PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2012"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

2 BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan yakni mewujudkan kemampuan masyarakat yang mandiri untuk Hidup Sehat, telah dilakukan berbagai upaya. Upayaupaya tersebut meliputi pengembangan Desa Siaga, Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Revitalisasi Posyandu dan lain sebagainya. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan indikator kinerja baik program maupun pelayanan. Indikator yang digunakan saat ini, antara lain Indikator Indonesia Sehat, Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan Indikator MDGs. Indikator Indonesia Sehat yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan tersebut di atas dapat digolongkan ke dalam : (1) Indikator Derajat Kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikatorindikator untuk Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi ; (2) Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikatorindikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait. Sedangkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri atas 18 indikator kinerja dari 4 jenis pelayanan bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota, serta indikator kinerja lainnya yang pelayanannya ada pada kabupaten/kota tertentu. Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012, mengikuti pedoman penyusunan profil kesehatan kabupaten/kota dan provinsi tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI, penyajian data pada tahun 2012 dalam bentuk data terpilah berdasarkan jenis kelamin (responsive gender) untuk membuka wawasan serta dapat menggambarkan kondisi, disparitas, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan. Profil dengan data terpilah ini diharapkan dapat membantu dalam proses penyusunan rencana dan penganggaran program pembangunan kesehatan yang lebih difokuskan pada kondisi permasalahan kelompok rawan. Dalam proses penyusunan profil ini banyak menemui kendala terutama karena sebagian data dari kabupaten/kota belum disajikan terpilah menurut jenis kelamin sehingga profil kesehatan provinsi juga belum sepenuhnya terpilah menurut jenis kelamin. Anatomi profil kesehatan 2012 ini terdiri dari 6 (enam) bab, terdiri dari Bab I Pendahuluan, Bab II Gambaran Umum, Bab III Situasi Derajat Kesehatan, Bab IV Situasi Upaya Kesehatan, Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan dan Bab VI Penutup. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

3 Perubahan juga dilakukan dalam penulisan dan penyajian data. Pada profil kesehatan edisi 2012 ini, berusaha menampilkan data progres lima tahunan dikombinasi dengan pencapaian kabupaten/kota pada tahun penulisan, lalu membandingkan pencapaian Sulawesi Tenggara secara nasional. Penyajian data dalam bentuk tabel dan map menggunakan teknik dua dan tiga dimensi sehingga data yang ditampilkan kelihatan lebih hidup dan komunikatif serta teknik GIS (geografis information system) untuk mapping pencapaian kinerja secara regional. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mampu secara lebih cepat melihat, memahami dan memaknai hasilhasil pelaksanaan pembangunan kesehatan yang telah dicapai di Sulawesi Tenggara hingga tahun Dengan demikian tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara 2012 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian Pembangunan Kesehatan 2012 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat. Oleh karena itu, gambaran yang disajikan dalam Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara ini disusun secara sistematis sesuai dengan pedoman penyusunan Profil Kesehatan tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara 2012 ini terdiri dari 6 (enam) bab yaitu: Bab I : Pendahuluan Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara 2011 dan sistematika dari penyajiannya. Bab II : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Sulawesi Tenggara. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kesehatan antara lain keadaan lingkungan serta perilaku penduduk yang berhubungan dengan kesehatan, faktorfaktor kependudukan, kondisi ekonomi, perkembangan pendidikan dan lainlain. Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator keberhasilan pembangunan kesehatan sampai dengan 2012 yang mencakup Umur Harapan Hidup, Angka Kematian, Angka Kesakitan dan Status Gizi Masyarakat. Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang upayaupaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan selama 2012 yang menggambarkan tingkat pencapaian program pembangunan kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan meliputi cakupan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan farmasi, pelayanan kesehatan rujukan, pencegahan, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masyarakat serta kesehatan dan situasi keadaan darurat Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

4 Bab V : Bab VI : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sumber daya yang dimanfaatkan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan untuk Gambaran tentang keadaan sumber daya kesehatan yang mencakup tentang keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Penutup Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari penulisan ini serta harapanharapan untuk perbaikan/peningkatan mutu tulisan pada tahun yang akan datang. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

5 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. KONDISI GEOGRAFIS Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan daerah yang mencakup jazirah (daratan) tenggara pulau Sulawesi serta pulaupulau besar dan kecil di sekitarnya (Pulau Muna, Buton, Wawonii, Kabaena dan Kepulauan Besi di Laut Banda) dengan luas wilayah daratan sebesar km2 atau ha dan wilayah perairan diperkirakan seluas km2 atau ha. Secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur di antara Bujur Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah selatan berbatasan Provinsi NTT di laut Flores, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Maluku di laut Banda dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone. Secara administratif, pada tahun 2012 terdiri atas dua belas wilayah kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Buton, Muna, Konawe, Kolaka, Konawe Selatan, Wakatobi, Bombana, Kolaka Utara, Buton Utara dan Konawe Utara dengan dua wilayah kota, yaitu Kota Kendari dan Kota BauBau. Pasca otonomi daerah laju pemekaran daerah berjalan sangat cepat yang berdampak pada pertambahan jumlah kecamatan, desa dan kelurahan. Pada tahun 2012 jumlah kecamatan se Sulawesi Tenggara sebanyak 204 kecamatan yang terdiri dari desa/kelurahan (Desa: 1.791; Kelurahan: 368). Data lengkap pembagian wilayah administratif Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel 1 lampiran profil ini. Kondisi topografi tanah di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya memiliki permukaan yang bergununggunung, bergelombang dan berbukitbukit. Di antara gunung dan bukitbukit, terhampar datarandataran yang merupakan daerah pertanian dan perkebunan yang subur. Sebagian besar penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara bermukim di sepanjang wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan dan sebagian yang lain di daerah pedalaman dan bekerja sebagai petani. Fakta ini membuat Sulawesi Tenggara memiliki keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain, adanya keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga akan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 4

6 GAMBAR 2.1 PETA PROVINSI SULAWESI TENGGARA B. KEADAAN PENDUDUK Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) BPS tahun 2012 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sebesar jiwa, tingkat kepadatan penduduk sebesar 60,50 jiwa/km². Kepadatan tertinggi terdapat di Kota Kendari sebesar 999,5 jiwa/km², diikuti Kota BauBau sebesar 474,96 jiwa/km² dan Kabupaten Wakatobi 218,31 jiwa/km², sedang kepadatan terendah terdapat di Kabupaten Konawe Utara sebesar 10,78 jiwa/km 2, disusul Kabupaten Buton Utara 27,96 jiwa/km 2, keduanya merupakan wilayah pemekaran tahun Penduduk Sulawesi Tenggara sebagian besar bermukim di wilayah daratan (63,78%), meliputi Kabupaten Kolaka (14.29%), Konawe (11,00%), Konawe Selatan (11.69%), Konawe Utara (2.27%), Kolaka Utara (5.65%), Bombana (6.03%) dan Kota Kendari (12.82%). Sebagian kecil lainnya (36,22%) tinggal di wilayah kepulauan, meliputi Kabupaten Buton (11.62%), Muna (11,85%), Wakatobi (4,03%), Buton Utara (2,42%) dan Kota BauBau (6.29%), kepadatan penduduk pada daerah kepulauan 96.2/km 2 dan daerah daratan 49,3/km 2, data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk daratan lebih besar dari kepulauan namun demikian kepadatan penduduk wilayah kepulauan lebih tinggi dari daratan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 5

7 gambar 2.2. Distribusi penduduk yang tinggal di kepulauan dan daratan ditunjukkan pada GAMBAR 2.2 PERSENTASE PENDUDUK PROVINSI SULAWESI TENGGARA YANG TINGGAL DI WILAYAH KEPULAUAN DAN DARATAN Kepulauan, 36.22% Daratan, 63.78% Sumber : BPS Prov. Sultra (Sultra Dalam Angka 2012) Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara pada kurun waktu adalah 1,31% pertahun. Melalui data BPS jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 adalah jiwa, jumlah penduduk menurut golongan umur ditunjukan pada gambar 2.3. GAMBAR 2.3 PIRAMIDA PENDUDUK SULAWESI TENGGARA 57,740 33,017 42,897 53,599 69,674 83,544 88, , , , , , , Axis Title Perempuan LakiLaki Sumber : BPS Prov. Sultra (Sultra Dalam Angka 2012) Gambar 2.3. menunjukan bahwa struktur penduduk Sulawesi Tenggara termasuk dalam struktur penduduk muda. Hal ini dilihat dari banyaknya jumlah penduduk usia muda (014 tahun) yang mencapai 34.66%. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 6

8 Secara keseluruhan gambar piramida di atas menunjukan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur 2029 tahun, baik lakilaki maupun perempuan. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Sulawesi Tenggara pada 2012 sebesar 62.15%, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011 (70,75%). Kabupaten/kota dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Kabupaten Buton sebesar 80,67%, diikuti oleh Kabupaten Muna sebesar 75,05%, dan Buton Utara sebesar 73,03%. Sedangkan kabupaten/kota dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu Kota BauBau sebesar 44,08% disusul Kabupaten Konawe sebesar 56,73%. Berikut ini adalah tabel rasio beban tanggungan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 TABEL 2.1 RASIO BEBAN TANGGUNGAN PENDUDUK PROVINSI SULAWESI TENGGARA No Kab/Kota Penduduk LakiLaki Penduduk Perempuan Rasio Beban Tanggungan Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Sulawesi Tenggara Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Jika jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara dipilah menurut jenis kelamin, maka terlihat bahwa jumlah penduduk lakilaki lebih besar dari perempuan dengan rasio 100,34 yang berarti setiap 100 perempuan terdapat 101 lakilaki, relative sama dengan rasio tahun sebelumnya sebesar 100,91. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, kabupaten/kota, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 lampiran profil. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 7

9 C. KEADAAN EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Data BPS menyebutkan bahwa selama tahun , pertumbuhan ekonomi daerah Sulawesi Tenggara menunjukkan kecenderungan meningkat dibandingkan periode sebelumnya, meskipun mengalami fluktuasi, tapi terjadi peningkatan yang cukup signifikan, terutama dalam 2 tahun terakhir (2011 & 2012). Ratarata pertumbuhan ekonomi pada periode ini juga masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional pada periode tahun yang sama. Kondisi perekonomian tentu tidak terlepas dari tingkat inflasi dan pengangguran di suatu daerah. Data BPS menyebutkan bahwa tingkat inflasi pada kurun waktu lima tahun terakhir ( ) cenderung berfluktuasi antara 15.28% hingga 2.41%. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 (15.28), hingga pada tahun 2010 tingkat inflasi turun secara signifikan menjadi 2.41% dan pada tahun 2012 relatif stabil pada angka 4.65%. Tingkat pengangguran juga menjadi salah satu variabel yang menentukan keadaan ekonomi suatu daerah. Dengan merujuk pada data BPS, tingkat pengangguran menurun dari 6.50% pada tahun 2008 menjadi 3.06% pada tahun Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan indikator perekonomian Sultra tahun GAMBAR 2.4 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT KEMISKINAN, INFLASI HARGA DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN Penduduk Miskin Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Harga Tingkat Pengangguran Sumber: Statistik Kesra Sultra, BPS Sultra 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 8

10 Selain pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan pengangguran, tingkat kemiskinan juga merupakan salah satu isu krusial yang sangat terkait dengan dimensi ekonomi. Kemiskinan telah lama menjadi persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah dan berbagai kalangan. Penduduk miskin (Statistik Kesra) didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya kurang dari kebutuhan yang diperlukan untuk hidup secara layak di wilayah tempat tinggalnya. Dalam prakteknya pengukuran antara lain dilakukan berdasarkan kecukupan pengeluaran konsumsi makanan dan non makanan. Jumlah penduduk miskin orang atau 19.53% pada tahun 2008, secara persentase terus mengalami penurunan menjadi 13.71% pada tahun Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan individu terutama bayi dan Balita. Fenomena gizi buruk dan kurang sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk, jika merujuk pada fakta keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, dan penyakit yang berhubungan dengan kekurangan vitamin (Xeropthalmia, Scorbut, dll). Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu mendorong kemajuan SDM, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. C. KEADAAN PENDIDIKAN Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 9

11 Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kemampuan membacamenulis, status pendidikan, dan tingkat kepesertaan sekolah. Kemampuan membaca dan menulis (bacatulis) penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Persentase penduduk Sulawesi Tenggara yang dapat membaca huruf latin pada 2012 sebesar 88.60%. Kabupaten/Kota dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Kota Kendari sebesar 97,87 %, diikuti oleh Kabupaten Konawe Utara sebesar 95,32 % dan Kolaka sebesar 93,91 %. Sedangkan persentase melek huruf terendah adalah Kabupaten Bombana (49.40%), diikuti Kabupaten Buton Utara (66.96%), Kabupaten Buton (87,49%), dan Kabupaten Muna (89,77%). Persentase kemampuan membaca dan menulis pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota tahun 2012 ditunjukkan pada tabel 2.1. TABEL 2.2 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA No KABUPATEN/KOTA PENDUDUK MELEK HURUF LAKILAKI (%) PEREMPUAN (%) LAKILAKI + PEREMPUAN (%) Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Sulawesi Tenggara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, persentase melek huruf pada lakilaki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 90.81% berbanding 86.39%. Perbandingan persentase melek huruf berdasarkan jenis kelamin menurut kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara ditunjukan pada gambar 2.5. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 10

12 49,28 49,52 69,43 64,47 91,47 83,9 95,63 84,54 95,44 91,2 94,77 93,00 95,21 90,77 92,55 90,00 94,22 91,06 97,58 92,79 98,99 96,75 95,32 90,52 95,15 90,19 GAMBAR 2.5 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA LakiLaki Perempuan Sumber: Statistik Kesra Prov. Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Status pendidikan dilihat dengan banyaknya jumlah penduduk lakilaki ataupun perempuan yang menamatkan pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan yang ada. Tahun 2012 persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang tidak memiliki ijazah/sttb di Sulawesi Tenggara, lakilaki (25.63%) lebih rendah dari perempuan (25.86%), namun pada pendidikan lanjut SLTA/MA persentase laki laki (23.05%) lebih tinggi dari perempuan (19.18%). Perbedaan yang tidak terlalu signifikan juga ditunjukkan pada tingkat akademi/universitas, dimana lakilaki (6,90%) sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan (6,06%). Hal ini menunjukkan secara umum di Provinsi Sulawesi Tenggara lakilaki mempunyai kesempatan lebih besar dalam melanjutkan pendidikan dibandingkan dengan perempuan, terutama tingkat SLTA dan pendidikan tinggi (universitas). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazah/sttb tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada gambar 2.6. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 11

13 GAMBAR 2.6 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 21,11% 6,48% 25,75% 18,80% 27,86% TIDAK/BLM TAMAT SD SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat Akademi/DIPL ke atas Sumber: Statistik Kesra Prov. Sultra Tahun 2012 Disamping penduduk melek huruf dan status pendidikan yang ditamatkan, hal lain yang menggambarkan keadaan pendidikan di daerah adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu angka yang menjelaskan besarnya persentase penduduk yang duduk di bangku sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra dikategorikan menjadi 4 kelompok umur, yaitu 1012 tahun mewakili umur setingkat SD, 1315 tahun mewakili umur setingkat SLTP, 1618 tahun mewakili umur setingkat SMU, dan 1924 tahun untuk akademi dan perguruan tinggi. APS di Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 sebesar 24,20% dari keseluruhan penduduk yang berusia 10 tahun ke atas, terdiri dari kelompok umur 1012 tahun sebesar 9,84%, kelompok umur 1315 tahun sebesar 6,68%, kelompok umur 1618 tahun sebesar 5,06%, dan kelompok umur 1924 tahun sebesar 2,61%. Sedangkan penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak sekolah lagi sebesar 68,35%, disamping itu terdapat 7,46% penduduk usia tersebut yang tidak/belum pernah sekolah. D. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator seperti persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja, dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar (BAB). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 12

14 32,80 49,79 53,62 53,97 33,53 49,52 46,50 65,29 57,62 57,93 48,89 79,64 79,68 66,85 66,06 67,91 78,97 74,64 62,36 78,75 93,46 95,56 77,40 85,18 1. Rumah Sehat Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Kriteria rumah sehat berdasarkan Riskesdas Tahun 2010 adalah apabila memenuhi tujuh kriteria yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenis lantai bukan tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, pencahayaan alami cukup dan tidak padat huni (>=8m2/orang). GAMBAR 2.7 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA % Diperiksa % Sehat Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Berdasarkan laporan yang dihimpun oleh Subdin Promosi dan Lingkungan Sehat dari 60.89% rumah yang diperiksa, persentase rumah tangga sehat pada 2012 mencapai 63.77%. Kabupaten/kota dengan persentase rumah tangga sehat tertinggi adalah Kota BauBau sebesar % diikuti oleh Kota Kendari sebesar 78.75% dan Kabupaten Kolaka Utara 67.91% %. Sedangkan kabupaten dengan persentase rumah tangga sehat terendah adalah Kabupaten Buton Utara sebesar 48.89% diikuti oleh Kabupaten Buton sebesar %. Persentase rumah tangga sehat berdasarkan kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara disajikan pada Lampiran tabel 62. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 13

15 2. Akses Terhadap Air Bersih Akses air bersih Kepala Keluarga (KK) yang digunakan untuk minum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung (air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan) dan sumber air tidak terlindung (sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya). Akses air bersih KK di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada gambar 2.8. GAMBAR 2.8 AKSES AIR BERSIH KEPALA KELUARGA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MAT; 3,21% Air Hujan; 3,36% Sumur TT; 2,30% Lainnya; 23,21% Sumur Terlindung; 18,64% Ledeng; 34,80% Isi Ulang; 1,61% Kemasan; 1,71% Pompa; 2,16% Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Gambar 2.7 menunjukkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung, yaitu, ledeng 34.80%, sumur pompa 2.16%, kemasan 1.71%, isi ulang 1.61%, sumur terlindung 18.64%, mata air terlindung (MAT) 3.21%, air hujan 3.36%, sumur tidak terlindung 2.30% dan sumber lainnya 23.21%. Berdasarkan laporan Program Kesehatan Lingkungan terdapat 37.48% rumah tangga di Provinsi Sulawesi Tenggara menggunakan sumber air minum tidak terlindung dengan memanfaatkan sumur tak terlindung, mata air tak terlindung atau air sungai/kali. 3. Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada penyakit water borne disease. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 14

16 10,76 13,55 39,76 28,87 25,36 57,89 49,04 60,08 53,63 44,54 79,75 82,28 73,82 73,57 63,46 54,47 57,97 81,89 95,03 93,76 86,47 86,47 78,21 88,29 75,79 92,88 Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan cubluk (kakus), lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan sumbersumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya. Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pencemaran termasuk tempat penampungan akhir kotoran/tinja lebih dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah sumbersumber tersebut. 4. Ketersediaan Jamban Keberadaan fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan penting pada kehidupan masyarakat modern. Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan isu penting dalam menentukan kualitas hidup penduduk. Tahun 2012 di Provinsi Sulawesi Tenggara, rumah tangga yang memiliki jamban sebesar %, ini mengalami penurunan dari tahun 2011 yang mencapai 82,37%. Dari seluruh KK yang memiliki, % diantaranya sudah memenuhi persyaratan kesehatan atau merupakan jamban sehat. KK yang memiliki jamban menurut kabupaten/kota ditunjukkan pada gambar 2.9. GAMBAR 2.9 PERSENTASE KK YANG MEMILIKI JAMBAN & JAMBAN SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 % MEMILIKI JAMBAN % JAMBAN SEHAT Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 15

17 E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar, persentase rumah tangga berphbs, dan Posyandu aktif. 1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar Data tahun 2012 menunjukkan bahwa persentase penduduk di Sulawesi Tenggara yang dijamin oleh JAMKESMAS adalah sebesar 47.70%, untuk ASKES sebesar 8.69 %, BAHTERAMAS (dan lainnya) sebesar 6.99%, serta yang tidak memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 36.62%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara telah memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar. Distribusi jaminan pemeliharaan kesehatan penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara ditunjukkan pada gambar GAMBAR 2.10 PENDUDUK BERDASARKAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Tidak Memiliki Jamkes, 36.62% JAMKESMAS, 47.70% ASKES; 8,69% BAHTERAMAS & Lainnya, 6.99% Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Berdasarkan gambar 2.9 dari seluruh penduduk yang memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan, kepesertaan yang paling besar adalah Jamkesmas (47.70 %) dan yang paling kecil adalah Bahteramas/lainnya (6.99%). Peningkatan jaminan pemeliharaan kesehatan penduduk miskin, secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan cakupan rawat jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 16

18 2. Perilaku PHBS Masyarakat Gambaran keadaan perilaku masyarakat juga dijelaskan melalui persentase rumah tangga berphbs (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yaitu rumah tangga yang ber PHBS memiliki 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tersedianya air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan dari tanah, tidak merokok dalam rumah, melakukan aktivitas fisik secara rutin, serta makan sayur dan buah setiap hari. Berdasarkan laporan hasil pemantauan dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 yang dilaksanakan pada sejumlah desa yang tersebar pada 12 kabupaten/kota dengan jumlah RT yang dipantau sebanyak menunjukkan hanya atau 50,46 % yang berphbs, jumlah ini relatif meningkat dari tahun 2011 yang hanya RT atau 36.83%. Distribusi rumah tangga yang berphbs menurut kabupaten/kota ditunjukkan pada gambar GAMBAR 2.11 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPHBS MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 49,18 31,71 39,00 96,24 35,95 66,85 45,25 48,20 37,44 22,17 62,86 36,00 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Gambar 2.10 menunjukkan persentase RT ber PHBS tertinggi adalah Kabupaten Kolaka 96,24%, diikuti Kabupaten Bombana 70,33% dan Kota Kendari 62,86%, sedangkan persentase RT ber PHBS terendah ada di Kabupaten Konawe Utara 22,17% dan Kabupaten Muna 31,71%. Data tersebut menunjukkan cakupan Rumah Tangga yang berphbs di Provinsi Sulawesi Tenggara relatif masih rendah, hal ini berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat secara umum, serta kejadian penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ` 17

19 BAB III Situasi derajat kesehatan Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. IndikatorIndikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara, berikut ini disajikan status derajat kesehatan masyarakat, diantaranya situasi mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. A. MORTALITAS Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat terlihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematian berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat proses interaksi berbagai faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kematian. Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Angka kematian yang biasanya dijadikan indikator, yaitu Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Kasar (AKK), dan Umur Harapan Hidup (UHH). Gambaran angka kematian di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 sebagai berikut. 1. Angka Kematian Bayi (AKB), Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), data kematian yang bersumber dari pelayanan kesehatan hanya berupa data jumlah absolut, hal ini dikarena kejadian kematian bayi sebagian besar terjadi di luar fasilitas pelayanan kesehatan dan tidak dilaporkan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

20 AKB dipenguruhi oleh berbagai faktor, yaitu pelayanan kesehatan, tingkat sosial ekonomi, gizi, kesehatan lingkungan dan lainnya. Tersedianya berbagai fasilitas atau aksesibilitas pelayanan kesehatan serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional (tidak sehat) ke norma kehidupan modern (sehat) dalam bidang kesehatan merupakan faktorfaktor yang sangat berpengaruh terhadap AKB. Jumlah kematian bayi tahun menurut kabupaten/kota di Provinasi Sulawesi Tenggara ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Jumlah Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun No Kab./Kota Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Jml Kelahiran Lahir Mati Jml Bayi Mati Jml Kelahiran Lahir Mati Jml Bayi Mati Jml Kelahiran Lahir Mati Jml Bayi Mati Jumlah Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2011 Tabel 3.1. menunjukkan jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Kabupaten Muna 79 orang, Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe Selatan 59 orang, sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Konawe 5 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah kematian bayi yang bila dibandingkan dengan tahun 2010 hanya sebesar 587 kematian. Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Kabupaten Muna sebanyak 197 orang, disusul kabupaten Buton 172 orang, Kabupaten Konawe Selatan 167 orang, sedangkan yang terendah di Kabupaten Konawe Utara 17 orang. Di Tahun 2012 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan (664 orang) dibandingkan tahun 2011 (1.166 orang), jumlah tertinggi terjadi di Kabupaten Buton (142) dan Bombana (78), sedangkan terendah di Kota Kendari (28) dan Wakatobi serta Konawe Utara masingmasing dengan 31 orang bayi mati. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

21 Jumlah kematian ini belum menggabarkan data secara terpilah hal ini disebabkan format pelaporan pada program kesehatan ibu dan Anak di Kabupaten/Kota belum terpilah antara lakilaki dan perempuan. Masih tingginya jumlah kematian bayi pada tahun 2012 Provinsi Sulawesi Tenggara disebabkan rendahnya kompetensi tenaga kesehatan dalam memberikan penanganan kasuskasus resiko tinggi, serta tenaga kesehatan yang bertugas di desa (bidan) masih merangkap 23 desa, penempatan tenaga bidan yang belum merata. Jumlah Kematian bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Jumlah Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Kematian Bayi Expon. (Kematian Bayi) Sumber Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Gambar 3.1 menunjukkan jumlah kematian bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun berfluktuasi, namun demikian berdasarkan Exponential Trendline menunjukkan adanya kecederungan peningkatan jumlah kematian tahun Kencenderungan tersebut tidak serta merta menunjukkan AKB di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan, hal ini bisa dikarenakan jumlah kematian bayi yang dilaporkan hanya bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan dan kematian yang dapat dipantau oleh tenaga kesehatan. Disamping itu, jumlah kematian yang dilaporkan sangat dipengaruhi oleh kelengkapan laporan dan pencatatan kematian program Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan indikator pelayanan kesehatan terutama pelayanan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara, pada umumnya menunjukkan peningkatan, yaitu meluasnya jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat khususnya upaya KIA/KB, promosi kesehatan, pencegahan dan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

22 pemberantasan penyakit menular, upaya perbaikan gizi keluarga, lingkungan sehat, dan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang didukung dengan penempatan bidan di desa. Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke7 setelah persalinan (masa perinatal), pada umumnya disebabkan oleh Tetanus Neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain seperti pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir). Distribusi kematian neonatal menurut kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Jumlah Kematian Neonatal Menurut Penyebab Kematian di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Jumlah Kematian Neonatal No Kab/Kota SebabSebab Kematian BBLR Asfiksia TN Sepsis Kelainan Kongenital Ikterus Lainlain Total Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Provinsi Sumber : Laporan Seksi Bimdal Yankesdas Tahun 2012 Tabel 3.2 menunjukkan kematian neonatal terbesar disebabkan oleh sebab lainlain sebanyak 244 orang, BBLR 120 orang, asfiksia 89 orang, sepsis 9 orang dan tetanus 3 orang, dengan demikian total kematian neonatal tahun 2012 adalah 484 orang, hal ini menunjukkan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi yang paling tinggi, yaitu 484 kematian dari 693 bayi. 2. Angka Kematian Balita (AKABA), Child Mortality Rate (CMR) Angka Kematian Balita (0 4 tahun) adalah jumlah kematian anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktorfaktor Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

23 lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti luas dan tingkat kemiskinan penduduk. Data kematian Balita belum diketahui secara tepat karena diperlukan survei khusus untuk dapat mengetahui angka yang pasti. Data yang ada hanya diperoleh dari pencatatan kematian balita di puskesmas dan di rumah sakit. Disisi lain, tidak semua kelahiran dan kematian Balita tercatat pada unit kesehatan. Namun demikian sebagai gambaran jumlah kejadian kematian Balita ditunjukkan pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Jumlah Kematian Balita Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun No Kab./Kota Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Jumlah Balita Balita Mati Jumlah Balita Balita Mati Jumlah Balita Balita Mati Jumlah Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Tabel 3.3 menunjukkan bahwa Jumlah Kematian Balita tahun 2012 sebesar 782 terdiri dari kematian bayi sebesar 693 dan kematian Anak Balita sebesar 89 orang. Jumlah kematian balita tertinggi di Kabupaten Muna sebanyak 140 kematian, disusul Kabupaten Buton sebanyak 108 kematian. Sedangkan yang terendah di Kabupaten Konawe Utara dan Kota Kendari masingmasing sebanyak 33 kematian. Meskipun jumlah kematian balita di Sulawesi Tenggara tahun 2012 masih relatif tinggi, tapi sudah mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak kasus, masih tingginya jumlah kematian balita ini ratarata disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan sanitasi yang buruk seperti kematian balita akibat penyakit Diare, ISPA, DBD, malaria, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

24 Angka Kematian Balita di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan angka proyeksi BPS ditargetkan akan terus menurun, hal ini dimungkinkan dengan semakin meningkatnya akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Proyeksi Kematian Balita ditunjukkan pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Proyeksi Angka Kematian Balita Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Kematian 10,38 9,44 8,54 7,605 6, Sumber : Badan Pusat StatistiK Tahun 2008 Gambar 3.2 menunjukkan Angka Kematian Balita 2001 sebesar 10,38 perseribu, tahun 2005 menjadi 6,72 perseribu, dan tahun 2012 diperkirakan menjadi 5 perseribu. Berdasarkan laporan program, secara umum penyebab kematian balita di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Diare, infeksi parasit dan tetanus. 3. Angka Kematian Ibu (AKI), Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk menurunkan angka kematian ibu, diperlukan upaya mengurangi peran dukun dalam menolong persalinan dan berupaya meningkatkan peran bidan. Hal ini bertujuan menempatkan peran bidan di desa sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Distribusi Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada tabel 3.4. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

25 Tabel 3.4 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Jumlah Kematian Ibu Maternal No. Kab./Kota Kematian Ibu Hamil Kematian Ibu Bersalin Kematian Ibu Nifas Jumlah Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bambana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Jumlah Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah kematian ibu tertinggi terjadi di Kabupaten Kolaka sebanyak 15 kasus dan Kabupaten Buton 12 kasus sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Wakatobi dan Buton Utara masingmasing sebanyak 2 kasus, kemudian disusul Kabupaten Konawe Utara dan Kota Kendari sebanyak 3 kasus.. Berdasarkan data program Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh informasi, penyebab kematian ibu yang utama adalah keracunan kehamilan dan infeksi, kondisi ini akan lebih diperparah lagi dengan keadaan status gizi yang buruk, faktor persalinan yang terlalu muda, paritas tinggi, dan anemi pada ibu hamil, serta pengetahuan ibu tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan belum maksimal walaupun Jampersal sudah diberlakukan, sebagian ibu hamil terlambat mendapat pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan disamping itu masih dijumpai ibu melahirkan yang ditolong oleh dukun hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat terhadap dukun masih tinggi. 4. Angka Kematian Kasar, Crude Death Rate (CDR) Angka kematian kasar dapat digunakan untuk membandingkan kondisi kesehatan suatu daerah atau negara dengan daerah atau negara lain. Angka ini dipengaruhi oleh karakteristik penduduk, terutama struktur penduduk a tau komposisi umur penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

26 Di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 tidak dilaporkan angka kematian kasar, namun demikian peningkatan Umur Harapan Hidup berdasarkan estimasi biasanya diikuti dengan penurunan angka kematian kasar. 5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Proyeksi umur harapan hidup waktu lahir di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar 3.3. Gambar 3.3 Proyeksi Umur Harapan Hidup di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ,00 72,00 70,00 68,00 69,14 70,96 71,80 73,00 69,00 66,00 66,94 67,80 64,00 65,20 62,00 60, LakiLaki Perempuan Sumber : Sultra Dalam Angka Tahun 2012 Gambar 3.3 menunjukkan angka proyeksi umur harapan hidup penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara. Tahun 2005 umur harapan hidup perempuan 70,9 tahun dan lakilaki 66,9 tahun (ratarata 69,01 tahun), tahun 2012 umur harapan hidup perempuan tahun dan lakilaki tahun (rata rata tahun). Angka tersebut masih rendah dari proyeksi umur harapan hidup nasional tahun 2012 yaitu 70,6 tahun. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

27 B. MORBIDITAS Data kesakitan terdiri dari dua sumber, yaitu bersumber dari masyarakat (community based data) dan bersumber dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Data kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular. 1. Penyakit Menular Penyakit menular yang menjadi perhatian serius di Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu penyakit Malaria, TB paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB (wabah), Rabies, Filariasis, Frambusia dan Antraks. a. Malaria Kasus Malaria di Sulawesi Tenggara tahun ( ) cenderung terus menurun, tahun 2008 jumlah kasus 671 (API 0,30), tahun 2009 jumlah kasus 488 (API 0,21), tahun 2010 jumlah kasus 2385 (API 1,04), tahun 2011 jumlah kasus (API 1,45) dan pada tahun 2012 sejumlah kasus (API 0,87) Angka kesakitan Malaria dikatakan tinggi apabila angka Annual Parasit Insidens (API) > 5 per penduduk, sedang 14 per 1000 penduduk dan rendah apabila < 1 per penduduk. Dengan demikian pada tahun 2012 Angka Kesakitan Malaria di Sulawesi Tenggara dapat dikategorikan rendah dengan API 0,87 (lebih kecil dari 1). Sedangkan untuk 5 tahun terakhir, angka kesakitan Malaria di Sulawesi Tenggara berada pada kategori sedang dengan API 1 4 per Dengan demikian Sulawesi Tenggara masih termasuk dalam kategori Endemisitas Malaria Sedang. API Malaria tahun ditunjukkan pada gambar 3.4. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

28 Gambar 3.4 API Malaria di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ,3 0,21 1,04 1,45 0, API Malaria Jumlah Kasus Sumber:Data Program Dinkes Prov. Sultra Tahun Gambar 3.4. menunjukkan jumlah kasus dan API malaria tahun cenderung terus mengalami penurunan, namun demikian program penanggulangan Malaria masih menjadi perhatian serius untuk mengeliminasi kejadian malaria dalam rangka mencapai target API 5 per penduduk. Berdasarkan laporan program Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria pernah terjadi pada tahun 2012 di Kabupaten Buton sebanyak 393 kasus dengan jumlah lakilaki 164 orang dan perempuan sebanyak 229 orang. Dari 393 kasus malaria tersebut dilaporkan jumlah kematian sebanyak 7 orang dengan Case fatality Rate mencapai 1.78 % dan Attack Rate 4.77%. b. TB Paru Penemuan kasus TB Paru/Case Detection Rate (CDR) dilakukan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Pustu, dan RS). Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten/kota CDR TB Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara brfluktuasi, tahun 2008 mencapai 53.56%, tahun 2009 turun menjadi 49.23%, tahun 2010 meningkat menjadi 67.10%. menurun lagi di tahun 2011 menjadi 64.03%, namun di tahun 2012 meningkat dengan cukup signifikan menjadi 72.13%. Dengan demikian CDR TB Paru tahun ini telah mencapai bahkan melampaui target yang ditetapkan, yaitu 70%. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

29 Gambaran CDR TB Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar 3.5. Gambar 3.5 CDR (Case Detection Rate) TB Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ,00 70,00 60,00 53,56 67,10 64,03 72,13 50,00 40,00 49,23 30,00 20,00 10, CDR Expon. (CDR) Sumber Profil Dinkes Prov. Sultra Tahun Gambar 3.5 menunjukkan angka CDR TB Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun meskipun terlihat berfluktuasi namun berdasarkan exponential trendline ada kecenderungan meningkat. Dengan demikian yang menjadi pertanyaan adalah apakah angka kejadian TB Paru yang cenderung meningkat (target tetap 70%) atau efektifitas program dalam menjaring kasus yang menjadi semakin baik. Gambaran ini akan menjadi bahan evaluasi bagi pelaksana program. Berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota, kasus TB Paru klinis (baru + lama) di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 berjumlah kasus, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak kasus, angka kesembuhan TB Paru 81.11%, masih belum mencapai target yang telah ditetapkan (>85%), sedangkan angka kesuksesan (success rate) sudah mencapai 88.62%. Distribusi kasus menurut kabupaten/kota menunjukkan, kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Konawe Selatan (738 kasus) dan Kabupaten Buton (623 kasus), sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Buton Utara (62 kasus) dan Konawe Utara (92 kasus). Angka insiden per penduduk mencapai 152,84, sedangkan angka kematian per penduduk mencapai 4,42. Jumlah kematian akibat TB Paru yang dilaporkan dari Kabupaten/kota sebesar 102 kasus dengan kasus kematian tertinggi di Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 24 kasus, dan Kabupaten Buton sebanyak 22 kasus kematian, sedangkan yang terendah di Kabupaten Kolaka Utara (4 kasus) dan Kabupaten Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

30 Wakatobi, Kota Kendari masingmasing 5 kasus, sementara Kabupaten Muna, Buton Utara dan Konawe Utara melaporkan tidak ada kasus kematian TB Paru. c. HIV/AIDS Kegiatan penemuan kasus HIV/AIDS di Sulawesi Tenggara dilaksanakan melalui kegiatan zero survei terhadap kelompok beresiko, baik yang beresiko tinggi maupun rendah. Berdasarkan laporan program, jumlah penderita HIV/AIDS hingga 2011 mencapai 69 kasus yang terdiri dari 17 kasus HIV dan 52 kasus AIDS, dan terjadi peningkatan di tahun 2012 menjadi 125 kasus (52 HIV, 73 AIDS). Perkembangan jumlah kasus dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kasus HIV/AIDs tahun ditunjukkan pada gambar 3.6. Gambar 3.6 Jumlah Kasus HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun HIV AIDS Expon. (HIV) Expon. (AIDS) Sumber : Laporan Tahunan Program P2ML Dinkes Prov. Sultra & Profil Kes Kab/Kota Tahun 2012 Gambar 3.6 menunjukkan, kasus HIV/AIDS tahun 2008 berjumlah 20 kasus, tahun 2009 berjumlah 13 kasus dan tahun 2010 berjumlah 15 kasus, tahun 2011 sebanyak 69 kasus dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 125 kasus. Berdasarkan exponensial trendline jumlah kasus AIDS cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kasus HIV, dengan demikian dalam jangka panjang penurunan penemuan kasus HIV akan disertai dengan peningkatan jumlah kasus AIDS, hal ini terjadi apabila surveilans tidak mampu melakukan pelacakan kasus dengan baik. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

31 Oleh karena itu perlu peningkatan kewaspadaan dini dan penatalaksanaan kasus, serta melibatkan masyarakat dalam penemuan kasus secara dini untuk mencegah penularan lebih luas atau terjadinya ledakan kasus secara tibatiba. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka jumlah penderita HIV relatif sama antara lakilaki dan perempuan yaitu sebanyak 26 kasus, sedangkan untuk kasus AIDS, lakilaki relatif lebih tinggi (46 kasus) dibandingkan dengan perempuan (27 kasus). Distribusi penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 3.7. Gambar 3.7 Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun LakiLaki HIV AIDS Perempuan Sumber : Laporan Tahunan Program P2ML Dinkes Prov. Sultra & Profil Kes Kab/KotaTahun 2012 Kecenderungan jumlah kasus AIDS lebih banyak ditemukan pada lakilaki kemungkinan disebabkan oleh mobilitas lakilaki yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, di mana di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara kaum lakilaki memiliki kebiasaan mencari penghidupan (merantau) di daerah lain di luar Provinsi Sulawesi Tenggara (Papua, Maluku, Malaysia, dll), sehingga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terpapar HIV/AIDS, apalagi bila ditambah dengan perilaku yang beresiko tinggi. Untuk kasus kematian akibat AIDS di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 sebanyak 28 kasus yang terdiri dari 17 kasus kematian lakilaki dan 11 kasus kematian perempuan. Jumlah kematian AIDS tertinggi terjadi di Kota BauBau dengan 9 kasus, kemudian Kota Kendari 5 kasus kematian dan Kabupaten Buton, Kabupaten Muna masingmasing dengan 4 kasus kematian, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.8. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

32 Gambar 3.8 Jumlah Kematian Kasus AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, LakiLaki Perempuan Sumber : Laporan Tahunan Program P2ML Dinkes Prov. Sultra & Profil Kes Kab/Kota Tahun 2012 Tingginya kematian AIDS di Kota BauBau dan Kabupaten Buton disebabkan sebagian penduduk dari daerah tersebut adalah perantau dari papua, penduduk yang sudah terinfeksi dengan AIDS kembali tinggal dan berobat di Kota BauBau dan Kabupaten Buton. d. Infeksi Menular Seksual Lainnya (IMS) Infeksi menular seksual adalah (IMS) atau penyakit menular seksual adalah penyakit yang salah satu penularannya melalui hubungan seksual yang termasuk Sifilis, Gonorhoe (kencing nanah), Klamidia dan Herpes. Pada tahun 2012 kasus IMS di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami lonjakan yang sangat signifikan dimana sebanyak kasus IMS yang dilaporkan, angka ini jauh di atas tahun 2011 yang hanya sebesar 575 kasus. Distribusi kasus IMS tahun per kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 3.9. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

33 Gambar 3.9 Jumlah Kasus IMS di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Kasus IMS Sumber : Laporan Tahunan Program P2ML Dinkes Prov. Sultra & Profil Kes Kab/Kota Tahun 2012 Dari gambar 3.9 di atas terlihat bahwa kasus IMS di Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung meningkat setiap tahunnya, dan peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2012 (1.568 kasus). Tidak ada laporan data yang terpilah berdasarkan jenis kelamin, sehingga tidak dapat diketahui jumlah penderita pria maupun wanita. Untuk distribusi kasus, tertinggi ditemukan di Kabupaten Kolaka sebanyak 961 kasus, Kota BauBau 439 kasus, Kota Kendari 158 kasus, dan Buton Utara 3 kasus. Kabupaten lain tidak di laporkan adanya kasus IMS. Tingginya kasus IMS di tahun 2012 diduga disebabkan maraknya tempat hiburan malam yang belakangan semakin menjamur baik di Kota Kendari maupun di kabupaten/kota sekitar dan meningkatnya jumlah penduduk asing yang datang dari luar seiring dengan dibukanya daerahdaerah pertambangan baru. Ratarata penderita adalah pekerja maupun pengunjung tempat hiburan malam dengan usia ratarata masih produktif, penderita terbanyak pada jenis kelamin lakilaki, hal ini kemungkinan disebabkan karena lakilaki mobilitasnya lebih tinggi/ bekerja diluar sehingga mudah terpapar apalagi jika mempunyai perilaku yang berisiko tinggi untuk terjadinya penularan HIV/AIDS, IMS dan lain sebagianya. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

34 e. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang paling sering berada dalam daftar 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di puskesmas maupun di rumah sakit. Sasaran program pemberantasan ISPA adalah penderita Pneumonia. Pneumonia adalah ineksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneuomonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Berikut ini adalah distribusi jumlah kasus Pneumonia pada Balita menurut kabupaten/kota ditunjukkan pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Penderita Pneumonia pada Balita Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No Kab./Kota Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Jml Balita Jml Perkiraan Penderita Pneumonia Balita ditemukan /Ditangani % Balita Ditangani SULAWESI TENGGARA Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Tabel 3.5 menunjukkan tahun 2012 di Provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat penderita Pneumonia balita, dari jumlah tersebut hamya % penderita yang ditangani. Kasus tertinggi terdapat di Kabupaten Konawe sebanyak penderita dan terendah di Kabupaten Wakatobi sebanyak 2 penderita. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

35 f. Kusta Angka Prevalensi Kusta di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 dilaporkan sebesar 1.38 per penduduk (lebih tinggi dari target nasional < 1 per penduduk) namun sudah lebih rendah dibanding tahun 2011 (1.45). Total kejadian kasus tahun 2012 berjumlah 319 penderita yang terdiri dari 184 penderita lakilaki (57.68%), dan perempuan 135 penderita (42.32%). Dari 319 penderita kusta tahun 2012 terdiri dari 24 penderita kusta type PB (Pausi Basiler) dan 274 penderita type MB (Multi Basiler). Distribusi penderita Kusta menurut kabupaten/kota ditunjukkan pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Penderita Kusta Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 KASUS TERCATAT No. Kab./Kota PB (Pausi Basiler) MB (Multi Basiler) Laki Perempuan Total Laki Perempuan Total Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau SULAWESI TENGGARA Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun Tabel 3.6 menunjukkan penemuan kasus kusta tertinggi (type Pausi Basiler) terdapat di Kota BauBau dengan 6 kasus, diikuti Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Utara masingmasing 5 kasus, terendah di Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Utara masingmasing 1 kasus, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara dan Kota Kendari tidak ditemukan kasus kusta PB. Untuk type Multi Basiler tertinggi masih di Kabupaten Buton dengan 62 kasus, kota BauBau 42 kasus, kemudian disusul Kabupaten Kolaka 41 kasus dan Kabupaten Bombana 30 Kasus, sedangkan yang terendah di Kabupaten Konawe Utara dengan 4 kasus. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

36 Pada Tahun 2012 dari 43 kasus type PB, 44 kasus (97.73%) diantaranya dinyatakan telah selesai melakukan pengobatan tepat waktu (RFT=Release from Treatment) dan dari 218 penderita type MB, 184 kasus (84.40%) diantaranya juga telah dinyatakan RFT. Berdasarkan data tersebut tahun 2012 RFT Kusta Provinsi Sulawesi Tenggara belum mencapai target yang telah ditetapkan (> 90%) khususnya pada type MB. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, prevalensi penderita Kusta tahun cenderung berfluktuasi. Tahun 2008 prevalensi kusta mencapai 1,33, tahun 2009 (1.33), tahun 2010 (1,50), tahun 2011 (1.45) dan pada tahun 2012 turun menjadi Gambaran Prevalensi penyakit Kusta ditunjukkan pada gambar Gambar 3.10 Prevalensi Penderita Kusta per penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 1,5 1,45 1,33 1,33 1, PREV KUSTA TARGET 1 Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Gambar 3.10 menunjukkan prevalensi Kusta di Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu < 1/ penduduk. Kurun waktu , angka prevalensi penyakit kusta secara nasional juga belum menunjukkan penurunan, namun demikian prevalensi kusta di Provinsi Sulawesi Tenggara periode tersebut masih diatas ratarata prevalensi kusta secara nasional. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

37 2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Penyakit yang dapat dicegah Dengan Imunisasi merupakan penyakit yang diharapkan dapat dieliminasi, direduksi, dan dieradikasi dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus Neonatorum, campak, Polio dan Hepatitis B. Gambaran kejadian penyakit PD3I di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai berikut : a. Difteri Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kejadian kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya peningkatan cakupan imunisasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dan cakupan imunasasi nasional. Untuk tahun 2012 di Sulawesi Tenggara tidak ada laporan penemuan kasus difteri. Kasus difteri ditemukan hanya pada tahun 2011 di Kabupaten Kolaka sebanyak 4 kasus yang terdiri dari lakilaki 2 kasus dan perempuan 2 kasus. Dari 4 kasus Difteri tersebut 2 diantaranya meninggal. Dengan demikian Case Fatality Rate (CFR) kasus Difteri tahun 2011 mencapai 50 %. Kegiatan penanggulangan penyakit Difteri terus dilakukan melalui kegiatan surveilans terpadu penyakit, sebagai bentuk kewaspadaan dini. b. Pertusis (Batuk Rejan) Seperti halnya difteri, tidak ada laporan kasus Pertusis di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012, kasus tersebut hanya ditemukan pada tahun 2010 sebanyak 2 kasus yang di temukan di Kabupaten Bombana dan pada tahun 2011 ditemukan 1 kasus di Kota Kendari. c. Tetanus Neonatorum (TN) Penanganan Tetanus Neonatorum (TN) yang terpenting adalah usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Usaha pencegahan TN di Provinsi Sulawesi Tenggara terus ditingkatkan melalui program upaya kesehatan ibu dan anak. Kasus TN dari tahun meskipun tampak berfluktuasi, tapi cenderung mengalami penurunan, gambaran kasus TN di Provinsi Sulawesi Tenggara ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

38 Gambar 3.11 Kasus TN di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun TN Expon. (TN) Sumber : Laporan Evaluasi Program Gambar 3.11 menunjukkan kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Sulawesi Tenggara ditemukan 7 kasus pada tahun 2008, tahun 2009 turun menjadi 5 kasus, tahun 2010 naik menjadi 6 kasus, tahun 2011 turun menjadi 4 kasus dan pada tahun 2012 terjadi 2 kasus, yang ditemukan di Kabupaten Kolaka, tidak ada laporan kasus kematian akibat TN. Gambaran kasus menurut faktor resiko status imunisasi ratarata terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi, dan kasus persalinan secara tradisional. c. Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB), oleh karena itu penanggulangan campak masih pada tahap reduksi, yaitu menurunkan angka kematian akibat campak. Kasus campak di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

39 Gambar 3.12 Jumlah Kasus Campak di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota tahun 2011 Gambar 3.12 menunjukkan kasus campak di Sulawesi Tenggara tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 164 kasus dengan Case Fatality rate (CFR) sebesar 2.44 per penduduk. Dari 164 kasus campak yang dilaporkan, kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Kolaka sebanyak 57 kasus dan Bombana 39 kasus, terendah di Kabupaten Muna sebanyak 1 kasus, Kabupaten Wakatobi, Buton Utara, Konawe Utara dan Kota BauBau melaporkan tidak ada temuan kasus campak. Dari jumlah kasus yang dilaporkan di atas, 4 kasus dilaporkan meninggal, yang terjadi di Kabupaten Bombana sebanyak 3 kasus dan Kabupaten Buton 1 kasus. Informasi mengenai penyakit Campak berdasar jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 22 lampiran profil kesehatan tahun d. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Secara umum dari tahun AFP Rate Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 2/ anak < 15 tahun. Non Polio AFP Rate pada Tahun 2012 sebesar 2,06 per anak < 15 Tahun. Jumlah kasus dan AFP Rate (Non Polio) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

40 Gambar 3.13 Kasus AFP & AFP Rate di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ,53 2,4 1,37 2,74 2, AFP Rate Jumlah Kasus Sumber : Laporan Surveilans AFP Prov. Sultra tahun 2012 Gambar 3.13 menunjukan penemuan kasus AFP di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008 berjumlah 19 kasus dari target 14 kasus (AFP Rate 2,53 per penduduk <15 tahun), tahun 2009 berjumlah 19 kasus dari target 15 kasus (AFP rate 2,4 per penduduk <15 tahun), tahun 2010 ditemukan 8 kasus dari target 15 kasus (AFP rate 1,37 per penduduk <15 tahun), tahun 2011 ditemukan 21 kasus (AFP rate 2.74) dan tahun 2012 ditemukan 16 kasus (AFP rate 2.06, target 15). Penemuan kasus berdasarkan laporan masyarakat dan puskesmas (Community Based Surveilance) dan survey aktif rumah sakit (Hospital Based Surveilance). e. Hepatitis B Kasus Hepatitis B di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun berfluktuatif namun ada kecenderungan menurun. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara kasus Hepatitis B tahun 2008 berjumlah 53 kasus yang terjadi di 2 kabupaten (2 kasus di Kabupaten Kolaka dan 51 kasus di Kabupaten Bombana), tahun 2009 tidak ada kasus yang dilaporkan, tahun 2010 dilaporkan 13 kasus, seluruhnya ditemukan di kabupaten Bombana, tahun 2011 ditemukan 4 kasus di Kota Kendari dan tahun 2012 dilaporkan 14 kasus yg keseluruhannya ditemukan di kabupaten Kolaka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

41 Gambar 3.14 Hepatitis B di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Kasus Hepatitis B Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun Penyakit Potensial Wabah/KLB Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah. Frekuensi KLB yang sering terjadi adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare, Keracunan Makanan, Campak, dan Tetanus Neonatorum. Gambaran penyakit potensial KLB di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai berikut: a. Diare Penyakit Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan dan kematian Diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan kesehatan mengalami penurunan, namun demikian Diare sering menimbulkan KLB dan berujung pada kematian. Pada tahun 2012 tidak ada laporan KLB maupun kematian akibat diare. Kasus diare menurut kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada tabel 3.7. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

42 Tabel 3.7 Jumlah Perkiraan Kasus dan Penderita Diare Ditangani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No Kab./Kota Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau LakiLaki Jumlah Perkiraan Kasus Perempua n Diare Ditangani Jumlah Total Laki Laki & Perempuan Yg ditangani % Jumlah Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Tabel 3.7. menunjukkan jumlah perkiraan kasus diare di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 berjumlah kasus dari total penduduk jiwa. Total diare yang ditangani Tahun 2012 sebesar 60.48%. b. Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kejadian DBD terjadi hampir di semua kabupaten/kota setiap tahun. Distribusi DBD menurut kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara ditunjukkan pada tabel 3.8. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

43 Tabel 3.8 Penderita Demam Berdarah Dengue Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No Kab./Kota Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue LakiLaki Perempu an Jumlah Kasus DBD Meninggal Laki Laki Perempu an Jumlah Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2011 Tabel 3.8 menunjukkan jumlah kasus DBD di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 berjumlah 419 kasus. Insiden Rate DBD pada tahun 2012 adalah per penduduk dan CFR sebesar 0.48%. Dengan demikian IR DBD Tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 dengan IR sebesar per penduduk (Target Nasional < 5 per penduduk). Dari 419 kasus DBD pada tahun 2012, 2 orang dilaporkan meninggal, yang terjadi di Kabupaten Kolaka dan Konawe Selatan masingmasing 1 kasus kematian. Pada tahun Dari 12 Kabupaten/kota hanya 2 kabupaten yang melaporkan CFR yaitu Kabupaten Konawe Selatan sebesar 1.59 % dan Kabupaten Kolaka 1.19%, dan 10 Kabupaten/kota tidak dilaporkan adanya kasus meninggal, seperti ditunjukkan gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

44 Gambar 3.15 Case Fatality Rate DBD Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 BauBau Kt Kendari Konut Butur Kolut Wakatobi Bombana Konsel Kolaka Konawe Muna Buton ,19 1,59 0 0,5 1 1,5 2 Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Untuk insiden Rate DBD per penduduk tahun 2012 Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 18,16 per penduduk dari jumlah kasus yang terjadi sebanyak 419. Berikut ini adalah gambaran Insiden Rate DBD per penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 terlihat pada gambar 3.16 Gambar 3.16 Insiden Rate DBD Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 BauBau Kt Kendari Konut Butur Kolut Wakatobi Bombana Konsel Kolaka Konawe Muna Buton 0 1,9 0, ,33 23,35 25,46 28,35 30,99 35,19 38, Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

45 Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Insiden rate tertinggi terdapat di Kota kendari yaitu sebesar 38,55 per penduduk dari jumlah kasus DBD sebanyak 114 kasus kemudian disusul Kabupaten Bombana sebanyak 35,19 per penduduk. Sedangkan untuk Insiden rate terendah terjadi di Kabupaten Konawe 0,08 per penduduk serta 3 Kabupaten/kota yang tidak terdapat kasus DBD yaitu Kabupaten Buton, Kabupaten Muna dan Kabupaten Wakatobi. c. Filariasis Berdasarkan survey morbiditas Filaria, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan daerah endemis Filaria (MF rate > 1%). Meskipun demikian penemuan kasus filariasi di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun cenderung menurun. Pada tahun 2008 ditemukan 93 kasus, tahun 2009 (89 kasus), tahun 2010 (77 kasus), tahun 2011 (74) kasus dan tahun 2012 ditemukan 72 kasus. Trend penemuan kasus Filariasis dapat dilihat pada gambar Gambar 3.17 Filariasis Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Filariasis Expon. (Filariasis) Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Walaupun menunjukkan kencenderungan penurunan jumlah kasus, Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan mapping kejadian kasus tahun 2012 dilaporkan, kasus kronis Filariasis tersebar di 7 kabupaten/kota, tertinggi di Kabupaten Kolaka 27 kasus, dan terendah di Kabupaten Muna 1 kasus, ada 5 kabupaten yang tidak melaporkan penemuan kasus Filariasis. Dengan demikian Angka Kesakitan Filariasis Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 sebesar 3,08 per penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

46 Semua kasus ditangani dengan baik (100% ditangani). Distribusi penemuan Kasus Lama dan kasus Baru Filariasis menurut kabupaten/kota ditunjukkan pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No Kab./Kota Buton Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau Penderita Penyakit Filariasis Kasus Lama Kasus Baru seluruh Kasus Jumlah Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu Wucherecia ban crofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Program eliminasi penyakit Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The Global Goal of Elimi nation of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi WHO pada tahun Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan,termasuk di Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu: 1. Pengobatan masal kepada semua penduduk di kabupaten endemis penyakit Filariasis dengan menggunakan DEC 6mg/kg/BB dikombinasikan dengan Albendazol 400 mg sekali setahun selama 5 tahun guna memutuskan rantai penularan. 2. Tatalaksana kasus klinis penyakit Filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan. 4. Penyakit Tidak Menular Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

47 Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasuskasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, dan sebagainya. a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi Stroke yang menyebabkan perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 1 di RS di Sulawesi Tenggara tahun Selain itu penyakit jantung lainnya penyebab kematian terbanyak di RS di Sulawesi Tenggara adalah gagal jantung, infark jantung dan penyakit jantung koroner. Sementara itu hipertensi esensial (primer) juga sudah merupakan penyakit terbanyak nomor 9 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Sulawesi Tenggara 2011 yang sangat erat kaitannya dengan penyebab kematian tersebut. Berdasarkan laporan STP Puskesmas tahun 2012 terdapat 2 jenis penyakit tidak menular yang menempati 10 penyakit terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Hipertensi kasus dan DM kasus, hal ini menunjukkan dimulainya transisi epidemiologi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan demikian arah kebijakan pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada penguatan program penyakit tidak menular dengan tidak mengabaikan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Untuk lebih jelasnya 10 penyakit terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.10 Tabel Penyakit Terbanyak Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No Jenis Penyakit Banyaknya Kasus Ispa bukan Pneumonia Hipertensi Diare Influensa Tersangka TBC Paru Malaria Klinis Tipes Perut Klinis Diabetes Melitus Pneumonia Diare Berdarah Sumber : Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Dinkes Prov. Sulta Th Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

48 b. Status Gizi Masyarakat Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah Status Gizi Balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan Tinggi Badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam bentuk 3 indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umum (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentant masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi lainnya (akut) Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama misalnya : kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi dalam jangka panjang secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya penyakitpenyakit tidak menular (degeneratif). Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikatorindikator status gizi masyarakat antara lain Status Gizi Anak Balita, Jumlah Balita Ditimbang dan Cakupan Balita Gizi buruk yang mendapat perawatan, sebagaimana diuraikan berikut ini: 1). Status Gizi Balita Gambaran status gizi balita di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 dengan jumlah balita yang ada sebanyak balita, jumlah balita yang ditimbang sebanyak , dan balita di bawah garis merah (BGM) sebanyak balita. Untuk lebih jelas mengenai gambaran tentang status gizi balita dapat dilihat pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

49 Gambar 3.18 Hasil Kegiatan Pantauan Penimbangan Balita Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Jumlah Balita (S) Ditimbang(D/S) BB Naik (N/D) BGM Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Berdasarkan gambar 3.18, terlihat bahwa masih ada sekitar balita (61,91%) yang tidak ditimbang, hal ini disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya penimbangan yang dilakukan setiap bulan di posyandu, sehingga hanya hadir di posyandu bila mengalami masalah kesehatan. Keadaan gizi juga dapat jelaskan dengan masih banyaknya kasus gizi buruk. Jumlah Balita Gizi Buruk di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 3.19 Jumlah Balita Gizi Buruk Menurut Kabuaten/Kota Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 BauBau Kt. Kendari Konut Butur Kolut Wakatobi Bombana Konsel Kolaka Konawe Muna Buton Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

50 Dari gambar 3.19 diatas terlihat bahwa jumlah gizi buruk tertinggi terdapat di Kota Kendari sebanyak 129 kasus, disusul Kabupaten Buton sebanyak 94 kasus. Sedangkan kasus gizi buruk terendah terdapat di Kabupaten Konawe Utara sebanyak 1 kasus gizi buruk dan Buton Utara, sebanyak 5 kasus. Tingginya kasus gizi buruk di Provinsi Sulawesi Tenggara secara langsung disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu intake konsumsi yang masih rendah, dan penyakit infeksi yang masih tinggi sedangkan secara tidak langsung disebabkan karena kemiskinan, pendidikan, kondisi higiyene sanitasi dan pola asuh, termasuk di dalamnya pola pemberian makanan, di sisi lain akses pelayanan kesehatan yang belum optimal juga turut berperan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

51 BAB IV UPAYA KESEHATAN Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Upaya kesehatan yang telah dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 sebagai berikut: A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan mampu mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat yang ada. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan pada ibu hamil perlu dilakukan berbagai upaya meliputi pelayanan ANC, Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penanganan komplikasi dan pelayanan nifas. a. Pelayanan Antenatal (K1 DAN K4) Masa kehamilan merupakan masa yang rawan terhadap masalah kesehatan, baik kesehatan ibu maupun kesehatan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu pada masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur, hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat). Pelayanan yang diberikan pada umumnya berupa pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi. Pelayanan antenatal yang sangat penting adalah pelayanan K1 (kunjungan pertama pada triwulan pertama) dan pelayanan K4 (kunjungan kedua pada triwulan ketiga). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

52 K1 dan K4 merupakan indikator kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 tahun ditunjukkan pada gambar 4.1. GAMBAR 4.1 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL DI SULTRA TAHUN K1 K Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Gambar 4.1 menunjukkan cakupan K1 dan K4 Provinsi Sulawesi Tenggara tahun Cakupan K1 tahun 2008 (75.06%), tahun 2009 (48,18%), tahun 2010 (49,17%), tahun 2011 (99.5%) dan tahun 2012 (91.26%). Pada tahun 2012 cakupan K1 mengalami penurunan yakni dari 99,5 tahun 2011 menjadi 91,26% pada tahun 2012, penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penentuan sasaran yang tidak konsisten, rendahnya pengetahuan ibu, dan adanya perubahanperubahan tentang Defenisi Operasional dalam pencatatan dan pelaporan. Sedangkan trend cakupan K4 tahun 2008 (75,93%), tahun 2009 (43,86%), tahun 2010 (80,36%), tahun 2011 (80,06%) dan tahun 2012 (80,36%). Distribusi cakupan K1 dan K4 menurut kabupaten/kota tahun 2012 ditunjukkan pada gambar 4.2. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

53 120 GAMBAR 4.2 CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Buton Muna Knwe Kolaka Konsel Bomb Waktb Kolut Butur Konut Kt.Kdi Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota 2012d & Lap. Hasil Pencapaian Program KIA Tahun 2012 Gambar 4.2 menunjukkan cakupan pelayanan K1 dan K4 kabupaten/kota tahun Cakupan K1 tertinggi (100 %) di Kota Kendari dan di Kabupaten Bombana (97,98 %) disusul Kabupaten Kolaka sebesar (97,50%). Ketiga Kabupaten tersebut jika dilihat dari target K1 yaitu 97 % sudah melebihi target. Sedangkan untuk cakupan pelayanan K1 terendah adalah di Kabupaten Konawe (73,66%) kemudian menyusul Kabupaten Kolaka Utara (79,58%) dan Kota BauBau (79,61%). Cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah Kota Kendari (97,34%) kemudian disusul Kabupaten Bombana (93,41%) dan persentase cakupan pelayanan K4 terendah adalah Kabupaten Konawe (63,80%) berikut Kabupaten Kolaka Utara (69,37%). Kt. Bau2 K1 95,84 95,59 73,66 97,5 93,75 97,98 88,72 79,58 95,52 88, ,61 K4 85,9 84,05 63,8 79,84 75,59 93,41 79,84 69,37 81,76 77,67 97,34 72,11 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

54 GAMBAR 4.3 PEMETAAN CAKUPAN PELAYANAN K4 KABUPATEN/ KOTA DI SULAWESI TENGGARA > 95% Kota Kendari 80% 95% Muna, Buton, Bombana, Buton Utara < 80% Konawe, Kolaka, Konawe Selatan, Wakatobi, Kolaka Utara, Konawe Utara, Kota BauBau Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Pencapaian cakupan pelayanan K4 di Sulawesi Tenggara yang sudah memenuhi target pada tahun 2012 yaitu Kota Kendari (Hijau). Kab.Muna, Kab.Bombana, Kab.Buton dan Kab.Buton Utara (Kuning). Sedangkan pencapaian K4 terendah yaitu Kab. Konawe Utara, Kab.Kolaka, Kab.Konawe Selatan, Kab.Wakatobi, Kab.Kolaka Utara, Kab.Konawe Utara dan Kota BauBau (Merah). b. Pertolongan Persalinan Oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan. Kematian ibu dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung meningkat, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun ditunjukkan pada gambar 4.4. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

55 GAMBAR 4.4 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN (%) DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN ,16 83,98 77,14 79,52 77,24 68, Persalinan Nakes Linear (Persalinan Nakes) Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota tahun Gambar 4.4 menunjukkan, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2008 (77.24%), tahun 2009 (68.29%), tahun 2010 (82,16%), tahun 2011 (83.98%) dan Tahun 2012 (79,52%). Bila dibandingkan dengan target nasional (95%), maka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara masih dibawah target nasional belum mencapai target yang ditetapkan, dan jika dibandingkan tahun 2011 menunjukkan penurunan hal ini disebabkan masih tingginya kepercayaan masyarakat terhadap dukun, kondisi geografis kepulauan dan pegunungan sehingga masyarakat sulit untuk menjangkau puskesmas, kurangnya pemahaman ibu hamil tentang pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan, tingginya persalinan di Non Fasilitas kesehatan, kurangnya rumah tunggu persalinan, pemberdayaan keluarga terhadap penggunaan buku KIA yang belum optimal. Berdasarkan profil kesehatan kab/kota tahun 2012, terdapat 3 kabupaten/kota yang persalinan nakes sudah diatas 90 % yaitu Kota Kendari sebesar 94,98%, Kabupaten Buton Utara 93,14 % dan Kabupaten Wakatobi 92, 74%. Distribusi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut kab/kota tahun 2012 ditunjukkan pada gambar 4.5. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

56 GAMBAR 4.5 PEMETAAN CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/ KOTA DI SULAWESI TENGGARA > 95% 80% 95% Muna, Bombana, Wakatobi, Kota Kendari < 80% Buton, Konawe, Kolaka, Konsel, Kolut, Butur, Konut dan Kota BauBau Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Pencapaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Sulawesi Tenggara yang sudah memenuhi target tahun 2012 belum ada yang memenuhi target (Hijau). Kab.Muna, Kab.Bombana, Kab.Wakatobi, dan Kota Kendari (Kuning). Sedangkan pencapaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terendah yaitu Kab.Buton, Kab. Konawe, Kab.Kolaka, Kab. Konsel, Kab. Kolaka Utara, Kab. Buton Utara, Kab.Konawe Utara, dan Kota BauBau (Merah). c. Rujukan Kasus Resiko Tinggi (Resti) dan Penanganan Komplikasi Resiko tinggi (Resti) adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kematian ibu hamil maupun bayi. Tandatanda resiko tinggi pada ibu hamil meliputi Hb < 8 g %, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmhg, diastole >90 mmhg), oedema nyata, eklampsia, perdarahan pervagina, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

57 pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur. Tahun persentase cakupan Ibu Hamil dengan resiko tinggi yang ditangani/dirujuk cenderung meningkat seperti ditunjukkan pada gambar 4.6. GAMBAR 4.6 CAKUPAN IBU HAMIL DENGAN RESTI YANG TELAH DITANGANI/DIRUJUK (%) DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN Cakupan Bumil Risti Dirujuk Expon. (Cakupan Bumil Risti Dirujuk ) Sumber: Laporan Program Pelayanan Kesehatan Dasar tahun 2012 Gambar 4.6 menunjukkan cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi yang dirujuk tahun 2008 (43,73%), tahun 2009 (45,70%), tahun 2010 (37.66%), tahun 2011 (45.5%) dan tahun 2012 (64,07%). Dengan demikian cakupan neonatus resiko tinggi yang ditangani/dirujuk belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 100%. Rendahnya cakupan ibu hamil komplikasi yang dirujuk disebabkan kondisi geografis yang sulit dijangkau yang sering mengakibatkan keterlambatan pertolongan sehingga apabila terjadi kasus komplikasi berat banyak yang tidak dapat segera dirujuk. Disamping itu juga disebabkan pengetahuan petugas Kabupaten/Kota terhadap Defenisi Operasi komplikasi Neonatus resiko tinggi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < gram), sindroma gangguan pernapasan, dan kelainan neonatal. Neonatus resiko tinggi yang tertangani adalah neonatus resiko tinggi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Cakupan neonatus dengan resiko tinggi yang ditangani/dirujuk tahun 2012 ditunjukkan pada gambar 4.7. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

58 GAMBAR 4.7. PEMETAAN CAKUPAN NEONATUS DENGAN RISTI DITANGANI/DIRUJUK DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA > 95% Buton Utara, Konawe Utara 80% 95% Konsel, Kolut, Kota Kendari. < 80% Buton, Muna, Konawe, Kolaka Bombana, Wakatobi, dan Kt Bau Bau Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota 2012 Pada Gambar 4.7 terlihat bahwa Pencapaian cakupan neonatus dengan risti ditangani/dirujuk di Sulawesi Tenggara yang memenuhi target Kab.Buton Utara dan Kab Konawe Utara (Hijau). Kab.Konawe Selatan, Kab.Kolaka Utara dan Kota Kendari (Kuning). Sedangkan cakupan neonatus dengan risti ditangani/dirujuk terendah yaitu Kab.Buton, Kab.Muna, Kab. Konawe, Kab.Kolaka, Kab. Bombana, Kab.Wakatobi, dan Kota BauBau (Merah). Rendahnya pencapaian ini disebabkan Komptensi Tenaga yang masih terbatas, pencatatan dan pelaporan penanganan neonatus dengan komplikasi belum maksimal dalam arti belum mengakomodir laporan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan swasta Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

59 d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2) Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (028 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 07 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 8 28 hari (KN2). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu Balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Gambaran pencapaian KN2 di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar 4.8. GAMBAR 4.8 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN ,75 88,52 85,78 95, , , Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Gambar 4.8 menunjukkan cakupan kunjungan neonatus (KN2) tahun cenderung meningkat, dari tahun 2007 yang hanya mencapai 31.26%, pada tahun 2008 naik menjadi 77.89%, tahun 2009 naik lagi menjadi 86.75%, tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

60 mengalami peningkatan lagi menjadi 88,52% namun di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi (85.78%) dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi (95.01%). Dengan demikian cakupan KN2 di Provinsi Sulawesi Tenggara telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu 90%. Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2012, masih ada kab/kota belum mencapai target yang telah ditetapkan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.9. GAMBAR 4.9 PEMETAAN CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN 2) MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA > 90% Buton, Konawe, Konsel, Bombana, Kolut, Kota Kendari 80% 90% Muna, Kolaka, Wakatobi, Butur dan Konut < 80% Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Gambar 4.9 menunjukkan cakupan kunjungan neonatus (KN2) menurut kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara yang sudah memenuhi target tahun 2012 yaitu Kab.Buton, Konawe, Konawe Selatan, Bombana, Kolaka Utara dan Kota Kendari (Hijau). Kab. Muna, Kolaka, Wakatobi, Buton Utara, Konawe Utara (Kuning). Tidak ada (Merah) kabupaten/kota yang cakupan kunjungan neonatus (KN2) terendah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

61 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Masa subur seorang wanita memiliki peran penting terjadinya kehamilan, usia subur seorang wanita biasanya antara tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, disarankan untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat dilihat melalui cakupan peserta KB, yaitu peserta KB Baru dan KB Aktif, Dalam Profil Kesehatan ini pelayanan kepesertaan KB ditunjukkan oleh kelompok sasaran program yang menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan. Berdasarkan profil kabupaten/kota 2012, jumlah peserta KB Baru sebanyak 78,363 pasangan (18,95%) dan jumlah peserta KB Aktif sebanyak pasangan (68,91%) dari PUS yang tercatat. Cakupan peserta KB Aktif dan KB baru menurut kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada gambar GAMBAR 4.10 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA KB Baru KB Aktif Sumber: Profil kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

62 Gambar 4.10 menunjukkan cakupan pelayanan peserta KB aktif di Provinsi Sulawesi Tenggara, dan jika dilihat dari gambar diatas nampak bahwa baru beberapa kabupaten/kota telah mencapai target (70%), yaitu Kabupaten Kabupaten Buton, (86,44%), Kabupaten Konawe Selatan (74,35%), dan Kabupaten Wakatobi (73,28%). GAMBAR 4.11 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pil; 37,75 Suntik; 45,44 Kondom; 5,28 IUD; 1,39 Implan; 7,52 MOW; 0,93 Lainnya; 1,49 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 MOP; 0,2 Tingkat pencapaian pelayanan peserta KB aktif dan peserta KB baru juga dapat dibedakan menurut metode dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Secara umum, terdapat 2 metode kontrasepsi, yaitu MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang) dan Non MKJP (bukan metode kontrasepsi jangka panjang/jangka pendek). Jenis kontrasepsi MKJP, yaitu IUD, MOP/MOW (Medis operatif pria/wanita) dan implant, sedangkan Non MKJP merupakan metode penggunaan kontrasepsi secara jangka pendek, yaitu Suntik, Pil, kondom, obat vagina dan lainnya yang tidak dimaksudkan untuk jangka waktu tertentu. Gambaran peserta KB Aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

63 GAMBAR 4.12 PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN IUD MOP/MOW IMPLAN SUNTIK PIL KONDOM OBAT VAGINA LAINNYA Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Gambar 4.12 menunjukkan, dari keseluruhan jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB Aktif tahun adalah jenis suntik dan pil (Metode Non MKJP). Tahun 2008 (suntik 45.44%, pil 39.71%), tahun 2009 (suntik 40,78%, pil 40,12%), tahun 2010 (pil 38.65%, suntik 37.84%),tahun 2011 (suntik 42.23%, pil 39,96%) dan tahun 2012 (Suntik 39,58% Pil 34,61%). 3. Pelayanan Imunisasi Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1: DPT dan kelas 23: TT). Imunisasi tambahan diberikan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial KLB, dan lainnya sesuai kebijakan teknis program. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan cakupan imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

64 besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini desa/kelurahan dikatakan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi telah mendapat imunisasi lengkap. Gambaran desa/kelurahan UCI di Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar GAMBAR 4.13 PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN DI SULAWESI TENGGARA TAHUN , , ,02 53,1 51, Desa/Kel UCI Expon. (Desa/Kel UCI) Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Gambar 4.13 menunjukkan cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008 (56.02%), 2009 (53,10%), tahun 2010 (51,92%) tahun 2011 (63.5%) dan tahun 2012 (76,38%). Berdasarkan exponential trendline cakupan desa UCI di Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung meningkat dari tahun 2012 namun belum mencapai target yang telah ditetapkan (>80%). Berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian telah mencapai target UCI yang telah ditetapkan, seperti ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

65 58,74 70,25 69,46 66,91 83,87 80,55 74, ,14 91,1 95, GAMBAR 4.14 PENCAPAIAN UCI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Gambar 4.14 menunjukkan cakupan UCI tertinggi adalah Kota BauBau (100%) dikatakan sudah mencapai target (80%), kemudian menyusul Kota Kendari (95,31%), Kota Kendari 95,31%) Kabupaten Wakatobi (92%), Konawe Utara (91,01%), Kabupaten Buton Utara (88,14%), Kabupaten Buton Utara (88,14%), Kabupaten Kolaka (83,87%). Dengan demikian dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara masih ada 5 (lima) Kabupaten/kota yang belum mencapai UCI yaitu Kabupaten Buton (70,25%), Kabupaten Kolaka Utara (74,44%), Kabupaten Muna (69,46%), Kabupaten Bombana (66,91%) dan Kabupaten Konawe (58,74%). Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena imunisasi ini diberikan pertama kali dari semua jenis imunisasi. Tingkat perlindungan bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi Campak karena merupakan imunisasi terakhir dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi dan target efektivitas program ditentukan oleh besarnya angka drop out (DO) antara pemberian DPT1 dengan Campak. Cakupan imunisasi DPT 1, Campak, dan angka DO di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

66 1,72 5,42 5,2 50,11 42,06 87,24 80,96 71,75 85,52 97,3 87,86 104,3 96, GAMBAR 4.15 CAKUPAN PEMBERIAN DPT1, CAMPAK, DAN ANGKA DO DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN ` DPT1 Campak DO Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Gambar 4.15 menunjukkan cakupan imunisasi DPT1, Campak, dan Angka Drop Out (DO). Dalam kurun waktu tahun DO yang tertinggi adalah tahun 2009 (50,11%), pada tahun berikutnya meskipun mengalami penurunan sampai dengan tahun 2011 (5,42%) dan di tahun 2012 terjadi lagi penurunan sebesar (5,2%) angka tersebut masih relatif cukup tinggi, hal ini menunjukkan pada tahun tersebut bayi dan Balita mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap kemungkinan terserang penyakit Campak dalam kurun waktu 3 5 tahun kedepan. Oleh karena itu Dinas Kesehatan perlu meningkatkan kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB Campak tahun , terutama bagi kabupaten/kota yang tidak mencapai target imunisasi campak (90%) Cakupan Imunisasi DPT1 dan Campak Kabupaten/Kota ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

67 GAMBAR 4.16 CAKUPAN IMUNISASI DPT1 DAN CAMPAK MENURUT KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Campak DPT1 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Gambar 4.16 menunjukkan kabupaten rawan terhadap kemungkinan terjadinya KLB Campak (cakupan imunisasi <90%), Kabupaten Buton Utara dan Kabupaten Muna. B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG Salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan (Puskesmas, fasilitas kesehatan, RSU, dll). Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit, dan lainnya. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

68 1. Pelayanan Kesehatan Rujukan Upaya kesehatan rujukan dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara, memulihkan, dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan. Indikator pelayanan kesehatan rujukan, yaitu cakupan rawat jalan, cakupan rawat inap, sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat, dan cakupan rumah sakit yang melaksanakan PONEK. a. Kunjungan Rawat Jalan. Cakupan kunjungan rawat jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan data profil kesehatan tahun 2012 di Rumah Sakit sebanyak kunjungan dan total kunjungan rawat jalan di Puskesmas mencapai kunjungan. Tingginya cakupan rawat jalan tahun 2012 dikarenakan berbagai faktor, diantaranya karena adanya pelayanan bantuan biaya pengobatan gratis bagi masyarakat miskin sehingga banyak masyarakat miskin mau berobat difasilitas pelayanan kesehatan. Walaupun di rumah sakit masih kurang tenaga pelayanan (dokter ahli, umum, perawat, dan tenaga pelayanan lainnnya) di unit pelayanan kesehatan rujukan terutama di kabupaten pemekaran b. Kunjungan Rawat Inap. Cakupan kunjungan rawat inap di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan laporan program upaya kesehatan rujukan tahun 2012 di rumah sakit sebanyak kunjungan dan di Puskesmas sebanyak kunjungan. Jika dilihat dari jumlah tempat tidur unit pelayanan kesehatan rujukan di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 berjumlah TT dengan rasio 1 : dari standar 1 : penduduk, maka dapat dikatakan jumlah TT unit pelayanan kesehatan rujukan di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah hampir memenuhi standar yang ditetapkan.. c. Kunjungan Gangguan Jiwa. Pelayanan Kesehatan gangguan jiwa yang datang berkunjung disarana pelayanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit pada tahun 2012 sebanyak kasus (terdiri dari lakilaki kasus, perempuan 919 kasus). Jumlah kasus ini dilaporkan pada fasilitas pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu kabupaten Buton, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Utara, Kota Kendari dan Kota BauBau. Sedangkan di fasilitas pelayanan Rumah Sakit yaitu RSUD Bombana, RSUD Wakatobi, RSJ Kendari, dan RSU Santa Ana. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

69 Jumlah kasus ini dilaporkan pada fasilitas pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu kabupaten Kabupaten Buton, Bombana, Buton Utara, Kota Kendari dan kota Bau Bau. Sedangkan di fasilitas pelayanan Rumah Sakit yaitu RSUD Wakatobi sebanyak 14 kasus, RSUD Bombana terdapat 1 kasus, RSU Santa Anna sebanyak 3 Kasus dan RSJ Kendari sebanyak 596 kasus. d. Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Dapat Diakses oleh Masyarakat Pelayanan Gawat darurat level 1 adalah pelayanan gawat darurat di RS yang memiliki Dokter Umum on site 24 jam dengan kualifikasi GELS dan/atau ATLS + ACLS, serta memiliki alat transportasi dan komunikasi. Pelayanan unit darurat adalah pelayanan kesehatan di unit/instalasi gawat darurat selam 24 jam sehari kepada pasien darurat yang datang secara tibatiba/ mendadak karena kecelakaan atau penyakit lain. Pelayanan Gawat darurat di Sulawesi Tenggara juga dilaksanakan di Puskesmas dengan fasilitas UGD dan Rumah Sakit.Pelayanan pasien diunit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan dan mati. Pelayanan kesehatan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di fasilitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya tahun 2012 dari 214 sarana yang ada hanya 77 sarana (33,18 %) yang melakukan pelayanan kesehatan gawat darurat angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2011 dari 207 sarana hanya 55 sarana (26,67%), dimana pencapaiannnya masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 90%. Namun demikian hal ini terus ditingkatkan melalui upaya pelayanan kesehatan rujukan dengan mempersiapkan unit pelayanan kesehatan rujukan dan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam yang dapat diakses oleh masyarakat di Propinsi Sulawesi Tenggara. e. Rumah Sakit yang memberikan Pelayanan PONEK Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 dari 34 Rumah Sakit sebanyak 6 Rumah Sakit (18,18%) yaitu RSUD Provinsi, RSUD Abunawas, RSUD BauBau, BLUD Benyamin Buluh Kolaka, RSUD Raha dan RSUD Unaaha. Kesiapan pelayanan kesehatan rujukan dalam memberikan pelayanan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

70 PONEK ditentukan oleh standar peralatan dan standar tenaga sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan (laporan Yankes rujukan). 2. Pelayanan Kesehatan Penunjang Pelayanan Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Hal tersebut sangat ditunjang dengan Laboratorium Kesehatan di fasilitas pelayanan Kesehatan terutama di Rumah Sakit dan Puskesmas. Jumlah laboratorium kesehatan tahun 2012 sebanyak 88 terdiri dari 10 Labkes di Rumah Sakit Umum termasuk RSU Pemerintah yang ada di wilayah kota kendari, RSUD Kab/Kota dan RSU Swasta, BUMN dan TNI/Polri, 1 Labkes di RSJ, dan dari 252 puskesmas hanya 77 yang mempunyai Labkes. 3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Dalam menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar 1945, sejak awal agenda 100 hari pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu telah berupaya untuk mengatasi masalah hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin yang diselenggarakan oleh Depkes melalui penugasan Kepala PT. Askes (Persero) berdasarkan SKN Nomor 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan PT. ASKES (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini telah berjalan memasuki tahun terakhir ke empat dan telah banyak hasil yang dicapai terbukti dengan terjadinya kenaikan yang luar biasa dari pemanfaatan program ini dari tahun ke tahun oleh masyarakat miskin. Adapun sasaran dalam program Jamkesmas adalah keseluruhan masyarakat miskin yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh BPS. Dimana untuk Provinsi Sulawesi Tenggara jumlah masyarakat miskin sesuai Data BPS Kabupaten/Kota tahun 2012 sebesar orang atau 43,84% dari total penduduk Sulawesi Tenggara. Distribusi penduduk miskin berdasar Data BPS Kabupaten/Kota dapat ditunjukkan pada tabel 4.1. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

71 Tabel 4.1 DISTRIBUSI PENDUDUK, PENDUDUK MISKIN KEPESERTAAN JAMKESMAS, ASKES, JAMSOSTEK, DAN BAHTERMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA No Kab/Kota Jml Maskin sesuai data BPS Kab Jml peserta Jamksmas Jml peserta Askes PNS Jlh Peserta Jamsostek Jlh Peserta Bahteramas Total penddk Yang punya Jaminan 1 Buton % 2 Muna Konawe Kolaka Konsel Bombana Wakatobi Kolut Buton Utara Konut Kota Kendari Kota BauBau Provinsi Jumlah ,26 Sumber: Laporan Program Jamkesmas tahun 2012 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase penduduk sasaran JAMKESMAS tahun 2012 terjadi penurunan dari tahun 2011 yaitu jiwa menjadi jiwa. Sesuai data yang dikeluarkan oleh Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TP2K) Pusat yang mengacu pada data BPS. Berikut distribusi peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan menurut kabupaten/kota berdasarkan Jenis Jaminan Pelayanan tahun 2012 ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

72 GAMBAR 4.17 DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI SULAWESI TENGGARA 2012 BauBau Kendari Konut Butur Kolut Wakatobi Bombana Konsel Kolaka Konawe Muna Buton Bahteramas Askes PNS Jamkesmas Sumber: Laporan Program Jamkesmas Tahun 2012 Sejak tahun 2008 hingga 2012 sasaran Jamkesmas dari Pusat tidak mengalami perubahan yaitu jiwa dan Tahun 2012 mengalami penurunan menjadi jiwa, sedangkan jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas dan rumah sakit berfluktuasi, jumlah kunjungan rawat jalan terbanyak di tahun 2012 yaitu kunjungan, dan untuk kunjungan rawat inap sebanyak kunjungan. Untuk lebih jelasnya hasil pencapaian program JPKM tahun ditunjukkan pada gambar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

73 GAMBAR 4.18 REALISASI PROGRAM JPKM DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN Jamkesmas Rawat Jalan Rawat Inap Sumber: Laporan Program Jamkesmas Tahun 2012 Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas dan Rumah Sakit. Untuk pasien Jamkesmas di Propinsi Sulawesi Tenggara terus mengalami peningkatan yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah kasus yang ditangani baik di sarana di fasilitas pelayanan kesehatan dasar maupun di fasilitas pelayanan rujukan dalam hal ini rumah sakit. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah kasus rawat jalan tahun 2008 s.d 2012 dari kunjungan menjadi kunjungan, dan jumlah kunjungan rawat inap tahun 2008 s.d 2012 dari kunjungan menjadi kunjungan. B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan vitamin A dan anemia gizi besi. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

74 1. Pemberian Kapsul Vitamin A Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan vitamin A. Pencegahan kekurangan vitamin A dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan Balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali. Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang menderita kurang vitamin A, lebih mudah terserang Campak, Diare atau penyakit infeksi lain, dan pada tingkat lanjut dapat mengakibatkan kematian. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama dapat mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata dan bila tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan. Cakupan pemberian vitamin A di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun ditunjukkan pada gambar GAMBAR 4.19 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A DI SULAWESI TENGGARA TAHUN , ,91 71, , , Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun Gambar 4.19 menunjukkan cakupan pemberian vitamin A cenderung berfluktuasi, pada tahun 2008 mencapai 66,86%, tahun 2009 sedikit meningkat menjadi 70,91% pada tahun 2010 turun menjadi 67,88%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 71,65% dan ditahun 2012 meningkat lagi menjadi 73,93% Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

75 Berdasarkan laporan kabupaten/kota tahun 2012 bahwa Jumlah anak Balita yang mendapat vitamin A pada bulan Februari dan Agustus sebanyak Balita dari Jumlah Balita sebanyak (73,93%), cakupan pemberian kapsul vitamin A paling tinggi di Kabupaten Konawe sebanyak (96,00%) Balita dan terendah di Kabupaten Kolaka Utara hanya mencapai dari total jumlah Balita (14,69%%). Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian kapsul vitamin A walaupun sudah dilakukan penyuluhan serta rendahnya kesadaran ibu dalam pemberian vitamin A pada bayinya. 2. PEMBERIAN TABLET BESI Anemia gizi besi (Fe) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara. Kelompok masyarakat yang rawan menderita Anemia gizi besi adalah wanita usia subur, ibu hamil, ibu nifas, remaja putri, calon pengantin, buruh wanita dan anak sekolah. Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin dalam darah kurang dari normal. Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gizi adalah perdarahan pada waktu melahirkan, BBLR, dan penurunan produktivitas bagi pekerja. Anemia gizi terjadi karena asupan zat besi melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan atau meningkatnya kebutuhan zat besi bagi tubuh (ibu hamil, masa tumbuh kembang, penyakit kronis,infeksi, dan lainnya). Berdasarkan data profil kesehatan tahun , cakupan pemberian tablet Fe1 (30 Tablet) dan Fe3 (90 tablet) pada ibu hamil ditunjukkan pada gambar GAMBAR 4.20 CAKUPAN PEMBERIAN TABLET Fe1 dan Fe3 PADA IBU HAMIL DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN ,83 74,39 78,35 73,44 76,31 66,45 62,29 65, Fe1 (30 Tablet) Fe3 (90 Tablet) Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

76 30,24 71,02 70,91 71,30 61,48 93,55 79,39 85,63 83,04 93,75 77,53 93,47 94,86 88,72 79,84 75,78 87,54 72,15 91,36 84,89 79,61 72,11 95,80 99,35 Gambar 4.20 menunjukkan cakupan pemberian tablet besi, baik Fe1 maupun Fe3 pada ibu hamil di Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini mengisyaratkan semakin membaiknya kinerja petugas kesehatan, terutama bidan desa, dalam memberikan pelayanan kesehatan, serta meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Persentase cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe1 dan Fe3) menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2012 ditunjukkan pada gambar GAMBAR 4.21 CAKUPAN PEMBERIAN TABLET Fe 1 DAN Fe 3 PADA IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 Fe1 Fe3 Sumber: Program Gizi Masyarakat tahun 2012 Gambar 4.21 menunjukkan persentase cakupan pemberian tablet Fe 1 dan Fe 3 pada tahun Kabupaten/kota dengan cakupan Fe1 tertinggi adalah Kota Kendari (95,80%), sedangkan yang terendah di Kabupaten Buton (71,02%). Sedangkan Kabupaten/kota dengan cakupan Fe3 tertinggi adalah Kota Kendari (99,35%), sedangkan yang terendah di Kabupaten Kolaka Utara (30,24%). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

77 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Gambaran sumber daya kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 dijelaskan pada bab ini. A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan yang dimaksud adalah unit pelayanan kesehatan dan perbekalan kesehatan, berupa puskesmas, rumah sakit dan, upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM). 1. Puskesmas dan Jaringannya Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Hal ini menunjukkan semakin meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di daerah terpencil. Dibawah ini Jumlah puskesmas tahun ditunjukkan pada table 5.1. GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS MENURUT STATUS DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN TT NON TT TOTAL Sumber : Profil Kesehatan kabupaten/kota tahun 2012 Gambar 5.1 menunjukkan jumlah puskesmas di Provinsi Sulawesi Tenggara setiap tahunnya meningkat yaitu dari 207 unit pada tahun 2008, menjadi 223 unit pada tahun 2009, tahun 2010 (240 unit), tahun 2011 (248 unit) dan tahun 2012 sebanyak 252 unit. Disamping peningkatan jumlah Puskesmas, juga dilakukan pengembangan puskesmas dari puskesmas rawat jalan (Puskesmas non TT) menjadi puskesmas rawat inap (puskesmas TT). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

78 Tahun , rasio Puskesmas terhadap penduduk juga menunjukkan peningkatan dari tahun 2008 (2,99 per penduduk), tahun 2009 (3,16 per penduduk), tahun 2010 (3,22 per penduduk), tahun 2011 (3,27 per penduduk) dan tahun 2012 (3,28 per penduduk) Pertambahan rasio jumlah puskesmas terhadap penduduk tahun ditunjukkan pada gambar 5.2. GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER PENDUDUK DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN Sumber : Data Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012 Berdasarkan konsep wilayah, sasaran penduduk yang dilayani oleh satu unit Puskesmas adalah penduduk. Berdasarkan rasio pada gambar 5.2 maka, setiap penduduk di Sulawesi Tenggara tahun dilayani oleh 2 3 unit puskesmas. Menurut perhitungan rasio tersebut, jumlah puskesmas di Provinsi Sulawesi Tenggara relatif tidak kekurangan, dan hampir setiap tahun terjadi pemekaran wilayah khususnya pemekaran kecamatan dimana setiap kecamatan yang dimekarkan selalu ditunjang dengan pembangunan puskesmas, akan tetapi sebagian daerah Sulawesi Tenggara merupakan wilayah pesisir dan kepulauan, oleh karena itu untuk menjangkau wilayah terpencil dan perbatasan, maka puskesmas ditunjang oleh puskesmas pembantu (Pustu) dan Poskesdes. Berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota, puskesmas pembantu (Pustu) di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 tidak terdapat penamahan puskesmas pembantu atau masih tetap berjumlah 448 unit. Dengan demikian rasio puskesmas terhadap puskesmas pembantu adalah 1 : 2.85 artinya setiap 1 puskesmas ratarata terdapat 23 Puskesmas pembantu, hal ini menunjukkan tingginya komitmen pemerintah dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat, termasuk masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, pesisir dan perbatasan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

79 2. Rumah Sakit Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana pelayanan kesehatan rujukan adalah ketersediaan rumah sakit. Untuk mengetahui ketersediaan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yaitu dengan penghitung rasio ketersediaan tempat tidur dengan jumlah penduduk. Selama kurun waktu tahun jumlah rumah sakit di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan jumlah rumah sakit tahun ditunjukkan pada tabel 5.1. TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN No Status Kepemilikan RUMAH SAKIT Pemerintah Pemerintah Kab/Kota TNI Polri BUMN Khusus 6 Swasta Swata (RS/klinik bersalin) RSIA Klinik umum Swasta Jumlah Sumber: Profil Kesehatan kab/kota tahun 2012 Tabel 5.1 menunjukkan jumlah rumah sakit di Provinsi Sulawesi Tahun 2008 (29 RS), tahun 2009 (29 RS), tahun 2010 (32 RS), dan tahun 2011 (33 RS) dan Tahun 2012 (34 RS) Jumlah termasuk RS Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/Polri, BUMN, RS Swasta, RSIA, Rumah Bersalin dan Klinik Umum Swasta. Daftar nama RS dapat dilihat pada tabel 70 lampiran profil kesehatan Peningkatan jumlah rumah sakit tentu akan diikuti dengan peningkatan jumlah tempat tidur rumah sakit. Peningkatan jumlah tempat tidur RS menurut status kepemilikan tahun ditunjukkan pada tabel 5.2. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

80 TABEL 5. 2 JUMLAH TEMPAT TIDUR MENURUT STATUS KEPEMILIKAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN No Status Kepemilikan TT 2008 TT 2009 TT 2010 TT 2011 TT Pemerintah Provinsi Pemerintah Kab/Kota TNI Polri BUMN Khusus 6 Swasta umum Swata (RS bersalin) RSIA Swasta Jumlah Sumber : Profil Rumah Sakit Kab/Kota 2012 Tabel 5.2 menunjukkan jumlah tempat tidur rumah sakit dari tahun ke tahun mengalami peningkatan Tahun 2008 (1.163 TT), di Tahun 2009 (1.414 TT), Tahun 2010 (1.601 TT), tahun 2011 (1.811 TT) dan Tahun 2012 (1.948 TT). Rasio tempat tidur rumah sakit di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2012 rasio TT RS terhadap penduduk dapat dikatakan sudah memenuhi standar kebutuhan yang ditetapkan, yaitu 1 : dari standar 1 : Rasio tempat TT rumah sakit terhadap penduduk, ditunjukkan pada gambar 5.3. Gambar 5.3 Jumlah & Rasio Tempat Tidur Rumah Sakit/1.500 penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Jumlah Tempat Tidur RASIO TT Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Ttahun 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

81 Gambar 5.3. menunjukkan, rasio tempat tidur rumah sakit di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah mencapai standar yang telah ditetapkan, yaitu 1 : 1500 penduduk, namun demikian dalam pemanfaatannya masih belum efektif karena berbagai faktor, diantaranya karena belum meratanya distribusi jumlah TT RS di daerah. 3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam upaya meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan pemanfaatan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yaitu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Desa Siaga dan sebagainya. a. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Posyandu dikelompokkan dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Jumlah Posyandu berdasarkan strata tahun ditunjukkan pada Gambar 5.4. GAMBAR 5.4 JUMLAH POSYANDU DI SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN STRATA TAHUN Pratama Madya Purnama Mandiri Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota tahun 2012 Gambar 5.4 menunjukkan jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri cenderung meningkat, di strata Pratama dan Madya cenderung menurun, hal ini terjadi karena adanya peningkatan strata posyandu ke tingkat selanjutnya. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

82 Secara absolut jumlah Posyandu di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan, yaitu tahun 2008 berjumlah unit, tahun 2009 berjumlah tahun 2010 berjumlah 2.886, tahun 2011 sebanyak dan tahun 2012 sebanyak Sedangkan untuk rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan tahun 2008 mencapai 1.33, tahun 2009 mencapai 2.822, tahun 2010 berjumlah Posyandu, tahun 2011 berjumlah dan tahun 2012 mencapai dengan ratio posyandu terhadap desa/kelurahan mencapai 1,38, atau terdapat 14 posyandu setiap desa/kelurahan. Peningkatan jumlah Posyandu mengindikasikan tingginya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan. Berikut ini adalah rasio posyandu terhadap jumlah desa/kelurahan menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tenggara tahun GAMBAR 5.5 RASIO POSYANDU TERHADAP JUMLAH DESA/KELURAHAN MENURUT KABUPATEN/KOTA SULTRA BAUBAU KENDARI KONUT BUTUR KOLUT WAKATOBI BOMBANA KONSEL KOLAKA KONAWE MUNA BUTON 1 0,96 1,07 1,11 1,38 1,31 1,54 1,61 1,52 1,51 1,72 3,26 3,09 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Sumber: Profil Kesehatan dan Data Nakes Kab/Kota tahun 2012 b. POLINDES Polindes merupakan salah satu bentuk UKBM yang bertujuan mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pelayanan Keluarga Berencana kepada masyarakat. Sama halnya dengan posyandu, polindes dikelompokkan dalam 4 strata, yaitu Polindes Pratama, Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Berdasarkan profil dinas kesehatan kabupaten/kota tahun 2012 polindes di Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 188 dari desa/kel. Jumlah desa dan polindes menurut kabupaten/kota ditunjukkan pada gambar 5.6. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

83 GAMBAR 5.6 DISTRIBUSI DESA DAN POLINDES MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Jumlah Desa/Kel Polindes Sumber: Profil Kesehatan dan Data Nakes Kab/Kota tahun 2012 c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Desa Siaga Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu poskesdes. Tenaga poskesdes minimal 1 (satu) orang bidan dan 2 (dua) orang kader. Tahun 2012 poskesdes di Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 688 unit dan Desa Siaga berjumlah desa. Jumlah desa dan poskesdes menurut kabupaten/kota ditunjukan pada gambar 5.7. GAMBAR 5.7 DISTRIBUSI DESA DAN POSKESDES MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Jumlah Desa/Kel Poskesdes Sumber: Profil Kesehatan dan Data Nakes Kab/Kota tahun 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

84 Ketersediaan Poskesdes merupakan salah satu indikator suatu desa disebut Desa Siaga. Rasio Poskesdes terhadap desa pada tahun 2012 Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,31. Jumlah Desa Siaga di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 sebanyak desa. Gambar berikut ini menyajikan rasio poskesdes tehadap desa di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 GAMBAR 5. 8 RASIO POSKESDES TERHADAP JUMLAH DESA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SULTRA BAUBAU KT. KENDARI KONUT BUTUR KOLUT WAKATOBI BOMBANA KONSEL KOLAKA KONAWE MUNA BUTON 0,05 0,13 0,2 0,24 0,22 0,23 0,32 0,38 0,49 0,47 0,65 0,72 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1 Sumber: Profil Kesehatan dan data Nakes Kabupaten/Kota tahun 2012 B. SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN Sumberdaya manusia kesehatan (SDM kesehatan) merupakan sumberdaya strategis pembangunan kesehatan, selain biaya dan sarana pelayanan. Secara umum tenaga kesehatan dapat dibedakan dalam dua katergori, yaitu tenaga kesehatan dan nontenaga kesehatan. Menurut PP nomor 32 tahun 1996, tenaga kesehatan adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan atau keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dibidang kesehatan serta mengabdikan dirinya dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis (dokter spesialis, umum, dan gigi), tenaga keperawatan (perawat, bidan), tenaga kefarmasian (apoteker, asisten apoteker dan analis farmasi), tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian), Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

85 tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien), tenaga keterapian fisik (fisioterapi, okupasiterapis dan terapi wicara) serta tenaga keteknisian medis (radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis). Berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota, tenaga kesehatan dan Non Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 berjumlah orang yang terdiri dari Tenaga Kesehatan orang dan Tenaga Non Kesehatan sebanyak 932 orang. Distribusi tenaga kesehatan menurut kabupaten/kota tahun 2012 ditunjukkan pada gambar 5.9. GAMBAR 5. 9 DISTRIBUSI SDM KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NAKES Sumber: Profil Kesehatan dan data Nakes Kabupaten/Kota SDMK tahun 2012 Gambar 5.7 menunjukkan tenaga kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota tahun Jumlah tenaga kesehatan dan Non Kesehatan yang terbanyak untuk tahun 2012 yang berada di Kabupaten/Kota, yaitu terbanyak di Kabupaten Konawe sebanyak orang kemudian menyusul Kabupaten Kolaka orang, Kabupaten Muna sebanyak 990 orang dan Kabupaten Buton sebanyak 959 orang, sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang terendah, yaitu Kabupaten Buton Utara 409 kemudian disusul Kabupaten Konawe Utara sebanyak 593 orang. Hal ini selain disebabkan kedua kabupaten tersebut merupakan kabupaten pemekaran baru dan tenaga yang ada saat ini merupakan tenaga kesehatan kabupaten induk yang dialihkan ke kabupaten pemekaran baru, juga karena jumlah penduduk kedua kabupaten tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan kabupaten lainnya, sehingga jika dihitung berdasarkan rasio jumlah nakes dan jumlah penduduk, angka tersebut relatif masih cukup memadai. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

86 Sedangkan tenaga kesehatan dan Non Kesehatan yang berada di tingkat Provinsi sebanyak orang. Jumlah tenaga di provinsi sudah termasuk dengan tenaga kesehatan yang berada di UPT Dinas Kesehatan (Laboratorium Kesehatan, Bapelkes) serta tenaga kesehatan yang bertugas rumah sakit yang termasuk rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Tenaga kesehatan berdasarkan tempat bekerja dibagi menjadi 5 (lima) tempat, yaitu puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan, dan institusi pendidikan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan lainnya. Distribusi tenaga kesehatan berdasarkan tempat kerja ditunjukkan pada gambar GAMBAR DISTRIBUSI SDM KESEHATAN MENURUT TEMPAT BEKERJA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pukesmas RS Dinkes Inst pddkn Sarkes Lainnya Sumber: Profil Kesehatan dan data Nakes SDMK Kabupaten/Kota tahun 2012 Gambar 5.10 menunjukkan tenaga kesehatan yang bekerja dipuskesmas(termasuk PUSTU, Polindes, Poskesdes) adalah orang, rumah sakit orang, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota orang, institusi pendidikan dan lainnya 139 orang dan Sarana kesehatan lainnya sebanyak 172 orang. Mengacu pada PP nomor 32 tahun 2006 tentang tenaga kesehatan dan Renstra Departemen Kesehatan tahun dan indikator tenaga kesehatan Indonesia Sehat 2011 (Kepmenkes No. 1202/Menkes/SK/VIII/2003), maka ditetapkan jenis tenaga kesehatan, yaitu dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi, apoteker, asisten apoteker, sarjana kesmas, sanitarian, nutrisionis, keterapian fisik dan keteknisian medik sebagai indikator sumberdaya kesehatan berdasarkan rasionya per penduduk. Gambaran tenaga kesehatan tahun 2012 ditunjukkan pada tabel 5.3. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

87 TABEL 5.3 TENAGA KESEHATAN DAN RASIO PER PENDUDUK DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TENAGA KESEHATAN JUMLAH Ratio Nakes / penduduk Target IS 2010 Dokter Spesialis 89 3,86 6 Dokter Umum ,37 30 Dokter Gigi 169 7,32 11 Perawat , Bidan ,54 75 Apoteker 162 7,02 15 Ass. Apoteker ,52 32 Ahli Kesmas ,37 65 Sanitarian ,14 27 Nutrisionis/Ahli Gizi ,78 18 Keterapian Fisik 38 1,65 4 Keteknisian Medis ,49 6 Total : ,04 Sumber: Data tenaga kesehatan kabupaten/kota tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka ratio dokter Spesialis tahun 2012 di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 3,86 dokter Spesialis per penduduk, artinya setiap penduduk hanya dilayani oleh 3 4 dokter spesialis, apabila dilihat dari target Indonesia Sehat 2010 maka di Provinsi Sulawesi Tenggara masih dibawah target. Khusus untuk tenaga perawat dan tenaga bidan jika dilihat dari target IS 2010 sudah melampaui target, tapi distribusi/penempatan tenaga belum merata. Untuk tenaga dokter Umum, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya jika dilihat dari target IS 2010 semuanya belum mencapai target. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

88 Rendahnya pencapaian indikator sasaran pada program SDK disebabkan berbagai faktor, yaitu : 1. Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk daerah yang kurang diminati untuk penempatan pegawai tidak tetap maupun PNS untuk dokter spesialis dan dokter umum/gigi, hal ini erat hubungannya dengan kurangnya fasilitas dan insentif yang bisa disediakan oleh pemerintah daerah; 2. Penerimaan pegawai selama ini tidak dilaksanakan berdasarkan hasil analisis perencanaan pegawai yang termuat dalam laporan masterplan kebutuhan tenaga yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan; 3. Kurangnya dukungan anggaran untuk pemberdayaan tenaga dan untuk pelaksanaan kegiatan program. 4. Banyaknya tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikannya tidak linear lagi C. SDM KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA SDM kesehatan yang bekerja di Puskesmas dan jaringannya tahun 2012, terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes No. 1202/Menkes/SK/VIII/2003, jenis tenaga kesehatan, yaitu dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi, apoteker, asisten apoteker, sarjana kesmas, sanitarian, nutrisionis, keterapian fisik dan keteknisian medik. Distribusi tenaga kesehatan menurut jenis yang bekerja di puskesmas dan jaringannya ditunjukkan pada gambar GAMBAR DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN YANG BEKERJA DI PUSKESMAS DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sumber: Profil Kesehatan dan Data Nakes SDMK Kab/Kota 2012 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

89 Gambar 5.11 menunjukkan tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas berjumlah orang. Jenis tenaga yang terbanyak bekerja di puskesmas adalah Perawat (Perawat, dan Bidan) yaitu masingmasing tenaga perawat dan tenaga bidang dan tenaga kesehatan yang paling sedikit adalah tenaga keteknisan medis berjumlah 58 orang. D. SDM KESEHATAN DI RUMAH SAKIT SDM kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit (Pemda, TNI/POLRI, BUMN, Swasta) tahun 2012 berjumlah orang. Jenis tenaga yang terbanyak bekerja di rumah sakit adalah perawat (termasuk perawat gigi) berjumlah orang, Bidan sebanyak 313 orang. Distribusi tenaga kesehatan menurut jenis yang bekerja di rumah sakit ditunjukkan pada gambar GAMBAR 5.12 DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN YANG BEKERJA DI RUMAH SAKIT (PEMDA, TNI/POLRI, BUMN, SWASTA) DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sumber: Profil Kesehatan dan Profil Nakes SDMK Kab/Kota 2012 Gambar 5.11 menunjukkan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit sebanyak orang. Jenis tenaga yang terbanyak bekerja di rumah sakit juga masih didominasi oleh tenaga perawat sebanyak kemudian disusul dengan tenaga bidan sebanyak 313 orang dan tenaga keterknisan medis sebanyak 228 orang, dan tenaga dokter gigi hanya berjumlah 34 orang. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp.+62-451-421070-457796 http://dinkes.sulteng.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGGARA Tahun 2016 DINAS KESEHATAN 2017 i TIM PENYUSUN Pengarah dr. H. AsrumTombili, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Ketua Safiuddin Alibas, SP,ME Kepala

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGGARA Tahun 2015

PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGGARA Tahun 2015 PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGGARA Tahun 2015 DINAS KESEHATAN 2016 i TIM PENYUSUN Pengarah dr. H. AsrumTombili, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Muh. Iliyas, SKM.,M.Kes Sekretaris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan Kesehatan di Provinsi Riau adalah Riau Sehat 2020. Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2020

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo i Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 Penanggung Jawab Pelaksana Tim Penyusun : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi : - dr. Muhammad

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN 2017 dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROFIL KOTA MAKASSAR LETAK GEOGRAFIS -Pantai Barat Pulau

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-

KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program- PETA KESEHATAN INDONESIA TAHUN 0 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Penasehat Dr. HENDARTO, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang) Sekretaris KUSNADI, S.Sos

TIM PENYUSUN. Penasehat Dr. HENDARTO, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang) Sekretaris KUSNADI, S.Sos TIM PENYUSUN Penasehat Dr. HENDARTO, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang) Ketua TOTOK RUSWANTO, S.KM (Kepala UPT Pusat Informasi dan Manajemen Kesehatan) Sekretaris KUSNADI, S.Sos Koordinator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

MORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M

MORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M MORTALITAS Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M 1 Mortalitas Salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat dengan Misinya Membuat Rakyat Sehat diperlukan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci