BAB I PENDAHULUAN. Timor-Leste merupakan sebuah negara yang secara dejure diakui

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Timor-Leste merupakan sebuah negara yang secara dejure diakui"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Timor-Leste merupakan sebuah negara yang secara dejure diakui kemerdekaannya oleh dunia Internasional pada tanggal 20 Mei Sebagai sebuah negara yang usianya masih muda, Timor-Leste harus berjuang keras untuk meningkatkan kualitas masyarakatnya melalui pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang dimaksudkan disini meliputi pembangunan sarana dan prasaran fisik serta pembangunan sumberdaya manusianya. Salah satu upaya pembangunan sumberdaya manusia dilakukan melalui proses penyelenggaraan pendidikan. Pada dasarnya masyarakat Timor-Leste telah mengalami tiga periode proses pendidikan, yakni periode pertama, sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Portugis selama 450 tahun, periode kedua, sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia selama 24 tahun, dan periode ketiga, sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Timor-Leste. Pada masa 450 tahun pemerintahan Portugis, pembangunan di sektor pendidikan di Timor-Leste sangat terbatas, karena hanya ada beberapa Sekolah Dasar (Escola Primária) dan Sekolah Menengah Pertama (Escola Pré-Secundária) di beberapa wilayah Timor-Leste seperti di Soibada, Dare, Dili, Ossu dan satu Sekolah Menengah Atas (Escola Secundária) di Kota Dili. Pada masa itu yang bisa bersekolah hanya terbatas pada anak-anak para Liu Rai/Raja, dan 1

2 2 sebagian kecil orang timor yang bekerja sebagai Polisi, Tentara dan Pegawai Negeri pada pemerintahan Portugis. Sementara anak-anak masyarakat biasa tidak mendapatkan kesempatan pendidikan karena tingginya biaya pendidikan. Melihat kondisi pendidikan masyarakat Timor-Leste yang masih terbelakang, kebijakan yang diterapkan Pemerintah Indonesia ketika Timor- Timur dinyatakan sebagai propinsi yang ke-27 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pembangunan Timor-Leste dengan menitikberatkan pada sektor pendidikan. Dengan demikian, telah terjadi perubahan sistem pendidikan pada jaman pemerintahan Indonesia. Perubahan ini dilakukan dengan tujuan untuk membangun sumber daya manusia di Timor-Leste agar bisa berkembang sejajar dengan propinsi lainnya di Indonesia. Prioritas utama dalam pembangunan di sektor pendidikan dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia, adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses belajar mengajar. Beberapa kebijakan dibidang pendidikan yang diterapkan di Timor-Leste diantaranya adalah: 1. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar di seluruh pelosok Timor-Leste. Tahun 1985, pembangunan sekolah-sekolah dasar sudah menjangkau 442 desa di Timor-Leste, sehingga proporsi anak yang ingin sekolah juga meningkat tinggi. 2. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama (SMP) di seluruh Kecamatan. Tahun 1985, pembangunan SMP menjangkau 65 kecamatan.

3 3 3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Atas (SMA) di seluruh Kabupaten dan beberapa sekolah kejuruan seperti Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK), Sekolah Teknik Mesin (STM), Sekolah Guru Olahraga (SGO) dan Sekolah Pendidikan Pertanian (SPP); 4. Pemerintah Indonesia mendirikan satu Politeknik; 5. Pemerintah Indonesia juga mendukung berdirinya Universitas Timor-Timur (UNTIM) pada tahun 1986 dengan status terdaftar guna menampung lulusan dari SLTA di Timor-Leste yang ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi di Timor-Leste. Selain pembangunan fasilitas sarana dan prasarana di atas, pemerintah Indonesia pada masa itu juga mengambil kebijakan merekrut tenaga pengajar dari beberapa daerah seperti dari Kupang, Bali, Jawa, Sumatra dan Sulawesi, untuk membantu menyelenggarakan proses pendidikan di Timor-Leste. Kebijakan ini diambil dengan maksud untuk mengurangi tingkat buta huruf yang tinggi di Timor-Leste. Pada periode pemerintahan Timor-Leste, sektor pendidikan tetap menjadi salah satu prioritas dalam proses pembangunan. Kebijakan ini diambil, terinspirasi oleh kebijakan yang telah diterapkan Pemerintahan Indonesia ketika Timor-Leste masih merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya kebijakan disektor pendidikan. Selain itu, kebijakan untuk memprioritaskan sektor pendidikan pada periode Pemerintahan Timor-Leste disebabkan oleh keterpurukan sarana dan

4 4 prasarana fisik akibat dari krisis politik tahun 1999, dimana sarana dan prasarana fisik yang telah dibangun pada periode Pemerintahan Indonesia sebagian besar dirusak dan sudah tidak layak untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, sasaran awal pembangunan Timor-Leste pada masa itu adalah merehabilitasi sarana dan prasarana fisik pendidikan yang rusak serta membangun beberapa gedung sekolah baru yang didanai oleh Bank Dunia. Sampai dengan tahun 2010, terdapat kurang lebih 700 Escola Primária, 200 Escola Pré-Secundária, dan 60 Escola Secundária yang ada di Timor-Leste (Oliveira, 2009). Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar merupakan prioritas pemerintah Timor-Leste sebagai kelanjutan dari kebijakan di era Timor-Leste masih menjadi bagian dari NKRI. Adanya program wajib belajar sampai 6 (enam) tahun bagi seluruh warga negara Indonesia juga berlaku bagi masyarakat Timor-Leste yang waktu itu disebut Timor-Timur. Setelah Timor- Leste berdiri sendiri sebagai Negara yang berdaulat, kebijakan pemerintah dibidang pendidikan khususnya pendidikan dasar hampir tidak mengalami perubahan. Pemerintah tetap melakukan pembangunan gedung-gedung sekolah dasar di seluruh wilayah Timor-Leste. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Timor-Leste benar-benar berkomitmen untuk mengembangkan sektor pendidikan. Dan sampai tahun 2011, pemerintah Timor-Leste telah membangun sarana dan prasarana Sekolah Dasar sehingga jumlahnya mencapai unit yang tersebar diseluruh Timor-Leste. Pengembangan sektor pendidikan ini membuahkan hasil sehingga sebagian besar penduduk

5 5 usia sekolah mampu menyelesaikan pendidikan dasar dan melanjutkan ke tingkat berikutnya. Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar di Timor- Leste, sebagai berikut: Tabel 1.1 : Data Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar di Timor-Leste. No. Total sarana dan prasarana sekolah dasar Distrito Gedung SD Gedung SD Guru SD Murid SD Thn 2009 Thn 2012 Thn 2012 Thn Aileu Ainaro Baucau Bobonaro Covalima Dili Ermera Lautem Liquiça Manatuto Manufahi Oecusse Viqueque Total Sumber: Ministério da Educação, Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa kondisi sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Dasar yang ada di Timor-Leste mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini bisa dilihat dari Sekolah Dasar yang semula berjumlah 700 unit (Oliveira, 2009) meningkat menjadi unit. Artinya, dalam waktu 3 (tiga) tahun terjadi peningkatan jumlah sekolah dasar sebanyak 391 unit. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Timor-Leste telah diatur dengan kebijakan pendidikan dasar yaitu Decreto-Lei n 7/2010 tertanggal 19 Mei, tentang Sistem Hukum dan Pengelolaan Pendidikan

6 6 Dasar. Pasal 17 dalam kebijakan tersebut diatur tentang pengelolaan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar sebagai berikut: bahwa sarana dan prasarana pendidikan dasar merupakan bagian dari tanggungjawab dalam pengelolaan keuangan dan perencanaan, untuk: (a) menjamin pemenuhan kebutuhan sekolah secara fungsional dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di sekolah, (b) menjamin pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, (c) melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan terkait pembangunan atau rehabilitasi sekolah, (d) memastikan pengelolaan dan distribusi peralatan sekolah ke setiap satuan pendidikan. Kendatipun demikian, sering kita menyimak pendapat masyarakat (opini publik) baik melalui media elektronik maupun surat kabar terkait masih kurangnya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Bahkan terdapat beberapa gedung sekolah yang kondisinya rusak namun tidak pernah direnovasi. Fenomena ini sangat menarik karena disatu sisi pemerintah mampu membangun banyak sekolah namun disisi lain pemerintah juga gagal memelihara kondisi sarana dan prasarana sekolah yang sudah ada. Sehingga meskipun jumlah bangunan pendidikan dasar terus bertambah namun sarana pendidikan dasar di Timor-Leste dapat dikatakan masih kurang. Kurangnya sarana pendidikan ini menjadi salah satu sebab masih banyak anak yang putus sekolah di Timor-Leste. Sebagian anak yang putus sekolah ini kemudian bekerja sebagai buruh tani atau merantau ke kota untuk bekerja. Salah satu penyebab buruknya sarana dan prasarana fisik pendidikan dasar di Timor-Leste adalah minimnya anggaran pendidikan. Pada tahun 2012 misalnya, pemerintah menganggarkan dana sebesar $ milhões untuk pembangunan gedung baru dan rehabilitasi gedung sekolah yang lama. Secara persentase, jumlah ini hanya 12% dari anggaran belanja negara yang

7 7 dialokasikan untuk pendidikan. Tabel berikut memperlihatkan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Timor-Leste pada tahun 2012, sebagai berkut: Tabel 1.2 Anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Timor-Leste pada tahun 2011/2012 No Nama Distrito Kegiatan proyek Gedung baru Rehabilitasi Total anggaran 1. Aileu 2 12 $.1580 milhões 2. Ainaro 1 8 $.1350 milhões 3. Baucau 3 17 $.2710 milhões 4 Bobonaro 4 20 $.1830 milhões 5 Covalima 3 8 $.1430 milhões 6 Dili 18 4 $.3116 milhões 7 Ermera 1 14 $.2450 milhões 8 Lautem 3 8 $.1470 milhões 9 Liquica 2 8 $.1540 milhões 10. Manatuto 1 9 $.1490 milhões 11. Manufahi 3 11 $.2190 milhões 12. Oecusse 2 12 $.1420 milhões 13. Viqueque 3 16 $.2710 milhões total $ milhões Sumber Data: Ministério da Educação, Memperhatikan besarnya anggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Timor-Leste, terlihat bahwa dengan anggaran sebesar $ milhões ini ternyata masih tidak mencukupi. Hal itu merupakan tantangan bagi Pemerintah untuk mewujudkan program pendidikan dasar guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia Timor-Leste dalam era globalisasi. Dengan adanya kebijakan pendidikan dasar yang telah dikeluarkan pemerintah pada tahun 2010, seharusnya juga diikuti dengan penyediaan anggaran yang memadai sehingga tujuan kebijakan dapat dicapai secara efektif.

8 8 Decretto-Lei No.13/2009, tertanggal 21 Oktober, tentang Anggaran dan Pengelolaan Keuangan di Timor-Leste. Pada bagaian 2 tentang Prinsip dan Aturan Fiskal, pasal 3: mengatakan bahwa: (1) APBN adalah anggaran tahunan; (2) penyusunan anggaran harus dibingkai dalam perspektif multianual yang ditentukan oleh tuntutan estabilitas keuangan; (3) anggaran dapat mengintegrasikan program, langkah-langkah dan proyek-proyek atau kegiatan yang melibatkan multibiaya, yang menunjukan total pengeluaran untuk masing-masing; (4) program pencapaian aktivitas penting pada penyediaan layanan kepada target, hasil atau kelompok tertentu, termasuk semua kegiatan dimana ini merupakan satu set; (5) sebuah proyek bersama operasi terbatas dalam waktu daripada realisasinya mungkin berhubungan dengan satu atau lebih pengeluaran; (6) tahun anggaran bertepatan dengan tahun kalender; (7) semua alokasi anggaran untuk tahun fiskal harus selang setelah tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan. Berdasarkan pasal tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa alokasi anggara untuk membiayai kegiatan pembangunan setiap tahun harus mengintegrasikan program kegiatan dalam bentuk proyek-proyek pembangunan yang telah direncanakan. Dengan demikian, perencanaan anggaran pembangunan yang disiapkan oleh komisi pembangunan daerah harus tetap mengikuti siklus anggaran yang berlaku di Timor-Leste, yakni melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1) Persiapan anggaran, yaitu setiap kementrian mempersiapkan rencana tahunannya (Plano Annual Ação), dengan merekap tujuan dan menentukan kegiatan-kegiatan prioritas kementrian untuk tahun mendatang. Kegiatan ini dimulai pada bulan Maret dan diserahkan kepada komisi revisi anggaran pada bulan April untuk dianalisis. Dengan memahami proses persiapan anggaran yang berlaku di Timor-Leste maka seharusnya rencana prioritas kegiatan dan estimasi anggaran untuk membiayai kegiatan pembangunan investasi daerah khususnya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar yang

9 9 disiapkan oleh komisi pembangunan daerah harus dianalisis dan didiskusikan dengan matang agar dokumen rancangan rencana anggaran yang diusulkan benar-benar merefleksikan priotitas kegiatan pembangunan investasi daerah sehingga dapat didukung dengan dana yang memadai demi efektifnya anggaran pembangunan yang dialokasikan. 2) Rancangan anggaran, yaitu proposal dari setiap kementrian dihargai sebagai rancangan anggaran untuk dianalisis oleh komisi revisi anggaran pada bulan Juli, selanjutnya disampaikan kepada dewan menteri untuk dibahas. 3) Pengesahan rancangan anggaran, yaitu proses mempertanggungjawabkan rancangan anggaran kepada parlemen melalui suatu plenari untuk mendapat persetujuan dan diserahkan kepada Presiden Repúblik untuk disahkan dan dipublikasikan melalui jurnal pemerintah (jornal da republica). Dokumen RAPBN diserahkan oleh komisi revisi kepada parlamen untuk dipelajari, sebulan sebelum dipertanggungjawabkan oleh eksekutif. 4) Penggunaan anggaran, yaitu dimulai sejak awal bulan tahun berjalan, dan dilaporkan penggunaannya pada setiap tiga bulan (trimestral). Dengan memahami landasan dasar Decreto-Lei 13/2009 tentang Anggaran dan Pengelolaan Keuangan di Timor-Leste, seharusnya pemerintah daerah dalam hal ini Komisi Pembangunan Daerah (KDD) Distrito Dili, beserta jajaranya dapat merencanakan anggaran pembangunan pendidikan secara optimal sehingga pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar dapat mencapai standar pendidikan nasional. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa kondisi sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili masih memprihatinkan.

10 10 Secara umum, kondisi sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili sebagai berikut: Tabel 1.3. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar Distrito Dili. No. Sub-Distrito Total Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar Publik Gedung SD Guru SD Murid SD 1. Cristo-Rei Nain-Feto Vera-Cruz Dom Aleixo Atauro Metinaro Total Sumber: Dinas Pendidikan Distrito Dili 2012

11 11 Tabel 1.4. Rekapitulasi Rencana Anggaran Pembangunan Gedung Baru dan Rehabilitasi Gedung Lama Sekolah Dasar Negeri Distrito Dili, Tahun 2011/2012. Kegiatan proyek Total No. Sub-Distrito Gedung Baru Rehabilitasi Anggaran 1. Cristo-Rei 3 1 $ ,- 2. Nain-Feto 1 - $ ,- 3. Vera Cruz 2 1 $ ,- 4. Dom Aleixo 8 - $ ,- 5. Atauro 3 1 $ ,- 6. Metinaro 1 1 $ ,- total 18 4 $ ,- Sumber: Ministério das Finanças 2012 Memperhatikan tabel 1.4 di atas ternyata rencana anggaran proyek pembangunan pada Dinas Pendidikan Distrito Dili pada tahun 2011/2012, dialokasikan untuk membangun gedung sekolah baru (18 proyek) dan hanya 4 proyek untuk rehabilitasi gedung yang lama. Padahal di Distrito Dili masih banyak gedung sekolah yang kondisinya rusak dan sangat kekurangan sarana penunjang pendidikan. Hasil pengamatan terhadap beberapa sekolah dasar menunjukkan setidaknya ada enam (6) SD yang kondisi bangunannya rusak dan harus direnovasi, yaitu: 1. SD Fatumeta. Kondisi bangunannya memprihantinkan (rusak parah) dan statusnya harus segera direnovasi. Kurangnya fasilitas penunjang seperti;

12 12 ruang kelas, alat-alat atau media pendidikan, meja, dan kursi, juga perpustakaan sekolah. 2. SD Fatuhada. Kondisi fisik bangunannya rusak parah dan statusnya harus segera direnovasi. Sekolah ini membutuhkan fasilitas pendukung lainnya seperti tambahan gedung, ruang kelas, buku, meja, kursi, perpustakaan sekolah, dan sebagainya demi kelancaran proses belajar mengajar. 3. SD Acanuno. Memiliki 6 ruang kelas, namun 3 ruang kelas kondisinya sangat memprihatinkan (rusak parah) dan statusnya harus segera diperbaiki/direnovasi. 4. SD Hera. Kondisi bangunan sekolahnya kurang baik perlu diperbaiki dan hanya memiliki 6 ruang kelas, tidak memiliki alat-alat pendidikan dan ruang perpustakaan. 5. SD Manleuana. Kondisi bangunan sekolahnya masih rusak dan statusnya harus diperbaiki/ direnovasi 6. SD Aimutin. Hanya memiliki 6 ruang kelas, dan kondisi bangunan sekolahnya kurang baik, harus segera di perbaiki/direnovasi. Melihat kondisi sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili, seharusnya Pemerintah Daerah memprioritaskan renovasi gedung yang lama dan menambah fasilitas pendidikan daripada menambah gedung baru. Dengan penduduk jiwa (hasil sensus 2010), jumlah sekolah dasar sebanyak 65 SDN untuk Distrito Dili seharusnya sudah mencukupi. Dengan memperhatikan rekapitulasi rencana anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar yang terterah pada tabel 1.4, dengan total anggaran sebesar $ ,

13 13 dan setelah dikonversikan ke hasil pelaksanaan kegiatan yang telah diprioritaskan pada tahun 2012, ternyata, sebagian rencana kegiatan yang diprioritaskan tersebut tidak dapat dilakasanakan. Berikut tabel yang menunjukan beberapa kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar yang tidak dapat dilaksanakan di tahun Tabel 1.5. Data Kegiatan Pembangunan yang di re-program di tahun Sektor Pendidikan Dasar. Kegiatan/Proyek Distrito Sub-Distrito Total Anggaran SD Perola Gedung Baru Dili Atauro $ SD Manleuana Gedung Baru Dili Dom Aleixo $ SD Fatumeta Gedung Baru Dili Dom Aleixo $ SD Kulu-Hun Rehab Dili Cristo-Rei $ SD Kamp. Baru Gedung Baru Dili Dom Aleixo $ SD Maquili Rehab Dili Atauro $ SD Metiaut Rehab Dili Cristo-Rei $ SD Bidau Massau Gedung Baru Dili Cristo-Rei $ Total Anggaran yang di re-programkan di tahun 2013 $ Sumber Data: Komisi Pembangunan Daerah Distrito Dili, Dengan melihat kenyataan pada tabel di atas, maka hal ini cukup mengundang pertanyaan tentang perencanaan anggaran pembangunan yang dilakukan oleh Komisi Pembangunan Daerah Distrito Dili, terutama terkait pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar, dimana setelah direncanakan dan telah disetujui anggaran pembiayaan prioritas kegiatannya ternyata sebagian program tidak dapat dikerjakan. Salah satu aspek yang menyebabkan kegagalan suatu kebijakan pemerintah dilihat dari aspek anggaran, yaitu lemahnya perencanaan anggaran. Meskipun anggaran bagi pelaksanaan suatu kebijakan dapat direvisi, tetapi apa yang terjadi pada anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito

14 14 Dili tetap saja menyisakan tanda tanya besar. Karena dalam perencanaan anggaran semua pihak yang terlibat telah mendiskusikan estimasi anggaran untuk setiap kegiatan yang direncanakan. Oleh karena itu, agar perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili mampu menghasilkan sebuah dokumen rencana yang berkualitas untuk memperoleh dukungan dana yang memadai, diharapkan semua lini yang terlibat dalam proses perencanaan anggaran dapat diakomodir dengan baik terutama usulan kegiatan dari pihak kepala sekolah agar dapat dianalisis dan dialokasikan anggaran yang memadai yang akhirnya mampu menjawab masalah yang dihadapi oleh sektor pendidikan secara efektif. Berdasarkan latar belakang ini, judul yang diangkat dalam penelitian tesis ini adalah Perencanaan Anggaran Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar di Distrito Dili, Timor-Leste Rumusan Masalah Suatu kebijakan seharusnya didukung dengan penyediaan anggaran yang memadai agar tujuan kebijakan dapat dicapai secara efektif. Kurangnya anggaran untuk melaksanakan kebijakan menunjukkan bahwa ada masalah dalam perencanaan anggaran. Terkait dengan kondisi sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili yang masih memprihatinkan, peneliti menduga bahwa hal ini disebabkan oleh belum efektifnya perencanaan anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Berdasarkan asumsi ini, maka masalah penelitian ini

15 15 dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili, Timor-Leste? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : Untuk memberikan penjelasan, pada tahapan mana yang menyebabkan perencanaan anggaran pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar di Distrito Dili tidak efektif Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat mengembangkan dan menambah khasana ilmu pengetahuan dalam kajian ilmu administrasi publik khususnya dalam bidang perencanaan anggaran publik Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para perencana anggaran pembangunan pendidikan di Distrito Dili Timor-Leste dalam rangka meningkatkan kinerja lembaga dan kualitas sumber daya manusia yang ada di Distrito Dili, Republik Demokratik Timor-Leste.

16 16

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan wilayah di Timor Leste khusunya di distrit Ermera dan Sub

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan wilayah di Timor Leste khusunya di distrit Ermera dan Sub BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timor Leste merupakan negara kecil ini mempunyai luas (14.609, 38 km 2 ), yang terdiri dari 13 distrit diantaranya : Distrit Aileu, Ainaro, Baucau, Bobonaro, Cova lima,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Gaol, 2014). Keberhasilan organisasi dalam menjalankan misinya dapat diukur

BAB I PENDAHULUAN. (Gaol, 2014). Keberhasilan organisasi dalam menjalankan misinya dapat diukur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi merupakan perkumpulan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama dan mempunyai ikatan untuk mencapai suatu tujuan bersama (Gaol, 2014). Keberhasilan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1976 TENTANG PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR DAN KABUPATEN-KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DI TIMOR TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pengantar Pembahasan pada bab ini tentang sejarah singkat pemerintahan Timor Leste dan pra kondisi penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman moderen ini dunia teknologi berperan sangat penting di bidang komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1: CIRI-CIRI KHAS KEMISKINAN

LAMPIRAN 1: CIRI-CIRI KHAS KEMISKINAN LAMPIRAN 1: CIRI-CIRI KHAS KEMISKINAN 1. Lampiran ini menyediakan gambaran umum kemiskinan di Timor Lorosae berdasarkan data Indonesia sampai tahun 1999. 2. Selama tahun 1999, 56 persen penduduk Timor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring adanya clean and good goverment governance dalam pengelolaan. pendekatan yang lebih sistematis dalam penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring adanya clean and good goverment governance dalam pengelolaan. pendekatan yang lebih sistematis dalam penggunaan anggaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring adanya clean and good goverment governance dalam pengelolaan anggaran yang ditandai dengan tiga prinsip utamanya yang berlaku secara universal yaitu

Lebih terperinci

Implementasi kebijakan pendidikan gratis terhadap anak sekolah di Timor-Leste

Implementasi kebijakan pendidikan gratis terhadap anak sekolah di Timor-Leste 52 Implementasi kebijakan pendidikan gratis terhadap anak sekolah di Timor-Leste Latar Belakang Victor Soares Perjuangan rakyat Timor-Leste yaitu Luta Liberta Rai e Povo untuk pembebasan tanah air dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. khususnya untuk anggaran pendidikan SMA di Kota Metro sejak tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. khususnya untuk anggaran pendidikan SMA di Kota Metro sejak tahun IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab I telah dijelaskan bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan khususnya untuk anggaran pendidikan SMA di Kota Metro sejak tahun 2006/2007-2008/2009 perkembangannya

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/14

REGULASI NO. 2000/14 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa- Bangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/14 10

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/11

REGULASI NO. 2000/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/11 6 Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi, keduanya memiliki makna yang hampir mirip yakni pelimpahan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi, keduanya memiliki makna yang hampir mirip yakni pelimpahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah sudah berjalan sejak diterbitkannya UU No 22/1999 dan 25/1999, menandakan sistem pemerintahan sudah beralih dari sentralisasi menjadi desentralisasi.

Lebih terperinci

PERNYATAAN POLITIK PARTAI PEMBEBASAN RAKYAT (PLP)

PERNYATAAN POLITIK PARTAI PEMBEBASAN RAKYAT (PLP) PARTIDO LIBERTAÇÃO POPULAR (PLP) Rua Metiaut, Dili, Timor-Leste PERNYATAAN POLITIK PARTAI PEMBEBASAN RAKYAT (PLP) Kita memiliki sebuah cita-cita yang telah menjadi pedoman seluruh kehidupan kita: membebaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah hampir 15 tahun merdeka, saat ini Republik Demokratik Timor Leste

BAB I PENDAHULUAN. Setelah hampir 15 tahun merdeka, saat ini Republik Demokratik Timor Leste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah hampir 15 tahun merdeka, saat ini Republik Demokratik Timor Leste sedang dalam proses membangun infraestruktur. Hal tersebut dilakukan untuk mengejar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang, karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan setiap manusia. Dengan pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 SALINAN NOMOR 3/A, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life education). Secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Batasan Masalah 6. C. Rumusan Masalah 7. D. Luaran Penelitian 7. E. Kerangka Pikir Penelitian 8

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Batasan Masalah 6. C. Rumusan Masalah 7. D. Luaran Penelitian 7. E. Kerangka Pikir Penelitian 8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii vi x BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Batasan Masalah 6 C. Rumusan Masalah 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Rencana Pembangunan Nasional (RPN) Republik Demokrasi Timor Leste adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini Republik Demokrasi Timor Leste (RDTL) perlu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Distrito Dili dipadati penduduk yang datang dari berbagai daerah di Timor-Leste.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Distrito Dili dipadati penduduk yang datang dari berbagai daerah di Timor-Leste. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografi Distrito Dili. Sejak Restorasi Kemerdekaan Timor-Leste pada tanggal 20 Mei 2002, Distrito Dili dipadati

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang

Lebih terperinci

PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR.

PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR. PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR Abstrak Putusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan bahwa persetujuan APBN terinci

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang ada sebelumnya adalah mengenai implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R No.1043, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO POLHUKAM. Anggaan. Revisi. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 12 TAHUN 2002 BANTUAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA BUPATI BANGKA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 12 TAHUN 2002 BANTUAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA BUPATI BANGKA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kementrian Pendidikan Timor Leste setiap tahun mengalokasi dana untuk pembangunan sekolah dan perbaikan infrastruktur sekolah di Timor Leste. Kementrian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan negara yang di kelola oleh pemerintah daerah menganut sistem otonomi daerah yang telah di tetapkan oleh MPR NO XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 memberikan dampak besar bagi semua aspek kehidupan, yakni era reformasi. Reformasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberilakukannya otonomi daerah. Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ANGGARAN 2009

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA TENGAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA TENGAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA TENGAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENGINTEGRASIAN PROGRAM GENERASI BERENCANA DALAM KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA TENGAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA TENGAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA TENGAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk membina dan mengembangkan

Lebih terperinci

RAPAT EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DEPARTEMEN PENDIDIKAN Rabu, 06 Pebruari 2008

RAPAT EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DEPARTEMEN PENDIDIKAN Rabu, 06 Pebruari 2008 RAPAT EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DEPARTEMEN PENDIDIKAN Rabu, 06 Pebruari 2008 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA RAPAT EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kinerja organisasi pemerintah banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama

I. PENDAHULUAN. Kinerja organisasi pemerintah banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja organisasi pemerintah banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENGHEMATAN DAN PEMANFAATAN ANGGARAN BELANJA PERJALANAN DINAS DAN MEETING/KONSINYERING KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KEBUPATEN JEMBER NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

REKAPITULASI PENGADUAN MELALUI LAPOR BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

REKAPITULASI PENGADUAN MELALUI LAPOR BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN REKAPITULASI PENGADUAN MELALUI LAPOR BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN NO PENGADUAN JAWABAN KETERANGAN 1 1. Kemendagri selaku Kementerian yang berwenang mengatur penyelenggaraan Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2001/18

REGULASI NO. 2001/18 UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration in East Timor NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2001/18 21 Juli 2001 REGULASI NO.

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN ALOR

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN ALOR BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE Tesis RA092389 KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE JOSÉ MANUEL MANIQUIN 3208205003 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Rima Dewi Suprihardjo, M.I.P Ir. Putu Rudy Satiawan, MSc PROGRAM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 1/A, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. suatu negara. Bangsa yang maju pasti tingkat pendidikan rakyatnya juga

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. suatu negara. Bangsa yang maju pasti tingkat pendidikan rakyatnya juga 88 BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Pendidikan merupakan aspek penting dalam peningkatan kualitas kehidupan suatu negara. Bangsa yang maju pasti tingkat pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah sebuah aktifitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah Staf Tata laksana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KOTA MAGELANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1981 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1981 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1981 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemerataan dan penyebaran

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa provinsi dan setiap provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing memiliki pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 2 SERI A TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANA TIDUNG DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANA TIDUNG DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANA TIDUNG DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NAGEKEO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN BAGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA), MADRASAH ALIYAH (MA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI/SWASTA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 51 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 51 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 51 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PENETAPAN BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA MENJADI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar dan meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR-LESTE TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memajukan kesejahteraan umum, itulah salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT WALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR TAHUN TENTANG IKOTA B PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan transaksi. Pasar modal (capital market) merupakan sarana pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan transaksi. Pasar modal (capital market) merupakan sarana pendanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara sebagai sarana bagi perusahaan dan para investor melakukan kegiatan transaksi. Pasar

Lebih terperinci

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015 1 LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua. Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Bapak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA TAHUN 2016 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA 2017 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM MEMBANTU PEMBIAYAAN SEKTOR KESEHATAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN ANGGARAN 2005

ABSTRAK ANALISIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM MEMBANTU PEMBIAYAAN SEKTOR KESEHATAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN ANGGARAN 2005 http://epserv.fe.unila.ac.id ABSTRAK ANALISIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM MEMBANTU PEMBIAYAAN SEKTOR KESEHATAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN ANGGARAN 2005 OLEH : YUSELA ERDINARIKA Dana Alokasi

Lebih terperinci