Efek Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Pule (Alstonia scholaris R.Br) pada Tikus Wistar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efek Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Pule (Alstonia scholaris R.Br) pada Tikus Wistar"

Transkripsi

1 Jurnal Matematika dan Sains Vol. 9 No. 2, Juni 24, hal Efek Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Pule (Alstonia scholaris R.Br) pada Tikus Wistar Endang Kumolosasi 1), Andreanus A. Soemardji 2), Komar Ruslan W. (3), Hasti Yuliani 2) 1) UBI Farmasi Rumah Sakit/Farmakologi-Toksikologi, 2) UBI Farmakologi-Toksikologi, 3) UBI Farmakognosi-Fitokimia, Departemen Farmasi FMIPA-ITB Diterima Februari 24, disetujui untuk dipublikasikan Juni 24 Abstark Telah diteliti efek teratogenik ekstrak etanol kulit batang pule (Alstonia scholaris R.Br., Apocynaceae) dosis berulang 49 dan 98 mg/kg bobot badan yang diberikan secara oral pada tikus Wistar bunting selama 19 hari. Pemberian masing-masing dosis menyebabkan keguguran pada 9,1 % induk tikus, hidrosefalus ringan pada 23,1% janin (dosis 49 mg/kg bb) dan 12% janin (dosis 98 mg/kg bb). Kata Kunci : Pule, Alstonia scholaris R.Br; efek teratogenik Abstract The teratogenic effect of ethanolic extract of pule (Alstonia scholaris R.Br., Apocynaceae) bark at repeated doses of 49 and 98 mg/kg body weight administered orally to pregnant Wistar rats for 19 days had been studied. Each dose caused miscarriage in 9.1% of the rats and mild hydrocephalus in 23.1% of the fetuses (dose 49 mg/kg body weight) and in 12.% of the fetuses (dose 98 mg/kg body weight). Key words : Pule, Alstonia scholaris R.Br; teratogenic effect 1. Pendahuluan Kulit batang pule (Alstonia scholaris R.Br.) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Dari studi pustaka, kulit batang pule berkhasiat sebagai penurun demam, meningkatkan selera makan, mengobati radang ginjal, obat kencing manis, obat malaria, obat tekanan darah tinggi dan obat cacing 1). Pada penelitian sebelumnya, ekstrak etanol kulit batang pule terbukti mempunyai efek antitoksoplasma pada mencit 7). Efek teratogenik dari ekstrak tumbuhan obat belum banyak diteliti dan hingga saat ini belum ditemukan suatu publikasi tentang pengujian efek teratogenik dari ekstrak Alstonia scholaris R.Br. Untuk melihat kemungkinan penggunaannya pada pengobatan toksoplasmosis pada ibu hamil, maka perlu dibuktikan terlebih dahulu bahwa ekstrak kulit batang pule benar-benar aman bagi janin maupun induk tikus. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemberian berulang ekstrak etanol kulit batang pule pada tikus bunting. 2. Bahan dan Metode 2.1. Bahan Uji Kulit batang pule dikumpulkan pada bulan Maret dari daerah Lembang dan diidentifikasi sebagai Alstonia scholaris R.Br. di Herbarium Bandungense, Departemen Biologi, FMIPA, ITB. Kulit batang dikeringkan, digiling dengan 223 penggilingan untuk menghasilkan serbuk dengan mesh no Hewan Percobaan Tikus dewasa jantan dan betina galur Wistar, umur 1-12 minggu dengan bobot badan 15-2 g diperoleh dari Laboratorium Perhewanan Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung. 2.3 Ekstraksi dan Penyiapan Bahan Uji Serbuk simplisia sebanyak 1 g diekstraksi secara sinambung dengan alat Soxhlet menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak dipekatkan dengan alat penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Untuk pengujian teratogenik, ekstrak disuspensikan dalam tragakan 2% b/v Penyiapan Tikus Bunting Penelitian diawali dengan tahap aklimatisasi selama satu minggu, pada saat tersebut dilakukan pengamatan aktivitas/perilaku dan penimbangan bobot badan setiap hari. Fase proestrus dapat diketahui dengan cara membuat preparat apusan vagina dari setiap tikus betina kemudian diwarnai dengan metilen biru,1%. Pengamatan apusan vagina dilakukan dengan mikroskop dengan pembesaran 1 kali, dan adanya sel epitel berinti yang dominan 4,5) merupakan ciri fase proestrus. Duabelas jam kemudian, fase proestrus akan memasuki fase estrus yang merupakan fase birahi tikus betina dan merupakan fase pengawinan. Pengawinan dilakukan dengan cara tiga ekor tikus betina yang berada pada fase estrus disatukan dengan

2 224 JMS Vol. 9 No. 2, Juni 24 dua ekor tikus jantan dalam satu kandang. Keesokan harinya dilakukan pembuktian perkawinan dengan cara: setiap tikus betina diamati vaginanya dan tikus dinyatakan kawin bila ditemukan sumbat vagina. Bila tidak ditemukan, maka dilanjutkan dengan pembuatan apusan vagina dan tikus dinyatakan kawin bila ditemukan sperma dalam cairan apusan vagina. Adanya sumbat vagina atau sperma pada tikus betina dihitung sebagai kebuntingan hari ke nol 4,5). 2.5 Uji Teratogenik Uji teratogenik dilakukan pada empat kelompok tikus bunting (setiap kelompok terdiri atas 1 ekor tikus) yaitu kelompok kontrol yang diberi suspensi tragakan 2%, dua kelompok perlakuan yang diberi ekstrak uji dalam suspensi tragakan 2% dengan dosis 49 mg/kg bb dan 98 mg/kg bb dan kelompok pembanding yang diberi kombinasi sulfadoksin 235 mg/kg bb dan pirimetamin 6,75 mg / kg bb (sebagai P1) dan kombinasi sulfadoksin 58,75 mg/kg bb dan pirimetamin 1,69 mg/kg bb (34,8 : 1) (6). ( sebagai P2). P2 digunakan sebagai pembanding pada percobaan selanjutnya. Kombinasi sulfadoksin dan pirimitamin digunakan sebagai pembanding, karena merupakan obat standar untuk terapi toksoplasmosis yang sudah diketahui mempunyai efek teratogenik 6). Dosis ekstrak 49 mg/kg bb adalah dosis pada mencit yang memberikan efek farmakologi (7). Pemberian bahan uji dilakukan setiap hari dimulai pada hari pertama kebuntingan sampai hari ke 19 masa kebuntingan untuk kelompok tikus yang akan diamati janinnya. Pembedahan dilakukan pada umur kebuntingan 19 hari, dan diamati terjadinya keguguran (ditandai adanya sisa serpihan janin dan darah, perut yang mengecil, bobot badan turun drastis), jumlah janin diresorpsi dan jumlah janin yang hidup, berat dan panjang janin, serta keadaan rahim. Sebagian janin yang hidup direndam dalam etanol dan diwarnai dengan Alizarin merah S untuk pengamatan tulang kerangka, sebagian lagi direndam dalam larutan fiksatif Bouin untuk pengamatan bagian luar tubuh yang meliputi telinga, mata, ekor dan kaki, kemudian janin disayat pada wilayahwilayah tertentu untuk pengamatan langit-langit, mata, rongga hidung, jantung, hati, ginjal, ovarium, testes secara makroskopik 3,4,5). 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Efek Obat Terhadap Kasus Keguguran Tabel 1 menunjukkan, bahwa pemberian ekstrak kulit batang pule dosis 49 dan 98 mg/kg bb menyebabkan keguguran masing-masing pada 9,1% induk tikus. Pemberian kombinasi sulfadoksin 235 mg/kg bb dan pirimetamin 6,75 mg/kg bb, (dosis terapi pada mencit sebagai anti toksoplasma) sebagai obat pembanding 1, menyebabkan 1% induk tikus mengalami keguguran, sehingga dosis diturunkan menjadi seperempatnya yaitu sulfadoksin 58,75 mg/kg bb dan pirimetamin 1,69 mg/kg (34,8 :1) sebagai pembanding 2. Tabel 1. Kasus keguguran akibat pemberian bahan uji Kelompok perlakuan Pembanding 1 (dosis terapi) Pembanding 2 (1/4 dosis terapi) Jumlah tikus bunting % Tikus hamil yang keguguran (jumlah ), () 9,1 (1) 9,1 (1) 1, (6) 1, () Keterangan : Induk tikus menerima perlakuan : = tragakan 2%; = ekstrak kulit batang pule dosis 49 mg/kg bb, = ekstrak kulit batang pule dosis 98 mg/kg bb; Pembanding 1 = kombinasi sulfadoksin 235 mg/kg bb dan pirimetamin 6,75 mg/kg bb; Pembanding 2 = kombinasi sulfadoksin 58,75 mg/kg bb dan pirimetamin 1,69 mg/kg bb (34,8 :1). 3.2 Pembedahan dan Pengamatan Janin Tabel 2 dan hasil perhitungan statistik dengan uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada jumlah janin yang diresorpsi dan janin yang hidup antara kelompok uji dan kelompok pembanding terhadap kelompok kontrol pada P <,5 maupun P <,1. Tabel 2. Jumlah janin yang diresorpsi, jumlah janin hidup, bobot badan janin dan panjang janin dari induk tikus pada umur kebuntingan 19 hari Kelompok perlakuan Pembanding Janin diresorpsi Jumlah % rataan rataan, ±,,4 ±,9,4 ±,9 1, ± 1,7, ±, 4,4 ± 9,9 3,6 ± 8,1 5,9 ± 8, Janin hidup Jumlah % rataan rataan 9,2 ± 1,1 9, ± 1,4 9, ± 1,2 8,2 ± 2,4 1, ±, 95,6 ± 9,9 96,4 ± 8,1 92,1 ± 11,4 Bobot badan janin rataan (g) 2,42 ±,1 2,54 ±,2 2,42 ±,2 2,25 ±,3 Panjang janin rataan ( mm) 31,8 ± 1, 32,1 ± 1,2 31, ± 1,2 3,8 ± 3,5 Keterangan : Induk tikus menerima perlakuan : = tragakan 2%; = ekstrak kulit batang pule dosis 49 mg/kg bb, = ekstrak kulit batang pule dosis 98 mg/kg bb; Pembanding = kombinasi sulfadoksin 58,75 mg/kg bb dan pirimetamin 1,69 mg/kg bb (34,8 : 1).

