STUDI POLA-GERAK CARRIER PADA RENCANA IRADIATOR GAMMA SERBA-GUNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI POLA-GERAK CARRIER PADA RENCANA IRADIATOR GAMMA SERBA-GUNA"

Transkripsi

1 36 ISSN Achmad Suntoro STUDI POLA-GERAK CARRIER PADA RENCANA IRADIATOR GAMMA SERBA-GUNA Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN, suntoro@batan.go.id ABSTRAK STUDI POLA-GERAK CARRIER PADA RENCANA IRADIATOR GAMMA SERBA-GUNA. ebuah studi pola-gerak carrier iradiator gamma serba-guna telah dilakukan. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pola gerak pada iradiator gamma serba guna yang sedang didisain. Karakteristik pola gerak kontinyu dan diskrit dibahas menggunakan parameter dimensi bangunan & instalasi yang telah direncanakan. Variasi waktu ekspose menjadi sentral issue dalam pembahasan sehubungan dengan kemungkinan pola-gerak yang bisa dijalankan dan jumlah carrier yang bergerak bersamaan. Pola-gerak diskrit menggunakan 9 tempat pemberhentian, 18 carrier dalam operasi, dan 5 carrier maksimum bergerak bersamaan memberikan waktu ekspose tercepat 27 menit untuk kecepatan carrier 7 meter/menit. Waktu ekspose dapat diperkecil dengan menggunakan kecepatan carrier tetap dengan menambah jumlah carrier yang bergerak secara bersamaan. Kata kunci: pola-gerak carrier, iradiator gamma, waktu ekspose, gerak diskrit. ABSTRACT A CARRIER MOVEMENTS STUDY OF PLANNED GENERAL PURPOSE GAMMA IRRADIATOR. A study on carrier movement of general purpose gamma irradiator has been conducted. The result of the study can be used to consider in deciding the movement pattern of the general purpose gamma irradiator being designed. The characteristics of continuous and discrete movement of carriers are discussed using parameters of the building installation being designed. The exposed time variation becomes the central issue of the discussion in relation to the possibilities of carrier movements and number of carriers in motion. A discrete movement having 9 carrier stoppers, 18 carriers in operation, and maximum 5 carriers moving at the same time give exposed time 27 minutes for the carrier speed 7 meters/minute. The exposed time can be reduced for the carrier speed constant by increasing the number of carriers in motion at the same time. Keyword: carrier movement pattern, gamma irradiator, eksposed time, discrete movement. PENDAHULUAN F akta menunjukkan bahwa kecenderungan jumlah industri pengguna iradiator gamma untuk pengawetan terus meningkat dari waktu ke waktu. Saat ini ada sekitar 170 fasilitas iradiator gamma di dunia yang tersebar di lebih dari 40 negara [1]. Negara Asia yang telah menggunakannya adalah China, Korea, Jepang, Bangladesh dan Thailand. Di Indonesia hanya ada satu fasilitas iradiator gamma untuk tujuan industri yang berlokasi di Bekasi, dan satu iradiator gamma lagi yang digunakan untuk tujuan penelitian yang berlokasi di Pasar Jum at - Jakarta Selatan. Angka estimasi dari FAO, sekitar 25% pangan/hasilpertanian rusak akibat serangga, bakteri dan binatang lainnya setelah panen [1], serta 40% buahbuahan dan sayuran di China rusak sebelum sampai ke tempat penjualan (pasar) [2]. Fakta-fakta tersebut telah membuka prospek masa depan penggunaan iradiator gamma sebagai alat pengawet pangan/ hasil-pertanian. Secara umum ada dua jenis iradiator gamma yang sering digunakan di dunia industri untuk keperluan pengawetan dan sterilisasi, yaitu operasi iradiator di dalam kolam dan di atas permukaan kolam [3]. Gambar 1 memperlihatkan kedua jenis iradiator gamma tersebut. Untuk iradiator jenis pertama, sumber radioaktif iradiator tersebut selalu disimpan di dalam kolam, dimana obyek yang akan di-iradiasi dimasukkan ke dalam kolam. Untuk jenis iradiator yang kedua, obyek yang di-iradiasi diletakkan di atas kolam setelah sumber radioaktif dinaikkan ke atas permukaan, dan kolam hanya untuk penyimpan sumber radioaktif jika iradiator tidak beroperasi.

2 Achmad Suntoro ISSN a. Tipe-1: iradiasi di dalam kolam. b. Tipe-2: iradiasi di atas kolam Gambar 1. Dua jenis iradiator untuk industri yang sering digunakan [3]. Sebuah instalasi iradiator gamma serba-guna direncanakan untuk dibangun. Kata serba-guna dalam hal ini mengandung pengertian umum bahwa iradiator tersebut akan bisa digunakan untuk bermacam jenis obyek dan bermacam tujuan iradiasi. Setiap jenis kegiatan iradiasi memerlukan dosis radiasi yang berbeda-beda. Karena radiasi bisa dimanfaatkan untuk keperluan sterilisasi, pengawetan bahan pangan serta pencegahan pertunasan [2]. Untuk tujuan serba-guna tersebut dua hal pokok yang harus dipenuhi, yaitu fleksibilitas pola bangunan fisik dan fleksibilitas kemampuan iradiator untuk memungkinkan obyek yang diiradiasi mendapatkan dosis radiasi bervariasi. Batasan pertama menentukan variasi dimensi fisik (ukuran) dari obyek yang akan di-iradiasi, dan batasan kedua menentukan jenis obyek & tujuan yang dapat di-iradiasi. Gambar 2 adalah lay-out bangunan dan instalasi jalur gerak obyek yang akan di-iradiasi [4]. Lay-out ini menjadi batasan pertama dari iradiator serba-guna yang direncanakan akan dibangun, yaitu menggunakan tipe-2 dari Gambar 1. Detail batasan dimensi fisik obyek yang dapat diiradiasi dijelaskan di [4]. Gambar 2. Lay-out bangunan dan instalasi iradiator dalam disain [4].

3 38 ISSN Achmad Suntoro Dalam disain ini carrier adalah kerangka pembawa berisi obyek yang akan di iradiasi dan bergerak masuk/keluar ruang iradiasi. Pada lay-out Gambar 2, carrier digantungkan pada rel penggantung dan ditarik oleh rantai yang bergerak melingkar-tertutup mengitari sumber radioaktif. Dalam operasinya rantai selalu bergerak. Pergerakan rantai diatur oleh sebuah motor listrik yang dapat diatur kecepatan putarannya, sehingga kecepatan gerak carrier dapat diatur. Mekanisme gerakannya adalah bahwa carrier akan selalu bergerak (ditarik rantai) dan hanya berhenti ditempat pemberhentian atau jika menabrak/terhalang oleh carrier lain didepannya. Carrier yang berhenti akan kembali bergerak dari tempat pemberhentian oleh sinyal dari sistem kendali gerak, dan untuk carrier yang berhenti tidak di tempat pemberhentian akan kembali bergerak setelah carrier didepannya pergi. Dari mekanisme gerak ini, jumlah dan lokasi tempat pemberhentian sangat mempengaruhi waktu keberadaan obyek (waktu ekspose) di ruang radiasi. Ada empat tempat pemberhentian dengan lokasi tetap dan tidak boleh diubah, yaitu pemberhentian A & B untuk proses loading dan unloading obyek, dan pemberhentian C & D untuk syarat keamanan operasi, seperti terlihat pada Gambar 2. Tempat pemberhentian tambahan dapat dilakukan di luar yang empat tersebut. Jumlah dan lokasi tempat pemberhentian dapat dipilih bebas dan dapat digunakan untuk menyesuaikan persyaratan operasi iradiator yang diinginkan. Dalam disain menggunakan lay-out Gambar 2 ini, telah ditetapkan bahwa pendekatan perhitungan dosis yang diserap oleh obyek hanya ketika obyek berada di daerah aktif perhitungan. Di luar daerah aktif perhitungan dosis serap radiasi diabaikan. Jumlah carrier/obyek di daerah aktif perhitungan adalah 11 dengan kombinasi posisi seperti pada Gambar 2. Oleh karena itu, waktu ekspose efektif sebuah obyek yang di-iradiasi adalah waktu ketika obyek tersebut melalui daerah aktif perhitungan tersebut. Dosis radiasi yang diserap oleh suatu bahan dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut [5] : N A(i) Dose = Γ f Rad/jam (1) 2 r i =1 Γ : faktor gamma yang besarnya 3.32 untuk sumber Cs 137. F : faktor konversi dari paparan ke dosis. A(i) : aktifitas sumber pada lokasi i dalam Curie : jarak titik sumber ke obyek dalam meter. r i i Persamaan (1) menyatakan bahwa dosis radiasi yang diserap oleh obyek tergantung dari besar aktifitas sumber, jarak ke sumber, dan waktu ekspose. Oleh karena itu, batasan kedua sebagai iradiator gamma serba-guna adalah bahwa sistem iradiator harus fleksibel aplikasinya terhadap waktu ekspose dan atau nilai aktifitas sumber radioaktif yang digunakan, karena jarak obyek ke sumber radioaktif sudah tetap yaitu mengikuti pola lintasan seperti pada Gambar 2. Dalam makalah ini dibahas bagaimana pengaturan waktu ekspose dapat dilakukan pada layout bangunan yang telah ditetapkan tersebut, yaitu dengan melihat kemungkinan karakteristik pola geraknya. Akan diperlihatkan pengaruh lokasi dan jumlah tempat pemberhentian terhadap waktu ekspose sebuah obyek di daerah aktif perhitungan. Batas tercepat waktu ekspose tersebut akan ikut menentukan batasan jenis obyek yang memerlukan dosis radiasi rendah yang dapat di-iradiasi. Batasan jenis obyek ini sesungguhnya juga ditentukan oleh nilai aktifitas sumber yang digunakan, tetapi fleksibilitas penggunaan sumber radiasi akan dibahas terpisah di luar makalah ini. TATA KERJA Mekanisme pola gerak untuk mengatur gerakan carrier dapat dilakukan dengan menempatkan tempat-tempat pemberhentian dan halangan carrier didepannya, di luar dua hal tersebut carrier akan selalu bergerak mengikuti gerakan rantai penarik carrier. Pengendalian gerak melalui tempat pemberhentian dapat dilakukan secara sentralisasi, yaitu sentral pengendali akan memberikan sinyal untuk tetap berhenti atau harus bergerak kepada carrier yang ada di tempat-tempat pemberhentian, sedangkan pengendalian dengan halangan carrier akan berjalan sesuai dengan situasi di tempat saat itu (desentralisasi) dimana sentral pengendali tidak dapat mengendalikan gerakannya. Pola gerak sentralisasi hanya cocok untuk jenis obyek yang memerlukan waktu ekspose tinggi dimana gerakan tiap carrier benar-benar dikendalikan oleh satu sentral pengendali sesuai dengan algoritma pengendalian yang dipilih [6]. Gabungan mekanisme gerak pada sentralisasi dan desentralisasi diaplikasikan pada disain gerak untuk iradiator pada Gambar 2. Dengan mekanisme gerak gabungan tersebut, maka lokasi dan jumlah tempat pemberhentian akan mempengaruhi waktu ekspose sebuah obyek di daerah aktif perhitungan. Akan ditinjau karakteristik pola-gerak kontinyu (empat tempat pemberhentian) dan pola-gerak diskrit (lebih dari empat tempat pemberhentian).

4 Achmad Suntoro ISSN Disebut kontinyu karena carrier akan selalu bergerak kontinyu selama di ruang radiasi, dan diskrit karena carrier akan pernah berhenti dengan perioda tertentu di ruang radiasi. Pola-Gerak Kontinyu Gambar 3 adalah pola-gerak kontinyu menggunakan 4 tempat pemberhentian. Ada dua kemungkinan operasi menggunakan gerak kontinyu ini, yaitu operasi-penuh (Gambar 3.a) dan operasi dengan carrier se-adanya yang tersedia (Gambar 3.b). Untuk operasi-penuh, jumlah carrier adalah sebanyak isian rentetan sepanjang rantai penggerak kecuali pada daerah A-B (untuk unloading/loading obyek). Operasi dengan carrier se-adanya menggunakan jumlah carrier lebih sedikit dari operasi-penuh. Dua parameter yang menjadi perhatian dari pola-gerak kontinyu ini, yaitu waktu ekspose di daerah aktif perhitungan dan waktu unloading/loading obyek. Parameter kedua perlu dicermati mengingat proses unloading/loading obyek nantinya akan dilakukan secara manual oleh para pekerja di instalasi iradiator sehingga batasan waktu kerja bagi mereka harus dalam batas kemampuan kecepatan kerja mereka. Waktu ekspose obyek dengan pola-gerak kontinyu ini hanya ditentukan oleh kecepatan dan panjang lintasan daerah aktif perhitungan, karena carrier bebas bergerak dari tempat pemberhentian D menuju ke C. Hukum mekanika klasik benda bergerak dengan kecepatan tetap dapat diberlakukan untuk menentukan waktu ekspose obyek dan waktu unloading/loading obyek. Untuk kecepatan gerak carrier (V) dan panjang lintasan daerah aktif perhitungan (S rad ), maka waktu ekspose (t rad ) dapat dihitung dengan persamaan berikut : t rad = S rad V (2) Gambar 3. Pola-gerak kontinyu.

5 40 ISSN Achmad Suntoro Waktu unloading/loading obyek untuk operasi-penuh dihitung dengan persamaan (3) dan untuk operasi dengan jumlah carrier se-adanya dengan persamaan (4) berikut: S V A-B t ( load/unload )_1 < (3) S B - A ( load/unload )_2 < t ( load/unload _1 + (4) V C t ) dimana S A-B jarak antara pemberhentian A ke B, S B- A panjang lintasan dari tempat pemberhentian B ke A melalui jalur sumber, dan C total jumlah carrier yang beroperasi. Pola-gerak kontinyu memerlukan motor penggerak berdaya besar, karena dalam waktu bersamaan semua carrier kecuali yang sedang dalam proses unloading/loading bergerak ditarik oleh rantai penarik carrier. Operasi dengan carrier se-adanya bisa menurunkan beban motor, tetapi membuat tidak efisien penggunaan radiasi, karena bisa terjadi kekosongan di daerah aktif perhitungan. Pola-Gerak Diskrit Pola-gerak diskrit ditandai dengan adanya keharusan berhenti bagi carrier yang melintas di daerah aktif perhitungan, karena ada tiga tempat pemberhentian dipasang di daerah tersebut yaitu E, total F dan G pada Gambar 4. Penempatan tempat pemberhentian di daerah aktif-perhitungan tersebut bertujuan agar penggunaan radiasi menjadi efisien meskipun jumlah carrier yang digunakan tidak sebanyak pola-gerak kontinyu dengan operasipenuh. Konsekuensinya adalah waktu ekspose gerak diskrit ini menjadi lebih lama dibanding dengan waktu ekspose pola-gerak kontinyu. Lamanya waktu ekspose pola-gerak diskrit ditentukan oleh lintasan antar tempat pemberhentian terpanjang dalam sistem gerak tersebut. Lintasan dari pemberhentian D ke G adalah lintasan terpanjang penentu waktu ekspose untuk disain iradiator dengan pola seperti pada Gambar 4.a. Panjang lintasan ini dapat diperpendek dengan menambah tempat pemberhentian di antara lintasan yang panjang tersebut. Dari Gambar 4.a, ada dua lintasan yang panjang yang perlu diperhatikan, yaitu D-G dan E-C. Untuk memperpendek waktu ekspose perlu ditambah dua tempat pemberhentian di antara dua lintasan panjang tersebut, yaitu H dan I seperti pada Gambar 4.b. Namun demikian, penambahan jumlah tempat pemberhentian akan menambah jumlah carrier yang bergerak disamping memperpendek waktu ekspose. Jumlah carrier yang bergerak bersamaan menentukan kapasitas daya motor penggerak rantai penarik carrier. Optimasi perlu dilakukan dalam disain untuk menentukan titik temu antara biaya operasi motor dan waktu ekspose yang diperlukan. Gambar 4. Dua pola gerak diskrit.

6 Achmad Suntoro ISSN Gambar 5. Algoritma gerak untuk Gambar 4a. Gambar 5a memperlihatkan arah lintasan carrier dan Gambar 5b diagram waktunya, sehingga terlihat jumlah carrier yang bergerak secara bersamaan. Awal operasi ditandai dengan bergeraknya carrier di D dan E menelusuri lintasan berturut-turut a dan b menuju G dan C. Bergeraknya dua carrier tersebut menyebabkan carrier 1 dan 2 juga bergerak, tetapi carrier 1 akan berhenti setelah sampai di D dan carrier 2 berhenti setelah sampai di E. Bergeraknya carrier 2 menyebabkan carrier 3 bergerak dan akan berhenti ketika menabrak carrier di depannya. Kondisi ini diikuti hingga carrier 4 bergerak yang menyebabkan kosongnya tempat carrier 4 dan sistem kendali memerintahkan carrier di F bergerak menelusuri jalur c menuju tempat kosong carrier 4. Demikian seterusnya carrier bergerak mengikuti diagram waktu Gambar 5b hingga terjadi kembali seperti gerakan awal. Kondisi ini disebut satu siklus gerakan. Terlihat bahwa dalam satu siklus gerakan bahwa carrier di jalur a menentukan waktu siklus, karena jalur a adalah jalur terpanjang. Waktu ekspose sebuah carrier di daerah aktif perhitungan adalah dimulai ketika carrier berada di posisi carrier 10 hingga meninggalkan posisi E. Setiap langkah gerak carrier dari satu tempat ke tempat didepannya harus menjalani satu siklus. Untuk tujuan memperpanjang waktu ekspose, sistem pengendali dapat memberi delay waktu (delta) antara siklus satu dan berikutnya sehingga total waktu ekspose dapat diperpanjang. Gambar 6 adalah hubungan siklus dengan waktu ekspose lengkap dengan sisipan waktu delay (delta). Gambar 6. Waktu ekspose pola-gerak Gambar 4a.

7 42 ISSN Achmad Suntoro Panjang jalur di Gambar 5.a yang ditulis dengan huruf abjad a s/d f identik dengan waktu yang diperlukan untuk menjalani jalur tersebut, dan N adalah waktu yang diperlukan untuk gerakan pindah tempat menggantikan carrier yang pergi (terjadi di daerah aktif perhitungan dan tempat pemberhentian D dan C), maka dari eksperimen (simulasi) diperoleh persamaan berikut: Waktu ekspose di G : 3 a + 7 N + 3 delta Waktu ekspose di F : 3 a 3 N d + 3 delta Waktu ekspose di E : 4 a 4 N c + 4 delta + Waktu ekspose di daerah aktif perhitungan : 10 a c d + 10 delta (5) Diagram waktu Gambar 5b menunjukkan bahwa jumlah carrier yang bergerak dalam waktu bersamaan berjumlah rata-rata 4 carrier dan maksimum (pernah terjadi) 5 carrier. Persamaan (5) menunjukkan bahwa jalur a sangat dominan. Akan dicoba memperpendek jalur a dengan menambah tempat pemberhentian I dan juga memperpendek jalur b dengan tempat pemberhentian H. Jalur a dan b dapat diperpendek dan tidak mengganggu algoritma gerak karena bersamaan dengan carrier di E dan I bergerak, carrier di D dan H juga bergerak. Gambar 7 adalah algoritma gerak dengan tambahan 2 tempat pemberhentian tersebut (pola-gerak Gambar 4b). Dari Gambar 7b terlihat bahwa jumlah carrier yang bergerak rata-rata 5 dan tidak pernah melebihi angka tersebut. Waktu satu siklus masih didominasi oleh jalur a, tetapi jalur a disini lebih pendek dari jalur a pada Gambar 5b. Sehingga dipastikan bahwa waktu ekspose di daerah aktif perhitungan akan lebih pendek. Penempatan lokasi tempat pemberhentian H dan I dibuat sedemikian sehingga jumlah carrier yang bergerak bersamaan tidak melebihi dari 5 carrier. Dengan cara yang sama, algoritma pada Gambar 7 secara eksperimen (simulasi) menghasilkan persamaan berikut: Waktu ekspose di G : 3 a + 9 N + 3 delta Waktu ekspose di F : 3 a 3 N d + 3 delta Waktu ekspose di E : 4 a 6 N c + 4 delta + Waktu ekspose di daerah aktif perhitungan : 10 a c d + 10 delta (6) Persamaan (6) tepat sama dengan persamaan (5) meskipun berasal dari pola gerak yang berbeda jumlah tempat pemberhentian. Gambar 7. Algoritma gerak untuk Gambar 4b.

8 Achmad Suntoro ISSN HASIL DAN BAHASAN Dengan menggunakan persamaan (2) dan (3) serta menggunakan parameter dimensi bangunan dan instalasi Gambar 3, diperoleh grafik waktu ekspose dan waktu loading/unloading (Gambar 8) sebagai fungsi kecepatan gerak carrier untuk gerak kontinyu. Waktu loading /unloading untuk jumlah carrier se-adanya lebih besar dari waktu loading /unloading operasi-penuh pada grafik tersebut. Dari Gambar 8 terlihat bahwa kecepatan ekspose yang singkat diikuti dengan singkatnya waktu loading/unloading. Kondisi ini perlu menjadi pertimbangan untuk menentukan batas tercepat waktu ekspose, mengingat proses loading/unloading dilakukan secara manual oleh operator iradiator. Untuk kecepatan carrier 7 meter/menit, waktu ekspose adalah 1,7 menit dan waktu loading/ unloading 0, 7 menit. Gambar 8. Waktu ekspose dan waktu loading/ unloading gerak kontinyu. Gambar 9. Waktu ekspose pola-gerak Gambar 4a dan 4b.

9 44 ISSN Achmad Suntoro Hal serupa dilakukan untuk persamaan (5) atau (6) dan diperoleh grafik Gambar 9, yaitu waktu ekspose sebagai fungsi dari kecepatan gerak carrier untuk gerak diskrit. Pola kedua grafik itu sama karena mempunyai bentuk persamaan matematis yang sama, tetapi berbeda pada nilai parameter a dan b. Perbedaan nilai parameter antara persaman (5) dan (6) adalah sebagai berikut: a(5) = a(6) + x (7) b(5) = b(6) + y (8) dimana a(5) adalah a dari persamaan (5), dan a(6) adalah a dari persamaan (6). Nilai b meskipun diubah tidak mempengaruhi waktu ekspose, tetapi jika b tidak diubah maka persamaan (6) tidak akan berbentuk seperti tersebut. Perubahan b diatur sedemikian rupa sehingga nilai b(6) < a(6) sehingga persamaan (6) tetap berlaku. Nilai x dan y adalah potongan jarak akibat pemendekan jarak a dan b. Untuk kecepatan carrier 7 meter/menit, waktu ekspose tercepat untuk pola-gerak Gambar 4a adalah 41,7 menit dengan waktu loading/unloading 3,8 menit, dan untuk pola-gerak Gambar 4.b adalah 27,6 menit dengan waktu loading/unloading 3.8 menit. Terjadi penurunan waktu ekspose 14 menit dan 1.5 menit untuk waktu loading/unloading pada penambahan 2 tempat pemberhentian dari Gambar 4.a ke 4.b dengan jumlah maksimum carrier yang bergerak bersamaan tetap 5 carrier. Penurunan waktu ekspose bisa dilakukan lagi dengan cara yang sama, tetapi berakibat jumlah tempat pemberhentian dan carrier yang bergerak bersamaan akan meningkat. Gambar 10 adalah grafik waktu loading/unloading dari Gambar 9. Pada pola-gerak diskrit, untuk memperpanjang waktu ekspose digunakan delay seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7.c atau persamaan (5) dan (6). Pada kecepatan gerak carrier 3, 5, 7, 9, dan 11 meter/menit untuk pola-gerak Gambar 4.b, diperoleh grafik linier waktu ekspose seperti pada Gambar 11. Memperpanjang waktu ekspose dilakukan dengan memperbesar delay (delta). Dari semua grafik waktu ekspose dan loading/unloading menunjukkan bahwa adanya titik belok efektifitas terhadap kecepatan carrier, yaitu terjadi pada kecepatan 7 meter/menit. Kecepatan carrier di atas 7 meter/menit tidak banyak mengubah waktu ekspose di daerah aktif perhitungan. Oleh karena itu dalam makalah ini kecepatan 7 meter/menit selalu dipakai sebagai acuan numerik yang ditampilkan pada gambar grafik yang ada. Disamping itu, dari komunikasi pribadi penulis dengan operator iradiator gamma untuk industri di Bekasi, diketahui bahwa kecepatan gerak carrier 7 meter/menit adalah kecepatan normal yang biasa mereka gunakan untuk berat carrier 100 kg. Gambar 10. Waktu loading/unloading pola-gerak Gambar 4a dan 4b.

10 Achmad Suntoro ISSN Gambar 11. Delay (delta) memperpanjang waktu ekspose. KESIMPULAN Karakteristik dua pola-gerak (kontinyu dan diskrit) untuk bangunan instalasi iradiator gamma serba-guna yang direncanakan telah dibahas. Untuk obyek yang memerlukan dosis radiasi sangat rendah dapat menggunakan pola-gerak kontinyu dengan seadanya carrier, tetapi kondisi ini tidak efisien dalam penggunaan radiasi sumber. Kompromi dengan penurunan nilai sumber yang digunakan akan lebih baik sehingga pola-gerak diskrit dapat digunakan untuk obyek yang memerlukan dosis radiasi rendah. Pola-gerak diskrit dengan 9 tempat pemberhentian dan menggunakan 18 carrier dalam operasinya dapat menghasilkan waktu ekspose tercepat 27 menit dengan jumlah carrier maksimum yang bergerak secara bersamaan 5 carrier. Pola-gerak ini perlu mendapatkan pertimbangan karena jika dilengkapi dengan fasilitas pengurangan nilai aktifitas radioaktif akan dapat memiliki daerah kerja waktu ekspose yang cukup lebar, karena untuk memperpanjang waktu ekspose dapat juga dengan mudah menambah waktu delay atau obyek harus bergerak menjalani lebih dari satu putaran iradiasi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis sangat berterima kasih kepada team proyek iradiator gamma 2009 dan 2010, karena bekerja sama dengan mereka tulisan ini bisa terwujud. DAFTAR PUSTAKA 1. ICGFI., Fact about Food Irradiation., Vienna, Austria 1999., nafa/d5/public/foodirradiation.pdf. di-access tanggal 19 Februari THAMRIN MT dan AKHADI M., Dosimetri Gamma Dosis Tinggi dalam kegiatan Industri, Buletin ALARA, Vol. 1, No. 2, P , Desember USNRC., Commercial Irradiators, Fact Sheet., April 2009., pdf., di access Mei PUDJIJANTO, Rancang bangun dan Analisis Keselamatan Radiasi Iradiator Gamma Guna Pengawetan dan Penyucihamaan Piranti Medis, Laporan Teknis, PRPN-BATAN, DINALLO, A M, et.al., Dosimetry in Radiography Vol.1., Proceedings of an International Symposium on Dosimetry in Radioterapy., IAEA., Vienna., SUNTORO A., Analisis Pola-Gerak Carrier BG-09 pada Iradiator Gamma Tipe Kolam, Publikasi Ilmiah., Pertemuan dan Presentasi Ilmiah KIM., PPI-KIM LIPI., TANYA JAWAB Darsono Apakah diperhitungkan faktor menurunnya aktivitas gamma terhadap laju konveyor. Dari dua pola gerak ini yang mana yang akan digunakan.

11 46 ISSN Achmad Suntoro Achmad Suntoro Divisi proses telah memperhitungkan adanya peluruhan dari sumber, sehingga divisi tersebut akan memberikan masukan parameter kecepatan gerak carrier untuk mendapatkan dosis yang tepat. Pola gerak diskrit akan diteruskan/dipilih untuk dibuat disain dasarnya. Jumari Apakah sudah diperhitungkan keselamatan bagi pekerja radiasi maupun bukan pekerja radiasi? Achmad Suntoro Proyek pembuatan disain dasar iradiator gamma ini mempunyai organisasi multidisiplin keilmuan. Diantaranya bidang ilmu keselamatan yang ditampung dalam divisi keselamatan radiasi. Sehingga keselamatan radiasi bagi pekerja telah diperhitungkan.

PENGENDALIAN POLA-GERAK CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA ISG-500

PENGENDALIAN POLA-GERAK CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA ISG-500 Ahmad Suntoro ISSN 0216-3128 251 PENGENDALIAN POLA-GERAK CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA ISG-500 Ahmad Suntoro Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, BATAN Gd. 71 Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Tlp 021-7560912,

Lebih terperinci

DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA INSTALASI IRADIATOR GAMMA IR-200K

DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA INSTALASI IRADIATOR GAMMA IR-200K DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI PADA INSTALASI IRADIATOR GAMMA IR-200K Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir-BATAN suntoro@batan.go.id ABSTRAK DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI

Lebih terperinci

KOMBINASI GERAKAN OBYEK DI RUANG IRADIASI PADA DESAIN FASILITAS IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM UNTUK PRFN

KOMBINASI GERAKAN OBYEK DI RUANG IRADIASI PADA DESAIN FASILITAS IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM UNTUK PRFN KOMBASI GERAKAN OBYEK DI RUANG IRADIASI PADA DESA FASILITAS IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM UNTUK PRFN Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) BATAN E-mail : suntoro@batan.go.id ABSTRAK KOMBASI

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU IRADIASI TERSINGKAT PADA DESAIN FASILITAS IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM

ANALISIS WAKTU IRADIASI TERSINGKAT PADA DESAIN FASILITAS IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM Achmad Suntoro ISSN 0216-3128 67 ANALISIS WAKTU IRADIASI TERSINGKAT PADA DESAIN FASILITAS IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN suntoro@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS POLA GERAK OBYEK YANG AKAN DIIRADIASI PADA DESAIN IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM UNTUK PRFN

ANALISIS POLA GERAK OBYEK YANG AKAN DIIRADIASI PADA DESAIN IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM UNTUK PRFN ANALISIS POLA GERAK OBYEK YANG AKAN DIIRADIASI PADA DESAIN IRADIATOR GAMMA IZOTOP TM UNTUK PRFN Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Tangerang Selatan, Indonesia, suntoro@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK MINIMUM ANTAR CARRIER YANG BERURUTAN DI LINTASAN GERAK PADA IRADIATOR GAMMA IR-200 K

PENENTUAN JARAK MINIMUM ANTAR CARRIER YANG BERURUTAN DI LINTASAN GERAK PADA IRADIATOR GAMMA IR-200 K PENENTUAN JARAK MINIMUM ANTAR CARRIER YANG BERURUTAN DI LINTASAN GERAK PADA IRADIATOR GAMMA IR-200 K Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) BATAN E-mail : suntoro@batan.go.id ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA-GERAKAN DI KERANGKA-GERAK INSTALASI IRADIATOR GAMMA MERAH PUTIH

ANALISIS POLA-GERAKAN DI KERANGKA-GERAK INSTALASI IRADIATOR GAMMA MERAH PUTIH ANALII POLA-GERAKAN DI KERANGKA-GERAK INTALAI IRADIATOR GAMMA MERAH PUTIH Achmad untoro, igit Bachtiar, Rissa Damayanti Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN Gedung 71 Kawasan PUPIPTEK, Tangerang elatan

Lebih terperinci

DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI IRADIATOR GAMMA SERBA GUNA 2 X 250 kci

DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI IRADIATOR GAMMA SERBA GUNA 2 X 250 kci DESAIN KONSEP SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI IRADIATOR GAMMA SERBA GUNA 2 X 250 kci Dian F Atmoko 1, S.Budihardjo 1, Ikhsan S 1, 1 Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN PENENTUAN SPESIFIKASI KOMPONEN- KOMPONEN UTAMA SISTEM PENGANGKAT SUMBER GAMMA PADA IRADIATOR GAMMA BATAN 2X250 KCI

PERHITUNGAN DAN PENENTUAN SPESIFIKASI KOMPONEN- KOMPONEN UTAMA SISTEM PENGANGKAT SUMBER GAMMA PADA IRADIATOR GAMMA BATAN 2X250 KCI SEMINAR NASIONAL PERHITUNGAN DAN PENENTUAN SPESIFIKASI KOMPONEN- KOMPONEN UTAMA SISTEM PENGANGKAT SUMBER GAMMA PADA IRADIATOR GAMMA BATAN 2X250 KCI Ari Satmoko 1, Sutomo Budihardjo 1, Tri Harjanto 1 dan

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER TPS-BRACHYTERAPI RCAL-1. Achmad Suntoro *

PROGRAM KOMPUTER TPS-BRACHYTERAPI RCAL-1. Achmad Suntoro * PROGRAM KOMPUTER TPS-BRACHYTERAPI RCAL-1 Achmad Suntoro * ABSTRAK PROGRAM KOMPUTER TPS-BRACHYTERAPI RCAL-1. Brachyterapi adalah jenis radioterapi untuk penyakit kanker leher rahim, dan TPS (Treatment Planning

Lebih terperinci

SISTEM SWITCHING POMPA VAKUM TAMBAHAN PADA TUNGKU REDUKSI ME-11. Achmad Suntoro Pusat Rekayasa PerangkatNuklir- BATAN

SISTEM SWITCHING POMPA VAKUM TAMBAHAN PADA TUNGKU REDUKSI ME-11. Achmad Suntoro Pusat Rekayasa PerangkatNuklir- BATAN PRIMA Volume 5, Nomor 9, November 2008 ISSN: 1411-0296 SISTEM SWITCHING POMPA VAKUM TAMBAHAN PADA TUNGKU REDUKSI ME-11 ABSTRAK Achmad Suntoro Pusat Rekayasa PerangkatNuklir- BATAN Telah dipasang pompa

Lebih terperinci

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan

Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan Iradiasi makanan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi iradiasi sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak iradiasi terhadap mutu pangan Indikator Setelah perkuliahan ini,

Lebih terperinci

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk Services 1. Radiation Sources Radiasi gamma dalam energinya dianggap cukup tinggi untuk hanya memecah molekul dan mengionisasi atom, namun tidak cukup tinggi untuk mengubah struktur dari inti atom (menghindari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam

Lebih terperinci

SISTEM PNEUMATIK MEKANISME LALUAN IRADIASI PADA IRADIATOR MERAH PUTIH

SISTEM PNEUMATIK MEKANISME LALUAN IRADIASI PADA IRADIATOR MERAH PUTIH SISTEM PNEUMATIK MEKANISME LALUAN IRADIASI PADA IRADIATOR MERAH PUTIH Ari Satmoko, Hyundianto Arif Gunawan Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN Gedung 71 Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP Kristiyanti, Edy Karyanta Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN Email : kristiyantiwst@yahoo.com ABSTRAK ANALISIS DOSIS RADIASI

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III BAB III PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES 3.1 Latar Belakang Perancangan Mesin Dalam rangka menunjang peningkatan efisiensi produksi

Lebih terperinci

PRIMA Volume 11, Nomor 2, November 2014 ISSN No

PRIMA Volume 11, Nomor 2, November 2014 ISSN No PENENTUAN SPESIFIKASI TEKNIS KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA PADA BAGIAN MEKANIK MASUK-KELUAR BOX CAR DARI RUANG IRADIASI PADA INSTALASI IRADIATOR GAMMA 200 KCi Ari Satmoko, Petrus Zacharias, dan Budi Santoso

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Herlan Martono, Wati, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 196/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS DAN SUPERVISOR IRADIATOR (STANDAR BATAN BIDANG APLIKASI TEKNOLOGI ISOTOP DAN RADIASI)

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK Namad Sianta, Djoli Soembogo dan R. Hardjawidjaja Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN E-mail : djoli@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol.9, No.1, Januari 26, hal 15-22 Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down Risprapti Prasetyowati (1), M. Azam (1), K. Sofjan Firdausi

Lebih terperinci

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G Hendro Wahyono, Agus Sunarto, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI CONVEYOR PADA PROTOYPE MONITOR PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMA

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI CONVEYOR PADA PROTOYPE MONITOR PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMA RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI CONVEYOR PADA PROTOYPE MONITOR PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMA Khairul Handono, Alvano Yulian, Nur Hasan, dan Sapta T Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir- BATAN, PUSPIPTEK

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 ANALISIS SISTEM LALU LINTAS Pemahaman tentang sistem yang akan dirancang sangat diperlukan sebelum perangkat lunak dibangun. Pembangunan perangkat lunak dimulai

Lebih terperinci

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo Merina Handayani 1, Heru Prasetio 2, Supriyanto Ardjo Pawiro 1 1 Departemen Fisika,

Lebih terperinci

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37 31 Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37 Pengaruh Posisi dan Sudut Penyinaran Pada Radio Terapi Kanker Dengan Menggunakan Metode Clarkson s (Ratnawati I Gusti Ayu, Suharta W.G., Widyatmika I Putu,

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI Dira Rizki Martem 1, Dian Milvita 1, Helfi Yuliati 2, Dyah Dwi Kusumawati

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Iradiasi merupakan salah satu jenis pengolahan bahan pangan yang menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER

Lebih terperinci

PENGAWETAN UMBI BAWANG MERAH DENGAN RADIASI GAMMA CO-60

PENGAWETAN UMBI BAWANG MERAH DENGAN RADIASI GAMMA CO-60 Pengawetan Umbi Bawang Merah dengan Radiasi Gamma Co-60 (Titik Purwanti, dkk.) PENGAWETAN UMBI BAWANG MERAH DENGAN RADIASI GAMMA CO-60 Titik Purwanti * Gusti Ngurah Sutapa* Ni Luh Putu Trisnawati* *Jurusan

Lebih terperinci

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si ASPEK PERIZINAN DAN PENGAWASAN PEMANFAATAN AKSELERATOR DAN IRADIATOR LAINNYA: MBE untuk Crosslinking Chitosan, Gel dari Rumput Laut, Iradiator Latex, Sterilisasi, dan Siklotron untuk F18 PET oleh Werdi

Lebih terperinci

PEDOMAN OTORISASI IRADIASI PANGAN SECARA UMUM ATAU BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN

PEDOMAN OTORISASI IRADIASI PANGAN SECARA UMUM ATAU BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN PEDOMAN OTORISASI IRADIASI PANGAN SECARA UMUM ATAU BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK13AR10FIS01PAS Doc. Version : 2016-11 halaman 1 10 11 01. Nilai tetapan grafitasi G adalah 6,7 Nm 2 kg

Lebih terperinci

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo ABSTRAK PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI

IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Supriyono, Darma Adiantoro, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BIJI-BIJIAN SEREALIA DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci.

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. Tukiman, Edy Karyanta, Budi Santoso PRFN-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 71, Tangerang Selatan - 15310 ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan pengoperasian

Lebih terperinci

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN TABUNG ALUMINA TUNGKU SINTER MINI PADA PROSES PEMANASAN SUHU 1600 O C

ANALISIS KERUSAKAN TABUNG ALUMINA TUNGKU SINTER MINI PADA PROSES PEMANASAN SUHU 1600 O C No. 14/Tahun VII. Oktober 2014 ISSN 1979-2409 ANALISIS KERUSAKAN TABUNG ALUMINA TUNGKU SINTER MINI PADA PROSES PEMANASAN SUHU 1600 O C Triarjo, Sugeng Rianto, Djoko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan

Lebih terperinci

REALISASI PROTOTIPE KURSI RODA LISTRIK DENGAN PENGONTROL PID

REALISASI PROTOTIPE KURSI RODA LISTRIK DENGAN PENGONTROL PID REALISASI PROTOTIPE KURSI RODA LISTRIK DENGAN PENGONTROL PID Disusun Oleh: Samuel Natanto Herlendra 0422031 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK PENANGGULANGAN GANGGUAN LISTRIK PADA OPERASI TUNGKU REDUKSI ME-11

PENGEMBANGAN TEKNIK PENANGGULANGAN GANGGUAN LISTRIK PADA OPERASI TUNGKU REDUKSI ME-11 PENGEMBANGAN TEKNIK PENANGGULANGAN GANGGUAN LISTRIK PADA OPERASI TUNGKU REDUKSI ME-11 Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN ABSTRAK Telah dibuat sebuah pengembangan rangkaian listrik untuk

Lebih terperinci

TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3

TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3 No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3 Junaedi, Agus Jamaludin, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Januari 2007 Pengantar Sejak tahun 2000 BATAN telah ditunjuk oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

IRRADIASI. Topik 10. Dede R Adawiyah DEFINISI IRADIASI. electron) memiliki cukup energi untuk menyebabkan ionisasi. Tujuan Instruksional Khusus:

IRRADIASI. Topik 10. Dede R Adawiyah DEFINISI IRADIASI. electron) memiliki cukup energi untuk menyebabkan ionisasi. Tujuan Instruksional Khusus: IRRADIASI Dede R Adawiyah Topik 10 Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan memahami prinsip dasar proses iradiasi dalam mengawetkan produk pangan, perubahan yang

Lebih terperinci

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH // REKAYASA LALU LINTAS TKS 6 Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH Lebar pendekat Gradien Komposisi kendaraan Kendaraan belok kanan Kendaraan belok kiri Pejalan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN E-mail : kristiyantiwst@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN POWER MANIPULATOR PADA HOTCELL DI IRM

IDENTIFIKASI KERUSAKAN POWER MANIPULATOR PADA HOTCELL DI IRM ISSN 1979-2409 Identifikasi Kerusakan Power Manipulator Pada Hotcell di IRM (Junaedi, Setia Permana, Darma Adiantoro) IDENTIFIKASI KERUSAKAN POWER MANIPULATOR PADA HOTCELL DI IRM Junaedi, Setia Permana,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TRANSFER TARGET CAIR UNTUK PRODUKSI RADIOISOTOP F-18 (FLUOR-18) PADA FASILITAS SIKLOTRON

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TRANSFER TARGET CAIR UNTUK PRODUKSI RADIOISOTOP F-18 (FLUOR-18) PADA FASILITAS SIKLOTRON 162 ISSN 0216-3128 I. Wayan Widiana, dkk. RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TRANSFER TARGET CAIR UNTUK PRODUKSI RADIOISOTOP F-18 (FLUOR-18) PADA FASILITAS SIKLOTRON I. Wayan Widiana, Cahyana a., Artadi Heru

Lebih terperinci

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) Rima Ramadayani 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

REFURBISHING SISTEM KENDALI SUHU TUNGKU SINTER PELET UO 2

REFURBISHING SISTEM KENDALI SUHU TUNGKU SINTER PELET UO 2 Achmad Suntoro ISSN 0216-3128 63 REFURBISHING SISTEM KENDALI SUHU TUNGKU SINTER PELET UO 2 Achmad Suntoro Pusat Pengembangan Perangkat Nuklir BATAN ABSTRAK REFURBISHING SISTEM KENDALI SUHU TUNGKU SINTER

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 14, No. 1, Januari 2011, hal 17-22 RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER Agus Sudarmanto 1, Sumariyah

Lebih terperinci

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PADA KOLAM IRADIATOR IZOTOP

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PADA KOLAM IRADIATOR IZOTOP ANAISIS KESEAMATAN RADIASI PADA KOAM IRADIATOR IZOTOP P. Zacharias, A. Jami Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN petza@batan.go.id ABSTRAK ANAISIS KESEAMATAN RADIASI PADA KOAM IRADIATOR IZOTOP. Iradiator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lampu Lalu Lintas 2.1.1 Fungsi lampu lalu lintas Lampu lalu lintas menurut Oglesby dan Hicks (1982) adalah semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik

Lebih terperinci

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM. Iodium- 125 merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Persimpangan Jalan Persimpangan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) adalah dua buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (http://id.wikipedia.org/wiki/evaluasi).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (http://id.wikipedia.org/wiki/evaluasi). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif, atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI 7 2013, No.707 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI Formulir 1 (Kop Surat Fasilitas Iradiasi) LAPORAN IRADIASI

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif Djarot S. Wisnubroto Definisi Limbah Radioaktif Definisi IAEA: Definisi UU. No. 10 thn 1997 Limbah radiaoktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan

Lebih terperinci

Kajian Teknoekonomi Iradiator Gamma

Kajian Teknoekonomi Iradiator Gamma Kajian Teknoekonomi Iradiator Gamma Isna R. Hastuti 1, Wibowo 2 1,2 Pusat Diseminasi dan Kemitraan - BATAN E-mail: 2 bowie@batan.go.id Abstrak Penggunaan radiasi sinar-γ dari sumber Co-60 untuk keperluan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi Fiqi Diyona 1,*, Dian Milvita 1, Sri Herlinda 2, Kri Yudi Pati Sandy 3 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI ABSTRAK OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI Kuat Heriyanto, Sucipta, Untara. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA

Lebih terperinci

Implementasi Kalman Filter Pada Sensor Jarak Berbasis Ultrasonik

Implementasi Kalman Filter Pada Sensor Jarak Berbasis Ultrasonik Implementasi Kalman Filter Pada Sensor Jarak Berbasis Ultrasonik Hendawan Soebhakti, Rifqi Amalya Fatekha Program Studi Teknik Mekatronika, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Batam Email : hendawan@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH Chamelia Badi Semuel Y. R. Rompis, Freddy Jansen Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY I 131 Yosi Sudarsi Asril 1, Dian Milvita 1, Fadil

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA - 2 - KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI (PIE) 1.1. Lampiran ini menjelaskan definisi

Lebih terperinci

Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali

Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali PENDAHULUAN Beberapa istilah pada karakteristik tanggapan : Sistem : kombinasi beberapa komponen yang bekerja secara bersama-sama dan membentuk suatu

Lebih terperinci

Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan)

Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan) Borneo Engineering: Jurnal Teknik Sipil Vol. 1 No. 2 Desember 2017 ISSN 2581-1134 (Online) Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan) Iif Ahmad Syarif 1, Noerman

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR Maria Evalisa dan Zubaidah Alatas Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta

Lebih terperinci

OTOMATISASI PENGGERAK KATUP MASUK GAS HIDRO- GEN PADA TUNGKU REDUKASI ME-11

OTOMATISASI PENGGERAK KATUP MASUK GAS HIDRO- GEN PADA TUNGKU REDUKASI ME-11 Achmad Suntoro ISSN 0216-3128 279 OTOMATISASI PENGGERAK KATUP MASUK GAS HIDRO- GEN PADA TUNGKU REDUKASI ME-11 Achmad Suntoro Pusat Rekayasa Perangakat Nuklir, BATAN ABSTRAK Operasional katup masuk gas

Lebih terperinci

ISSN Volume 13, Januari 2012

ISSN Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 Volume 13, Januari 2012 ASPEK PERIZINAN DAN PENGAWASAN PEMANFAATAN AKSELERATOR DAN IRADIATOR LAINNYA: MBE UNTUK CROSSLINKING CHITOSAN, GEL DARI RUMPUT LAUT, IRADIATOR LATEX, STERILISASI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa rencana sistem angkutan kereta api khusus batubara yang menghubungkan antara lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node). Persimpangan merupakan komponen terpenting dalam sistem jaringan

Lebih terperinci

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2016 INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA

Lebih terperinci

APLIKASI PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA Modifikasi Automatic Loading Machine Generator 99 Mo/ 99m Tc berbasis PZC

APLIKASI PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA Modifikasi Automatic Loading Machine Generator 99 Mo/ 99m Tc berbasis PZC APLIKASI PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA Modifikasi Automatic Loading Machine Generator 99 Mo/ 99m Tc berbasis PZC I WAYAN W., ARTADI H.W., ADANG H.G., YONO S., A. MUTALIB

Lebih terperinci

UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA

UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA Alvano Yulian 1, Sutomo Budihardjo 2 dan Ikhsan Sobari 3 1,2,3, Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir,

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 21% dari seluruh kematian

Lebih terperinci

PENGANTAR TRANSPORTASI

PENGANTAR TRANSPORTASI PENGANTAR TRANSPORTASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Penyebab permasalahan transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Kontrol lalu lintas..., Endang Widjajanti, FT UI., 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Kontrol lalu lintas..., Endang Widjajanti, FT UI., 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Penelitian 1.1.1. Latar Belakang Fenomena penyempitan ruas jalan pada perioda waktu yang relatif lama sering dialami dalam kegiatan lalu lintas. Penyempitan ruas jalan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Instansi Nuklir. Bahan Nuklir. Perizinan. Pemanfaatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC 4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Open Loop Motor DC Pengujian simulasi open loop berfungsi untuk mengamati model motor DC apakah memiliki dinamik sama dengan motor DC yang sesungguhnya. Selain

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan

BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan Perancangan sistem crane pada gudang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan metode FIFO sebagaimana mestinya. Berdasarkan kriteria perancangan maka dasar perancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum U-Turn Secara harfiah gerakan u-turn adalah suatu putaran di dalam suatu sarana (angkut/kendaraan) yang dilaksanakan dengan cara mengemudi setengah lingkaran

Lebih terperinci

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR ) EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR ) Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 212 ISSN 852-2979 EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP

Lebih terperinci

PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA

PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA Disusun Oleh : Nama : Riwan Satria NIM : 41405110026 Program Studi : Teknik Elektro Pembimbing

Lebih terperinci

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS Mashudi, Unggul Hartoyo, Suhartono, Sunarningsih Kawasan Puspiptek, Gd 31, Serpong, Tangerang-Selatan

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA

PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA (The Effect of Irradiation on the Shelf Life of Feed Supplements for Ruminant) LYDIA ANDINI, SUHARYONO dan HARSOJO. Pusat Aplikasi Teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PANGAN IRADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK

SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK Djoni Setiawan K. Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung djoni.sk@eng.maranatha.edu,

Lebih terperinci

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Indar Sugiarto, Dharmawan Anugrah, Hany Ferdinando Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Email: indi@petra.ac.id,

Lebih terperinci

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI Gatot Wurdiyanto dan C. Tuti Budiantari Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO

Lebih terperinci

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Muahamd Syukur¹, Iwan Iwut Tritoasmoro², Koredianto Usman³

Lebih terperinci