu (kanan) Alasan mereka memilih varietas yang paling disukai yaitu Cipanas diantaranya karena toleran terhadap penyakit busuk daun, batang dan daun kuat, tahan cuaca ekstrim curah hujan tinggi, daun lebar, bentuk daun bulat, serta batang tidak mudah rebah. Sementara alasan memilih Granola karena sudah terbiasa menanamnya sehingga ada jaminan pasar. Tabel 1. Tinggi Tanaman, lebar kanopi dan Jumlah Cabang varietas kentang pada Umur 60 hari setelah Tanam Utama/Rumpun Perlakuan/Parameter pengamatan Tinggi tanaman (cm) Lebar kanopi (cm) Jml. cabang utama/ rumpun Granola c 51,78 ab 2.3 a Granola Graut e 48,60 ab 2.7 a GM b 56,48 a 2.5 a Repita d 40,05 b 2.3 a GM a 54,40 ab 2.7 a Merbabu d 55,48 a 2.0 a Margahayu cd 40,05 b 2.2 a Kikondo e 54,40 ab 2.4 a Cipanas e a 3.3 a Keterangan : Angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut Uji Duncan 23
25 Tinggi tanaman masing-masing varietas bebeda-beda (Tabel 1). Varietas yang tingginya lebih dari 60 cm adalah varietas Kikondo dan Cipanas, sedangkan varietas yang paling rendah adalah varietas GM 05 dimana tinggi tanaman >40 cm. Kemampuan tanaman untuk berkembang secara optimal saat fase pertumbuhan vegetatif tentunya menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam menunnjukkan potensi produksinya yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. kentang yang diuji disajikan pada Tabel 2. Potensi produksi dari varietas Tabel 2. Berat umbi/plot, berat umbi/10 tanaman sampel dan produksi kentang per ha dari beberapa varietas kentang yang diuji Varietas kentang Berat Umbi/10 tan sampel (kg ) Berat Umbi/Plot (kg) Produksi kentang ((ton/ha) Granola G a a a Granola Garut 9.05 c bc cd GM a a a Repita 6.91 bc bc bc GM a a a Merbabu 6.61 ab bc bc Margahayu 4.39 a a a Kikondo 6.95 bc b b Cipanas 9.0 c c d Dari Tabel 2 terlihat bahwa hasil panen varietas cipanas dan Granola Garut menghasilkan jumlah umbi per rumpun tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan varietas repita dan kikondo, namun berbeda nyata dengan varietas Granola G0, Gm 05, GM 08, Margahayu, dan Merbabu 17. Berat umbi per rumpun tampak bahwa Cipanas dan Granola Garut mampu menghasilkan berat umbi 9 kg/10 tanaman.(gambar 3a). Demikian juga produksi kentang/plot yang teringgi diperoleh dari varietas Cipanas dan Granola Garut. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa produksi kentang/ha yang tertinggi diperoleh dari varietas cipanas yaitu ton kemudian diikuti oleh Granola Garut yaitu ton, Merbabu ton, Repita ton, dan Kikondo ton. Sedangkan GM 08 Margahayu, GM 08 dan Granola G 0 menghasilkan umbi terendah dengan produksi masing-masing berturutturut ton, ton, 15.5 ton dan ton/ha. Hasil panen benih kentang tersebut di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama (Gambar 3 b). 24
26 Intensitas serangan Phytophthora infestans A Gambar 3. Produksi Umbi kentang varietas Cipanas per rumrun (A) dan Benih kentang yang dipanen disimpan di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama. B OPT tanaman kentang Varietas kentang Gambar 4. Intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan pada berbagai varietas kentang umur 32 hari setelah tanam 25
27 Tabel 3. Intensitas serangan penyakit Rhizoctonia solani dan Phytophthora infestan umur >50 hst Varietas Rhizoctonia solani Phytopthora infestan Granola ab d Granola Garut 30,00 c 9.86 cd GM bc 9.93 cd Repita c 4,30 a GM bc 9.80 cd Merbabu a 8.93 c Margahayu 6.33 a e Kikondo bc 7.53 b Cipanas 6.33 a 7.83 b Secara umum semua varietas kentang yang diuji relatif toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan kecuali varietas margahayu dimana intensitas serangan sudah paling tinggi 17% pada saat tanaman berumur 32 hari dan pada saat tanaman berumur > 50 hst intensitas serangan mencapai 20.60%, sedangkan varietas kentang lainnya intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan berkisar antara 7.53 sampai 10.20%. Varietas kentang Repita sangat tahan dan intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan baik pada saat tanaman berumur 32 hst maupun >50 hst kurang dari 5 %. Semua varietas yang diuji dikendalikan dengan fungisida apabila sudah melewati ambang kendali. Gambar 5. Gejala tanaman kentang yang terserang oleh penyakit Rhizoctonia solani 26
28 Pada saat tanaman memasuki fase generatif beberapa varietas kentang mulai diserang oleh penyakit Rhizoctonia solani (Gambar 6). Varietas yang rentan terhadap penyakit Rhizoktonia solani adalah Granola Garut, Repita, GM-08, Kikondo dan GM 05, sedangkan varietas cipanas, Margahayu, Merbabu dan Granola relatif agak tahan terhadap penyakit Rhizoctonia solani. Diduga penyakit Rhizoctonia solani berasal dari lahan petani bukan berasal dari benih karena fase penyerangannya baru terlihat setelah kentang memasuki fase generatif. Hal ini terbukti juga bahwa disamping lahan pengujian lahan petani disekitar pertanaman juga terserang Rhizoctonia solani dengan intensitas serangan bervariasi dari 5-15 %. Hasil komunikasi pribadi dengan petani kentang H. ucung menyatakan serangan penyakit Rhizoktonia kadang-kadang muncul sejak 5 tahun yang lalu dengan intensitas relatif rendah. Agak tingginya serangan Rhizoktonia solani di lahan pengujian diduga disebabkan karena lahan pengujian menggunakan mulsa plastik hitam sedangkan lahan petani tidak menggunakan mulsa plastik hitam. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Preferensi petani memilih varietas Cipanas adalah karena toleran terhadap penampilan bagus, batang dan daun kuat, tahan cuaca ekstrim curah hujan tinggi, daun lebar, bentuk daun bulat, serta batang tidak mudah rebah. Sementara alasan memilih Granola karena sudah terbiasa menanamnya sehingga ada jaminan pasar 2. Semua varietas kentang yang diuji relatif toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan kecuali varietas margahayu dimana intensitas serangan > 20%. 27
29 VII. DAFTAR PUSTAKA Basuki, R.S., Kusmana, E. Sofiari, A. Dimyati, A. Asgar, N. Hartuti dan U. Jayasinghe Seleksi Varietas Kentang Processing menunjang Pengembangan Agroindustri. Laporan Kegiatan Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. P85pp. Biro Pusat Statistik Statistik Hortikultura Tahun (BPS, 2006). Fernie, A.R. and L. Willmitzer Molecular and biochemical triggers of potato tuber development. Plant Physiology 127: Fugly. K.O., W. Adiyoga, R. Asmunati, S. Mahalaya and R. Suherman Supply and Demand for Quality Potato Seed in Indonesia. Farmers Perspectives and Policy Option. UPWARD Working Paper Series No.8. CIP ESEAP Bogor.p1-53. Kusmana, E. Sofiari, H. Kurniawan, M. Ameriana, F. Kasim, Tri Handayani Makalah Usulan Pelepasan Varitas Unggul GM 05, GM08 dan Ping 06. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Rhoades, R.E., R.J. Hijmans and L. Huaccho 'World potato atlas Indonesia'. [Online], International Potato Center (CIP), Available from [30 April 2002]. Sengooba, T. and J.J. Hakiza The current status of late blight caused by Phytophthora infestans in Africa with empasis on Eastern and Southern Africa. In Late Blight a Threat to Global Food Initiative on Late Blight Conference, March 16-19, Quito Equador. Smoot, J.J., F.J. Gough, H.A. Lamney, J.J. Eichenmuller, and M.E. Gallegly Production and germination of oospores of Phytophthora infestans. Phytopathology 48: Schober, B. and G. Rullich Oosporenbilding von (Mont.) de Bary. Potato Research 29: Phytophthora infestans Struik, P.C., and S.G. Wiersema Seed Potato Tecnology. Wageningen Pers. Wageningen. Netherlands. 382 hal. Subijanto and P. Isbagyo Vegetable production and policy in Indonesia. In 'Vegetable research in south east Asia. AVRDS-ADB workshop on collaborative vegetable research in South East Asia'. (Asian Vegetable Research and Development Centre, Taiwan). pp
30 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. PERSONIL PELAKSANA KEGIATAN Nama lengkap dan Gelar Posisi dalam Kegiatan Peneliti Utama Instansi/Unit Kerja Jabatan Fungsional Dr. Ahsol Hasyim Balitsa Peneliti Utama Kusmana SP Anggota Balitsa Peneliti Madya Dr. Eri Sofiari Anggota Balitsa Peneliti Madya Ir. Yeni Anggota Balitsa Peneliti Kusadriani Madya Ir. Lutfi Anggota Balitsa Peneliti Muda Bidang Keakhlian Entomologi 15 Pemulian 15 Pemulian 15 Pemulian 15 Ekofisiologi 15 Alokasi Waktu (Jam/minggu) 2.JADWAL KEGIATAN No Kegiatan Tahun Persiapan x Koleksi dan Isolasi mikroba x endofit Formulasi pupuk majemuk x x hayati Persiapan lahan x Ploting dan pemupukan dasar x Perlakuan umbi dan tanam x x Pemeliharaan tanaman x x Pengamatan x x x Diskusi lapang x Panen x Analisis data x x Pembuatan laporan x 29
31 30
32 Tabel 1. Alasan petani memilih varietas sangat disukai dan disukai No. Nama Petani Alasan memilih varietas Nurman Acak Ani Idris Syamsudin Ancu Udding Nur Siah Ardim Tatang Rohmat Asdirman Bahar Syamsu Satar Malla Upping Basi Kamaruddin Umar Sudding Syukur Arman Umar Samsir Lapan Kutar Sidin Somad Artis Harman Batang bagus, tahan busuk daun, daya tahan penyakit bagus Penampilan tanaman bagus, daun tidak mudah rebah Agak tahan penyakit, biasa menanamnya, pertumbuhan bagus Agak tahan cuaca, batang bagus dan kuat, daun bagus Batang dan daun kuat tahan penyakit Batang kokoh daun tahan pada musim hujan Tahan busuk daun daun kuat, daun bulat batang panjang Daun lebar, batang tidak banyak busuk, daun hijau Daun tidak mudah terserang busuk daun, daun lebar dan tebal Agak tahan hujan, daun hijau, batang kokoh Tahan penyakit, tahan layu, pertumbuhan bagus Batang dan daun bagus, tahan penyakit Daun utuh batang cukup besar, daun bulat Batang dan daun bagus tahan penyakit Batang dan daun bagus tahan penyakit Batang kokoh dan daun hijau Tahan busuk daun, batang bagus tidak mudah rebah Tahan penyakit, biasa tanam, daun hijau Daun hijau,, batang bagus dan kuat, daun bagus Batang dan daun kuat tahan penyakit Batang kokoh daun banyak tahan pada musim hujan Tahan busuk daun daun kuat, daun bulat batang panjang Daun lebar, batang tidak banyak tahan busuk daun Daun tidak mudah terserang busuk daun, daun lebar dan tebal Tahan pada cuaca yang sangat ekstrim banyak hujan Tahan penyakit, tahan layu, pertumbuhan bagus Daun utuh batang cukup besar, daun bulat Batang dan daun bagus, biasa menanamnya Batang kokok dan tahan penyakit Batang dan daun bagus tahan penyakit 31
33 Gambar 5. Penampilan fase vegetatif varietas Kikondo Gambar 6. Penampilan fase vegetatif varietas Merbabu 17 32
34 Gambar 7. Penampilan fase vegetatif varietas Repita Gambar 8. Penampilan fase vegetatif varietas Cipanas 33
35 Gambar 9. Penampilan vegetatif varietas Granola G3 (Garut) Gambar 10. Penampilan fase vegetatif varietas Margahayu (saat terserang Liriomyza spp 34
36 Gambar 11. Penampilan vegetatif varietas Granola G0 Gambar 12. Penampilan fase vegetatif varietas GM 05 35
37 Gambar 13. Penampilan fase vegetatif varietas GM 08 36
38 KODE JUDUL: 1.03 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP 2012) DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Peneliti/Perekayasa: 1. Dr. Ahsol Hasyim, MS 2. Dr. Eri Sofiari 3. Kusmana SP 4. Ir. Yenni Kusadriani. 5. Drs. Lutfi INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI
39 BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak diusahakan petani di dataran tinggi di Indonesia. Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar di Asia tenggara. Dari tahun ke tahun luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang berfluktuasi. Pada tahun 2003 luas panen kentang di Indonesia ha dengan produksi ton atau rata-rata produktivitas ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi ton dengan luas panen pada tahun 2007, produktivitas naik lagi menjadi ton/ha pada tahun 2008 dengan luas panen ha sedangkan pada tahun 2010 luas panennya meningkat lagi menjadi ha (BPS 2010). Dibandingkan dengan produktivitas kentang di Eropa yang rata-rata mencapai 25.5 ton per hektar, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang rendah mutunya. Penggunaan benih secara turun temurun dan mutunya rendah merupakan salah satu sebab merosotnya produksi dan tingginya intensitas serangan penyakit tertentu, terutama jenis penyakit yang terbawa benih. Selain keadaan iklim suatu daerah dan sistem budidaya yang tidak optimal mempengaruhi perkembangan dan penyebaran suatu penyakit. Benih sehat merupakan benih yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan yang Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Toleransi tentang adanya serangan pada benih kentang oleh badan ini adalah: a) benih generasi 0 (G0) toleransi penyakit virus adalah 0% dan penyakit layu bakteri 0%, b) benih generasi satu (G1) toleransi virus 0,01% dan penyakit bakteri/nematoda 0%, c) benih generasi dua (G2) toleransi virus 0,1% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, d) benih generasi tiga (G3) toleransi virus 0,5% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, e) benih generasi empat (G4) toleransi virus 2% dan penyakit bakteri 1%. Beberapa sentra produksi kentang di Indonesia yaitu 5 provinsi dan 10 Kabupaten dijadikan sebagai bagian dari kawasan pengembangan hortikultura khusus untuk kentang. Kelima provinsi tersebut diatas adalah Provinsi Jawa Timur, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Dengan dibentuknya kawasan pengembangan hortikultura khusunya untuk tanaman kentang, 38
40 maka kegiatan penelitian nasional kentang dapat lebih terkonsentrasi dan lebih efisien. Untuk memberi dukungan terhadap pengembangan kawasan tersebut maka dibutuhkan ketersediaan varietas unggul dan benih kentang yang bermutu dalam jumlah yang memadai. Varietas kentang yang banyak beredar dipetani saat ini sangat terbatas sekali yaitu hanya Granola dan Atlantic (Ashandi dkk. 1989). Granola ditanam petani sebagai kentang sayur sementara Atlantic dibudidayakan sebagai bahan baku industri kripik. Penggunaan varietas yang sangat terbatas dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. 2. Pokok permasalahan Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru termasuk toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Varietas kentang yang telah dihasilkan Balitsa belum banyak yang diadopsi oleh pengguna Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurang promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun dilakukan promosi biasanya tidak diikuti dengan penyediaan benihnya sehingga pada waktu stake holder berkeinginan untuk mencoba ketersediaan benihnya tidak siap. Selain itu benih yang diadakan oleh Balitsa mekanisme pengadaannya dengan cara klien harus order terlebih dahulu, keaadaan seperti ini tidak disukai klien, mereka lebih menyukainya ready stock. Kemudian benih yang ditawarkan Balitsa diterima konsumen dalam bentuk planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut. Melalui kegiatan demplot pengenalan varietas hasil Balitsa, akan memberikan peluang bagi varietas baru tersebut untuk dikenal keberadaannya oleh pengguna. Setelah itu diharapkan petani mulai tertarik untuk mencoba dan membudidayakannya. Secara parelel pada waktu yang bersamaan yaitu saat demplot berlangsung kegiatan perbanyakan benih sumber dilakukan secara massal, sehingga apabila petani sudah menentukan pilihan varietas yang disukainya, benih sudah siap didesiminasakan juga disiapkan baik itu benih berupa planlet, G0 dan benih turunan lainnya. 39
41 3. Maksud dan Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna. 4. Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan : Kegiatan lapang di Sulawesi Selatan dilaksanakan di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Areal lokasi kegiatan merupakan sentra produksi sayuran dan ditanami oleh sayuran kol, kentang, bawang daun. b. Fokus Kegiatan : Pertanian Pangan Serangan hama/penyakit utama pada kentang seperti Phytophthora infestan, layu bakteri, Lyriomyza spp. merupakan kendala kendala penyebab rendahnya produksi kentang di Indonesia. Produksi kentang sangat erat kaitannya dengan keragaan varietas seperti produktifitas tinggi dan tahan terhadap hama/penyakit utama. Sampai saat ini sebagian besar petani kentang masih terfokus menanam kentang varietas Granola, padahal Balai Penelitian Tanaman Sayuran sudah melepas lebih kurang 20 varietas kentang baik untuk kentang sayur maupun kentang olahan untuk keripik. Tersedianya varietas kentang dengan produktifitas tinggi, tahan terhadaphama/penyakit utama merupakan upaya teknologi untuk mendukung peningkatan produksi kentang. Oleh karena itu diperlukan pengenalan varietas kentang selain varietas granola sehingga petani dapat memilih varietas yang sesuai untuk dikembangkan didaerahnya masing-masing. c. Bentuk Kegiatan 1. Kegiatan di rumah kasa. Benih sumber Generasi awal (G0) diperbanyak di Balitsa sebagai bahan untuk demplot akselerasi dan adopsi varietas baru kentang unggul hasil Balitsa. Jumlah umbi Generasi awal (G0) yang dibutuhkan untuk Demplot 40
42 varietas berkisar antara umbi per varietas. Varietas yang ditanam sebanyak 8 varietas yaitu Granola G 0, GM 08, Repita, GM 05, Merbabu 17, Margahayu, Kikondo, Cipanas, dan ditambah satu varietas Granola Generasi ke tiga. 2. Kegitan lapang: Demplot varietas kentang dilaksanakan dengan menanam 8 varietas kentang Generasi awal (G0) ditambah 1 varietas Granola Generasi ketiga (G3) di lahan petani desa Pittapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa. BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Perkembangan kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan tertera pada Tabel 1di bawah ini. Tabel 1. Tahapan Kelaksanaan Kegiatan No. Jenis kegiatan Uraian Kegiatan 1. Persiapan kegiatan Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan 2. Perbanyakan benih G0 Benih G0 untuk ditanam di demplot varietas dilahan petani Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong dipersiapkan di Balitsa Lembang. 3. Pengolahan tanah Tanah diolah dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan kemudian dibuat guludan. Masing-masing guludan berukuran 1 x 10 meter, kemudian diberi mulsa plastik hitam. 4. Pemupukan Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan saat tanah yaitu NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. 5. Penanaman Bibit kentang yang sudah bertunas ditanam dengan jarak tanam 70 x 20 cm. Masing-masing lobang tanaman ditanam 1 umbi. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, 41
43 pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha dicairakan dengan air dan diberikan disekitar perakaran tanaman masing-masing 250 ml/tanaman. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan pestisida bila telah melewati ambang kendali. 7. Panen Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. 8. Pelaporan Pelaporan akhir kegiatan b. Hambatan; Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegitan adalah tidak adanya irigasi teknis. Pengairan dilaksanakan dengan mengambil air dari dalam tanah dengan pompa kemudian ditampung dalam bak penampungan. Namun pada saat tanaman berumur >60 hari air dalam tanah terbatas jumlahnya hal ini disebabkan karena musim kemarau yang panjang 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran Rencana penggunaan anggaran ( RAB) telah disusun sebelumnya sesuai dengankebutuhan kegiatan penelitian serta kegiatan lainya yang mendukung penelitian ini, dan diharapkan RAB tersebut dijadikan acuan dalam rangka mencapai output yang telah ditetapkan. Perencanaan anggaran sudah disusun berdasarkan panduan insentif PKPP 2012 yang meliputi tiga tahapan pencairan (termin) yaitu Termin 1 ( 30%), termin ke dua (50%), dan termin ketiga (20%). Tabel 2. Uraian Penggunaan dana insentif PKPP. No. Uraian Pagu Tahap I Tahap 2 Tahap 3 Saldo 1. Anggaran Honor/upah Perjalanan Bahan Ops. lainnya b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: - Dana yang diterima dari program PKPP dikelola oleh bendahara Balitsa. 42
44 - Dari bendahara akan diserahkan kepada Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK) masing-masing kegiatan. - Peneliti mengajukan setiap kebutuhan biaya kegiatan kepada PUMK. c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Aset berupa benih varietas unggul kentang tahan penyakit Phytophthora infestan diserahkan kepada Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama, Desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan untuk dibagikan kepada anggota kelompok tani (Lampiran: Berita acara hasil panen). BPTP Sulawesi Selatan juga mengambil contoh benih masing-masing sebanyak 5-10 kg untuk dikembangkan di Kabupaten Enrekang. Diharapkan beberapa varietas kentang yang sudah dibagikan dapat beradaptasi dengan baik dan tersebar di Sulawesi selatan. d. Kendala-hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Tidak ditemukan kendala dan hambatan administrasi manajerial yang secara faktual mengganggu kelancaran proses kegiatan program. BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses Demplot penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Lahan untuk demplot pengujian varietas diolah secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida 43
45 dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman. - Kegiatan Partisipatif dengan stakeholder Pada saat tanaman berumur antara hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot. Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit. Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara orang. Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti ini kedepan kita dapat memonitoring sebaran varietas yang didistribusikan.peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi). 44
46 Presentasi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit (Phytophthora dihitung dengan menggunakan rumus: P = a/a+b x 100 % P= Intensitas serangan a= jumlah daun yang terserang b= jumlah daun sehat/tanaman contoh 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan pencapaian target kegiatan adalah: a) Diperolehnya minimal 2 varietas kentang yang tahan penyakit Phytophthora infestan, produksi tinggi dan sesuai dengan preferensi petani untuk dikembangkan di lahan petani, Kabupaten Goa dan Kabupaten lainnya yang berada di sulawesi selatan. c) Diperoleh data intensitas serangan dan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh penyakit Phytophthora infestan. d) Diperoleh data potensi hasil dari masing-masing varietas yang di tanam di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa. e. Tersebarnya varietas benih kentang unggul hasil pemulian Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Untuk mengetahui preferensi petani terhadap penampilan varietas kentang yang telah diuji dilakukan dengan mengundang petani dan memberikan kuesionir. Ada 30 petani memberikan penilaian terhadap penampilan varietas yang diuji (1. Granola G 0. 2) Granola G3 (Garut), 3). GM 08, 4.) Repita, 5.) GM 05, 6.) Merbabu 17, 7.) Margahayu, 8.) Kikondo, 9.) Cipanas). Hasil penilaian petani terhadap penampilan varietas pada fase vegetatif dapat dilihat pada Gambar 1. 45
47 Gambar 1. Preferensi petani terhadap pertumbuhan vegetatif varietas kentang Varietas yang sangat disukai oleh petani pada saat melihat pertumbuhan 9 varietas kentang adalah varietas Granola G0 dan varietas Cipanas (Gambar 1) dan yang disukai oleh petani ada 4 varietas yaitu varietas Granola Garut, varietas repita dan Merbabu 17 dan Varietas kikondo, sedangkan yang tidak disukai adalah Gm 05 dan GM 08. Penampilan GM05 dan GM 08 kurang disukai hal ini disebabkan karena benih yang digunakan kurang baik pertumbuhannya dan tidak tumbuh serentak, sedangkan varietas Margahayu kurang disukai karena relatif rentan terhadap serangan ulat poenggorok daun Liriomyza spp (Gambar 2). Gambar 2. Penampilan Vegetatif Vrietas Cipanas (kiri) dan Varietas Margahayau (kanan) Alasan mereka memilih varietas yang paling disukai yaitu Cipanas diantaranya karena toleran terhadap penyakit busuk daun, batang dan daun kuat, tahan cuaca ekstrim curah hujan tinggi, daun lebar, bentuk daun bulat, serta batang tidak mudah rebah. Sementara alasan memilih Granola karena sudah terbiasa menanamnya sehingga ada jaminan pasar (Lampiran 1) Tabel 1. Tinggi Tanaman, lebar kanopi dan Jumlah Cabang varietas kentang pada Umur 60 hari setelah Tanam Utama/Rumpun 46
DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
KODE JUDUL: 1.03 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN
Lebih terperinciDISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary
KODE JUDUL: 1.03 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP 2012) DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA:
Lebih terperinciPENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG
PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG BASO ALIEM LOLOGAU, dkk PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bantaeng mempunyai delapan kecamatan yang terdiri dari 67 wilayah
Lebih terperinciNo. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010
No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 Perakitan Varietas Kentang Berdaya Hasil Tinggi (> 30 ton/ha), Kualitas Olahan (Specific Gravity > 1.067), Adaptif di Dataran Medium (500 m dpl), dan Toleran
Lebih terperinciSuplemen Majalah SAINS Indonesia
Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Juni 2017 Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Benih TSS Mampu Gandakan Produksi Bawang Merah Penggunaan benih TSS berhasil melipatgandakan
Lebih terperinciVarietas Unggul Baru (VUB) Kentang Menjawab Kebutuhan Bahan Baku Olahan
Varietas Unggul Baru (VUB) Kentang Menjawab Kebutuhan Bahan Baku Olahan Bahan baku untuk industri terutama keripik kentang adalah varietas Atlantik, karena memiliki mutu olah yang baik. Sebagian besar
Lebih terperinciPERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014
PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 Kentang merupakan unggulan kelima besar dari komoditas sayuran utama yang dikembangkan di Indonesia,
Lebih terperinciKERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciPERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama
Lebih terperinciSuplemen Majalah SAINS Indonesia
Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Kentang Medians Siap Geser Dominasi Benih Impor Kentang varietas Atlantik sampai kini masih merajai suplai bahan baku untuk industri keripik
Lebih terperinciPengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit
J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban
Lebih terperinciKentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori
TEKNIK PENGAMATAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK MAJEMUK DAN TUNGGAL PADA BEBERAPA VARIETAS KENTANG Engkos Koswara 1 Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori dan mineral yang penting bagi pemenuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN
PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU Ahmad Damiri dan Dedi Sugandi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl Irian Km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK
Lebih terperinciBUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan
Lebih terperinciUJI KETAHANAN 7 KLON TANAMAN KENTANG (Solanum Tuberosum L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN (Phytopthora Infestans (Mont.) de Barry)
540 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 6 JANUARI-2014 ISSN: 2338-3976 UJI KETAHANAN 7 TANAMAN KENTANG (Solanum Tuberosum L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN (Phytopthora Infestans (Mont.) de Barry) RESISTANCE
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi
Lebih terperinciEVALUASI ENAM VARIETAS KENTANG DI DATARAN TINGGI KARO SUMATERA UTARA. Evaluation of Six Potato Variety Potato In Plateau of Karo - North Sumatera
EVALUASI ENAM VARIETAS KENTANG DI DATARAN TINGGI KARO SUMATERA UTARA Evaluation of Six Potato Variety Potato In Plateau of Karo - North Sumatera Oleh: Fatiani Manik 1), Setyorini Widyayanti 2) dan Jesron
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan
Lebih terperinciKERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR
KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian
Lebih terperinciPenyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4
Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 1. Benih Kentang terdiri dari : (a) Benih dari biji (TPS) (b) Stek mikro (dalam botol kultur) (c) Umbi mikro (umbi kecil dalam botol kultur) (d) Stek
Lebih terperinciPENYIAPAN BIBIT UBIKAYU
PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah
18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Tanaman Buah Tongkoh Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000 meter di atas permukaan
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU
KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan
Lebih terperinciBALITSA & WUR the Netherlands,
BALITSA & WUR the Netherlands, 2014 1 PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA KENTANG SECARA PREVENTIF Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan
Lebih terperinciPENDAMPINGAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN GOWA
PENDAMPINGAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN GOWA Andi Ella, dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengembangan kawasan secara terintegrasi dengan sentuhan teknologi tepat guna
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PERCOBAAN
LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI FUNGISIDA RIZOLEX 50 WP (metil tolklofos 50%) (385/PPI/8/2008) TERHADAP PENYAKIT BUSUK DAUN Phytophthora infestans PADA TANAMAN KENTANG Pelaksana : H.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini
Lebih terperinciPengembangan Kentang di Negara Asia (Ringkasan Jawaban terhadap Kuisioner UNECE )
Pengembangan Kentang di Negara Asia (Ringkasan Jawaban terhadap Kuisioner UNECE ) Gregory Wolff Director, Horticulture Division Canadian Food Inspection Agency Outline Pengumpulan data Lokasi survei Produksi
Lebih terperinciBAHAN PERS RELEASE PUSLITBANG HORTIKULTURA. 1. Pengembangan Varietas Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di Indonesia.
BAHAN PERS RELEASE PUSLITBANG HORTIKULTURA 1. Pengembangan Varietas Kentang Prosesing Mendukung Industri Potato Chips di Indonesia. Pengembangan industri potato chips di Indonesia terhambat oleh langkanya
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara
Lebih terperinciKentang Varietas Ping 06
Kentang Varietas Ping 06 Inventor : Erry Sofiari, Kusmana, I.M. Hidayat, F. Kasim, Tri Handayani, H. Kurniawan, dan M. Ameriana Kentang Varietas Ping 6 merupakan hasil persilangan antara Granola dengan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciKAJIAN ADAPTASI VARIETAS UNGGUL KENTANG TROPIKA PRODUKTIVITAS >30 TON/HA DI SULAWESI SELATAN. Nurjanani, dkk RINGKASAN
KAJIAN ADAPTASI ARIETAS UNGGUL KENTANG TROPIKA PRODUKTIITAS >30 TON/HA DI SULAWESI SELATAN Nurjanani, dkk RINGKASAN Dukungan teknologi dalam usaha pengembangan produksi kentang terus ditingkatkan. Hal
Lebih terperinciADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK
ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK Ida Bagus Aribawa dan I Ketut Kariada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciNo. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010
No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 Perakitan Varietas dan Teknologi Perbanyakan Benih secara Massal (dari 10 menjadi 1000 kali) serta Peningkatan Produktivitas Bawang merah (Umbi dan TSS) (12
Lebih terperinciKarakterisasi dan Seleksi 139 Galur Kentang
Karakterisasi dan Seleksi 139 Galur Kentang Redy Gaswanto dan Kusmana Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang ABSTRACT Characterization and Selection of 139 Potato Lines. One of the ways of increasing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber
Lebih terperinciDirektorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Oleh Nana Laksana Ranu Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia http://www.hortikultura.go.id ATURAN PERBENIHAN DI INDONESIA Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciProspek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara
Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk
Lebih terperinciREKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.
REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5
Lebih terperinciBuletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun
PENGARUH UMUR SIMPAN BIBIT BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP DAN RUBARU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Yuti Giamerti dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciPedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004
Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup
Lebih terperinciJurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN
PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TUJUH VARIETAS UNGGUL KENTANG DI BATAGAK, KABUPATEN AGAM
Yulimasni dan Hayani PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TUJUH VARIETAS UNGGUL KENTANG DI BATAGAK, KABUPATEN AGAM The Growth and Productivity of Seven Potato Varieties at Batagak, Agam Regency Yulimasni dan
Lebih terperinciProsiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :
Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciBAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara
BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinci*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang
PENERAPAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA BIORASIONAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU KEBUL, Bemisia tabaci PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING CABAI DI NAGARI BATU TAGAK, KECAMATAN LUBUK BASUNG, KABUPATEN AGAM,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciYield Trials of IPB Potato (Solanum tuberosum L.) Promising Lines in Garut District West Java
ISSN 2580-2100 e-issn 2580-6327 Tersedia daring http://horticulturae.ipb.ac.id Uji Daya Hasil Klon Harapan Kentang (Solanum tuberosum L.) IPB di Kabupaten Garut Jawa Barat Yield Trials of IPB Potato (Solanum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosuml) adalah salah satu komoditi sayuran yang sangat penting Kentang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai cemilan maupun
Lebih terperinciTEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU
TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat
PENDAHULUAN Latar belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi di bidang penelitian dan pengembangan sayuran di Indonesia. Berdasarkan volume, kentang adalah
Lebih terperinciOleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09
Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida
5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU ABSTRAK
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU Ahmad Damiri, Dedi Sugandi dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Kentang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia
58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciKUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA
38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi
Lebih terperinciTeknologi Produksi Ubi Jalar
Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN
LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG
KODE JUDUL: X-130 PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN Perekayasa/ Peneliti: Dr. Ir. Teguh Wikan Widodo, MSc Ir. M. Hidayat Ir. D.A.Budiman,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,
PENDAHULUAN Latar Belakang Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, jagung, dan beras. Di banyak negara, kentang berfungsi sebagai makanan pokok karena gizi yang sangat baik
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga tujuan yaitu: tujuan ekonomi (efisiensi dan pertumbuhan), tujuan sosial (kepemilikan/keadilan) dan tujuan ekologi (kelestarian
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI Julistia Bobihoe, Endrizal dan Didiek Agung Budianto 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 2)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solanum tuberosum L. atau yang dikenal dengan kentang merupakan salah satu dari lima makanan pokok dunia sebagai sumber karbohidrat. Kelima makanan pokok tersebut adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya
Lebih terperinciBUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2
BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)
ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO) (Muhsanati, Etti Swasti, Armansyah, Aprizal Zainal) *) *) Staf Pengajar Fak.Pertanian, Univ.Andalas
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN
No. 011, Juli 2016 (Tanggal diunggah 20 Juli 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PENINGKATAN
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI SAYURAN DI NAGARI AIR DINGIN, KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK
ANALISIS USAHATANI SAYURAN DI NAGARI AIR DINGIN, KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK Nusyirwan Hasan, Aryunis, dan Buharman B Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok
Lebih terperinciKAJIAN ADAPTASI VARIETAS UNGGUL KENTANG TROPIKA PRODUKSI TINGGI DAN TAHAN PENYAKIT DI KABUPATEN BANTAENG SULAWESI SELATAN
J. Agrotan 1(2) : 19-32, September 2015, ISSN : 2442-9015 KAJIAN ADAPTASI VARIETAS UNGGUL KENTANG TROPIKA PRODUKSI TINGGI DAN TAHAN PENYAKIT DI KABUPATEN BANTAENG SULAWESI SELATAN Study of Adaptation of
Lebih terperinciEfektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering
Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciPengembangan Varietas Hibrida Jagung Tahan Penyakit Bulai (Perenosclerospora maydis L.), Umur Genjah(<90 hst), Potensi Hasil Tinggi(11 t/ha)
KODE PENELITIAN: X.70 Pengembangan Varietas Hibrida Jagung Tahan Penyakit Bulai (Perenosclerospora maydis L.), Umur Genjah(
Lebih terperinciKeragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau
Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Yunizar dan Jakoni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Fax. (0761) 674206; E-mail bptpriau@yahoo.com Abstrak Peningkatan produksi jagung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena
Lebih terperinciKERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH
36 Muhammad Saleh KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebon Karet Loktabat,
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI
PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI Effects of Various Weight of Shallot Bulb Derived from First Generation
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.
KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi
Lebih terperinci