SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
|
|
- Yanti Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Ta aliyah Nurul Islami Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Veteran Bangun Nusantara SUKOHARJO I. DEFINISI KESEHATAN MASYARAKAT A. PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT 1. Winslow (1920) Ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. 2. Soekidjo Notoatmodjo (2003) Ilmu yang multi disipliner, karena pada dasarnya masalah kesehatan masyarakat bersifat multikausal, sehingga untuk menyelesaikan atau pemecahan masalah dilakukan secara multidisiplin. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (fisik, mental dan sosial) atau kuratif maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental dan sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. II. SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT Perkembangan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari sejarah kesehatan masyarakat, yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani Asclepius atau Aesculapius dan Higea. Aesculapius adalah seorang dokter pertama, yang tampan dan pandai yang telah melakukan pengobatan bahkan bedah dengan prosedur yang baik. 1
2 Higea adalah asisten Aesculapius. Ia yang melakukan pencegahan penyakit dengan mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup bersih, melaksanakan hidup seimbang, kebersihan diri, menghindari dari makanan dan minuman yang kotor dan beracun, makan makanan yang bergizi dan cukup istirahat. Pada akhirnya kedua orang ini menjadi suami istri. Menggabungkan 2 aliran kesehatan yang berbeda tapi tidak saling bertentangan, saling berhubungan satu sama lain. Aliran Aesculapius cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah sakit, yaitu melalui pengobatan kuratif. Sedangkan aliran Higea cenderung melakukan pencegahan penyakit (preventif) serta upaya-upaya peningkatan (promosi) kesehatan. III. PERKEMBANGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT A. PERIODE SEBELUM ILMU PENGETAHUAN (Pre Scientific Period) Greene (1984) Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Dari kebudayaan beberapa Negara seperti Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula pada zaman tersebut, tercatat dokumen-dokumen tertulis bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah (drainase), pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum dan sebagainya. Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena kesehatan. Dibangunnya latrine umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak sedap dan pandangan yang tidak enak. Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu. Alasan meraka minum air kali yang mengalir dan sudah kotor terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit. Hanlon (1974) Pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatat pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau dan sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan 2
3 pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman, warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya. 1. Abad pertama sampai abad ke-7 a) Hanlon (1964) Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat mulai dirasakan pentingnya. b) Notoatmodjo (2005) Penyakit kolera menjalar dari Inggris ke Afrika kemudian ke Asia dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada abad ke-7 India menjadi pusat endemic kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia kecil dan Eropa melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan lingkungan yaitu hygiene dan sanitasi, pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat waktu itu. 2. Abad ke-13 sampai abad ke-17 Pada masa ini kejadian endemic Pes yang paling dahsyat terjadi di China dan India, diperkirakan 13 juta orang meninggal. Catatan lain di India, Mesir dan Gaza orang meninggal setiap harinya, atau selama wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang. Peristiwa tersebut dikenal dengan The Black Death. Pada abad tersebut kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit menular. Tahun 1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus dan Disentri. B. PERIODE ILMU PENGETAHUAN (Scientific Period) 1. Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (Kebangkitan Ilmu Pengetahuan) Pada abad ilmu pengetahuan, mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah penyakit 3
4 cacar. Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi. William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini. Edwin Chadwich seorang pakar sosial sebagai ketua komisi ini akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut: Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoak. Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi. Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat). 2. Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 Mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang professional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan di dalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut, terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat. 4
5 Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara factor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan. Departemen kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan kota yang telah dibentuk di masing-masing kota seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun 1818 dan sebagainya. Pada tahun1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (Notoatmodjo, 2005). 3. Pada awal periode rekonstruksi Disebut sebagai jaman kontradiksi dan peluang. Waktu untuk meningkatkan kemakmuran di negara maju, dalam upaya penuntasan kemiskinan dari mereka yang kurang mampu di seluruh dunia. Disebut jaman peluang, karena dalam melihat kemajuan ilmiah dan teknologi luar biasa sehingga mampu membuka pemandangan dan kemungkinan tak terbatas untuk memecahkan permasalahan kuno tentang kemiskinan dan penyakit (Gunaratne 1977). Berbagai penemuan dan inovasi selama dan sesudah perang dunia kedua memberikan dorongan luar biasa untuk aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Penemuan dan produksi massal seperti kina, dichloro diphenyl trichloroethane (DDT), penisilin dan sulfonamide, pengembangan vaksin dan obat baru yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular, pengenalan pil KB dan suntikan, pengenalan dan penggunaan komputer dan perbaikan dalam pencitraan teknologi (X-ray dan CT Scan) memfasilitasi aplikasi canggih dalam praktek kesehatan masyarakat. Kemajuan dalam mikrobiologi dan imunologi memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan vaksin dan teknologi diagnostic. 5
6 C. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA MASA LIBERALISME DAN SESUDAHNYA Dekade setelah perang dunia kedua membawa pergeseran nilai yang ditandai dengan fokus dibidang kesehatan masyarakat dan harapan masyarakat. Di negara maju, penyakit menular yang telah begitu lama manjadi fokus utama kesehatan masyarakat telah surut. Dengan polio menjadi yang terakhir dari epidemi yang mengejutkan, mampu menurunkan korban dengan pemberian imunisasi, antibiotic, atau pengendalian epidemiologi atau lingkungan.(rogers 1990) Masa perkembangan epidemiologi modern dimulai pada tahun 1950-an, dimulai dengan studi follow up terhadap dokter-dokter di Inggris untuk memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan perkembangan penyakit kanker paru. Dengan penaklukan fasisme dan diikuti dengan runtuhnya komunisme, liberalisme muncul kembali. Ini dilambangkan dalam pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa kesehatan dan kesejahteraan adalah hak asasi bagi semua manusia (WHO, 1968). Hal ini adalah kewajiban bagi Negara untuk memberikan hak tersebut kepada penduduk mereka. Dalam beberapa kondisi, konflik antara kesehatan masyarakat sebagai suatu keharusan dan hakhak sipil kembali muncul. Ini tetap menjadi isu yang paling tangguh yang harus dihadapi oleh kesehatan masyarakat. Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak yang sangat luas terhadap segala aspek kehidupan manuasia, termasuk kesehatan. D. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI NEGARA BERKEMBANG Untuk melindungi kesehatan rakyat dan pekerjanya, penguasa kolonial menegakkan hukum serupa dengan yang berlaku di negaranya. Undang-undang kesehatan masyarakat yang spesifik bervariasi disetiap penguasa kolonial. Namun, jejak yang masih ada seperti undang-undang kesehatan masyarakat, undang-undang kepemerintahan, undang-undang sipil, undang-undang pabrik, undang-undang vaksinasi dan undang-undang tentang penyakit menular masih berlaku selama beberapa dekade. Para kolonial telah mencanangkan inisiatif penting dalam pencegahan dan pengendalian kesehatan masyarakat internasioanl melalui vaksinasi cacar yang awalnya diberikan pada para pekerja administrasi kolonial dan kemudian pada pekerja kasarnya. 6
7 Misionaris agama dari Eropa dan Amerika juga melakukan ekspedisi ke seluruh dunia bersama dengan kekuasaan kolonial. Banyak dari mereka, memiliki latar belakang medis allopathic, sehingga kemudian mendirikan lembaga-lembaga perawatan medis serta system pendidikan umum, termasuk sekolah keperawatan dari medis. Misionaris ini mendirikan klinik kesehatan atau apotik pada awalnya dan kemudian berkembang menjadi rumah sakit di Negara-negara kolonial. Diakhir abad ke-18 terjadi suatu momentum peningkatan dalam pendidikan kesehatan masyarakat, yaitu dengan pembentukan program sarjana dan pascasarjana yang dirancang khusus untuk kesehatan masyarakat, awalnya di negara-negara asal koloni kemudian dikembangkan di koloni-koloni mereka. Sekolah perintis kesehatan masyarakat didirikan di negara-negara kolonial diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dengan maksud agar dapat berfungsi sebagai pusat untuk pengembangan kebijakan terkait kesehatan masyarakat, dan untuk melatih orang-orang yang akan melayani warga negaranya di wilayah kolonial atau pekerja di daerah tropis. Keberhasilan terbesar dicapai oleh negara-negara berkembang pada abad ke-20 adalah pencegahan dan pengendalian serta pemberantasan tuntas penyakit cacar, yaitu suatu penyakit menular mengerikan yang telah ada sejak jaman dahulu. Sebagai tindakan pencegahan kesehatan masyarakat, inokulasi nanah diambil dari kasus cacar ke orang sehat. Hal ini telah dipraktekkan di Asia sejak zaman kuno. Metode variolation menyebar ke Eropa dan bagian lain dunia pada abad ke-17. Saat itu telah disederhanakan dan banyak digunakan untuk pencegahan dan pengendalian cacar. Pada 1796, Edward Jenner memperkenalkan teknik modifikasi dari variolation dengan menggunakan bahan cacar sapi. Masyarakat Eropa perlahan-lahan menerima hasil eksperimen ini. Kemudian masa inokulasi menggunakan bahan cacar sapi (vaksinasi) diperkenalkan secara luas. Bahan vaksin yang telah dikeringkan pada kaca, itu bisa dikirim ke seluruh bagian dunia. Penerimaan yang lebih luas dari vaksinasi massal ini telah menyebabkan penyakit cacar berhenti menjadi ancaman utama dikebanyakan negara Eropa dan Amerika pada awal abad ke-20 (Henderson, 1997). Pada awal abad ke-20, Prancis kemudian diikuti oleh Belanda memproduksi vaksin cacar yang beku dan kering dalam jumlah besar, yang diperuntukkan 7
8 setiap tahunnya untuk koloni mereka sendiri di Afrika dan Asia. Institute Lister di London telah mengembangkan teknologi beku-kering untuk memproduksi vaksin di awal 1950-an. Sejak itu, vaksin beku-kering cacar stabil diproduksi komersial dengan skala besar dan telah menyebar ke negara-negara maju lain dan kemudian ke negara-negara berkembang yang baru merdeka. E. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA 1. Masa pra kemerdekaan Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal. Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangkan percontohan dan propaganda kesehatan. 2. Masa era kemerdekaan a) Pra reformasi (1) Masa orde lama Pada tahun 1951 konsep bandung plan diperkenalkan oleh dr Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr Y. Sulianti di Lembah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi yaitu di Indrapura (Sumatra Utara), Kesiman (Bali), Bojong Loa (Jawa Barat), Salaman (Jawa Tengah), Mojosari (Jawa Timur), Metro (Lampung), DIY dan Kalimantan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program 8
9 pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional. (2) Masa orde baru Konsep Bandung Plan terus dikembangkan. Tahun 1967 diadakan seminar konsep puskesmas. Pada tahun 1968 konsep puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah Basic. Ada basic 7, basic 13 Health Service yaitu: KIA, KB, Gizi Masyarakat, Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangani kesepakatan Visi: Health For All By The Year 2000, di Alma Ata, Negara bekas Federasi Uni Soviet. Pengembangan dari konsep Primary Health Care. Tahun 1979 puskesmas tidak ada pentipean dan dikembangkan piranti manajerial perencanaan dan penilaian puskesmas yaitu Micro Planning dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan posyandu, yaitu pengembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 mejanya (Notoatmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya posyandu bukan saja untuk pelayanan balita tetapi juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan Suplemen gizi lainnya. Posyandu saat ini juga menjadi andalan kegiatan penggerakan masyarakat seperti PIN, Campak, Vit.A dan sebagainya. b) Post reformasi Pada tahun 1997 indonesia mengalami krisis ekonomi, kemiskinan meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan rendah. Kemudian dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami 9
10 reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara demokrasi. Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga di lapangan program-program kesehatan bernuansa desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang bernuansa politis. Tahun 2003 JPS-BK kemudian menjadi PKPS-BBM bidang kesehatan, tahun 2005 berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat. Puskesmas dan posyandu masih tetap eksis, bahkan posyandu menjadi andalan ujung tombak mobilitas sosial bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi, menuntut akutanbilitas dan kemitraan sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan maupun bukan untuk menuntut akuntabilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai partnership LSM-LSM tersebut, program kesehatan yang bertanggung jawab adalah promosi kesehatan. Promosi kesehatan menjadi ujung tombak mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigm petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan adalah melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial. Secara universal perkembangan kesehatan masyarakat dibagi menjadi 5 era dengan dasar pembagian 5 unsur yaitu unsur jangkauan dengan filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan, unsur penyelenggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan. Seperti pada Tabel 1.1 berikut di bawah ini. 10
11 Tabel1.1: Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat UNSUR PENGEMBANGAN Titik berat pelayanan Cara penyelenggaraan pendidikan Penelitian pengembangan dan EMPIRICAL HEALTH ERA <1850 Gejala-gejala penyakit Mengikuti petunjuk secara mutlak dari pengajar Pengalaman empiris (historical) BASIC SCIENCE ERA ( ) Bakteri penyakit Diagnosa Laboratorium Pengembangan laboratorium & CLINICAL SCIENCE ERA ( ) Pasien (penderita) Poliklinik / balai pengobatan sebagai tempat praktik Pengembangan iptek kedokteran PUBLIC HEALTH SCIENCE ERA ( ) Masyarakat / penduduk Klinik & balai kesehatan masyarakat dan masyarakat sebagai tempat praktik Pengembangan masyarakat dan dengan pengembangan tolok ukur dan kriteria-kriteria POLITICAL SCIENCE ERA (>1900) Masyarakat dan lingkungan kesehatan RS pendidikan dan daerah lokasi praktik Selain pengembangan iptek kedokteran dan masyarakat, juga dikembangkan bidang ilmu yang lain seperti ekonomi, social, dan politik 3. Perkembangan promosi kesehatan di Indonesia Perkembangan promosi kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan promosi kesehatan international, yaitu secara seremonial di Indonesia dimulai program pembangunann kesehatan masyarakat desa pada tahun 1975, dan tingkat internasional deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan PHC tersebut sebagai tonggak sejarah cikal-bakal promosi kesehatan. a) Sebelum tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan) Pada saat itu istilahnya adalah pendidikan kesehatan. Dalam program-program kesehatan, pendidikan kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb. Sasarannya perseorangan, dengan sasaran program lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang. b) Periode tahun Pada periode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya peningkatan professional tenaga melalui program Health Educational Servise (HES). Tetapi intervensi 11
12 program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. c) Periode Istilahnya mulai berubah menjadi penyuluh kesehatan. Saat itu program UKS di SD diperkenalkannya dokter kecil. Saat itu juga posyandu lahir sebagai pusat pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. d) Periode Dibentuklah direktoral peran serta masyarakat, yang diberi tugas memberdayakan masyarakat. Direktoral PMK berubah menjadi pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi posyandu. e) Periode 1995 sampai sekarang Istilah PKM menjadi promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukan saja perubahan perilaku, tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan system atau faktor lingkungan kesehatan. Pada tahun 1997 diadakan konvensi internasional promosi kesehatan dengan tema Health Promotion Towards The st Century, Indonesian Policy for The Future dengan melahirkan The Jakarta Declaration. 12
13 IV. RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT Disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat atau pilar utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain: A. Epidemiologi B. Biostatistik / Statistik kesehatan C. Kesehatan lingkungan D. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku E. Gizi masyarakat F. Kesehatan kerja Kemudian, secara garis besar upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain: 1. Pemberantasan penyakit 2. Perbaikan sanitasi lingkungan 3. Perbaikan lingkungan permukiman 4. Pemberantasan vektor 5. Pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat 6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak 7. Pembinaan gizi masyarakat 8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum 9. Pengawasan obat dan minuman 10. Pembinaan peran serta masyarakat 13
14 V. PERMASALAHAN DALAM SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT Beberapa permasalahan terjadi berkaitan dengan kebijakan, pola pikir, garis batas negara dan kepentingan dalam sejarah kesehatan masyarakat diantaranya: A. Masyarakat dan Negara Negara dan masyarakat bukanlah suatu istilah yang bisa saling dipertukarkan. Namun negara yang berkaitan dengan penduduk akan berbeda kebijakan terkait hubungan kesehatan dari masyarakat dalam kelompok warga, pembicaraan secara rasional dan keritikal terkait keduanya hampir sama. B. Keragaman Negara Saat segala pertimbangan bisa diterima secara luas dan telah menjadi agenda pertanggungjawaban negara, tidak semua negara melakukan reaksi terhadap hal tersebut. Fokus kesehatan masyarakat masih berada ditingkat lokal, yang tanggungjawab dan yurisdiksinya kadang tidak jelas dan tumpang tindih. Namun negara sendiri menjadi suatu unit yang dibentuk untuk mengatasi masalah secara global tidak hanya sekedar hal yang terkait dengan manusia saja. C. Tujuan Negara Jika saat ini kesehatan dianggap sebagai suatu hal terkait otonomi biologis individu yang baru saja menjadi tujuan program kesehatan masyarakat, dahulu kesehatan berarti penyaluran kebutuhan untuk pekerja dan tentara, pengendalian jumlah penduduk, perlindungan terhadap kalangan elit tertentu, peningkatan cadangan genetik dalam populasi serta stabilitas lingkungan. VI. PERANAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM MENGATASI EPIDEMI Pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya, karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi. Penelitian John Snow tentang penyebab kematian karena kolera di London pada tahun dan tahun telah memperlihatkan adanya asosiasi antara sumber air minum dan kematian karena kolera di distrik-distrik yang ada di Inggris. Akhirnya muncul teori tentang penyakit infeksi secara umum dan menyimpulkan penyakit 14
15 kolera menyebar karena adanya air yang terkontaminasi sehingga itu mendorong perbaikan mutu penyaluran air. Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan terutama hygiene dan sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu. 15
16 SUMBER/RUJUKAN/DAFTAR_PUSTAKA Dwiyanto Fery, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG. [Internet] Update: 2 Oktober 2013, WIB Budi Waluyo Eko, SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT. Update: 2 Oktober 2013, WIB Dinas Kesehatan Kota Malang, ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. [Internet] Update: 2 Oktober 2013, WIB Fatma, SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU MASYARAKAT. [Internet] Update: 2 Oktober 2013, WIB 16
dr Adi Kuntoro Mkes Fak Kedokteran UNSWAGATI CIREBON.
dr Adi Kuntoro Mkes Fak Kedokteran UNSWAGATI CIREBON. Pendahuluan: Tokoh Mitologi Yunani : 1. Ascelepsius. 2. Higea. 1. Ascelepsius. Pintar,Tampan,Dokter pertama yg melakukan pembedahan dg prosedur yg
Lebih terperinciILMU KESEHATAN MASYARAKAT. OLEH IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM) OLEH IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT ADA 2 TOKOH DLM MITOS YUNANI ASCLEPIUS DISEBUT SBG SEORANG DOKTER PENDEKATAN PENGOBATAN PENY MENUNGGU TERJADINYA
Lebih terperinciPengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat ELVI SUNARSIH, S.KM.,M.KES
Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat ELVI SUNARSIH, S.KM.,M.KES 0812-7817634 KONTRAK KULIAH: JUMLAH PERTEMUAN = 14 + UTS + UAS TOTAL PERTEMUAN : 16 X TOLERANSI ALPA/Izin = 20% (2X) JADWAL KULIAH = HARI
Lebih terperinciDalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk
BENTUK BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI / PERAN SERTA MASYARAKAT T SERTA PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk
Lebih terperinciLINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes
LINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat
Lebih terperinci: Surahman, M.Kes dan Drs. Sudibyo Supardi, PhD, Apt
Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang Cetakan pertama, Desember 2016 Penulis : Surahman, M.Kes dan Drs. Sudibyo Supardi, PhD, Apt Pengembang Desain Intruksional: Drs. Abzeni, M.A Desain
Lebih terperinciBAB I KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT
PENDAHULUAN BAB I KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT Eliana, S.K.M., M.P.H. Sri Sumiati, S.Pd., M.Kes. Pada saat Anda akan mempelajari kesehatan masyarakat maka yang pertama kali harus Anda ketahui adalah konsep
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005). tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga, terutama yang berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta yang paling berharga sebagai titipan
Lebih terperinciV. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciMakalah Tentang Masalah Kesehatan
Makalah Tentang Masalah Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial sehingga dapat melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan
Lebih terperinciPHC (Primary Health Care) Tri Niswati Utami
PHC (Primary Health Care) Tri Niswati Utami Latar belakang Konferensi di Alma Alta (12 september 1978) DEKLARASI HFA 2000. INDIKATOR GLOBAL: 1) Perkembangan sosial dan ekonomi 2) Penyediaan pelayanan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara kita yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit campak
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO
BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Undang Undang Kesehatan Nomor 36 memberikan batasan; Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing
Lebih terperinciPENDIDIKAN KESEHATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN a. Pengertian Pendidikan kesehatan b. Konsep Pendidikan Kesehatan c. Upaya Pendidikan Kesehatan d. Peran pendidikan kesehatan dalam kesehatan masyarakat PENGERTIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa untuk mewujudkan status kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya, meningkatkan
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,
Lebih terperinciPembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah, dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Sedangkan
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 57 Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam pelaksanaan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dan
Lebih terperinciBISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR: 15 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan permulaan program
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Sumber data dan informasi pendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumbersumber sebagai berikut : 1. Literatur Pencarian data melalui website yang berhubungan
Lebih terperinciBAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN
BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciPUSKESMAS 3 April 2009
PUSKESMAS 3 April 2009 By Ns. Eka M. HISTORY Thn 1925 Thn 1951 Thn 1956 Thn 1967 Hydrich Patah- Leimena Y. Sulianti Ah.Dipodilogo > Morbiditas & Mortalitas Bandung Plan Yankes kuratif & preventif Proyek
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinci1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.
Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk
Lebih terperinciURAIAN PROGRAM PUSKESMAS
URAIAN PROGRAM PUSKESMAS Program Puskesmas Uraian 1 Manajemen Pelayanan Kesehatan Sistem kesehatan Nasional (SKN) sebagai acuan pelayanan kesehatan Penerapan fungsi manajemen di puskesmas Upaya pelayanan
Lebih terperinciTUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas
Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN
Lebih terperinciKesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciProsiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN
Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG TERHADAP PENGOBATAN TRADISIONAL DIHUBUNGKAN DENGAN PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Lebih terperinciPRIMARY HEALTH CARE PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ) AYU NAVY FRANSISKA F.L, S.ST
PRIMARY HEALTH CARE PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ) AYU NAVY FRANSISKA F.L, S.ST RIMARY HEALTH CARE ( PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ) LATAR BELAKANG PENGERTIAN ( DEFINISI ) TUJUAN PRINSIP DASAR CIRI-CIRI RUANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama individu untuk berekreasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama individu untuk berekreasi dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Kesehatan menjadi gerbang sekaligus titik tolak peningkatan
Lebih terperinciIndonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?
Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan tubuh yang sehat atau fungsi tubuh manusia berjalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang bersifat menular. Mycobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam melakukan aktivitasnya. Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Difteri, Pertusis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular namun apabila
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN PUSKESMAS BINAMU KOTA
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BINAMU KOTA Jl. HV. WORANG Kelurahan Pabiringa Kec. Binamu Kab. Jeneponto KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BINAMU KOTA NOMOR : /PKM/BNM-KT/ADM/SK/II/
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN
SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciGAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG
GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG NO TENAGA KESEHATAN TOTAL PNS 1. Dokter umum 183 NON PNS 59 2. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan 11 12 15 9 12 6 4. Dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air sudah menjadi komoditi ekonomi. Sesuai dengan Undang-undang nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang semakin langka. Saat ini air sudah menjadi komoditi ekonomi. Sesuai dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004, penyediaan
Lebih terperinciPENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT PASCA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI KABUPATEN ASMAT PAPUA
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciAnak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.
Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur
Lebih terperinciBAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kader kesehatan telah menyita perhatian dalam beberapa tahun terakhir ini, karena banyak program kesehatan dunia menekankan potensi kader kesehatan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan
Lebih terperinciPerilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):
2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk
Lebih terperinciPERKESMAS 2. RUANG LINGKUP 3. URAIAN UMUM
SOP PERKESMAS PERKESMAS Disyahkan oleh Prosedur Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. No. Terbit Ke. Tanggal. 1. TUJUAN TUJUAN UMUM: Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui peningkatan
Lebih terperinciA. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia dimana sejak zaman dahulu kala, telah banyak dilakukan upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Juanita: Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat, 2001 USU Repository 2006
BAB I PENDAHULUAN Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang pada saat ini telah berkembang menjadi krisis ekonomi serta pelbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada berbagai aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kader Kesehatan 1. Pengertian Kader Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciPengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat Oleh : Suyatno,, Ir. MKes Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Pengertian IKM Menurut
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan di Indonesia saat ini masih tertinggal dari negara-negara lain. Berdasarkan laporan Human Development Report dari United Nations Development Programme
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE
Lebih terperinci1.2 Rumusan Masalah 1) Apakah yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan masyarakat? 2) Bagaimana upaya peningkatan kesehatan lingkungan masyarakat?
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara. Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur.
Lebih terperinciKEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Latar belakang
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Dr. BENNY SOEGIANTO, MPH 28 Maret 2007 Latar belakang 1. Puskesmas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1968. Hasil yang dicapai cukup memuaskan,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciUsaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /
Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat Oleh : Suyatno, Ir. MKes Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: 08122815730 / 024-70251915 Upaya Kesehatan ( Menurut Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI KARANGANYAR, : a. Bahwa kesehatan merupakan hak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah mengatur pendelegasian fungsi atau kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pendelegasian tersebut
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PENGANTAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat Oleh : Suyatno, Ir. MKes Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: 08122815730 / 02470251915
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi sehingga perlu dijaga, dilindungi dan ditingkatkan kualitasnya. Kesehatan juga merupakan faktor penting untuk
Lebih terperinci