M.B. Ageng Prasetya. Sales Depo ITC Permata Hijau. Tema : Pendidikan Nasional. Judul : Maju Mundur Sistem Pendidikan Indonesia
|
|
- Ratna Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 M.B. Ageng Prasetya Sales Depo ITC Permata Hijau Tema : Pendidikan Nasional Judul : Maju Mundur Sistem Pendidikan Indonesia Matahari baru saja tenggelam, ketika Dudung tampak sibuk merapikan dan mulai memilih buku pelajarannya. Di dalam salah satu ruang rumah kontrakan berukuran 3 x 6 meter, Dudung pun duduk bersila di depan sebuah meja kecil yang terbuat dari kayu payet bekas. Ia mulai mengerjakan contoh soal-soal Ujian Nasional. Dengan standar kelulusan nilai 5,5 bukanlah suatu hal yang mudah bagi siswa sekolah menengah atas ini untuk mendapatkannya. Dalam dua kali try out yang di adakan di sekolah, Dudung belum mendapatkan hasil yang memuaskan; terutama untuk matematika. Nilainya masih di bawah standar kelulusan. Siap mengadu nasib, hanya itulah yang terbesit dalam pikiran Dudung. Cita-cita memang ingin terus melanjutkan bangku kuliah, tapi bagaimana mungkin bagi anak buruh kasar ini dapat meraih impiannya. Sementara untuk mendapat predikat Lulus saja ia mesti berjuang menaklukan Ujian Nasional. Tekad Dudung sudah bulat, harus lulus. Meskipun setelah lulus, belum tentu ia bisa kuliah. Tetapi paling tidak ia bisa membantu pekerjaan ayahnya, sebagai kuli panggul di pelabuhan. 1 / 9
2 Ilustrasi di atas hanyalah satu dari sekian banyak fenomena yang terjadi menjelang Ujian Nasional tingkat SMA medio Maret lalu. Belum lagi fenomena yang berbau keagamaan seperti Doa Bersama, hingga ritual mistis seperti Ziarah Kubur dan Tabur Beras. Ujian Nasional sebagai pemegang kuasa stempel LULUS ini menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Tapi bagi pemerintah, Ujian Nasional seakan menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan di Bidang Pendidikan. Indikatornya, apabila angka kelulusan cukup tinggi, maka dianggap berhasilnya Sistem Pendidikan di Indonesia. Padahal ada banyak hal yang dapat diukur, apakah Sistem Pendidikan di Indonesia itu berhasil atau tidak. Dalam tulisan ini, penulis tidak akan berasumsi apalagi memvonis keberhasilan atau kegagalan sistem pendidikan. Tapi kita akan coba menelaah seperti apakah sistem pendidikan yang sekiranya tepat dan layak untuk diterapkan di Indonesia. Strategi Pembelajaran di Sekolah Kata Strategi Pembelajaran di Sekolah merupakan sinonim dari istilah Kurikulum. Saya sengaja mengganti kata Kurikulum karena istilah tersebut terasa berat di telinga. Kalau sudah berat kita mendengar, maka makna kata itu pun semakin terasa berat untuk dijalankan. Maka 2 / 9
3 saya sengaja memilih istilah Strategi Pembelajaran di Sekolah supaya terdengar lebih bersahaja, dan yang pasti lebih ringan terdengar di telinga. Dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, setidaknya sudah ada beberapa kali pergantian strategi pembelajaran. Diawali pada tahun 1947 dengan Rentjana Pelajaran 1947 dimana tujuan pendidikan pada saat itu menekankan pada pembentukan karakter rakyat Indonesia untuk menyadari bahwa kedudukan bangsa Indonesia berdaulat dan sejajar dengan negara lain. Kemudian pada tahun 1952, pendidikan lebih mengarah pada pelajaran yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Strategi ini dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai Setelah itu dikenal Program Pancawardhana pada tahun 1964, yakni: pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik, ketrampilan, dan jasmani. Seiring dengan berubahnya rezim pada masa itu, maka Program Pancawardhana pun diganti pada tahun 1968 dengan pendidikan yang mengarah pada pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kemudian pada tahun 1975 dikenal istilah PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) yang muatannya lebih mengarah kepada tercapainya tujuan yang dapat diukur dalam bentuk tingkah laku siswa. Strategi pembelajaran tahun 1975 ini sangat sulit diwujudkan, karena guru memiliki beban berat karena harus menyusun materi pelajaran secara detail, dibantu dengan alat peraga dan dokumen pendukung pelajaran. Sementara pendapatan atau gaji guru pada saat itu tidaklah memadai. Strategi ini hanya bisa dilakukan oleh seorang profesional seperti dosen; maka lahirlah strategi CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) pada tahun Dalam pembelajaran ini, siswa terlibat aktif baik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan gurunya. Program pendidikan yang tidak kaku menjadi prinsip CBSA dengan adanya interaksi yang hangat antara siswa dengan guru dan kegairahan belajar. Dengan alasan proses CBSA hanya mengacu pada teori belajar mengajar tanpa 3 / 9
4 memperhatikan kualitas dari isi pembelajaran, maka strategi pembelajaran yang telah berlangsung 1 dekade ini pun diganti dengan nama Kurikulum Kurikulum 1994, saya istilahkan dengan Kurikulum Satu Pintu. Yakni materi pelajaran yang sama bagi semua siswa se-indonesia, dengan kurang memperhatikan keberbedaan setiap daerah, lingkungan, dan masyarakat. Kemudian direvisi dengan nama Suplemen Kurikulum 1994, dimana daerah dapat menambah materi pembelajaran dengan menyesuaikan wilayah masing-masing. Pada tahun 2002, lahir strategi pembelajaran yang dinamakan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) ; yakni pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan program ini diharapkan siswa mampu mengetahui, menyikapi, dan melakukan materi pembelajaran secara bertahap dan berkelanjutan hingga berkompeten. Muatan KBK pun direvisi pada tahun 2004 dengan nama KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dimana konsep yang ditawarkan masih sama; yaitu mengacu pada basis kompetensi. Yang membedakannya adalah pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, memiliki kebebasan dan kewenangan penuh dalam menyusun program pendidikan, tetapi tetap mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan. Dan jika kita konsisten dan taat pada strategi KTSP, maka idealnya Ujian Nasional sudah lama di kubur, karena yang tahu persis kompetensi siswa adalah gurunya. Namun dalam Undang-Undang Sisdiknas, yang berhak memberikan penilaian terhadap siswa adalah pemerintah melalui Ujian Nasional yang dikendalikan dari pusat dengan standarisasi kelulusan. Mestinya Ujian Nasional bukanlah sebagai penentu kelulusan, melainkan sebagai media pemetaan mutu pendidikan, sehingga bisa terlihat sekolah mana yang bermutu dan yang belum dari hasil Ujian Nasional. Jika yang sudah bermutu terus diberi motivasi untuk meningkatkan mutunya, sementara yang belum harus terus diperhatikan dan diberikan bantuan akan kemudahan sarana dan prasarana pendidikan agar bisa menjadi sekolah bermutu. 4 / 9
5 Selain strategi pembelajaran di atas, ada sebuah stratregi yang pernah dijalankan di Indonesia, jauh sebelum Indonesia Merdeka; dan strategi ini hanya bisa dirasakan secara lokal di kota Yogyakarta. Di tangan dingin Ki Hajar Dewantara, pada 3 Juli 1922 lahirlah Perguruan Nasional Taman Siswa dengan ajarannya yang terkenal: Ing Ngarso Sung Tulodo - di depan memberi teladan, Ing Madyo Mangun Karso di tengah membangun karya, Tut Wuri Handayani di belakang memberi dorongan. Itulah strategi pembelajaran yang diterapkan Ki Hajar, yang kemudian tanggal kelahirannya 2 Mei 1889 ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri diberi gelar Pahlawan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Dulu sewaktu saya duduk di bangku sekolah dasar di Barunawati, saya masih ingat di tembok kelas ditempeli tulisan ajaran Ki Hajar Dewantara ini. Mungkin tujuannya supaya sebagai penyemangat siswa dan guru akan makna pendidikan. Entahlah, apakah saat ini masih banyak siswa yang ingat akan ajaran ini, atau sudah lupa? Melihat Mundur untuk Melangkah Maju Jika kita menelaah paparan di atas, maka ada beberapa strategi pembelajaran di sekolah yang pantas diterapkan di Indonesia. Strategi CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) tahun 1984 sebenarnya sudah mengadopsi dari Taman Siswa. Dimana pembelajaran sudah dilakukan 2 arah, para siswa diberi kesempatan secara aktif berdialog dengan guru. Dan bukan 1 arah 5 / 9
6 dimana guru memberi materi pembelajaran yang harus diterima secara mentah-mentah oleh siswa. Selain itu, Strategi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sangatlah baik, dimana sekolah diberikan wewenang menambah materi pembelajaran bagi siswanya, dengan melihat tolak ukur kemampuan siswa di wilayah tersebut, bahkan sekolah bisa memberikan materi yang mengadopsi dari pembelajaran negara lain. Bila melangkah mundur dengan menerapkan strategi Taman Siswa dan CBSA, kemudian menggabungkannya dengan KTSP, saya yakin strategi pembelajaran Indonesia akan memiliki strategi pembelajaran yang dapat melangkah lebih maju dimana strategi akan mengacu kepada kompetensi masa depan dan bebas berkreasi. Tetapi jika kita ingin memajukan suatu sistem (khususnya Sistem Pendidikan) tidak hanya strategi pembelajaran saja yang kita harus kita koreksi tetapi juga elemen pendukung lainnya, yakni: siswa (peserta didik), guru (pendidik), sekolah (penyelenggara pendidikan, orang tua / wali siswa (pendukung), dan pemerintah (penentu kebijakan). Kita bisa ibaratkan Sistem Pendidikan seperti sebuah gelas kosong, agar gelas itu penuh haruslah diisi dengan air yang bersih/ jernih. Air itu berupa elemen-elemen pendukung tadi. Jika salah satu dari elemen tadi tidak terisi ke dalam gelas, maka gelas tersebut tidak akan penuh. Namun bisa juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua elemen masuk ke dalam gelas, dan gelas pun terisi penuh. Tetapi karena ada salah satu elemen itu adalah air kotor, maka gelas yang penuh itu akan berwarna keruh; tidak jernih. Mampukah semua elemen pendukung pendidikan ini menjadi air yang jernih? Peserta didik/ siswa harus mendapat dukungan dari orang tua/ wali siswa dimana siswa harus mendapat hak pendidikannya. Agar orang tua mampu menyekolahkan anaknya, maka pemerintah harus memberikan sarana pendidikan yang terjangkau bagi semua orang. Selain itu kebijakan pemerintah harus mendukung semua elemen lain; misalnya pendapatan/ gaji guru yang layak, APBN Pendidikan yang terarah, dan strategi pembelajaran yang kompeten. 6 / 9
7 Jika menyimak APBN tahun 2010 ini, anggaran di Bidang Pendidikan naik sangat signifikan, yakni 20% dari APBN. Coba jika dibandingkan tahun 2004 sebesar 6,6% dan tahun 2008 sebesar 17,4%. Seharusnya dengan anggaran sebesar ini Program Wajib Belajar 9 tahun dapat terealisasi dengan baik. Khusus untuk pendidik/ guru selain berhak mendapat penghasilan yang layak, beliau juga wajib itu ikut berperan serta secara aktif memajukan peserta didik, yakni harus jauh menatap ke depan. Guru harus mampu mengadopsi teknologi pembelajaran secara benar dan mengikuti perkembangan zaman. Tidak bisa dipungkiri peran elemen guru ini sedemikian besar, karena dialah yang menjadi senapan untuk memuntahkan peluru-peluru pengetahuan. Jika masa depan suatu bangsa tergantung bagaimana bangsa itu menerapkan pendidikan, maka guru berperan sebagai garda terdepan yang didukung oleh elemen lainnya. Muncul pertanyaan baru, bagaimana guru dapat menjalankan perannya secara aktif, jika guru juga dikejar untuk mengumpulkan poin demi poin hingga mencapai 850 poin dengan mengumpulkan dokumen portfolio agar dapat mengikuti uji sertifikasi, untuk kemudian mendapat gelar sebagai guru yang profesional? Ironisnya lagi, khusus bagi guru negeri di wilayah Jakarta, mulai 19 April lalu demi mendapat TKD (Tunjangan Kinerja Daerah), guru wajib melakukan absensi dan masuk sekolah pukul dan pulang pukul wib. Dengan absensi menggunakan sidik jari, guru tidak boleh terlambat 1 detik saja untuk sampai di sekolah. Jika terjadi, maka akan mendapat pemotongan tunjangan. Yang jelas, guru harus mampu membagi waktu demi mengejar karir keguruan, waktu untuk mendapatkan tunjangan, dan waktu untuk proses belajar mengajar. Entah mengapa saya merasa pendidikan di Indonesia seakan hanya terdiri dari susunan angka-angka. Mulai dari strategi pembelajaran alias kurikulum yang berubah tahun demi tahun, prosestase APBN untuk pendidikan, pengumpulan poin dan absensi guru, hingga standarisasi nilai kelulusan siswa dalam Ujian Nasional. Terlebih lagi, ada susunan angka yang cukup mengejutkan saya, dimana dalam laporan UNESCO bahwa Pendidikan Indonesia menempati peringkat ke 62 diantara 130 negara di dunia. Ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kita masih jauh jika dibanding negara lain 7 / 9
8 Menelaah paparan di atas, mungkinkah kita layak menyebut pendidikan kita jalan di tempat ali as maju satu langkah ke depan, kemudian mundur lagi satu langkah ke belakang? Tentunya, saya berharap tidak. Dengan mengutip perkataan Presiden pertama Afrika Selatan, Nelson Mandela, Pendidikan adalah senjata paling dahsyat yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia. Maka kita harus mau instropeksi melihat sejarah mundur ke belakang, bercita-cita dan berorientasi ke masa depan, agar Pendidikan Indonesia bisa melangkah maju menghadapi tantangan perubahan zaman dan siap bersaing sebagai negara yang berdaulat dan sejajar dengan negara lain. Mudah-mudahan Pendidikan Indonesia bisa terus maju, dan tak akan mundur-mundur. Semoga. *** 8 / 9
9 9 / 9
BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia
Lebih terperinciTELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH. Farida Nurhasanah Surakarta 2012
TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH Farida Nurhasanah Surakarta 2012 Asal-Usul Kata Kurikulum Curriculum Currir Curere Sejumlah Mata Pelajaran Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh seorang
Lebih terperinciKurikulum 1975 disusun sebagai pengganti kurikulum 1968, dimana perubahan yang dilakukan menggunakan pendekatan berikut.
a. Kurikulum 1968 dan sebelumnya Kurikulum pertama diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan Indonesia dipengaruhi sistem pendidikan Belanda dan Jepang. Rentjana Pelajaran
Lebih terperinciSejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari
Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam bidang pendidikan dan berbagai perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang membawa implikasi terhadap berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh
BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
Lebih terperinciDOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO
DOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2017 i LEMBAR PENGESAHAN Kode Dokumen : 006/UN50.1.5.2/OT-DOK/2017 Revisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang belajar dan bahan
Lebih terperinciKOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008
KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 RASIONAL 1. Jabatan guru sebagai jabatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM 2. Era informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Azizah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua orang tua tentunya menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas dan berkualitas. Hal itu, dalam prosesnya tidak bisa lepas dari
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup memperihatinkan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang tidak pernah memberikan
Lebih terperinciDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 o untuk mengetahui kondisi sekolah terkait dengan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan sehingga diharapkan
Lebih terperinciMENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016
1 MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016 TANGGAL 2 MEI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa melalui bidang pendidikan. Masyarakat akan mampu menghadapi perubahan yang terjadi dan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat, maupun orang tua
Lebih terperinciTugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Jika dalam bahasa Jawa disebut Sirahe Sekolah. Kepemimpinan dari kepala sekolah
Lebih terperinciKURIKULUM. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB
KURIKULUM Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB Pengertian Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua orang berkepentingan
Lebih terperinciStandar Proses Pembelajaran. Standar Isi. Lulusan. Peserta didik. Lingkungan. Standar Pembiayaan. Standar Sar. & Pras.
SUPERVISI AKADEMIK DALAM KAITANNYA DENGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (Makalah disampaikan pada Workshop Penjaminan Mutu) Para Kepala Sekolah Se Kabupaten Karangasem 28 Oktober 2006 ---------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
Lebih terperinciKEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan
KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN Ismail Hasan A. Keharusan Pendidikan Anak di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya (berbeda dengan binatang seperti; kura-kura, buaya, kambing, kera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa penduduk Indonesia hingga tahun 2016 yaitu sebanyak 255.461.700 jiwa.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.
BAB V PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian dan memadukan dengan kajian pustaka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa manusia merupakan sumber daya utama dalam rangka mengelola alam, sehingga pendidikan merupakan salah satu unsur penting.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan wahana strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sebagai faktor determinan pembangunan. Sejarah menunjukkan bahwa manusia merupakan
Lebih terperinciSiaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017
Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Lebih terperinciMEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL
MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang mencetak seseorang menjadi generasi yang berkualitas dan memiliki daya saing. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa jelaslah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU
PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU Donald Samuel Slamet Santosa, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW, dsmuq87@gmail.com Gracia Miranda, Progdi Pendidikan Ekonomi
Lebih terperinciSiaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017
Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017 Mendikbud: Pembentukan Karakter Harus Menjadi Prioritas     Jakarta, Kemendikbud â Peringatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan adalah manusia untuk itu dalam membangun bangsa dan negara Indonesia yang
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA
- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena sumber daya manusia yang bekerja terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian.
Lebih terperinciRENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN
RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN BIDANG KEGIATAN : PKM GT Diusulkan oleh : Okky Wicaksono 09 / 282652 / SA / 14854 English Department UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dan dilanjutkan dengan proses analisis, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. bahwa karakteristik
Lebih terperinciWidyaiswara Berkarakter
Widyaiswara Berkarakter Oleh : Saefudin,S.Ag.,MM.Pd Widyaiswara Ahli Muda Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Purwakarta Abstrak Widyaiswara sebagai jabatan fungsional yang memiliki ruang
Lebih terperinciMenumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa
Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa Oleh : Nama : Angga Dwi Saputra NIM : 10.12.4714 Kelas : S1 SI 2E STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mengembangkan
Lebih terperinciREVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU
Lebih terperinciBAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA
BAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan di mulai dari kandungan, hingga dewasa yang didapatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Pendidikan di mulai dari kandungan, hingga dewasa yang didapatkan dari orang tua,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA oleh Naniek Sulistya Wardani Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana wardani.naniek@gmail.com HP 0856 2698 547
Lebih terperinciRUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan
RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan pendidikan pengelolaan kurikulum 2013 1. Pengambilan Keputusan Dalam Perumusan Visi-Misi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan
BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan diuraikan tentang latar belakang mengapa peneliti tertarik untuk menggunakan model Countenance dari
Lebih terperinciBAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA
BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB V P E N U T U P A. Simpulan 1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola Sumberdaya Manusia berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, khususnya pada dunia pendidikan. Oleh karena itu, peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan peserta didik, baik secara mental maupun intelektual, digembleng agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, dan merupakan salah satu faktor penentu mutu sumber daya manusia. Melalui pendidikan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta
Lebih terperinciPROFIL GURU IDEAL KUNCI KEMAJUAN KUALITAS GENERASI EMAS 2045
PROFIL GURU IDEAL KUNCI KEMAJUAN KUALITAS GENERASI EMAS 2045 Putri Mahanani PGSD-jurusan KSDP-FIP-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Email: mahanani_putri@yahoo.com Abstrak Guru memiliki 19
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika di SMA Negeri 1 Klaten dapat disampaikan berikut.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aspek-aspek Pengembangan Silabus Hasil penelitian tentang pengembangan silabus dan penilaian hasil belajar matematika di SMA Negeri 1 Klaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. efisien serta mengikuti perkembangan zaman.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,
172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual, variabel Motivasi Kerja, dan variabel Harapan Guru dengan Kinerja Guru SMP Negeri di
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN WIB. 1 diunduh pada tanggal 18 Juli 2012, pukul
1 A. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya. Tidak hanya sumber daya alam, melainkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan pendidikan agar dapat menciptakan peningkatan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setidaknya ada tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat menciptakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM),
Lebih terperinciKODE ETIK PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH
KODE ETIK PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH PEMBUKAAN Atas rahmat Allah SWT Pengawas Sekolah/Madrasah menyadari bahwa jabatan Pengawas Sekolah/Madrasah/Madrasah adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Pengawas
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
187 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, dapat diajukan empat kesimpulan
Lebih terperinciDisusun Oleh : DIAN NOVITASARI DEPARTEMEN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SEMESTER GANJIL 2012 / 2013
PENDIDIKAN PANCASILA Dan KEWARGANEGARAAN DOSEN PJMK : Muhammad Adib, Drs,. M.Si TUGAS ESSAY : MENGHINDARI TINDAKAN PLAGIAT dan KORUPSI DIMULAI DARI DIRI SENDIRI Disusun Oleh : DIAN NOVITASARI 071211532022
Lebih terperinciDESKRIPSI PROBLEMATIKA GURU MATEMATIKA SMA SE-KOTA BANDA ACEH DALAM MENERAPKAN KURIKULUM Aulia Afridzal 1, Oktaviani 2.
DESKRIPSI PROBLEMATIKA GURU MATEMATIKA SMA SE-KOTA BANDA ACEH DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 Aulia Afridzal 1, Oktaviani 2 Abstrak Penelitian ini berkaitan dengan problematika yang dialami guru matematika
Lebih terperinciBAB III PROFIL DAN PROSES PEMBELAJARAN PAI DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHLAS TAMBAK SAWAH SIDOARJO
BAB III PROFIL DAN PROSES PEMBELAJARAN PAI DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHLAS TAMBAK SAWAH SIDOARJO A. Profil Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ikhlas Tambak Sawah 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Lebih terperinciKurikulum Berbasis TIK
PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit
Lebih terperinciberpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang masalah, 2) identifikasi masalah, 3) pembatasan masalah, 4) rumusan masalah, 5) tujuan dan manfaat penelitian, dan 6) ruang lingkup penelitian.
Lebih terperinciKODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN
KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk
Lebih terperinciV. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI
79 V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Etika kepemimpinan Jawa, merupakan ajaran-ajaran yang berupa nilainilai dan norma-norma yang bersumber dari kebudayaan Jawa tentang kepemimpinan,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 1 Dikutip dari profil MA Negeri Kendal
BAB IV ANALISIS Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Implikasinya Terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik Di Ma Negeri Kendal Madrasah Aliyah Negeri Kendal merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah
Lebih terperinciKamis, 29 November 2012
BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Upacara PERINGATAN HUT KE-41 KORPRI & HUT KE- 67 PGRI KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2012 Kamis, 29 November 2012 Asasalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana belajar memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung tercapainya keberhasilan belajar. Dengan adanya pemanfaatan sarana belajar yang tepat dalam
Lebih terperinciInkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko
INKONSISTENSI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan tongkat estafet majunya
Lebih terperinciPerbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pemisahan antara mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pokok pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia salah satunya adalah upaya peningkatan mutu pendidikan, baik mutu pendidikan dari jenjang sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran
Lebih terperincimembentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.
BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia
Lebih terperinciMATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU)
MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU) MATA KULIAH ETIKA BERWARGA NEGARA BAGIAN 4 DEMOKRASI: ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA Oleh: DADAN ANUGRAH, M.Si. UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 1
Lebih terperinciMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI PADA UPACARA HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017 2 MEI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. SALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan di Sekolah Dasar Sebelum membahas pendidikan di sekolah dasar penulis akan memaparkan pengertian pendidikan terlebih dahulu, dalam dunia pendidikan sebagaimana dinyatakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data dan fakta hasil penelitian yang telah dipaparkan di dalam bab IV, maka pada bab V ini akan dirumuskan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran diperlukan sebagai
Lebih terperinciMembangun Fakultas Tarbiyah sebagai LPTK untuk Menghasilkan Guru Berkualitas
1. Ajang pertemuan dalam rangka reuni alumni Fakultas Tarbiyah ini kita manfaatkan untuk melakukan refleksi tentang perjalanan fakultas ini yang menjadi cikal bakal UIN Malang yang saat ini tumbuh sejajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal yang penting bagi setiap orang. Pendidikan dianggap sebagai suatu kebutuhan yang wajib
Lebih terperinciSTRATEGI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING DALAM PROSES PENDIDIKAN MASYARAKAT PINGGIRAN OLEH YAYASAN PEDULI KARAKTER BANGSA SKRIPSI.
STRATEGI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING DALAM PROSES PENDIDIKAN MASYARAKAT PINGGIRAN OLEH YAYASAN PEDULI KARAKTER BANGSA (Studi Kasus: Sekolah Talitaku Kum Jl. Pabrik Tenun Gg. Cikditiro No.16 Medan Sumatera
Lebih terperinci