NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR"

Transkripsi

1 TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

3 HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana NANDINI PARAHITA SUPRABA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

4 Lembar Persetujuan Pembimbing TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 9 Juni 2015 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes Ni Putu Widarini, SKM, MPH NIP NIP Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. dr. DN. Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. AA Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP NIP

5 Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 9 Juni 2015 Panitia Penguji Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1580/UNI4.4/HK/2015 Tanggal 10 Juni 2015 Ketua : Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes Anggota : 1. Ni Putu Widarini, SKM, MPH 2. Prof. DR. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K) 3. DR. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si 4. DR. dr. RA. Tuty Kuswardhani, SpPD, KGer, MARS FINASIM, M.Kes

6 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Nama : Nandini Parahita Supraba NIM : Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul Tesis : Hubungan Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Dan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan di Universitas Udayana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, Juni 2015 Nandini Parahita Supraba

7 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan berkatnya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian tesis yang berjudul Hubungan Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Dan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar dengan tepat waktu. Tesis ini disusun sebagai salat satu persyaratan dalam menempuh Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Uniersitas Udayana. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana atas semangat, dorongan, bimbingan dan saran dalam penulisan hasil penelitian ini. Ucapan terima kasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes dan Ni Putu Widarini, SKM, MPH yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga penulisan Tesis ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr.dr Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

8 Ucapan yang sama ditujukan kepada Tim Penguji pada sidang penelitian tesis yaitu Prof. DR. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K), DR. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan DR. dr. RA. Tuty Kuswardhani, SpPD, KGer, MARS FINASIM, M.Kes yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga sampaikan banyak terima kasih kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Kepala Puskesmas I Denpasar Utara, Bidan Pemegang Program Posyandu Lansia di Puskesmas I Denpasar Utara, Kepala Desa, Kader Lansia, serta Responden (Lansia) di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara yang telah banyak meluangkan waktu dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Papa Mardi Yuwono (Alm) dan Mama Endang Ratna Sucini serta adik- adikku (Dita dan Ana) yang tak pernah henti memberi semangat dan mendoakanku, keluarga, sahabat serta semua teman Angkatan V MIKM UNUD yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat. Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya dapat dipergunakan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya. Penulis

9 ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Peningkatan jumlah penduduk lansia akan membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan ketergantungan lansia. Untuk itu diharapkan lansia bisa memiliki kualitas hidup yang baik dan bisa hidup mandiri sehingga bisa mengurangi angka ketergantungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas sosial, interaksi sosial, dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional analytic dengan pengambilan sampel sejumlah 144 lansia secara multistage sampling. Data dikumpulkan di wilayah Puskesmas I Denpasar Utara pada bulan April Analisis data secara bivariat menggunakan uji chi square dan secara multivariat menggunakan regresi logistik. Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian kualitas hidup kurang pada lansia di wilayah Puskesmas I Denpasar Utara sebesar 64,58%. Variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup pada lansia adalah aktifitas sosial (OR=3,85, p=0,021), interaksi sosial (OR=5,59, p=0,001), fungsi keluarga (OR=21,7, p=0,000). Variabel yang turut berpengaruh adalah jenis kelamin (OR=6,42, p=0,004), pekerjaan (OR=9,81, p=0,001). Sebesar 43,50% kualitas hidup dipengaruhi oleh variabel jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status kesehatan, aktivitas sosial, interaksi sosial, dan fungsi keluarga. Kualitas hidup kurang di wilayah Puskesmas I Denpasar Utara masih tinggi dan yang paling berhubungan adalah fungsi keluarga sehingga dalam pengembangan program lansia diharapkan dapat melibatkan keluarga lansia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Kata kunci : Kualitas Hidup Lansia, Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga

10 ABSTRACT THE RELATIONSHIP BETWEEN SOSIAL ACTIVITIES, SOCIAL INTERACTION AND FAMILY FUNCTION WITH QUALITY OF LIFE AMONG ELDERLY PEOPLE IN THE REGION OF NORTH DENPASAR HEALTH CENTER I DENPASAR CITY Increase of elderly population will have an impact on a variety of life. The main effect of increase in the elderly people is the increase dependency of the elderly. Elderly is expected to have a good quality of life can live independently so that it can reduce the rate of dependence. This study aimed to determine the relationship between sosial activities, social interaction and family function with quality of life among elderly people in Health Public Center I North Denpasar. This study was cross sectional analytic study with total sample 0f 144 elderly people was determined by multistage sampling. Data collect in the region of North Denpasar Health Center I in april Bivariat analytic used chi square and multivariat analytic used logistic regression. Result showed that the incidence of less quality of life among the elderly in the region of Health Public Center I North Denpasar was 64,58%. Significant variables associated with quality of life among the elderly is social activity (OR=3,85, p=0,021), social interaction (OR=5,59, p=0,001), family function (OR=21,7, p=0,000). Gender (OR=6,42, p=0,004) and occupation (OR=9,81, p=0,001) wil also influence quality of life. Quality of life among the elderly people was 43,50% influenced by gender, education, employment, health status, social activity, social interaction, and family function. Less quality of life in the region of Health Public Center I North Denpasar still higher and the most variable that influence it is family function so in developing elderly program, family of the elderly is needed to increase quality of life. Keyword : Quality of life, social activity, social interaction, family function

11 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN i SAMPUL DALAM. ii PRASYARAT GELAR.. iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. vi UCAPAN TERIMA KASIH vii ABSTRAK ix ABSTRACT.... x DAFTAR ISI. xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL xv DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kualitas Hidup Lansia Penurunan Pada Lansia Alat Ukur Kualitas Hidup Lansia.. 10

12 2.4 Faktor Faktor Yang Berkaitan Dengan Kualitas Hidup Lansia Hubungan Antara Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia.. 20 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Variabel Penelitian Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Analisis Data Etika Penelitian 36 BAB V HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Responden Aktifitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Kualitas Hidup Hubungan Antara Aktifitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga, dan Dengan Kualitas Hidup Hasil Analisis Multivariat BAB VI PEMBAHASAN Karakteristik Lansia Aktifitas Sosial dan Kualitas Hidup Lansia Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia.. 56

13 6.6 Keterbatasan Penelitian BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran.. 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Konsep Penelitian

15 DAFTAR TABEL Halaman 4.1 Definisi Operasional Variabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Distribusi Frekuensi Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga, dan Kualitas Hidup di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Kualitas Hidup di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Hubungan Antara Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga, dan Kualitas Hidup di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Hasil Analisis Multivariat Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga, Status Kesehatan dan Kualitas Hidup di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun

16 DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG SINGKATAN APGAR BPS Depsos Dinkes GDS Kemenkes KTP Lansia MMSE Posyandu Puskesmas WHO WHOQOL : Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve : Badan Pusat Statistik : Departemen Sosial : Dinas Kesehatan : Geriatric Depression Scale : Kementrian Kesehatan : Kartu Tanda Penduduk : Lanjut Usia : Mini Mental State Examination : Pos Pelayanan Terpadu : Pusat Kesehatan Masyarakat : World Health Organization : World Health Organization Quality of Life

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent Lampiran 2. Formulir Penelitian Lampiran 3. Lembar Observasi Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Universitas Udayana Lampiran 6. Surat Keterangan Kelaikan Etik dari Ethical Clearance Universitas Udayana Lampiran 7. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Puskesmas I Denpasar Utara

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Banyaknya penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut lansia dapat menyesuaikan diri dengan penurunan tersebut. Beberapa masalah yang dihadapi oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam hal ekonomi, permasalahan sosial budaya, permasalahan dalam hal kesehatan dan permasalahan psikologis lansia. WHO (World Health Organization) membagi lanjut usia menurut tingkatan usia lansia yakni usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut tua (75-84 tahun), usia sangat tua (>84 tahun) (Notoatmodjo, 2007). Hasil Sensus Penduduk 1971, jumlah penduduk lansia di Indonesia sekitar 5,31 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2010 menjadi hampir 4 kali lipat yaitu sekitar 18,04 juta jiwa (BPS RI, 2010). Populasi lansia di Bali yaitu sebanyak 9% sehingga Bali memasuki era penduduk berstruktur tua karena jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas telah melebihi tujuh persen (Dinkes Provinsi Bali, 2014). Kota Denpasar sebagai salah satu kabupaten di Bali juga memiliki populasi lansia lebih dari tujuh persen yaitu sebesar 8,4% pada tahun 2014 (Dinkes Kota Denpasar, 2014). Angka Harapan Hidup di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2012, Angka Harapan Hidup Indonesia pada tahun 2012 yaitu 69,87 tahun lebih

19 tinggi jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup tahun 2011 yang sebesar 69,65 tahun (Kemenkes RI, 2014). Pada tahun 2012, Angka Harapan Hidup Provinsi Bali mencapai 70,84 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup tahun 2011 yang sebesar 70,78 tahun. Sementara di Kota Denpasar, Angka Harapan Hidup tahun 2012 mencapai 73,12 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup tahun 2011 yang sebesar 73,06 tahun (Dinkes Provinsi Bali, 2014). Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam fase kehidupan. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia. Untuk itu diharapkan lansia bisa memiliki kualitas hidup yang baik dan bisa hidup mandiri sehingga bisa mengurangi angka ketergantungan (Yuliati dkk, 2014). Pemerintah telah mencanangkan berbagai pelayanan di bidang sosial serta pelayanan di bidang kesehatan pada kelompok usia lanjut melalui beberapa jenjang. Posyandu lansia dengan kegiatan rutin berupa senam lansia merupakan suatu pelayanan di bidang kesehatan di tingkat masyarakat, adanya Puskesmas merupakan pelayanan di bidang kesehatan lansia tingkat dasar, dan adanya Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan. Namun upaya upaya tersebut ternyata belum cukup maksimal karena masih ada lansia dengan kualitas hidup yang masih buruk (Depsos RI, 2003).

20 Peningkatan jumlah penduduk lansia yang disebabkan oleh angka harapan hidup yang tinggi tentunya diikuti dengan ketersediaan atau akses terhadap pelayanan kesehatan. Jika akses terhadap pelayanan kesehatan rendah maka kualitas hidup lansia pun akan ikut rendah. Jumlah penduduk usia lanjut yang mendapat pelayanan kesehatan di Kota Denpasar pada tahun 2012 yakni sebanyak jiwa (80,59%) dari jumlah sasaran sebanyak jiwa (Dinkes Kota Denpasar, 2012). Pada tahun 2013, tidak mengalami peningkatan, jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan yakni sebanyak jiwa (80,59%) dari jumlah sasaran sebanyak jiwa (Dinkes Kota Denpasar, 2013). Jumlah penduduk usia lanjut yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar pada tahun 2012 yakni sebanyak 320 jiwa (23%) dari jumlah sasaran sebanyak 1369 jiwa (Puskesmas I Denpasar Utara, 2012). Pada tahun 2013, tidak mengalami peningkatan, jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan yakni sebanyak 336 jiwa (22%) dari jumlah sasaran sebanyak 1505 jiwa (Puskesmas I Denpasar Utara, 2013). Puskesmas Denpasar Utara dipilih sebagai tempat penelitian karena memiliki cakupan layanan kesehatan lansia terendah dibandingkan dengan puskesmas lain di Kota Denpasar. Hasil studi pendahuluan dengan metode survei kepada 10 lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara didapatkan hasil bahwa salah satu masalah yang terjadi pada penduduk lansia adalah masalah kualitas hidup lansia. Menurut hasil survei peneliti, sebagian besar kualitas hidup dalam kategori kurang yakni sebesar 70%. Kualitas hidup kurang lebih banyak dijumpai pada lansia dengan

21 interaksi sosial yang kurang (85%), aktivitas sosial yang kurang (85%) dan memiliki fungsi keluarga kurang (60%). Menurut Kaplan dan Saddock pada tahun (2007) lanjut usia yang memiliki penyesuaian diri yang baik seperti dapat berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan mengikuti kegiatankegiatan yang ada di daerah lanjut usia berada, maka timbal balik dari dukungan sosial itu sendiri juga akan baik dan sebaliknya sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Penelitian oleh Rantepadang pada tahun (2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara interaksi sosial dan lansia yang hidupnya berkualitas. Penelitian oleh Dewianti dkk pada tahun (2013) menyebutkan bahwa fungsi keluarga akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas 1 Denpasar Utara didapatkan 7 dari 10 lansia dengan kualitas hidup kurang. Pada lansia dengan kualitas hidup kurang juga lebih banyak dijumpai dengan status kesehatan yang kurang (70%), dengan tingkat pendidikan rendah (70%), lansia yang tidak bekerja (85%), lansia yang tidak memiliki penghasilan (85%). Penelitian oleh Nawi dkk pada tahun (2010) menyatakan bahwa perempuan, tidak menikah/janda/duda, umur lebih lebih tua, status pendidikan yang rendah dan status ekonomi yang rendah memiliki hubungan dengan status kesehatan yang rendah pada lansia serta berhubungan dengan kualitas hidup. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan aktivitas sosial, interaksi sosial dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.

22 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Adakah Hubungan Antara Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, dan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan aktivitas sosial, interaksi sosial, dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar Tujuan Khusus Penelitian ini ingin mengetahui : a. Karakteristik sosio demografi lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. b. Proporsi kualitas hidup lansia berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, penghasilan, status gizi, status pernikahan dan status kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. c. Hubungan aktivitas sosial dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. d. Hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.

23 e. Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Penelitian ini mendapatkan bahwa fungsi keluarga yang paling kuat berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Disamping itu, variabel confounding seperti jenis kelamin dan pekerjaan juga berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Sehingga penelitian lebih lanjut tentang kualitas hidup lansia diarahkan pada variabel variabel tersebut Manfaat praktis a. Bagi pengembangan bidang kesehatan, hasil penelitian ini sebagai bahan untuk meningkatkan pelayanan dalam kesehatan lansia baik dari Dinas Kesehatan melalui program kesehatan maupun dari Puskesmas sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. b. Bagi lansia, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi lansia agar lansia melalui peningkatan fungsi keluarga mendapat perhatian dari keluarga dan tenaga kesehatan. c. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi masyarakat tentang menjaga kualitas hidup lansia.

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Hidup Lansia WHO (World Health Organization) membagi lanjut usia menurut tingkatan usia lansia yakni usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut tua (75-84 tahun), usia sangat tua (>84 tahun) (Notoatmodjo, 2007). Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL), kualitas hidup adalah kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik yaitu aktivitas sehari hari, ketergantungan pada bantuan medis, kebutuhan istirahat, kegelisahan tidur, penyakit, energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari, kapasitas pekerjaan, kesehatan psikologis yaitu perasaan positif, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, berfikir, belajar, konsentrasi, mengingat, self esteem dan kepercayaan individu, hubungan sosial lansia yaitu dukungan sosial, hubungan pribadi, serta aktivitas seksual, dan kondisi lingkungan yaitu lingkungan rumah, kebebasan, keselamatan fisik, aktivitas di lingkungan, kendaraan, keamanan, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial. Kualitas hidup dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, kondisi fisik dan psikologis, aktifitas sosial, interaksi sosial dan fungsi keluarga. Pada umumnya lanjut usia mengalami keterbatasan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menjadi mengalami penurunan. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat sehingga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia (Yuliati dkk, 2014).

25 Agar kualitas hidup lansia meningkat, maka dalam penyesuaian diri dan penerimaan segala perubahan yang dialami, lansia harus mampu melakukan hal tersebut. Selain itu, lingkungan yang memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia membuat lansia merasa dihargai. Tersedianya media atau sarana bagi lansia membuat lansia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki (Sutikno, 2007). Berdasarkan penelitian tentang kualitas hidup, kualitas hidup penduduk Indonesia dengan kriteria kurang, lebih banyak dijumpai pada golongan umur lanjut, perempuan, tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja, tinggal di daerah pedesaan, serta sosial ekonomi tergolong miskin. Penduduk yang menderita penyakit tidak menular, cedera, menderita gangguan mental emosional, menyandang faktor risiko antara, dan tinggal di rumah dengan lingkungan terpapar memiliki kualitas hidup kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penduduk adalah golongan umur, kemudian adanya gangguan mental emosional, tinggal di rumah dengan lingkungan terpapar dan jenis kelamin (Pradono dkk, 2007). 2.2 Penurunan Pada Lansia Perubahan Kondisi Fisik Pada Lansia Perubahan kondisi fisik pada lansia antara lain : a. Penurunan jumlah sel, cairan tubuh serta cairan intraselular. Protein dalam otak, ginjal, otot, hati serta dan darah akan berkurang, mekanisme perbaikan sel menjadi terganggu, terjadi atrofi pada otak, berat otak berkurang 5 10 %.

26 b. Pada sistem persarafan lansia, lansia menjadi lambat dalam merespon sesuatu, saraf pancaindra mengecil. c. Sistem pendengaran pada lansia menurun ditandai dengan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam. d. Terjadi sklerosis pupil dan hilangnya respon sinar bisa menyebabkan penglihatan lansia menjadi berkurang. e. Pada sistem kardiovaskuler, jantung sudah tidak bisa memompa darah secara optimal. f. Pada sistem pengaturan temperatur tubuh, tubuh seorang lansia sudah tidak bisa memproduksi panas yang maksimal. Ha ini menyebabkan aktifitas otot menjadi berkurang. g. Sistem pernafasan yang menurun ditandai dengan hilangnya elastisitas paru paru. h. Pada sistem gastrointestinal, lansia akan kehilangan gigi, indra pengecap menurun, fungsi absorpsi akan mengalami penurunan. i. Sekresi lendir vagina pada lansia perempuan akan berkurang. Produksi testis pada lansia laki laki semakin menurun. Produksi hormon pada lansia akan menurun. j. Hilangnya jaringan lemak pada lansia menyebabkan kulit keriput pada lansia. Rambut pada lansia akan semakin tipis serta terjadi perubahan warna yaitu menjadi lebih kelabu.

27 2.2.2 Perubahan Psikologis Pada Lansia Perubahan psikologis pada lansia dipengaruhi oleh keadaan fisik lansia yang mengalami penurunan, kondisi kesehatan pada lansia, tingkat pendidikan pada lansia, keturunan (hereditas), serta kondisi lingkungan dimana lansia berada. Perubahan psikologis pada lansia adalah kenangan (memory) serta IQ (Intellgentia Quantion) yakni kemampuan verbal lansia, penampilan lansia, persepsi lansia serta ketrampilan psikomotor lansia menjadi berkurang Perubahan Psikososial Lansia akan mengalami penurunan tingkat kemandirian dan psikomotor. Tingkat kemandirian yakni kemampuan lansia untuk melakukan sesuatu. Fungsi psikomotor yakni meliputi gerakan, tindakan, serta koordinasi. Adanya penurunan fungsi pada tingkat kemandirian serta psikomotor menyebabkan lansia mengalami suatu perubahan dari sisi aspek psikososial. Hal ini tentunya dikaitkan dengan kepribadian lansia (Hardywinoto dan T., 2005) 2.3 Alat Ukur Kualitas Hidup Lansia Bagian kesehatan mental WHO mempunyai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQOL). Proyek ini bertujuan mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas hidup. Instrumen WHOQOL BREF ini telah dikembangkan secara kolaborasi di berbagai belahan dunia. Instrumen ini terdiri dari 26 item pertanyaan dimana 2 pertanyaan tentang kualitas hidup lansia secara umum dan 24 pertanyaan lainnya mencakup 4 domain. 4 domain tersebut adalah : a. Kesehatan Fisik yaitu pada pertanyaan nomer 3, 4, 10, 15, 16, 17 dan 18 b. Psikologis yaitu pada pertanyaan nomer 5, 6, 7, 11, 19 dan 26

28 c. Hubungan sosial yaitu pada pertanyaan nomer 20, 21, dan 22 d. Lingkungan yaitu pada pertanyaan nomer 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24 dan 25 (WHO, 2004). World Health Organization (WHO) telah mengembangkan sebuah instrumen untuk mengukur kualitas hidup seseorang yaitu WHO Quality of Life - BREF (WHOQOL-BREF). Distribusi ke-26 pertanyaan dari WHOQOL-BREF adalah simetris dan hasil penelitian menunjukkan instrumen WHOQOL-BREF valid dan reliable untuk mengukur kualitas hidup pada lansia. Kemampuan crosscultural dari instrumen WHOQOL-BREF merupakan suatu keunggulan dan mendukung premis yang menyatakan instrumen ini dapat digunakan sebagai alat screening. WHOQOL-BREF merupakan suatu instrumen yang valid dan reliable untuk digunakan baik pada populasi lansia maupun populasi dengan penyakit tertentu. Instrumen ini telah banyak digunakan di berbagai negara industri maupun berkembang pada populasi penderita hati dan paru-paru yang kronik sebagai alat screening (Salim dkk, 2007). Instrumen WHOQOL-BREF merupakan instrumen yang sesuai untuk mengukur kualitas hidup dari segi kesehatan terhadap lansia dengan jumlah responden yang kecil, mendekati distribusi normal, dan mudah untuk digunakan (Hwang dkk, 2003).

29 2.4 Faktor Faktor Yang Berkaitan Dengan Kualitas Hidup Lansia Kondisi Fisik Tingkat Kemandirian Untuk mengukur tingkat kemandirian lansia digunakan Indeks Barthel yang meliputi : a. Kemampuan makan dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10 b. Kemampuan berpindah dari atau ke tempat tidur dan sebaliknya, dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5-10 dan mandiri diberi nilai 15 c. Kemampuan menjaga kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok gigi dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberinilai 0 dan mandiri diberi nilai 5 d. Kemampuan untuk mandi dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 0 dan mandiri diberi nilai 5 e. Kemampuan berjalan dijalan yang datar dengan penilaian sebagai berikut bantuan 10 dan mandiri 15 f. Kemampuan naik turun tangga dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10 g. Aktivitas di toilet (menyemprot, mengelap) dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10 h. Kemampuan berpakaian dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10

30 i. Kemampuan mengontrol defekasi dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10 j. Kemampuan berkemih dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10 (Mahoney, F.L dan Barthel, 1965) Keadaan Umum Pemeriksaan fisik secara umum pada lansia yakni meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, tekanan darah, tanda-tanda vital atau TTV, berat badan, tinggi badan serta postur tulang belakang pada lansia. Lansia yang sehat akan berada pada tingkat kesadaran penuh (composmentis), tekanan darah 140/90mmHg sampai dengan 160/90mmHg, tanda tanda vital (nadi 60-70x/menit, pernafasan 14-16x/menit, suhu ) (Noorkasiani, 2009). Menurut WHO pada tahun (2002) adanya kifosis atau pembengkokan pada tulang belakang lansia dapat menyebabkan pengukuran tinggi badan pada lansia sulit untuk dilakukan. Lansia tidak dapat berdiri tegak sehingga diperlukan pengukuran tinggi lutut untuk mengukur tinggi badan pada lansia. Rumus untuk pengukuran tinggi badan lansia melalui pengukuran tinggi lutut adalah sebagai berikut : Tinggi Badan (Laki-Laki) = 59,01 + (2,08 x TL) Tinggi Badan (Perempuan) = 75,00 + (1,91 x TL) Catatan : TL = Tinggi Lutut (dalam satuan centimeter)

31 Gizi lebih atau kegemukan merupakan masalah yang sering terjadi pada lanjut usia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kegemukan pada lanjut usia. Pada lansia terjadi penurunan kegiatan sel-sel dalam tubuh, sehingga kebutuhan akan zat-zat gizi juga ikut menurun. Asupan makanan yang tetap namun kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh lansia mengalami penurunan menyebabkan penumpukan makanan dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kegemukan bahkan menjadi penyakit. Kencing manis, penyakit jantung, tekanan darah tinggi adalah beberapa penyakit yang berkaitan dengan gizi lebih pada lansia. Untuk itu diperlukan adanya pengaturan diet bagi lansia (Irianto, 2014) Masalah gizi yang kurang pada lansia dapat disebabkan oleh anoreksia yang berkepanjangan. Hal tersebut menyebabkan penurunan berat badan pada lansia. Gizi kurang juga sering diakibatkan oleh penyakit infeksi kronis, penyakit jantung kongestif, masalah sosial dan ekonomi atau sebab lain. Kehilangan berat badan terjadi amat berlebihan sehingga asupan makanan tak dapat mengimbangi kehilangan yang cepat itu. Keadaan kurang gizi pada lansia ini juga perlu mendapat penanganan diet khusus (Irianto, 2014). IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah suatu alat untuk pemantauan status gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT dihitung dengan cara : IMT = [ ] Kondisi Psikologis Lansia Penuaan pada lanjut usia sangat dikaitkan dengan perubahan anatomi, perubahan fisiologi, terjadi kesakitan atau hal hal yang bersifat patologi dan

32 perubahan psikososial. Depresi adalah gangguan psikologis yang kita ketahui sering dialami lanjut usia. Interaksi faktor biologi, fisik, psikologis, serta sosial pada lanjut usia bisa mengakibatkan depresi pada lanjut usia (Soejono dkk, 2009). Depresi adalah suatu masa terganggunya fungsi dalam diri manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih serta gejala yang menyertainya, termasuk perubahan pada pola tidur, perubahan nafsu makan, perubahan psikomotor, sulit berkonsentrasi, merasa tidak bahagia, sering merasa kelelahan, sering timbul rasa putus asa, merasa tidak berdaya, serta keinginan bunuh diri (Kaplan dan Saddock, 2007). Depresi pada usia lanjut lebih sulit diseteksi karena : 1. Kecemasan serta histeria yang merupakan suatu gejala dari depresi justru sering menutupi depresinya 2. Masalah sosial sering membuat depresi menjadi rumit 3. Usia lanjut sering menutupi kesepian serta rasa sedih dengan justru lebih aktif dalam kegiatan di masyarakat (Soejono dkk, 2009). Diagnosis awal dan terapi segera terhadap depresi pada pasien geriatri dapat memperbaiki kualitas hidup, status fungsional, dan mencegah kematian dini. Tanda dan gejala depresi yakni: 1. Hilangnya minat atau rasa senang, hampir setiap hari 2. Berat badan menurun atau bertambah yang bermakna 3. Insomnia atau hipersomnia, hampir setiap hari 4. Agitasi atau retardasi psikomotor, hampir tiap hari 5. Kelelahan (rasa lelah atau hilangnya energi), hampir tiap hari

33 6. Rasa bersalah atau tidak berharga, hampir tiap hari 7. Sulit konsentrasi 8. Pikiran berulang tentang kematian atau gagasan bunuh diri (Soejono dkk, 2009) Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut. Pertanyaan yang panjang dan banyak pada GDS-30 pertanyaan membuat peneliti mengembangkan versi yang lebih pendek, bervariasi antara 15 pertanyaan dan 1 pertanyaan. Di antara versi-versi tersebut, GDS 15 pertanyaan paling sering digunakan untuk mendeteksi depresi pada lanjut usia dan dapat berfungsi sebaik GDS 30 pertanyaan (Wongpakaran N, 2013) Fungsi Kognitif Fungsi kognitif adalah kemampuan berfikir rasional yang terdiri dari beberapa aspek. Fungsi kognitif diukur dengan Mini Mental State Examination (MMSE). Hasil skornya yaitu kognitif normal (skor : 16 30) dan gangguan kognitif (skor : 0-15). Aspek yang dinilai pada MMSE adalah status orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, bahasa dan kemampuan menulis serta menggambar spontan (Folstein dkk, 1975). Fungsi kognitif yang menurun dapat menyebabkan terjadinya ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari. Hal ini dapat mengakibatkan para lansia sering bergantung pada orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia (Reuser dkk, 2010).

34 Olahraga atau latihan fisik merupakan kegiatan yang dapat menghambat kemunduran kognitif akibat dari penuaan. Peningkatan kebugaran fisik serta senam otak (Senam Vitalisasi Otak) dapat meningkatkan potensi kerja otak (Markam dkk, 2006). Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif. Perubahan yang terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain fungsi penyimpanan informasi (storage) hanya mengalami sedikit perubahan. Sedangkan fungsi yang mengalami penurunan yang terus menerus adalah kecepatan belajar, kecepatan memproses informasi baru dan kecepatan beraksi terhadap rangsangan sederhana ataukompleks, penurunan ini berbeda antar individu (Lumbantobing, 2006) Aktivitas Sosial Aktivitas sosial merupakan salah satu dari aktivitas sehari hari yang dilakukan oleh lansia. Lansia yang sukses adalah lansia yang mempunyai aktivitas sosial di lingkungannya. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial yang dikemukan oleh Marthuranath pada tahun (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya bersama lansia lainnya atau orangorang terdekat, menjalankan hobi serta aktif dalam aktivitas kelompok. Aktivitas sosial merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dengan masyarakat di lingkungan sekitar (Napitupulu, 2010). Menurut Yuli pada tahun (2014) Teori aktivitas atau kegiatan (activity theory) menyatakan bahwa lansia yang selalu aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial adalah lansia yang sukses.

35 2.4.3 Interaksi Sosial Sebagai makhluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya, makhluk yang mampu berpikir sebelum melakukan sesuatu. Dari proses berpikir muncul perilaku atau tindakan sosial. Ketika seseorang bertemu dengan orang lainnya, dimulailah suatu interaksi sosial. Seseorang dengan orang lainnya melakukan komunikasi baik secara lisan maupun isyarat, aktivitas-aktivitas itu merupakan suatu bentuk interaksi sosial. Terdapat beberapa macam interaksi sosial. Dari sudut subjek, ada 3 macam interaksi sosial yaitu interaksi antar perorangan, interaksi antar orang dengan kelompoknya atau sebaliknya, interaksi antar kelompok. Dari segi cara, ada 2 macam interaksi sosial yaitu interaksi langsung yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi, hubungan seks dan sebagainya, interaksi simbolik yaitu interaksi dengan menggunakan isyarat (Subadi, 2009). Interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi sosial merupakan suatu proses di mana manusia melakukan komunikasi dan saling mempengaruhi dalam tindakan maupun pemikiran. Penurunan derajat kesehatan dan kemampuan fisik menyebabkan lansia secara perlahan akan menghindar dari hubungan dengan orang lain. Hal ini akan mengakibatkan interaksi sosial menurun (Hardywinoto dan T., 2005). Teori pembebasan (disengagement theory) menyatakan bahwa seseorang secara perlahan mulai menarik diri dari kehidupan sosialnya dengan semakin bertambahnya umur. Sering terjadi kehilangan (triple loss) yakni kehilangan peran, hambatan kontak sosial, dan berkurangnya kontak komitmen yang

36 disebabkan karena interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun kuantitas (Yuli, 2014). Penelitian Rantepadang pada tahun (2012) menyebutkan bahwa ada hubungan yang kuat antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia. Semakin baik interaksi sosial lansia, semakin tinggi pula kualitas hidupnya. Penelitian oleh Sanjaya dan Rusdi pada tahun (2012) menyatakan bahwa responden yang memiliki interaksi sosial yang baik tidak akan merasa kesepian dalam hidupnya dan hal ini tentu dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan sosial mempunyai efek yang positif pada kesejahteraan emosional lansia dan kesehatan fisik serta diprediksi dapat menurunkan resiko kematian. Lansia sering kehilangan kesempatan partisipasi dan hubungan sosial. Interaksi sosial cenderung menurun disebabkan oleh kerusakan kognitif, kematian teman, fasilitas hidup atau home care (Estelle dkk, 2006). Menurut (Santrock, 2003) interaksi sosial berperan penting dalam kehidupan lansia. Hal ini dapat mentoleransi kondisi kesepian yang ada dalam kehidupan sosial lansia Fungsi Keluarga Menurut Yuli pada tahun (2014) fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antar anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Kuisioner APGAR digunakan untuk mengukur level kepuasan hubungan di dalam suatu keluarga, yakni penilaian terhadap lima fungsi pokok keluarga, yaitu :

37 1) Adaptasi (Adaptation) Penilaian adaptasi yaitu dengan menilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkannya dari anggota keluarga yang lain. 2) Kemitraan (Partnership) Penilaian kemitraan yaitu dengan menilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dan musyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah. 3) Pertumbuhan (Growth) Penilaian pertumbuhan yaitu dengan menilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan kedewasaan setiap anggota keluarga. 4) Kasih Sayang (Affection) Penilaian kasih sayang yaitu dengan menilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang yang terjadi dalam keluarga. 5) Kebersamaan (Resolve) Penilaian kebersamaan yaitu dengan menilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi banyak hal dalam keluarga. 2.5 Hubungan Antara Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, dan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Penelitian oleh Sutikno pada tahun (2007) memenukan bahwa faktor umur lansia mempunyai hubungan dengan kualitas hidup pada lansia. Menurut

38 Nugroho, pada tahun (2000) kualitas hidup lansia akan semakin buruk dengan bertambahnya usia. Dengan pertambahan usia maka akan ada perubahan dalam cara hidup seperti merasa kesepian dan sadar akan kematian, hidup sendiri, perubahan dalam hal ekonomi, penyakit kronis, kekuatan fisik semakin lemah, terjadi perubahan mental, ketrampilan psikomotor berkurang, perubahan psikososial yaitu pensiun, akan kehilangan sumber pendapatan, kehilangan pasangan dan teman, serta kehilangan pekerjaan dan berkurangnya kegiatan. Semakin bertambahnya umur membuat kualitas hidup lansia terus menurun. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Interaksi sosial yang menjadi syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial ini merupakan hubungan sosial yang dinamis. Hasil penelitian oleh Rosmalina,dkk pada tahun (2003) menunjukkan bahwa aktivitas sosial mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat kesegaran jasmani lansia yang tentunya dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Dengan interaksi sosial, lansia dapat berpikir positif dan optimis tentang kehidupan melalui keanggotaan dalam sebuah perkumpulan (Noorkasiani, 2009). Menurut Nugroho pada tahun (2009) bahwa lansia juga perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan orang lain sehingga dapat mempertahankan keterampilan berkomunikasi, juga untuk menunda kepikunan. Menurut Abdullah pada tahun (2006) hubungan antara satu manusia atau lebih dengan manusia lainnya melalui komunikasi mempunyai tujuan dalam kehidupan di masyarakat dimana terjadi kontak sosial antar-perorangan, antar-kelompok,

39 atau antara kelompok dengan perorangan yang dapat bersifat primer atau langsung dan sekunder atau tidak langsung. Lanjut usia yang memiliki penyesuaian diri yang baik seperti dapat berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan mengikuti kegiatankegiatan yang ada di daerah lanjut usia berada, maka timbal balik dari dukungan sosial itu sendiri juga akan baik dan apabila penyesuaian diri lanjut usia itu tidak baik dengan kurang berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar maka dukungan sosial yang di dapatkan lanjut usia tidak baik juga. Penyesuaian diri sangat berhubungan erat terhadap dukungan sosial sehingga berpengaruh terhadap kehidupan lanjut usia baik kehidupan sekarang ataupun yang akan datang (Kaplan dan Saddock, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rantepadang pada tahun (2012) interaksi sosial juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis lansia. Semakin baik interaksi sosial, maka semakin baik pula kondisi psikologis lansia dan tentunya hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup pada lansia tersebut. Menurut (Pradono dkk, 2007) menurunnya kondisi kesehatan akan menimbulkan limitasi aktivitas sehingga akan menirnbulkan keluhan kualitas hidup yang buruk. Krause pada tahun (2009) menyatakan bahwa adanya aktivitas sosial lansia yang berupa kehadiran pelayanan keagamaan dan adanya dukungan emosional kepada lansia dapat membantu lansia mencari kesejahteraan dan tujuan dalam hidup. Sebuah penelitian di Cina mengenai kualitas hidup pada lanjut usia menyatakan interaksi lansia serta ikatan dalam keluarga sangat mempengaruhi kualitas hidup (Gillespie, 2011).

40 Keluarga merupakan kelompok dimana kelompok ini memiliki peranan yang sangat penting untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada anggota keluarga. Kualitas hidup dipengaruhi oleh status ekonomi. Kualitas hidup akan buruk jika status ekonomi rendah karena menyebabkan hambatan untuk memperoleh makanan sehat serta bergizi, pendidikan yang memadai, tempat tinggal yang layak, serta pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan yang optimal akan terganggu. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup, jika tingkat pendidikan rendah maka kualitas hidup akan buruk karena pengetahuan lansia tentang kualitas hidup menjadi rendah (Sutikno, 2007). Hasil penelitian oleh Dewianti dkk pada tahun (2013) menunjukkan bahwa fungsi keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup lansia (p<0,05), dengan peran sebesar 2,3 kali terhadap peningkatan kualitas hidup lanjut usia. Sebagian besar responden berumur tahun serta memiliki riwayat pendidikan SD. Lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh, sehingga akan berakibat pada penurunan fungsi jalan, penurunan keseimbangan, serta penurunan pada kemampuan fungsional. Tingkat kemandirian pada lanjut usia akan menurun sehingga kualitas hidupnya juga akan mengalami penurunan (Utomo, 2010). Suatu penelitian di Makassar mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kemandirian dengan kualitas hidup lanjut usia (Aziz, 2015). Depresi dapat menjadi suatu permasalahan baik pada lanjut usia maupun keluarganya, menyebabkan parahnya penyakit, mengakibatkan adanya kecacatan,

41 dan membutuhkan sistem pendukung yang luas. Hal ini akan berdampak pada kesehatan jiwa dan kualitas hidup lansia (Carito, 2009). Hasil penelitian sebelumnya di Jakarta menunjukkan menunjukan ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dan kualitas hidup lansia dengan p value sebesar 0,000 (Kasuma, 2015). Di kalangan para lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal seharihari, dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia (Reuser dkk, 2010). Penurunan fungsi kognitif dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, namun seringkali fungsi kognitif sering dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada lansia (Firdaus, 2010). Sebuah penelitian di Depok menyatakan bahwa fungsi kognitif berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup lansia (Lidwina, 2011).

42 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Kualitas hidup dipengaruhi aktifitas sosial, interaksi sosial, fungsi keluarga serta dukungan sosial (baik dari pasangan, keluarga, maupun masyarakat). Kualitas hidup akan semakin buruk dengan semakin tuanya umur lansia. Pertambahan usia lansia mengakibatkan perubahan dalam cara hidup seperti semakin sadar akan kematian, merasa kesepian, terjadi perubahan ekonomi, mengalami penyakit kronis, kekuatan fisik semakin lemah, terjadi perubahan mental, ketrampilan psikomotor berkurang, terjadi perubahan psikososial yaitu pensiun, kehilangan sumber pendapatan, kehilangan pekerjaan dan kegiatan sehari hari, ditinggalkan oleh pasangan dan teman. Seorang lansia yang dapat berinteraksi sosial dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan melakukan aktivitas sosial dengan mengikuti kegiatankegiatan yang ada di daerah lanjut usia berada, hal tersebut akan mempengaruhi kondisi kesehatan baik dari segi fisik maupun psikologis lansia dan akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup lansia tersebut. Keluarga memiliki suatu peran yang sangat besar dalam menentukan kesehatan seorang lansia yang kemudian akan berhubungan dengan kualitas hidup lanjut usia. Bila fungsi suatu keluarga lansia tersebut dalam keadaan baik maka dapat mempengaruhi perkembangan emosi para anggotanya.keadaan emosi pada lanjut usia pada umumnya sangat labil, terutama jika terjadi perubahan pola kehidupan.

43 Kualitas hidup akan buruk jika status ekonomi rendah karena menyebabkan hambatan untuk memperoleh makanan sehat serta bergizi, pendidikan yang memadai, tempat tinggal yang layak, serta pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan yang optimal akan terganggu. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup, jika tingkat pendidikan rendah maka kualitas hidup akan buruk karena pengetahuan lansia tentang kualitas hidup menjadi rendah. Dari beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh aktivitas sosial, interaksi sosial serta fungsi keluarga.

44 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir, dapat digambarkan konsep penelitian sebagai berikut ini: Karakteristik Lansia 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Status pekerjaan 5. Penghasilan 6. Status Gizi 7. Status Pernikahan 8. Status Kesehatan Interaksi sosial Fungsi Keluarga Aktifitas Sosial Dukungan sosial : - Pasangan - Keluarga - Masyarakat Kualitas Hidup Lansia a. Kesehatan Fisik b. Psikologis c. Hubungan sosial d. Lingkungan Gambar 3.1 Konsep penelitian Konsep penelitian merupakan modifikasi teori tentang kualitas hidup dari (WHO, 2004), (Mahoney, F.L dan Barthel, 1965), (Wongpakaran N, 2013) dan (Folstein dkk, 1975). Variabel yang tidak diteliti adalah dukungan sosial baik dari pasangan, keluarga dan masyarakat.

45 3.3 Hipotesis Penelitian Dari konsep penelitian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: a. Ada hubungan aktivitas sosial dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. b. Ada hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. c. Ada hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.

46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah cross-sectional analitik dengan pendekatan survei kuantitatif. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret April Penentuan Sumber Data Populasi Populasi target dalam penelitian ini adalah semua lansia di wilayah kerja puskesmas, sedangkan populasi terjangkau adalah semua lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar pada tahun Sampel pada penelitian ini adalah lansia terpilih yang berdomisili di wilayah kerja di Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar Kriteria inklusi Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah lansia berusia tahun yang bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia sedang dalam keadaan sakit parah yang tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara terhadapnya.

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tingkatan usia lansia yakni usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-74

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tingkatan usia lansia yakni usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-74 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Hidup Lansia WHO (World Health Organization) membagi lanjut usia menurut tingkatan usia lansia yakni usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Banyaknya penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut lansia dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nugroho (2006) menjelaskan bahwa menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Kemunduran fisik yang di alami saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TESIS ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NI LUH PARTIWI WIRASAMADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang di gunkan dalam penelitian ini survei analitik, yaitu penelitian yang menggali bagaimana tingkat pengetahuan dan kualitas hidup lansia.

Lebih terperinci

AL UM ANISWATUN KHASANAH

AL UM ANISWATUN KHASANAH TESIS PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH AL UM ANISWATUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi demografi sedang terjadi di seluruh dunia, sehingga terjadi penambahan proporsi penduduk lanjut usia, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau berkurang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR TESIS HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR PUTU EKA ARIMBAWA NIM 1292161025 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP TESIS DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP PASIEN ODHA YANG MENERIMA TERAPI ANTIRETROVIRAL DI LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING SEKAR JEPUN RSUD BADUNG TAHUN 2006-2014 PUTU DIAN PRIMA KUSUMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR TESIS HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR LANAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Fungsi keluarga, dukungan sosial dan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan

Fungsi keluarga, dukungan sosial dan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan Laporan hasil penelitian Fungsi keluarga, dukungan sosial dan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan Dewianti 1, Tresna Adhi 1,2, Tuty Kuswardhani 3 1 Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi ikut berkontribusi secara bermakna dalam dunia kesehatan. Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa ialah melihat usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Hariadi Widodo 1, Nurhamidi 2, Maulida Agustina * 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana TESIS HUBUNGAN PENERAPAN MANAJEMEN PUSKESMAS DAN KOMITMEN KERJA PETUGAS DENGAN MUTU PELAYANAN PENGOBATAN PADA POLI UMUM DI PUSKESMAS SE- KABUPATEN KARANGASEM NI NYOMAN ARTINI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1 Definisi Lanjut usia merupakan proses dari tumbuh kembang yang akan dijalami setiap individu, yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia Populasi lansia kini lebih banyak dibandingkan dengan populasinya di masa lalu. Meningkatnya populasi lansia ini pun terjadi di seluruh dunia. Populasi penduduk lanjut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat penelitian : Poli Rawat Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS ABIANSEMAL II BADUNG

ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS ABIANSEMAL II BADUNG ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS ABIANSEMAL II BADUNG Jatuh merupakan permasalahan yang sering terjadi pada lansia akibat dari terjadinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA. Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo

SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA. Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo Oleh : RISKA NURVIANINGTYAS NIM : 13631393 PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PADA LAYANAN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH, SWASTA, DAN KLINIK RADIOLOGI SWASTA KOTA DENPASAR

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PADA LAYANAN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH, SWASTA, DAN KLINIK RADIOLOGI SWASTA KOTA DENPASAR TESIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PADA LAYANAN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH, SWASTA, DAN KLINIK RADIOLOGI SWASTA KOTA DENPASAR COKORDA ISTRI ARIWIDYASTUTI NIM 1392161004 PROGRAM

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN JENIS FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA, STATUS KEPESERTAAN DAN KARAKTERISTIK SOSIO-DEMOGRAFIS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KOTA DENPASAR NI MADE WIDIASTUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO usia 45-59 tahun adalah usia pertengahan, usia 60-74 tahun adalah lanjut usia, usia 75-90 tahun adalah lanjut usia tua, dan >90 tahun adalah usia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH HOME CARE SERVICE TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA DI BANJAR TENGAH TAMPAKSIRING WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMPAKSIRING 1

SKRIPSI PENGARUH HOME CARE SERVICE TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA DI BANJAR TENGAH TAMPAKSIRING WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMPAKSIRING 1 SKRIPSI PENGARUH HOME CARE SERVICE TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA DI BANJAR TENGAH TAMPAKSIRING WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMPAKSIRING 1 OLEH: NI KADEK DWI LESTARI NIM. 1202105052 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari dalam maupun dari luar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa. Pandangan masyarakat yang menyatakan bahwa lansia merupakan kelompok usia yang mendapat stigma tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tingkat depresi terhadap kualitas hidup lanjut usia. Penelitian tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tingkat depresi terhadap kualitas hidup lanjut usia. Penelitian tersebut 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian untuk menganalisis hubungan antara tingkat depresi terhadap kualitas hidup lanjut usia. Penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Antara 2015 dan 2050, proporsi dari lansia diperkirakan dua kali lipat dari 12% sampai 22%. Hal ini merupakan peningkatan yang tidak dapat di duga dari 900 juta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh manusia menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada dalam

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii ABSTRAK Salah satu penyebab terbesar kematian bayi dan kematian neonatus adalah bayi dengan berat badan yang rendah saat lahir atau yang biasa disebut bayi berat lahir rendah (BBLR). Menurut World Health

Lebih terperinci

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Kedokteran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian III. METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian analitik serta menggunakan pendekatan cross sectional, variabel bebas dan terikat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Desain penelitian adalah strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Jenis penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat terbentuk sumber daya manusia yang produktif.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA KEJADIAN OBESITAS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA IDA AYU LAKSMI UTAMI

UNIVERSITAS UDAYANA KEJADIAN OBESITAS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA IDA AYU LAKSMI UTAMI UNIVERSITAS UDAYANA KEJADIAN OBESITAS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA IDA AYU LAKSMI UTAMI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).

Lebih terperinci

PENGKAJIAN LANSIA 2 : PSIKOGERONTIK. Chairul Huda Al Husna

PENGKAJIAN LANSIA 2 : PSIKOGERONTIK. Chairul Huda Al Husna PENGKAJIAN LANSIA 2 : PSIKOGERONTIK Chairul Huda Al Husna MELIPUTI : Pengkajian Status Fungsional Pengkajian Status Kognitif / Afektif Pengkajian Fungsi Sosial PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL Pengukuran kemampuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II NI PUTU ENIK ERNAWATI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA. Oleh : NELDA NILAM SARI

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA. Oleh : NELDA NILAM SARI PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA Oleh : NELDA NILAM SARI 070100081 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA KARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua (= menjadi tua = aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data sensus penduduk tahun 2010 menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa dan

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA PENERAPAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA PUTU ERMA PRADNYANI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA ANAK AGUNG SAGUNG PUTRI KUSUMA DEWI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk lansia. Berdasarkan

Lebih terperinci

TESIS HUBUNGAN KOMPETENSI, MOTIVASI DAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI BALI

TESIS HUBUNGAN KOMPETENSI, MOTIVASI DAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI BALI TESIS HUBUNGAN KOMPETENSI, MOTIVASI DAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI BALI I NENGAH BUDIAWAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo Oleh: WAHYU WIJAYANTI NIM: 13612558 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM PENCEGAHAN NYERI SENDI Di Desa Tatung Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Oleh: ENDAH AYU PRATIWI NIM:

PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM PENCEGAHAN NYERI SENDI Di Desa Tatung Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Oleh: ENDAH AYU PRATIWI NIM: PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM PENCEGAHAN NYERI SENDI Di Desa Tatung Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo Oleh: ENDAH AYU PRATIWI NIM: 13612320 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROLANIS 1. Pengertian Prolanis PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SISWA SMA UNTUK MEWUJUDKAN RUMAH BEBAS ASAP ROKOK DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 I KADEK AGUS DARMA PUTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan hal yang saling berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG 1. IDENTITAS KLIEN Nama : Jenis Kelamin : Umur : Suku : Alamat : Agama : Pendidikan : Status Perkawinan : Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan segala aspek seperti perekonomian, teknologi dan kesehatan memberikan dampak pada usia harapan hidup yang makin meningkat. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA TESIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA TITIS KRISNAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 JUDUL TESIS PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah menunjukkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,

Lebih terperinci

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR YUDI ARDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN

Lebih terperinci