MENANTI KRITERIA BANK JANGKAR DI TENGAH KEGALAUAN
|
|
- Sri Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 MENANTI KRITERIA BANK JANGKAR DI TENGAH KEGALAUAN Oleh: Djoko Retnadi 1 Rencana BI untuk mengumumkan kriteria bank jangkar, well performing bank, well managed bank, well capitalized bank, atau apapun istilahnya di akhir bulan Juni ini merupakan saat yang paling ditunggu-tunggu oleh kalangan perbankan, khususnya bagi para bankir yang sudah begitu optimis bahwa banknya akan masuk dalam kriteria tersebut. Jika disintesakan, route perjalanan BI sejak memperkenalkan API (Arsitektur Perbankan Indonesia) pada tahun 2004 yang lalu, maka seluruh proses sosialisasi API yang disertai dengan implementasi berbagai kebijakan yang tertuang dalam berbagai PBI (Peraturan Bank Indoensia) pada akhirnya memang harus dilaporkan oleh BI ke masyarakat. Pengumuman bank jangkar ini adalah rapor perjalanan API tersebut. BI sendiri dalam memandu implementasi API telah menempuh berbagai cara, mulai dari yang paling halus, yaitu melalui mekanisme pasar (market driven), cara moderate (directive), dan yang akan diterapkan di tahun 2008 adalah melalui tangan besi (heavy handed) apabila proses konsolidasi perbankan sesuai arahan API tidak segera terwujud. Strategi Penerapan API BI perlu menegaskan kembali ketiga langkah yang akan diterapkan tersebut, karena sejak diperkenalkannya konsep API di tahun 2004 ternyata respon dari bank untuk mengakselerasikan strategi konsolidasi perbankan sangat minimal. Melihat gelagat seperti ini, cukup realistis apabila BI tidak segan-segan lagi akan menerapkan tangan besi di tahun 2008 dalam rangka memaksa bank untuk segera melakukan konsolidasi. Rencana kebijakan tangan besi BI ini sebenarnya diimbangi dengan penciptaan berbagai kondisi yang cukup realistis, di mana misalnya bagi bank yang tidak dapat memenuhi permodalan minimum di tahun 2008 akan diturunkan statusnya menjadi BPR. Menurut BI, API perlu diwujudkan secara bertahap namun pasti karena industri perbankan nasional masih menghadapi beberapa kendala, yaitu, pertama, distribusi industri 1 Penulis adalah Senior Economist The Indonesia Economic Intelligence. The Indonesia Economic Intelligence adalah lembaga riset yang fokus melakukan kajian terhadap masalah-masalah kebijakan dan regulasi ekonomi beralamatkan di
2 2 perbankan nasional sangat timpang karena sekitar 70% aset perbankan hanya dikuasai oleh 10 bank terbesar. Kedua, perbankan pada saat ini masih mengalami kendala permodalan dan manajemen risiko kredit untuk mencapai target ekspansi kredit sebesar 25% per tahun yang sangat dibutuhkan untuk menopang target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% - 6% per tahun. Menyikapi akan diumumkannya kriteria bank jangkar, terdapat beberapa hal yang patut menjadi renungan bersama, yaitu pertama, bahwa pengumuman ini dilakukan di tengah situasi ekonomi makro dan politik yang kurang begitu menggembirakan. Kedua, sebagaimana umumnya sifat manusia, begitu diberitahu mengenai sesuatu, biasanya akan menuntut untuk ingin mengetahui hal lain lebih lanjut. Dengan diumumkannya kriteria bank jangkar dapat dipastikan akan menimbulkan pertanyaan selanjutnya, khususnya mengenai siapa saja bank yang termasuk dalam kriteria bank jangkar. Ini wajar terjadi, karena bisa saja salah satu kriteria penetapan bank jangkar ternyata nantinya adalah informasi yang tidak dapat diakses oleh publik, sebagaimana aspek Manajemen di dalam butir penilaian tingkat kesehatan bank. Jika ini yang terjadi maka publik tidak akan dapat menebak-nebak bank mana saja yang masuk kualifikasi bank jangkar. Pertanyaan selanjutnya, jika nantinya perbankan dapat menaksir sendiri apakah banknya termasuk bank jangkar atau tidak, lalu langkah apa yang mesti dilakukan oleh bank jangkar dan bank yang tidak termasuk bank jangkar ke depan. Soal Timing Rencana BI untuk mengumumkan kriteria bank jangkar sebenarnya telah disampikan kepada perbankan beberapa bulan yang lalu. Dengan harap-harap cemas, dapat dipastikan bank-bank besar pada saat ini sangat berkeinginan banknya dapat memenuhi kriteria bank jangkar. Dengan diumumkannya kriteria bank jangkar atau sekaligus bank mana saja yang termasuk bank jangkar, sebenarnya bukan soal yang terlalu besar. Ini karena, penentuan bank jangkar hanyalah proses panjang dari perjalanan perbankan Indonesia. Maksudnya, jika BI akhirnya menetapkan sebuah bank menjadi bank jangkar, itu berarti bahwa memang bank tersebut sesuai dengan kriteria yang diharapkan BI untuk menjadi semacam bank idola di masa depan. Tentu saja karakteristik
3 3 bank idola yang ditetapkan BI ini sifatnya temporer karena tergantung dari situasi yang sedang dihadapi oleh BI maupun perekonomian nasional umumnya. Kembali pada soal penentuan timing, minggu-minggu terakhir ini kondisi ekonomi makro diwarnai oleh berbagai ketidakpastian yang sangat berpengaruh pada prediksi kinerja perbankan ke depan. Nilai tukar rupiah yang mencapai kisaran Rp an, tampaknya akan terus melemah akibat bekerjanya berbagai faktor eksternal yang sulit dikendalikan oleh BI sendirian. Harga minyak dunia yang hampir mencapai US$ 60 per barrel, semakin membaiknya prospek ekonomi Amerika Serikat, masih tingginya kebutuhan devisa untuk pembelian minyak oleh Pertamina dan untuk pembayaran utang luar negeri beberapa perusahaan, dan masih melimpahnya likuiditas rupiah perbankan yang tersimpan di SBI triliun per Februari 2005 yang masih sebesar Rp 107,6 triliun, kesemuanya tampaknya akan tetap menjadi faktor yang akan terus memperlemah kurs rupiah. Diakui oleh Deputy Gubernur BI Hartadi Sarwono, bahwa penerbitan PBI No.7/14/2005 tentang pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh bank hanya untuk mengurangi efek spekulasi saja, dan bukan untuk mengatasi faktor eksternal. Melemahnya nilai tukar rupiah jelas harus terus diimbangi dengan kenaikan suku bunga SBI agar tidak terjadi pelarian modal ke luar negeri. Lelang SBI pada tanggal 22 Juni menghasilkan rata-rata tertimbang suku bunga SBI berjangka satu bulan sebesar 8,18 persen, atau naik seebsar 12 basis point dari posisi lelang pekan sebelumnya yang hanya setinggi 8,06 persen. Kenaikan suku bunga SBI sebesar 12 basis point ini belum pernah terjadi belakangan ini, karena kenaikan normal rata-rata hanya sekitar lima basis point saja. Kecenderungan kenaikan suku bunga yang terus-menerus ini jelas akan semakin menekan profitabilitas perbankan yang saat ini masih mengandalkan pada besarnya NIM (Net Interest Margin). Di sisi lain, upaya perbaikan efisiensi perbankan melalui penurunan biaya overhead tampaknya belum memberikan hasil yang nyata. Ini ditunjukkan oleh masih tingginya selisih (spread) suku bunga kredit terhadap suku bunga simpanan. Sebagaimana kajian yang dilakukan oleh The Asian Bankers, rasio efisiensi perbankan Indonesia yang diukur dari biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO), walaupun kondisinya sangat bagus namun termasuk
4 4 aneh. Ini karena, rasio efisiensi yang rendah di perbankan kita bukan akibat semakin membaiknya efisiensi biaya operasional, namun akibat tingginya pendapatan operasional. Biaya operasional perbankan kita (khususnya biaya tenaga kerja) terus mengalami kenaikan luar biasa mencapi angka sekitar 30-40% per tahun. Dengan kondisi NIM yang sangat tinggi di era tiga tahun lalu, maka rasio efisiensi perbankan kita tampak sangat bagus. Namun demikian, dengan kecenderungan suku bunga yang terus meningkat, maka angka NIM perbankan ke depan akan terus tertekan, sementara biaya operasional belum tentu dapat ditekan. Ini berbeda dari apa yang terjadi di perbankan di Philipina, bahwa rasio efisiensi perbankan di sana lebih banyak karena membaiknya efisiensi biaya operasional. Jika rasio efisiensi perbankan di negara tersebut belum bagus, itu lebih banyak karena rendahnya pendapatan operasional akibat begitu sempitnya NIM (spread) antara suku bunga kredit terhadap suku bunga simpanan. Selain kondisi ekonomi makro yang kurang menggembirakan, situasi politik dan hukum akibat gencarnya proses pemberantasan korupsi telah menimbulkan reaksi yang berlebihan dari sebagian kalangan. Proses penyidikan terhadap debitor kredit macet di beberapa bank sedikit banyak akan menimbulkan dampak psikologis bagi para debitor di dalam berhubungan dengan bank. Walaupun bagi debitor yang bagus dan tertib, situasi seperti ini seharusnya tidak menjadi masalah, namun kenyataan di lapangan terkadang berbeda dari apa yang seharusnya terjadi. Memerhatikan berbagai kondisi tersebut, pengumuman bank jangkar memang tetap dapat dilakukan oleh BI karena itu telah menjadi program yang telah lama dicanangkan. Namun demikian, ada baiknya kriteria bank jangkar seyogianya perlu mengantisipasi kondisi ekonomi ke depan. Dalam arti, dapat saja saat ini sebuah bank layak menjadi bank jangkar karena indikator keuangannya bagus. Namun perlu disadari bahwa obligasi rekap di perbankan masih cukup besar. Aset ini bagi beberapa bank merupakan aset yang sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga dan relatif sulit dikendalikan oleh bank pemegang obligasi rekap. Jika ini tidak terantisipasi, tidak mustahil jika dalam waktu singkat, bank yang semula memenuhi kriteria bank jangkar, harus berubah menjadi tidak dapat memenuhi kriteria karena tiba-tiba merugi akibat gejolak kurs dan suku bunga.
5 5 Kriteria Bank Jangkar Dari berita yang tersebar, hal penting yang akan menentukan kriteria bank jangkar adalah soal permodalan, IT, jaringan kerja, kualitas SDM, manajemen risiko, dan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) yang dimilik bank. Syarat ini tentu merupakan syarat tambahan, karena syarat mendasar bagi jangkar adalah bahwa bank tersebut harus memiliki kualifikasi minimum sehat menurut ketentuan BI. Dengan melihat kriteria tersebut, jelas sekali bahwa BI hendak mengarahkan bank jangkar pada perwujudan sebuah bank yang memiliki daya saing tinggi dan bermanfaat bagi perekonomian nasional. Ini terkait dengan salah problem utama yang dihadapi perbankan nasional yaitu rendahnya ekspansi kredit namun di sisi lain justru justru terjadi ekses likuditas. Untuk mengatasi problem tersebut, tidak ada jalan lain bahwa bank yang diharapkan mampu memecah kebekuan problem perbankan tersebut adalah bank dengan kemampuan ekspansi kredit tinggi yang didukung dengan permodalan memadai. Untuk menunjang tingkat ekspansi kredit jelas tidak mungkin bank jangkar hanya memiliki jaringan kerja terbatas dan perangkat IT yang tidak memadai. Dengan jumlah nasabah yang semakin besar dan tersebar di berbagai jaringan kerja, maka kebutuhan IT untuk kepentingan manajemen internal maupun untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan laporan ke BI jelas menjadi kebutuhan mutlak bagi bank jangkar. Selain itu, jika bank jangkar tersebut nantinya harus mengakusisi bank lain akibat kebijakan tangan besi BI, maka bank jangkar tersebut diharapkan akan dengan mudah melakukannya tanpa dibebani soal permodalan, IT, dan SDM yang kurang memadai. Menyikapai Bank Jangkar Saya kurang sependapat dengan beberapa kalangan yang mengatakan bahwa pengumunan bank jangkar akan menjadi isu sensitif yang dikhawatirkan dapat berpengaruh pada citra beberapa bank. Penentuan bank jangkar bukanlah proses yang terjadi tiba-tiba. BI telah cukup lama mengumukan dan memfasilitasi seluruh bank agar bersiap-siap mengikuti arah API. Dengan berjalannya waktu, tentu saja BI dan masyarakat luas dapat mencatat, bank mana saja yang pantas menjadi bank jangkar sesuai
6 6 visi API. Dengan kata lain, jika sebuah bank pada akhirnya layak memenuhi krietria sebagai bank jangkar, itu bukan karena rekayasa BI, namun lebih banyak karena bank tersebut memang mampu berjalan sesuai rel yang digariskan API. BI tidak mungkin menetapkan kriteria secara sembarangan untuk menentukan bank jangkar. Berbagai kelemahan perbankan telah dianalisis dan diungkapkan ke seluruh pelaku perbankan serta bagaimana cara memperkuat perbankan ke depan. Visi API jelas mengarahkan pada terwujudnya sistem perbankan yang kuat, berdaya saing tinggi, dan bermanfaat bagi perekomian nasional. Jika itu dapat dipamahi bersama, tidak ada alasan bagi bank yang tidak masuk kriteria bank jangkar untuk melakukan protes ke BI. Toh ini masih sebatas kriteria sedangkan siapa saja yang akan menjadi bank jangkar belum akan ditetapkan segera. Lagi pula, bank jangkar tidaklah bersifat statis. Mungkin kali ini sebuah bank tidak dapat memenuhi kritria bank jangkar, namun tahun depan mungkin saja dapat mengejar ketertinggalannya.
MEMPERSEMPIT KESENJANGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN SEKTOR RIIL Oleh: Djoko Retnadi, pengamat ekonomi dan perbankan 1
1 MEMPERSEMPIT KESENJANGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN SEKTOR RIIL Oleh: Djoko Retnadi, pengamat ekonomi dan perbankan 1 Survey yang dilakukan oleh JBIC (Japan Bank for International Cooperation) terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut optimalisasi peranan perbankan. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi keuangan pun perlu dicermati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan
Lebih terperinciTANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta
1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/10/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di media massa seringkali kita membaca atau mendengar beberapa indikator makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat Bank Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa indikator ekonomi yang bisa mencerminkan tingkat kegiatan ekonomi di masyarakat. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian yang lebih terbuka antara negara satu dengan negara yang lain. Perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak
1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyalurkan kredit ke masyarakat mulai berubah tidak lama sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pola pikir, sikap, perilaku, serta bahan pertimbangan keputusan para bankir di Indonesia dalam menyalurkan kredit ke masyarakat mulai berubah tidak lama
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
117 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak pemilik dana dengan pihak yang tidak memiliki dana. Bank mengumpulkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/7/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini Perbankan Indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian Indonesia di sektor perbankan mengalami keadaan yang pasang surut. Ketidakstabilan disebabkan karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari tugas akhir ini. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah dan sistematika
Lebih terperinci2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L
No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN
Lebih terperinciKINERJA PERBANKAN 2005 DAN PROSPEK Oleh: Djoko Retnadi 1
1 KINERJA PERBANKAN 2005 DAN PROSPEK 2006 Oleh: Djoko Retnadi 1 Bagi industri perbankan nasional, tahun 2005 merupakan tahun ujian berat pertama sejak program rekapitalisasi selesai tahun 2000 yang lalu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara saat ini Lembaga Perbankan memiliki peranan yang cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 perbankan Indonesia mulai terkena dampaknya dari krisi global tersebut. Dampak langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia kini menjadi salah satu isu utama dalam perkembangan dunia memasuki abad ke-21. Krisis ekonomi yang kembali melanda negara-negara di dunia
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/10/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
Lebih terperinciKEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara, lembaga perbankan mempunyai peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai perantara keuangan, yaitu sebagai fund
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan daripada lembaga keuangan lainnya. Secara umum kegiatan perbankan di Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman penjajahan Belanda, sistem pengkreditan rakyat sudah diterapakan pada masa itu dengan mendirikan Bank Kredit Rakyat (BKR) yang membantu para petani, pegawai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perlahan tapi pasti, jumlah bank di Indonesia dari hari ke hari menunjukkan jumlah yang terus menyusut. Rekor jumlah bank terbanyak yang pernah terjadi adalah pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan merupakan industri yang paling mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana masyarakat maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan yang semakin kompetitif pada industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era persaingan yang semakin kompetitif pada industri perbankan, baik dalam menarik dana masyarakat maupun dalam pengucuran kredit, menuntut bank-bank
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil,
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, dan Net
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015
PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap perekonomian di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Tidak sedikit roda-roda perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan penyebab utama terjadinya krisis perbankan. Besarnya cadangan kredit dan kerugian sebagai akibat selisih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) pengertian saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat
Lebih terperinciDr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI
Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu penyokong perekonomian sebuah negara, bank sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan likuiditas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/8/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada masih menurunnya harga komoditas internasional. Di sisi lain, pasar keuangan global masih menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis moneter sebagai akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap valuta asing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami perkembangan dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang menguntungkan. Dengan total populasi mencapai 248,8 juta jiwa pada tahun 2013 (Sumber: Statistik Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melakukan berbagai transaksi bisnis dan pembayaran-pembayaran tagihan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Salah satu fungsi dari perbankan adalah intermediasi keuangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya
Lebih terperinci2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega
No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015
PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.
Lebih terperinci7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.
7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan. 8. Memantau kepatuhan BCA dengan prinsip pengelolaan bank yang sehat sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui unit kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
Lebih terperinci5.1 Kesimpulan. Universitas Kristen Maranatha
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama melakukan penelitian mengenai analisis kinerja kredit dan pengaruhnya terhadap perolehan laba PT Bank Central
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi saham sangat rentan terhadap situasi politik dan ekonomi. Bursa saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dijadikan rujukan. Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan. 1. Sancha Carolina De. C. P.
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua penelitian terdahulu untuk dijadikan rujukan. Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Eksistensi perbankan sangat diperlukan dalam suatu negara, untuk itu perlu diadakan pengawasan pembinaan usaha agar usaha bank dapat berjalan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyaluran kredit dilakukan sebagai salah satu akibat dari besarnya kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi produktivitas suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan merupakan cerminan dari kinerja perusahaan pada satu periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank, yaitu bank yang dapat memberikan layanan keuangan berkualitas bagi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persaingan dalam industri perbankan kini semakin tajam, terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan masyarakat yang semakin selektif dalam memilih bank, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan adanya pengaruh perubahan PDB, tingkat inflasi, suku bunga SBI dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada dua penelitian sebelumnya yaitu : 1. Sofan Hariati (2012) Peneliti terdahulu yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, era pasar bebas dan persaingan usaha yang semakin ketat, menuntut perusahaan harus berpikir keras dalam mempertahankan dan mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran Bank
Lebih terperinci