BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi 1. Definisi Akuntansi Secara Umum Akuntansi adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi penting sehingga memungkinkan adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien. Akuntansi juga didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. (Soemarso SR, 2008: 14). Pengertian akuntansi menurut commite on terminology of the American Institude of Cartified Public Accountants (AICPA) dalam Suwardjono (2013: 5), Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Donald E. Kieso et al (2008: 4) mengemukakan bahwa Accounting is an information system that identifies, record, and communicates the Economic events of an organization to interested users. (Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan 6

2 7 mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan). Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan, dapat dikatakan bahwa akuntansi merupakan suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan melaporkan transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan agar dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan untuk mengambil suatu keputusan serta tujuan lainnya yang memiliki fungsi sebagai informasi keuangan. 2. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, LSM, dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. (Halim, 2012: 3) Akuntansi sektor publik dengan segala kekhasannya sistem dan lingkungannya tidak terlepas dari organisasi yang memengaruhinya. Karakteristik dari organisasi publik yang kompleks, rumit, penuh nuansa politis, dan kaku memengaruhi struktur dan sistem akuntansinya. Akuntansi

3 8 sektor publik menjadi solusi untuk mengatasi masalah kelangkaan sumber daya organisasi publik untuk dapat dikelola secara efisien, efektif, dan ekonomis untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik. Sektor publik dibenarkan oleh mandat utamanya, yaitu melayani publik. Satu tugas penting yang harus dilakukan adalah mengatasi konflik dan permasalahan menggunakan sumber daya yang sedikit seoptimal mungkin. (Halim, 2012: 19) 3. Basis Akuntansi a. Pengertian Dalam modul materi gambaran umum akuntansi berbasis akrual yang dikeluarkan oleh Kementrian Keuangan, basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Pada umumnya, terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas (cash basis of accounting) dan basis akrual (akrual basis of accounting). Namun karena pemerintahan di Indonesia pada tahun 2004 belum siap menerapkan akuntansi basis akrual maka dikenal pula akuntansi basis kas menuju akrual (cash toward accrual basis). Basis kas dan basis akrual memiliki perbedaan dalam cara pencatatan transaksi ekonomi dan kejadian-kejadian lainnya. Disektor pemerintahan, dalam basis kas pencatatan pendapatan dan atau biaya dilakukan pada saat kas diterima oleh kas pemerintah atau dibayarkan dari kas pemerintah. Sedangkan dalam basis akrual, suatau transaksi

4 9 ekonomi atau peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan. b. Akuntansi basis kas (cash basis) Akuntansi berbasis kas, suatu transaksi atau kejadian yang diakui atau dicatat ketika kas (uang) atas transaksi tersebut diterima atau dikeluarkan. Akuntansi berbasis kas merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan kejadian lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Dalam modul gambaran umum akuntansi berbasis akrual yang dikeluarkan oleh Kementrian Keuangan, akuntansi basis kas memiliki kelemahan dan kelebihan antara lain sebagai berikut: Kelebihan: 1) Relatif sederhana 2) Mudah dipahami dan dilaksanakan 3) Proses audit lebih mudah, dan 4) Memudahkan dalam pengendalian belanja. Kekurangan: 1) Rentan terhadap manipulasi arus kas 2) Mendorong kecenderungan belanja hingga menghabiskan anggaran

5 10 3) Tidak ada pengendalian aset nonkas secara terkoordinasi melalui akuntansi 4) Pembengkakakan utang dan resiko kebangkrutan tidak terdeteksi melalui akuntansi dan laporan keuangan 5) Tidak menggambarkan beban keuangan yang sebenarnya terutama beban penyusutan aset tetap 6) Tidak mampu menghasilkan neraca sehingga negara tidak mengetahui posisi dan resiko keuangan. c. Akuntansi basis kas menuju akrual (cash toward accrual basis) Akuntansi basis kas menuju akrual merupakan suatu pendekatan unik yang dikembangkan oleh Indonesia untuk dapat menyajikan empat laporan keuangan pokok yang diamanatkan UU dan disesuaikan dengan kondisi peraturan, sistem, sarana dan prasarana, serta SDM di Indonesia yang sampai dengan tahun 2004 masih menggunakan pembukuan tradisonal (single entry) berbasis kas, belum menggunakan akuntansi modern (double entry) sehingga sangat sulit bila langsung menggunakan akuntansi modern berbasis akrual. Akuntansi basis kas menuju akrual memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain: Kelebihan: 1) Dapat menyediakan laporan keuangan sebagaimana diamanatkan Undang-undang 2) Lembaga pemerintah telah dapat mengimplementasikan cukup baik

6 11 3) Lembaga pemerintah mampu menyediakan informasi akrual walaupun secara periodik dan dengan usaha-usaha tambahan yang tidak berdasarkan sistem. Kekurangan: 1) Belum memperlihatkan kinerja pemerintah secara keseluruhan 2) Tidak menggambarkan beban keuangan yang sesungguhnya 3) Kurang memberikan jejak atas perubahan nilai ekuitas pemerintah, karena setiap transaksi terkait aset dan kewajiban akan langsung membebani ekuitas. 4) Informasi akrual hanya dapat disajikan secara periodic yaitu pada saat pelaporan. Bila sewaktu-waktu dibutuhkan informasi hak dan kewajiban maka diperlukan usaha-usaha tambahan yang tidak berdasarkan sistem. d. Akuntansi basis akrual (accrual basis) Akuntansi berbasis akrual merupakan suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) mengatakan dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh sumber daya dicatat. Ketika akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk

7 12 menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau kejadian, maka nilai lebih yang diperoleh dari penerapan akrual adalah tergambarnya informasi operasi atau kejadian. Dalam sektor komersial, gambaran perkembangan operasi atau kejadian tersebut dituangkan dalam laporan laba rugi. Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk laporan operasional atau laporan surplus/defisit. B. Standar Akuntansi Pemerintahan 1. Pengertian Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah memerlukan informasi yang memadai atas pengelolaan aset dan sumber daya keuangan yang mampu menunjang transparansi serta akuntabilitas pengelolaannya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui sistem pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan yang handal dan memadai. Proses maupun sistem dalam pemerintahan tersebut seringkali disebut sebagai akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan dapat digolongkan ke dalam akuntansi sektor publik. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah sesuai dengan UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Sesuai dengan amanat Undang-Undang tersebut, maka

8 13 disusunlah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan Presiden sebagai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (PP SAP), tertanggal 13 Juni Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) diterapkan di lingkup pemerintahan, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dan kementrian-kementriannya maupun di Pemerintah Daerah (PEMDA) dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Penerapan Standar Akuntansi Publik Basis Akrual dalam Laporan Kuangan Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, maka sudah menjadi kewajiban bagi seluruh organisasi pemerintahan untuk menerapkan basis akrual. Berdasarkan pasal 36, ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 disebutkan bahwa Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam lima tahun. Selama pengakuan pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pada tahun 2008, pemerintah belum sanggup merealisasikan PP No 17 Tahun 2003 dalam lima tahun pertama. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk perpanjangan waktu, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menerbitkan SAP berbasis akrual dan

9 14 dapat diterapkan untuk laporan pertanggungjawaban tahun anggaran Namun karena entitas pemerintah belum siap melaksankan SAP berbasis akrual, maka diperkenankan untuk menerapkan SAP berbasis Kas Menuju Akrual paling lama empat tahuun setelah tahun anggaran Pada tahun 2015 entitas wajib menggunakan SAP berbasis akrual. Menerapkan akrual basis diperlukan komitmen dari pimpinan yang selanjutnya komitmen tersebut harus ditransferkan keseluruh pelaksana. Bukti adanya komitmen pimpinan dan pemahaman para pelaksana tersebut dapat diekspresikan dengan membangun infrastruktur yang dapat menunjang implementasi basis akrual. Penerapan akrual basis dalam sistem akuntansi pemerintahan suatu negara bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Asian Development Bank (ADB) secara khusus menyoroti penerapan basis akrual bagi negara berkembang dan memberikan tujuh rekomendasi penerapan akrual basis bagi negara berkembang, yaitu sebagai berikut: a. Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan basis akrual. Terdapat dua model utama dalam menerapkan basis akrual yaitu model big bang dan model bertahap. Keduanya memiliki keuntungan dan kelemahan, misalnya pada pendekatan big bang memiliki keuntungan untuk mendukung terjadinya perubahan budaya organisasi, cepat mencapai tujuan, dan dapat menghindari resiko kepentingan. Kemudian kelemahan yang dimiliki pada pendekatan ini adalah beban

10 15 kerja menjadi tinggi, tidak ada waktu untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul, dan komitmen politik yang mungkin bisa berubah. Sedangkan, keuntungan pendekatan bertahap adalah dapat diketahuinya permasalahan yang mungkin timbul dan cara penyelesaiannya selama masa transisi, basis kas masih dapat dilakukan secara paralel untuk mengurangi resiko kegagalan. b. Komitmen politik merupakan salah satu kunci penting. Komitmen politik diperlukan untuk menghilangkan komitmen yang tidak sejalan. c. Tujuan yang ingin dicapai harus dikomunikasikan. Hasil dan manfaat yang ingin dicapai dengan penerapan basis akrual harus secara intens dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. d. Perlunya tenaga akuntan yang handal. Tenaga akuntan yang professional sangat diperlukan untuk rekrutmen dan pelatihan yang cukup. Kekurangan tenaga akuntan yang handal akan menyebabkan penundaan penerapan basis akrual pada akuntansi pemerintah. e. Sistem Informasi Akuntansi harus memadai Informasi akuntansi basis kas merupakan titik penting dalam pergantian ke akrual basis. Jika suatu negara belum memiliki sistem akuntansi berbasis kas yang dapat diandalkan, maka negara tersebut

11 16 terlebih dahulu berkonsentrasi pada peningkatan sistem dan proses yang telah ada, sebelum mempertimbangkan perpindahan ke basis akrual. f. Badan audit tertinggi harus memiliki sumber daya yang tepat. Badan audit memegang kunci yang sangat penting dalam penerapan basis akrual. Dalam hal ini dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk melakukan profesionalisme tenaga audit. g. Penerapan basis akrual harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi. Penerapan basis akrual tidak boleh hanya dilihat sebagai masalah teknik akuntansi saja, tetapi penerapan ini membutuhkan perubahan budaya organisasi dan harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi secara menyeluruh. C. Aktiva 1. Pengertian Menurut Donald E. Kieso et al (2008: 16) Assets are Resources owned by a Busnisess. They are used in carrying out such Activities as production, consumption and exchange. The Common characteristic possessed by all Asset is the capacity to provide future services or benefits. (Aset adalah sumber daya yang dimiliki oleh suatu bisnis. Aset digunkan dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas seperti produksi, komsumsi, dan jual beli. Karakteristik umum yang dimiliki oleh seluruh aset adalah kemampuan untuk memberikan jasa atau manfaat di masa mendatang).

12 17 Dengan demikian dapat disimpulkan, aktiva merupakan kekayaan yang dimiliki oleh entitas yang digunakan untuk melaksanakan aktiviatasaktivitas dan mampu menghasilkan manfaat di masa mendatang. 2. Jenis Aktiva a. Aktiva lancar Aktiva lancar adalah aktiva yang dalam waktu singkat dapat diubah menjadi uang kas. Aktiva lancar meliputi kas, investasi jangka pendek, wesel tagih, piutang dagang, penghasilan yang masih akan diterima, persediaan, biaya yang dibayar dimuka. b. Aktiva tetap Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki entitas yang dapat diukur dengan jelas (tangible) dan bersifat permanen. Aktiva tetap dibeli dengan tujuan dipakai sendiri oleh entitas dan tidak untuk dijual kembali. Aktiva tetap meliputi tanah, bangunan, mesin-mesin, perabot dan peraltan kantor, kendaraan. c. Aktiva tidak berwujud Aktiva tidak berwujud adalah semua aktiva yang tidak dapat disimpan dalam bentuk persediaan dan dipegang bentuknya tetapi dapat dirasakan. Aktiva tidak berwujud merupakan hak milik entitas dan kepemilikannya dilindungi oleh undang-undang. Contohnya adalah hak cipta, hak sewa, hak paten, merek dagang, dan goodwill.

13 18 D. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Pengertian aktiva tetap, Aset (Aktiva) adalah aset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2015, Aktiva tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintahan Daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Menurut PP No 71 Tahun 2010 Tentang SAP Berbasis Akrual, Aktiva Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Berdasarkan beberapa definisi aktiva tetap diatas maka dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan aset tetap yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, tidak untuk dijual, dan digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat. 2. Klasifikasi Aktiva Tetap Menurut PP No tentang SAP Berbasis Akrual, aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:

14 19 a. Tanah, tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. b. Gedung dan bangunan, gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. c. Peralatan dan mesin, peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai. d. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. e. Aset tetap lainnya, aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap diatas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. f. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya. g. Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

15 20 3. Pengakuan Aktiva Tetap Menurut PP No 71 Tahun 2010 Tentang SAP Berbasis Akrual, Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagi aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut: a. Berwujud; b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan; c. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Pada PERBUP No 6 Tahun 2014, pengakuan aset tetap akan andal bila aset telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah. 4. Pengukuran dan penilaian aktiva tetap Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 Tentang SAP Berbasis Akrual, Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pada PERBUP Nomor 6 Tahun 2014, pengukuran aktiva tetap dapat dipertimbangkan andal apabila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam

16 21 membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Biaya perolehan diluar harga beli aset, dapat dikapitalisasi sepanjang nilainya memenuhi batasan-batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang ditetapkan. Penilaian awal aset tetap menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 Tentang SAP Basis Akrual, barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tetap tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh. Misalnya, pada tanggal 6 Maret 2015 PT A membeli mesin dengan biaya perolehan Rp ,-. PT A mengestimasi umur manfaat mesin tersebut adalah 10 tahun, tanpa nilai sisa. Entitas menggunakan metode penyusutan garis lurus. Pada tanggal 31 Desember 2015, diestimasi terdapat rugi penurunan nilai mesin sebesar Rp ,-. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut. 6 Maret 2015 Dr. Mesin Rp Cr. Kas Rp Dr. Beban Penyusutan Rp Cr. Akumulasi Penyusutan Rp Dr. Rugi penurunan nilai Rp Cr. Akumulasi rugi penuruan nilai Rp Nilai tercatat mesin per 31 Desember 2015:

17 22 Biaya perolehan Rp Akumulasi penyusutan (Rp ) Akumulasi rugi penurunan nilai (Rp ) Mesin neto Rp Cara Perolehan Aktiva Tetap Menurut PERBUP No. 37 Tahun 2015 perolehan aset tetap dapat melalui pembelian dan pembangunan, pertukaran aset, hibah/donasi, atau lainnya. a. Perolehan melalui Pembelian dan Pembangunan Perolehan melalui pembelian dan pembangunan dapat dilakukan dengan pembelian tunai dan angsuran atau pembayaran termin sesuai kemajuan pekerjaan. Perolehan melalui pembelian dan pembangunan dilakukan melalui mekanisme pelaksanaan APBD yaitu pengeluaran belanja modal. Pengakuan aset tetap dilakukan pada saat adanya BAST/Tagihan/dokumen lain yang dipersamakan. Pencatatan kedalam akun aset tetap dilakukan apabila pembayarannya langsung 100% atau tanpa proses termin sedangkan pencatatan kea kun Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) dilakukan apabila pembayarannya melalui proses termin. 1) Pencatatan ke akun Aset Tetap (tanpa termin) berdasarkan BAST/Tagihan/dokumen lain yang dipersamakan ada;ah sebagai berikut. Dr. Aset Tetap Cr. Utang pengadaan Aset Tetap

18 23 Pada saat terbit SP2D maka PPK-SKPD akan melakukan pembayaran utang pengadaan aset tetap dengan jurnal sebagai berikut. Dr. Utang pengadaan Aset Tetap Cr. R/K PPKD Pada saat bersamaan PPK-SKPD juga mencatat transaksi pembayaran secara basis kas untuk memenuhi kebutuhan penyusunan LRA dan Laporan Perubahan SAL dengan menjurnal Belanja Modal di debit dan Perubahan SAL di kredit. Dr. Belanja Modal Cr. Perubahan SAL 2) Belanja modal termin Jenis belanja modal termin dipilih unutk Rekening Belanja Modal dimana pembayaran pengadaan aset tetap tersebut tidak langsung 100% atau pembayaran melalui proses termin. Misalnya adalah pembangunan konstruksi gedung, bangunan, jalan, dan jembatan. Berkaitan dengan pengisian kontrak, apabila memilih jenis tagihan belanja modal termin, maka pengisian kontrak tersebut wajib dilakukan. apabila kontrak tidak diisi maka SPP-LS tidak bisa disimpan. Data kontrak digunakan untuk memunculkan secara otomatis jurnal aset tetap. Jurnal untuk mencatat tagihan belanja modal termin sebagai berikut. Dr. Konstruksi Dalam Pengerjaan Cr. Utang pengadaan Aset Tetap

19 24 Pada saat terbit SP2D maka PPK-SKPD akan melakukan pembayaran Utang Pengadaan Aset Tetap dengan jurnal sebagai berikut. Dr. Utang Pengadaan Aset Tetap Cr. R/K PPKD Pada saat bersamaan PPK-SKPD juga mencatat transaksi pembayaran secara basis kas untuk memenuhi kebutuhan penyusunan LRA dan Laporan Perubahan SAL dengan jurnal sebagai berikut. Dr. Belanja Modal Cr. Perubahan SAL Berdasarkan SPM LS belanja modal yang telah ditandatangani oleh pengguna anggaran dan dokumen pendukungnya, Kuasa BUD akan melakukan pembayaran atas pembelian aset tetap dengan menerbitkan SP2D Belanja Modal. Belanja Modal Termin 100% Jurnal pada saat mencatat Tagihan Belanja Modal Termin terakhir sebagai berikut. Dr. Aset Tetap Cr. Utang pengadaan Aset Tetap Pada saat terbit SP2D maka PPK-SKPD akan melakukan pembayaran utang pengadaan aset tetap dengan jurnal sebagai berikut.

20 25 Dr. Utang pengadaan Aset Tetap Cr. R/K PPKD b. Perolehan dengan cara Pertukaran Aset Menurut PP No 71 Tahun 2010 Tentang SAP Berbasis Akrual, suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagai aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan. Pada PERBUP Nomor 37 Tahun 2015, perolehan melalui pertukaran aset tetap yang diperoleh nilainya lebih besar dari nilai buku aset tetap yang dilepas dijurnal sebagai berikut. Dr. Aset tetap (yang masuk) Cr. Akumulasi penyusutan (yang keluar) Cr. Aset tetap (yang keluar) Cr. Surplus penjualan aset non lancar- LO Apabila aset tetap yang diperoleh nilainya lebih kecil dari nilai buku aset tetap yang dilepas maka jurnalnya sebagai berikut: Dr. Aset tetap (yang masuk) Dr. Akumulasi penyusutan (yang keluar) Cr. Defisit penjualan aset non lancar-lo Cr. Aset tetap (yang keluar) c. Aset Donasi

21 26 Menurut PP No 71 Tahun 2010 Tentang SAP Berbasis Akrual, Aset donasi merupakan aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Dalam PERBUP No 6 Tahun 2014, sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap ke suatu entitas, misalnya perusahaan nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh suatu unit pemerintah Kabupaten Boyolali. Tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannnya secara hukum, seperti adanya akta hibah. Tidak termasuk donasi apabila penyerahan aset tetap tersebut dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada Pemerintah Kabupaten Boyolali. Misalnya, satu perusahaan swasta membangun aset tetap untuk Pemerintah Kabupaten Boyolali dengan persyaratan kewajibannya kepada Pemerintah Kabupaten Boyolali telah dianggap selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti perolehan aset tetap dengan pertukaran. Jika perolehan aset tetap tersebut memenuhi kriteria perolehan aset donasi, maka diakui sebagai pendapatan operasional. Jurnal pencatatan perolehan aset tetap melalui hibah atau donasi: Aset tetap Pendapatan hibah LO

22 27 6. Konstruksi dalam pengerjaan a. Pengertian konstruksi dalam pengerjaan Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan/atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai. Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau penggunaan utama. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan masin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya, yang proses perolehan dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. b. Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan Berdasarkan PSAP 08, suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika: 1) Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh; 2) Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur dengan handal; 3) Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan. Apabila dalam konstruksi aset tetap pembangunan fisik proyek belum dilaksanakan, namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam pembangunan proyek telah dikeluarkan, maka biaya-biaya

23 28 tersebut harus diakui sebagai Konstruksi Dalama Pengerjaan aset yang bersangkutan. Jurnal untuk mencatat Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah sebgai berikut. Dr. Konstruksi Dalam Pengerjaan- (jenis aset tetap) Cr. Kas di Kas Daerah 7. Penyusutan a. Pengertian Menurut PP No 71 Tahun 2010 Tentang SAP Berbasis Akrual, Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun ekuitas. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. (Halim, 2012: 306) Dalam PERBUP No 6 Tahun 2014, metode penyusutan yang dipergunakan adalah Metode garis lurus (straight line method). Nilai

24 29 penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai beban penyusutan dan dicatat pada Akumulasi Penyusutan Aset Tetap sebagai pengurang nilai aset tetap. Tanah, konstruksi dalam pengerjaan, bukubuku perpustakan, hewan ternak, dan tanaman dalam PERBUP No 6 Tahun 2014 tidak disusutkan. Pada saat awal penerapan penyusutan akan dilakukan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 / PMK.06 / 2013, apabila ada ketentuan lain yang terkait dengan penerapan penyusutan yang berbeda dengan Peraturan Menteri Keuangan maka akan disesuaikan perubahannya, ketentuan lain yang dimaksud adalah ketentuan dari Permendageri. Penjelasan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 / PMK.06 / 2013 antara lain : 1) Nilai yang dapat disusutkan pertama kali merupakan nilai buku per 31 Desember ) Aset tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012, nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai perolehan. Dalam hal nilai perolehan tidak diketahui, maka digunakan nilai wajar yang merupakan nilai estimasi.

25 30 b. Metode Penyusutan Soemarso (2008: 25-30) menyatakan bahwa terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengalokasian biaya penyusutan aset tetap. 1) Metode garis lurus Dalam metode garis lurus, beban penyusutan periodic sepanjang masa pemakaian aktiva adalah sama besarnya. Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) di sepanjang masa penggunaanya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang smaa dari period eke periode hingga aktiva diberhentikan dari penggunaanya. Rumus yang digunakan yaitu: Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan Dasar Penyusutan = Harga Perolehan Nilai Sisa Tarif penyusutan dalam metode garis lurus dapat dihitung dengan mudah yaitu 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat. Misalkan taksiran masa manfaat 5 tahun, maka tarif penyusutan adalah 100% / 5 = 20%. 2) Metode saldo menurun Pada metode saldo menurun, biaya depresiasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini dikarenakan perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku aktiva yang semakin turun dari tahun ke tahun. Depresiasi akan berakhir apabila nilai

26 31 buku telah mencapai jumlah yang sama dengan atau mendekati taksiran nilai residu. Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan semakin menurun dari tahun ke tahun. Pembebanan yang semakin menurun didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua umur aktiva, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya akan semakin menurun. Rumus yang digunakan dalam metode ini yaitu: Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan Dasar Penyusutan = Nilai buku awal periode 3) Metode Jumlah Angka Tahun Pada metode jumlah angka tahun akan menghasilkan biaya depresiasi yang tinggi pada tahun-tahun awal dan kecil pada tahuntahun akhir. Metode ini disebut jumlah angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak tahun ini dan penyebutnya adalah jumlah tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian yang terakhir. Rumus yang digunakan: Biaya penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan Dasar Penyusutan = Harga Perolehan Nilai sisa 4) Metode Satuan Hasil Metode garis lurus, saldo menurunn dan jumlah angka tahun taksiran manfaat aset tetap dinyatakan dalam jangka waktu pemakaiannya. Dalam metode satuan hasil, masa manfaat

27 32 pemakaian aktiva tidak dinyatakan dalam jangka waktu, melainkan dengan jumlah satuan unit yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah: Biaya penyusutan per satuan = harga perolehan disusutkan / jumlah satuan kegiatan Biaya Depresiasi = Biaya depresiasi persatuan x jumlah kegiatan tahun ini 5) Metode Unit Produksi Dalam metode unit produksi taksiran masa manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakian atau unit-unit kegiatan lain. Rumus yang digunakan adalah: Tarif penyusutan = Produksi aktual / Kapasitas produksi Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan Dasar penyusutan = Harga perolehan Nilai sisa 6) Jurnal untuk mencatat penyusutan Dr. Beban Penyusutan Cr. Akumulasi Penyusutan 8. Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation) Menurut PP No 71 Tahun 2010 Tentang SAP berbasis akrual, Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak

28 33 diperkenankan karena SAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional. PSAK 16 menyatakan bahwa jika revaluasi digunakan, aset tersebut harus dinilai pada nilai wajarnya. Nilai wajar tanah dan bangunan ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan bukti pasar. Nilai pasar untuk penggunaan yang ada adalah estimasi nilai pasar yang memperhitungkan salah satunya bukti transaksi pasar terbuka properti serupa, yaitu properti yang digunakan untuk tujuan serupa. Misalnya PT A memiliki bangunan dengan biaya perolehan Rp 10 miliar dan akumulasi penyusutan Rp 2 miliar, dan bangunan tersebut hendak direvaluasi menjadi Rp 12 miliar. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut. Dr. Bangunan Rp Cr. Akumulasi penyusutan Rp Cr. Cadangan Revaluasi Rp Angka-angka dalam ayat jurnal diperoleh sebagai berikut. a. Cadangan revaluasi dikreditkan dengan surplus revaluasi sebesar Rp 4 miliar (jumlah revaluasi Rp 12 miliar dikurangi nilai buku Rp 8 miliar (Rp 10 miliar Rp 2 miliar), dan

29 34 b. Jumlah yang dikreditkan ke akumulasi penyusutan adalah 20% dari jumlah yang didebit ke bangunan, sehingga hubungannya (bahwa bangunan 20% disusutkan) tidak berubah. Jika jumlah yang didebit ke bangunan adalah Rp X, maka jumlah yang dikredit ke akumulasi penyusutan adalah 20% dari Rp X. Persamaan matematika yang diperoleh adalah (X-0,2X= Rp ). Jika dihitung, persamaan tersebut menghasilkan X= Rp Dengan demikian, jumlah yang didebit ke bangunan adalah Rp 5 miliar, dan jumlah yang dikredit ke akumulasi penyusutan adalah Rp 1 miliar. 9. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap Dalam PERBUP No 6 Tahun 2014, Suatu aset tetap dan akumulasi penyusutannya dieleminasi dari neraca dan Drdiungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan dianggap tidak memiliki manfaat ekonomi dimasa yang akan datang setelah ada Keputusan dari Kepala Daerah dan/atau dengan persetujuan DPRD. Berdasarkan surat keputusan kepala daerah yang telah diotorisasi, selanjutnya akan dilakukan penilaian apakahbarang milik daerah tersebut akan dijual atau tidak. Jika barang milik daerah tersebut tidak layak dijual, maka PPK-SKPD akan melakukan penghapusan aset tetap dengan jurnal sebagai berikut. Dr. Akumulasi penyusutan Aktiva Tetap Dr. Defisit penjualan aset non lancar-lo Cr. Aset Tetap

30 35 Sebaliknya, jika barang milik daerah tersebut dijual, maka bukti transaksi berupa Berita Acara Penjualan yang diterima oleh PPK-SKPD dari pengelola barang akan menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk mengakui pelepasan aset tetap. Jika penjualan aset tetap mengalami kerugian maka PPK-SKPD Dinas/Badan/Kantor akan mencatat penjualan tersebut dengan jurnal sebagai berikut. Dr. Kas di Bendahara Penerimaan Dr. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Dr. Defisit Penjualan Aset Non Lancar-LO Cr. Aset Tetap Jika terdapat kerugian dari penjualan aset tetap tersebut maka PPK-SKPD Dinas/Badan/Kantor akan menjurnal penjualan tersebut dengan jurnal sebagai berikut. Dr. Kas di Bendahara Penerimaan Dr. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Cr. Surplus Penjualan Aset Non Lancar-LO Cr. Aset Tetap 10. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Dalam PERBUP No 6 Tahun 2014, Aset tetap disajikan dalan Neraca dan rinciannya dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Kuangan (CaLK). Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:

31 36 a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount). b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, dan mutasi aset tetap lainnya. c. Informasi penyusutan harus meliputi nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan, dan nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. Dalam pengungkapan aset tetap, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional Pemerintah Daerah, tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. b. Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai. c. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, dan memenuhi nilai

32 37 batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. d. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. e. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dana akun ekuitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Akuntansi Menurut Dwi (2012:4) Akuntansi adalah informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan salah satu pos aset di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. BAB III PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Gambaran Singkat Perusahaan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TANGGAL TAHUN AKUNTANSI ASET TETAP Lampiran I.0 PSAP 0 (i) www.djpp.d DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Pemerintahan Daerah 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pemerintahan Daerah Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu akuntansi sektor publik yang berkembang pesat di Indonesia.

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI ASET TETAP LAMPIRAN II. 0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Penggolongan dan Perolehan Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika suatu aset digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP Mei 2007 1 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TETAP

AKUNTANSI ASET TETAP LAMPIRAN VIII PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUNTANSI ASET TETAP I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi ini adalah mengatur perlakuan

Lebih terperinci

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan RUANG LINGKUP PSAP 07 diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum, dan mengatur perlakuan akuntansinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI Tujuan kebijakan akuntansi adalah menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di antara laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Pengertian dasar dan paling umum akuntansi seperti dikutip dari New Oxford American dictionary adalah the action or process of keeping financial accounts yang bila diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi KEBIJAKAN AKUNTANSI Definisi : Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4. Kebijakan Akuntansi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Grobogan terkait dengan perlakuan akuntansi dalam sistem pencatatan administrasi pengelolaan keuangan daerah yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah membuka koridor baru bagi penerapan anggaran berbasis kinerja di lingkungan pemerintahan. Dengan pasal 68 dan 69 UU tersebut,

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG Sumber gambar span.depkeu.go.id I. PENDAHULUAN Reformasi keuangan negara di Indonesia yang ditandai dengan lahirnya paket

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RSUD Dr. MOEWARDI Jl. Kol. Sutarto 132 Telp. 634634 Fax. 637412 Surakarta 57126 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI ASET TETAP KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI ASET TETAP KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI ASET TETAP KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH DEFINISI Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat

Lebih terperinci

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH Oleh Margono WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Abstract Salah satu point

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN Berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam penyusunan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA AKUNTANSI DI SATUAN KERJA 37 37 Modul Akuntansi Pemerintah Daerah 38 38 BAB III AKUNTANSI DI SATUAN KERJA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari materi Akuntansi di SATUAN KERJA Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomer 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 5 tahun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan BAB II DASAR TEORI A. Standar Akuntansi Keuangan 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Standar Akuntansi Keuangan merupakan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 09 AKUNTANSI ASET TETAP

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 09 AKUNTANSI ASET TETAP LAMPIRAN IX. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 19 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 09 AKUNTANSI ASET TETAP A. UMUM 1. Definisi PSAP 7 menyatakan bahwa aset tetap adalah

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Pengadilan Tinggi Agama Kupang Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis Tahun 2014 merupakan bagian dari rencana strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan baik perusahaan yang bergerak dibidang industri, dagang, dan jasa pasti memiliki harta kekayaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015 ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015 Binti Muck Alimah Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang binti.muck.alimah@gmail.com Mufarrohah Pendidikan

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan dan Ruang Lingkup Bab ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara garis besar mengenai dasar-dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset Aset sebagai sumber ekonomi sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan di kemudian hari. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Laporan Keuangan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan disusun dan disediakan sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Sesi 1 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. Arah dan cakupan Anggaran Sektor Publik Learning

Lebih terperinci

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016. RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Tahunan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintahan Daerah Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca RALAT MODUL 3 1. Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca mor Kode Rekening Uraian Debit Kredit 14-07-15 ta Kredit

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60 LAPORAN OPERASIONAL Tujuan Laporan Operasional 284. Tujuan penyusunan Laporan Operasional adalah untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle). Sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PSAP NO. 07

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PSAP NO. 07 ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PSAP NO. 07 Rizkie Sari Indah Safitri rizkiesarii07@gmail.com Yuliastuti Rahayu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT Government

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanTahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013 BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1. ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan yang dimaksud dalam laporan keuangan ini adalah Pemerintah Kabupaten Purbalingga secara keseluruhan, Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur LAMPIRAN C.3 : PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR : 3 Tahun 2010 TANGGAL: 6 Januari 2010 Laporan Keuangan Deskripsi Prosedur Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005), BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005), dinyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Aset tetap (fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen. Aset tetap sering disebut aset berwujud (tangible assets) karena

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH SALINAN NOMOR 89/2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

1. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006

1. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 1. SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi yang telah dijelaskan diatas. Perbedaan yang ada adalah pada proses penyusunan laporan keuangan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2016 Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan harta kekayaan perusahaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA Lampiran III.2 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Berbagai definisi aset tetap yang dikemukakan oleh para ahli, semuanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian aset tetap agar

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP LAPORAN KEUANGAN SKPD TAHUN ANGGARAN 06 PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN Kata Pengantar Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN A. Pendahuluan A.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Maksud Laporan Keuangan Akhir Tahun Anggaran 2012

Lebih terperinci

BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL

BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL A. UMUM Pada tahun 2010, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP Dalam melaksanakan pencatatan dan penilaian aset tetap pemerintah, dokumen sumber utama yang digunakan oleh Kementerian Komunikasi

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Lebih terperinci

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH.  1 TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH http://www.ksap.org/ 1 I. PENDAHULUAN Berdasarkan undang-undang pemerintah daerah wajib menyusun Laporan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2013 www.inilah.com I. PENDAHULUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Setiap perusahaan menggunakan berbagai aktiva tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Aset tetap (fix asset)

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi i Pernyataan Tanggung Jawab ii Ringkasan Eksekutif 5 A. Laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Definisi aset tetap berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16) paragraf 06, adalah Aset tetap adalah aset berwujud yang: (a)

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori a. Pengertian Akuntansi Manfaat akuntansi dalam menyediakan informasi keuangan sangat berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan serta memudahkan pengendalian

Lebih terperinci

BAGIAN IX ASET

BAGIAN IX ASET - 81 - BAGIAN IX ASET IX.1 ASET TETAP A. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Pengertian Aset Tetap. 1. Definisi Aset Tetap. Aset tetap memiliki peranan besar dalam organisasi atau

BAB II DASAR TEORI. A. Pengertian Aset Tetap. 1. Definisi Aset Tetap. Aset tetap memiliki peranan besar dalam organisasi atau 8 BAB II DASAR TEORI A. Pengertian Aset Tetap 1. Definisi Aset Tetap Aset tetap memiliki peranan besar dalam organisasi atau perusahaan ditinjau dari segi fungsi, jumlah dana yang diinvestasikan, pengelolaannya,

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Edisi : IX/September 2009 LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Oleh: Ikhlasul Manna Muhammad Fahri Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan I. PENDAHULUAN PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Kamal Dwi Rasyid. Dosen Pembimbing: Dr. Aulia Fuad Rahman, SE., M.Si., Ak., SAS.

ABSTRAK. Oleh: Kamal Dwi Rasyid. Dosen Pembimbing: Dr. Aulia Fuad Rahman, SE., M.Si., Ak., SAS. ABSTRAK ANALISIS PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS CASH TOWARDS ACCRUAL (PP No. 24/2005) DENGAN SAP BERBASIS ACCRUAL (PP No. 71/2010) (Studi Kasus di Pemerintah Kota Batu) Oleh: Kamal

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual 2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas. Akuntansi berbasis kas menurut Bastian (2001) adalah mengakui dan mencatat transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan

Lebih terperinci

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN 1 1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH 2 1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH CASH TOWARDS Penyusutan Aset Tetap Tidak diuraikan ik dalam kerangka k

Lebih terperinci