3 JMS Vol. 9 No. 2, Juni Pengamatan Tulang Kerangka Janin Untuk melihat adanya kelainan tulang rangka janin, digunakan pewarna Alizarin merah S. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah dan kelainan komponen kerangka yang mungkin terjadi pada proses pembentukan tulang. Susunan dan jumlah komponen tulang belakang adalah normal yaitu: 7 vertebra serviks, 13 vertebra toraks, 6 vertebra lumbar, dan 4 vertebra sacral dan 12 pasang tulang rusuk dan komponen tengkorak juga normal. Jumlah normal komponen rangka kaki depan adalah : 5 falang distal, 4 falang proksimal, 4 metakarpal, sedangkan, komponen rangka kaki belakang adalah: 5 falang distal, 4 falang proksimal, 5 metatarsal. Semua janin yang diamati menunjukkan keadaan normal, dan hasil penghitungan statistik dengan uji t pada P<,1 menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada semua kelompok uji dengan kelompok kontrol (Gambar 1, Tabel 3 dan Tabel 4). Gambar 1 : Hasil pewarnaan Alizarin merah S tulang kerangka janin yang induknya diberi ekstrak kulit batang pule. K= janin dari induk tikus kelompok kontrol; PL1= janin dari induk tikus yang diberi ekstrak kulit batang pule dosis 49 mg/kg bb; PL2 = janin dari induk tikus yang diberi ekstrak kulit batang pule dosis 98 mg/kg bb. Tabel 3. Kelainan komponen tulang belakang janin dari induk tikus dengan umur kebuntingan 19 hari Kelompok Jumlah janin Jumlah janin Kejadian kelainan tulang belakang perlakuan seluruhnya yang diamati* Serviks Toraks Lumbar Sakral Pembanding Keterangan : = tidak ada kelainan; * = Pengambilan sampel yang diamati berdasarkan tata cara uji teratogenik 4,5) yaitu.: 1/3 hingga 1/2 dari fetus hidup harus dibuat preparat kerangka. Tabel 4. Jumlah komponen rangka kaki depan dan belakang janin dari induk tikus dengan umur kebuntingan 19 hari Kel. Perlakuan K P 2 Jumlah Jumlah janin dengan jumlah komponen rangka kaki yang normal (%) Janin Rangka kaki depan Rangka kaki belakang (*) Falang Distal Falang Metakarpal Falang Distal Falang Metatarsal Proksimal Proksimal (1,%) 12(66,7%) (1,%) (1,%) 13(72,2%) (1,%) (1,%) 12(66,7%) (1,%) (1,%) 11(61,1%) (1,%) (1,%) 1(55,6%) (1,%) (1,%) 11(61,1%) (1,%) 16 16(1,%) 9(56,3%) 16(1,%) 16(1,%) 15(93,8%) 16(1,%) Keterangan : K = kontrol, = ekstrak kulit batang pule dosis 49 mg/kg bb, = ekstrak kulit batang pule dosis 98 mg/kg bb, P 2 = pembanding 2, (*) = Pengambilan sampel yang diamati berdasarkan tata cara uji teratogenik 4,5) yaitu.: 1/3 hingga 1/2 dari fetus hidup harus dibuat preparat kerangka.

4 226 JMS Vol. 9 No. 2, Juni Pengamatan Organ Bagian Dalam Janin Tabel 5 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa janin dari kelompok induk tikus kontrol, yang diberi ekstrak kulit batang pule dosis 49 atau 98 mg/kg bb dan obat pembanding, mengalami hidrosefalus ringan yang pada pemberian obat pembanding kejadian hidrosefalus (3,4 %) nyata lebih tinggi dari kontrol. Sebanyak 7,3% janin dari induk yang diberi obat pembanding ditemukan mengalami kelainan ventrikel jantung, tetapi tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap janin dari induk tikus kontrol. Organ bagian dalam lain yang diamati yaitu : mata, langit-langit, hati, ginjal, ovarium, tetes, menunjukkan keadaan normal. Gambar 2 : Irisan melintang kepala melalui wilayah hidung, mata, otak janin dari induk tikus dengan umur kebuntingan 19 hari. K= kelompok kontrol; PL1= Kelompok yang diberi ekstrak kulit batang pule dosis 49 mg/kg bb; PL2 = Kelompok yang diberi ekstrak kulit batang pule dosis 98 mg/kg bb. P = Kelompok obat pembanding. Kel. Perlakuan K P Tabel 5. Kelainan organ dalam, kaki dan ekor janin dari induk tikus dengan umur kebuntingan 19 hari Jumlah Janin (*) 16 Otak (Hidrosefalus) 12,5 23,1 12, % Jumlah janin dengan kelainan organ secara makroskopik Mata Langitlangitunjaterium Jan- Hati Gin- Tes- Ova- Kaki depan 7,3 Kaki belakang 3,4** Keterangan : = tidak ada kelainan; K = kontrol, = Kelompok ekstrak kulit batang pule dosis 49 mg/kg bb, = Kelompok ekstrak kulit batang pule dosis 98 mg/kg bb, P = pembanding, (*) = Pengambilan sampel yang diamati berdasarkan tata cara uji teratogenik (4,5) yaitu.: 1/3 hingga 1/2 dari fetus hidup harus dibuat preparat kerangka. ** = uji t ; (P <,1 ), dibandingkan terhadap kontrol. E- kor V. Kesimpulan 1. Pemberian ekstrak kulit batang pule dengan dosis 49 atau 98 mg/kg bb pada tikus Wistar bunting menyebabkan keguguran pada masing-masing 9,1% induk tikus, hidrosefalus ringan pada 23,1% janin (dosis 49 mg/kg bb) dan 12% janin (dosis 98 mg/kg bb). Tidak ada perbedaan antar tulang kerangka, organ yang meliputi otak, mata, langitlangit, jantung, hati, ginjal, ovarium, testes, kaki dan ekor, janin kelompok uji dan kontrol. 2. Pemberian obat pembanding [sulfadoksin dosis 235 mg/kg bb dan pirimetamin 6,75 mg/kg bb (dosis terapi pada tikus sebagai anti toksoplasma)], menyebabkan keguguran pada 1% induk tikus, sedangkan seperempat dosis terapi tersebut tidak menyebabkan keguguran, tetapi menyebabkan hidrosefalus ringan pada 3,4% janin yang lebih tinggi dan berbeda (P <,1) dari kontrol, dan menyebabkan kelainan ventrikel jantung pada 7,3% janin yang tidak bermakna dibandingkan dengan janin kelompok kontrol. 3. Dari hasil penelitian ini ekstrak kulit batang pule dosis 49 dan 98 mg/kg bb dapat dimasukkan ke

5 JMS Vol. 9 No. 2, Juni dalam kategori C pada penetapan kategori teratogenisitas suatu senyawa obat oleh FDA 6). Kategori C yaitu Risiko tidak dapat dikesampingkan : Pada manusia data kurang, dan pada hewan positif berisiko terhadap janin atau kurang cukup berisiko. Akan tetapi manfaat dan risiko boleh dipertimbangkan 6). Oleh Karena itu ekstrak kulit batang pule sebaiknya tidak direkomendasikan untuk digunakan pada ibu hamil, pada dosis yang setara dengan 49 dan 98 mg/kg bb tikus. Referensi 1. Kasahara, S., and Hemmi, S., Medical Herb Index Indonesia, PT. Eisai Indonesia, Jakarta, 34-35, (1986). 2. Wilson, I.G. and Fraser, F.G., Handbook of Teratology, vol. IV, Plenum Press, New York, (1978). 3. Tuchmann-Duplessis, H., Methods for Evaluating Teratogenic Properties of New Drug Evaluation, Proceeding of International Symposium, Milano, 11-3 (1965). 4. Paget, G.E and Thomson, R., Standard Operating Procedures in Pathology Including Developmental Toxicology and Quality Assurance, MTP Press, Landcaster, (1979). 5. Taylor, P., Practical Teratology, Academic Press, London, (1986). 6. Herfindal, E.T., Gourley, D.R., Lloyd Hart, L., Clinical Pharmacy and Therapeutics, 5 th ed., Williams & Wilkins, Maryland, (1992). 7. Kumolosasi., E., Elin Yulinah S., Komar Ruslan W., Andreanus A.S., Sundani Nurono., Pembuatan Sediaan Fitofarmaka Terhadap Penyakit Toksoplasmosis, Disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang Efektif dan Aman, Laporan Penelitian Hibah Bersaing VII, ITB, th 1999.

Studi Efek Teratogenik Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) pada Tikus Wistar Putih

Studi Efek Teratogenik Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) pada Tikus Wistar Putih TINJAUAN PUSTAKA Studi Efek Teratogenik Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) pada Tikus Wistar Putih Kusnandar Anggadiredja 1, Elin Yulinah Sukandar 1, Slamet Santosa 2 1 Sekolah Farmasi, Institut

Lebih terperinci

UJI TERATOGENIK EKSTRAK AIR DAUN KECUBUNG GUNUNG (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.) PADA TIKUS WISTAR

UJI TERATOGENIK EKSTRAK AIR DAUN KECUBUNG GUNUNG (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.) PADA TIKUS WISTAR KARTIKA JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2014, 2 (1), 21-27 21 ISSN 2354-6565 UJI TERATOGENIK EKSTRAK AIR DAUN KECUBUNG GUNUNG (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.) PADA TIKUS WISTAR Ita Nur Anisa 1,Ismi Muslimah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat di dalam ekstrak. Hasil pemeriksaan kandungan kimia ekstrak air bawang

Lebih terperinci

AFRILLIA NURYANTI GARMANA

AFRILLIA NURYANTI GARMANA AFRILLIA NURYANTI GARMANA 10703020 UJI EFEK TERATOGENIK KOMBINASI EKSTRAK UMBI LAPIS BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L.) DAN EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL.) TERHADAP MENCIT SWISS-WEBSTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) I Ketut Adnyana*, Elin Yulinah, Andreanus A. Soemardji, Endang Kumolosasi, Maria Immaculata Iwo, Joseph Iskendiarso Sigit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae,

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae, merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat batuk (Syamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.)

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.) BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN 4.. Analisis Data 4... Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.) Gambar 4.. Makroskopis daun saga (Abrus precatorius L.) Tabel 4.. Hasil

Lebih terperinci

Pengaruh Kombinasi Ekstrak Umbi Lapis Bawang Putih dan Ekstrak Rimpang Kunyit terhadap Janin Mencit Swiss-Webster

Pengaruh Kombinasi Ekstrak Umbi Lapis Bawang Putih dan Ekstrak Rimpang Kunyit terhadap Janin Mencit Swiss-Webster Pengaruh Kombinasi Ekstrak Umbi Lapis Bawang Putih dan Ekstrak Rimpang Kunyit terhadap Janin Mencit Swiss-Webster Elin Yulinah Sukandar 1, Irda Fidrianny, Afrillia Nuryanti Garmana Sekolah Farmasi, Institut

Lebih terperinci

Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster

Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal 57 62 Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster Andreanus

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN SAGA (ABRUS PRECATORIUS L.) TERHADAP TIKUS PUTIH BETINA

UJI EFEK ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN SAGA (ABRUS PRECATORIUS L.) TERHADAP TIKUS PUTIH BETINA UJI EFEK ANTIFERTILITAS EKSTRAK DAUN SAGA (ABRUS PRECATORIUS L.) TERHADAP TIKUS PUTIH BETINA OLEH: RICHE OMERIUM 2443002094 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA FEBRUARI 2008 UJI

Lebih terperinci

Toksisitas akut isolat fraksi n-hexana dan etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. yang mempunyai aktivitas imunostimulan

Toksisitas akut isolat fraksi n-hexana dan etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. yang mempunyai aktivitas imunostimulan Majalah Katrin Farmasi Indonesia, 16(4), 227 231, 2005 Toksisitas akut isolat fraksi n-hexana dan etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. yang mempunyai aktivitas imunostimulan The acute toxicity

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK DAUN Guazuma ulmifolia Lamk. DAN EKSTRAK RIMPANG Curcuma xanthorrhiza Roxb. TERHADAP FASE PRALAHIR TIKUS WISTAR

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK DAUN Guazuma ulmifolia Lamk. DAN EKSTRAK RIMPANG Curcuma xanthorrhiza Roxb. TERHADAP FASE PRALAHIR TIKUS WISTAR PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK DAUN Guazuma ulmifolia Lamk. DAN EKSTRAK RIMPANG Curcuma xanthorrhiza Roxb. TERHADAP FASE PRALAHIR TIKUS WISTAR Sri Peni Fitrianingsih*, Elin Yulinah Sukandar**, Kusnandar Anggadiredja**

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari EFEK TOKSISITS SUBKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT BTNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR* Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sri.adi@unpad.ac.id Intisari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini, masyarakat Indonesia mulai memanfaatkan berbagai tanaman sebagai ramuan obat seperti zaman dahulu yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Munculnya kembali

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Hewan Uji 3.4 Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak Bawang Putih dan Kunyit Pemeriksaan Alkaloid

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Hewan Uji 3.4 Pemeriksaan Kandungan Kimia Ekstrak Bawang Putih dan Kunyit Pemeriksaan Alkaloid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan NaCl fisiologis, metilen biru, CMC-Na, trimetoprim (PT Meprofarm), kloroform, etanol, kalium hidroksida, hidrogen peroksida, alizarin merah, gliserin, asam pikrat, formaldehid,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

UJI TERATOGENIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG CEMPAKA KUNING (Michelia champaca L.) PADA MENCIT BETINA GALUR Balb/c

UJI TERATOGENIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG CEMPAKA KUNING (Michelia champaca L.) PADA MENCIT BETINA GALUR Balb/c UJI TERATOGENIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG CEMPAKA KUNING (Michelia champaca L.) PADA MENCIT BETINA GALUR Balb/c SKRIPSI I KADEK SAMIANTARA 1108505021 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimental, yaitu merupakan penelitian yang di dalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Perawatan tikus dan pemberian perlakuan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari EFEK TOKSISITS SUKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT TNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sumiwi@yahoo.co.id Intisari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) MUDA DAN TUA TERHADAP JUMLAH JANIN MATI MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER BUNTING AWAL DAN AKHIR Naurah Alzena Hana Dhea, 1210005

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil alam yang berlimpah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Salah satu dari hasil alam

Lebih terperinci

AINUN RISKA FATMASARI

AINUN RISKA FATMASARI AINUN RISKA FATMASARI 10703043 EFEK IMUNOSTIMULASI EKSTRAK AIR HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA URB) DAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat experimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group, karena pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu dengan mengamati kemungkinan diantara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina Galur Balb/c selama Kebuntingan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina Galur Balb/c selama Kebuntingan Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina Galur Balb/c selama Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina

Lebih terperinci

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sangat bergantung dengan alam untuk memenuhi kebutuhannya dari dulu sampai sekarang ini. Kebutuhan paling utama yang berasal dari alam merupakan kebutuhan makanan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Tumbuhan pepaya jantan a. Tumbuhan pepaya jantan b. Bunga pepaya jantan c. Simplisia bunga pepaya jantan Lampiran 3. Perhitungan hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SIRIH MERAH (Piper crocatum Luiz and Pav) PADA MENCIT SWISS WEBSTER

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SIRIH MERAH (Piper crocatum Luiz and Pav) PADA MENCIT SWISS WEBSTER UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SIRIH MERAH (Piper crocatum Luiz and Pav) PADA MENCIT SWISS WEBSTER Puspa Sari Dewi*, Ita Nur Anisa, Suryani, Suci Ayuza Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

PENELITIAN ANTIIMPLANTASI EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH BURAHOL (STELECHOCARPUS BURAHOL HOOK F. & THOMSON) PADA TIKUS PUTIH

PENELITIAN ANTIIMPLANTASI EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH BURAHOL (STELECHOCARPUS BURAHOL HOOK F. & THOMSON) PADA TIKUS PUTIH PENELITIAN ANTIIMPLANTASI EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH BURAHOL (STELECHOCARPUS BURAHOL HOOK F. & THOMSON) PADA TIKUS PUTIH Clara Sunardi*, Sri Adi Sumiwi**, Ai Hertati** * High School of Pharmacy Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat dari alam yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH

UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH Ifora 2), Suhatri 1), Suzie Yolandha 2) 1) Fakultas Farmasi Universitas Andalas 2) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jintan hitam (Nigella sativa) yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae)

Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) JMS Vol. 4 No. 2, hal. 62-69 Oktober 1999 Aktivitas Hipoglisemik Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) Soediro Soetarno, Elin Yulinah Sukandar, Sukrasno dan Agung Yuwono Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji Karabenguk (Mucuna pruriens var. utilis (L.) DC) yang berasal dari Bantul,

Lebih terperinci

Pengaruh Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring ( ) Terhadap Mencit

Pengaruh Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring ( ) Terhadap Mencit Pengaruh Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring ( ) Terhadap Mencit Wiwik Rosi Wiyanti 1 2 Prodi Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Susiendrawati5@gmail.com : tested on mice. Analysis of the results

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar landep (Barleria prionitis) yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang. Penelitian

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN {CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN} PADA TIKUS PUTIH

UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN {CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN} PADA TIKUS PUTIH UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN {CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN} PADA TIKUS PUTIH POPPY 2443008033 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2013 LEMBAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beraneka ragam. Sumbangsih potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia terhadap kekayaan keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. & 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi untuk pengaklimatisasian hewan uji serta

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA NESS) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA NESS) PADA TIKUS PUTIH JANTAN UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA NESS) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YULIAN EKA KUSUMA WARDANI 2443003064 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 1 2 LEMBAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, postest only control group design. Postes untuk menganalisis perubahan jumlah purkinje pada pada lapisan ganglionar

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI Skripsi digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Diajukan oleh DWI SULISTIYORINI 1108010113

Lebih terperinci

Pengaruh pemberian oral infusa suatu jamur Panaeolus terhadap aktivitas motorik dan rasa ingin tahu mencit jantan

Pengaruh pemberian oral infusa suatu jamur Panaeolus terhadap aktivitas motorik dan rasa ingin tahu mencit jantan Andreanus A. Soemardji Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 182 187, 2003 Pengaruh pemberian oral infusa suatu jamur Panaeolus terhadap aktivitas motorik dan rasa ingin tahu mencit jantan Effect of oral administration

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS DAN UJI TERATOGENIK INFUS BIJI PINANG (ARECA CATECHU L.) FASE IMPLANTASI PADA TIKUS GALUR WISTAR

UJI TOKSISITAS DAN UJI TERATOGENIK INFUS BIJI PINANG (ARECA CATECHU L.) FASE IMPLANTASI PADA TIKUS GALUR WISTAR UJ TOKSSTAS DAN UJ TERATOGENK NFUS BJ PNANG (ARECA CATECHU L.) FASE MPLANTAS PADA TKUS GALUR WSTAR D. ~utiatikum*, Lucie Widowati*, Ani snawati* ABSTRACT TOXCTYAND TERATOGENC TEST TO PNANG SEED NFUSON

Lebih terperinci

UJI FETOTOKSISITAS EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum L.) PADA MENCIT PUTIH

UJI FETOTOKSISITAS EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum L.) PADA MENCIT PUTIH UJI FETOTOKSISITAS EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum L.) PADA MENCIT PUTIH Almahdy A* dan Marina Yandri** *Fakultas Farmasi Universitas Andalas ** Sekolah Tinggi Farmasi Bakti Pertiwi Palembang ABSTRACT

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelakai (Stenochlaena palustris), berat badan, panjang badan, kalsifikasi tulang femur, janin tikus wistar

Kata Kunci : Kelakai (Stenochlaena palustris), berat badan, panjang badan, kalsifikasi tulang femur, janin tikus wistar ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KELAKAI (Stenochlaena palustris) TERHADAP BERAT BADAN, PANJANG BADAN, DAN PANJANG KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN TIKUS WISTAR Yosep A Tarong, 2016, Pembimbing I : Heddy

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

ARTIKEL KEAMANAN STEVIA HASIL BUDIDAYA B 2 P 2 T0 2 T DALAM ASPEK TERATOGENITAS. Lucie Widowati,* Awal Prichatini Kusumadewi,** Sri Murhandini***

ARTIKEL KEAMANAN STEVIA HASIL BUDIDAYA B 2 P 2 T0 2 T DALAM ASPEK TERATOGENITAS. Lucie Widowati,* Awal Prichatini Kusumadewi,** Sri Murhandini*** ARTIKEL KEAMANAN STEVIA HASIL BUDIDAYA B 2 P 2 T0 2 T DALAM ASPEK TERATOGENITAS Lucie Widowati,* Awal Prichatini Kusumadewi,** Sri Murhandini*** STEVIA SECURITY FROMCULTIVATION RESULTOF B2P2T02T IN ASPECT

Lebih terperinci

Prosiding Konferensi Nasional Matematika, Sains dan Aplikasinya Tahun 2013

Prosiding Konferensi Nasional Matematika, Sains dan Aplikasinya Tahun 2013 Prosiding Konferensi Nasional Matematika, Sains dan Aplikasinya Tahun 2013 Uji Daya Ingat Anak Tikus dari Induk Tikus Galur Wistar yang Diberi Ekstrak Air Daun Jati belanda dan Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karabenguk (Mucuna pruriens var. utilis (L.) DC) yang berasal dari Bantul,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimental. Pada kelompok eksperimen, dilakukan sebuah perlakuan terhadap subjek penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance Lampiran 1. Surat Ethical Clearance 117 Lampiran 2. Surat Identifikasi Tumbuhan 118 Lampiran 3. Karakteristik Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Rimpang Temu Mangga 119 Lampiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Penyebab menurunnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. B. Desain Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan

Lebih terperinci

LINDA ANDRIYANI

LINDA ANDRIYANI LINDA ANDRIYANI 10703078 EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA [SCHEFF.] BOERL.) TERHADAP INTERLEUKIN-1β PADA TIKUS ARTRITIS YANG DIINDUKSI KOLAGEN PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN DEKLARASI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN DEKLARASI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN DEKLARASI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM WIGHT.)TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA

PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM WIGHT.)TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM WIGHT.)TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA IPONG AGIL NUGROHO 2443005130 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel 57 RINGKASAN Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel Piramid Cerebrum pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Wistar Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella

Lebih terperinci

EDWARD WYENANTEA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

EDWARD WYENANTEA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN EKSTRAK BIJI KELABET (TRIGONELLA FOENUM-GRAECUM LINN.) DAN EKSTRAK DAUN TAPAK DARA (CATHARANTHUS ROSEUS LINN.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH EDWARD WYENANTEA

Lebih terperinci

EFEK FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH DELIMA (PUNICA GRANATUM L.) PADA PENURUNAN NAFSU MAKAN DAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH

EFEK FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH DELIMA (PUNICA GRANATUM L.) PADA PENURUNAN NAFSU MAKAN DAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH EFEK FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH DELIMA (PUNICA GRANATUM L.) PADA PENURUNAN NAFSU MAKAN DAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH VIANLITA EKA PUTRI 2443008129 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH ABSTRACT ABSTRAK

UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH ABSTRACT ABSTRAK UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH Suhatri 1), Agusdi Firdaus 2), Zet Rizal 2) 1) Fakultas Farmasi Universitas Andalas 2) Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, dimana terdapat 40.000 jenis tumbuhan yang hidup dan 7.500 jenis diantaranya diketahui sebagai tumbuhan

Lebih terperinci

OLEH: VEROS ALVARIS YUSTAKI FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

OLEH: VEROS ALVARIS YUSTAKI FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN EKSTRAK ETANOL BIJI KELABET (TRIGONELLA FOENUM-GRAECUM LINN.) DAN DAUN MURBEI (MORUS ALBA LINN.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN OLEH: VEROS ALVARIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai megabiodiversity country, yaitu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000 tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, posttest only control group design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada korteks

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI N-BUTANOL EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (TINOSPORA CRISPA (L.) MIER) PADA TIKUS

UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI N-BUTANOL EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (TINOSPORA CRISPA (L.) MIER) PADA TIKUS UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI N-BUTANOL EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (TINOSPORA CRISPA (L.) MIER) PADA TIKUS PUTIH HESTY TRISNIANTI BURHAN 2443008154 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai kebiasaan bercerita apa yang dilihat, didengar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai kebiasaan bercerita apa yang dilihat, didengar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebiasaan bercerita apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Demikian juga halnya, dengan nenek moyang kita, ketika berhasil menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK

LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011 LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK Dr. Kusnandar Anggadireja & Pratiwi Wikaningtyas, S. Si., M. Si. Produk

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIKATALEPTIK EKSTRAK BUAH KETUMBAR (CORIANDRI FRUCTUS) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

UJI EFEK ANTIKATALEPTIK EKSTRAK BUAH KETUMBAR (CORIANDRI FRUCTUS) PADA TIKUS PUTIH JANTAN UJI EFEK ANTIKATALEPTIK EKSTRAK BUAH KETUMBAR (CORIANDRI FRUCTUS) PADA TIKUS PUTIH JANTAN OLEH : ASTRID DWI WAHYUNINGTYAS 2443001141 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA MARET 2008

Lebih terperinci

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAUN KUBIS (BRASSICA OLERACEA VAR. CAPITATA) TERHADAP TIKUS PUTIH HIPERGLIKEMIA

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAUN KUBIS (BRASSICA OLERACEA VAR. CAPITATA) TERHADAP TIKUS PUTIH HIPERGLIKEMIA UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAUN KUBIS (BRASSICA OLERACEA VAR. CAPITATA) TERHADAP TIKUS PUTIH HIPERGLIKEMIA VICTORIA SRI MURTI ANTI 2443005020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL BUAH TANAMAN SAWO (Achras zapota L.) TERHADAP MENCIT JANTAN SKRIPSI

UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL BUAH TANAMAN SAWO (Achras zapota L.) TERHADAP MENCIT JANTAN SKRIPSI UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL BUAH TANAMAN SAWO (Achras zapota L.) TERHADAP MENCIT JANTAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan post-test only control group design (Septiawati et al., 2013). B. Subyek

Lebih terperinci

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) ABSTRAK Syilfia Hasti, Elka Yuslinda, Nofri Hendri Sandi, Wan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.) 51 Lampiran 2. Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan 52 Lampiran 3. Gambar pohon asam jawa 53 Lampiran 3. (Lanjutan)

Lebih terperinci