LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011

2 LAPORAN AKHIR PENGUJIAN KHASIAT PRODUK Dr. Kusnandar Anggadireja & Pratiwi Wikaningtyas, S. Si., M. Si. Produk bio TERRA dapat mengatasi ketergantungan alkohol dan narkoba SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011

3 LAPORAN AKHIR PENGUJIAN EFEK IMUNOSTIMULAN PRODUK BIOTERRA CV PROBIOTERRA LESTARI COPY Tim Peneliti: DR. Joseph I. Sigit Aprillia N.,S.Si., M.Si. Disetujui oleh: Dekan Sekolah Farmasi ITB Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc. NIP SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011

4 I. TUJUAN Tujuan uji aktivitas imunostimulan ini adalah untuk mengetahui aktivitas produk Bioterra terhadap jumlah leukosit, bersihan karbon, dan uji aktivitas eksudat peritoneum pada hewan uji yang ditekan sistem imunnya. II. METODE YANG DIGUNAKAN Aktivitas imunostimulan diuji pada mencit DDY yang ditekan sistem imunnya dengan siklofosfamid 200 mg/kg bb. Produk Bioterra diberikan secara oral 2 kali sehari selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 0,975; 1,95; dan 2,925 ml/kg bobot badan. Aktivitas imunostimulan terhadap respon imun non spesifik diteliti melalui uji aktivitas fagositosis dalam mengeliminasi partikel karbon dan penentuan jumlah leukosit total. Selain itu, diamati aktivitas terhadap eksudat peritoneum dan organ hati dan limpa. III. HASILPERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pengujian imunostimulan pada mencit yang ditekan sistem imunnya bertujuan untuk melihat kemampuan produk Bioterra dalam memperbaiki sistem imun yang sebelumnya telah ditekan sistem imunnya dengan pemberian imunosupressan siklofosfamid. Parameter yang digunakan untuk menyatakan bahwa model hewan yang ditekan sistem imun sudah terbentuk adalah dengan menghitung jumlah leukositnya. Setelah pemberian siklofosfamid selama 3 hari (H0) terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) antara kelompok hewan normal dan hewan yang telah ditekan sistem imunnya. Hal ini menyatakan bahwa model hewan uji yang ditekan sistem imunnya telah terbentuk dengan melihat jumlah leukosit sebagai parameter uji (Tabel 1). * Keterangan : n = 4 ekor mencit; berbeda bermakna terhadap kontrol normal pada p<0,05;

5 Setelah pemberian produk Bioterra dengan dosis 0,975; 1,95; dan 2,925 ml/kg bobot badan selama 4 hari, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah leukosit dibandingkan pada H0 sedangkan jumlah leukosit kelompok hewan normal relatif tetap. Hal yang sama juga diamati pada kelompok kontrol, ini dapat dimungkinkan karena efek homeostasis normal tubuh terhadap penurunan jumlah leukosit. Akan tetapi peningkatan yang lebih besar ditunjukkan oleh pemberian produk Bioterra, ini menunjukkan bahwa produk Bioterra memberikan efek imunostimulan relatif dibandingkan kontrol. Setelah pemberian produk Bioterra selama 7 hari, jumlah leukosit semua kelompok tidak berbeda bermakna dengan kelompok hewan normal. Pada saat ini, mungkin sudah terjadi homeostasis pada semua kelompok hewan. Uji bersihan karbon pada mencit yang ditekan sistem imunnya dilakukan untuk melihat pengaruh produk Bioterra terhadap perbaikan sistem imun yang tertekan. Peningkatan kecepatan eliminasi karbon dari dalam darah menunjukkan kecepatan fagositosis sebagai salah satu respon imun non spesifik. Kecepatan bersihan karbon ditunjukkan oleh besarnya nilai transmitan. Semakin besar nilai transmitan, semakin kecil jumlah karbon dalam darah. Jumlah karbon dalam darah dihitung sebagai %T. Dari hasil pengujian, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok normal / kontrol dengan kelompok yang diberi sediaan (Tabel 2). Tabel 2. Data Pengamatan Bersihan Karbon setelah Pemberian Produk Bioterra selama 7 Hari Kelompok Normal Kontrol positif Dosis 0,975 ml/kg bb Dosis 1,95 ml/kg bb Jumlah partikel karbon dalam darah ( %T) pada waktu (menit) setelah penyuntikan koloid karbon ,10 ± 0,07 98,65 ± 0,76 98,16 ± 0,15 98,11 ± 0,14 98,15 ± 0,05 98,33 ± 0,09 98,23 ± 0,10 98,14 ± 0,04 98,15 ± 0,02 98,28 ± 0,13 98,16 ± 0,21 98,15 ± 0,07 98,13 ± 0,03 98,28 ± 0,13 98,20 ± 0,12 98,19 ± 0,20 Dosis 2,925 ml/kg bb 98,15 ± 0,03 98,30 ± 0,13 98,22 ± 0,06 98,11 ± 0,02 Keterangan : n = 4 ekor mencit, T = Transmitan, t0 = sebelum pemberian karbon Pada pengujian eksudat peritoneum, kemampuan untuk melisis E. coli dijadikan parameter efek imunostimulan dan dalam pengujian dilihat dari perubahan absorban eksudat peritonium. Setelah pemberian produk Bioterra selama 7 hari, terdapat perubahan absorban yang sedikit lebih baik dibandingkan kontrol walaupun tidak berbeda bermakna. Ini menunjukan dari parameter ini produk Bioterra bersifat imunostimulan lemah.

6 Tabel 3. Aktivitas Eksudat Peritonium dalam Melisiskan Escherichia coli Kelompok Normal Kontrol positif Dosis 0,975 ml/kg bb Dosis 1,95 ml/kg bb Dosis 2,925 ml/kg bb Absorbansi 0,181 ± 0,232 0,190 ± 0,155 0,099 ± 0,043 0,097 ± 0,045 0,097 ± 0,049 Keterangan : n = 4 ekor mencit. Dalam penilaian indeks organ, terdapat perbedaan indeks organ limpa pada kelompok yang diberi produk Bioterra (Tabel 4). Peningkatan nilai indeks organ limpa dapat mengindikasikan terjadinya peningkatan respon imun. Hal ini menunjukkan bahwa produk Bioterra bersifat imunostimulan. Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik, dan terjadi induksi non-spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Produk imunostimulan dapat digunakan sebagai pencegahan maupun untuk penanganan kondisi infeksi akibat virus (misalnya meningitis, hepatitis, dan silent subclinical infection akibat cytomegalovirus), defisiensi sistem imun, dan saat menggunakan obat-obat terapi kanker. Tabel 4. Indeks Organ Hati dan Limpa Setelah Pemberian Produk Bioterra Kelompok Indeks Organ (%) Hati Limpa Normal 6,47 ± 0,72 0,64 ± 0,14 Kontrol positif 7,14 ± 0,62 1,01 ± 0,21 * Dosis 0,975 ml/kg bb 7,29 ± 0,74 1,29 ± 0,38 * Dosis 1,95 ml/kg bb 6,48 ± 1,14 1,16 ± 0,29 * Dosis 2,925 ml/kg bb 6,85 ± 0,98 1,23 ± 0,24 * * Keterangan : n = 4 ekor mencit, berbeda bermakna terhadap kontrol normal pada p<0,05 IV. KESIMPULAN Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa produk Bioterra mempunyai aktivitas imunostimulan ditunjukkan khususnya dengan peningkatan jumlah leukosit dan peningkatan indeks organ limpa.

7 COPY

8 1. Latar belakang Dislipidemia adalah suatu keadaan gangguan metabolisme lipoprotein dengan manifestasi salah satu atau lebih hal berikut: kenaikan konsentrasi kolesterol total, LDL, trigliserida atau penurunan kolesterol HDL dalam darah. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner (Herfindal dkk., 2000). Angka kematian akibat penyakit jantung koroner yang terus meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia masih tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Terapi dislipidemia masih terus dikembangkan karena penyakit jantung koroner akibat komplikasi dislipidemia masih menjadi penyebab utama kematian (Flegal dkk., 2002). 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antidislipidemia / antihiperlipidemia produk Bioterra dibandingkan dengan obat standar golongan statin (simvastatin). 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan model hewan hiperlipidemia yang diinduksi dengan propiltiourasil dan larutan kolesterol murni dalam minyak sayur mengikuti metode Hasimun dkk., Hewan coba: Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus Wistar jantan usia 2 bulan dengan bobot badan rata-rata gram Design studi: Tiga puluh ekor tikus diinduksi hiperlipidemia dengan pemberian propil tiourasil 0,01% dalam air minum dan 30 mg/kg bb peroral serta pemberian larutan kolesterol murni dalam minyak sayur dosis 200 mg/kg bb. Induksi dilakukan selama 28 hari. Pada hari ke-14 hewan coba dikelompokkan secara acak menjadi 5 6 ekor. Kelompok 1 tanpa diinduksi dan hanya menerima pembawa obat (kontrol normal), kelompok 2 diinduksi dan hanya menerima pembawa obat (kontrol positif), kelompok 3 diinduksi dan menerima obat simvastatin (5 mg/kg bb) selama 14 hari dan diberikan mulai hari ke-14 setelah induksi. Kelompok 4 diinduksi dan menerima produk Bioterra dosis I (4,05 ml/kg bb) selama 14 hari dan diberikan mulai hari ke-14 setelah induksi. Kelompok 5 diinduksi dan menerima produk Bioterra dosis II (12,15 ml/kg bb) selama 14 hari dan diberikan mulai hari ke-14 setelah induksi Parameter yang diukur: kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL. 4. Hasil Penelitian Kadar kolesterol total Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar kolesterol total yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,008) kelompok dosis 4,05 ml/kg bb (p = 0,013), kelompok dosis 12,15 ml/kg bb (0,046) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif.

9 Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar kolesterol total yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,022), kelompok dosis 4,05 ml/kg bb (p < 0,001) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Penurunan kolesterol total antara kelompok statin, kelompok dosis 4,05 ml/kg bb dan kelompok dosis 12,15 ml/kg bb tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik baik pada hari ke-21 maupun pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan bahwa efek produk Bioterra sebanding dengan simvastatin. Tabel 1. Kadar kolesterol total pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok Kadar kolesterol total ± sd (mg/dl) kelompok Hari ke Normal Positif Simvastatin Dosis I Dosis II 14 86,5±16,0 107,9±18,7 119,4±8,1 99,8±15,9 128,1±16, ,0±9,6 147,9±9,1 121,7±9,0 * 123,6±15,1 * 128,7±9,8 * 28 91,6±26,4 153,6±12,2 131,4±8,5 117,6±11,9 138,9±7,4 Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 ml/kg bb), dosis II (12,15 ml/kg bb) Kadar trigliserida Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar trigliserida yang bermakna secara statistik untuk kelompok dosis 4,05 ml/kg bb (p = 0,038), dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Sedangkan penurunan kadar trigliserida pada kelompok statin (p=0,130) dan kelompok dosis 12,15 ml/kg bb (p=0,235) tidak bermakna secara statistik. Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar trigliserida yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,039), kelompok dosis 4,05 ml/kg bb (p = 0,002), kelompok dosis 12,15 ml/kg bb (p=0,004) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Penurunan trigliserida antara kelompok simvastatin (5 mg/kg bb), kelompok dosis 4,05 ml/kg bb dan kelompok dosis 12,15 ml/kg bb tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik baik pada hari ke-21 maupun pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar trigliserida oleh produk Bioterra sebanding dengan simvastatin.

10 Tabel 2. Kadar trigliserida pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 ml/kg bb), dosis II (12,15 ml/kg bb) Kadar HDL Perubahan kadar HDL pada hari ke-21 dan hari ke-28 tidak berbeda bermakna secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa produk Bioterra tidak mempengaruhi kadar HDL, walaupun ada kecenderungan menaikkan kadar HDL. Tabel 3. Kadar kolesterol HDL pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. *= bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 ml/kg bb), dosis II (12,15 ml/kg bb) Kadar LDL Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar LDL yang bermakna secara statistik untuk kelompok statin (p = 0,013), dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Sedangkan penurunan kadar LDL pada kelompok dosis 4,05 ml/kg bb dan kelompok dosis 12,15 ml/kg bb tidak bermakna secara statistik. Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar LDL yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,048), kelompok dosis 4,05 ml/kg bb (p = 0,006) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif.

11 Tabel 4. Kadar kolesterol LDL pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. *= bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 ml/kg bb), dosis II (12,15 ml/kg bb). 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian produk Bioterra dosis 4,05 ml/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL yang bermakna secara statistik. 2. Pemberian produk Bioterra dosis 4,05 ml/kg bb dan dosis 12,15 ml/kg bb tidak mempengaruhi kadar HDL. 3. Pemberian produk Bioterra dosis 12,15 ml/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida yang bermakna secara statistik dan penurunan kadar LDL tidak bermakna secara statistik. 4. Dosis 4,05 ml/kg bb lebih baik efeknya dibandingkan dosis 12,15 ml/kg bb dalam menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL. 6. Daftar pustaka Flegal, K., Carroll, M., Ogden, C. and Johnson, C. (2002): Prevalence and trends in obesity among US adults, , JAMA, 288(14), Herfindal, T. Eric, Gourley R. Dick (2000): Textbook of therapeutics: drug and disease management, William & Wilkins, Baltimore, P. Hasimun, E.Y. Sukandar, I K. Adnyana, D.H. Tjahjono, (2011): A Simple Method For screeningantihyperlipidemicagents, Int. J. Pharm., 7 (1):

12 LAPORAN AKHIR PENGUJIAN EFEK ANTI-KETERGANTUNGAN ALKOHOL DAN NARKOBA PADA PRODUK BIOTERRA CV PROBIOTERRA LESTARI COPY Tim Peneliti: Dr. Kusnandar Anggadireja Pratiwi Wikaningtyas, S. Si., M. Si. Disetujui oleh: Dekan Sekolah Farmasi ITB Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc. NIP SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011

13 1. Tujuan Menguji efek Produk Biotera sebagai anti-ketergantungan alkohol. 2. Prinsip Uji Mempelajari pengaruh pemberian berulang Produk Biotera terhadap profil konsumsi alkohol serta ekspresi reaksi putus alkohol pada mencit yang dibuat tergantung terhadap alkohol. 3. Subjek Uji Hewan: mencit jantan Webster, usia minggu, dengan bobot g. 4. Bahan Alkohol, dalam bentuk minuman beralkohol (15% etanol dalam 0,2% larutan sukrosa) yang diberikan ad lib selama 16 hari. Ibuprofen, dosis 10 mg/kg, sebagai penginduksi reaksi putus alkohol. Produk Biotera pada dosis 0,1 ml; 0,2 dan 0,4 ml/10 g, diberikan sekali dalam 2 hari. 5. Prosedur Percobaan Mencit dibagi ke dalam 6 kelompok sebagai berikut: o Kelompok 1: diberi minuman beralkohol ad lib selama 16 hari/ Kontrol (+) o Kelompok 2: diberi minuman sukrosa 0,2% ad lib selama 16 hari/kontrol (-) o Kelompok 3: diberi air minum biasa o Kelompok 4: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,1 ml/10 g o Kelompok 5: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,2 ml/10 g o Kelompok 6: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,4 ml/10 g Pada hari ke-17 semua mencit diberi ibuprofen 10 mg/kg intraperitoneal, 1 jam setelah minuman diambil. Pengamatan ekspresi reaksi putus alkohol dilakukan segera setelah pemberian ibuprofen selama 1 jam, dengan menghitung insidensi reaksi putus alkohol yang paling nyata terekspresi. 6. Hasil Percobaan Profil konsumsi alkohol harian (total per kelompok) ditampilkan pada Gambar 1. Terlihat bahwa kelompok yang diberi minuman beralkohol saja menunjukkan konsumsi minuman alkohol yang tinggi. Peningkatan tajam teramati pada hari ke-2 dan ke-3 pemberian alkohol. Peningkatan konsumsi minuman beralkohol ini terlihat menurun pada kelompok yang diberi Produk Biotera pada dosis 0,2 ml dan 0,4 ml/10 g. Gambar 2 menunjukkan persen perubahan jumlah alkohol yang dikonsumsi oleh tiap kelompok. Terlihat bahwa kelompok yang hanya diberi minuman beralkohol menunjukkan persen kenaikan konsumsi alkohol yang meningkat tajam pada hari ke-2 dan ke-3 percobaan.

14 Kenaikan ini dapat ditekan pada kelompok yang menerima Produk Biotera pada dosis 0,2 dan 0,4 ml/10 g. Sementara itu, pada dosis 0,1 ml/20 g, Produk Biotera pada hari ke-2 menyebabkan peningkatan konsumsi alkohol, namun pada hari ke-3 konsumsi menurun. Gambar 1 Profil jumlah konsumsi alkolhol harian. Kontrol (+): mencit mendapat minuman beralkohol; Kontrol (- ): mencit mendapat minuman sukrosa 0,2%, Normal: mencit diberi minum air; Dosis 1: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,1 ml/10 g; Dosis 2: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,2 ml/10 g; Dosis 3: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,4 ml/10 g. Gambar 2 Perubahan persen konsumsi alkohol. Kontrol (+): mencit mendapat minuman beralkohol; Kontrol (-): mencit mendapat minuman sukrosa 0,2%, Normal: mencit diberi minum air; Dosis 1: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,1 ml/10 g; Dosis 2: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,2 ml/10 g; Dosis 3: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,4 ml/10 g. Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2 dapat merupakan petunjuk bahwa Produk Biotera dapat mencegah perkembangan ketergantungan pada alkohol. Pada pemeriksaan ekspresi reaksi putus alkohol yang diinduksi dengan ibuprofen, dapat diamati bahwa kelompok mencit yang mendapat perlakuan Produk Biotera memiliki insidensi reaksi putus alkohol yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok mencit yang hanya menerima minuman beralkohol.

15 Untuk reaksi yang berupa fore paw licking (gerakan menjilati telapak kaki depan) penurunan paling signifikan diberikan setelah Produk Biotera pada dosis 0,2 ml/10 g, seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Demikian pula untuk reaksi grooming (menjilati seluruh bagian tubuh), penuruman insidensi reaksi sampai ke tingkat paling kecil setelah dosis 0,2 ml/10 g (Gambar 4). Gambar 3 Profil insidensi reaksi putus alkohol fore paw licking. Pengamatan perilaku dilakukan selama 60 menit setelah menginduksi putus obat. *, ** masing-masing p<0,05 dan 0,01, berbeda nyata secara statistik terhadap kelompok yang hanya menerima minuman berlakohol (ANOVA, post hoc Fisher's PLSD). Gambar 4 Profil insidensi reaksi putus alkohol grooming. Pengamatan perilaku dilakukan selama 60 menit setelah menginduksi putus obat. *, ** masing-masing p<0,05 dan 0,01, berbeda nyata secara statistik terhadap kelompok yang hanya menerima minuman berlakohol (ANOVA, post hoc Fisher's PLSD). Hasil dari pengujian ekspresi reaksi putus alkohol, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4 di atas, mengindikasikan bahwa pemberian Produk Biotera juga dapat mencegah munculnya reaksi putus alkohol, yang terlihat pada pecandu pada saat konsumsi alkohol, dan bahan adiktif umumnya, dihentikan. 7. Kesimpulan Produk Biotera teramati dapat menekan konsumsi alkohol serta mencegah ekspresi reaksi putus obat pada mencit yang mengalami ketergantungan alkohol. Hasil ini lebih jauh menunjukkan bahwa Produk Biotera berpotensi untuk digunakan untuk mengatasi ketergantungan terhadap alkohol.

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Transisi epidemiologi penyakit merupakan pola pergeseran dan perubahan penyakit. Perubahan tersebut dapat berupa dengan berkurangnya jumlah penderita penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan.kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi dislipidemia cenderung terus meningkat di era modernisasi ini seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang hidup dengan sedentary lifestyle. Kesibukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Biokimia. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA

ABSTRAK. PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA ABSTRAK PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA Michelle Regina Sudjadi, 2012; Pembimbing I: Penny S.M.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki gaya hidup beragam dan cenderung kurang memperhatikan pola makan dan aktivitas yang sehat. Akibatnya,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental yaitu penelitian yang didalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman yang makin modern menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat, termasuk pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat, akibatnya terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

AINUN RISKA FATMASARI

AINUN RISKA FATMASARI AINUN RISKA FATMASARI 10703043 EFEK IMUNOSTIMULASI EKSTRAK AIR HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA URB) DAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK DIBANDINGKAN SIMVASTATIN Jessica Angela Haryanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan 95 RINGKASAN Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama di negara berkembang dan melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan berbagai tipe sel yang saling berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara berkembang seperti Indonesia masih disebabkan oleh penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA( ABSTRAK EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(Vernonia amygdalina Del), TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DI INDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Elton Fredy Kalvari, 2015 ;Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium menggunakan post-test control design group only. Pada penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke pembuluh darah otak umumnya disebabkan oleh terjadinya aterosklerosis atau penimbunan lemak pada pembuluh

Lebih terperinci

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes. ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) TIKUS JANTAN GALUR Wistar F. Inez Felia Yusuf, 2012. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan gaya hidup masyarakat cenderung meniru negara barat karena dianggap sebagai cerminan pola hidup modern. Gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data epidemiologi, fenomena peningkatan kadar lipid terjadi di sebagian besar populasi masyarakat. Hal tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina, Sikni Retno K. ABSTRACT

Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina, Sikni Retno K. ABSTRACT The Effectivity of Atorvastatin, Fenofibrate, and Gemfibrozil in Single and Combination Dose to Reduce Total Cholesterol Levels in White Male Rats of Wistar Strain Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

Lampiran 1. Surat Ethical clearance Lampiran 1. Surat Ethical clearance 41 Lampiran 2. Surat identifikasi tumbuhan 42 Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan mahkota dewa Gambar : Tumbuhan mahkota dewa Gambar : Daun mahkota dewa 43 Lampiran 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan eksperimental laboratorik dengan metode post-test only with control group design. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010 diketahui

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL JAMUR LINGZHI (Ganoderma lucidum) TERHADAP KADAR HDL (High Density Lipoprotein) PADA TIKUS DISLIPIDEMIA SKRIPSI.

PENGARUH EKSTRAK ETANOL JAMUR LINGZHI (Ganoderma lucidum) TERHADAP KADAR HDL (High Density Lipoprotein) PADA TIKUS DISLIPIDEMIA SKRIPSI. PENGARUH EKSTRAK ETANOL JAMUR LINGZHI (Ganoderma lucidum) TERHADAP KADAR HDL (High Density Lipoprotein) PADA TIKUS DISLIPIDEMIA SKRIPSI Oleh: PRITALIA RATRA FURI K100080095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

5. Rancangan perlakuan hewan uji.. 6. Metode Analisa Kadar HDL dan LDL C. Analisis Hasil...

5. Rancangan perlakuan hewan uji.. 6. Metode Analisa Kadar HDL dan LDL C. Analisis Hasil... 10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO.. v HALAMAN PERSEMBAHAN...... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI

Lebih terperinci

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini menyebabkan masyarakat harus bergerak cepat khususnya di daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen murni dengan menggunakan design Pretest postest with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR Jane Haryanto, 2012 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II : Penny Setyawati M.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari EFEK TOKSISITS SUBKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT BTNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR* Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sri.adi@unpad.ac.id Intisari

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN Kadek Reanita Avilia, 2014 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang ditandai dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL DAN PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA Ronauly V. N, 2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah terjadi perubahan pola penyakit akibat program kesehatan serta perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan pada masyarakat. Penyakit infeksi dan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Ekstrak Jamur Kuping Hitam terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Mencit Swiss Webster Jantan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Jamur Kuping Hitam terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Mencit Swiss Webster Jantan Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Pengaruh Pemberian Ekstrak Jamur Kuping Hitam terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Mencit Swiss Webster Jantan 1 Herni Pratiwi Puspitasari, 2 Sri Peni

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........ i ABSTRAK.......... iii DAFTAR ISI.............. v DAFTAR TABEL........ viii DAFTAR GAMBAR......... x DAFTAR LAMPIRAN..... xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada metabolisme lipoprotein, baik itu berlebihan ataupun kekurangan. Keadaan yang mungkin timbul dapat berupa peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit degeneratif yang menjadi pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit kardiovaskuler seperti penyakit

Lebih terperinci

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara berkembang, banyak sekali insiden penyakit jantung koroner yang semakin meningkat. Hal ini sangat berkaitan dengan pola hidup dan kebiasaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas dan overweight saat ini menjadi masalah yang banyak dijumpai di masyarakat. Kedua istilah ini sering digunakan untuk menunjukkan keadaan di mana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang ilmu Gizi Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Keji Beling... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, penyebab kematian di dunia telah mengalami pergeseran dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Menurut data American Heart Association (AHA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test controlled group design terhadap hewan uji. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin, relatif ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci