Pada industri susu bubuk, dua tahapan proses yang umum digunakan adalah evaporasi dan pengeringan (dying).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pada industri susu bubuk, dua tahapan proses yang umum digunakan adalah evaporasi dan pengeringan (dying)."

Transkripsi

1 BAB VI. EVAPORATOR - PRINSIP KERJA DAN PERALATAN PENGURANGAN KADAR AIR Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan larutan yang mengandung zat yang sulit menguap (non-volatile solute) dan pelarut yang mudah menguap (volatile solvent) dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya. Pelarut yang ditemui dalam sebagian besar sistem larutan adalah air. Umumnya, dalam evaporasi, larutan pekat merupakan produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan dibuang. Sebagai contoh adalah pemekatan larutan susu, sebelum dibuat menjadi susu bubuk. Beberapa sistem evaporasi bertujuan untuk mengambil air pelarutnya, misalnya dalam unit desalinasi air laut untuk mengambil air tawarnya. Evaorasi berbeda dengan distilasi, dalam hal uap yang dihasilkan biasanya merupakan komponen tunggal; bahkan jika uapnya adalah multikomponen, tidak ada usaha untuk memurnikan uapnya menjadi fraksi-fraksi komponen penyusunnya. Tinjau kasus pembuatan susu bubuk dan susu cair encer. Proses ini pada dasarnya adalah operasi pengurangan kandungan air. Selama proses, sifat larutan mengalami perubahan drastis, dan larutan susu encer menjadi larutan pekat dan akhirnya menjadi padat/serbuk. Keseluruhan proses tersebut sulit dilakukan ekonomis dengan hanya menggunakan satu alat saja, sehingga diperlukan beberapa tahapan proses dengan menggunakan peralatan yang berbeda. Pada industri susu bubuk, dua tahapan proses yang umum digunakan adalah evaporasi dan pengeringan (dying). Evaporator: Memproses cairan encer sampai menjadi cairan pekat (untuk industri susu sampai kadar padatan sekitar 50%) Proses ini dibatasi oleh kekentalan cairan ataupun kemungkinan terjadinya pengendapan karena larutan terlalu pekat. Kebutuhan panas untuk penguapan air relatif Iebih sedikit. Universitas Gadjah Mada

2 Dryer: Bisa memproses sampai kadar air padatan sangat rendah dan produk bisa berupa padatan; jadi bisa memproses balk cairan maupun padatan. Kebutuhan panas relatif besar; biaya penguapan air dengan diyerkira-kira sampai 9x biaya penguapan air dengan evaporator. OIeh karena itu, pada industri susu bubuk, pada tahap pertama digunakan evaporator (yang Iebih murah biaya penguapannya) sampai dihasilkan larutan pekat. Tahap berikutnya digunakan dryer (yang Iebih mahal biaya penguapannya) untuk memperoleh susu bubuk. Untuk menghemat biaya operasi, perlu diusahakan, pada tahap pertama (yaitu evaporasi) sebanyak mungkin air diuapkan. Contoh dibawah mengilustrasikan penghematan biaya yang bisa diperoleh dengan 2 tahapan proses: Basis perhitungan: 1000 kg larutan susu encer Padatan dalam susu encer = Padatan dalam susu pekat = padatan dalam susu encer Susu pekat hasil evaporasi = = padatan dalam produk susu bubuk = 100 kg. Jumlah air teruapkan dalam evaporator = ( ) kg = 800 kg 100 Jumlah susu bubuk = 100 kg =105 kg 95 Air teruapkan dalam dryer = ( ) kg = 95 kg. Sehingga jumlah air total yang teruapkan = (800+95) kg = 895 kg. Terlihat bahwa jumlah air teruapkan dalam evaporator kurang Iebih 8x dibanding pada dryer kg = 100 kg kg = 200 kg 50 Jika biaya penguapan 1 kg air pada evaporator = Rp. y, Maka biaya penguapan 1 kg air pada dryer Biaya total = 800 x Rp. y + 95 x Rp. 9 y = Rp y,- Biaya total jika hanya menggunakan diyeruntuk menguapkan 895 kg air = 895 x Rp. 9y = Rp y, atau kira-kira 5 x Iebih mahal! = Rp. 9.y,-

3 Perlu diperhatikan bahwa hitungan neraca massa pada proses penguapan air akan menjadi sangat mudah jira berbasis pada jumlah padatan yang praktis tidak berubah. PRINSIP KERJA EVAPORATOR Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya. Pada industri susu, titik didih normal air (sebagai pelarut susu) 100 C, sedang padatan susu praktis tidak bisa menguap. Jadi, dengan menguapnya air dan tidak menguapnya padatan, akan diperoleh larutan yang makin pekat. Perlu diperhatikan bahwa titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan. Makin tinggi tekanan, maka titik didih juga semakin tinggi. Hubungan antara titik didih dengan tekanan uapnya dapat dirumuskan dengan persamaan Antoine: B log(p )= A C + t Untuk air: A = 6,96681; B = 1668,21; C= 228, dimana P o dalam cmhg dan t dalam o C Titik didih larutan yang mengandung zat yang sulit menguap akan tergantung pada tekanan dan kadar zat tersebut. Pada tekanan yang sama, makin tinggi kadar zat, makin tinggi titik didih Iarutannya. Beda antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murninya disebut kenaikkan titik didih (boillng point rise). Gambar dibawah merupakan contoh kurva titik didih larutan NaOH dalam air. Universitas Gadjah Mada

4 Evaporasi bisa dijalankan pada suhu Iebih rendah dan titik didih normal, dengan cara beroperas pada tekanan lebih rendah dan 1 atm (tekanan vakum). Pada industri susu, ada dua keuntungan operasi penguapan pada suhu lebih rendah, yaitu: (a) mencegah perusakkan susu, dan (b) penghematan energi dengan memanfaatkan uap yang terbentuk sebagai pemanas. Dalam evaporator, terjadi 3 proses penting yang berlangsung simultan, yaitu: (a) Transfer panas (b) Penguapan (transfer massa) (c) Pemisahan uap dan cairan

5 Penguapan umumnya berlangsung cepat, sehingga tidak mengontrol kecepatan keseluruhan proses. Penguapan cairan pada evaporator ukuran standar sudah dirancang oleh manufacturer sedemikian rupa sehingga untukjumlah penguapan dalam evaporator tersebut, pemisahan uap-cairan sudah bisa berjalan dengan balk. Jadi untuk perhitungan/perancangan evaporator (bentuk standar), yang perlu diperhatikan hanyalah kecepatan transfer panasnya. Untuk perhitungan kecepatan transfer panas, diperlukan hitungan neraca massa dan neraca panas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan evaporator antara lain: 1. Makin cepat gerakan fluida dalam evaporator, makin besar nilai koefisien transfer panas, sehingga kecepatan transfer panasnya juga semakin tinggi. 2. Kadar zat terlarut makin tinggi, biasanya viskositas larutan semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan koefisien transfer massa menurun sehingga memperlambat transfer panas. Disamping itu, jika kekentalan makin tinggi, kadar lokal padatan disuatu titik dalam evaporator bisa terlalu tinggi sehingga dapat mengakibatkan kerusakan padatan (jika padatan sensitif terhadap panas), atau pemadatan lokal. 3. Pada evaporator dengan konveksi alami (naturalconvection) dimana gerak fluida diakibatkan oleh beda suhu, maka koefisien transfer panas dipengaruhi oleh beda suhu (t). Semakin besar t, semakin tinggi nilal koefisien transfer panas. 4. Gerakan yang balk dan fluida perlu dijaga. Gerakan fluida selain akan meningkatkan transfer panas, juga dapat mencegah terjadinya konsentrasi atau suhu lokal yang terlalu tmnggi, yang bisa mengakibatkan kerusakan padatan atau pemadatan. 5. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya endapan perlu dicegah. 6. Untuk bahan yang sensitif terhadap panas (mudah rusak pada suhu tinggm), maka suhu evaporasm dmusahakan rendah dengan cara menurunkan tekanan operasi. Disamping itu, waktu tinggal bahan dalam evaporator dijaga jangan terlalu lama. 7. Energi terbesar pada evaporator adalah untuk penguapan (panas penguapan nilainya sangat besar dibandingkan dengan panas sensibelnya, misal: panas penguapan air ~ 540 cal/g), sehingga usaha-usaha penghematan panas perlu dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan uap yang timbul sebagai pemanas evaporator. Universitas Gadjah Mada

6 JENIS-JENIS EVAPORATORR Dalam bagian ini akan dibahas skema peralatan evaporasi dan prinsip kerja berbagal evaporator serta beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing. 1. Horizontal Tube Evaporator. Alat ini merupakan evaporator yang paling klasik dan sederhana. Evaporator ini banyak digunakan untuk keperluan-keperluan kecil dengan teknologi sederhana. Features Tidak memberikan kondisi untuk terjadinya sirkulasi/aliran cairan, sehingga koefisien transfer panas rendah yang menjadikan perpindahan panas tidak efisien. Pengendapan kerak terjadi diluar pipa, sehingga sulit untuk dibersihkan. Konstruksi alat harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bundel pipa bisa dikeluarkan untuk dibersihkan. 2. Basket Evaporator Features Sirkulasi/aliran cairan bisa berjalan dengan baik sehingga koefisien transfer panas akibat konveksi alami (natural convection) besar, menjadikan transfer panas cukup efisien. Sirkulasi aliran terjadi secara alami (natural circulation) karena adanya beda rapat massa yang diakibatkan oleh adanya beda fasa antara cairan yang berada diluar pipa dengan cairan yang ada didalam pipa

7 ( dalam-pipa < irt-diluar-pipa ). Pengendapan kerak terjadi didalam pipa, sehingga Iebih mudah untuk dibersihkan. Pengendapan kerak terjadi didalam pipa, sehingga Iebih mudah untuk dibersihkan. 3. Standard Vertical-Tube Evaporator Pada alat ini, cairan mengalir dalam pipa sedangkan steam pemanas mengalir dalam shell. Cairan dalam tabung mendidih, uap yang timbul bergerak keatas dengan membawa cairan. Sirkulasi aliran dalam pipa terjadi karena beda rapat massa yang terjadi karena perbedaan fasa antara fluida dalam pipa (yaitu: campuran uap-cair) dengan yang diluar pipa (cair). Diatas pipa terdapat ruang uap yang berfungsi untuk memisahkan cairan dengan uap. Uap akan menuju lubang pengeluaran diatas, sedangkan cairan jatuh kebawah melewati saluran besar yang ada ditengah bejana, dan kembali bersirkulasi masuk pipa-pipa. Konveksi alami (natural convection) berjalan baik sehingga transfer panas Iebih efisien. Kerak dan

8 endapan terbentuk didalam pipa, sehingga Iebih mudah untuk dibersihkan. Adanya sirkulasi menyebabkan cairan berkali-kali kontak dengan permukaan pemanas. Hal ini kurang baik untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas, misalnya: susu, juice dan berbagai dairy product. 4. Long Tube Vertical Evaporator Untuk memperbesar kecepatan sirkulasi cairan dengan harapan koefisien perpindahan panas makin tinggi, pipa-pipa transfer panas dibuat lebih panjang. Aliran cairan, setelah masuk ruang uap untuk dipisahkan dengan uap yang terbentuk, kembali kebawah melalui pipa diluar evaporator. Keuntungan: Koefisien transfer panas karena sirkulasi alami (natural circulation) lebih besar, sehingga transfer panas bisa lebih efisien. Kerugian: Jumlah cairan yang menguap setiap passsangat besar (karena pipa panjang) sehingga konsentrasi lokal dimulut pipa bagian atas akan sangat tinggi (ingat: cairan dalam evaporator tidak homogen, karena adanya perbedaan suhu dan

9 konsentrasi padatan lokal). Hal ini dapat menyebabkan kristalisasi/pembentukan gel pada pipa, sehingga bisa mengganggu sirkulasi aliran. 5. Vertical Tube Evaporato with Forced Circulation Sirkulasi cairan untuk memperbesar koefisien transfer panas dibantu dengan pompa. Perpindahan panas terjadi karena konveksi paksa (forcedconvection) sehingga koefisien transfer panas bisa lebih tinggi. Disamping itu, karena arus sirkulasi besar, maka penyumbatan-penyumbatan dalam pipa bisa diatasi oleh aliran oleh pompa. Pipa tidak terlalu panjang. Sirkulasi berjalan cepat, sehingga larutan dalam evaporato lebih homogen. Adanya pompa yang menjadi satu dengan evaporator membuat alat ini lebih mahal (baik biaya pembelian maupun

10 biaya operasinya). Karena aliran keluar pipa cepat, maka pemisahan uap-cairan dalam ruang uap menjadi Iebih sulit, sehingga diperlukan baffle,yang Iebih balk dan ruang pemisah yang Iebih besar dibagian atas. Gambar (a dan b) dibawah, yaitu bolling tube evaporator dan sub merged tube evaporator adalah contoh lain dan forced circulation vertical tube evaporator

11 Pada submerged tube type, seluruh pipa pemanas tercelup dalam cairan. Umpan masuk melalui saluran dalam bejana pemisah uap-cair kemudian mengalir kedalam pemanas dan bawah. Pada boifing tube type, tidak seluruh pipa pemanas tercelup oleh larutan. Larutan umpan angsung masuk kebagian bawah seksi pemanas. 6. Forced Circulation Evaporator with External Heater Pompa, heat exchanger dan pemisah uap-cairan masing-masing merupakan unit yang terpisah. Untuk mendapatkan alat ini, bias digunakan alat-alat biasa yang dirangkai sendiri. Kelakuan alat ini seperti pada verticaltube evaporatorwith forced circulation, akan tetapi Iebih murah dan fleksibel karena bisa dirangkai sendiri. Akan tetapi alat ini membutuhkan ruang yang Iebih luas (kurang kompak) ).

12 7. Climbing Film, Long Tube Vertical Evaporator with External Heater

13 Pada prinsipnya sama seperti Long Tube Vertical Evaporator, hanya alat pemanas dan pemisah uap terpisah. Seperti forced circulation evaporator dengan external heater, alat ini mudah dirangkai sendiri, tetapi kurang kompak. Nama lain dan jenis evaporator diatas adalah Rising Film Evaporator with external heater. 8. Falling Film Evaporator Dalam falling film evaporator, cairan mengalir kebawah membentuk film disekeliling dinding dalam pipa. Aliran disebabkan oleh gaya berat dan gesekan uap. Uap yang terbentuk bergerak kebawah. Meskipun t kecil, tetapi aliran tetap baik karena adanya gaya gravitasi (bandingkan dengan natural convection evaporator). Luas permukaan pemanasan jauh Iebih besar dibandingkan dengan volume cairan dalam evaporator. Hal ini memungkinkan transfer panas yang cukup dan perusakan bahan belum banyak terjadi karena waktu tinggal yang kecil (volume cairan dalam evaporator kecil). Kapasitas alat ini tidak bisa divariasi terlalu besar. Pembahasan lebih detil tentang alat ini ada pada sub-bab berikutnya. Contoh beberapa jenis falllng film maupun rising film evaporatordapat dilihat pada gambar-gambar dibawah.

14 9. Agitated Film Evaporato Nama lain : turbulent film evaporator atau wioed-film evaporator (untuk yang horisontal). Evaporator berbentuk tabung (shell) vertikal atau horizontal, dengann pemanas diluar tabung. Pada sumbu tabung terdapat batang yang dapat diputar, yang dilengkapi dengan sirip-sirip. Pada verticalagftatedfllm evaporator, saat batang berputar, cairan bergerak kebawah akan terlempar ketepi tabung (bagian panas) karena putaran sirip. Cairan ditepi tabung akan terpental kembali ketengah tabung. Pada bagian atas tabung disediakan ruang untuk pemisahan uap cairan. Transfer

15 panas berjalan dengan sangat efisien. Problem penyumbatan dan konsentrasi local yang tinggi dapat teratasi. Agitated film evaporator dirancang untuk larutan yang sangat kental (viskositas tinggi) atau untuk memproduksi padatan. Meskipun demikian, alat ini mahal, konstruksinya sulit dan biaya operasinya tinggi (karena perlu tenaga pengadukan).

16 10. Direct Contact Evaporato Pada alat ini, cairan berkontak langsung dengan gas pemanas. Koefisien transfer panas sangat besar. Ruang didalam tabung ditengah berfungsi untuk pembakaran. Evaporator ini digunakan untuk cairan yang sangat kental, bahkan sluriy. Pemakalan panas kembali sulit dilakukan. 11. Stirred, Discontinuous Evaporator Evaporator jenis ini digunakan untuk mengiapkan larutan dengan viskositas tinggi atau bahkan pasta atau pulpy. Pemanas dapat dialirkan dalam koil (internal heating), jaket pada shell (external heating) (sumber: Sattler and Feindt, 1995, Thermal Separation Processes).

17 Catatan: Pada saat sekarang, kebanyakan industri menggunakan evaporator tipe vertical tube evaporator dan agitated film evaporator. Pada industri susu (atau bahan makanan/dairy yang sensitive terhadap panas), banyak digunakan falling film evaporator. Pada sub-bab dibelakang akan dibahas secara khusus tentang falling film evaporator. PEMILIHAN JENIS EVAPORATOR Pemilihan jenis evaporator setidak-tidaknya harus memperhatikan aktor-faktor berikut: Kapasitas produksi yang disyaratkan (throughput requirea) Viskositas umpan dan kenaikkan viskositas selama penguapan Produk yang diinginkan: padatan, slurry atau larutan pekat Sensitivitas bahan/produk terhadap panas Apakah larutan yang diproses fouling (menimbulkan kerak) atau non-foullng Apakah larutan dapat menimbulkan busa (foaming)

18 Apakah harus dilakukan pemanasan langsung (direct heating) Tabel dibawah memberikan pedoman pemilihan evaporatorr dengan memperhitungkan faktor-faktor diatas (sumber: Coulson and Richardson, 1983, Chemical Engineering Volume.6). FALLING FILM EVAPORATOR Seperti telah diuraikan diatas, pada falllng film evaporator cairan mengalir kebawah berbentuk film dipermukaan dalam tabung karena gaya gravitasi dan gesekan uap yang juga mengalir kebawah. Steam pemanas mengalir dalam shell/ diluar pipa. Alat ini dianggap cocok untuk evaporasi bahan-bahan yang snsitif terhadap panas dan suhu tinggi, misalnya: susu. Pada falllng film evaporator, luas permukaan transfer panas tiap volume cairan dalam evaporator sangat besar. Artinya, perbandingan luas transfer panas tiap volume cairan dalam evaporator sangat tinggi. Luas transfer panas yang besar menyediakan fasilitas untuk perpindahan panas yang besar, sedangkan volume cairan dalam evaporator yang kecil berarti waktu tinggal cairan dalam evaporator kecil sehingga kerusakan bahan dapat diminimalkan.

19 Bandingkan misalnya: a. Pipa dengan ID = 2 cm, panjang 300 cm, penuh cairan. Luas permukaan pipa = n.(id).l = n (2)(300) = 600 n cm 2 Volum cairan dalam pipa = (n/4).(1d2).l = (n/4)(2 2 )(300) = 300 n cm 3. Perbandingan (luas/volume) = (600 n)/(300 n) = 2/cm b. Pipa dengan ID = 2 cm, panjang 300 cm, tebal film = 0,2 cm. Luas permukaan pipa = n.(id).l = n (2)(300) = 600 n cm 2 Volum n.(id).l x 0,2 = n(2)(300)(0,2) = 120 n cm 3 Perbandingan (luas/volume) = (600 n)/(120 n) = 5/cm. Evaporator masa kini umumnya harus bekerja dengan beda suhu pemanas dan cairan (t) yang kecil, dalam rangka memaksimumkan pemakaian kembali panas yang dibawa oleh uap yang terbentuk. Nilai t yang kecil ini mengakibatkan konveksi alamiah (natural convection) tidak berjalan baik (ingat: nilai koefisien transfer panas pada konveksi alamiah tergantung t). Sehingga evaporator yang bekerja berdasarkan konveksi alamiah tidak cocok digunakan. Dengan falling film evaporator, meskipun t kecil, gerak cairan tetap balk karena adanya gaya berat, sehingga nilai koefisien transfer panasnya tetap tinggi, meskipun t-nya kecil. Perlu diperhatikan bahwa evaporator jenis forced convection kurang cocok untuk larutan susu, karena: (a). akan memerlukan biaya pemompaan, dan (b). sirkulasi aliran akan terlalu banyak sehingga kemungkinan ada cairan yang tinggal terlalu lama dalam evaporator, yang dapat menyebabkan kerusakan susu. Pada falllng film evaporator, tidak ada sirkulasi cairan. Beda suhu, t, yang kecil akan mengakibatkan luas transfer panas yang diperlukan menjadi besar, sesuai dengan persamaan: Q A = A U. t Dimana: A = luas transfer panas Q = jumlah panas yang ditransfer U= koefisien perpindahan panas overall Universitas Gadjah Mada

20 Jika penambahan A dilakukan dengan penambahan jumlah lubang, maka jumlah cairan yang melewati tiap pipa akan terlalu sedikit. Hal mi mengakibatkan ada sebagian permukaan pipa yang tidak tertutup cairan, atau tertutup cairan dengan ketebalan terlalu kecil. Akibat kecepatan penguapan yang besar, dapat terjadi pemadatan dipermukaan pipa (susu menjadi rusak) dan pada akhirnya terjadi scallng (pengotoran). Jadi, penambahan luas permukaan sebaiknya dilakukan dengan memperpanjang pipa, bukan dengan menambah jumlah pipa. Pada saat mi, panjang pipa evaporator dapat mencapal 15 m, dengan t 2 C. Sekitar 20 tahun yang lalu, panjang pipa evaporator hanya sekitar 3 atau 4 m, dengan t15 C. Mengingat jumlah cairan yang lewat pipa tidak boleh terlalu kecil, makaa kapasitas operasi falling film evaporator tidak boleh diubah/dikurangi terlalu banyak, sehingga evaporator jenis ini kurang fleksibel terhadap perubahan kapasitas operasi. Berkaitan dengan kesempurnaan pembasahan dinding pipa oleh cairan, muncul parameter yang disebut dengan coverage coefficient, sebagai berikut: Falling film evaporator harus beroperasi pada level coverage coefficient ertentu. Untuk mempertahankan coverage coefficient pada tingkat tertentu pada jumlah cairan kecil, bisa digunakan sistem sirkulasi, dimana sebagian produk yang keluar dan bawah pipa diumpankan kembali kebagian atas tabung. Dengan sistem mi, jumlah cairan yang melewati pipa cukup besar. Sisi negatifnya adalah: ada sejumlah cairan yang mengalami sirkulasi berkali-kali sehingga kemungkmnan terlalu lama mengalami pemanasan dan akan rusak.

21 Cara yang lebih baik yaitu dengan membagi evaporator menjadi 2 seksi atau lebih (lihat gambar disamping). Dengan alat ini, cairan umpan mengalir pada separuh evaporator sehingga coverage coeffident mencukupi. Cairan keluar dan seksi satu diumpankan ke seksi dua. Berbeda dengan sistem sirkulasi, pada alat ini tidak ada kemungkmnan cairan yang berkali-kali mengalami sirkulasi. Semua cairan hanya lewat sebanyak 2x saja. Pada falling film evaporator, distribusi cairan masuk kesemua pipa perlu diperhatikan dengan cermat. Ada dua sistim distribusi cairan kedalam pipa, yaitu: Sistim dinamis Sistim statis Pada sistem dinamis (lihat gambar dibawah), distribusi aliran dicapai dengan penyemburan melalui nozzle, dan juga diakibatkan oleh flashing (penguapan cepat) dan cairan keluar nozzle (ingat: umpan evaporator biasanya pada keadaan cair lewat jenuh, khususnya yang berasal dan evaporator sebelumnya yang tekanannya lebih tinggi). Penyemburan oleh nozzle ini didorong oleh pressure drop pada nozzle, yang nilainyaa dipengaruhi oleh jumlah cairan yang lewat. Jika cairan yang lewat makin banyak, pressure drop akan makin besar, sehingga penyemburan akan makin baik. Sistem dinamis tidak bisa mengakomodasi penurunan kapasitas, karena dengan turunnya kapasitas, pressure drop pada nozzle juga akan turun sehingga penyemburan akan berjalan kurang baik dan distribusi cairan tidak berjalan

22 sempurna. Disamping itu, dengan t kecil pada evaporator modern, efek flashing juga kecil sehingga tidak dapat membantu distribusi aliran. Pada sistem statis (lihat gambar diatas), umpan cairan lewat jenuh mula-mula terpisah. dan uapnya akibat flashing. Cairan masuk ke plat distributor diatas ujung- Cairan ujung pipa. Tinggi cairan diatas plat distributor dijaga pada level tertentu. mengalir melalui sejumlah lubang pada plat dan tepat jatuh diatas bidang diantara mulut pipa, kemudian terdistribusi pada pipa-pipa. Pada saat yang sama, uap mengalir melalui pipa kecil tepat diatas tabung pemanas. Uap yang keluar lewat pipa kecil ini akan mendorong cairan cairan menempel pada dinding tabung pemanas sekaligus memberikan kecepatan awal. Sistim statis lebih stabil terhadap perubahan kapasitas, karena jika permukaan cairan diatas plat distribusi naik akibat kenaikkan jumlah cairan masuk, maka aliran cairan melalui lubang juga akan bertambah cepat sehingga mencegah kenaikkan tinggi permukaan. Demikian pula jika kapasitas turun. Khusus pada pengolahann susu, jika susu yang akan diproses bersuhu rendah (5-10 C) maka sebelum masuk evaporator, larutan susu perlu dipanasi terlebih dulu (preheating). Preheater yang digunakan umumnya ada 3 jenis, yaitu:

23 a. Spiral Tube Berbentuk pipa spiral yang diletakkan dalam ruang steam pemanas pada evaporator, sehingga dapat menggunakan panas dan steam dalam evaporator. b. Strigh-tube Pipa berada diluar evaporator, meskipun panas disuplai dan steam di evaporator. Pembersihan lebih mudah, tetapi karena pressure drop-nya lebih besar maka diperlukan energi untuk pemompaan yang lebih besar. c. Plate Berada diluar evaporator, dan biasanya dipakai sebagai preheater paling awal yang menggunakan panas dari embunan dari evaporator terakhir. PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTIM EVAPORASI Penghematan panas padaa sistim evaporasi dapat dilakukan dengan dua cara: a. Menggunakan beberapa evaporator yang disusun sen (mu/ti;ole-effect evaporators). b. Rekompresi Uap (Vapor recompression). a. Multiple-Effect Evaporators Pada prinsipnya beberapa evaporator tersusun sen dan terhubung satu dengan yang lain, tetapi masing-masing beroperasi pada tekanan yang berbeda. Gambar dibawah merupakan contoh dan evaporator tiga efek (triple-effect evaporators).

24 Tekanan pada evaporator I (P-I)> P-Il> P-Ill, sehingga suhu evaporasi pada evaporator 1(T I ) > T II > T III. Koneksi dibuat pada vapor line, dimana uap yang dihasilkan dan evaporator sebelumnya digunakan sebagai pemanas evaporator berikutnya. Uap dari evaporator I (besuhu T I pada P-I) praktis dalam keadaan lewat jenuh pada tekanan P-Il. Steam segar (fresh steam) hanya dimasukkan pada efek pertama (evaporator-i), dimana tekanannya pahng tinggi. Pada efek terakhir, vapor line dihubungkan dengan sistim vakum, yang bisa berupa condenserdengan pompa vakum atau jet ejector(pada gambar diatas digunakan jet ejector). Untuk penguapan sampai konsentrasi yang sama dengan kadar umpan yang sama, penggunaan tri/e effect evaporator, dapat menghemat steam sampal 2/3-nya dibandingkan jika digunakan evaporator tunggal. (Catatan: Kebutuhan steam pada triole effect evaporator 1/3 x kebutuhan steam untuk evaporator tunggal). Keuntungan dan kerugian penggunaan muitiie effect evaporatot Keuntungan: biaya operasi lebih murah (penghematan steam). Kerugian: Biaya investasi lebih tinggi (karena perlu membeli lebih banyak evaporator dan sistim pemvakumannya, pompa dan lain-lain) Operasi dan pengendaliannya lebih sulit. Berdasarkan cara pengumpanannya, ada beberapa jenis susunan mu/ti;o/e-effect evaporator, diantaranya: Forward feeo Steam pemanas masuk efek-1. Umpan (larutan encer) juga masuk ke efek-1. Hasil efek pertama diumpankan ke efek-2 dan seterusnya. Uap dan efek1 digunakan sebagai pemanas di efek-2, dan seterusnya. Pompa hanya perlu digunakan untuk mengalirkan umpan ke efek-1, dan mengeluarkan larutan pekat dan efek terakhir. Backward feed. Umpan masuk ke efek terakhir, selanjutnya larutan hash efek terakhir dialirkan ke efek sebelumnya dan seterusnya. Pada akhirnya, produk (yaitu: larutan pekat) dikeluarkan dan efek pertama. Steam pemanas masuk ke efek-1. Uap hasil efek-1 digunakan sebagai pemanas pada efek-2 dan seterusnya. Pompa perlu digunakan untuk mengalinkan larutan dan efek-n ke Universitas Gadjah Mada

25 efek-(n-1) dan setenusnya, karena tekanan pada efek-n (Pr) < P1 < P2 dan seterusnya. Mixed feed Larutan encer (umpan) masuk ke efek-intermediate (ditengah), mengalir secara forward ke efek benikutnya sampai efek terakhir. Dan efek terakhir, larutan dialinkan balik ke efek sebelum umpan dan secara backwarddialirkan sampai ke efek pertama. Sistim ini dapat mengurangi pemakaian pompa, tetapi masih menguntungkan karena larutan paling pekat diuapkan pada efek-1, dimana suhunya paling tinggi. Parallel feed umpan segar (larutan encer) dimasukkan secara parallel ke masing-masing efek. Steam hanya digunakan pada efek-1. Uap hasil efek-1 digunakan sebagai pemanas efek-2 dan seterusnya. Gambar dibawah menjelaskan tentang susunan evaporator diatas.

26 b. Vapor Recompression. Pada prinsipnya, uap hash dan evaporator dinahkkan tekannya dengan cara kompresi, sehingga suhunya unya akan naik dan bisa digunakan sebagai pemanas evaporator tersebut. Ada dua cara rekompresi uap, yaitu: b. 1. Thermal Vapor Recompression (TVR): Rekompresi uap dilakukan dengan menggunakan sistim jet, menggunakan steam tekanan tinggi yang dialirkan dalam sebuah jet ejector. Karena adanya tambahan steam dan luar, biasanya akan menghasilkan uap dalam jumlah yang berlebihan ebihan sehingga sebagian uap harus dibuang atau diembunkan kembali. Keuntungan: Jumlah uap (tekanan rendah) yang dapat dihandle Iebih banyak. Alat Iebih murah dan mudah perawatannya. Kerugian: Efisiensi mekanis dan jet rendah Tidak fleksibel terhadap perubahan kondisi operasi. Gambar dibawah adalah contoh penggunaan TVR pada falling film evaporator dua tingkat.

27 b.2. Mechanical Vapor Recompression: Prinsip kerja mechanical vapor recompressiondapat dilihat pada gambar dibawah. Uap yang dihasilkan dan evaporator dikompresi dengan kompresor (positive displacement compressor atau centrifugal compressor, tergantung tekanan yang diinginkan), inkan), sehingga suhu uap akan naik melebihi suhu didih larutan dalam evaporator. Uap kemudian digunakan semabagi pemanas dalam evaporator. PERALATAN PEMBUAT VAKUM Untuk operasi dengan n tekanan dibawah 1 atm, diperlukan alat pembuat vakum. Ada dua macam alat pembuat vakum yang dikenal secara umum, yaitu: a. Pompa vakum Biaya investasi lebih tinggi. Tidak memerlukan motive fluid (misalnya: steam), tetapi memerlukan energi listrik. ik. Jika harga energi listrik mahal, maka sebaiknya digunakan jet ejector.

28 b. Jet ejector. Pada prinsipnya berupa nozzle dengan rasio ukuran diameter tertentu. Berdasarkan motive fluid-nya, ada dua jenis jetejector, yaitu: (1). Steam jet ejector (digunakann dalam sistim evaporasi bertingkat/multistage), dan (2). Water jet ejector (misalnya digunakan dalam vacuum flute,). Meskipun biaya investasi dan perawatan-nya rendah, tetapi konsumsi steam tinggi.

29 Tabel dibawah menggambarkan rentang operasi dan berbagal jenis pompa vakum dan jet ejector. Untuk mengurangi beban alat pembuat vakum, jumlah uap yang masuk alat tersebut perlu dikurangi sebanyak-banyaknya dengan cara mengembunkannya dalam condenser. Ada 2 jenis condenser yang sering digunakan, yaitu: a. Mixing Condenser Nama lain dan mbdng condenser adalah barometric condenser. Pada alat ini, uap dan air pendingin dikontakkan langsung dengan sistim semburan air. Keuntungan: Biayaa investasi dan konsumsi air pendingin rendah (sekitar 28% Iebih rendah daripada suiface condenser). Kerugian: Air dan embunan bercampur, sehingga jika terdapat kotoran terbawa dan evaporator (misalnya entrainment), maka kotoran ini akan terbawa ke cooling tower dan mengakibatkan kontaminasi. Gambar dibawah adalah barometric condenser satu dan dua tingkat.

30 b. Surface Condenser Merupakan condenser konvensional berupa selongsong yang didalamnya terdapat pipa-pipa (shell and tubes). Keuntungan: embunan dan air pendingin terpisah. Kerugian: biaya investasi besar dan kebutuhan air pendingin lebih banyak. Gambar dibawah merupakan contoh pemasangan sistim vakum menggunakan barometric condenser dan jet ejector. Pada (a) digunakan steam jet ejector, sedangkan pada (b) digunakan water jet ejector. Perhatikan bahwaa pada (b), water jet ejector-nya menjadi satu dengan barometric condenser.

31

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

Mekanisasi Pertanian PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING)

Mekanisasi Pertanian PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) Mekanisasi Pertanian PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) Penggorengan (frying): Adalah Proses panas yang menggunakan minyak sebagai media pindah panas, suhu yang digunakan 160-185 o C Ilustrasi Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Soal 1 Single effect evaporator menguapkan larutan 10% padatan menjadi 30% padatan dg laju 250 kg feed per jam. Tekanan dalam evaporator 77 kpa absolute, & steam tersedia dg

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER )

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) Pesawat pengubah panas adalah pesawat pesawat yang bekerja atas dasar perpindahan panas dan satu zatke zat yang lain. A. Dapat digolongkan menurut : 1. Pendinginan

Lebih terperinci

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB M A S U D E F F E N D I Pendahuluan Evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau menaikkan konsentrasi zat padat dari bahan yang berupa

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi.

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. EVAPORAI uatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. Uap dari larutan yang mendidih dihilangkan dan larutan yang tinggal mempunyai konsentrasi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) IFFATUL IZZA SIFTIANIDA (37895) Program Studi Teknik Nuklir FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA ABSTRAK Teknologi Desalinasi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling

Lebih terperinci

Tugas khusus Adi Kunchoro

Tugas khusus Adi Kunchoro Tugas khusus Adi Kunchoro 03111003045 EJEKTOR A. Fungsi Ejektor Ejektor merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan udara atau gas gas yang tidak dapat dikondensasikan di tempat-tempat vakum. Ejektor

Lebih terperinci

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar panas (heat exchanger), mekanisme perpindahan panas pada heat exchanger, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Panas atau kalor merupakan salah satu bentuk energi. Panas dapat berpindah dari suatu zat ke zat lain. Panas dapat berpndah melalui tiga cara yaitu : 2.1.1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR ALAT INDUSTRI KIMIA Disusun OIeh: Agus Prasetya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Juni 2004 Nama Matakuliah : Alat Industri Kimia

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang digunakan sebagai penggerak mula dari generator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Alat Penukar Panas Alat penukar kalor merupakan suatu alat yang mengasilkan perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya tinggi ke fluida yang temperaturnya rendah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistim fan penting untuk menjaga pekerjaan proses

Lebih terperinci

Cooling Tower (Menara Pendingin)

Cooling Tower (Menara Pendingin) Cooling Tower (Menara Pendingin) A. Pengertian Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA SIMUASI PROSES EVAPORASI NIRA DAAM FAING FIM EVAPORATOR DENGAN ADANYA AIRAN UDARA Oleh : Ratih Triwulandari 2308 100 509 Riswanti Zawawi 2308 100 538 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Kusno Budhikarjono, MT Dr.

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi ejector refrigeration telah lama diketahui dan dikembangkan, pertama kali ditemukan oleh Charles Parsons awal tahun 1900. Ejector pertama kali digunakan

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Refrigerasi ejektor tampaknya menjadi sistem yang paling sesuai untuk pendinginan skala besar pada situasi krisis energi seperti sekarang ini. Karena refregerasi ejector

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam teknik kimia kristalisasi dilakukan dalam alat pengkristal. Kristalisasi adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia dilarutkan dalam suatu pelarut

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUGAS AKHIR PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT DENGAN PENAMBAHAN LILITAN KAWAT SPIRAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Disusun oleh : Iqbal Safirul Barqi 2308 100 151 Muhammad Fauzi 2308 100 176 Dosen

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan energi listrik pada zaman globalisasi ini, Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan mendirikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siklus Air dan Uap Siklus air dan uap di PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar Awar sebagai tinjauan pustaka awal dan pembahasan awal yang nantinya akan merujuk ke unit kondensor. Siklus

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

Umum Pengering.

Umum Pengering. Klasifikasi dan Karakteristik Umum Pengering g Dr. -Ing. Suherman suherman@undip.ac.id 1 Dasar Klasifikasi Sifat, ukuran, dan bentuk padatan Sekala pengoperasian Metoda transportasi bahan dan pengontakannya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu ditandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang akhirnya akan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang banyak di gunakan untuk operasi dan produksi dalam industri proses, seperti:

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15%

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15% III.1 Spesifikasi Alat Utama BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, reaktor, netralizer, evaporator, centrifuge, dekanter. Spesifikasi yang ditunjukkan adalah fungsi,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

PERANCANGAN HEAT EXCHANGER

PERANCANGAN HEAT EXCHANGER One Shell Pass and One Tube Pass PERANCANGAN HEAT EXCHANGER Abdul Wahid Surhim Pengertian HE adalah alat yang berfungsi sebagai alat penukar panas (kalor) Dilihat dari fungsinya dapat dinamakan : Pemanas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil [11], menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

= Perubahan temperatur yang terjadi [K] BAB II DASAR TEORI 2.1 KALOR Kalor adalah salah satu bentuk energi. Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama adalah terjadinya perubahan temperatur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENDINGIN TERMOELEKTRIK BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH SATUAN OPERASI DAN PROSES EVAPORASI

TUGAS MATA KULIAH SATUAN OPERASI DAN PROSES EVAPORASI TUGAS MATA KULIAH SATUAN OPERASI DAN PROSES EVAPORASI Anggota Kelompok: 1. Rochmanda Ade Herlambang (201310220311047) 2. Novi Berlian Tunjungsari (201310220311052) 3. Ima Rosida Hayati (201310220311046)

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci