PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA UDARA MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA UDARA MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA UDARA MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT Arifin, Sjaeful Anwar Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji kelayakan, memaparkan karakteristik, dan menguji keterpahaman bahan ajar IPA terpadu pada tema untuk siswa SMP kelas VII melalui Four Steps Teaching Material Development (4S TMD). Penelitian ini dilatar belakangi oleh tidak tersedianya bahan ajar IPA SMP yang disajikan secara terpadu melalui tema. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Pengembangan bahan ajar IPA terpadu tema terdiri dari tahap seleksi, strukturisasi, karakterisasi dan reduksi didaktik. Tahap seleksi dan strukturisasi merupakan tahap memilih dan menyusun konsep secara terpadu. Selanjutnya pada tahap karakterisasi, dilakukan karakterisasi konsep-konsep yang dilakukan pada 99 siswa kelas VII. Data dari hasil tahap karakterisasi menjadi dasar untuk melakukan reduksi didaktik terhadap konsep-konsep yang sulit dipahami oleh siswa. Tahap reduksi didaktik adalah tahap pengurangan tingkat kesulitan bahan ajar. Berdasarkan uji kelayakan, bahan ajar telah memenuhi aspek kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa dan kelayakan kegrafikan. Karakteristik bahan ajar meliputi kedekatan tema bahan ajar dengan siswa, dan kesesuaian bahan ajar dengan standar BSNP. Berdasarkan uji keterpahaman, bahan ajar telah memenuhi aspek keterpahaman dengan kategori tinggi. Hasil penelitian ini adalah bahan ajar IPA terpadu berupa buku dengan tema yang telah melewati empat tahap pengembangan yang dapat digunakan sebagai bahan ajar pendamping pembelajaran IPA. kata kunci: bahan ajar, IPA terpadu, tema, 4S TMD ABSTRACT The purposes of this study are to develop, to test feasibility, to describe the characteristic, and to test understanding an integrated science teaching material on theme of air for Junior High School through Four Steps Teaching Material Development (4S TMD). This study is motivated by the unavailability of teaching materials science presented in an integrated junior high school through the air theme. This study uses a Research and Development method. Development of Integrated Science teaching materials on the theme of air is consist of selection, structuring, characterization and reduction didactic steps. Selection and structuring steps are the step of selecting and preparing an integrated concept. Then, the characterization step does characterization of concepts by 99 students of grade VII. The data result of characterization step becomes the basis of didactic reduction of the concepts that are difficult to understand by students. Didactic Reduction step is the step to reduce the level of difficulty of teaching materials. Based on test of feasibility, this teaching material is qualify of content, presentation, language, and graphic feasibility aspects. The characteristic of this teaching material includes the theme closenes with student, and its compatibility with BSNP sandard. Based on understanding test, it is qualify of understanding aspect with high category. Result of this study is a book of integrated science teaching materials on the theme of air and which has gone through four steps of development. This teaching material can be used as supplement teaching material of science learning. Keywords: teaching material, integrated science, theme of air, 4S TMD 1

2 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 Pendahuluan Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya dilakukan secara terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa diharapkan dapat mempelajari IPA secara keseluruhan dan memperoleh pengalaman yang bermakna dengan kegiatan yang lebih efisien dan efektif. Pembelajaran IPA terpadu memberikan kesempatan siswa untuk memahami alam sekitar dengan pengalaman yang lebih banyak, karena dalam IPA terpadu siswa berkesempatan mempelajari IPA melalui beberapa disiplin ilmu. Substansi mata pelajaran IPA di SMP/ MTs merupakan IPA Terpadu (Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Struktur Kurikulum). Dengan demikian IPA sebagai mata pelajaran hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak dipisah-pisahkan antara Biologi, Fisika, Kimia, dan IPBA. Hal itu dimaksudkan agar siswa SMP/MTs dapat mengenal IPA sebagai ilmu yang lebih utuh. Dalam pengembangan bahan ajar IPA terpadu, seluruh tema/persoalan IPA pada berbagai jenis objek dan tingkat organisasinya dapat dijadikan bahan kajian. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar dan sederajat sampai dengan Sekolah Menengah Atas dan sederajat. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Selain itu, menurut Sulhadi dkk (2010) pembelajaran IPA terpadu lebih efisien dalam hal waktu pelajaran daripada model pembelajaran IPA terpisah. Pada kenyataannya guru-guru IPA di SMP belum melaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu. Pembelajaran IPA masih dilaksanakan secara terpisah-pisah antara Fisika, Kimia dan Biologi. Ada banyak kendala yang mengakibatkan guru belum menerapkan pembelajaran IPA secara terpadu, yaitu 1) guru berasal dari latar belakang pendidikan fisika, biologi dan kimia, bahkan ada beberapa guru non IPA yang harus mengajar IPA. 2) buku yang disediakan oleh pemerintah belum menyajikan IPA secara terpadu dan 3) keterbatasan kemampuan guru untuk merancang bahan ajar IPA terpadu (Kumala, 2013). Berdasarkan hasil observasi, sumber belajar yang digunakan oleh guru di sekolah masih berupa buku-buku yang diterbitkan oleh pemerintah, lembar kerja siswa (LKS) dari MGMP, dan beberapa buku yang relevan dari penerbit tertentu. Bahan ajar yang digunakan oleh guru-guru SMP tersebut belum menyajikan IPA secara terpadu. Bahan ajar IPA terpadu yang digunakan oleh guru merupakan kumpulan bahan ajar dari kajian Kimia, Biologi, dan Fisika yang dijadikan dalam satu buku. Jika dilihat dari segi konten, antara Kimia, Fisika dan Biologi masih belum ada keterkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran IPA terpadu menunjukkan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Listyawati (2012) menggungkapkan bahwa pengembangan perangkat IPA terpadu di SMP dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal serupa diperoleh oleh Kumala (2013) yang menemukan bahwa pengembangan IPA terpadu dapat meningkatkan pemahaman dan kinerja siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati (2013) menemukan bahwa kemampuan berpikir siswa yang menggunakan bahan ajar IPA terpadu lebih baik dibanding kemampuan berpikir siswa yang menggunakan bahan ajar IPA yang parsial. Lebih jauh Yuliati menyarankan pada guru IPA SMP untuk menggunakan bahan ajar IPA terpadu sebagai salah satu panduan belajar guru dan siswa. Penggunaan bahan ajar IPA 2

3 terpadu perlu disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan di sekolah. Penyesuaian tersebut berkaitan dengan penggabungan beberapa kompetensi dasar dari semester yang berbeda. Oleh karena itu, pada saat penyusunan silabus mata pelajaran IPA, guru hendaknya mengkaji kompetensi dasar yang berkaitan dan membentuk tema serta menyesuaikan dengan tema bahan ajar IPA terpadu. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut jelas bahwa pembelajaran IPA di SMP sebaiknya dilakukan secara terpadu, sehingga pengembangan bahan ajar IPA terpadu adalah hal yang penting dilakukan agar pembelajaran IPA terpadu dapat terlaksana. Penyajian konsep dalam bahan ajar IPA terpadu dimulai dari fenomena yang ada di alam dan dekat dengan siswa kemudian dikaji dengan kajian-kajian IPA. Pengambilan fenomena yang dikaji harus fenomena yang dekat dengan siswa agar siswa dapat lebih mudah memahaminya. Fenomena yang lebih kontekstual diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPA. Fenomena tersebut merupakan pengetahuan dasar bagi siswa di dalam mempelajari IPA. IPA Terpadu merupakan gabungan antar bidang kajian IPA, yaitu Fisika, Bumi Antariksa, Kimia dan Biologi yang disajikan secara utuh. Materi yang dipadukan minimal mencakup dua bidang, misalnya Biologi- Fisika, Fisika-Kimia atau Kimia-Biologi atau mencakup materi dari ketiga bidang yaitu Fisika-Biologi-Kimia menjadi satu materi yang terpadu utuh atau keempat bidang kajian IPA tersebut berdasaarkan tema yang telah ditentukan (Arlitasari, Pujayanto, & Budiharti, 2013). Salah satu cara memadukan IPA adalah dengan menggunakan model webbed. Model webbed merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran. Model pembelajaran ini memadukan multi disiplin ilmu atau berbagai mata pelajaran yang diikat oleh satu tema (Fogarty, 1991). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan melalui satu tema. Sehingga di SMP, IPA tidak lagi dipisahkan ke dalam aspek fisika, aspek kimia, atau aspek biologi. Penyajian konsep dalam IPA terpadu dimulai dari fenomena yang ada di alam dan dekat dengan siswa kemudian dikaji dengan teori-teori IPA. Pengambilan fenomena yang dikaji harus fenomena yang dekat dengan siswa agar siswa dapat lebih mudah memahaminya. Fenomena yang lebih kontekstual diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPA. Fenomena tersebut merupakan pengetahuan dasar bagi siswa di dalam mempelajari IPA. Bahan ajar IPA yang disajikan dengan menyampaikan permasalahan yang riil dan kontekstual dapat mempermudah pelaksanaan pembelajaran IPA (Lang & Olson, 2000). Tema adalah salah satu tema yang dekat dengan siswa. Manusia hidup di lapisan atmosfer yang paling bawah yang disebut troposfer. Gejala atmosfer dan cuaca terjadi di lapisan ini. Kedekatan tema dengan kehidupan sehari-hari siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar IPA dan siswa lebih mudah memahaminya. Dalam menunjang tercapainya proses belajar dan mengajar (PBM) yang optimal, bahan ajar (materi pengajaran) merupakan komponen yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian yang khusus. Masih banyak bahan ajar yang keluasan dan kedalaman materinya belum sesuai dengan tingkat perkembangan siswa sehingga tidak mudah untuk dipahami siswa (Anwar, 2014). Pengembangan bahan ajar IPA terpadu di SMP juga harus mempertimbangkan tingkat keluasan, kedalaman materi, kebenaran materi, struktur materi, sampai pada aspek grafika dan aspek penyajian materi. Dalam proses pengolahan bahan ajar, ada empat tahap yang harus ditempuh sebelum bahan ajar itu layak disampaikan kepada siswa. Empat langkah tersebut adalah proses seleksi, strukturisasi, karakterisasi, dan 3

4 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 reduksi. Empat langkah ini disebut sebagai 4S TMD (Four Steps Teaching Material Development). Proses ini merupakan tahapan bagaimana bahan ajar diolah sehingga siap disajikan oleh guru sebagai bahan mengajar atau siap dipelajari oleh siswa sebagai bahan ajar mandiri (Anwar, 2014). Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan memperoleh hasil berupa bahan ajar IPA terpadu pada tema menggunakan empat langkah pengembangan bahan ajar (4S TMD). Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian Research & Development (R&D). Penelitian ini difokuskan pada proses dan produk pengembangan bahan ajar IPA terpadu tema melalui empat langkah pengembangan yaitu seleksi, strukturisasi, kararkterisasi dan reduksi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima instrumen yaitu (1) Instrumen kesesuaian konsep, indikator dan kompetensi dasar; (2) Instrumen kesesuaian peta konsep, struktur makro dan sistematika bahan ajar; (3) Instrumen karakterisasi konsep; (4) Instrumen uji kelayakan bahan ajar; (5) Instrumen keterpahaman bahan ajar. Tes yang digunakan pada tahap karakterisasi konsep berupa soal pilihan ganda dan tes penulisan ide pokok. Penelitian ini melibatkan lima orang ahli pada tahap seleksi dan strukturisasi, 99 siswa pada tahap karakterisasi konsep dan 12 guru SMP pada uji kelayakan bahan ajar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Analisis data secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis data hasil karakterisasi konsep dan analisis data hasil uji kelayakan bahan ajar dan uji keterpahaman. Analisis data hasil tahap karakterisasi bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep yang sulit dipahami oleh siswa. Hasil analisis data hasil tahap karakterisasi menjadi dasar dalam proses reduksi yaitu proses pengurangan tingkat kesulitan konsep. Analisis data hasil uji kelayakan bahan ajar bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan ajar dari segi kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafikan. Analisis data hasil uji keterpahaman bertujuan untuk mengetahui kategori tingkat keterpahaman bahan ajar. Analisis dilakukan dengan menghitung jawaban ide pokok yang dijawab benar oleh siswa kemudian membagi jumlah ide pokok yang dijawab dengan benar dengan jumlah ide pokok secara keseluruhan kemudian dikalikan dengan 100% berdasarkan rumus berikut: Jb K = S dengan: K= keterpahaman Jb = rata-rata siswa menjawab ide pokok dengan benar; S = Jumlah siswa Dari skor yang didapatkan, dilakukan pengkategorian berdasarkan kategori keterpahaman teks menurut Rankin dan Culhane: Tabel 1. Kriteria Keterpahaman Teks K Tingkat Keterpahaman 60 < K 100% Tinggi (Kategori Mandiri) 40 < K 60% Sedang (Kategori Instruksional) K 40% Rendah (Kategori Sulit) Hasil dan Pembahasan Pengembangan bahan ajar IPA terpadu dengan tema melalui 4S TMD meliputi empat tahap utama, yaitu seleksi, strukturisasi, karakterisasi dan reduksi. Berikut ini paparan hasil penelitian setiap tahap tersebut. 1. Tahap Seleksi Pada tahap ini, peneliti menganalisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk memilih Kompetensi Dasar (KD) yang berkaitan dengan dan mengembangkan indikator yang sesuai dengan tema dari 4

5 KD tersebut. Indikator yang telah disusun kemudian dikembangkan menjadi uraian konsep yang mengacu pada beberapa buku teks. Uraian KD, indikator, dan konsep hasil tahap seleksi kemudian divaliadsi oleh lima orang ahli. Validasi ini bertujuan untuk melihat: (1) kesesuaian KD dengan indikator; dan (2) kesesuaian konsep dengan indikator. Kompetensi yang diambil dalam tahap seleksi terdiri atas enam kompetensi dasar yang dikembangkan menjadi 31 indikator. Setelah melalui proses validasi dan mempertimbangkan saran dari validator, indikator ditambah menjadi 32 butir. Dari 31 indikator yang disusun, sebagian besar indikator dinilai valid oleh validator, sehingga indikator yang dikembangkan telah sesuai dengan kompetensi dasar yang diambil. Uraian konsep yang dikembangkan berdasarkan indikator dan dikutip dari beberapa buku teks dinyatakan valid oleh semua validator. Pada tahap seleksi, peneliti mengalami beberapa kesulitan. Beberapa kesulitan dalam proses seleksi adalah mengembangkan indikator yang operasional dari KD. Peneliti harus mempertimbangkan ketercapaian KD dalam bahan ajar dan keterkaitan indikator dengan tema. Akibatnya indikator yang dikembangkan tidak dapat sepenuhnya mengeksplorasi KD yang dipilih. 2. Tahap Strukturisasi Pada tahap ini, uraian konsep hasil tahap seleksi disusun berdasarkan stuktur keilmuannya dengan mempertimbangkan struktur kognitif yang akan dibangun pada diri siswa. Struktur kelimuan materi / konsep disusun melalui penyusunan struktur makro dengan mempertimbangkan unsur-unsur didaktik agar siswa lebih mudah memahami bahan ajar. Struktur kognitif siswa dibangun melalui penyusunan peta konsep dengan mempertimbangkan hirarki konsep yang terdapat pada bahan ajar. Bahan ajar yang disusun terdiri dari empat Bab dan semuanya berkaitan dengan. Sistematika dari bahan ajar tema disusun seperti Tabel 2. Tabel 2. Sistematika Bahan Ajar Bab Sub bab Materi Definisi Udara Bukti keberadaan Sifat-sifat Udara Komposisi Gas di Udara dan komponen Komposisi Udara penyusunnya Unsur dan senyawa di Angin Udara dan kehidupan Pencemaran Udara sebagai Campuran Homogen Pengertian Angin Proses terjadinya Angin Faktor yang mempengaruhu Arah gerak Angin Manfaat angin Transformasi Energi pada Makhluk hidup Udara sebagai pelindung makhluk hidup Peran Udara pada Siklus Air Pengertian pencemaran Dampak pencemaran Konsep campuran Jenis-jenis campuran Definisi Angin Penamaan Angin Sumber energi Angin Konveksi Kalor Tekanan Suhu Kalor dan kalor jenis permukaan bumi Manfaat angin untuk tumbuhan Manfaat angin untuk hewan Manfaat angin untuk manusia Respirasi Fotosintesis Pelindung dari benda luar Angkasa Pelindung dari radiasi Ultraviolet Pelindung dari Suhu Ekstrem Perubahan fisika Definisi pencemaran Sumber-sumber polutan Hujan Asam Penipisan Lapisan Ozon Efek rumah kaca Dampak langsung terhadap manusia Menurut Ausubel (Dahar, 1996) agar tercapai pembelajaran yang bermakna, guru harus mengetahui konsep-konsep yang 5

6 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 telah dimiliki siswa. Novak mengemukakan bahwa peta konsep adalah salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut. Teori belajar Ausebel mendasari munculnya gagasan peta konsep, menurut Dahar (1996) peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi (dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata dalam suatu unit semantik). Pembuatan peta konsep dalam tahap strukturisasi bertujuan untuk membantu siswa membangun struktur kognitif siswa berkaitan dengan materi / konsep yang akan dipelajari siswa. Penyusunan peta konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsepkonsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Dalam peta konsep dapat diamati bagaimana konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang lain. Untuk mengendalikan pekerjaan penulisan teks bahan ajar secara keseluruhan (buku teks), maka dari setiap bab atau pokok bahasan bahan ajar tersebut dianalisis dan dipetakan ke dalam model representasi teks dalam bentuk struktur makro. Struktur makro merupakan model dua dimensi, yaitu dimensi progresi dan dimensi elaborasi. Dimensi progresi dipetakan ke bawah sedangkan dimensi elaborasi dipetakan ke samping (Setiadi, 2014). Struktur makro berfungsi menunjukkan dan menjaga kejelasan antar hubungan unitunit teks dan ketepatan struktur materi subyek dari ilmu yang diwakilinya dalam berbagai tingkat. Kriteria ketepatan dicapai melalui penerapan wacana dalam dimensi progresi, sedangkan kriteria kejelasan dicapai melalui fungsi eksplanasi terhadap materi subyek dalam dimensi elaborasi. Tema adalah tema yang cakupannya cukup luas, sehingga alam penurunan struktur makro untuk bahan ajar dengan tema ini, dibagi menjadi empat struktur makro berdasarkan pembagian bab. Bahan ajar IPA terpadu melalui tema menyajikan materi IPA yang dimulai dari fenomena kemudian mengerucut pada konsep-konsep yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, agar siswa lebih mudah memahami materi secara utuh dari yang konkret sampai ke yang abstrak, bahan ajar disajikan dengan berbagai representasi. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002). Representasi merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan, atau menyimbolkan objek dan/atau proses. Multirepresentasi adalah merepresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik, dan matematik (Prain & Waldrip, 2007). Dapat disimpulkan bahwa multirepresentasi adalah suatu cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai bentuk. Dari segi level representasi, terdapat tiga level representasi yaitu level makroskopis, mikroskopis dan level simbolik. Level makroskopis merupakan representasi yang berupa fenomena yang teramati oleh indera. Level mikroskopis merujuk pada representasi kualitatif dari konsep/materi yang disajikan. Level simbolik dapat berupa representasi dalam bentuk simbol, persamaan matematis, diagram, grafik, gambar dan lain-lain. Pengembangan bahan ajar tema ini menggunakan tiga level representasi ini. Multi representasi memiliki tiga fungsi utama (Ainsworth, 1999), yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi, dan pembangun pemahaman. Fungsi pertama, multirepresentasi digunakan untuk memberikan representasi yang berisi informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua, satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasi dalam menggunakan representasi yang lain. Ketiga, multirepresentasi dapat digunakan 6

7 untuk mendorong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Penyusunan multirepresentasi pada bahan ajar tema ini disusun berdasarkan konsep-konsep kunci yang dipelajari siswa. Hasil dari penyusunan multirepresentasi ini selanjutnya dipadukan dengan peta konsep dan struktur makro untuk menjadi satu draft bahan ajar secara utuh. Pada tahap strukturisasi, konsepkonsep disusun dengan mempertimbangkan keterpaduan dan multirepresentasi dari konsep yang telah disusun. Kesulitan dalam tahap strukturisasi adalah menyusun struktur makro konsep secara terpadu antara Fisika, Biologi, Kimia dan IPBA. Setiap konsep memiliki karakter yang berbeda-beda, jika dilihat dari segi multirepresentasinya. Pada penyusunan multirepresentasi, kesulitan dijumpai saat harus menjabarkan sebuah konsep menjadi level-level representasinya. 3. Tahap Karakterisasi Pada tahap karakterisasi konsep-konsep yang telah terstrukturisasi diujicobakan tingkat keterpahamannya kepada 99 siswa melalui instrumen karakterisasi. Pada tahap ini, paragraf dengan prosentase nilai kurang dari 67 % masuk pada tahap reduksi didaktik. Jumlah paragraf yang harus direduksi tercantum di Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3. Jumlah Paragraf Harus Direduksi Bab I II III IV Jumlah paragraf yang harus direduksi Dari hasil karakterisasi dan analisis terhadap paragraf yang harus direduksi diperoleh beberapa fakta terkait paragraf yang berkategori sulit, yaitu: (1) Paragraf yang menjelaskan konsep-konsep abstrak; (2) Paragraf yang menjelaskan konsep dalam teks dengan struktur yang kompleks; (3) Paragraf yang menjelaskan konsep tanpa disertai contoh; (4) Paragraf yang menjelaskan konsep tanpa disertai gambar. Pada tahap karakterisasi ditemukan siswa mengalami kesulitan memahami uraian konsep yang disajikan hanya dengan teks, sehingga perlu adanya pengurangan tingkat kesulitan konsep (reduksi secara didaktik) melalui multirepresentasi dari konsep yang disajikan untuk membangun pemahaman siswa (Ainsworth, 1999). Representasi dalam bentuk gambar dan teks harus dipadukan dalam pembuatan buku teks agar tercipta komunikasi yang efektif (Vinisha & Ramadas, 2013). Adanya multirepresentasi secara efektif dapat membangun dan menguatkan pemahaman siswa terhadap sains (Adadan, 2013). Berdasarkan fakta-fakta tersebut selanjutnya disusun kisi-kisi reduksi didaktik sebagai dasar melakukan reduksi. Kesulitan lain yang dijumpai pada tahap karakterisasi adalah ketidakmampuan siswa dalam menentukan ide pokok dan ketidakseriusan siswa dalam mengerjakan instrumen karakterisasi. Berkaitan dengan kesulitan tersebut, peneliti mengantisipasi hasil yang terlalu bias dengan tidak menggunakan data dari siswa yang tidak serius mengerjakan instrumen yang diberikan. 4. Tahap Reduksi Pada tahap ini draft bahan ajar yang telah disusun sebagai hasil tahap strukturisasi kemudian direduksi berdasarkan kisi-kisi yang diperoleh pada tahap karakterisasi. Tahap reduksi merupakan tahap untuk mengurangi tingkat kesulitan konsep. Reduksi dilakukan per paragraf. Paragraf yang direduksi adalah paragraf yang tergolong sulit dipahami oleh siswa. Kriteria paragraf yang sulit dipahami oleh siswa adalah (1) Paragraf yang paling sedikit dijawab benar oleh siswa pada penulisan ide pokok; (2) Digolongkan ke paragraf yang sulit dipahami oleh siswa; (3) Paling sedikit dijawab benar oleh siswa pada soal pilihan gandanya. Pada penelitian ini, paragraf yang 7

8 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 masuk ke tahap reduksi adalah paragraf yang memenuhi minimal dua kriteria tersebut. Reduksi tingkat kesulitan konsep pada tahap reduksi dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah (1) Penggunaan penjelasan berupa gambar, simbol, sketsa, dan percobaan; (2) Penggunaan analogi; (3) Generalisasi; dan (4) Partikularisasi. Setelah paragraf yang tergolong sulit dipahami telah direduksi, paragraf kembali disusun menjadi bahan ajar yang utuh. Hasil dari tahap reduksi adalah bahan ajar berupa buku berjudul yang tediri dari empat Bab. Tahap terakhir dari penelitian ini adalah uji kelayakan buku yang mengacu pada kriteria yang disusun oleh BSNP. Hasil uji kelayakan buku dari aspek kelayakan isi disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Hasil Uji Kelayakan Isi Berdasarkan uji kelayakan isi bahan ajar tema, diperoleh bahwa dari sembilan aspek yang dinilai, tujuh aspek dinilai sesuai oleh semua evaluator dan dua aspek dinilai tidak sesuai oleh beberapa evaluator yaitu pada aspek kandungan wawasan produktivitas dan pengembangan kecakapan hidup. Revisi bahan ajar yang dilakukan agar bahan ajar dapat memenuhi aspek produktivitas dan pengembangan kecakapan hidup adalah melalui penambahan kegiatan (Mini Project) di setiap akhir Bab. Berdasarkan uji aspek aspek kebahasaan bahan ajar, diperoleh bahwa secara umum dari tujuh aspek kebahasaan telah dinilai sesuai oleh semua guru. Ada tiga aspek kebahasaan yang mendapat kritik dari guru, yaitu kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, kelugasan kalimat, dan kesesuaian dengan kaidah bahasa. Revisi yang dilakukan agar bahan ajar memenuhi aspek ini adalah dengan menyederhanakan struktur kalimat pada bahan ajar. Hasil uji kelayakan buku pada aspek kelayakan bahasa selengkapnya disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Hasil Uji Kelayakan Bahasa Berdasarkan uji kelayakan aspek penyajian materi bahan ajar tema diperoleh hasil bahwa secara umum semua evaluator menilai telah memenuhi untuk tiga aspek penyajian. Dari empat indikator yang berkaitan dengan teknik penyajian, dua indikator dinilai sesuai yaitu konsistensi sistematika penyajian dan kelogisan penyajian. Sementara pada indikator keruntutan konsep, lima dari 12 guru menilai bahwa bahan ajar belum memenuhi aspek keruntutan dalam menyajikan konsep. Revisi yang dilakukan untuk merespon penilaian dan saran dari lima guru tersebut adalah dengan mengubah urutan Bab. Bab-bab di dalam buku diubah urutannya dengan mempertimbangkan kedekatan sub tema setiap Bab dengan siswa. Sehingga urutan Bab dalam bahan ajar menjadi (1) Udara dan Kehidupan; (2) Angin; (3) Komponen Penyusun Udara; dan (4) Pencemaran Udara. Hasil uji kelayakan penyajian disajikan pada Gambar 3. 8

9 Gambar 3. Grafik Hasil Uji Kelayakan Penyajian Berdasarkan uji aspek kegrafikan, secara umum bahan ajar telah dinilai sesuai oleh seluruh evaluator untuk semua indikator. Hanya untuk indikator yang berkaitan dengan desain kover buku dan ilustrasi beberapa evaluator menilai bahwa bahan ajar tidak memenuhi aspek ini. Hal ini menunjukkan bahwa ilustrasi yang digunakan di kover buku perlu diperbaiki agar dapat menimbulkan daya tarik siswa. Hasil uji kelayakan buku pada aspek kelayakan kegrafikan disajikan di Gambar 4. Gambar 4. Grafik Hasil Uji Kelayakan Kegrafikan Pengembangan bahan ajar yang dimulai dari pendekatan tema merupakan salah satu cara mendekatkan konteks pembelajaran IPA ke siswa. Melalui tema yang dekat dengan kehidupan siswa, pembelajaran IPA lebih bermakna bagi siswa karena yang dipelajari merupakan hal yang mudah dan sering dijumpai siswa. Keterpahaman bahan ajar diuji dengan tes penulisan ide pokok paragraf bahan ajar. Berdasarkan tes penulisan ide pokok oleh 99 siswa, diperoleh hasil seperti pada Gambar 5. Gambar 5. Grafik Tingkat Keterpahaman Bahan Ajar Rata-rata keterpahaman dari keseluruhan Bab adalah 69%. Nilai ini menunjukkan bahwa buku yang telah dikembangkan memiliki keterpahaman dengan kategori tinggi. Pengembangan bahan ajar berbasis tema yang harus mengacu pada KI dan KD menjadi tantangan tersendiri bagi para guru. Hal ini disebabkan KI dan KD yang ada dalam satu tingkatan kelas tidak dapat menggali tema secara utuh. Beberapa KD yang berkaitan dengan terdapat di kelas VII dan sebagian terdapat kelas VIII. Akibatnya ada beberapa konsep kelas VIII yang harus dimasukkan ke dalam bahan ajar yang diperuntukkan untuk kelas VII. Keuntungan dari bahan ajar yang berbasis tema adalah bahan ajar ini dirancang dari hal yang sudah biasa terdengar dan dekat dengan siswa. Selain itu bahasa yang digunakan dalam bahan ajar diambil dari fakta hasil penelitian pada tahap karakterisasi, sehingga diharapkan siswa lebih mudah memahami bahan ajar. Bahan ajar tema diharapkan dapat menjadi pendukung dalam pembelajaran IPA di kelas. Oleh karena itu bahan ajar dibuat dengan perpaduan teks, gambar, tabel dan diagram. Bahan ajar juga diharapkan dapat mengaktifkan siswa di dalam kelas, sehingga bahan ajar dirancang untuk dapat melibatkan siswa melalui eksperimen-eksperimen sederhana. Pengembangan bahan ajar IPA dengan tema bertujuan untuk menyajikan fakta-fakta yang mudah dijumpai siswa sehingga siswa lebih mudah mengenali 9

10 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 contoh-contoh yang diberikan pada saat proses pembelajaran. Udara dan beberapa fenomena di diangkat sebagai sumber pengembangan bahan ajar IPA. Bahan ajar dikembangkan untuk dapat berinteraksi dengan siswa. Dengan demikian potensi yang terkandung di atau yang berkaitan dengan dapat dikembangkan untuk kepentingan belajar di kelas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa kelemahan dalam bahan ajar tema, yaitu: (1) Bahan ajar tema dimulai dari penentuan tema kemudian dilanjutkan memilih Kompetensi Dasar (KD) yang dapat dieksplorasi melalui tema. Kelemahan dari langkah ini adalah peneliti lebih fokus mengupas tema dari segi IPA daripada mengupas KD yang harus dicapai; dan (2) Tema adalah tema yang luas, namun tidak semua KD yang ada di kelas VII dapat dieksplorasi oleh bahan ajar ini. Bahan ajar ini tidak memuat semua KD yang ada di kelas VII, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai buku pelajaran pokok. Bahan ajar tema ini dapat dijadikan sebagai buku pengayaan yaitu buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks (Sitepu, 2012). Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pengembahan bahan ajar IPA terpadu dengan tema melalui 4S TMD terdiri dari empat langkah pengembangan yaitu seleksi, strukturisasi, karakterisasi dan reduksi didaktik. Pada tahap seleksi dihasilkan draft bahan ajar 1 yang telah divalidasi kesesuainnya dengan kurikulum (KD) dan kebenaran konsepnya terkait bahan ajar tersebut. Pada tahap strukturisasi dihasilkan draft bahan ajar 2 berupa peta konsep, struktur makro bahan ajar dan multipel representasi. Pada tahap karakterisasi disimpulkan bahwa 29 paragraf dari 86 paragraf masuk kategori sulit dan direduksi secara didaktik. Karakteristik paragraf yang berkategori sulit, yaitu: (1) Paragraf yang menjelaskan konsep-konsep abstrak; (2) Paragraf yang menjelaskan konsep dalam teks dengan struktur yang kompleks; (3) Paragraf yang menjelaskan konsep tanpa disertai contoh; (4) Paragraf yang menjelaskan konsep tanpa disertai gambar. Pada tahap reduksi dilakukan pengurangan tingkat kesulitan bahan ajar dengan jenis reduksi (1) Penggunaan penjelasan berupa gambar, simbol, sketsa, dan percobaan (multirepresentasi); (2) Penggunaan analogi; (3) Generalisasi; dan (4) Partikularisasi serta dihasilkan bahan ajar IPA terpadu tema. Bahan ajar IPA terpadu tema telah memenuhi aspek-aspek penilaian kelayakan berdasarkan kriteria yang disusun oleh BSNP yaitu aspek kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan aspek kegrafikan. Bahan ajar IPA terpadu tema memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Kedekatan tema bahan ajar dengan siswa; (2) Kesesuaian bahan ajar dengan standar bahan ajar dari BSNP; dan (3) Berdasarkan tes penulisan ide pokok bahan ajar tema telah memenuhi aspek keterpahaman dengan tingkat keterpahaman berkategori tinggi. Tema adalah tema yang luas, namun tidak semua Kompetensi Dasar yang ada di kelas VII dapat dieksplorasi melalui tema. Bahan ajar dengan tema hanya dapat mengeksplorasi sebagian kompetensi dasar dan konsep-konsep yang terkandung di dalamnya, sehingga perlu dikembangkan bahan ajar dengan tematema yang lain agar semua kompetensi dasar dapat terekplorasi. Selain itu, bahan ajar yang dikembangkan belum teruji dalam hal penggunaan dalam kelas, sehingga perlu penelitian lanjutan untuk menguji seberapa efektif bahan ajar tema ini digunakan di dalam kelas. Daftar Rujukan Adadan, E. (2013). Using multiple representations to promote grade 11 students scientific understanding of the 10

11 particle theory of matter. Research in Science Education, 43(3): Ainsworth, S. (1999). The functions of multiple representations. Computers & Education, 33(2-3): org/ /s (99) Anwar, S. (2014). Pengolahan bahan ajar. Bandung: UPI Arlitasari, Pujayanto, & Budiharti. (2013). Pengembangan bahan ajar IPA terpadu bebasis saling tema dengan tema biomassa sumber energi alternatif terbarukan. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1): Dahar, R. W. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga Fogarty, R. (1991). How to integrated the curricula. Illinois: Skylight Publishing Goldin, G.A. (2002). Representation in mathematical learning and problem solving. Dalam L.D English (Ed). Handbook of International research in Mathematics Education (IRME). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Kemendiknas. (2006). Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Kemendiknas. (2006). Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang struktur kurikulum. Jakarta Kumala, D. (2013). Pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu dengan setting inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa. e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Lang, M. & Olson, J. (2000). Integrated science teaching as a challenge for teachers to develop new conceptual structures. Research in Science Education, 30 (2): Listyawati. (2011). Pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu di SMP. Journal of Innovative Science, 1(1): Prain, V., and Waldrip, B.G. (2007). An exploratory study of teachers perspectives about using multi-modal representations of concepts to enhance science learning. Canadian Journal of Science, Mathematics and Technology Education. Setiadi. (2014). Penerapan analisis wacana dalam pengembangan bahan ajar. Materi Pokok pada Kegiatan Workshop Penulisan Bahan Ajar di Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia, Januari. Sitepu. (2012). Penulisan buku teks pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sulhadi. (2010). Efektivitas dan efisiensi model pembelajaran IPA terpadu tipe integrated dalam pembelajaran tema cahaya. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6 (2): Vinisha, K., & Ramadas, J. (2013). Visual representation of the water cycle in science textbooks. Contemporary Education Dialogue. 10(1) doi.org/ / Yuliati. (2013). Efektivitas bahan ajar IPA terpadu terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (1):

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya dilakukan secara terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa diharapkan

Lebih terperinci

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian Research & Development (R&D). Research & Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 8 (2), 2016, Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 8 (2), 2016, 144-148 Research Artikel UJI KETERPAHAMAN DAN KELAYAKAN BAHAN AJAR IPA TERPADU Nurul Ashri 1,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini merupakan bagian yang bersifat prosedural. Pada bab ini akan diuraikan mengenai rancangan alur penelitian mulai dari desain penelitian yang digunakan, tahapan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Salah satu tujuan dari penelitian adalah mengembangkan produk berupa bahan ajar IPA SMP tema Bencana Gempa Bumi dan Erupsi Gunung Api. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

Pengumpulan data. Produk: Bahan Ajar IPA Terpadu bertema Cuaca

Pengumpulan data. Produk: Bahan Ajar IPA Terpadu bertema Cuaca 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mix Method antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan pendekatan penelitian menggunakan Research

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada

Lebih terperinci

MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya

MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya email: yusufunsri@yahoo.com ABSTRAK Konsep fisika dapat direpresentasikan dalam banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research & Development (R&D). Menurut Gall, Gall, & Borg (2003, hlm. 569) Research & Development adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu bagian dari proses pendidikan yang terus menerus dilakukan oleh manusia sepanjang hayat. Proses belajar dan pembelajaran dalam sistem pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL Oleh Etik Khoirun Nisa NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA LAUT UNTUK SISWA SMP MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA LAUT UNTUK SISWA SMP MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran yang efektif tidak hanya akan meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran tetapi juga dapat meningkatkan prestasi siswa. Dalam hal ini, untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development / R&D). Metode ini merupakan metode penelitian untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DISERTAI LKS BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DISERTAI LKS BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DISERTAI LKS BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP 1) Dudeliany J.A, 2) I Ketut Mahardika, 3) Maryani 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sistematis dan menyeluruh. Ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan ilmu yang parsial antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada proses tersebut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH DOI: doi.org/10.21009/0305010219 PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH Widya Nurhayati a), Vina Serevina b), Fauzi Bakri c) Program Studi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL SIFAT LARUTAN BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN DI SMP

PENGEMBANGAN MODUL SIFAT LARUTAN BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN DI SMP PENGEMBANGAN MODUL SIFAT LARUTAN BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN DI SMP Eci Oktadarmafina, Nina Kadaritna, Noor Fadiawati Pendidikan Kimia, Universitas Lampung eci.pkimia@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika

Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika Lindrie Piranti 1,a), Dewi Muliyati 2,b) 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA IPA INTRA DISIPLINER KIMIA TIPE CONNECTED MATERI ZAT ADITIF UNTUK MELATIH BERPIKIR KRITIS THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET ON CHEMISTRY SCIENCE USING CONNECTED PATTERN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata kunci : Lembar Kerja Peserta Didik, Pembelajaran IPA Terpadu, Inkuiri Terbimbing, Pendidikan Karakter

ABSTRAK Kata kunci : Lembar Kerja Peserta Didik, Pembelajaran IPA Terpadu, Inkuiri Terbimbing, Pendidikan Karakter PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK IPA TERPADU BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT Ardian Asyhari 1, Widya Wati 2, Irwandani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek pada penelitian yang dilakukan adalah bahan ajar kimia berbasis web pada materi karbohidrat. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PGSD PADA KONSEP GELOMBANG DAN BUNYI

ANALISIS MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PGSD PADA KONSEP GELOMBANG DAN BUNYI ANALISIS MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PGSD PADA KONSEP GELOMBANG DAN BUNYI Siti Fatimah Universitas Sebelas Maret FKIP PGSD Kampus VI Kebumen stfatimah89@gmail.com ABSTRACT Waves and sound are included

Lebih terperinci

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013 PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK D. Aminudin, A. Sutiadi, A. Samsudin * Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

VALIDITAS MODUL MATEMATIKA KELAS X SMA DENGAN MENERAPKAN VARIASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

VALIDITAS MODUL MATEMATIKA KELAS X SMA DENGAN MENERAPKAN VARIASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF OPEN ACCESS MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN: 2579-6550 (online) 2528-4363 (print) Vol. 3, No. 1. Oktober 2017 VALIDITAS MODUL MATEMATIKA KELAS X SMA DENGAN MENERAPKAN VARIASI MODEL

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII Nunik Hidayatun, Ika Kartika. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Namun, banyak yang beranggapan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS MULTIREPRESENTASI BERBASIS PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA. Abstract

PENGEMBANGAN LKS MULTIREPRESENTASI BERBASIS PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA. Abstract PENGEMBANGAN LKS MULTIREPRESENTASI BERBASIS PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA 1) Deffy Maharani, 2) Trapsilo Prihandono, 2) Albertus Djoko Lesmono 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Idzi Layyinati. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Paciran. Lamongan.

Idzi Layyinati. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Paciran. Lamongan. PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS OPTICAL GEOMETRI TEMA MATA Idzi Layyinati Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Paciran. Lamongan Email:idziela@gmail.com Abstract: Developmental

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS Rachmat Sahputra Dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak rahmat_ui@yahoo.com Abstract: Learning with the

Lebih terperinci

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA II 2016 "Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA" Program Studi Pendidikan Fisika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun Madiun, 28 Mei 2016 Makalah Pendamping Peran Pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 1 ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Pepi Dayanti, Betty Holiwarni, Sri Haryati Pepidayanti93@gmail.com, Holi_warni@yahoo.com, Srifkipunri@yahoo.co.id No Hp. 082387835887

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SAINS BERBASIS PENDEKATAN INKUIRI PADA SUB POKOK BAHASAN BIOTEKNOLOGI KELAS IX SMP

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SAINS BERBASIS PENDEKATAN INKUIRI PADA SUB POKOK BAHASAN BIOTEKNOLOGI KELAS IX SMP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SAINS BERBASIS PENDEKATAN INKUIRI PADA SUB POKOK BAHASAN BIOTEKNOLOGI KELAS IX SMP Devy Dwi Restuwati 5, Jekti Prihatin 6, Iis Nur Asyiah 7 Abstract. Inquiry approach is an approach

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 9 (1), 2017, 34-40

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 9 (1), 2017, 34-40 Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 9 (1), 2017, 34-40 Research Artikel PENGGUNAAN BAHAN AJAR IPA TERPADU DENGAN TEMA CUACA UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas menjadi satu antara materi kimia, fisika dan biologi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Sedangkan model penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi pembelajaran

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember   Abstract PENINGKATKAN KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI IPA (FISIKA) DENGAN MODEL QUANTUM LEARNING DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 7 JEMBER 1) Ajeng Puspaningrum, 2) I Ketut Mahardika, 2)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL Oleh : Dewi Astuti 10315244010 Pembimbing I Dr.Paidi, M.Si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 127) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA PADA MATERI STATISTIKA UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA PADA MATERI STATISTIKA UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA PADA MATERI STATISTIKA UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs Zhullaikhah Eryfianawati Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo e-mail: viakazul05@gmail.com

Lebih terperinci

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013 PENGEMBANGAN BUKU AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN ASAM DAN BASA Oleh : Suharyadi 1, Anna Permanasari 2, Hernani 3 Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI - e-mail: suharyadi_o2@yahoo.co.id 1

Lebih terperinci

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA noeraida67@yahoo.co.id Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TERCEMARKAH AIRKU DI KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TERCEMARKAH AIRKU DI KELAS VII SMP Jurnal Pendidikan Sains e-pensa. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 54-59 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TERCEMARKAH AIRKU DI KELAS VII SMP Nopy Widian Ningsih Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis struktur teks dikerjakan dengan mengorganisasikan makro-mikro yang merupakan unit analisis diturunkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII Vol.4, No.1, April 2016 PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII (THE DEVELOPMENT OF STUDENS WORKSHEET USING PMRI APPROACH ON TWO VARIABLE

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI NETWORK TREE PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN HEWAN SEMESTER I KELAS XI UNTUK SMA.

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI NETWORK TREE PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN HEWAN SEMESTER I KELAS XI UNTUK SMA. PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI NETWORK TREE PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN HEWAN SEMESTER I KELAS XI UNTUK SMA Oleh: 1 Sefreni Yulriska, 2 Sudirman, 3 RRP. Megahati 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2.

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2. Santia dan Jatmiko, Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika... 11 Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berdasarkan Proses Berpikir Relasional Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach yang dilakukan meliputi tahapan:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E MATERI ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 MALANG Peni Handayani 1), Masjhudi 2), Triastono Imam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah bahan ajar kimia berbasis web pada materi ikatan kovalen kelas X yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran. Perangkat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, Sjaeful. (2014). Pengolahan Bahan Ajar. Bahan Perkuliahan Pengolahan Bahan Ajar: tidak diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, Sjaeful. (2014). Pengolahan Bahan Ajar. Bahan Perkuliahan Pengolahan Bahan Ajar: tidak diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA Abdorin, Muhamad. (2012). Ilmu Bebas Nilai. [Online]. Tersedia : http://muhamad-abdorin.blogspot.com/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html (26 Oktober 2014). Abdurrahman. (2011). Implementasi Pembelajaran

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP Devi Aryanti, Zubaidah, Asep Nursangaji Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : Thevire_yuga@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PECAHAN TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 32 PADANG Bety Harlinda*, Zulfaneti**, Alfi Yunita**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, sehingga bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efi Irawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efi Irawati, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), salah satu materi dalam mata pelajaran kimia yang dianggap sulit dan abstrak adalah termokimia

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25 Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25 ANALISIS PERBANDINGAN LEVEL KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM STANDAR ISI (SI), SOAL UJIAN NASIONAL (UN), SOAL (TRENDS IN INTERNATIONAL

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INKUIRI BEBAS) DALAM PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI FISIKA DI MAN 2 JEMBER

MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INKUIRI BEBAS) DALAM PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI FISIKA DI MAN 2 JEMBER MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INKUIRI BEBAS) DALAM PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI FISIKA DI MAN 2 JEMBER Anggarita Meylinda Putri 1), I Ketut Mahardika 2), Nuriman 3) Program Studi Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MAJALAH SISWA PINTAR FISIKA (MSPF) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP (Pokok Bahasan Gerak Pada Benda)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MAJALAH SISWA PINTAR FISIKA (MSPF) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP (Pokok Bahasan Gerak Pada Benda) PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MAJALAH SISWA PINTAR FISIKA (MSPF) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP (Pokok Bahasan Gerak Pada Benda) 1) Balada Rangsing, 2) Subiki, 2) Rif ati Dina Handayani 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X

Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X Nurhijrah N. Atjiang dan Darsikin email : nurhijrah.atjiang@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Penelitian ini melibatkan empat orang dosen sebagai validator yang terdiri dari dosen biokimia serta dosen yang berpengalaman di bidang literasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA UNTUK MENGASES KETERAMPILAN PROSES DALAM PRAKTIKUM SENYAWA POLAR DAN NON POLAR KELAS X SMA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA UNTUK MENGASES KETERAMPILAN PROSES DALAM PRAKTIKUM SENYAWA POLAR DAN NON POLAR KELAS X SMA PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA UNTUK MENGASES KETERAMPILAN PROSES DALAM PRAKTIKUM SENYAWA POLAR DAN NON POLAR KELAS X SMA DEVELOPMENT OF STUDENT PERFORMANCE ASSESSMENT INSTRUMENTS FOR ASSESS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS KOOPERATIF TIPE STAD PADA TEMA FOTOSINTESIS DI SMP GIKI-3 SURABAYA. Anita Wahyu Lestari

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS KOOPERATIF TIPE STAD PADA TEMA FOTOSINTESIS DI SMP GIKI-3 SURABAYA. Anita Wahyu Lestari PENSA E Jurnal 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS KOOPERATIF TIPE STAD PADA TEMA FOTOSINTESIS DI SMP GIKI-3 SURABAYA Anita Wahyu Lestari Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Sains

Lebih terperinci

Pengembangan Buku Referensi untuk Materi Optika Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Konstruktivistik

Pengembangan Buku Referensi untuk Materi Optika Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Konstruktivistik Pengembangan Buku Referensi untuk Materi Optika Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Konstruktivistik Mutiara Gita Ardi Saputri 1,a), dan Fauzi Bakri 2,b) 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia seutuhnya dan bertanggungjawab terhadap kehidupannya. Tujuan pendidikan sains (IPA) menurut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI RUANG DIMENSI TIGA PADA KELAS X SMA N 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI RUANG DIMENSI TIGA PADA KELAS X SMA N 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT 1 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI RUANG DIMENSI TIGA PADA KELAS X SMA N 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN Yunessa*), Zulfaneti, M. Si ** ), Alfi Yunita, M. Pd ** ) * )Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS 7 SMP

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS 7 SMP -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS 7 SMP Ra ika Fajrin Pascasarjana

Lebih terperinci

THE DEVELOPMENT OF STUDENTS ACTIVITY PAPER BASED ON THE PROBLEM SOLVING AT SENIOR HIGH SCHOOL IN CHEMISTRY LESSON SUBJECT THERMOCHEMICAL

THE DEVELOPMENT OF STUDENTS ACTIVITY PAPER BASED ON THE PROBLEM SOLVING AT SENIOR HIGH SCHOOL IN CHEMISTRY LESSON SUBJECT THERMOCHEMICAL 1 THE DEVELOPMENT OF STUDENTS ACTIVITY PAPER BASED ON THE PROBLEM SOLVING AT SENIOR HIGH SCHOOL IN CHEMISTRY LESSON SUBJECT THERMOCHEMICAL Elvira Lastri*, Betty Holiwarni**, Abdullah*** Email: *elviralastri17@gmail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA Mutia Fonna 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan suatu situasi/keadaan secara sistematis, faktual, dan cermat.

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan suatu situasi/keadaan secara sistematis, faktual, dan cermat. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu situasi/keadaan secara sistematis, faktual, dan cermat. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2) Pengembangan LKPD Berbasis Conceptual. (Syella Ayunisa Rani) 231 PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS CONCEPTUAL ATTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA SMA KELAS X PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA SMA KELAS X Siska Anggraini, Sudirman, Siska Nerita Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU BERBASIS MULTI REPRESENTASI SERI FLUIDA DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM)

PENGEMBANGAN BUKU BERBASIS MULTI REPRESENTASI SERI FLUIDA DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) PENGEMBANGAN BUKU BERBASIS MULTI REPRESENTASI SERI FLUIDA DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) Kristin S Silaban *), Fauzi Bakri, Mutia Delina Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA DENGAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT (STM) DALAM POKOK BAHASAN ENERGI DAN MOMENTUM Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED Via Okta Yudha Utomo 1, Dinawati Trapsilasiwi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 dinawati.fkip@unej.ac.id

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs Metti Sukri 1, Syofni 2, Syarifah Nur Siregar 3 Email: mettisukri@gmail.com,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS LEARNING CYCLE 5-E DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS LEARNING CYCLE 5-E DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS LEARNING CYCLE 5-E DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP Yesa Prima Islami, Siska Nerita, Lince Meriko Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA LETUSAN GUNUNG BERAPI KELAS VII DI SMP NEGERI 1 KAMAL

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA LETUSAN GUNUNG BERAPI KELAS VII DI SMP NEGERI 1 KAMAL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA LETUSAN GUNUNG BERAPI KELAS VII DI SMP NEGERI 1 KAMAL Amaliya Kurniawati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email: www.melja_luve@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). Menurut Thiagarajan (1974: 5-9), Research and Development adalah desain penelitian yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII E MTs AL-IBROHIMI MANYAR GRESIK Danawatul Mursidah 1, Sri

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017 KEVALIDAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI ASAM BASA VALIDITY STUDENTS ACTIVITIES SHEET BASED IN PROBLEM SOLVING TO PRACTISED THE SKILLS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran pokok pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam pembelajaran IPA terdapat

Lebih terperinci