III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 55 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian perancangan proses sulfonasi lignin isolat TKKS menjadi NLS diawali dengan adanya gagasan/ide yaitu melimpahnya TKKS sebagai sumber bahan berlignoselulosa yang berpotensi sebagai bahan dasar pembuatan kertas dan pulp serta natrium lignosulfonat (NLS), kebutuhan Indonesia akan NLS yang sampai saat ini masih seratus persen mengimpor dari negara-nagara Skandinavia, serta peluang pendirian NLS secara mandiri. Perancangan proses mengacu pada Seider et.al, 1999, meliputi kreasi/sintesis proses serta pengembangan proses. Sintesis proses meliputi pemilihan jalur pemasakan/pulping TKKS dan pemilihan teknik isolasi lignin yang tepat untuk memperoleh lignin isolat terbaik serta proses sulfonasi lignin menjadi NLS. Selajutnya melakukan optimasi kondisi proses sulfonasi lignin untuk mendapatkan hasil NLS terbaik, identifikasi dan karakterisasi NLS dengan membandingkan karakteristik NLS standar (NLS- Aldrich). Untuk mengetahui kinerja produk NLS sebagai bahan pendispersi, maka dilakukan uji kinerja NLS yang diaplikasikan pada pasta gipsum dengan mengamati nilai alir (flow value) pada penambahan berbagai kadar NLS yang dicampurkan dalam pasta gipsum. Hasil kinerja NLS juga dibandingkan dengan kinerja NLS-Aldrich. Pengembangan proses untuk mendapatkan perancangan lengkap, yaitu melakukan penggandaan skala (scale up) melalui pendekatan sistematis empiris (pemodelan). Model kinetika reaksi proses sulfonasi lignin yaitu model persamaan kecepatan reaksi (r A ) dan konstanta laju reaksi (k), merupakan model yang menghubungkan antara proses reaksi dan volume/kapasitas reaktor. Simulasi neraca massa pada berbagai kapasitas dilakukan untuk mendapatkan persamaan matematik biaya produksi total (t C ) NLS sebagai fungsi kapasitas produksi (P) dan melakukan optimasi untuk mendapatkan kapasitas produksi NLS optimum. Kondisi proses optimum, konversi, dan kapasitas NLS optimum digunakan sebagai data (input) dalam pembuatan diagran alir yaitu process engineering flow diagram (PEFD) yang hasil (output) nya merupakan gambaran riil proses sulfonasi lignin menjadi NLS, yang melibatkan rangkaian peralatan, kondisi 55

2 proses di setiap alat, distribusi neraca massa dan energi disetiap alat (tahapan proses). PEFD dibuat dengan paket program HYSYS. Untuk mengetahui apakah industri surfaktan NLS layak dikembangkan atau tidak, dilakukan analisis finansial dengan menentukan beberapa kriteria kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C, BEP dan PBP, juga dilakukan analisis tingkat sensitivitas pada beberapa perubahan kondisi. Kerangka pemikiran perancangan proses sulfonasi lignin menjadi surfaktan natrium lignosulfonat (NLS) disajikan pada Gambar 3.1 KEGIATAN 1. Kreasi proses (sintesis proses) : penentuan jalur proses pemasakan/pulping TKKS, dan penentuan teknik isolasi lignin untuk mendapatkan lignin isolat yang baik. Selanjutnya melakukan optimasi kondisi proses sulfonasi lignin menjadi NLS, identifikasi dan karakterisasi NLS, serta uji kinerja NLS sebagai bahan pendispersi. 2. Pengembangan proses meliputi: penentuan model kinetika reaksi, simulasi dan optimasi kapasitas produksi NLS, validasi model, serta integrasi dalam process engineering flow diagram (PEFD) 3. Analisis kelayakan finansial pendirian industri NLS 56 HASIL 1. Informasi jalur pemasakan/pulping TKKS, serta teknik isolasi lignin terbaik, kondisi proses sulfonasi optimum, hasil identifikasi dan karakteristik NLS, serta hasil kinerja NLS sebagai bahan pendispersi 2. Model kinetika reaksi, hasil simulasi neraca massa untuk berbagai kapasitas, kapasitas produksi NLS optimum, serta integrasi dalam PEFD 3. Informasi kelayakan finansial pendirian industri NLS Rancangan proses produksi NLS berbahan dasar TKKS Gambar 3.1 Kerangka pemikiran perancangan proses sulfonasi lignin isolat TKKS menjadi natrium lignosulfonat (NLS). 3.2 Metode penelitian Alat dan Bahan Untuk Preparasi Lignin Isolat dan Proses Sulfonasi A. Preparasi lignin Peralatan yang digunakan pada tahap preparasi lignin isolat dan proses sulfonasi lignin menjadi NLS yaitu: peralatan proses pemasakan

3 57 atau proses pulping serpih TKKS adalah digester (500 ml); penyaring vakum dengan corong kaca masir, sentrifus untuk pemurnian lignin serta oven pengering lignin; B. Proses Sulfonasi Peralatan yang digunakan untuk proses sulfonasi adalah rangkaian reaktor tangki berpengaduk (batch) dan alat pendukungnya. (labu leher tiga dilengkapi dengan pengaduk, pemanas (hot plate stirrer), pendingin balik, termometer; water bath); peralatan untuk identifikasi dan karakterisasi antara lain : Spektro UV-Vis HP tipe 8452 A, diode array spectrophotometer untuk mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu. Spectrophotometer FTIR digunakan untuk pencirian gugus fungsi lignin dan natrium lignosulfonat (NLS), LC-MS untuk mengetahui fragmen-fragmen bobot molekul gugus fungsi NLS (m/z), peralatan untuk evaluasi kinerja NLS adalah tabung yang terbuat dari botol plastik yang dibentuk cincin dengan diameter 50 mm dan tinggi 50 mm. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: TKKS, yang diperoleh dari PTPN VIII, Pandeglang, Jawa Barat; bahan-bahan kimia untuk proses pulping adalah etanol dan NaOH; bahan-bahan kimia untuk isolasi lignin yaitu: H 2 SO 4, NaOH dan aquades; bahan-bahan kimia untuk sulfonasi yaitu natrium bisulfit (NaHSO 3 ) dan NaOH; Bahan kimia untuk pemurnian natrium lignosulfonat (NLS) dari sisa reaktan yang tidak bereaksi adalah metanol; serta gipsum yang digunakan untuk uji kinerja NLS sebagai bahan pendispersi Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Kimia, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kahutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Beberapa pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer LIPI Serpong. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2006 sampai dengan Agustus 2007.

4 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian meliputi sintesis proses dan pengembangan proses seperti terlihat pada Gambar 3.2 Sintesis Proses Pemilihan jalur pemasakan/pulping bahan baku TKKS (metoda heuristik) Jalur pemasakan terbaik Pemilihan teknik isolasi lignin (metoda heuristik) Jalur isolasi lignin terbaik Optimasi kondisi proses sulfonasi lignin (nisbah pereaksi, ph, suhu) metode RSM Analisis harga, kandungan lignin, dampak lingkungan harga, rendemen, kemurnian lignin, kadar metoksil Analisis Konversi lignin menjadi NLS Kemurnian NLS Kondisi proses optimum NLS Identifikasi NLS Karakterisasi NLS Uji kinerja NLS Pemodelan kinetika reaksi Pengembangan Proses Model Persamaan kecepatan reaksi (r A ) dan model konstanta laju reaksi (k A ) Optimasi kapasitas produksi NLS Kapasitas NLS optimum Simulasi neraca massa pada berbagai kapasitas NLS Biaya produksi total (t c ) Integrasi proses (PEFD) Analisis kelayakan finansial Kriteria kelayakan NPV, IRR, Net B/C, BEP, PBP Rancangan proses sulfonasi lignin isolat TKKS menjadi natrium lignosulfonat (NLS) Gambar 3.2 Tahapan Penelitian.

5 Sintesis Proses Pemilihan Jalur Pemasakan/pulping TKKS dan Pemilihan Teknik Isolasi Lignin Pemilihan jalur proses pemasakan/pulping TKKS dan pemilihan teknik isolasi Lignin yaitu dengan mensintesis hasil dari beberapa peneliti yang telah dilakukan maupun dari pustaka yang menunjang. Ada beberapa proses pulping yang biasa digunakan yaitu proses kraft (sulfat), proses sulfit (NSSC) serta proses organosolv. Pemilihan proses didasari atas beberapa pertimbangan yaitu harga bahan pemasak, kandungan lignin dalam lindi, sifat fisiko-kimia serta dampak lingkungan. Teknik isolasi lignin yang biasa dipakai adalah cara presipitasi asam (metode Kim) serta cara ekstraksi, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan teknik isolasi didasari oleh harga bahan untuk isolasi, rendemen lignin, kemurnian lignin serta kadar metoksil. Metode Pengambilan Keputusan Dalam Sintesis Proses Ada beberapa metode pengambilan keputusan dalam sintesis proses yang dapat digunakan yaitu metode kualitatif dengan menggunakan aturan heuristik (berdasarkan pengalaman pada kaidah umum) atau secara algoritma seperti metode perbandingan eksponensial (MPE). Aturan Heuristik Aturan heuristik menurut Hartmann dan Kaplick, 1990 adalah teori dan penyelesaian yang dapat dipercaya tetapi tidak sempurna, merupakan rule of thumb, sebagai pendekatan dalam pengambilan keputusan. Aturan heuristik untuk mensintesis proses dikelompokkan menjadi 5 (lima), yaitu aturan heuristik untuk persiapan dan modifikasi, menentukan struktur sistem, memilih sistem dan parameternya, memodifikasi sistem dan evaluasi sistem, sedangkan menurut Seider et al, 1999, aturan heuristik untuk sintesis proses meliputi pemilihan reaksi kimia untuk mengeliminasi perbedaan jenis-jenis molekul, pencampuran dan daur ulang untuk mendistribusikan bahan kimia, pemisahan untuk mengeliminasi perbedaan komposisi, suhu, tekanan dan perubahan fase, integrasi proses untuk mengkombinasikan tugas-tugas satuan proses. Aturan heuristik untuk sintesis sistem proses adalah: mengurangi kuantitas aliran proses agar buangan tidak

6 60 banyak, mengurangi bahan tambahan, mengurangi kuantitas bahan kimia, mengurangi pencampuran, usahakan adanya integrasi proses, memilih kondisi proses yang memungkinkan Preparasi Lignin Isolat TKKS A. Proses Pemasakan/pulping TKKS. Proses pemasakan/pulping dilakukan dengan metode organosolv dengan alat pemasak digester, metode ini sering dilakukan pada jenis kayu lunak seperti TKKS. Bahan pemasak yang digunakan adalah pelarut organik etanol dengan katalisator NaOH dengan komposisi terhadap TKKS divariasikan. Serpih TKKS, larutan pemasak etanol, dan katalisator NaOH dipulping atau dimasak dalam digester. Proses pemasakan dilakukan dua tahap, yaitu proses pemasakan mulai suhu kamar sampai suhu maksimum (170 o C), kemudian pemasakan dipertahankan pada suhu maksimum tersebut selama waktu tertentu (1,5 jam) Tahapan dan kondisi proses pulping/delignifikasi serpih TKKS adalah sebagai berikut: Berat kering serpih TKKS : 250 gram Komposisi larutan pemasak : etanol teknis 95% : air (1:1) Komposisi larutan pemasak terhadap TKKS : 10 : 1 (v/b) Komposisi Katalis (NaOH) terhadap TKKS : 5, 10, dan 15 % (b/b) Suhu maksimum : 170 o C Lama pemasakan : 1,5 jam Lama proses pada suhu maksimum : 1 jam Hasil proses pulping/delignifikasi terdiri atas dua bagian yaitu lindi hitam (black liquor) dan serpih (pulp) yang agak lunak. Serpih yang dihasilkan dicuci dengan aseton teknis kemudian dengan air dan sisa cairan pencucian ditambahkan ke dalam lindi hitam (black liquor). Lindi hitam tersebut disaring dengan menggunakan penyaring kain nylon 20 µm untuk memisahkan bahan terlarut dalam lindi hitam (filtrat) dan tidak terlarut (residu). Filtrat atau lindi hitam yang telah bebas dari residu kemudian dianalisa ph dan kadar padatan totalnya.

7 61 B. Proses Isolasi Lignin Dari Lindi Hitam TKKS. Teknik isolasi lignin dari lindi hitam TKKS dilakukan dengan metode presipitasi asam yaitu isolasi yang dikembangkan oleh Kim et al. (1987). Tahapan proses isolasi lignin meliputi: 1) Pengendapan dengan asam sulfat (H 2 SO 4 ) pada konsentrasi yang divariasikan; 2) Pelarutan endapan lignin dengan menggunakan NaOH 1 N ; 3) Pengendapan lignin kembali dengan menggunakan H 2 SO 4 dengan konsentrasi yang sama pada pengendapan pertama; 4) Pencucian dengan H 2 SO 4 0,01N; 5) Dilanjutkan pencucian dengan air; 6) Pengeringan dengan oven pada suhu O C. Parameter yang diamati adalah rendemen lignin isolat dan kemurnian lignin isolat yang dihasilkan. Tahapan dan kondisi proses isolasi lignin adalah sebagai berikut: Sebanyak 500 ml lindi hitam yang telah disaring (filtrat) diendapkan ligninnya dengan cara dititrasi dengan asam sulfat dengan konsentrasi yang divariasikan yaitu H 2 SO 4 5, 20 dan 35 % (v/v). Titrasi dilakukan secara perlahan-lahan (± 1 ml per menit) hingga mencapai ph 2, kemudian didiamkan selama minimal 8 jam agar pengendapan sempurna. Larutan asam bagian atas di pisahkan dari endapan lignin. Endapan lignin dilarutkan dalam larutan alkali yaitu NaOH 1N hingga volume mencapai 2 kali, Selanjutnya larutan lignin diendapkan kembali dengan cara titrasi menggunakan asam sulfat (H 2 SO 4 ) dengan konsentrasi yang sama seperti pada proses pengendapan pertama. Endapan lignin dipisahkan dari larutan dengan menggunakan alat sentrifuse, kemudian endapan dicuci menggunakan H 2 SO N, dilanjutkan pencucian dengan aquadest dan disaring menggunakan penyaring vakum. Endapan yang telah dicuci dikeringkan dalam oven o C selama 24 jam sehingga dihasilkan lignin isolat dengan kemurnian tinggi berbentuk serbuk/tepung. Secara rinci tahap preparasi lignin isolat TKKS disajikan pada Gambar 3.3

8 62 Proses pemasakan/pulping (Proses organosolv) Serpih TKKS 250 gram + 2,5 liter etanol teknis 50% dalam digester dengan penambahan katalis NaOH yang divariasikan (0 %, 5%, 10 % dan 15 %). Penyaringan Selulosa/pulp Lindi hitam/ black liquor Isolasi lignin (Metode presipitasi asam (H 2 SO 4 ) (Kim et al., 1978 ) Pengendapan lignin : 500 ml lindi ditetrasi dengan H 2 SO 4 dengan konsentrasi yang divariasi 5, 20 dan 35 %, hingga ph 2 Pengendapan bertingkat Larutan zat ekstraktif Lignin terisolasi (lignin isolat) Gambar 3.3 Tahap preparasi lignin isolat TKKS. C. Karakterisasi Lignin Isolat. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat fisiko-kimia lignin isolat yang dihasilkan. Karakteristik lignin isolat meliputi : rendemen lignin isolat, kadar padatan total lignin, keasaman, kadar metoksil lignin dan bobot molekul lignin (Mr), serta identifikasi gugus fungsi yang terkandung didalamnya dengan Fourrier Transform Infrared ( FT-IR). Prosedur karakterisasi lignin isolat disajikan pada Lampiran Optimasi Kondisi Proses Sulfonasi Lignin Isolat Menjadi NLS. Proses sulfonasi lignin dengan bahan penyulfonasi natrium bisulfit (NaHSO 3 ) menghasilkan natrium lignosulfonat (NLS) dilakukan dengan memodifikasi metode Syahmani (2001) dan Yasuda (2004). Variabel bebas yang divariasikan adalah nisbah pereaksi (NaHSO 3 terhadap lignin), ph, serta suhu

9 63 reaksi. Parameter yang diamati adalah nilai konversi lignin menjadi NLS serta kemurnian NLS yang dihasilkan. Tahapan optimasi kondisi proses sulfonasi lignin isolat menjadi NLS adalah sebagai berikut: Lignin isolat dengan bobot tertentu (5 gram) disuspensikan dengan 150 ml air atau perbandingan lignin : air (1 : 30 b/v), dalam labu bulat leher 3 ukuran 500 ml dan diaduk menggunakan magnetic-stirrer. Suspensi ini ditambahkan natrium bisulfit (NaHSO 3 ) sebagai bahan penyulfonasi dengan nisbah pereaksi (NaHSO 3 terhadap lignin) divariasikan yaitu 40, 50, 60, dan 70 % b/b, ph divariasikan yaitu 4, 5, 6, dan 7 dengan menambahkan NaOH konsentrasi 20 % sebagai katalis yang ditunjukkan dalam skala indikator ph universal. Campuran tersebut diaduk dengan magnetic stirrer agar campuran bereaksi sempurna. Suhu reaksi divariasikan yaitu 70, 80, 90 dan 100 o C, dengan pemanas water bath selama 4 jam, yang dimonitor dengan termometer. Hasil reaksi berupa produk NLS, sisa reaksi (lignin dan natrium bisulfit) serta air. Proses pemisahan dan pemurnian produk NLS dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: hasil reaksi dievaporasi guna mengurangi volume air pada suhu 100 o C, larutan yang telah pekat disaring dengan corong buchner untuk memisahkan sisa lignin yang tidak bereaksi. Filtrat berupa larutan NLS yang masih mengandung sisa natrium bisulfit yang tidak bereaksi. Filtrat kemudian ditambahkan metanol (teknis yang didestilasi) sebanyak kurang lebih 30 ml sambil dikocok kuat sehingga natrium bisulfit sisa terikat oleh metanol, kemudian dipisahkan menggunakan corong buchner untuk memisahkan sisa natrium bisulfit tersebut. Larutan NLS diuapkan pada suhu 60 o C untuk mengurangi metanol dan mendapatkan NLS pekat, kemudian dikeringkan dalam oven vakum maksimum suhu 50 o C, ditimbang sampai diperoleh NLS dengan bobot konstan. NLS yang dihasilkan berupa serbuk/bubuk dan memiliki kemurnian yang tinggi. Secara rinci proses sulfonasi lignin isolat TKKS menjadi NLS disajikan pada Gambar 3.4

10 64 Optimasi proses sulfonasi lignin isolat TKKS 5 gram lignin isolat disuspensikan dengan 150 ml air atau perbandingan lignin : air (1 : 30 w/w) disulfonasi dengan natrium bisulfit (NaHSO 3) variasi : nisbah pereaksi (NaHSO 3 thd lignin) yaitu 40, 50, 60, dan 70 % b/b, ph: 4,5,6, dan 7 (dengan penambahan katalis NaOH), serta suhu reaksi yaitu 70, 80, 90 dan 100 O C. Penyaringan Lignin sisa Larutan NLS metanol Pemurnian Penyaringan Sisa NaHSO 3 Natrium lignosulfonat (NLS) Gambar 3.4 Proses sulfonasi lignin isolat TKKS menjadi natrium lignosulfonat (NLS) Identifikasi Produk Natrium Lignosulfonat (NLS) Identifikasi produk natrium lignosulfonat (NLS) dilakukan untuk melihat letak gugus fungsi dari lignin sebagai bahan baku dan NLS setelah mengalami sulfonasi dengan spektrofotometer FTIR; mengetahui fragmen bobot molekul gugus fungsi NLS (m/z) dengan spektrofotometer LC-MS serta menentukan kemurnian NLS dengan spektrofotometer UV. Hasil identifikasi kemudian dibandingkan dengan natrium lignosulfonat standar dari Aldrich (NLS-Aldrich) Karakterisasi Sifat fisiko-kimia Natrium Lignosulfonat (NLS). Karakterisasi NLS yang dihasilkan dilakukan untuk melihat beberapa sifat fisiko-kimia untuk dibandingkan dengan NLS komersial. Karakterisasi NLS

11 meliputi % gula pereduksi, bobot jenis, viskositas dan kandungan total unsur kimia (kandungan S, Na, N, Ca dan Fe) (Wesco Technology, 1995) Evaluasi Kinerja NLS Sebagai Bahan Pendispersi (dispersant) Pasta Gipsum Kinerja NLS sebagai bahan pendispersi (dispersant) diaplikasikan pada pasta gipsum yaitu dengan menambahkan NLS dengan konsentrasi tertentu ke dalam pasta gipsum. Evaluasi kinerja NLS sebagai bahan pendispersi pasta gipsum dengan menghitung persen nilai alir ( % flow value). Air sebanyak 88 ml pada suhu 20 O C, dicampur dengan NLS dengan konsentrasi (bobot NLS/bobot gipsum) divariasikan yaitu: 0,05 ; 0,1 ; 0,15; 0,20 dan 0,25% (b/b). Gipsum sebanyak 110 gram dimasukkan ke dalam larutan NLS, kemudian diaduk dengan stirrer selama 15 detik. Setelah gipsum membentuk pasta dimasukkan ke dalam tempat yang berbentuk cincin (diameter 50 mm, dan tinggi 50 mm), diletakkan di atas piring kaca yang datar. Setelah 10 detik, cincin ditarik ke atas, dan pasta gipsum akan menyebar di atas piring gelas. Setelah penyebaran berhenti, Ukur diameter akhir dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Nadif et al, 2002) φ φ in % Nilai alir = x 100% φ in φ i adalah diameter awal yaitu 50 mm n final φ final, Flow value atau nilai alir Rancangan Percobaan A. Pengaruh Penambahan Konsentrasi NaOH Pada Proses Pulping dan Pengaruh Konsentrasi H 2 SO4 Pada Isolasi Lignin TKKS Proses pulping adalah proses pemasakan TKKS guna memisahkan lignin dari selulosa, pemutusan lignin dipengaruhi oleh basa (NaOH) yang ditambahkan, sedangkan isolasi lignin dari lindi hitam/black liquor dari hasil pemasakan dipengaruhi oleh jumlah asam (H 2 SO 4 ) yang mengakibatkan lignin dalam lindi hitam terkondensasi. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan dua faktor dalam rancangan acak lengkap (faktorial RAL). Faktor yang dikenakan pada proses pulping yaitu

12 66 empat taraf penambahan katalis (NaOH) pada saat pulping organosolv : yaitu NaOH= 0% ; NaOH=5% ; NaOH=10% dan NaOH=15%. Sedangkan pada isolasi lignin faktor yang dikenakan yaitu tiga taraf konsentrasi H 2 SO 4 pada pengendapan lignin yaitu : H 2 SO 4 =5% ; H 2 SO 4 =20% dan H 2 SO 4 =35% Model rancangan percobaan tersebut adalah sebagai berikut: Y ijkm = μ + α i + β j + αβ ij + ε m (ij) Keterangan : Y ijk : rendemen lignin dan kemurnian lignin μ : rata-rata yang sebenarnya α i : pengaruh konsentrasi NaOH (i = 1,2,3,4) β j : pengaruh konsentrasi H 2 SO 4 (j = 1,2,3) αβ ij : pengaruh interaksi antara konsentrasi NaOH ke-i dengan konsentrasi H 2 SO 4 ke-j : galat dari ulangan ke-k, akibat perlakuan ij ε m (ijk) Untuk melihat pengaruh faktor penambahan konsentrasi katalis NaOH dan konsentrasi H 2 SO 4 yang digunakan pada isolasi lignin terhadap karakteristik lignin yaitu rendemen lignin dan kemurnian lignin isolat, dilakukan analisis keragaman dari data hasil penelitian dengan kriteria sebagai berikut: apabila (Pr > F) < α berarti pengaruh faktor terhadap respon yang diuji nyata atau sangat nyata pada tingkat kepercayaan 95 % begitu sebaliknya. Jika perlakuan memberikan pengaruh yang nyata akan dilakukan uji beda nyata Duncan untuk melihat pengaruh tiap perlakuan (taraf faktor) terhadap respon yang diamati (Mattjik,2002). B. Optimasi Proses Sulfonasi Lignin Isolat TKKS Menjadi NLS Proses sulfonasi adalah proses pemasukan gugus sulfonat kedalam suatu senyawa, keberhasilan proses sulfonasi untuk mendapatkan konversi tinggi dan kemurnian tinggi dipengaruhi oleh nisbah pereaksi (NaHSO 3 terhadap lignin) ; ph serta suhu reaksi. Faktor yang dioptimasi adalah nisbah pereaksi, ph dan suhu reaksi masing-masing empat tarap yaitu: Nisbah pereaksi (X 1 ) yaitu rasio natrium bisulfit (NaHSO 3 ) terhadap lignin isolat : 40, 50, % (b/b) ph (X 2 ) : 4, 5, 6, 7

13 Suhu reaksi (X 3 ) : 70, 80, 90, 100 o C Rancangan percobaan untuk menentukan nilai optimum pada percobaan pembuatan NLS dilakukan dengan menggunakan metode permukaan respon (Response Surface Method/RSM). Desain eksperimen adalah 2 3 faktorial dengan 3 variabel bebas yang dicobakan yaitu: 1) nisbah pereaksi (NaHSO 3 terhadap lignin) dikodekan dengan X 1, 2) ph proses sulfonasi dikodekan dengan X 2, 3) suhu reaksi dikodekan dengan X 3. Variabel respon yang diamati adalah konversi (lignin bereaksi) serta kemurnian NLS yang dihasilkan. Jumlah satuan percobaan terdiri atas 20 unit percobaan faktorial, 6 ulangan center point (titik pusat) dan 6 pengaruh kuadrat. Pada percobaan model kuadratik dengan 3 variabel bebas dilakukan dengan rancangan komposit terpusat (central composite design/ccd) menggunakan α = 1,68. Faktor, kode dan taraf kode pada percobaan pembuatan NLS dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan matrik satuan percobaan disajikan pada Tabel 3.2 Tabel 3.1 Faktor, kode dan taraf kode pada proses sulfonasi lignin menjadi NLS No Faktor Kode - α -1,68 1 Nisbah X 1 Pereaksi/reaktan 2 ph sulfonasi X 2 3 Suhu sulfonasi X 3 Rendah -1 Tarafkode Tengah 0 Tinggi α + 1,68

14 Tabel 3.2 Rancangan percobaan proses sulfonasi lignin menjadi NLS dengan desain 2 3 X 1 X 2 X 3 Hasil 68 Run Nisbah pereaksi (%) ph (suhu sulfonasi) C , , , , Konversi (%) Kemurnian NLS (%) Model persamaan kondisi optimum untuk proses produksi NLS dengan desain faktorial 2 3 adalah : Y = β β β1x1 + β 2X 2 + β 2 2 X + β X + ε X X β 13 X X β 23 X 2 X 3 + β Keterangan: Y adalah konversi lignin menjadi NLS β 0 = intersep; ε nilai galat β 1, β 2, β 3 adalah koefisien regresi variabel X 1, X 2 dan X 3 β 12, β 13, dan β 23 adalah koefisien interaksi antar faktor β 11, β 22, dan β 33 adalah koefisian kuadrat X 1 2, X 2 2 dan X X 2 1 Pengolahan data dilakukan menggunakan metode RSM, regresi kuadratik terkecil dalam perangkat lunak Statistical Analysis System (SAS)

15 Tahap Pengembangan Proses Pengembangan proses dilakukan melalui pendekatan sistematis empiris (pemodelan), simulasi, optimasi serta integrasi proses, adapun tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pemodelan kinetika reaksi proses sulfonasi lignin TKKS menjadi NLS a) Membuat hubungan antara konversi (x A ) lignin menjadi NLS yang diperoleh pada berbagai suhu (70, 90 dan 100 O C) dan waktu (2,3,4 dan 5 jam) b) Mentukan nilai perbandingan antara konsentrasi lignin isolat dibanding dengan konsentrasi NaHSO 3 (M = C B0 /C A0, mol/mol) c) Melakukan linierisasi (penentuan orde reaksi), dengan membuat hubungan antara ln(c B /C A ) tarhadap waktu reaksi pada berbagai suhu, akan diperoleh persamaan linier dan diperoleh nilai slope, kemudian nilai k (konstanta laju reaksi) diketahui. Dengan perhitungan matematik didapat nilai A (faktor frekuensi tumbukan) dan E (tenaga aktivasi), sehingga diperoleh model kinetika reaksi yaitu persamaan laju reaksi (r A ) dan konstanta laju reaksi (k). d) Melakukan perhitungan kembali atau validasi model kinetika yang dihasilkan. 2. Melakukan penyusunan neraca massa berdasarkan data hasil penelitian laboratorium pada aliran (stream) masuk maupun keluar di setiap alat. Melakukan simulasi untuk berbagai kapasitas bahan baku lindi hitam, akan diperoleh model neraca massa untuk kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu lainnya serta produk NLS yang dihasilkan. 3. Menentukan perkiraan biaya peralatan (purchased cost) pada berbagai kapasitas produksi serta dikonversikan menggunakan indeks harga pada tahun tertentu terhadap tahun pembelian 4. Menentukan kapasitas produksi NLS optimum. Dari simulasi neraca massa untuk berbagai kapasitas produksi NLS akan diketahui biaya tetap dan biaya variabel dan biaya produksi total (t c ) pada

16 70 berbagai kapasitas produksi NLS. Dari grafik hubungan antara biaya produksi total (t c ) dengan kapasitas produksi NLS, akan diperoleh model persamaan matematisnya. Untuk menentukan kapasitas produksi NLS, dilakukan optimasi dengan cara analitik dimana turunan fungsi objektifnya bernilai nol. 5. Integrasi dalam process engineering flow diagram (PEFD) Data hasil penelitian laboratorium (input) yaitu kondisi proses optimum dan konversi lignin isolat menjadi NLS, model kinetika reaksi, kapasitas produksi NLS optimum, selanjutnya diintegrasikan dalam process engineering flow diagram (PEFD) yang hasil (output) nya merupakan gambaran riil proses sulfonasi lignin yang melibatkan rangkaian peralatan. yang dilengkapi dengan kondisi proses dan distribusi neraca massa dan energi di setiap alat (tahapan proses). PEFD dibuat dengan paket program HYSYS. 6. Analisis kelayakan finansial a) Mengevaluasi analisis kelayakan finansial pendirian industri NLS pada kapasitas optimum dengan beberapa kriteria kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (PEP) dan Pay Back Periode (PBP) b) Mengevaluasi tingkat sensitivitas terhadap kenaikan bahan baku dan penurunan harga jual produk NLS Menentukan Harga Alat Harga perkiraan (purchased cost) berbagai peralatan untuk tahun tertentu disediakan dalam Peter and Timmerhouse, Menurut Sinnot (1989) salah satu hal yang penting yang dihadapi oleh estimator dalam menentukan harga alat yang dikoleksi tidak mutlak namun cepat berubah dengan perubahan kondisi ekonomi. Untuk mengantisipasi perubahan harga yang cepat dapat didekati dengan nilai indeks harga. Nilai indeks harga menurut metode Marshal ( Ulrich.G.D, 1987), dengan perhitungan sebagai berikut: Ex = Ey x (Nx/Ny) Keterangan : Ex Ey Nx Ny : harga alat pada tahun ke x : harga alat pada tahun ke y : indeks harga alat pada tahun ke x : indeks harga alat pada tahun ke y

17 Tersedia indeks harga mulai tahun 1950 hingga 1980 disajikan pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Indeks harga alat Tahun Indeks X Y X^2 Y^2 XY Dengan cara regresi linier diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y=19,747X ,5 Dengan cara ekstrapolasi, didapat indeks harga alat untuk tahun-tahun berikutnya Tahun Indeks , , , , ,923

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMODELAN KINETIKA REAKSI PROSES SULFONASI LIGNIN MENJADI NATRIUM LIGNOSULFONAT

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMODELAN KINETIKA REAKSI PROSES SULFONASI LIGNIN MENJADI NATRIUM LIGNOSULFONAT Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT 213 ISSN 2339-28X PEMODELN KINETIK REKSI PROSES SULFONSI LIGNIN MENJDI NTRIUM LIGNOSULFONT Ismiyati Jurusan Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Jakarta e-mail:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah

Lebih terperinci

III METODOLOGI A Kerangka Pemikiran

III METODOLOGI A Kerangka Pemikiran III METODOLOGI A Kerangka Pemikiran Perancangan proses dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan rancangan proses produksi vanilin dari eugenol minyak daun cengkeh dan sebagai upaya peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang PENDAHULUAN Latar Belakang Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang berasal dari pabrik pulp dengan proses kimia. Larutan ini sebagian besar mengandung lignin, dan sisanya terdiri

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Peningkatan nilai tambah produk turunan minyak jarak pagar mutlak diperlukan agar industri biodiesel jarak pagar dapat berkembang dengan baik. Saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan adalah hotplate stirrer, reaktor labu leher tiga dan alat sentrifuse. Alat yang digunakan dalam analisis deterjen cair adalah viscosimeter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : minyak jarak pagar, asam Akrilat (Sigma), natrium hidrogen karbonat (E.Merck), natrium sulfat anhydrous (E.Merck),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Surfaktan methyl ester sulfonat (MES) dibuat melalui beberapa tahap. Tahapan pembuatan surfaktan MES adalah 1) Sulfonasi ester metil untuk menghasilkan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jarak pagar varietas Lampung IP3 yang diperoleh dari kebun induk jarak pagar BALITRI Pakuwon, Sukabumi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES SULFONASI LIGNIN ISOLAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) MENJADI SURFAKTAN NATRIUM LIGNOSULFONAT (NLS) ISMIYATI F

PERANCANGAN PROSES SULFONASI LIGNIN ISOLAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) MENJADI SURFAKTAN NATRIUM LIGNOSULFONAT (NLS) ISMIYATI F PERANCANGAN PROSES SULFONASI LIGNIN ISOLAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) MENJADI SURFAKTAN NATRIUM LIGNOSULFONAT (NLS) ISMIYATI F 361030061 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 5. Reaktor eterifikasi gliserol

III. METODOLOGI. Gambar 5. Reaktor eterifikasi gliserol III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biodiesel CPO dan jarak pagar, gliserol, tert-butyl alkohol (TBA), bentonit, zeolit, asam fosfat, HCl, alkohol, aquades

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penggunaan pati sebagai bahan baku dalam proses sintesis APG harus melalui dua tahapan yaitu butanolisis dan transasetalisasi. Pada butanolisis terjadi hidrolisis

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam proses delignifikasi jerami padi adalah set neraca analitik, gelas kimia 50 dan 250 ml, ph indikator, gelas ukur 100

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 BAHAN DAN ALAT 3.3 TAHAPAN PENELITIAN Pengambilan Bahan Baku Analisis Bahan Baku

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 BAHAN DAN ALAT 3.3 TAHAPAN PENELITIAN Pengambilan Bahan Baku Analisis Bahan Baku 3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian mengenai produksi gas dari limbah cair pabrik minyak kelapa sawit dengan menggunakan digester dua tahap dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2011.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian studi pendahuluan reaksi konversi selulosa jerami padi menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan pada pembuatan skin lotion meliputi polietilen glikol monooleat (HLB12,2), polietilen glikol dioleat (HLB 8,9), sorbitan monooleat

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KECEPATAN PENGADUKAN PADA PROSES PEMBUATAN SURFAKTAN NATRIUM LIGNOSULFONAT DARI TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH SUHU DAN KECEPATAN PENGADUKAN PADA PROSES PEMBUATAN SURFAKTAN NATRIUM LIGNOSULFONAT DARI TEMPURUNG KELAPA Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 1 (2013) PENGARUH SUHU DAN KECEPATAN PENGADUKAN PADA PROSES PEMBUATAN SURFAKTAN NATRIUM LIGNOSULFONAT DARI TEMPURUNG KELAPA Jhon Peri Rinaldo Sirait, Nico Sihombing,

Lebih terperinci

III. METODE A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

III. METODE A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN III. METODE A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Lab. Bioindustri dan Lab. Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN PELAKSANAAN Penelitian ini dilaksanaan pada bulan Februarisampai Mei 2011 di Laboratorium Teknik Kimia, dan Laboratorium Pengawasan Mutu Departemen Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 21 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ubi kayu merupakan salah satu hasil pertanian dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan etanol. Penggunaan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian yang termasuk gabungan dari penelitian jenis eksperimental laboratorik dan eksperimental

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blotong dan sludge industri gula yang berasal dari limbah padat Pabrik Gula PT. Rajawali

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Departemen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Waktu

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Perternakan UIN SUSKA RIAU dan SMAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al. 13 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak pagar dari Indramayu, klinker Plan 4 dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cibinong, dan gipsum sintetis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Organik Universitas Lampung.

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Peternakan, proses produksi biogas di Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2010 di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan Februari sampai dengan Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

PENGARUH NISBAH REAKTAN LIGNIN-NaHSO 3 DAN ph PADA PRODUK NATRIUM LIGNOSULFONAT TESAR DZIKRULLOH

PENGARUH NISBAH REAKTAN LIGNIN-NaHSO 3 DAN ph PADA PRODUK NATRIUM LIGNOSULFONAT TESAR DZIKRULLOH PENGARUH NISBAH REAKTAN LIGNIN-NaHSO 3 DAN ph PADA PRODUK NATRIUM LIGNOSULFONAT TESAR DZIKRULL DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci