TUGAS KULIAH BAB 5. ANALISIS SPASIAL
|
|
- Ivan Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TUGAS KULIAH BAB 5. ANALISIS SPASIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT SEMESTER : Genap Sks : 6 sks Waktu : 2 minggu setelah penugasan 1. TUJUAN TUGAS : Mahasiswa mengetahui contoh-contoh aplikasi GIS untuk mendukung kegiatan pertanian berlanjut di skala bentang lahan. 2. URAIAN TUGAS 2.1. Obyek garapan : Melakukan kajian di web site ataupun pustaka lainnya untuk memberikan contoh aplikasi GIS untuk mendukung kegiatan pertanian berlanjut di skala bentang lahan Hal-hal yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Apa itu GIS? Membuat keputusan berdasarkan geografi adalah dasar pemikiran manusia. Di mana kita akan pergi, akan kemana kita pergi, dan apa yang harus kita lakukan ketika kita sesampai di tujuan semua berlandaskan geografi. Dengan memahami geografi dan hubungan masyarakat dengan tempat tinggalnya, kita dapat membuat keputusan yang baik tentang cara kita hidup di muka bumi ini. Sebuah sistem informasi geografis (GIS) adalah alat teknologi untuk memahami geografi secara komperhensif dan membuat keputusan secara cerdas. GIS mengatur data geografis sehingga orang membaca peta dapat memilih data yang diperlukan untuk merancang suatu kegiatan. Sebuah peta tematik memiliki daftar isi yang memungkinkan pengguna untuk menambahkan layer informasi ke peta dasar yang memberikan gambaran bentang lahan di lapangan. Sebagai contoh, seorang analis sosial mungkin menggunakan peta dasar dari peta rupa bumi yang diterbitkan oleh Bakosurtanal dan menggunakan data sensus dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menambahkan layer data ke peta yang menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat, usia, dan status pekerjaan. Dengan kemampuan untuk menggabungkan berbagai dataset pada beberapa informasi tertentu, GIS adalah alat yang berguna untuk hampir semua bidang ilmu termasuk pertanian berlanjut. Sebuah program GIS yang baik adalah mampu memproses data geografis dari berbagai sumber dan mengintegrasikannya ke dalam sebuah produk peta yang dimanfaatkan untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Banyak negara memiliki banyak data geografis untuk dianalisis, dan pemerintah sering membuat dataset GIS yang tersedia 1
2 untuk umum. File database peta sering diperoleh bersama dengan paket GIS, yang lainnya dapat diperoleh baik dari vendor komersial dan instansi pemerintah (BAKOSURTANAL). Beberapa data dikumpulkan di lapangan melalui survei lapangan dan dilakukan penetapan unit global positioning yang melampirkan koordinat lokasi (lintang dan bujur) dengan obyek yang dipetakan misalnya lokasi pasar tradisional dengan alat GPS (Global Position System). Peta GIS bersifat interaktif. Pada layar komputer, pengguna dapat menumpangtindihkan peta peta GIS ke segala arah, memperbesar atau memperkecil, dan mengubah sifat dari informasi yang terdapat dalam peta. Mereka dapat memilih apakah akan melihat jalan, berapa banyak jalan untuk dilihat, dan bagaimana jalan harus digambarkan. Kemudian mereka dapat memilih apa item-item lainnya yang mereka ingin dilihat, misalnya jalan-jalan digabungkan dengan saluran irrigasi, petak-petak sawah, tanaman langka, atau pusat pasar induk produk pertanian. Beberapa program GIS dirancang untuk melakukan perhitungan canggih untuk melacak wilayah yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang atau memprediksi pola erosi. Aplikasi GIS dapat dimasukkan ke dalam kegiatan-kegiatan umum seperti memverifikasi alamat dan peta jalan. Dari kegitan rutin dapat juga membantu dalam kegiatan keiluman kita dalam rangka menjelajahi yang kompleksitas rupa bumi. GIS memberikan bantuan kepada kita dalam memahami, mengelola kondisi geografis, sehingga kita menjadi lebih produktif, lebih menyadari, dan lebih responsif terhadap permasalahan kehidupan di muka bumi ini. GIS untuk Pertanian Berkelanjutan Menyediakan kebutuhan pangan, sandang dan energi bagi penduduk di muka bumi ini baik untuk generasi saat ini dan mendatang dengan pasokan yang semakin terbatas membutuhkan kepedulian terhadap ekonomi lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Teknologi sistem informasi geografis (GIS) memungkinkan mendukung petani untuk kegiatan budidaya pertanian, pembangunan ekonomi, penguatan kelembagaan masyarakat perencana masyarakat, untuk melakukan penelitian dan menyusun kegiatan-kegiatan yang akan memungkinkan keberlanjutan produksi pangan, sandang dan energi untuk menjamin kelangsungan perikehidupan masyarakat. Kegiatan ini dapat melalui misalnya penerapan pertanian organik, penerapan presisi pertanian, kajian lahan yang paling menguntungkan untuk usaha-usaha pertanian, dan penilaian evaluasi lahan untuk pengembangan komoditi pertanian yang memiliki sistem pasar yang prospektif, penetapan lahan-lahan pertanian yang potensial untuk mendukung ketahanan pangan allotting lahan pertanian untuk pengawetan untuk mengamankan produksi pangan dan konservasi sumber daya lahan melalui kegiatan mengumpulkan, mengelola, menganalisa, melaporan, dan sejumlah besar data terkait pertanian berkelanjutan. Data tersebut tentunya akan membantu dalam merumuskan, menemukan dan membangun praktek-praktek pertanian berkelanjutan. Pakar dan pelaku pertanian memanfaatkan perangkat lunak GIS digunakan dalam agribisnis pertanian untuk penerapan presisi pertanian, manajemen lahan, operasi bisnis, dan banyak lagi aspek terkait dengan pertanian berlanjut. GIS menyediakan sarana untuk pemahaman spasial melihat variabel yang mempengaruhi hasil panen, erosi dan resiko kekeringan, dan peluang bisnis. Petani kini dapat mengakses data pertanian online dari layanan pemerintah seperti penilaian tanah dari Pusat Penelitian 2
3 Tanah Indonesia, Kementrian Pertanian, data atau cuaca dan data iklim dari BMG terutama terkait perubahan iklim dan mengintegrasikannya ke dalam proyek pemetaan mereka. Hal ini dapat membantu kita dalam membuat keputusan dengan memanfaatkan informasi tersebut membantu meningkatkan produksi dan mengurangi biaya yang kita pertanggung jawabkan melalui praktek-praktek pertanian berkelanjutan. Aspek server berbasis GIS memungkinkan berbagi data penting di seluruh dunia dan menghemat waktu yang berharga dan sumber daya. Teknologi ArcGIS yang mobile menyediakan sarana untuk mengakses dan mengumpulkan data yang relevan dalam bidang pertanian untuk pengendalian hama, perlakuan terhadap manajemen tanah, dan pengendalian gulma.teknologi GIS juga dapat digunakan untuk mendukung perencanaan berkelanjutan untuk praktek pertanian yang efisien. Contoh-contoh pemanfaat GIS adalah digunakan untuk: 1. Memprediksi kondisi kekeringan. 2. Memonitor sumber daya air. 3. Visualisasikan data remote sensing. 4. Model data dari berbagai sumber. 5. Mengevaluasi dampak ekonomi dan lingkungan. 6. Berbagi data dan peta antar lembaga / institusi. 7. Mematuhi peraturan perencanaan dan pelaporan. 8. Mendidik dan menyarankan masyarakat melalui layanan online. Dalam tugas ini mahasiswa diharapkan mengetahui bahwa para pakar dan pelaku pertanian menggunakan untuk aspek kegiatan (1) pemantauan produksi dibidang pertanian, (2) penilaian resiko usaha pertanian, (3) pengendalian hama dan penyakit, (4) pemantuan budidaya pertanian, (5) presisi pertanian, (6) pengelolaan sumberdaya air dan (7) kajian biodiversitas bentang lahan (kusus untuk biodiversitas lahan telah dikuliahkan minggu ke 4 sehingga tidak diberikan pengantar di uraian berikut). 1. Pemantauan Produksi GIS menawarkan kesempatan petani untuk meningkatkan produksi, mengurangi biaya produksi, dan mengelola tanah mereka lebih efisien. Dari kegiatan pemetaan di lapangan dapat digunakan untuk analisis ilmiah data produksi di kantor dinas pertanian misalnya, GIS dapat membantu memberikan informasi perbedaan dalam produksi pertanian sehingga dapat memberikan keputusan untuk: 1. Mengurangi biaya input pertanian seperti pupuk, bahan bakar, benih, tenaga kerja, dan transportasi. 2. Meningkatkan keberlanjutan sistem produksi biomassa baru dan output tambahan biogas, namun tetap mempertahankan keuntungan sistem pertanian yang telah dijalankan. 2. Penilaian Risiko Karena risiko keuangan selalu melekat dan terlibat dalam produksi pertanian, petani dapat mengasuransikan tanaman terhadap potensi risiko gangguan fisik seperti kekeringan, serangan hama danpenyakit, kebanjiran dll. 3
4 Perusahaan asuransi yang menanggung risiko ini menghitung biaya untuk membeli asuransi berdasarkan tabel penilaian risiko yang dikembangkan oleh perusahaan asuransi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan tingkat asuransi termasuk risiko fisik, serta sejarah klaim atas sebidang tanah tertentu dan manajemen saat ini dari sistem pertanian yang berjalan, untuk menilai apakah praktik terbaik yang digunakan, sehingga mengurangi risiko. 3. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit tanaman bergantung pada data yang akurat tentang jumlah dan lokasi dari serangan hama dan penyakit atau infestasi lainnya yang dilakukan petani dalam suatu area bentang lahan tertentu. GIS memainkan peran penting dalam pengumpulan data, interpolasi, dan analisis. Data dapat 1. Cepat terkumpul di lapangan menggunakan produk mobile GIS 2. Dianalisis di kantor perusahaan / dinas pertanian dengan desktop GIS 3. Disebarkan melalui Web dengan perangkat lunak server geospasial Dengan pendekatan ini, data serangan hama dan penyakit dapat cepat dikumpulan / dianalisis / diproses dan distribusikan untuk menyediakan informasi petani dengan data terkini tentang lokasi wabah hama, potensi risiko, dan rekomendasi untuk pengendaliannya. Karena pestisida menimbulkan potensi bahaya terhadap lingkungan, dinas pertanian atau perusahaan harus hati-hati mengelola aplikasi pestisida untuk mencapai suatu keseimbangan yang memadai antara kepentingan ekonomi masyarakat pertanian dan kesehatan masyarakat yang lebih besar. Menyimpan informasi ini dalam GIS memungkinkan para pengambil keputusan untuk: 1. Lebih baik mengelola proses permohonan izin. 2. Melakukan pemantauan kualitas air. 3. Menyelidiki peristiwa titik sumber pencemaran. 4. Pemantauan Budidaya Pertanian Menggunakan teknologi mobile GIS, petani dapat mengukur, merekam, dan memetakan karakteristik kondisi lapangan untuk hal-hal seperti kontrol vektor, kekurangan / kekahatan unsur hara, dan penggunaan air selama inspeksi rutin di lahan usahanya. Ketika mengumpulkan data di lapangan, langkah-langkah perbaikan dapat dengan cepat ditetapkan dan diterapkan. Di kantor, data yang baru dikumpulkan dapat digunakan untuk mendiagnosis kondisi lahan tertentu, atau tanaman tertentu atau serangan hama tertentu. 4
5 Peralatan opsional, seperti kamera digital, range finders, dan perangkat GPS, dapat dengan mudah ditambahkan ke mobile GIS untuk meningkatkan kecanggihan pengumpulan data. 5. Presisi Pertanian Teknologi informasi telah membuat dampak besar pada pertanian, khususnya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dalam hubungannya dengan alat GIS. Dengan mengintergrasikan GPS ke dalam praktek pertanian yang telah berjalan, petani, peneliti, dan konsultan mampu meningkatkan ketepatan kegiatan budidaya pertanian dengan menerapkan kegiatan budidayanya pada skala sub petak. Presisi pertanian dan keterkaitannya dengan teknologi variable rate adalah hasilnya. Potensi faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman dapat diidentifikasi, dipetakan, dan digunakan untuk memberikan solusi pelaksanaan budidaya pertanian yang lebih produktif. Presisi tingkat lapangan membuka jalan untuk lebih baik mengelola keragaman dibanding kegiatan sebelumnya, dimana sebelum dikenalkan presisi pertanian dalam hal perawatan, kondisi lapangan itu biasanya dianggap homogen. Presisi pertanian (PF) dan teknologi variable rate (VRT) menggunakan spasial database dalam variabel bidang lingkungan hidup dan pengelolaan dengan tujuan menyamakan penerapan input lapangan sekaligus memaksimalkan produksi di seluruh lahan. 6. Manajemen Sumberdaya Air GIS adalah alat yang akrab digunakan bagi mereka yang mengelola sumber daya air untuk keperluan pertanian dan konservasi sumberdaya air. Hal ini dapat membantu menetapkan kewenangan hak pemakaian air untuk pertanian, mendukung aplikasi izin pengeboran untuk keperluan irigasi, dan melacak transaksi hak pemakaian air. GIS juga dapat digunakan untuk merencanakan hilangnya air dari drainase tanah dan saluran sistem irrigasi, serta membantu menentukan kesesuaian, efektivitas biaya, dan prioritas kegiatan instalasi saluran pipa irrigasi. Untuk itu melalui tugas ini mahasiswa diharapkan melakukan pencarian informasi melalui web atau pustaka tentang satu contoh aplikasi GIS untuk kegiatan (1) pemantauan produksi dibidang pertanian, (2) penilaian resiko usaha pertanian, (3) pengendalian hama dan penyakit, (4) pemantuan budidaya pertanian, (5) presisi pertanian, (6) pengelolaan sumberdaya air dan (7) kajian biodiversitas bentang lahan untuk kegiatan pertanian berlanjut, dan memberikan analisisnya tentang kemungkinan contoh tersebut diterapkan di salah satu sistem pertanian di Indonesia menuju penerapan pertanian berlanjut. 5
6 3. PENYUSUNAN LAPORAN Hasil dari tugas ini disusun dalam bentuk laporan tertulis dan presentasi untuk dikumpulkan kepada dosen / assisten dosen di kelas masing-masing dengan susunan sebagai berikut (1) halaman Judul tugas dan penulisnya, (2) masing-masing satu contoh tentang aplikasi GIS untuk kegiatan (a) pemantauan produksi dibidang pertanian, (b) penilaian resiko usaha pertanian, (c) pengendalian hama dan penyakit, (d) pemantuan budidaya pertanian, (e) presisi pertanian, (f) pengelolaan sumberdaya air dan (g) kajian biodiversitas bentang lahan untuk kegiatan pertanian berlanjut ; (3) penjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian yang bagaimana penerapkan GIS tersebut dilakukan, macam data spatial apa saja yang dibutuhkan dalam menyusun contoh tersebut, bagaimana manfaat penerapan GIS tersebut dalam menjalankan sistem pertanian (4) Uraian bagaimana peluang masing-masing contoh tersebut diterapkan di salah satu sistem pertanian di Indonesia menuju penerapan pertanian berlanjut, (5) Pembahasan Umum dan Kesimpulan. Kegiatan ini dilakukan secara individu oleh masing-masing mahasiswa yang mengambil matakuliah Pertanian Berlanjut. Selain dibuat dalam bentuk laporan makalah, tugas ini juga harus dipresentasikan pada saat kegiatan tutorial kelas (pada minggu ke 5 perkuliahan (7-10 Oktober 2013). Sedangkan untuk tugas laporan dalam bentuk makalah dikumpulkan paling lambat 2 minggu sejak penugasan ke asisten masing-masing. 6
7 4. KRITERIA PENILAIAN GRADE SKOR INDIKATOR KINERJA kurang >45-50 Antara Cukup dan Kurang >50 55 Cukup >50-60 Antara Baik dan Cukup >60 70 Baik >70-75 Antara Sangat Baik dan Baik Sangat Baik >80 >75-80 susunan laporan ke 1 dan ke 2, untuk susunan ke 2 dibuat tidak lengkap susunan laporan ke 1 dan ke 2, untuk susunan ke 2 dibuat lengkap tetapi hanya gambar contoh saja susunan laporan ke 1, 2 dan ke 3. Untuk susunan laporan ke 3 dibuat lengkap tetapi uraiannya kurang inovatif dalam menjalankan pertanian berlanjut susunan laporan ke 1, 2 dan ke 3. Untuk susunan laporan ke 3 dibuat lengkap dan uraiannya cukup inovatif dalam menjalankan pertanian berlanjut, sedang susunan ke 4 dan 5 kurang bermakna. Mengumpulkan tugas lengkap dengan susunan laporan ke 1, 2, 3, 4 dan ke 5. Untuk susunan laporan ke 3, 4, dan 5 dibuat lengkap dan uraiannya inovatif dalam menjalankan pertanian berlanjut. Mengumpulkan tugas lengkap dengan susunan laporan ke 1, 2, 3, 4 dan ke 5. Untuk susunan laporan ke 3, 4, dan 5 dibuat lengkap dan uraiannya inovatif dalam menjalankan pertanian berlanjut, serta uraian ke 4 layak diterapkan di Indonesia. Mengumpulkan tugas lengkap dengan susunan laporan ke 1, 2, 3, 4 dan ke 5. Untuk susunan laporan ke 3, 4, dan 5 dibuat lengkap dan uraiannya sangat inovatif dan inspiratif dalam menjalankan pertanian berlanjut, serta uraian ke 4 sangat layak diterapkan di Indonesia. 7
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu
i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 2 Latar Belakang... 2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan... 4 1.4 Rumusan Masalah... 4 1.5 Keluaran... 4 TENTANG WebSIGIT... 5 Fungsi dan Manfaat... 5
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciSistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya frekuensi curah hujan, khususnya yang terjadi di musimmusim penghujan dan bertambahnya populasi serta permukiman penduduk di daerah Kota Medan setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi
Lebih terperinciBIDANG DAN TOPIK PENELITIAN UNGGULAN UNITRI PUSAT KAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN ENERGI
BIDANG DAN TOPIK PENELITIAN UNGGULAN UNITRI PUSAT KAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN ENERGI 1. Efektivitas pemanfaatan energy terbarukan sebagai bahan bakar pada industri kimia dan pangan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Windhu Purnomo FKM UA 2013 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan
Lebih terperinciKarena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?
PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.
PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Salah satu
Lebih terperinciAplikasi GIS PDP3D G.I.S P.D.P.3.D PT. Lexion Indonesia
Proposal Aplikasi GIS PDP3D G.I.S P.D.P.3.D Geographic Information System Pusat Data Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah PT. Lexion Indonesia Jl. Bendul Merisi Selatan IV No 72 Surabaya Phone.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciPengertian Sistem Informasi Geografis
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
Lebih terperinciDaniel Hary Prasetyo
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Tata Guna Lahan Daniel Hary Prasetyo daniel@if.ubaya.ac.id http://if2.ubaya.ac.id/~daniel Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu keadaan penduduk yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan untuk
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem
Lebih terperinciLAMPIRAN - LAMPIRAN. Wawancara dengan Bapak Sahat M. Pasaribu selaku Kelompok Kerja Asuransi Pertanian.
LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis Wawancara Wawancara dengan Bapak Sahat M. Pasaribu selaku Kelompok Kerja Asuransi Pertanian. Apa yang menjadi kendala dalam menerapkan asuransi pertanian? Dalam
Lebih terperinciTujuan. Pengenalan SIG
Pengenalan SIG Tujuan Mengerti konsep sistem informasi geografis Mengerti model data pada SIG Memahami proses membangun SIG Dapat merancang dan membangun sistem informasi geografis 1 Materi Pengenalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Aetra Air Tangerang merupakan perusahaan hasil kerjasama pemerintah kabupaten Tangerang dengan pihak swasta (KPS) yang menyuplai kebutuhan air bersih bagi penduduk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Lebih terperinciPemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan
Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Keberhasilan
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang
Lebih terperinci.000 WALIKOTA BANJARBARU
SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN
Meraih masa depan berkualitas bersama Sekolah Pascasarjana IPB MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN Ketua Program Studi / Koordinator Mayor: Baba Barus, Dr Staf Pengajar : Atang Sutandi, Dr Baba Barus, Dr
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni
Lebih terperinciRINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013
RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI LAHAN KRITIS DAN EROSI (SILKER) MENGGUNAKAN FREE OPEN SOURCES SOFTWARE FOSS-GIS ILWIS Tahun ke 1 dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inventaris kantor, pihak DIPENDA dalam hal ini membutuhkan suatu system yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belum dilakukannya proteksi terhadap resiko kehilangan kendaraan operasional inventaris kantor, pihak DIPENDA dalam hal ini membutuhkan suatu system yang dapat digunakan
Lebih terperinciGambar 1 Lokasi penelitian.
7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara
20 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara astronomi daerah studi terletak pada 00 28' 17'' - 00 35' 56'' LU dan 122
Lebih terperinciPeranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian
Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Disusun Oleh : Adhi Ginanjar Santoso (K3513002) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri, transportasi merupakan salah satu aktivitas utama dalam sistem logistik dan memiliki peranan yang penting dalam perusahaan. Transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan salah satu metode pendekatan penggambaran model permukaan bumi secara terintegrasi yang dapat digunakan sebagai data dasar
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri dengan luas wilayah 182.236,02 ha secara geografis terletak pada
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN
MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN Kurikulum : Program Magister Sains Kode Mata Kuliah SKS Semester Mata Kuliah Wajib SPs (6 SKS) PPS 500 Bahasa Inggris 3 Ganjil TSL 500 Geostatistik 3 Ganjil Mata Kuliah
Lebih terperinciPengenalan Sistem Informasi Geografis
Pengenalan Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pertemuan 1 Rakhmat Arianto, S.ST., M.Kom Tujuan Mengerti Konsep Sistem Informasi Geografis Mengerti model data pada SIG Memahami proses
Lebih terperinciBAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kelangsungan hidup manusia adalah tanah atau lahan. Pengertian tanah menurut Sumaryo
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.
Lebih terperinciGambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)
10 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini bertempat di sebidang lahan pertanian di Desa Krajan, Kelurahan Pangulah Utara dan Selatan, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bencana kebakaran yang dapat terjadi setiap saat. yang terlambat (http://kebakaran.jakarta.go.id, tahun 2010)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta Selatan merupakan bagian dari ibu kota DKI Jakarta yang menunjang aktivitas di ibu kota negara ini. Di wilayah ini banyak objek ataupun tempat-tempat yang strategis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ditinjau dari sumber alam, setiap tanah mempunyai daya guna yang berbeda sesuai dengan keadaannya. Jadi langkah pertama dari pengawetan tanah dan air adalah menggunakan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciWebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1
WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 BAB 1 PENDAHULUAN... 4 1.1 Latar Belakang... 4 1.2 Landasan Hukum... 5 1.3 Maksud Dan Tujuan... 6 1.4 Rumusan
Lebih terperinciBUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G
SALINAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TANAH LAUT BUPATI TANAH LAUT, Menimbang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email
Lebih terperinciMoch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013
Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciKesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS)
Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS) Kompetensi Utama: Kompetensi Inti Guru: Kompetensi Dasar: Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin maju, hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan peta yang saat ini berbentuk digital. Peta permukaan bumi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah persawahan di Indonesia cukup luas dengan hasilnya yang berbagai macam salah satunya padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menjadi sumber bahan pokok pangan
Lebih terperinciTabel 1. Jabaran Learning Outcome PS S2 MBK DITSL
Tabel 1. Jabaran Learning Outcome PS S2 MBK DITSL Peryataan Kompetensi : Learning Outcome 1: Learning Outcome 2: Learning Outcome 3: Learning Outcome 4: Learning Outcome 5: Learning Outcome 6: Learning
Lebih terperinciPERTANIAN BERLANJUT SEMESTER
TUGAS TUTORIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT SEMESTER : Ganjil sks : 6 (enam) DOSEN PENGAMPU : EHN, DSY, MLR, KHR, SDT, SPJ, WDT, ZKS Waktu : 27 dan 29 September 2010 1. TUJUAN TUGAS : Mahasiswa mampu
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menjalankan aktifitas sehari-hari nya dengan lancar. Begitu juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sarana dan prasarana suatu wilayah merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya sarana dan prasarana suatu wilayah, manusia
Lebih terperinciTOPIK I Pengantar Sistem Informasi Geografi
TOPIK I Pengantar Sistem Informasi Geografi Judul Dosen : MATA KULIAH SIG (TKW-330) : 1. Drs. Suprajaka, MTP 2. Taufik Hidayatulah, S.Si Perpaduan dua teknologi yang menciptakan perkembangan aplikasi yang
Lebih terperinciPengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
Pengantar Teknologi FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO http://www.dinus.ac.id Informasi (Teori) Minggu ke-11 Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom Definisi GIS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci1.2 TUJUAN PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan yang sangat besar akan informasi mendorong berkembangnya teknologi-teknologi baru. Kemajuan di bidang teknologi, menuntut penanganan terhadap segala sesuatu
Lebih terperinciDraf RUU SBT 24 Mei 2016 Presentasi BKD di Komisi IV DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN
DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMATRIKS SKEMA SERTIFIKASI LSTP MAPIN BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) 2017
BIDANG GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM GEOGRAFIS (SIG) OPERATOR SISTEM GEOGRAFIS / 4 a. Asisten operator SIG dengan pengalaman kerja di bidang Survei Terestris selama 2 tahun, atau b. Lulusan D2 bidang SIG,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan berbagai potensi yang kini gangguannya semakin meluas. Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguannya. Dampak
Lebih terperinciPT MUTUAGUNG LESTARI
Bagian 1. Informasi Umum Nama : Nama Kebun : Jenis Tanaman : Alamat : Kota : Propinsi : Kode Pos : Negara : Tanggal : Telepon : Fax : Email : Ruang lingkup tanaman yang akan disertifikasi Jumlah petani
Lebih terperinciAnalisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting
Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan
Lebih terperinci-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id
-1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI
Lebih terperinci2017 PERTANIAN BERLANJUT
2017 PERTANIAN BERLANJUT Panduan Tutorial Rika Ratna Sari, Danny Dwi Saputra, Kurniatun Hairiah, Didik Suprayogo, Widianto, dan Sudarto FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Penanggungjawab Materi Tutorial
Lebih terperinciMODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI
MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar
Lebih terperinciPRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER OLEH ORIZA STEVA ANDRA (1201575) JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.
III. METODE PENELITAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni di lokasi pengamatan lapang yaitu di wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan
Lebih terperinciMONITORING KONDISI JALAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MEMBANTU PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN KOTA DEPOK
MONITORING KONDISI JALAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MEMBANTU PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN KOTA DEPOK Budi Setiawan, Skom, MMSI Fakultas Sistem Informasi, Universitas Gunadarma Jl. Jalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3586 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan
Lebih terperinci[Type the document title]
SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran
PERTEMUAN : 1 Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat menjeneralisasikan dasar-dasar data beserta perkembangan Sistem Informasi Geografis. Indikator : 1. Mahasiswa dapat menerangkan dasar-dasar SIG dan Pemanfaatannya.
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. merubah paradigma masyarakat tentang bagaimana sebuah informasi
BAB 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Perkembangan teknologi informasi sekarang ini sangat signifikan yang telah merubah paradigma masyarakat tentang bagaimana sebuah informasi disampaikan. Dimana pada
Lebih terperinci