METODE PENGAMBILAN CONTOH UJI KUALITAS AIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENGAMBILAN CONTOH UJI KUALITAS AIR"

Transkripsi

1 METODE PENGAMBILAN CONTOH UJI KUALITAS AIR I. DESKRIPSI 1.1 Tujuan Metode pengambilan contoh uji dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengambilan contoh air dilapangan untuk mendapatkan contoh yang andal untuk uji kualitas air. 1.2 Pengertian Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini adalah : 1. sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteorik; 2. air permukaan adalah air yang terdiri dari air sungai, air danau, air waduk, air saluran, mata air, air rawa dan air gua/air karst; 3. air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan terletak pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas; 4. air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian atas dan bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air; 5. akifer adalah suatu lapisan pembawa air; 6. epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama; 7. termoklin/metalimnion adalah lapisan danau yang mengalami penurunan suhu yang cukup besar (lebih dari 1 0 C/m) ke arah dasar danau; 8. hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama dan lebih dingin dari lapisan di atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif stabil; 9. air meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasion meteo, air meteorik yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampung air hujan; 10. contoh, dalam panduan ini adalah untuk keperluan pemeriksaan kualitas air. 1

2 II. PERSYARATAN PENGAMBILAN CONTOH 2.1 Peralatan Persyaratan Alat Pengambil Contoh Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari logam); 2. mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya; 3. contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi di dalamnya; 4. kapasitas alat 1 5 liter tergantung dari maksud pemeriksaan; 5. mudah dan aman dibawa Jenis Alat Pengambil Contoh Beberapa janis alat pengambil contoh yang dapat digunakan meliputi : 1. Alat pengambil contoh sederhana (lihat gambar 1) berupa : a. botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada permukaan air secara langsung; b. botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu. 2. Alat pengambil contoh setempat secara mendatar yang dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada kedalaman tertentu, contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg (lihat gambar 2) 3. Alat pengambil contoh setempat secara tegak dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya sangat lambat seperti di danau, waduk dan muara sungai pada kedalaman tertentu, contoh alat ini adalah tipe Ruttner (lihat gambar 3) 4. Alat pengambil contoh pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili semua lapisan air, contoh alat ini adalah tipe USDH (lihat gambar 4) 5. Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang diambil, digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air 2

3 limbah atau air sungai yang tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu (lihat gambar 5) 6. Alat pengambil untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi tutup, sehingga alat dapat tertutup segera setelah terisi penuh, contoh alat ini adalah tipe Casella (lihat gambar 6) 7. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi adalah botol gelas yang ditutup kapas/alumunium foil, tahan terhadap panas dan tekanan selama proses sterilisasi; 8. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan plankton berupa jaring yang berpori 173 mesh/inci, yang biasa digunakan adalah jaring plankton no. 20/SI (lihat gambar 7) 9. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan hewan benthos disesuaikan dengan jenis habitat hewan benthos yang akan diambil, beberapa contoh alat untuk jenis habitat tertentu, antara lain : a. Eckman Grab, dibuat dari baja, yang beratnya ± 3,2 kg, dengan ukuran 15 cm x 15 cm, dipergunakan untuk pengambilan contoh pada sumber air yang alirannya relatif kecil dan mempunyai dasar lumpur dan pasir, contoh alat ini adalah tipe Ekcman Grab (lihat gambar 8); b. Jala Surber, terbuat dari benang nilon yang ditenun dan mempunyai ukuran mata jaring 0,595 mm dalam keadaan terbuka, panjang jala 69 cm dan ukuran permukaan depan 30,5 cm x 30,5 cm, alat ini biasa dipergunakan pada sumber air yang alirannya deras dan mempunyai dasar berbatu-batu, contoh alat ini adalah tipe Jala Surber (lihat gambar 9); c. Petersen Grab, terbuat dari baja yang luasnya antara 0,06 0,09 m 2 dengan berat antara 13,7 31,8 kg, biasanya dipergunakan pada sumber air yang mempunyai dasar keras, misalnya lempung, batu dan pasir, contoh alat ini adalah tipe Petersen Grab (lihat gambar 10); d. Ponar Grab, terbuat dari baja yang luasnya 23 x 23 cm 2 dengan berat lebih kurang ± 20 kg, banyak dipergunakan di danau yang dalam dan pada sumber air yang bervariasi, contoh alat ini adalah tipe Ponar Grab (lihat gambar 11). 10. Jaring apung terbuat dari benang nilon yang ditenun, mempunyai ukuran mata jaring 0,595 mm dan luas 929 cm 2, dipergunakan untuk mengumpulkan 3

4 hewan yang hidup dipermukaan sumber air dan lamanya waktu yang dipergunakan dalam satu kali pengambilan adalah 3 jam (lihat gambar 12) Alat Ekstraksi Alat ini terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus pandang dan mudah memisahkan fase pelarut dari contoh Alat Penyaring Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat menahan kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0,45 μm Alat Pendingin Alat ini dapat menyimpan contoh pada 4 0 C, dapat membekukan contoh bila diperlukan dan mudah diangkut ke lapangan. 2.2 Bahan Kimia untuk Pengawet Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa. 2.3 Wadah Contoh Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. terbuat dari bahan gelas atau plastik; 2. dapat ditutup dengan kuat dan rapat; 3. mudah dicuci; 4. tidak mudah pecah; 5. wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan; 6. tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh; 7. tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh; 8. tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh. 2.4 Sarana Pengambilan Contoh Sarana yang dapat digunakan adalah : 4

5 1. sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat pengambilan contoh; 2. bila sarana 1) tersebut diatas tidak ada, maka dapat menggunakan perahu; 3. untuk sumber air yang dangkal, dapat dilakukan dengan merawas. GAMBAR 1 ALAT PENGAMBIL CONTOH AIR SEDERHANA 5

6 GAMBAR 2 ALAT PENGAMBIL CONTOH AIR TIPE MENDATAR (WOHLENBERG) GAMBAR 3 ALAT PENGAMBIL CONTOH AIR TIPE TEGAK (RUTTNER) 6

7 GAMBAR 4 ALAT PENGAMBIL CONTOH TIPE KEDALAMAN TERPADU (INTEGRATED DEPTH SAMPLER-USDH) GAMBAR 5 ALAT PENGAMBIL CONTOH AIR OTOMATIS 7

8 GAMBAR 6 ALAT PENGAMBIL CONTOH GAS TERLARUT TIPE CASELLA (TERMASUK OKSIGEN TERLARUT) 8

9 GAMBAR 7 ALAT PENGAMBIL CONTOH PLANKTON GAMBAR 8 ALAT PENGAMBIL CONTOH HEWAN BENTHOS TIPE ECKMAN GRAB 9

10 GAMBAR 9 ALAT PENGAMBIL CONTOH HEWAN BENTHOS TIPE JALA SURBER GAMBAR 10 ALAT PENGAMBIL CONTOH HEWAN BENTHOS TIPE PETERSEN GRAB 10

11 GAMBAR 11 ALAT PENGAMBIL CONTOH HEWAN BENTHOS TIPE PONAR GRAB GAMBAR 12 ALAT PENGAMBIL CONTOH HEWAN DIPERMUKAAN AIR TIPE JARING APUNG 11

12 2.5 Volume Contoh Volume contoh yang diambil untuk keperluan pemeriksaan lapangan dan laboratorium bergantung dari jenis pemeriksaan yang diperlukan sebagai berikut : 1. untuk pemeriksaan sifat fisik air diperlukan lebih kurang 2 liter; 2. untuk pemeriksaan sifat kimia air diperlukan lebih kurang 5 liter; 3. untuk pemeriksaan bakteriologi diperlukan lebih kurang 100 ml; 4. untuk pemeriksaan biologi air (klorofil) diperlukan 0,5 20 liter (bergantung kadar klorofil di dalam contoh). 2.6 Pola Kerja Urutan pelaksanaan pengambilan contoh kualitas air adalah sebagai berikut : 1. menentukan lokasi pengambilan contoh; 2. menentukan titik pengambilan contoh; 3. melakukan pengambilan concoh; 4. melakukan pengolahan pendahuluan dan pengawetan contoh; 5. pengepakan contoh dan pengangkutan ke laboratorium. 2.7 Pengawetan contoh Pengawetan contoh untuk parameter tertentu diperlukan apabila pemeriksaan tidak dapat langsung dilakukan setelah pengambilan contoh. Jenis bahan pengawet yang digunakan dan lama penyimpanan berbeda-beda tergantung pada jenis parameter yang akan diperiksa (lihat tabel 1). 2.8 Waktu Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya pengambilan hari pertama hari senin jam 06.00, pengambilan berikutnya hari selasa jam dan seterusnya. Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai berikut : 1. untuk keperluan survei pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survei; 12

13 2. untuk keperluan perencanaan danpemanfaatan diperlukan data pemantauan kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap, tergantung pada jenis air dan tingkat pencemaran sebagai berikut : a. sungai/saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama setahun; b. sungai/saluran yang tercemar ringan sampai sedang, sebulan sekali selama setahun; c. sungai/saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama setahun; d. danau/waduk setiap dua bulan sekali selama setahun; e. air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun; f. air meteorik sesuai dengan keperluan. 3. untuk studi dan penelitian. 13

14 III. CARA PELAKSANAAN PENGAMBILAN CONTOH 3.1 Lokasi Pengambilan Contoh Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan pada tujuan pemeriksaan. Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada air permukaan dan air tanah Air Tanah Lokasi pengambilan contoh di air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai (PDS), berdasarkan pada : a. sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit pencemaran; b. sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau di hilir sumber pencemar; c. sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat penyadapan pemanfaatan sumber air tersebut (lihat gambar 13). 2. Pemantauan kualitas air pada danau/waduk berdasarkan pada (lihat gambar 14) : a. tempat masuknya sungai ke danau/waduk; b. di tengah danau/waduk; c. lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan; d. tempat keluarnya air danau/waduk Air Tanah Lokasi pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak tertekan) dan air tanah tertekan dengan penjelasan sebagai berikut (lihat gambar 15) : 1. Air tanah bebas (tidak tertekan ) a. sebelah hulu dan hilir lokasi penimbunan/pembuangan sampah kota / Industri; b. sebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan pupuk kimia; 14

15 c. di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin; d. tempat-tempat lain yang dianggap perlu. 2. Air tanah tertekan a. di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan, pedesaan, pertanian dan industri; b. di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum; c. di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah; d. di lokasi kawasan industri; e. di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan; f. pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis (misalnya : cekungan artesis Bandung); g. pada sumur observasi di wilayah pesisir dimana terjadi penyusupan air asin; h. pada sumber observasi penimbunan/pengolahan limbah industri bahan berbahaya dan beracun (B3); i. pada sumur lainnya yang dianggap perlu. Menentukan Titik Pengambilan Contoh Air Permukaan Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. di sungai, titik pengambilan contoh di sungai (lihat gambar 16) dengan ketentuan: a. sungai dengan debit kurang dari 5 m 3 /detik, contoh diambil pada satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air; b. sungai dengan debit antara m 3 /detik, contoh diambil pada dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air; c. sungai dengan debit lebih dari 150 m 3 /detik contoh diambil minimun pada eman titik masing-masing pada jarak ¼, ½ dan ¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air. 15

16 2. di danau/waduk, titik pengambilan contoh di danau/waduk (lihat Gambar 17) dengan ketentuan : a. danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk; b. danau/waduk dengan kedalaman antara m, contoh diambil pada tiga titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau / waduk; c. danau/waduk dengan kedalaman antara m, contoh diambil pada empat titik, yaitu : dipermukaan, di lapisan termoklin (metalimnion), di atas hipolimnion dan di dasar danau/waduk; d. danau/waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan. Air Tanah Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Air tanah bebas a. pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air dan sebaiknya diambil pada pagi hari; b. pada sumur bor dengan pompa tangan/mesin, contoh diambil dari kran/mulut pompa keluarnya air setelah air dibuang selama lebih kurang lima menit. 2. Air tanah tertekan (artesis) a. pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang telah ditentukan sesuai keperluan eksplorasi; b. pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur setelah air dalam sumur bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali; c. pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa keluarnya air. 16

17 Keterangan : 1. Penyediaan air untuk kota yang besar 2. Perikanan dan rekreasi 3. Irigasi dan pertanian dalam skala besar 4. Batas pasang surut sungai 5. Untuk keperluan industri 6. Hilir dari buangan industri dan anak sungai yang mempengaruhi sungainya 7. Lokasi hulu, belum ada kegiatan Keterangan : 1. Tempat masuknya anak sungai ke danau 2. Kualitas air danau pada umumnya 3. Penyediaan air untuk perkotaan 4. Tempat keluarnya air danau GAMBAR 14 DIAGRAM LOKASI PENGAMBILAN CONTOH AIR DANAU 17

18 Keterangan : 1. Sumur produksi untuk penyediaan air kota 2. Sumur produksi untuk penyediaan air irigasi 3. Sumur observal untuk pemantauan dampak pencemaran perkotaan 4. Sumur observal untuk pemantauan dampak pencemaran industri 5. Sumur observal untuk pemantauan dampak interval air GAMBAR 15 DIAGRAM LOKASI PENGAMBILAN CONTOH AIR TANAH 18

19 Keterangan : Titik pengambilan contoh air dengan akat tipe mendatar Titik pengambilan contoh air dengan akat tipe tegak terpadu d : kedalaman air L : lebar sungai GAMBAR 16 TITIK PENGAMBILAN CONTOH AIR SUNGAI 19

20 Keterangan : Titik pengambilan contoh d : kedalaman air GAMBAR 17 TITIK PENGAMBILAN CONTOH WADUK / DANAU 20

21 Pengambilan Contoh Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Sifat Fisik dan Kimia Air Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah : 1. menyiapkan alat pengambilan contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air; 2. membilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak tiga kali; 3. mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara hingga merata; 4. apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap titik harus sama. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Oksigen Terlarut Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ; 1. cara langsung; tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai berikut : a. siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah; b. celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon; c. isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara selama pengisian, kemudian botol ditutup; d. contoh siap dianalisis. 2. dengan alat khusus; tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus sebagai berikut : a. siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah; b. masukkan botol ke dalam alat khusus (lihat gambar 6); c. ikuti prosedur pemakaian alat tersebut. 21

22 Pemeriksaan Mikrobiologi Pengambilan contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan pada air tanah dengan penjelasan sebagai berikut : 1. air permukaan secara langsung (lihat gambar 18); tahapan pengambilan contoh ini sebagai berikut : a. siapkan botol yang volumenya paling sedikit 100 ml dan telah disterilkan pada suhu C selama 15 menit atau dengan cara sterilisai lain; b. ambil contoh dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan celupkan botol steril ± 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi mulut botol berlawanan dengan arah aliran. 2. air permukaan secara tidak langsung dari jembatan atau lintasan gantung (lihat gambar 19); tahapan pengambilan ini sebagai berikut : a. siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium; b. ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol; c. buka pembungkus kertas di bagian mulut botol dan turunkan botol perlahan-lahan ke dalam permukaan air; d. tarik tali sambil digulung; e. buang sebagian isi botol hingga volumenya ±3/4 volume botol; f. bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali. 3. air tanah pada sumur gali; tahapan pengambilan contoh sama dengan pengambilan contoh pada air permukaan dari jembatan atau lintasan gantung. 4. air tanah pada kran air (lihat gambar 20); Tahapan pengambilan contoh sebagai berikut : a. siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium; b. bukan kran selama 1-2 menit; c. sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar uap air; d. alirkan lagi air selama 1-2 menit; e. buka tutup botol steril dan isi sampai ±3/4 volume botol; f. bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup lagi. 22

23 GAMBAR 18 PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI PADA AIR SECARA LANGSUNG GAMBAR 19 PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI PADA AIR PERMUKAAN DARI JEMBATAN 23

24 GAMBAR 20 CARA PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI DARI SUMUR PRODUKSI 24

25 3.4 Pemeriksaan di Lapangan Pekerjaan yang dilakukan meliputi : 1. pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung setelah pengambilan contoh. Unsur-unsur tersebut antara lain; ph, suhu, daya hantar listrik, alkaliniti, asiditi dan oksigen terlarut; 2. semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di lapangan, yang meliputi nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas (lihat Contoh Catatan Lapangan) 3.5 Pengolahan Pendahuluan Contoh Penyaringan Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai berikut : 1. contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan; 2. masukkan kedalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0-0,45 μm dan saring sampai selesai; 3. air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan keperluan Ekstraksi Contoh untuk Pemeriksaan Pestisida Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut : 1. contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan gelas ukur; 2. tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak; 3. bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-hexana 85% dan Diethyl Ether 15%), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam labu ekstrak dan kocok selama 2 menit; 4. biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sediki ±10 menit; 5. tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati tuangkanlah lapisan fase organik melalui kolom yang berdiameter luar 2 cm dan berisi Na 2 SO 4 bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus; 25

26 6. tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak; 7. ulangi langkah (3) sampai (6) 2 kali lagi; 8. bilas kolom dengan pelarut hexana ± 20 ml; 9. satukan hasil ekstrak dalam botol khusus Ekstrak Contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut : 1. diukur 1 liter contoh dengan gelas ukur; 2. ditambahkan 5 ml asam khlorida (HCI 1:1), sampai ph <2; 3. dimasukkan kedalam labu ekstrak; 4. gelas ukur tadi dibilas secara hati-hati dengan 30 ml pelarut organik (jenis pelarut organik disesuaikan dengan metode pemeriksaan yang digunakan), dan masukkan ke dalam labu ekstrak; 5. dikocok kuat-kuat selama 2 menit dan bila terjadi emulsi yang stabil (tidak terjadi pemisahan fase yang jelas), dikocok lagi selama 5-10 menit; 6. dibiarkan sampai terjadi pemisahan fase; 7. fase organiknya dikeluarkan melalui corong yang berisi kertas saring dan Na 2 SO 4 ke dalam wadah cntoh khusus; 8. dimasukkan lagi 30 ml pelarut organik ke dalam labu ekstrak; 9. ulangi langkah (5) sampai (8) 2 kali lagi; 10. hasil ekstrak disalurkan ke dalam wadah contoh khusus; 11. kertas saring dicuci dengan ml pelarut organik dan disatukan dengan ekstrak ke dalam wadah contoh khusus tadi. 3.6 Pengawetan Contoh Pengawetan Cara Fisika Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginan contoh pada suhu 4 0 C atau pembekuan Pengawetan Cara Kimia Pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis parameter yang diawetkan. Beberapa cara pengawetan adalah sebagai berikut : 26

27 1. pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam klorida pekat atau asam sulfat pekat ke dalam contoh sampai ph <2; 2. penambahan biosida ke dalam contoh, jenis biosida dan dosisnya tercantum pada Tabel 1; 3. penambahan larutan basa (biasanya larutan natrium hidroksida, NaOH) ke dalam contoh sampai ph Pengepakan dan Pangangkutan Contoh Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, diberi label. Pada label tersebut dicantumkan keterangan mengenai lokasi pengambilan, tanggal dan jam pengambilan, cuaca, jenis pengawet yang ditambahkan, petugas yang mengambil contoh dan sketsa lokasi. Wadah-wadah contoh yang telah ditutup rapat dimasukkan ke dalam kotak yang telah dirancang secara khusus agar contoh tidak tertumpah selama pengangkutan ke laboratorium. 3.8 Penyajian Data Hasil Pemeriksaan Lapangan Hasil pemeriksaan lapangan disajikan sebagai berikut : 1. hasil perhitungan pemeriksaan di lapangan dicatat dalam buku catatan lapangan (lihat Contoh Catatan Lapangan); 2. diteliti kembali secara perhitungan dan satuan yang dipakai; 3. data dari catatan lapangan dipindahkan ke formulir (lihat Contoh Formulir Data). 27

28 TABEL 1 CARA PENGAWETAN DAN PENYIMPANAN CONTOH UJI AIR PENETAPAN TEMPAT PENYIM- PANAN KEPERLU- AN CONTOH (ml) PENGAWETAN BATAS PENYIM- PANAN Asiditas Alkalinitas KOB Boron Kalsium Kesadahan Karbon Organik Total Karbon dioksida KOK Khlorida Sisa khlor Khlorofil Warna Sianida Fluorida Minyak & Lemak Detergen Logam terlarut Logam total Ammonia-N Nitrat-N Nitrit-N Organik-N Oksigen terlarut Pestisida PH Fenol (B) P G P G G, botol KOB G (S) G Pendinginan Pendinginan Pendinginan Tanpa pengawetan Tambah HNO 3 sp ph < 2 Tambah HNO 3 sp ph < 2 Pendinginan dan + H 2 SO 4 sp ph < 2 Segera dianalisis di lapangan Tambah H 2 SO 4 sp ph < 2 Tanpa pengawetan Segera dianalisis di lapangan Dibekukan & simpan dalam ruang gelap Pendinginan Tambah NaOH sp ph > 12, pendinginan Tanpa pengawetan Tambah H 2 SO 4 sp ph < 2, dinginkan Disaring segera, + HNO 3 sp ph < 2 Tambah HNO 3 sp ph < 2 Tambah H 2 SO 4 sp ph < 2, dinginkan Tambah H 2 SO 4 sp ph < 2, dinginkan Dinginkan Pendinginan, Tambah H 2 SO 4 sp ph < 2 Segera dianalisis Dinginkan & mg Na 2 S 2 O 3 bila sisa klor ada Segera dianalisis Pendinginan, Tambah H 2 SO 4 sp ph < 2 14 hari 14 hari 48 jam 28 hari 6 bulan 6 bulan 28 hari 28 hari Tidak terbatas 2 jam 30 hari 48 jam 14 hari 28 hari 28 hari 6 bulan 6 bulan 28 hari 48 jam 48 jam 28 hari 7 hari 2 jam 28 hari 28

29 Fosfat Residu/Solid Salinitas G (A) G Untuk fosfat terlarut saring, segera dinginkan Dinginkan Tutup dengan lapisan lilin Dinginkan 48 jam 14 hari 6 bulan Silika P hari Sulfat Sulfida Temperatur Kekeruhan P,G Pendinginan + 4 tetes 2 N Znasetat/100 ml, atau dinginkan Segera dianalisis Simpan di tempat gelap 28 hari 28 hari 48 jam 29

30 CATATAN LAPANGAN Nama sumber air : Sungai Kaligarang Lokasi : Sampangan Tanggal dan waktu : 19 Mei jam Temperatur air/udara : 29/30 o C Tinggi muka air/debit/ : 3 m/150 m 3 /detik Kedalaman air sumur Keadaan cuaca : Cerah Keadaan fisik sumber air : Air keruh Hasil pemeriksaan di lapangan : ph : 7,5 Oksigen : 3,0 mg/l Terlarut DHL : 200 umhos/cm Alkalinitas : 56 mg/l CaCO 3 Asiditas : 8,3 mg/l Nama petugas : Agus, M Sketsa Lokasi : 30

31 31

Metode pengambilan contoh kualitas air

Metode pengambilan contoh kualitas air Standar Nasional Indonesia Metode pengambilan contoh kualitas air ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot

Lebih terperinci

METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL

METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL PENDAHULUAN Memegang peranan sangat penting akan mempengaruhi data hasil analisis. Apabila terdapat kesalahan dalam pengambilan contoh, maka contoh yang diambil tidak

Lebih terperinci

METODE PENGAMBILAN CONTOH UJI AIR.

METODE PENGAMBILAN CONTOH UJI AIR. METODE PENGAMBILAN CONTOH UJI AIR chamri@hotmail.com Perencanaan Pengambilan Contoh Air Menentukan tujuan pengambilan sampel air Menentukan alat pengambilan sampel yang sesuai Menentukan apakah alat pengambilan

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai

Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai ICS 13.060.45 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BUKUAJAR AI{ALISISAIR

BUKUAJAR AI{ALISISAIR BUKUAJAR AI{ALISISAIR Disusun oleh: Dr. I Made Gunamantha, S.T., M.M. Dr. rer. nat. I Gusti NgurahAgung Suryaputra, S.T., M.Sc. TIND**#TAPRESS PRAKATA Terlebih dahulu, penulis memanjatkan puji syukur kepada

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL KIMIA AIR DAN MINERAL XI ANALIS KIMIA

PENGAMBILAN SAMPEL KIMIA AIR DAN MINERAL XI ANALIS KIMIA PENGAMBILAN SAMPEL KIMIA AIR DAN MINERAL XI ANALIS KIMIA APA ITU SAMPEL?? POPULASI : KESELURUHAN ELEMEN YANG KITA TELITI BAGIAN DARI POPULASI Mengapa kita harus memperhatikan pengambilan sampel? EFISIEN

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 57: Metoda pengambilan contoh air permukaan

Air dan air limbah Bagian 57: Metoda pengambilan contoh air permukaan Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 57: Metoda pengambilan contoh air permukaan ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

PENGAMBILAN SAMPEL AIR PENGAMBILAN SAMPEL AIR A. Pemeriksaan : Pengambilan Sampel Air B. Tujuan :Untuk memperoleh sampel air guna pemeriksaan parameter lapangan C. Metode : Langsung D. Prinsip : Sungai dengan debit kurang dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah pelanggan PDAM di Kota Gorontalo, sedangkan untuk pemeriksaan cemaran logam

Lebih terperinci

( khususnya air minum ) cukup mengambil dari sumber sumber air yang ada di

( khususnya air minum ) cukup mengambil dari sumber sumber air yang ada di 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 58: Metoda pengambilan contoh air tanah

Air dan air limbah Bagian 58: Metoda pengambilan contoh air tanah Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 58 Metoda pengambilan contoh air tanah ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air LEMBAR KERJA SISWA 1 Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air Apakah air yang kamu gunakan dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Sungai Bone. Alasan peneliti melakukan penelitian di Sungai Bone, karena dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor, atau dari hasil pencucian yang tidak/kurang bersih akan menyukarkan proses pencucian atau

Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor, atau dari hasil pencucian yang tidak/kurang bersih akan menyukarkan proses pencucian atau Di laboratorium, kegiatan pencucian, umumnya ditujukan pada peralatan/instrumen, atau benda lainnya yang terbuat dari gelas. Pengetahuan tentang sifat dari suatu bahan atau zat (seperti daya larut di dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

LABORATORIUM LINGKUNGAN

LABORATORIUM LINGKUNGAN PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 1 PERATURAN DAN TATA TERTIB KEGIATAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR (ANALISIS AIR) (situs Ini Asa, Cerita dan Tujuan Analis Kesehatan) Oleh : OKTIA EKA RINASIH NIM : G0C015051

PENGAMBILAN SAMPEL AIR (ANALISIS AIR) (situs Ini Asa, Cerita dan Tujuan Analis Kesehatan) Oleh : OKTIA EKA RINASIH NIM : G0C015051 1 - PENGAMBILAN SAMPEL AIR (ANALISIS AIR) (situs Ini Asa, Cerita dan Tujuan Analis Kesehatan) Oleh : OKTIA EKA RINASIH NIM : G0C015051 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian pengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literatur mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya tidak ada air di bumi. Namun, air dapat menjadi malapetaka jika

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah

Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alur penelitian, berikut merupakan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. STUDI LITERATUR

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah

Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi 17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 34 LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR TPA TAMANGAPA DENGAN PARAMETER BIOLOGI Farida Nur Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin ABSTRAK TPA Tamangapa merupakan tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011. Ekstraksi, analisis sifat kimia ekstrak campuran bahan organik dan analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hidrologi Hidrologi merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Hidrologi adalah ilmu yang membahas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

Gambar 1. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Biologi Pada Permukaan Secara Langsung

Gambar 1. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Biologi Pada Permukaan Secara Langsung Lampiran 1. Metode Pengambilan Contoh Air Pemeriksaan Mikrobiologi (SNI 06-2412-1991) Pengambilan contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan pada air permukaan dan air tanah dengan penjelasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 25 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan menjelaskan tentang diagram alir penelitian serta prosedur pengambilan data, teknik pengumpulan data, dan perhitungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non equivalent control

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literature mencari data dan informasi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III Olimpiade Kimia Indonesia Kimia UJIAN PRAKTEK Petunjuk : 1. Isilah Lembar isian data pribadi anda dengan lengkap (jangan disingkat) 2. Soal Praktikum terdiri dari 2 Bagian:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1 Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Diloniyohu Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo, dan untuk pengujian kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum Dalam bab ini menjelaskan cara penelitian yang dilakukan untuk menaikkan kualitas air hujan dengan batu kapur, baru kapur yang dipanaskan 400 C, karbon aktif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Aspek Teknis 5.1.1 Data Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk Kabupaten Jembrana selama 10 tahun terakir berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan dan pengawetan sampel plankton dilakukan di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu Magetan Jawa Timur pada bulan Agustus 2011 dengan denah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok Didiamkan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Bahan Pencemar Limbah Cair Yang Dibuang ke Perairan Hasil analisis karakteristik sifat fisika, kimia, dan mikrobiologi pada masingmasing lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3 Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Kerang Diambil daging Ditambah 25 ml aquades Ditambah 10 ml HNO 3 Dipanaskan dengan suhu 120 0 C selama 30 menit Didinginkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci