ANALISIS KESEIMBANGAN RASIO HARGA PAKAN TERHADAP SUSU SEGAR PADA PETERNAKAN RAKYAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESEIMBANGAN RASIO HARGA PAKAN TERHADAP SUSU SEGAR PADA PETERNAKAN RAKYAT"

Transkripsi

1 ANALISIS KESEIMBANGAN RASIO HARGA PAKAN TERHADAP SUSU SEGAR PADA PETERNAKAN RAKYAT (Equilibrium Analysis of Price Ratio for Feed to Fresh Milk in the Dairy Farmers) ATIEN PRIYANTI 1 dan MARIYONO 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 2 Loka Penelitian Sapi Potong, Jawa Timur ABSTRACT The increase of fresh milk price nowadays should be better advantageous by the dairy farmers, so that economic value added could be met the farmers household profit optimally. An assessment to evaluate the degree of compensate ratio on price of feed cost to fresh milk has been done using the primary data that collected from a Unit Cooperation of Tani Ternak Suka Makmur, Pasuruan. The monthly data were gathered during the period of January 2002 till March Parameters observed were prices on fresh milk and feed input price such as concentrates, wheat pollard, onggok, coffee pod, tumpi jagung, grantek rice bran, menir dan and coconut kernel cake, which are available abundant in East Java. Data were analyzed using an equation model of ordinary least squares to identify factors that influence feed input price to fresh milk. The results have shown that except that of coffee pod and menir plus tumpi jagung did not significantly affected to fresh milk price. The increase of input feed price will increase the fresh milk, especially for the concentrate price. During the period of last year, the average increase of fresh milk was percent, while that of the concentrates price has reached 25 percent. The increase of concentrates price is caused by the increase of other feed components such as wheat pollard (38 percebt), onggok (27 percent), coconut kernel cake (36 percent) and grantek rice bran (27 percent). The study concluded that eventhough the rate of increasing milk price is greater than that of the concentrates price, there is a need to minimized feed price using a local substitution feed, especially concentrates that is a major component of dairy feed. In this case, the farmers do not necessarily to compensate a risk due to increasing concentrates price substantially. Keywords: Feed price ratio, fresh milk, ordinary least squares ABSTRAK Kenaikan harga susu akhir-akhir ini harus dapat dimanfaatkan oleh peternak dengan baik sehingga nilai tambah ekonomi usaha sapi perah dapat memberikan keuntungan yang optimal. Suatu kajian telah dilakukan untuk mengevaluasi seberapa besar kenaikan harga susu dapat mengkompensasi kenaikan harga input pakan yang cukup tinggi pula. Data primer diperoleh dari Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur, Pasuruan dengan periode harga bulanan dari tahun 2002 sampai dengan Maret Parameter yang diamati adalah harga susu, harga pakan seperti konsentrat, wheat pollard, onggok, kulit kopi, tumpi jagung, dedak padi grantek, tumpi jagung dan menir serta bungkil kopra yang banyak terdapat di wilayah Jawa Timur. Data dianalisis dengan menggunakan model persamaan ordinary least squares untuk mengidentifikasi faktorfaktor harga input pakan yang berpengaruh terhadap harga susu. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecuali kulit kopi dan tumpi jagung dicampur menir, harga input pakan tersebut berpengaruh sangat nyata terhadap harga susu, semakin tinggi harga input harga susu akan semakin meningkat. Selama satu tahun terakhir, ratarata kenaikan harga susu mencapai persen, sedangkan rata-rata kenaikan harga konsentrat mencapai 25 persen. Kenaikan harga konsentrat ini dipicu juga oleh kenaikan komponen bahan pakan seperti wheat pollard (38 persen), onggok (27 persen), bungkil kopra (36 persen) dan dedak padi grantek (27 persen). Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun laju kenaikan harga susu relatif lebih besar dibandingkan dengan laju kenaikan harga konsentrat, perlu upaya substitusi komponen bahan pakan penyusun konsentrat, sehingga kenaikan harga konsentrat dapat diminimalkan. Dalam hal ini peternak tidak harus menanggung kompensasi kenaikan harga konsentrat yang cukup besar. Kata kunci: Rasio harga pakan, harga susu, ordinary least squares 441

2 PENDAHULUAN Lebih dari 90 persen populasi sapi perah di Indonesia terdapat di Pulau Jawa, dimana populasi ini secara nasional meningkat sebesar 6.7 persen selama periode 2002 sampai 2006 (DITJEN PETERNAKAN, 2006). Jawa Timur menduduki peringkat pertama (35 persen), disusul masing-masing oleh Jawa Tengah (30 persen) dan Jawa Barat (28,7 persen). Sedangkan wilayah di luar Pulau Jawa yang potensial adalah Sumatera Utara (2 persen). Berdasarkan sensus pertanian pada tahun 2003, jumlah rumahtangga peternak sapi perah di Pulau Jawa juga menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan populasi, kecuali untuk Jawa Barat (BPS, 2007). Dibandingkan dengan sensus penduduk pada tahun 1993, jumlah rumahtangga peternak sapi perah di Jawa Barat menurun sebesar 4,8 persen, sedangkan hal tersebut di Jawa Timur dan Jawa Tengah meningkat masing-masing sebesar 33 persen dan 18 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan sapi perah di Jawa Barat per rumahtangga peternak relatif meningkat. Pada tahun 2006, rata-rata kepemilikan sapi perah per rumahtangga peternak adalah 2,6 ekor, 3,2 ekor dan 3,0 ekor berturut-turut untuk Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kenaikan harga susu segar akhir-akhir ini cukup menggairahkan para peternak di sentra produksi susu karena keuntungan yang diterima juga meningkat. SETIADI (2007) menyatakan bahwa kenaikan harga susu ini sudah saatnya, setelah selama 12 tahun stagnan. Para peternak sapi perah saat ini dapat menikmati kenaikan rata-rata sebesar Rp. 700/liter, dimana harga susu saat ini berkisar antara Rp sampai Rp per liter, sedangkan sebelumnya berkisar antara Rp sampai Rp per liter di tingkat koperasi. Kenaikan harga susu ini cukup bervariasi tergantung dari kualitas susu yang dihasilkan. Ketua GKSI Jawa Tengah, KUNCORO, menyatakan bahwa harga susu di tingkat peternak mencapai sekitar Rp Rp. 2100, sedangkan harga tersebut di tingkat koperasi mencapai rata-rata sekitar Rp. 2300/liter. Relatif rendahnya harga ini disebabkan oleh total solid rendemen atau kadar air susu yang dihasilkan oleh peternak baru mencapai sekitar 10,5 persen, padahal standar yang diperlukan oleh industri pengolah susu (IPS) mencapai 12 persen. Lebih lanjut disampaikan bahwa produksi susu di GKSI Jawa Tengah saat ini mencapai 110 ton/hari, sedangkan kebutuhannya mencapai 180 ton. Di Jawa Barat, rata-rata produksi per hari hanya sekitar 430 ton dan hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan nasional. Secara nasional, permintaan untuk memenuhi kebutuhan susu mencapai 2253 ton/hari sedangkan pasokan produksi baru dapat memenuhi 1184 ton/hari untuk 5 pabrik IPS (SULISTIYANTO, 2008). Pasokan ini sebagian besar (76 persen) dihasilkan oleh produksi susu harian dari sapi perah yang berkisar antara liter. Kenaikan harga susu ini tidak dapat secara optimal meningkatkan keuntungan yang diperoleh peternak. Hal ini disebabkan oleh harga bahan baku pakan seperti konsentrat dan dedak padi yang juga meningkat. Pada usaha sapi perah, biaya pakan dapat mencapai 62,5 persen dari total biaya produksi (YUSDJA, 2005), sehingga keuntungan yang diterima oleh peternak juga sangat tergantung dari besaran biaya pakan yang dikeluarkan. Kenaikan harga bahan baku pakan ini tidak terlepas dari akibat kenaikan harga bahan baku pakan dunia seperti jagung dan kedelai. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia juga merupakan net importer untuk kedua bahan baku tersebut, sedangkan secara global (utamanya Amerika) terjadi peningkatan penggunaan energi alternatif yang menggunakan kedua komoditas tersebut sebagai bahan dasar pembuatan etanol dan biodiesel. DARYANTO (2008) menyebutkan bahwa dalam kurun waktu satu semester (Juni- Nopember 2007) harga jagung di pasar internasional meningkat dari US$ 220/ton menjadi US$ 306/ton atau setara dengan 39 persen. Hal ini belum lagi ditambah dengan kenaikan biaya transpor pesawat (freight) dari US$ 60/ton menjadi US$ 145/ton. Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadinya kenaikan harga pakan (konsentrat) sebagai akibat dari persaingan antara penggunaan jagung untuk pangan, pakan dan sumber energi alternatif. Suatu kajian telah dilakukan untuk mengevaluasi seberapa besar kenaikan harga susu dapat mengkompensasi kenaikan harga input pakan yang juga meningkat. Hal ini sangat relevan dalam kaitannya dengan upaya menghasilkan bahan baku pakan lokal yang tidak terlalu bersaing dengan kepentingan 442

3 utama manusia seperti kebutuhan pangan dan energi. MATERI DAN METODE Kajian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis data primer yang diperoleh langsung dari Koperasi Usaha Tani Ternak (KUTT) Suka Makmur, Grati, Pasuruan yang memiliki sekitar 200 ekor sapi perah Peranakan Frisien Holstein (PFH). KUTT ini juga memiliki unit produksi pabrik pakan ternak dengan kapasitas 1000 ton per bulan dan unit sapi potong dan sapi perah terpadu (SP2T). Data harga bahan baku pakan ini dikumpulkan setiap bulan selama 7 tahun mulai tahun 2002, sehingga total observasi adalah 75 bulan. Hal tersebut meliputi bungkil kopra, wheat pollard, onggok, dedak padi grantek, kulit kopi, tumpi jagung, tumpi jagung dicampur menir dan konsentrat sapi perah. Harga bahan baku tersebut adalah harga-harga yang diperoleh dalam pengadaan jumlah skala besar dengan pengangkutan berkisar antara 6 14 ton. Harga-harga ini tidak dilakukan konversi atas harga dasar konstan tahun tertentu, namun merupakan harga pasar yang berlaku saat itu. Tumpi jagung merupakan limbah dari proses pemipilan jagung, dimana proses pemisahan tumpi jagung dengan jagung dilakukan oleh pabrik pakan sebelum jagung disimpan dalam silo. Kualitas tumpi jagung ini dapat bervariasi tergantung dari campuran akibat proses pemipilan jagung dengan mesin seperti menir, tongkol, pasir atau abu. Konsentrat yang dimaksud adalah konsentrat sapi perah komersial yang diproduksi oleh suatu pabrik pakan ternak di Kejayan, Pasuruan. Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan agro-industri tepung tapioka dan tergolong sebagai sumber karbohidrat yang mudah dicerna. Data lain yang dikumpulkan adalah harga susu di tingkat peternak dengan standar total solid 12 persen serta rataan untuk kadar lemak dan berat jenis masing-masing sebesar 4,1 persen dan 1,0255 (dasar suhu rataan C). Rataan total plate count, jumlah kandungan bakteri dalam setiap ml susu adalah sebagai berikut: Grade I (0 0,5 juta) = 55,15%; Grade II (> 0,5 1 juta) = 36,86%; Grade III (> 1 2 juta) = 6,62%; Grade IV (> 2 3 juta) = 0,46%; Grade V (> 3 5 juta) = 0,48% dan Grade VI (> 5 juta) = 0,54%. Data dianalisis dengan menggunakan model ekonomi yang dirumuskan dalam bentuk persamaan linear additive, yakni model regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program SAS versi 8.12 (SITEPU dan SINAGA, 2006). Model ini dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara berbagai peubah yang tercakup dalam model tersebut. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi baik dalam dimensi arah dan besaran parameter, uji statistik dan matematis maupun kelayakan asumsi-asumsi ekonomi yang digunakan (SINAGA, 2003). Model persamaan regresi linier berganda dalam kajian ini dapat dituliskan sebagai berikut: H Si = a 0 + a 1 KONS i + a 2 WP i + a 3 ONG i + a 4 KKP i + a 5 TMP i + a 6 TJG i + a 7 BKK i + e i (1) dimana: H S : harga susu segar (Rp/liter) KONS: harga konsentrat (Rp/kg) WP : harga wheat pollard (Rp/kg) ONG : harga onggok (Rp/kg) KKP : harga kulit kopi (Rp/kg) TMP : harga tumpi jagung dicampur menir (Rp/kg) TJG : harga tumpi jagung (Rp/kg) BKK : harga bungkil kopra (Rp/kg) e : error term i = 1, : pengamatan bulan ke-i Persamaan (1) dapat diestimasi dengan menggunakan metode ordinary least squares atau yang sering disebut dengan metode OLS, sehingga bentuk aljabar matriks metode OLS adalah sebagai berikut: â k = (X'X) -1 X'Y (2) dimana: â k : koefisien parameter regresi (X'X) -1 : matriks inverse cross-product X' : transpose vektor matriks variabel bebas, X Y : vektor matriks variabel terikat, Y Sehingga, hasil parameter estimasi persamaan (1) menggunakan OLS dituliskan sebagai berikut: Ĥ S = â 0 + â 1 KONS + â 2 WP + â 3 ONG + â 4 KKP + â 5 TMP + â 6 TJG i + â 7 BKK i + e i (3) 443

4 PEMBAHASAN Gambar 1 menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun , rata-rata harga bahan baku pakan ternak mengalami fluktuasi dengan trend yang meningkat. Hal serupa juga terjadi pada rata-rata harga susu segar di tingkat peternak. Selama kurun waktu dapat dinyatakan bahwa rata-rata kenaikan harga bahan baku pakan relatif stabil, bahkan beberapa bahan baku utama seperti wheat pollard dan onggok mengalami penurunan yang relatif kecil. Rata-rata kenaikan terasa mulai akhir tahun 2005 sampai dengan sekarang, utamanya untuk onggok, wheat pollard dan konsentrat. Secara signifikan rata-rata kenaikan harga bahan baku pakan terjadi selama satu tahun terakhir, hampir 30 persen untuk semua bahan baku pakan. Tumpi jagung, yang sebelumnya hampir tidak mengalami kenaikan, pada periode ini kenaikan mencapai hampir 100 persen. Perkembangan rata-rata harga pakan dan susu Rp/kg/l Bungkil kopra Wheat pollard Onggok Dedak grantek Kulit kopi Tumpi+menir Tumpi jagung Konsentrat Harga susu Tahun Gambar 1. Perkembangan rata-rata harga pakan dan susu segar Harga susu segar di tingkat peternak menunjukkan bahwa selama periode tahun , rata-rata kenaikan harga ini relatif kecil, hanya sekitar 4 persen. Hal ini baru terasa mulai akhir tahun 2005 sampai tahun 2006, yang rata-rata meningkat sebesar 14 persen. Secara signifikan, rata-rata kenaikan harga susu terjadi pada awal tahun 2007 sampai sekarang sehingga mencapai 41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga susu segar akhir-akhir ini juga diikuti dengan kenaikan bahan baku pakan dan konsentrat, meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Keuntungan peternak, yang seharusnya dapat diperoleh sebagai akibat kenaikan harga susu segar, tidak dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh peternak. Kompensasi keuntungan peternak dialokasikan terhadap kenaikan harga bahan baku pakan, utamanya adalah konsentrat yang merupakan komponen terbesar dalam ransum sapi pakan perah. Dibandingkan dengan bahan baku pakan lainnya, kulit kopi, wheat pollard dan onggok mengalami kenaikan yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 35 persen, 21 persen dan 19 persen untuk periode (Tabel 444

5 1). Harga konsentrat pada periode yang sama mengalami kenaikan sebesar 14 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tumpi jagung yang sebesar 17 persen. Namun, hal tersebut pada periode satu tahun terakhir ( ) menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan konsentrat mencapai 29 persen, sementara harga bahan baku pakan yang meningkat sangat signifikan adalah bungkil kopra (58 persen), kulit kopi (50 persen) dan wheat pollard (42 persen). Tabel 1. Perkembangan rata-rata harga bahan baku pakan: Bahan baku pakan (Rp/kg) Pertumbuhan (%/tahun) Bungkil kopra (- 1) 747 (4) 753 (1) (58) 15,6 Wheat pollard (- 2) 948 (11) (12) (42) 21,2 Onggok (- 1) 378 (-1) 635 (68) 727 (14) 18,7 Dedak padi grantek (- 14) 399 (15) 499 (25) 525 (5) 15,2 Kulit kopi (30) 175 (0) 191 (9) 287 (50) 35,2 Tumpi jagung campur menir (9) 400 (0) 487 (22) 550 (13) 9,1 Tumpi jagung (0) 129 (8) 227 (76) 250 (10) 17,3 Konsentrat (0) 800 (0) 920 (15) (29) 14,0 Angka dalam kurung menunjukkan persen perubahan dari tahun sebelumnya Deskripsi diatas menunjukkan bahwa prinsip-prinsip ekonomi juga telah terjadi pada hasil samping tanaman pertanian, perkebunan maupun agro industri yang pada awalnya tidak memiliki nilai ekonomis. Harga komoditas tersebut juga naik seiring dengan meningkatnya permintaan barang tersebut. Guna mensiasati hal ini, maka diupayakan inovasi penyimpanan dan proses pengeringan, sehingga dapat disimpan setelah musim panen raya untuk dipergunakan pada saat-saat musim kering. Hasil samping produk pertanian, perkebunan dan agroindustrinya memiliki potensi yang besar sebagai sumber pakan ternak, dengan nilai nutrisi pakan sebagaimana tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Komposisi nilai nutrisi bahan baku pakan Bahan BK PK LK SK Abu TDN % BK Bungkil kopra 92,3 19,4 11,0 8,48 5,51 73,0 Wheat pollard 90,1 15,7 4,3 4,7 3,6 80,4 Onggok 88,0 3,3 3,9 8,0 3,6 67,0 Dedak padi grantek 91,0 6,7 5,3 23,9 12,6 58,4 Kulit kopi 90,2 8,6 1,1 38,7 6,2 51,2 Tumpi jagung campur menir 90,0 7,6 1,6 9,0 3,3 72,9 Tumpi jagung 88,3 8,0 2,4 11,7 9,1 51,2 Konsentrat 89,0 16,0 4,1 10,7 8,1 64,7 Sumber: LABORATORIUM NUTRISI, LOKA PENELITIAN SAPI POTONG, GRATI-PASURUAN (2007) HARYANTO (2007) dan MATHEUS (2007) menyatakan bahwa hasil samping tanaman pertanian, perkebunan dan agroindustrinya pada umumnya memiliki kualitas nutrisi pakan yang rendah, sehingga diperlukan rekayasa teknologi guna memperkaya nilai gizi hasil samping tersebut sebagai bahan pakan. Lebih lanjut MARIYONO (2007) menyampaikan bahwa manfaat hasil ikutan tanaman pertanian, perkebunan dan agroindustri sangat dirasakan membantu petani pada saat : (a) jumlah ternak yang diusahakan cukup banyak, (b) musim sulit pakan (kemarau), (c) tenaga kerja terbatas (musim tanam, panen, dll.), (d). populasi 445

6 ternak di wilayah bersangkutan cukup padat, dan (e) lahan pertanian dibudidayakan secara intensif. Hasil pendugaan model pada studi ini cukup representatif menjelaskan kinerja ekonomi perilaku harga bahan baku pakan ternak terhadap harga susu segar. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas yang menyusun model terhadap peubah terikat mampu menjelaskan variasi peubah sampai 96 persen. Pada derajat bebas masing-masing, uji F menghasilkan kesimpulan bahwa model regresi yang dibangun secara statistik nyata pada taraf nyata 0,0001. Hasil uji t menunjukkan bahwa sebagian besar peubah penjelas dalam mode persamaan ini berpengaruh terhadap peubah terikatnya masing-masing pada taraf nyata 5 persen dengan arah sesuai harapan (Tabel 3). Hasil analisis menunjukkan bahwa harga bahan baku pakan berupa kulit kopi dan tumpi jagung dicampur menir tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga susu segar (P>0,05). Harga bahan baku pakan berupa wheat pollard, onggok, tumpi jagung dan bungkil kopra masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap harga susu segar (P<0,05) dengan besaran parameter estimasi yang berkisar antara 0,39 sampai 2,58 unit. Tumpi jagung dan onggok merupakan bahan baku pakan yang berpengaruh cukup besar terhadap harga susu segar, dimana setiap kenaikan sebesar satu unit masing-masing pada kedua bahan tersebut, maka harga susu segar akan meningkat sebesar 2,6 dan 1,2 unit. Perhitungan elastisitas juga menunjukkan bahwa harga susu segar segar sangat responsif terhadap perubahan harga yang terjadi pada tumpi jagung dan onggok, masing-masing sebesar 28,9 dan 4,3. Hal ini menguatkan temuan hasil estimasi dimana apabila harga susu meningkat, maka kedua harga bahan baku ini juga naik. Kedua bahan baku pakan tersebut merupakan sumber serat yang baik bagi ternak ruminansia. Tumpi jagung tersedia dalam jumlah yang cukup banyak dan berlimpah, bahkan terkadang menimbulkan masalah dalam hal pembuangan maupun penyimpanan, terutama pada saat panen raya. Tumpi jagung ini bersifat amba (bulky) dan belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku pakan ternak. Bagi usaha pemipilan jagung, keberadaan tumpi pada jagung pipil kering sawah dapat memperlambat proses pengeringan jagung, bahkan keberadaan tumpi jagung dapat menyumbat silo dan membentuk suatu lapisan tebal dalam silo. Tumpi jagung tanpa perlakuan dapat menggantikan konsentrat komersial untuk pakan ternak ruminansia sampai 75 persen (HARTATI et al., 2006). Lebih lanjut, DIWYANTO dan PRIYANTI (2004) menyatakan bahwa setiap satu ha tanaman jagung dapat menghasilkan pakan untuk memelihara 2-3 ekor sapi, sehingga jika dalam setahun dapat panen 2 kali, maka satu ha tanaman jagung mempunyai potensi untuk memelihara sapi sebanyak 4-6 ekor. Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan agro industri tepung tapioka yang jumlahnya mencapai 19,7 persen dari total produksi ubi kayu nasional (MARIYONO, 2007). Lebih lanjut disampaikan bahwa hasil penelitian dan aplikasi di daerah panas telah banyak membuktikan bahwa bahan pakan asal ubi kayu mempunyai manfaat biologis yang lebih baik dibandingkan dengan dedak padi kualitas rendah sampai sedang. Akhir-akhir ini harga onggok juga meningkat tajam dan melebihi harga dedak padi yang secara analisis proksimat mempunyai kadar protein kasar yang lebih tinggi. Pemanfaatan onggok dalam konsentrat penggemukan, dan pembesaran sapi potong dapat mencapai 60 persen. Oleh karena itu, perlu dicarikan upaya inovasi penyimpanan dan proses pengeringan dari kedua bahan baku pakan ini karena mempunyai potensi dan prospek yang cukup baik. Harga konsentrat juga berpengaruh sangat nyata terhadap harga susu segar, dimana perhitungan elastisitas sebesar 1,32 menunjukkan bahwa harga susu segar ini sangat responsif terhadap perubahan harga konsentrat. Semakin tinggi harga susu, maka harga konsentrat juga semakin meningkat. Kenaikan satu unit harga konsentrat akan meningkatkan harga susu segar sebesar 0,62 unit. Hasil senada diperoleh MUSOFIE (2004) yang menyatakan bahwa kenaikan nilai konsentrat dalam setahun berpengaruh nyata terhadap keuntungan dari usaha sapi perah di peternakan rakyat. Kenaikan satu unit nilai konsentrat keuntungan usaha sapi perah berkurang sebesar 0,44 unit. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrat merupakan komponen dalam ransum sapi perah yang cukup penting dan 446

7 pada akhirnya bermuara pada pendapatan maupun keuntungan peternak. Peningkatan mutu pakan konsentrat ini juga mempengaruhi terhadap kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan, sehingga harga susu segar juga meningkat. Tabel 3. Hasil estimasi dan perhitungan elastisitas harga bahan baku pakan Peubah Parameter dugaan Elastisitas Prob > T Intercep Konsentrat Wheat pollard Onggok Dedak padi grantek Kulit kopi Tumpi jagung campur menir Tumpi jagung Bungkil kopra -242, ,62537 *) 0,39073 *) 1,14687 *) 0, *) 0, , ,58717 *) 0,49424 *) - 1,32 0,70 4,34 0,87 8,85 4,34 28,98 1,12 F value = 243,760; Prob > F = 0,0001; R-square = 0,9622; Adj R-square = 0,9583 Keterangan: * P < 0,05 0,1424 0,0141 0,0212 0,0396 0,1357 0,1194 0,0089 0,0011 SUGANDI et al. (2005) melaporkan bahwa pada kondisi peternakan rakyat, sapi perah laktasi yang diberi konsentrat dengan protein kasar sebesar 13 persen dapat menghasilkan produksi susu dengan memberikan nilai income over feed cost yang optimal. Lebih lanjut disebutkan bahwa peningkatan mutu pakan konsentrat ini mampu meningkatkan kualitas susu secara signifikan yang meliputi kandungan lemak, bahan kering tanpa lemak, berat jenis dan jumlah bakteri dalam susu. Harga susu yang diterima oleh koperasi sangat ditentukan oleh komponen-komponen tersebut. Hal ini dapat dipandang positif dalam memotivasi peternak untuk menghasilkan susu berkualitas, namun di sisi lain upaya ini juga perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peternak. KESIMPULAN DAN SARAN Periode saat ini merupakan era yang seharusnya dapat dijadikan peluang bagi peternak sapi perah untuk berkonsolidasi dan lebih mengembangkan usahanya karena trend kenaikan harga susu segar yang terus meningkat. Rata-rata kenaikan harga susu segar pada tahun di tingkat peternak adalah 17 persen, sementara kenaikan yang cukup substansial adalah selama satu tahun terakhir (Januari 2007-Maret 2008) sebesar 40 persen. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa kenaikan harga susu segar di tingkat peternak tidak dapat sepenuhnya dirasakan oleh peternak, karena hal ini dikompensasi dengan rata-rata kenaikan bahan baku pakan ternak yang bervariasi antara 14 sampai 35 persen. Seiring dengan periode kenaikan harga susu segar pada tahun terakhir, harga bahan baku pakan berupa bungkil kopra, wheat pollard dan kulit kopi juga meningkat, masing-masing sebesar 58 persen, 42 persen dan 50 persen. Hal tersebut pada periode yang sama untuk pakan konsentrat mengalami kenaikan sampai 29 persen. Komponen pakan merupakan porsi terbesar dalam biaya produksi usaha sapi perah, sehingga perlu diupayakan untuk substitusi penggunaan bahan baku pakan tanpa mengganggu kinerja produksi susu. Harga wheat pollard, onggok, dedak padi grantek, bungkil kopra, tumpi jagung dan konsentrat merupakan bahan pakan yang sangat berpengaruh terhadap harga susu segar. Kenaikan masing-masing satu unit harga bahan pakan ini juga mengakibatkan kenaikan harga susu segar yang bervariasi antara 0,4 sampai 2,6 unit. Perubahan harga susu segar sangat responsif terhadap perubahan harga onggok dan tumpi jagung. Inovasi teknologi penyimpanan dan proses pengeringan dari bahan baku pakan tersebut sangat diperlukan mengingat potensi sumberdaya yang cukup besar. 447

8 DAFTAR PUSTAKA BADAN PUSAT STATISTIK Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. DARYANTO, A Keseimbangan baru industri pakan. Trobos No.100 Januari 2008 Tahun IX. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN Statistik Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta. DIWYANTO, K dan A. PRIYANTI Pengembangan sistem integrasi jagung-ternak untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan petani: Model subsistem agro produksi mendukung integrasi jagung-ternak. Proc. Nasional Sistem Integrasi Jagung- Ternak, Pontianak, September Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. HARTATI, MARIYONO dan D. B. WIJONO Respons pertumbuhan sapi Peranakan Ongole (PO) dan silangan pada kondisi pakan berbasis low external input. Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5-6 September Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. HARYANTO Kecukupan pakan ternak solusi menuju ketahanan pangan nasional. Bahan Orasi Pengukuhan Peneliti Utama sebagai Profesor Riset Bidang Nutrisi Ruminansia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. MATHIUS, I-W Membedah permasalahan pakan sapi potong melalui pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit. Bahan Orasi Pengukuhan Peneliti Utama sebagai Profesor Riset Bidang Pakan dan Nutrisi Ruminansia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. MARIYONO Pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak. Makalah disajikan pada acara Temu Teknologi dalam Penas XII 2007 di Palembang. MUSOFIE, A Pendapatan petani dalam usahatani integrasi sapi perah salak-pondoh di Daerah Istimewa Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak. Denpasar, Juli Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan Crop-Animal Systems Research Network. Bogor. SETIADI, D Koperasi susu: kenaikan harga susu wajar dan gairahkan peternak. SINAGA, B.M Pendekatan kuantitaif dalam penelitian agribisnis: Konsep, model dan metode. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. SITEPU, R.K. dan B.M. SINAGA Aplikasi Model Ekonometrika: Estimasi, Simulasi dan Peramalam Menggunakan Program SAS. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. SUGANDI, D., HERMAWAN dan H. SUPRATMAN Perbaikan mutu pakan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas susu sapi perah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, September Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. SULISTIYANTO Prospek dan pengembangan usaha agrobisnis (Usaha persusuan bagi koperasi). Makalah disajikan dalam Workshop Pengembangan Peternakan Dalam Bidang Usaha Agrobisnis Persusuan. Jakarta, 11 Maret YUSDJA, YUSMICHAD Kebijakan ekonomi industri agribisnis sapi perah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian Vol.3 No.3, September Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. 448

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI

Lebih terperinci

Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat

Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat Seminar Nasional PENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS BERORIENTASI KESEJAHTERAAN PETANI Bogor, 14 Oktober 2009 Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat oleh Atien Priyanti dan I G

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN JERAMI PADI VS RUMPUT GAJAH TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH

EFISIENSI PENGGUNAAN JERAMI PADI VS RUMPUT GAJAH TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH EFISIENSI PENGGUNAAN JERAMI PADI VS RUMPUT GAJAH TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH (Efficiency on the use of Rice Straw vs Elephant Grass to Milk Production and Dairy Farmers Revenue)

Lebih terperinci

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI DI TINGKAT PETERNAK: Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI DI TINGKAT PETERNAK: Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI DI TINGKAT PETERNAK: Kasus Koperasi Impact of World s Dairy Price on Farmer s Level Domestic Milk Price: The Case of Cattle Farm Cooperative in

Lebih terperinci

DAMPAK PENURUNAN HARGA SUSU TERHADAP AGRIBISNIS SAPI PERAH RAKYAT

DAMPAK PENURUNAN HARGA SUSU TERHADAP AGRIBISNIS SAPI PERAH RAKYAT DAMPAK PENURUNAN HARGA SUSU TERHADAP AGRIBISNIS SAPI PERAH RAKYAT Atien Priyanti dan I G A P Mahendri Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Padjadjaran, Bogor ABSTRACT The decreasing milk

Lebih terperinci

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM (The Response of Ongole Grades and Their Crossbred on the Use Corn

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan Pendahuluan YENNI YUSRIANI Peluang besar dalam peternakan masih terbuka untuk mengembangkan ternak ruminansia karena adanya potensi sumber

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012

Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012 Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2014 Vol. 16 (3) ISSN 1907-1760 Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012 Price Trend Analysis of Animal

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN Sunanto dan Nasrullah Assesment Institution an Agricultural Technology South Sulawesi, Livestock research center ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG (Utilization of Low Cost Ration for Beef Cattle Fattening at Prima Tani Location of Tulang Bawang Regency)

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG 0999: Amir Purba dkk. PG-57 PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG Amir Purba 1, I Wayan Mathius 2, Simon Petrus Ginting 3, dan Frisda R. Panjaitan 1, 1 Pusat

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) PENDAHULUAN Sebagaimana kita ketahui, di negara Indonesia banyak ditumbuhi pohon nanas yang tersebar di berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

PERBAIKAN MUTU PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUSU SAPI PERAH

PERBAIKAN MUTU PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUSU SAPI PERAH PERBAIKAN MUTU PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUSU SAPI PERAH (Feed Quality Improvement for Quantity and Quality Dairy Milk) DEDI SUGANDI 1, HERMAWAN 2 dan HERI SUPRATMAN 2 1 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING (Prospect of Beef Cattle Development to Support Competitiveness Agrivusiness in Bengkulu) GUNAWAN 1 dan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA (The Effect of Substitution of Commercial Concentrate with Corn Tumpi on Young Pregnant PO Cattle Performance)

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG Pakan merupakan komponen biaya tertinggi dalam suatu usaha peternakan, yaitu dapat mencapai 70-80%. Pengalaman telah menunjukkan kepada kita, bahwa usaha

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI (Effect of Fermented Rice Straw as Feed on Fattening Cattle Production) I G.A.P. MAHENDRI 1 B. HARYANTO 2 dan A. PRIYANTI

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus berkembang membuat diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan alternatif yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting. Ikan gurame juga banyak digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA Indonesia adalah negara TROPIS Dengan ciri khas kualitas rumput yang rendah Pemberian pakan hanya dengan rumput Pemberian pakan campuran rumput dan konsentrat hijauan hijauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi kambing di Indonesia berjumlah 18 juta ekor. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan jenis ternak

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PAKAN MURAH UNTUK SAPI POTONG : OPTIMALISASI PEMANFAATAN TUMPI JAGUNG

TEKNOLOGI PAKAN MURAH UNTUK SAPI POTONG : OPTIMALISASI PEMANFAATAN TUMPI JAGUNG TEKNOLOGI PAKAN MURAH UNTUK SAPI POTONG : OPTIMALISASI PEMANFAATAN TUMPI JAGUNG MARIYONO, DIDI BUDI WIJONO dan HARTATI Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan, Grati-Pasuruan 67184 ABSTRAK Pemeliharaan

Lebih terperinci

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG Rohmad Budiono 1 dan Rini Widiati 2 1 Balai Pengkajian Teknoogi Pertanan Jawa Timur 2 Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA Rudi Hartono Purba, HM Mozart B Darus dan Tavi Supriana Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penting yang secara historis pertama kali dikenal di Indonesia

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN IMPOR SUSU: MELINDUNGI PETERNAK DAN KONSUMEN

KEBIJAKAN IMPOR SUSU: MELINDUNGI PETERNAK DAN KONSUMEN KEBIJAKAN IMPOR SUSU: MELINDUNGI PETERNAK DAN KONSUMEN (Policy on Imported Milk: Protection to Producer and Consumen) RENI KUSTIARI 1, ATIEN PRIYANTI 2 dan ERWIDODO 3 1 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

Lebih terperinci

INOVASI PERBAIKAN PAKAN KONSENTRAT SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PRODUKSI SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT

INOVASI PERBAIKAN PAKAN KONSENTRAT SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PRODUKSI SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT INOVASI PERBAIKAN PAKAN KONSENTRAT SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PRODUKSI SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT (Improvement of Concentrate to Impove Dairy Production at Small Holder Farms) Soeharsono 1, Gunawan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba dan Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) SEBAGAI SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELE DALAM RANSUM SAPI PERAH

EFISIENSI PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) SEBAGAI SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELE DALAM RANSUM SAPI PERAH EFISIENSI PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) SEBAGAI SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELE DALAM RANSUM SAPI PERAH (Efficiency of Palm Kernel Cake as Substitute of Soybean Meal in Dairy Cattle Ration) DWI PRIYANTO

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN KULIT SINGKONG PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT: STUDI BANDING DI KECAMATAN MERGOYOSO, KABUPATEN PATI

EVALUASI PENGGUNAAN KULIT SINGKONG PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT: STUDI BANDING DI KECAMATAN MERGOYOSO, KABUPATEN PATI EVALUASI PENGGUNAAN KULIT SINGKONG PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT: STUDI BANDING DI KECAMATAN MERGOYOSO, KABUPATEN PATI (Evaluation of Cassava Waste Feeding at Farmer Beef Cattle Breeding: a

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat 36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Kajian Komparatif Parameter Ekonomi (Harga Susu dan Pakan) Terhadap Efisiensi Penggunaan Teknologi Pakan Pada Usaha Sapi Perah

Kajian Komparatif Parameter Ekonomi (Harga Susu dan Pakan) Terhadap Efisiensi Penggunaan Teknologi Pakan Pada Usaha Sapi Perah Sains Peternakan Vol. 12 (1), Maret 2014: 49-55 ISSN 1693-8828 Kajian Komparatif Parameter Ekonomi (Harga Susu dan Pakan) Terhadap Efisiensi Penggunaan Teknologi Pakan Pada Usaha Sapi Perah B. S. Hertanto

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN MURSAL BOER, ARIZAL P. B., YANOVI HENDRI dan ERMIDIAS Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat PO Box 34 Padang, Sumatera

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pakan sapi yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang lengkap, disukai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pakan sapi yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang lengkap, disukai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pakan Ternak Sapi Perah Pakan adalah salah satu faktor yang penting dalam produktivitas ternak. Pakan sapi yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang lengkap, disukai ternak,

Lebih terperinci

STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS

STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS GUNAWAN, DIDIK EKO WAHYONO dan PENI WAHYU PRIHANDINI Loka Penelitian Sapi Potong, Grati-Pasuruan ABSTRAK GUNAWAN, DIDIK EKO WAHYONO dan

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung, 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI M. Christiyanto dan Surahmanto Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Email korespondensi: marrychristiyanto@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH Dalam suatu kegiatan usaha ekonomi mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahaternak sapi perah salah satu usaha untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci