BAB 2 DASAR TEORI 2.1 AIR BAKU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DASAR TEORI 2.1 AIR BAKU"

Transkripsi

1 BAB DASAR TEORI.1 AIR BAKU.1.1 Pengertian Air Baku Air baku adalah air yang dipersiapkan untuk dijadikan air bersih/air minum yang berasal dari daerah tangkapan pada suatu daerah tersebut..1. Fungsi Penyediaan Air Guna dari sistem penyediaan air baku adalah untuk menyediakan sumber air, menggunakan air sehingga dapat bermanfaat, dan mengantarkan air kepada para pengguna tepat waktu dan dalam jumlah yang diinginkan. Karena beberapa faktor kuantitas dan kualitas dari sumber air, topografi dan geologi, dan jumlah kepadatan penduduk dari suatu daerah pelayanan dan kegunaan dari air sangatlah beragam, namun pada kenyataannya tidak semua penyediaan air baku sama. Paling tidak ada suatu pertimbangan umum yang diambil oleh perencana dalam suatu perhitungan perancangan suatu sistem persdiaan air baku..1.3 Badan Pengatur dan Pengawas Air Baku Peraturan yang berkenaan dalam merancang, pembangunan, dan pengoperasian dari sistem persediaan air sangat dipertimbangkan di Indonesia. Sistem persediaan air sering menghasilkan dampak pada cara dalam penggunaan. Selain itu pentingnya suatu konsultasi awal dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat, khususnya badan perencaan pembangunan daerah dan kesehatan masyarakat, tidak dapat diabaikan begitu saja. Susunan dari badan-badan yang mungkin terlibat di Indonesia dalam hal pemberian kebijakan dalam suatu penyusunan, pembangunan, atau pengoperasian dari sistem persediaan air antara lain: a. Departemen Pekerjaan Umum. b. Perusahaan Daerah Air Minum. c. Badan Pengendali Dampak Lingkungan. d. Departemen Kesehatan. e. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. f. Departemen Perhubungan. g. Perusahaan Listrik Negara. Walaupun dari daftar yang ada tidak semua berhubungan atau secara umum terkait, namun ini cukup memberikan suatu penilaian dalam mendapatkan izin dan persetujuan yang diperlukan untuk mengatakan bahwa sistem persediaan dan pelayanan air tidaklah sederhana. Pada kenyataannya di Indonesia keterkaitan koordinasi antara instansi-instansi tersebut tidak jelas dan dapat menimbulkan kerancuan sendiri termasuk dalam desain penyediaan air baku ini. Pernyataan ini 8

2 benar sejak kebutuhan dari bermacam badan yang terlibat sering terjadi pertentangan. Hal ini dan kesulitan lainnya sebenarnya dapat dikerjakan dengan hasil yang memuaskan semua pihak yang terlibat jika mereka dapat mengerjakannya lebih awal. Jika tidak, biaya yang tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan dan perubahan dalam perancangan, pembangunan, pembangunan dan atau pengoperasian dari sistem persediaan air akan seperti apa yang kita bayangkan..1.4 Kualitas Air Baku Dalam merencanakan air baku yang harus dipertimbangkan pada daerah tangkapan air baku adalah memperhatikan kandungan yang terdapat pada air baku. Air baku untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat harus mempunyai seminimal mungkin kandungan racun, logam berat, serta zat-zat yang mempengaruhi kesehatan seperti merkuri, flourida, dan nitrat. Air yang mengandung banyak polutan, BOD, COD, dan bakteri penyakit tidak layak untuk menjadi sumber air baku. Parameter-parameter yang menjadi acuan standar kualitas air bersih Menurut PP No.8 Tahun 001 Tentang Baku Mutu Kelas I adalah: a. Suhu. Suhu berpengaruh pada pemakaiannya. b. Zat Padat Terlarut. c. Kekeruhan. Kekeruhan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik dan anorganik dan mikroorganisme air. Disini berakibat air akan menjadi kotor dan tidak jernih. Turbidity (kekeruhan) mengganggu penetrasi sinar matahari sehingga mengganggu proses fotosintesis tanaman air. Selain itu bakteri patogen dapat berlindung di dalam atau sekitar bahan penyebab kekeruhan. d. ph. Air yang keruh mempunyai ph yang rendah karena dipengaruhi oleh keasaman dari asam arang/karbonat. Pada banyak kasus, ph rendah disebabkan oleh banyaknya kandungan karbon dioksida yang bebas. Dapat dikatakan bahwa ph yang rendah mengandung tingkat alkalin dan keasaman yang tinggi disebabkan oleh keasaman dari asam arang/karbonat. Rendahnya ph air harus ikoreksi sehingga nilai ph antara 6,5-8,5 dengan menambahkan alkalin seperti kapur mati atau abu soda. e. Oksigen Terlarut. f. Besi (Fe). g. Mangan (Mn). h. Seng (Zn). i. Amoniak Bebas (NH 3 -N). 9

3 j. Nitrit (NO -N) k. Nitrat (NO 3 -N) l. Sulfat (SO 4 ) m. Klorida (Cl) n. Sulfida sebagai H S o. BOD (Biochemical Oxygen Demand) BOD mengukur oksigen terlarut yang dipakai oleh mikroorganisme dalam proses oksidasi biokimia zat organik pada air buangan. Semakin besar angka BOD suatu limbah maka semakin besar beban pengolahan yang diperlukan (semakin banyak oksigen diperlukan oleh mikroorganisme untuk menggunakan zat organik dalam air buangan). p. COD COD mengukur jumlah zat organik dalam air buangan dan air alami. Berikut ini tabel standar air baku berdasarkan PP No. 8 tahun 001 : Tabel 0.1 Parameter Kualitas Air Bersih Menurut PP No.8 Tahun 001 Tentang Baku Mutu Kelas I No Jenis Parameter Satuan Baku Mutu *) 1 Suhu C Deviasi 3 Zat Padat Terlarut mg/l Kekekruhan Skala NTU - 4 ph Oksigen Terlarut (DO) mg/l > 6 6 Besi (Fe) mg/l < Mangan (Mn) mg/l < Seng(Zn) mg/l < Amoniak.Bebas (NH 3 -N) mg/l < Nitrit (NO -N) mg/l < Nitrat (NO 3 -N) mg/l < 10 1 Sulfat (SO 4 ) mg/l < Klorida (Cl - ) mg/l < Sulfida (H S) mg/l < BOD mg/l < 16 COD mg/l < Kuantitas Air Baku Alasan yang tepat memperkirakan jumlah air baku yang dapat disuplai adalah karena hal ini sangat dibutuhkan dalam tahap perencanaan suatu proyek pengembangan. Kebutuhan rata-rata harian adalah sangat penting dikarenakan 10

4 kebutuhan rata-rata harian tersebut digunakan dalam memperkirakan kemampuan dari sumber yang ada dalam memenuhi permintaan yang terus-menerus dan ukuran wadah penampung yang diperlukan untuk dapat memenuhi permintaan selama musim kering. Kemudian selama proses, permintaan akhir harus diketahui untuk mendapatkan ukuran saluran atau pompa dan garis-garis pipa yang cocok, memperkirakan kehilangan tekanan dan menentukan permintaan penyimpanan air agar tersedia air yang cukup pada saat permintaan mencapai puncaknya. Sebagai suatu aturan umum, semakin besar rasio perbandingan permintaan puncak terhadap permintaan rata-rata. Dengan demikian perancangan sistem air baku lebih dipengaruhi oleh permintaan puncak dari penggunaan air rata-rata suatu wilayah tujuan Metode Proyeksi Penduduk Salah satu faktor kebutuhan air (water demand) yang berpengaruh pada cukup tidaknya suatu potensi sumber air yang ada adalah faktor pemakaian air oleh penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Penduduk merupakan konsumen penting yang harus mendapatkan prioritas dalam pemenuhan pelayanannya. Hal tersebut disebabkan karena kesejahteraan penduduklah yang pada akhirnya merupakan parameter keberhasilan pembangunan suatu daerah. Kebutuhan air rumah tangga dan perkotaan (domestic and municipal) biasa disebut juga sebagai air baku pada saat kondisi belum diolah, sedangkan setelah mengalami proses pengolahan disebut air bersih atau air minum. Kebutuhan ini sangat penting untuk selalu dapat terpenuhi, sebab kegagalan pemenuhan kebutuhan air domestik (air rumah tangga dan perkotaan) akan menimbulkan keresahan masyarakat serta dapat menimbulkan penyakit. Berdasarkan data penduduk dan laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung prediksi pertambahan penduduk dengan beberapa metode yaitu : P = P ( 1 + r) t o t Keterangan : Pt = jumlah penduduk pada tahun ke-t Po = jumlah penduduk r = pertumbuhan penduduk rata-rata (%) t = selisih waktu (tahun) dengan tahun dasar perhitungan 11

5 Hubungan dengan laju pertumbuhan penduduk dengan ketersediaan air adalah sebagai berikut : qxpxtp Q = ( 4x60x60) Keterangan: Q = Kebutuhan air bersih (lt/org/det). q = Kebutuhan air bersih rata-rata per orang. P = Jumlah penduduk. Tp = Tingkat Pelayanan (diasumsikan 100%). Besarnya kebutuhan air sektor ini bergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang sejalan dengan naiknya tingkat kesejahteraan, serta ukuran besarnya kota (perkotaan atau pedesaan) yang dapat diasumsikan bergantung pada pertumbuhan penduduk. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai dasar perhitungan air domestic terutama dalam penentuan kecenderungan laju pertumbuhan (Growth Rate Trends). Pertumbuhan ini juga tergantung dari rencana pengembangan dari tata ruang kota. Standar kebutuhan air domestik menurut Pedoman Penentuan Air Baku Rumah Tangga, Perkotaan, Industri; Kimpraswil, 003 dapat dilihat pada Tabel.. No. Tabel 0. Standar Kebutuhan Air Domestik (LKH). Kategori Kota Jumlah Penduduk (kapita) Kebutuhan Air (LKH) 1. Metropolitan > Besar Sedang Kecil Semi Urban Sumber: Pedoman Penentuan Kebutuhan Air Baku Rumah Tangga, Perkotaan, Industri, Ditjen SDA Dep, Kimpraswil, 003 Catatan : LKH = Liter perkapita perhari.1.5. Jenis-Jenis Kebutuhan Air Kebutuhan air di suatu daerah secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat pengguna air. Klasifikasi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut : 1

6 Kebutuhan Domestik Kebutuhan domestik mencakup kebutuhan air bersih untuk kegiatan rumah tangga, seperti mencuci, memasak, dan keperluan lainnya. Kebutuhan domestik bervariasi sesuai dengan tingkat ekonomi pengguna air. Kebutuhan Komersial Yang dikategorikan sebagai fasilitas komersial antara lain adalah pertokoan, perkantoran, pasar, dan sebagainya. Kebutuhan Industri Yang dikategorikan sebagai fasilitas industri antara lain adalah pabrik, industri kerajinan, dan sebagainya. Keperluan untuk Fasilitas Umum dan Faktor Kehilangan Air Yang termasuk fasilitas umum adalah gedung-gedung pertemuan untuk umum, sekolah, tempat ibadah, tempat rekreasi, dan hidran kebakaran. Sedangkan faktor kehilangan air mencakup kesalahan bacaan pada alat ukur, sambungan yang kurang baik, dan kebocoran. Klasifikasi kebutuhan berdasarkan pengguna air didapatkan dari data WHO. Tabel klasifikasi kebutuhan berdasarkan pengguna air dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 0.3 Kebutuhan Air Berdasarkan Klasifikasi Pengguna Berdasarkan WHO PENGGUNAAN MIN MAX Domestik Komersial Industri Umum & Kehilangan Air KONSEP PERENCANAAN BANGUNAN SIPON Sipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran lain atau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan. Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar. Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan inspeksi. Agar sipon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang masuk, maka mulut sipon ditutup dengan kisi-kisi penyaring (trashrack)...1 Kecepatan Aliran Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus tinggi. Tetapi kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi. Oleh 13

7 sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi dan kehilangan tinggi energi yang diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal aliran dalam saluran dan tidak boleh kurang dari 1 m/det, lebih disukai lagi kalau tidak kurang dari 1,5 m/det. Kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi 3 m/det.... Percepatan Pada Lubang Masuk Pipa Bagian atas lubang pipa berada sedikit di bawah permukaan air normal. Ini akan mengurangi kemungkinan berkurangnya kapasitas sipon akibat masuknya udara ke dalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian atas lubang sipon disebut air perapat (water seal). Tinggi air perapat bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon, pada umumnya: 1,1 h v < air perapat < 1,5 h v dimana: h v = beda tinggi kecepatan pada pemasukan...3. Kehilangan Tinggi Energi Kehilangan tinggi energi pada sipon terdiri dari: a. Kehilangan Masuk dan Keluar H = ξ masuk masuk H = ξ keluar keluar ( v v ) a g 1 ( v v ) a g dimana : ξ masuk,keluar : faktor kehilangan energi yang bergantung pada bentuk hidrolis v a : kecepatan rata-rata yang dipercepat dalam sipon v 1 : kecepatan rata-rata di saluran hulu : kecepatan rata-rata di saluran hilir v Harga-harga faktor kehilangan energi dapat dilihat pada gambar berikut: 14

8 Gambar 0.1 Koefisien kehilangan energi untuk peralihan-peralihan dari saluran trapesium ke pipa. b. Kehilangan akibat gesekan gl v H f = C R g dimana : H f : kehilangan akibat gesekan v : kecepatan dalam bangunan L : panjang bangunan R : jari-jari hidrolis (A/P) A : luas basah P : keliling basah C : koefisien Chezy (k R 1/6 ) k : koefisien kekasaran Strickler (tabel.4) g : percepatan gravitasi 15

9 Tabel 0.4 Harga k c. Kehilangan pada siku H b = K b v dimana : H b K b v a a g Bahan k (m 1/3 /dt) Baja beton 76 Beton 70 Baja 80 Pasangan batu 60 : kehilangan pada siku : koefisien kehilangan energi (tabel) : kecepatan rata-rata yang dipercepat dalam sipon Tabel 0.5 Harga Kb Potongan Sudut δ 5 o 10 o 15 o,5 o 30 o 45 o 60 o 75 o 90 o Bulat 0,0 0,03 0,04 0,05 0,11 0,4 0,47 0,80 1,1 Segi empat 0,0 0,04 0,05 0,06 0,14 0,3 0,6 1,0 1,4 Gambar 0. Peralihan aliran pada bagian siku...4. Kisi-kisi Penyaring Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan penggaruk. 16

10 Kehilangan tinggi energi pada kisi-kisi penyaring dihitung dengan: 4 / 3 v s H f = c dan c = β sinδ g b dimana: H f : kehilangan tinggi energi v : kecepatan melalui kisi-kisi g : percepatan gravitasi c : koefisien berdasarkan: β s b δ Perencanaan Sistem Suplai Air Baku : faktor bentuk (,4 untuk segi empat dan 1,8 untuk jeruji bulat) : tebal jeruji : jarak bersih antar jeruji : sudut kemiringan dari bidang horizontal.3 KONSEP PERENCANAAN SALURAN MELALUI PIPA.3.1. Pengertian Saluran Melalui Pipa Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan untuk mengalirkan cairan atau fluida. Apabila pipa terisi penuh, cairan mengalir dibawah pengaruh tekanan dan cairan tidak mempunyai permukaan bebas. Dalam Hidraulika, istilah pipa dipakai untuk saluran tertutup dengan bentuk penampang yang bagaimanapun. Salah satu faktor yang dominan untuk diperhatikan pada aliran di dalam pipa, adalah tinggi hilang energi. Secara umum, tinggi kehilangan energi dapat dikelompokkan menjadi kehilangan energi utama atau major loss akibat gesekan dengan dinding pipa dan kehilangan energi minor akibat sambungan-sambungan, belokan-belokan, valve, dan aksesoris pipa lainnya. Pada pipa-pipa yang panjang, kehilangan tinggi tekan minor ini sering diabaikan tanpa kesalahan yang berarti, tetapi dapat menjadi cukup penting untuk pipa yang pendek Perencanaan Diameter Pipa Formula yang digunakan untuk menghitung diameter pipa adalah sebagai berikut : D = 1/ 4 Q 3.55 gh dimana: D : Diameter pipa Q : Debit H : Beda ketinggian g : percepatan gravitasi 17

11 .3.1. Perencanaan Tebal Pipa Tebal minimum pipa dihitung dengan menggunakan Cylinder Formula sebagai berikut : D t = 400 dimana : t : Tebal Pipa (mm) D : Diameter pipa (mm) Kehilangan Energi Akibat Gesekan (Major Loss) Kehilangan energi akibat gesekan dengan dinding pipa-pipa yang panjang, lurus, dan sama diameternya dapat dihitung dengan persamaan Darcy Weisbach. L v h f = f D g dimana: h f : kehilangan tinggi tekan akibat gesekan f : faktor gesek L : panjang pipa D : diameter pipa v : kecepatan aliran g : gravitasi Diantara faktor-faktor diatas, faktor gesek (f) merupakan salah satu faktor yang sulit penentuannya. Kesulitan ini karena faktor gesek f juga sangat tergantung pada kondisi aliran didalam pipa tersebut. Secara umum, faktor gesek f dapat dihitung dengan persamaan Colebrook White sebagai berikut: 1 f k,51 = log + 3,7D Re f dimana: k : kekasaran efektif dinding dalam pipa D : diameter dalam pipa vd Re : bilangan Reynolds Re = ν ν : kekentalan kinematik cairan 18

12 Untuk nilai kekasaran efektif dinding pipa k dan kekentalan kinematik ν dapat ditentukan menurut tabel dibawah ini: Tabel 0.6 Nilai Kekentalan Kinematik (υ). T υ T υ T υ o C 10-6 o C 10-6 o C , , ,71 1, , , ,564 0, , ,90 4 0, , , , , , , , , , , , , , ,741 Tabel 0.7 Kekasaran Efektif Pipa (k). Bahan Kekasaran efektif pipa [k (mm)] Tembaga, kuningan 0, ,0015 Baja yang dikeling 0,9-9,0 Beton 0,3-3,0 Kayu 0,18-9,0 Besi cor 0,6 Besi digalvanisir 0,15 Besi cor diaspal 0,1 Baja yang diperdagangkan 0,045 Besi tempa 0,045 Dari persamaan Colebrook White di atas terlihat bahwa variabel f terdapat diruas kiri dan ruas kanan. Sehingga persamaan di atas merupakan persamaan implisit yang penyelesaiannya hanya dapat dilakukan secara coba-coba. Untuk mempermudah perhitungan, Moody (1944) menampilkan persamaan Colebrook White menjadi suatu diagram. Sehingga diagram ini sering disebut diaram Moody. Diagram ini dapat dilihat pada gambar berikut: 19

13 Gambar 0.3 Diagram Moody. Untuk keperluan perencanaan dan perancangan aliran dalam pipa, persamaan Colebrook White dapat digabung dengan persamaan darcy wiesbach menjadi persamaan : v = dimana: h f S f = L gds f k,51ν log + 3,7D D gds Kehilangan Energi Minor Selain kehilangan energi akibat gesekan, terjadi pula kehilangan energi akibat perubahan tampang saluran, sambungan-sambungan, belokkan, valve, dan aksesoris lainnya. Kehilangan energi ini disebut kehilangan energi minor. f Kehilangan energi akibat penyempitan (contraction) h c = K c v g dimana : h c : tinggi hilang akibat penyempitan : koefisien kehilangan energi akibat penyempitan K c 0

14 v : kecepatan rerata aliran dengan diameter D (yaitu di hilir penyempitan) Nilai K c untuk berbagai nilai D /D 1 tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 0.8 Nilai Kc D /D 1 0 0, 0,4 0,6 0,81 1 K c 0,5 0,45 0,38 0,8 0,14 0 Kehilangan energi akibat pembesaran (expantion) h e = K e dimana: K e A = A v g 1 1 Kehilangan energi akibat valve,sambungan, belokan dan asesoris pipa h v = K v v g dimana: K v adalah koefisien tinggi hilang di valve, sambungan, belokan, dan asesoris lainnya. Nilai K v ini sangat tergantung pada jenis valve dan bukaannya. Tabel 0.9 Harga koefisien kehilangan untuk aksesoris pipa AKSESORIS PIPA KOEFISIEN KEHILANGAN Katup bulat, terbuka penuh 10 Katup persegi, terbuka penuh 5 Katup putar, terbuka penuh,5 Katup pintu, terbuka penuh 0, Penyiku lingkar pendek 0,9 Penyiku lingkar medium 0,8 Penyiku lingkar panjang 0,6 Penyiku 45 o 0,4 Penutup balik pengalihan, Sambungan standar searah 0,6 1

15 Sambungan standar percabangan 1,8 Kotak kontrol 0,5 Keluaran 1 Perencanaan Sistem Suplai Air Baku.4 POMPA.4.1 Data-Data untuk Menentukan Jenis Pompa Dalam memilih jenis pompa haru diketahui data-data awal yang berkaitan dengan pemilihan ukuran, jenis dan kemampuan pompa. Karena itu disain dari distribusi dan pipa harus harus masuk pada proses seleksi pompa. Berdasarkan pada kebutuhan persediaan memerlukan lebih atau kurang pompa seleksi simultan. Datadata spesifik yang harus tersedia sebagai berikut : 1. kecepatan aman maksimum pada setiap air dapat disuplai pada pompa. kecepatan rata-rata dan maksimum dimana air harus dialirkan oleh pompa ke sistem distribusi atau sistem penyimpanan 3. kapasitas minimum dari kepala pipa pengisap harus tersedia (ini membutuhkan kemampuan angkat maksimum dan semua kehilangan tinggi tekan dari pompa) 4. karakteristik dari air yang akan dipompa (temperatur, kandungan pasir, korosis) 5. tersedianya kekuatan listrik yang mencukupi 6. tempat menaruh pompa 7. periode desainnya.4. Penentuan Jenis Pompa Pompa air diperlukan untuk menaikkan tekanan air agar aliran air sampai pada tempat yang direncanakan. Hal yang harus diperhatikan dalam memilih jenis pompa adalah menyesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan, seperti debit yang mesti dialirkan. Untuk menentukan jenis pompa maka perlu dihitung kecepatan spesifik (n s ). Persamaan yang menyatakan kecepatan spesifik adalah : n s = nq H 0,5 0,75 Dimana : n s : kecepatan spesifik (rpm) n : putaran pompa (rpm) Q : debit (m 3 /det) H : tinggi angkat (m) Hubungan antara kecepatan spesifik dan jenis pompa diperlihatkan pada Tabel.10:

16 Tabel 0.10 Kecepatan spesifik dan jenis pompa Kecepatan spesifik, n s Jenis pompa Pompa sentrifugal diffuser Pompa sentrifugal volut Pompa aliran campur > 1400 Pompa aksial.4 KONSEP PERENCANAAN SALURAN TERBUKA Untuk membatasi biaya pelaksanaan saluran terbuka, kecepatan aliran di bangunan tersebut dibuat lebih besar dari pada kecepatan di ruas saluran hulu dan hilir. Untuk menghindari terjadinya gelombang-gelombang tegak dipermukaan air dan untuk mencegah agar aliran tidak menjadi kritis akibat berkurangnya kekasaran saluran atau gradien hidrolis yang lebih curam, maka bilangan Froude dari aliran yang dipercepat tidak boleh lebih dari 0,5. Dengan istilah lain : Fr = v a ga / B 0,5 Dimana : Fr : bilangan Froude V a : keceptan rata-rata g : kecepatan gravitasi A : luas aliran B : lebar permukaan air terbuka Kecepatan aliran rata-rata disaluran terbuka dapat dihitung dengan persamaan Manning: 1 v = R n / 3 S 1/ Dimana : v : keepatan aliran rata-rata n : koefisien manning R : jari-jari hidrolik S : kemiringan saluran.5 EKONOMI REKAYASA 3

17 .5.1 Definisi Ekonomi Rekayasa Ekonomi rekayasa adalah ilmu yang merencanakan agar melakukan pengambilan keputusan yang tepat secara ekonomi. Dalam hal ini, agar bisa mengambil keputusan yang optimal dari beberapa alternatif yang ada dengan mengetahui nilai ekonomis suatu proyek. Nilai ekonomis suatu proyek dapat dilihat dengan menghitung estimasi biaya proyek untuk saat ini dan saat yang akan datang..5. Present Worth (PW) Present worth atau nilai sekarang diartikan suatu besaran nilai yang berasal baik di masa lalu maupun masa akan datang yang dikonversikan menjadi nilai sekarang dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Metode ini digunakan agar diketahui besarnya dana atau biaya dan keuntungan suatu proyek dengan nilai riil sekarang. Nilai yang akan datang dari suatu keuntungan ataupun biaya apabila dikonversi ke kondisi sekarang akan memberi nilai yang lebih kecil dengan suku bunga acuan lebih besar dari 0 (nol). Secara matematis hubungan nilai sekarang (Present Worth = PW) dengan nilai awal (P), nilai yang akan datang (Future Value = F) dan nilai tahunan (Annual value = A) seperti dibawah ini : PW = ± P ± A( P / A, i, n) ± F( P / F, i, n) Dimana: PW : present worth P : nilai awal A : nilai tahunan F : nilai yang akan datang i : tingkat bunga n : usia layan (tahun) Nilai (P/A,i,n) dan (P/F,i,n) dapat dilihat pada tabel (terlampir) untuk nilai i dan n tertentu. Nilai PW yang dipilih adalah nilai PW yang terbesar untuk keuntungan dan nilai PW yang terkecil untuk biaya..5.3 Annual Worth (AW) Annual worth atau nilai tahunan diartikan suatu besaran nilai yang berasal baik di masa lalu maupun masa akan datang yang dikonversikan menjadi nilai tahunan dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Metode ini digunakan agar diketahui besarnya dana atau biaya dan keuntungan suatu proyek setiap tahunnya. Secara matematis hubungan Annual Worth (AW) dengan nilai awal (P), nilai yang akan datang (Future Value = F) dan nilai tahunan (A) seperti dibawah ini : AW = ± A ± P( A / P, i, n) ± F( A / F, i, n) 4

18 dimana: AW : annual worth P : nilai awal A : nilai tahunan F : nilai yang akan datang i : tingkat bunga n : usia layan (tahun) Nilai (A/P,i,n) dan (A/F,i,n) dapat dilihat pada tabel (terlampir) untuk nilai i dan n tertentu. Nilai AW yang dipilih adalah nilai AW yang terbesar untuk keuntungan dan nilai AW yang terkecil untuk biaya..5.4 Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR adalah nilai discount rate (i) sehingga PW atau AW proyek sama dengan 0 (nol). IRR dapat dinyatakan dengan persamaan: PW1 + PW atau AW + AW 1 = 0 = 0 Dimana : PW 1 dan PW : nilai PW untuk alternatif 1 dan AW 1 dan AW : nilai AW untuk alternatif 1 dan Lalu dicari suatu nilai i atau IRR dengan cara iterasi yang memenuhi persamaan diatas. Bila nilai IRR > social discount rate (Minimum Attractive Rate of Return = MARR), maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan bila IRR < MARR, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, kecuali dengan pertimbangan non ekonomi, seperti politik, pertahanan dan keamanan..5.5 Benefit Cost Ratio (B/C) Metode benefit cost ratio ini digunakan untuk menganalisis kelayakan ekonomi suatu proyek, yaitu dengan membandingkan antara manfaat (Benefit) proyek dengan biaya (Cost) proyek. Prinsip dasar ini bisa diambil kesimpulan keputusan ekonomi proyek, apabila rasio ini lebih besar atau sama dengan satu (B/C 1) maka investasi proyek dapat diterima. Sedangkan jika rasio lebih kecil dari satu (B/C < 1) maka investasi proyek dianggap merugikan. Dalam menganalisis investasi proyek dengan benefit cost ratio ada beberapa indikator ekonomi yang digunakan, yaitu: benefit, disbenefit, cost, initial cost, operation and maintenance. 5

19 Metode ini kadang-kadang dianggap sebagai metode analisis tambahan, karena biasanya digunakan bersamaan dengan Present Worth, Future worth atau Annual Worth Analysis. Jadi dalam penggunaan Benefit Cost Ratio posisi angka-angkanya harus disamakan, baik Present Worth, Future worth atau Annual Worth Analysis. Dalam perhitungan B/C ratio, komponen biaya (Cost = C) dianggap positif Pengertian Benefit (B) adalah keuntungan yang didapat oleh pemilik proyek (owner) atau investor, dipresentasikan dalam bentuk mata uang. Disbenefit (D) adalah kerugian yang diterima secara tidak langsung akibat dari dilaksanakannya proyek. Cost (I) adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan proyek, operasi dan pemeliharaan. Initial Cost (IC) adalah biaya awal atau biaya total dikurangi biaya operasi dan pemeliharaan. Operation and Maintenance (O & M) adalah biaya yang dikeluarkan untuk operasional dan pemeliharaan hasil proyek Jenis B/C ratio a. Conventional B/C ratio Metode perhitungan B/C rasio ini yang sering digunakan, apabila dijelaskan bahwa analisis menggunakan B/C rasio tanpa disebutkan jenisnya maka yang dimaksudkan adalah Conventional B/C ratio. Perhitungan Conventional B/C ratio ini menggunakan persamaan berikut: B / C = B D C Jika nilai B/C lebih besar atau sama dengan satu, mengindikasikan bahwa proyek mempunyai keuntungan ekonomis. b. Modified B/C ratio Dalam menghitung B/C rasio yang dimodifikasi akan memasukan unsur biaya operasi dan pemeliharaan sebagai komponen tersendiri yang dipisahkan dari komponen biaya. Komponen O dan M akan ditempatkan sebagai faktor pengurang benefit bersama dengan disbenefit. Sedangkan faktor pembagi oleh biaya awal (initial cost). Berikut ini persamaan matematisnya: B D O & M B / C = IC 6

20 c. Analisis Optimasi Pemilihan Alternatif dengan Peningkatan B/C ratio Dalam persoalan pemilihan beberapa alternatif investasi dimana kondisinya tidak sama atau nilai biayanya mengalami kenaikan antara alternatif yang satu dengan yang lainnya, maka akan dilakukan analisis benefit cost ratio secara incremental (kenaikan B/C). Hal ini berfungsi untuk membandingkan antara investasi proyek yang satu dengan yang lainnya, dimana pembandingnya adalah investasi proyek yang mempunyai perbandingan benefit dan cost lebih besar. Prinsip perbandingannya bisa lebih dari satu alternatif investasi, kemudian dibandingkan secara bertingkat atau bersifat mutually exclusive. 7

DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR

DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM SUPLAI AIR BAKU DKI JAKARTA DARI WADUK JATILUHUR Oleh: Agus Saputra Triadi Bramono 15004071 15003073 Pembimbing: Dr. Ir. M. Syahril Badri Kusuma PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan ALIRAN MELALUI PIPA Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng Dr. Eng. Alwai Pujiraharjo Pendahuluan Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan dipergunakan untuk mengalirkan luida dengan penampang

Lebih terperinci

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Struktur Hidrolika Sungai Perhitungan struktur hidrolika sungai pada segmen yang ditinjau serta wilayah hulu dan hilir segmen diselesaikan dengan menerapkan persamaanpersamaan

Lebih terperinci

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det)

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det) BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Performance Alat Penjernih Air Sistem Gravitasi Penelitian ini menitikberatkan pada parameter-parameter yang diperlukan dalam perencanaan sistem distribusi air

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

I Putu Gustave Suryantara Pariartha I Putu Gustave Suryantara Pariartha Open Channel Saluran terbuka Aliran dengan permukaan bebas Mengalir dibawah gaya gravitasi, dibawah tekanan udara atmosfir. - Mengalir karena adanya slope dasar saluran

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini : Gambar 3.1 Tahapan Penelitian III-1 3.1 Penelitian Pendahuluan

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Batasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy Saluran Terbuka Persamaan Manning Persamaan yang paling umum digunakan untuk menganalisis aliran air dalam saluran terbuka. Persamaan empiris untuk mensimulasikan aliran air dalam saluran dimana air terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan dan uji laboratorium. Pengukuran langsung di lapangan meliputi pengukuran potensi debit, potensi energi potensial

Lebih terperinci

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Semua limbah yang dihasilkan home industry dibuang langsung ke sungai, selokan atau, bahkan, ke pekarangan

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik Mekanika Fluida II Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik Review Rumus S adalah slope energi dan S= hf /L dimana hf adalah energy (head) loss dan L adalah panjang saluran. Untuk aliran uniform

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin Pompa air dengan menggunakan tenaga angin merupakan sistem konversi energi untuk mengubah energi angin menjadi putaran rotor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Air Bersih Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK 52 3.1 Karakteristik Air Limbah Domestik Air limbah perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4. 1. Perhitungan Pompa yang akan di pilih digunakan untuk memindahkan air bersih dari tangki utama ke reservoar. Dari data survei diketahui : 1. Kapasitas aliran (Q)

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas tertentu dalam melakukan aktivitas dan menopang kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pipa Sistem perpipaan dapat ditemukan pada hampir semua jenis industri, dari sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat kompleks. 1. Sistem

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI MATERI KULIAH 4 PERTEMUAN 6 FTIP - UNPAD METODE MEMBANDINGKAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI Ekivalensi Nilai dari Suatu Alternatif Investasi Untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA Risky Yohanes Rottie Tiny Mananoma, Hanny Tangkudung Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Kualitas Air Potensi kualitas mata air Mulang dihasilkan dari uji laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Hasil analisis dari ketiga mata air Mulang Desa

Lebih terperinci

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

Cara Menentukan Diameter Pipa

Cara Menentukan Diameter Pipa Cara Menentukan Diameter Pipa Beberapa Metode Perhitungan Contoh-contoh kasus Perhitungan (Dalam Perpipaan Transmisi Dan Distribusi)? Ukuran Pipa dan Pengaruh (Hidrolis Hidrolis) Pada Sistem 1 Metode Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL 3.1 Metode Perancangan Pada Analisa Impeller Didalam melakukan dibutuhkan metode perancangan yang digunakan untuk menentukan proses penelitian guna mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Gambaran Umum Jumlah volume air total di Bumi adalah sekitar 1,4 miliar km 3, namun jumlah yang sungguh besar tersebut, tidak banyak yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, karena

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis ABSTRAK Akibat pengaruh manusia air mengalami penurunan kualitas, air limbah sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sedangkan, air bersih banyak berkurang jumlahnya yang dapat diambil langsung dari

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

Aliran Melalui Sistem Pipa

Aliran Melalui Sistem Pipa TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / sks Aliran Melalui Sistem Pipa Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo University of Brawijaya Pendahuluan Dalam pembahasan yang lalu telah dipelajari perilaku zat cair riil pada aliran

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih. Kategori kegiatan perencanaan untuk system distribusi air bersih/minum menurut Martin,D., (2004) ada dua kategori yaitu: 1. Perencanaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala ph meter

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tekknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 59 Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 60 Lampiran 2. Diagram alir pengolahan air oleh PDAM TP Bogor 61 Lampiran 3. Perbandingan antara kualitas air baku dengan baku mutu pemerintah

Lebih terperinci

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017 Analisa

Lebih terperinci

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Laporan Penelitian Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2010 KATA PENGANTAR Pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... i ii iii iv v vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... x xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Peralatan Yang Digunakan Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor ini mempunyai ukuran panjang 3,4 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) Dalam perencanaan dan perancangan istalasi penjernihan air (IPA) harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku guna mendapatkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci