Formalisasi SATLINMAS & STPB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Formalisasi SATLINMAS & STPB"

Transkripsi

1 Manajemen Bencana di Tingkat Lokal Dokumen Pembelajaran Formalisasi SATLINMAS & STPB Cipinang Besar Utara Kampung Melayu Penjaringan

2 II

3 Manajemen Bencana di Tingkat Lokal Dokumen Pembelajaran Formalisasi SATLINMAS & STPB Cipinang Besar Utara Kampung Melayu Penjaringan

4 II Daftar Isi 1 Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana 1 Latar Belakang. 1 Satlinmas Dulu dan Sekarang. 2 Satuan Tugas Penanggulangan Bencana CBU: Lahir dari Aspirasi Masyarakat Satlinmas PBP Kampung Melayu: Tekad Menjadi Organisasi Mandiri. 13 Satlinmas PBP Penjaringan: Perlu Pendekatan dengan Kelurahan Peran Kelurahan dalam Pengelolaan Bencana 28 Mitigasi. 28 Peringatan Dini. 28 Penyelamatan. 29 Perencanaan Pembangunan. 29 Pembelajaran. 30 Kesimpulan. 36 Dokumen Pembelajaran Formalisasi Satlinmas/STPB merupakan salah satu dari empat Dokumen Pembelajaran Program Pengurangan Risiko Bencana (Dokumen Pembelajaran Formalisasi Satlinmas/STPB, Sistem Peringatan Dini, Pemetaan Risiko Berbasis Masyarakat, dan Pengalaman Respons Banjir ).

5 III Sekapur sirih dari Head of Mission, ACF Indonesia Yang terhormat rekan-rekan mitra dan para kolega, Atas nama Tim Action Contre la Faim (ACF) Indonesia, dengan bangga saya persembahkan salah satu dokumen pembelajaran program Pengurangan Risiko Bencana periode Program ini didukung oleh ECHO dan sejumlah partner organisasi dan pemangku kepentingan yang telah berpartisipasi melalui berbagai bidang dan cara. Dokumen ini bertujuan untuk mengenalkan dan menginformasikan kepada Anda langkah-langkah kunci yang telah kami lakukan dan hasil-hasil pembelajaran yang kami simpulkan dari program Penguranan Risiko Bencana. ACF mulai bekerja dalam Program Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (CBDRM) di Jakarta sejak 2003, yang pilot project-nya berakhir Setelah berhentinya pendanaan untuk program ini, dan beralihnya fokus pada kegiatan paska Tsunami, ACF kemudian melanjutkan kembali program ini pada 2007, yang bersifat mengembangkan pilot project yang telah dijalankan selama Pada fase akhir program tersebut ( ), ACF lebih fokus kepada pemberdayaan komunitas dan tokoh-tokoh lokal melalui penguatan kapasitas dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, serta konsolidasi sistem kesiapan bencana lokal yang terintegrasi. Dengan melaksanakan tiga siklus program, ACF tetap fokus kepada populasi yang paling rentan banjir di kota Jakarta, tiga daerah tersebut adalah Cipinang Besar Utara, Kampung Melayu, and Penjaringan. Program ini berakhir pada November Masyarakat yang berpartisipasi menunjukkan penghargaannya terhadap program ini dan menyampaikan bahwa sekarang masyarakat lebih kompak satu sama lain dan juga dengan pihak luar dalam upaya mengurangi risiko bencana. Beberapa simulasi yang dilaksanakan telah memperlihatkan peningkatan kualitas respon, peningkatan kapasitas untuk beraksi, dan koordinasi intensif antar pemangku kepentingan di tingkat lokal juga dilakukan agar kolaborasi dan semangat kerja sama meningkat. ACF menyerahterimakan tanggung jawab Penanggulangan Bencana (PB) kepada rekan utama program ini, yaitu Satlinmas / STPB, yang karena dukungan ACF, meningkat kapasitas sumber daya manusianya untuk bersiap siaga dan menghadapi banjir. Dokumen ini dimaksudkan untuk berbagi dengan Anda tentang bagaimana ACF, masyarakat, dan pemerintah setempat bekerjasama untuk memberdayakan dan membangun kapasitas Satlinmas/STPB. ACF sangat yakin bahwa dengan berbagi pengalaman dengan para praktisi CBDRM dan masyarakat selaku para pemangku kepentingan, dapat berkontribusi bagi replikasi model dan upaya Pengurangan Risiko Bencana berbasis komunitas yang baik. ACF berterimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi untuk komitmen, dedikasi, dan kualitas kerja mereka. ACF juga menghaturkan ucapan terimakasih kepada ECHO sebagai lembaga donor utama, atas dukungan pendanaan dan teknis yang diberikan. ACF juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh organisasi dan perorangan yang telah berkontribusi dalam diskusi-diskusi mengenai program ini dan CBDRM di Indonesia, dan yang telah berkolaborasi bersama dalam berbagai kegiatan. Kami berharap di masa depan kita dapat kembali berkolaborasi untuk mendukung penguatan kapasitas masyarakat lokal dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana. Kami harapkan yang terbaik untuk Anda semua, Salam hormat, Anais LAFITE Head of Mission ACF Indonesia

6 IV

7 1 Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Latar Belakang Bagaimana rasanya jika lingkungan tempat tinggal Anda selalu terendam banjir ketika musim hujan tiba? Mengungsi, kehilangan harta benda, datang berbagai penyakit, itulah rutinitas yang telah bertahun-tahun dialami oleh warga di daerah yang rentan bencana banjir di Jakarta. Banjir memang menjadi masalah yang cukup serius di Jakarta. Selain masalah urbanisasi yang tidak terkontrol, buruknya pengelolaan sungai, baik di bagian hilir maupun hulu ditengarai sebagai penyebab. Setidaknya terdapat 13 alur sungai yang mengalir ke jantung kota Jakarta, diantaranya sungai Ciliwung, Cisadane, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Kali Baru Barat, Cipinang, Sunter, dan Cakung yang kondisinya sangat memprihatinkan. Selain menggunungnya sampah secara tidak terkendali, bantaran sungai telah beralih fungsi menjadi lahan permukiman. Bahkan, situ yang seharusnya menjadi daerah resapan pun banyak yang telah disulap menjadi kompleks perumahan. Urbanisasi menyebabkan jumlah populasi di Jakarta dan sekitarnya meningkat tajam. Inilah yang memberi dampak pada perubahan tata guna lahan, yang semula sebagai daerah resapan air berubah fungsi menjadi kawasan permukiman dan industri. Imbas dari kebijakan Pemerintah Pusat terkait dengan pengembangan wilayah, dimana DKI Jakarta difungsikan sebagai pusat semua kegiatan, akhirnya menimbulkan sejumlah masalah pelik seperti munculnya pekerja-pekerja informal yang -karena terbatasnya dana- kemudian membangun rumah-rumah di bantaran sungai. Makin diperparah lagi dengan perilaku membuang sampah seenaknya ke sungai. Sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat di daerah yang rentan bencana bekerja sama dalam pen gelolaan bencana. Masyarakat perlu dilibatkan karena merekalah pihak yang paling merasakan dampaknya. Ini juga dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tanggung jawab bersama terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Informasi Banjir

8 2 Lembaga penanggulangan bencana di Indonesia sebenarnya sudah terbentuk mulai tahun 1945, dengan nama Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), kemudian beberapa kali mengalami pergantian lembaga, misalnya lewat Keppres Nomor 3 Tahun 2001 dan diperbaharui dengan Keppres Nomor 111 Tahun 2001 dibentuk Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKOR- NAS PBP) dan pada 2005 berganti menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB). Terakhir lewat Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 yang merupakan amanat dari UU Nomor 24 Tahun 2007 dibentuklah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tanggal 26 Januari Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 96 tahun 2002 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta telah membentuk lembaga pengelola bencana yang terdiri dari Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana dan Pengungsi (SATKORLAK PB) di tingkat Propinsi, Satuan Pelaksana Penanganan Bencana dan Pengungsi (SATLAK PBP) di tingkat Kotamadya, Unit Operasional Penanganan Bencana dan Pengungsi (Unit Ops PBP) di tingkat Kecamatan dan Satuan Perlindungan Masyarakat Penanganan Bencana dan Pengungsi (SATLINMAS PBP) di tingkat Kelurahan. Satlinmas PBP ini merupakan unsur pelaksana penanggulangan bencana di tingkat kelurahan, yang merupa kan gabungan antara masyarakat dan pemerintah. Keanggotaan Satlinmas terdiri dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) dan dikepalai oleh Lurah. Dalam program pengurangan risiko ben- Tugas Satlinmas PBP adalah melakukan Penanggulangan Bencana di Kelurahan sesuai dengan ketetapan Ketua Satlak PBP dan atau petunjuk Ketua Unit Operasional yang meliputi pra, saat dan pasca bencana serta mencangkup pencegahan bencana, penjinakan risiko bencana, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. cana yang dikembangkan oleh Action Contre la Faim (ACF) di tiga lokasi, yakni di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kelurahan Cipinang Besar Utara (CBU), Jakarta Timur dan Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, Satlinmas merupakan mitra sekaligus sasaran utama. Satlinmas Dulu dan Sekarang Organisasi Satlinmas yang dibentuk untuk penanggulangan bencana ini dikepalai oleh Lurah di wilayah masing-masing dan memiliki struktur dan pembagian peran. Sayangnya, struktur ini tidak berjalan op-

9 3 kan gabungan antara masyarakat dan pemerintah. Keanggotaan Satlinmas terdiri dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) dan dikepalai oleh Lurah. Dalam program pengurangan risiko bencana yang dikembangkan oleh Action Contre la Faim (ACF) di tiga lokasi, yakni di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Satlinmas Kampung Melayu bersiap melakukan simulasi banjir timal. Keterbatasan sumberdaya manusia, para pengurus yang tidak memahami jobdesk masing-masing, kepemimpinan yang tidak berjalan mulus, juga minimnya anggaran dan keterlibatan masyarakat adalah persoalan umum yang dihadapi oleh Satlinmas di tiga wilayah ini. Lurah sebagai ketua Satlinmas dihadapkan pada sejumlah tantangan internal, antara lain dapat digambarkan dalam beberapa situasi berikut: 1. Meskipun Satlinmas memiliki struktur yang jelas, ada satuan yang berperan dalam penyelamatan korban, pertolongan pertama, dapur umum, komunikasi, dan sebagainya, namun siapa orang-orang di lingkungan kelurahan yang dapat menempati posisi dan memainkan peran itu? Tidak banyak orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang itu, yang mampu dan mau. 2. Bilamana ada orang yang memiliki kemampuan dalam bidang penanganan bencana, atau Lurah bisa melatih sejumlah anggota masyarakat untuk memiliki ket-

10 4 erampilan khusus, bagaimana kelurahan bisa merekrut mereka, mekanisme administrasi seperti apa yang bisa ditempuh, dan lebih penting bagaimana bisa membiayai mereka? Faktanya Satlinmas tidak didukung oleh perencanaan dan penganggaran yang memadai dari pemerintah daerah. 3. Dari kondisi tersebut di atas, maka langkah sederhana yang Lurah lakukan adalah, tempatkan saja beberapa staff kelurahan untuk mengisi struktur Satlinmas, sehingga tidak diperlukan biaya SDM tambahan. Namun bukan berarti persoalan terselesaikan begitu saja, masih ada persoalan kapasitas dan pengorganisasian tugas, dimana staf umumnya telah sibuk dengan tugas rutin. Kondisi tersebut diatas menyebabkan Satlinmas kurang optimal dalam melaksanakan peran dan tugasnya. Padahal, peran mereka sangat penting untuk mengkoordinir penanggulangan bencana di tingkat kelurahan. Dengan tantangan yang begitu besar, tentu sangat dibutuhkan kerjasama semua pihak. Melalui serangkaian pertemuan, ACF berusaha meyakinkan semua pihak bahwa bencana tidak cukup diurus sendiri-sendiri. ACF mencoba memfasilitasi tiga kelurahan untuk memiliki gerakan penanggulangan bencana yang terlembaga dan mampu melakukan kegiatan secara terencana, terpadu dan menyeluruh dengan cara penguatan kepada Satlinmas PBP di masing-masing kelurahan tersebut. Berbagai pelatihan, workshop, FGD dan berbagai kegiatan penguatan ka-pasitas lainnya dilakukan untuk mencapai visi dan misi Satlinmas PBP dan STPB CBU. Berikut adalah gambaran Satlinmas dari ketiga kelurahan tersebut, mulai dari proses pembentukan, program-program yang dikembangkan, pengalaman-pengalaman menarik dalam upaya penanggulangan bencana. Sehingga akan bisa diperoleh gambaran yang lebih komprehensif serta praktik terbaik antara ketiganya yang bisa dijadikan acuan bagi wilayah yang lain. t b g o Menganalisis efektivitas dan efisiensi kerja Satlinmas

11 5 Satuan Tugas Penanganan Bencana CBU : Lahir dari Aspirasi Warga Kelurahan Cipinang Besar Utara dimana kondisi geografisnya yang seperti mangkok membuat daerah ini tak pernah luput dari bencana banjir. Apabila hujan besar dan cukup lama, sebagian wilayah Kelurahan Cipinang Besar Utara akan tergenang. Banjir mulai melanda daerah ini sejak 1990-an. Berulangkali diterjang banjir yang membuat harta benda ludes dan nyawa nyaris terancam, lambat laun memunculkan kesadaran masyarakat bahwa mereka juga harus terlibat dalam upaya tanggap darurat banjir. Karena Satlinmas sebagai organisasi penanggulangan bencana di tingkat kelurahan belum berperan secara optimal, muncul inisiatif dari masyarakat bagaimana memberdayakan Satlinmas. Banjir bertambah parah pada tahun Semua wilayah ergenang air. Bertemunya air dari timur dan barat memuat air makin meningkat dan rumah-rumah akhirnya tengelam. Bisa sampai 3 meter tingginya, seperti dituturkan leh Pak Darusman, yang sejak 1974 tinggal disana. Setiap tahun tidak kurang dari enam sampai sembilan RW di wilayah ini yang menjadi wilayah langganan banjir.namun dampaknya semakin besar dirasakan pada siklus banjir besar. Sebagai gambaran saja, pada tahun 2002 dan 2007 sebanyak 11 RW terendam banjir dengan menimbulkan berbagai dampak yang merugikan masyarakat, baik berupa kehilangan nyawa, harta benda, maupun gangguan kesehatan. Setelah setiap tahun mengalami banjir yang cukup parah, mulai 2004 muncul keinginan dari sejumlah warga untuk mendirikan badan yang khusus menangani banjir. Pada tahun 2006 secara swadaya, warga mengadakan pelatihan untuk pemuda siap guna yang dinamakan Garda CBU. Sayangnya, badan ini tidak berjalan optimal. Salah satu penyebabnya karena tidak fokus pada satu aktivitas saja, yakni penanggulangan banjir. Ide-ide awal inilah yang menjadi dasar pembentukan organisasi khusus penanggulangan bencana. Warga memandang bahwa organisasi penanggulangan bencana haruslah berakar dari warga, karena mereka lah yang lebih tahu masalahnya dan memahami betul bagaimana akibat buruk banjir. Jadi persoalan yang mereka hadapi dapat digambarkan dengan jelas sehingga para pemangku kepentingan, terutama komunitas sendiri dapat mencari solusi yang tepat dengan didukung oleh berbagai pihak, terutama pemerintah. Proses pembentukan Satlinmas di CBU cukup panjang dan melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh. Kelurahan CBU memiliki paguyuban RW yang sangat solid. Di forum itulah mereka membahas berbagai isu, termasuk bencana banjir yang kerap melanda. Salah satu gagasan yang mereka usulkan adalah, Bisakah kelompok masyarakat ambil bagian lebih aktif dalam Satlinmas? Mereka menilai bahwa warga punya potensi untuk terlibat dalam pengelolaan bencana, sementara di kelurahan sudah ada organisasi formal, yakni Satlinmas tetapi kurang maksimal. Setiap bulan digelar pertemuan paguyuban RW yang isinya adalah masukan aspirasi dari masyarakat sebagai masukan dari Satlinmas. Di CBU, dengan beragam profesi dan latar belakang kedaerahan, menjadikan daerah ini kental dengan semangat

12 6 gan untuk melanjutkan langkah-langkah yang diperlukan. Proses dan inisiatif memberdayakan Satlinmas juga telah dimulai oleh masyarakat lewat serangkaian proses konsultasi. Masyarakat menyampaikan gagasan mereka kepada pihak kelurahan. Setelah gagasan tentang Satlinmas Baru bulat dan menjadi komitmen bersama, selanjutnya ACF memfasilitasi sejumlah anggota Satlinmas dan beberapa perwakilan masyarakat untuk melakukan perencanaan strategis. Kegiatan ini dilakukan agar organisasi masyarakat seperti Satlinmas dapat memetakan sendiri keberadaannya sekarang, potensi dan tantangan mereka, serta capaian yang mereka harapkan di masa mendatang. Dari pertemuan ini, dimana semua pihak memberikan ide, lahirlah rancangan Struktur Baru Satlinmas. Singkat cerita, setelah proses pertemuanpertemuan warga yang panjang, pada Februari 2009, khusus di Cipinang Besar Utara diresmikanlah Satuan Tugas Penanganan Bencana dengan didukung oleh pengurus RW dan RT (14 RW & 192 RT), anggota Dewan Kelurahan, PKK, Posyandu, perwakilan Jumantik (kader pemantau jentik nyamuk), para pemuka agama, Karang Taruna, dan lain-lain. Terbentuknya STPB tersebut menghadir- gotong-royong dan guyub. Paguyuban RW juga cukup efektif untuk membahas berbagai hal yang berkembang di RW setempat. Ada juga rapat bulanan STPB untuk membahas pelaksanaan program kerja. Lewat paguyuban RW, dilakukan konsolidasi ke dalam dan koordinasi dengan kelurahan. Setelah musyawarah digelar secara terbuka, warga memilih sebuah nama baru bagi tim yang bertugas mengkoordinir penanggulangan bencana ini yaitu Satuan Tugas Penanggulangan Bencana (STPB), berbeda dengan nama resmi yang telah ditetapkan pemerintah, Satlinmas. Struktur STPB ini berbeda dengan struktur Satlinmas sesuai dengan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 96 Tahun 2002, dimana Keanggotaan Satlinmas meliputi unsur dari Pemerintah Kelurahan yakni Lurah, Sekretraris Kelurahan, Kaur Trantib dan Linmas, Satlak Trantib dan Linmas. Di CBU Lurah hanya berposisi sebagai pelindung. Kami hanya mendampingi saja dan ini justru membuat tugas kami menjadi lebih ringan. Demikian ungkapan Lurah sebagaimana dituturkan salah seorang warga. Gagasan ini dibahas secara serius lewat berbagai pertemuan dengan staf kelurahan, warga dan anggota Satlinmas. Proses ini cukup lama berlangsung. ACF memberikan ruang bagi masyarakat untuk mematangkan terlebih dahulu gagasangagasan mereka, sekaligus memberikan kesempatan sharing yang lebih luas. Konsultasi langsung dengan Lurah pun dilakukan. Lewat berbagai kesempatan ide-ide tersebut disampaikan warga masyarakat. Pihak kelurahan melihat keseriusan ini, dan Lurah pun memberikan dukun- Satuan Tugas STPB

13 7 kan kepercayaan diri dan semangat baru dari warga untuk lebih berperan dalam upaya penanggulangan bencana. Terbentuknya STPB tersebut menghadirkan kepercayaan diri dan semangat baru dari warga untuk lebih berperan dalam upaya penanggulangan bencana. Review dan perencanaan Penggerak Upaya Penanggulangan Bencana STPB dikelola oleh para pengurus yang berasal dari tokoh masyarakat dan dewan kelurahan. Komponen masyarakat dan dewan kelurahan berimbang dan saling mengisi. Keuntungan memiliki anggota masyarakat yang aktif di lapangan adalah dinamisnya pergerakan STPB dari satu RW ke RW lain. Sedangkan dewan kelurahan memiliki kelebihan tersendiri dalam hal berelasi dengan pemerintah lokal untuk menunjang kegiatan-kegiatan PRB di kelurahan; terlibatnya perwakilan masyarakat dan dewan kelurahan menambah efektivitas upaya PRB dari level masyarakat akar rumput sampai pemerintah lokal. Kembali kepada tujuan utama pembentukan STPB, yaitu sebagai pengarah upaya penanggulangan bencana di kelurahan, RW, RT, maupun tingkat KK, dirumuskanlah tujuan organisasi STPB melalui konsultasi dengan berbagai pihak di kelurahan maupun masyarakat. Berikut ini adalah tujuan pembentukan STPB: 1. Sebagai organisasi yang bergerak di masyarakat memobilisasi masyarakat dalam hal aksi, koordinasi, motivasi, dan kerjasama dalam mengatasi berbagai ancaman ( hazard) dan risiko seperti banjir, kebakaran, dan konflik horizontal. 2. Menciptakan sistem dan menjalankan penanggulangan bencana baik sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi secara terpadu dan menyeluruh. 3. Selain mengatasi bencana diharapkan organisasi STPB juga berfungsi sebagai motor penggerak masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan dan kebersihan. Tugas STPB yang terkait dengan bencana ini memang agak berbeda dengan Kelurahan Kampung Melayu yang harus selalu siaga terhadap ketinggian pintu air. Di Cipinang Besar Utara Pintu air tidak sering dipantau, karena yang lebih menjadi patokan banjir atau tidak banjir adalah intensitas hujan. Apabila hujan besar dan cukup lama, maka akan menggenangi sebagian wilayah Kelurahan Cipinang Besar Utara. Namun sifatnya terlalu lama, tidak seperti Kampung Melayu. Fenomena banjir di Kelurahan Cipinang Besar Utara ini lebih merupakan banjir lokal yang berasal dari luapan Kali Cipinang dan bukan merupakan banjir kiriman seperti yang terjadi di Kampung Melayu.

14 8 Formalisasi STPB Proses formalisasi STPB telah dimulai dari pertemuan-pertemuan awal konsultasi antara ACF dengan elemen-elemen kelurahan dan masyarakat. Dalam sebuah forum bernama Perencanaan Strategis Satlinmas yang bertujuan untuk mendorong pelaksanaan penanggulangan bencana terintegrasi di kelurahan, tercetuslah rencana konkrit untuk membentuk STPB. Pertemuan ini terlaksana pada bulan November Setelah forum perencanaan strategis, dilakukanlah beberapa pertemuan untuk merumuskan tujuan dan mekanisme STPB sebagai organisasi masyarakat. Hasil dari pertemuan dan konsultasi kemudian dirangkum dan difinalkan dalam pertemuan formalisasi yang diadakan pada tanggal 29 November Hasil dari seluruh proses formalisasi STPB adalah sebagai berikut: 1. Tersusunnya struktur dan job description posisi vital di organisasi STPB. Dalam penyusunan dan pengisian posisi juga dipertimbangkan ketersediaan sumber daya manusia di Kelurahan Cipinang Besar Utara (disesuaikan dengan perkiraan orang yang dapat menjalankan mandat masyarakat dengan baik). Setelah struktur ini disepakati kemudian dibawa kepada Lurah untuk disahkan. 2. Finalnya kesepakatan atas visi dan misi STPB. Pembuatan visi dan misi dianalisis lebih lanjut oleh masyarkat dengan pendekatan analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, dan Ancaman). 3. Tersusunnya program kerja kedepan. Program kerja STPB saat ini masih bersifat program kegiatan jangka pendek, karena sifatnya masih bekerjasama dengan berbagai lembaga dan instansi. Namun secara garis besarnya kegiatan yang dilakukan sesuai dengan visi misi organisasi, yaitu mengurangi dan mengatasi masalah banjir, kebakaran, dan konflik horizontal. 4. Keputusan untuk merevisi SOP (Standard Operating Procedure) Satlinmas Cipinang Besar Utara karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. SOP kemudian dijadikan dasar pelaksanaan. 5. Membuat draft SK untuk pengesahan STPB. Perlu diperhatikan bahwa STPB di Cipinang Besar Utara berbeda dengan Satlinmas di kelurahan lain, sehingga perlu dipertimbangkan dengan matang, format organisasi seperti apa payung hukumnya. Dalam struktur formalisasi STPB, Camat dan Lurah adalah sebagai Pelindung dari organisasi, sedangkan Paguyuban RW merupakan Pembina. Pengurus STPB terdiri dari Ketua Umum, Ketua I dan II, Sekretaris I dan II, Bendahara, Logistik, Humas, dan Dokumentasi. Sedangkan Satuan Tugas yang lebih bersifat lapangan terdiri dari unit-unit khusus yaitu: 1. Unit SAR (Search and Rescue) yang mendapatkan pelatihan SAR, berperan dalam mencari informasi warga yang terkena dampak banjir, memimpin dalam evakuasi, mengumpulkan warga yang telah di-

15 9 evakuasi di tempat pengungsian, dan saat tidak terjadi krisis/ bencana, bertugas membantu tim Lingkungan Hidup. 2. Unit Damkar (Pemadam Kebakaran) berfungsi untuk memimpin respons kebakaran yaitu berkoordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur, melakukan evakuasi warga sekidan berfungsi untuk membantu Unit Lingkungan Hidup pada kondisi tidak terjadi kebakaran. 3.Unit Pengamanan Konflik, seperti namanya, bertugas untuk mengamankan lingkungan pada saat terjadi bencana, maupun pada kondisi tidak terjadi bencana. Unit ini bertugas untuk melakukan mediasi apabila terjadi konflik, serta berkoordinasi dengan unit-unit lain yang terkait. Unit ini juga bertugas untuk membantu Unit Lingkungan Hidup. 4. Unit PPK (Pertolongan pada Kecelakaan) yang telah diberikan pelatihan medi dan P3K bertugas sebagai pemberi pertolongan pertama pada korban banjir, berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan atau tim kesehatan lain, merujuk ke rumah sakit jika diperlukan, membuat catatan lapangan dan laporan, dan sama seperti unit lain, juga bertanggung jawab untuk bekerja bersama dengan Unit Lingkungan Hidup pada kondisi biasa-biasa saja. Unit Dapur Umum 5. Unit Dapur Umum bertugas untuk mendirikan dapur umum di lokasi pengungsian atau lokasi aman yang telah disepakati bersama, mencari bahan lah makanan dan mendistribusikan bagi korban banjir, membuat catatan lapangan dan laporan, dan juga membantu Unit Lingkungan Hidup saat tidak terjadi bencana. 6. Unit Pengungsian bertugas untuk mendirikan tenda pengungsian, mengatur lokasi, mendata pengungsi dan bertanggung jawab atas masalah di pengungsian. Unit ini juga diperbantukan pada Unit Lingkungan Hidup di saat tidak terjadi banjir. 7. Unit Lingkungan Hidup terdiri dari Ka-Unit, yaitu: Kebersihan, Penghijauan, dan Kesehatan. Sesuai dengan namanya, Ka-Unit Kebersihan bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan, memimpin kegiatan bersih lingkungan, berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam usaha kebersihan. Ka-Unit Penghijauan bertugas untuk melakukan aksi penanaman pohon dan penghijauan. Ka-Unit Kesehatan bertanggung jawab atas kesehatan lingkungan. Pada saat Pertemuan Formalisasi STPB

16 10 terjadi bencana, Unit ini bertugas untuk membantu Satuan Tugas Tanggap Darurat. Ada sebanyak 20 orang yang resmi terdaftar dan menjabat sebagai anggota STPB, namun kerja STPB juga dibantu oleh relawan-relawan masyarakat yang sifatnya lebih non-struktural namun ikut terlibat. STPB dalam menjalankan tugas-tugasnya berkoordinasi dengan dewan kelurahan, RW, RT, Formapel (Forum Masyarakat Peduli Lingkungan), Sholat Subuh Gabungan (SSG), PKK, Karang Taruna, Tim Kali Arus - Tim penyelamat di air, Pihak Puskesmas, Organisasi Pemuda, dan berbagai institusi. ACF sebagai organisasi yang bertujuan untuk menguatkan inisiatif-inisiatif lokal atau organisasi kemasyarakatan ke arah pengurangan risiko bencana, memberikan pelatihan-pelatihan dan peningkatan kapasitas yang diperlukan, tidak hanya dalam pembentukan organisasi masyarakat PRB yang kuat dan sehat, tetapi juga mampu mengimplementasikan rencana kerja PRB yang menyeluruh sampai ke tingkat masyarakat akar rumput. Pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh ACF berupa pelatihan manajemen Tim Respons Darurat (Emergency Response Team), pelatihan operasional Tim Respons Darurat, dan peningkatan pemahaman mengenai pengurangan risiko bencana. Setelah terbentuknya rencana kerja STPB yang konkrit, ACF juga mendukung dalam pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan rencana aksi STPB. Beberapa diantaranya adalah pelatihan manajemen stok, pelatihan dan penguatan sistem peringatan dini, distribusi bantuan, dan pencatatan aset, pelatihan menyusun proposal dan fund raising, Pembentukan dan pelatihan bagi Emergency Response Team didukung oleh ACF Sejak masa didirikan, yakni pada Februari 2009 berbagai kegiatan sudah dilakukan, diantaranya: # Pelatihan relawan # Pelatihan manajemen organisasi, agar anggota STPB tahu apa yang harus dilakukan sebe lum banjir # Pelatihan pembuatan proposal # Pelatihan emergency stock # Door to door campaign, atau kam panye pengurangan risiko bencana dari rumah ke rumah, salah sa tunya dengan cara merekrut pemuka masyarakat di kelurahan dan menjalin hubungan kerja dengan kader juman tik (sebanyak 172 kader jumantik ter libat) # Penghijauan dan composting # Menyiapkan dapur umum, dengan ban tuan RW, kelurahan, Dekel # Membantu fogging atau pengasapan nyamuk demam berdarah di setiap RW # Kerja bakti bersama dengan RW # Membantu kelurahan membersihkan lingkungan dalam rangka perlombaan Piala Adipura # Sosialisasi penganggulangan banjir dengan cara kerja bakti bersama masyarakat # Penanaman pohon secara serentak # Simulasi banjir dan juga Dewan Kelurahan Cipinang Besar Utara Untuk melengkapi kebutuhan persiapan menghadapi bencana dan merespon bencana, ACF memberikan perlengkapan respons tanggap darurat yang sesuai den-

17 11 gan analisis yang dilakukan oleh STPB sendiri. Peralatan tersebut diantaranya perahu karet dan dayung, tenda bazaar, pelampung, ban dalam, tali tambang (8mm), peralatan P3K, senter, handy-talky, megaphone, wireless (toa), tandu, lampu emergency, jas hujan, generator, dan alat pengasapan nyamuk demam berdarah. ACF dan STPB juga melakukan analisis kebutuhan sistem peringatan dini. Setelah melakukan FGD (focus group discussion) dengan anggota STPB dan kelurahan, konsultasi dengan masyarakat, diskusi dan sosialisasi peringatan dini di RW-RW, maka dibentuklah jejaring peringatan dini yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Perlengkapan yang telah disepakati bersama berupa alat sensor ketinggian air, sirine dan pengeras suara, serta peralatan pendukung lain. Peralatan-peralatan ini dapat ditemukan di RW-RW yang sangat rentan banjir. Sebelum terbentuknya STPB, warga secara individu mencari tahu tentang ketinggian air melalui televisi atau dari informasi ketua RT. Setelah terbentuknya STPB, sistem peringatan dini lebih terstruktur, lebih mudah diakses oleh seluruh warga, lebih akurat karena langsung berkoordinasi dengan pihak-pihak pemegang informasi, dan memiliki rencana-rencana cadangan apabila orang-orang tertentu tidak dapat mengakses atau memberikan informasi. STPB juga bertanggung jawab untuk melakukan sosialisasi sistem jejaring peringatan dini dan berkordinasi terus-menerus dengan paguyuban RW untuk menganalisis keefektifan sistem ini. Perlengkapan Emergency dan Evakuasi

18 12 Musim Banjir Memasuki musim banjir, kelurahan Cipinang Besar Utara secara rutin mengadakan apel pra-banjir yangberupa acara mereview dan mengukur kesiapan kelurahan untuk merespon datangnya banjir. Pertemuan ini juga penting untuk berkoordinasi memastikan tersedianya perlengkapan penyelamatan, regu penyelamat, serta SOP yang cukup memadai. Setelah terbentuk, pada bulan Desember 2008 STPB ikut serta dalam pertemuan yang sifatnya meminimalisir risiko banjir, seperti kerja bakti membersihkan parit, operasi membersihkan sampah, mengecek persediaan obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan untuk evakuasi dan pengungsian, penyiapan sistem peringatan dini, dan lain-lain. Pada bulan Januari 2009, memasuki musim hujan, warga Cipinang semakin bersiaga untuk mengantisipasi datangnya banjir. STPB sebagai organisasi yang memiliki mandat untuk PRB di kelurahan Cipinang Besar Utara memimpin upaya siaga banjir melalui simulasi, berkoordinasi dengan PMI, Tim Jakarta Rescue, dan lainnya. Kesempatan ini juga dipergunakan oleh STPB untuk menguji SOP respons banjir yang telah mereka rancang. Setelah musim banjir reda, juga diadakan pertemuan paska-banjir untuk mengevaluasi respon banjir, atau bila banjir yang datang tidak terlalu besar, pertemuan paska banjir dapat dimanfaatkan juga untuk melihat hasil persiapan dan kerja kebersihan yang telah dilakukan. Pertemuan Evaluasi Respon Banjir koordinasi pra-banjir, yang dihadiri oleh 45 orang, termasuk Dewan Kelurahan, Karang Taruna, Ibu-Ibu PKK, Ketua-Ketua RW, Pemuka Agama, Pemuda Pancasila, Kelompok Jumantik, dan Organisasi Kali Arus. Pertemuan ini didukung oleh ACF untuk meningkatkan kesiagaan elemen-elemen masyarakat memasuki musim banjir, serta meningkatkan koordinasi antar pihak. Dalam pertemuan pra banjir, para hadirin bersepakat untuk mengadakan kegiatan Penyelamatan di air saat simulasi

19 13 Satlinmas PBP Kampung Melayu : Tekad Menjadi Organisasi Mandiri Kelurahan Kampung Melayu yang terletak di Kecamatan Jatinegara, termasuk wilayah berpenduduk padat, yakni orang/ km2. Setiap terjadi banjir tahunan, wilayah ini menjadi langganan banjir. Kampung Melayu memang cukup terkenal sebagai daerah banjir. Tidak sedikit pejabat pemerintah maupun selebritis yang datang berkunjung ketika banjir melanda. Ketinggian banjir disini tidak dapat dianggap remeh. Bila Anda berjalan-jalan di Kampung Melayu dan menanyakan kepada warga mengenai banjir yang terjadi pada tahun 2002 dan 2007, mereka akan dengan senang hati berbagi informasi. Setinggi pinggang jawab mereka, namun di lantai dua. Kelurahan Kampung Melayu dilalui oleh sungai Ciliwung yang berhulu di Gunung Gede Pangrango, dimana kawasan pegunungan tersebut merupakan daerah tangkapan air hujan, sehingga apabila terjadi kerusakan fungsi resapan air, tentu saja air ini akan melimpah di kawasan hilir Sungai Ciliwung, salah satunya Kampung Melayu. Oleh karena itu banjir yang melanda daerah ini bisa mencapai 6 meter. Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, antara lain: MCK, tempat pembuangan sampah, dan beberapa juga menggunakan air sungai untuk keperluan memasak. Bayangkan kondisi sungai ini akan menurun dari waktu ke waktu, yang tentunya menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru. Belum lagi ditambah dengan faktor kepadatan penduduk di Kampung Melayu. Letak Kelurahan Kampung Melayu sangat strategis karena berdekatan dengan sebuah terminal bus dan tiga stasiun kereta api yang melayani rute antar kota di Pulau Jawa. Selain kereta api dan bis, akses transjakarta dan kendaraan umum lainnya cukup mudah. Letaknya yang strategis ini mengakibatkan penduduk wilayah ini tetap bertahan untuk tinggal meskipun sering kebanjiran. Untuk upaya penganggulangan banjir di Kampung Melayu, Sama seperti di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Satlinmas yang dibentuk tahun 2008 melalui SK Gu- Satlinmas PBP Kampung Melayu adalah organisasi penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di Kelurahan Kampung Melayu yang melibatkan pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan dan berkoordinasi dalam menjalankan organisasi demikian definisi Satlinmas yang berhasil dirumuskan dalam lokakarya tersebut. bernur juga terbukti kurang berjalan di masyarakat. Satlinmas ini tak lebih dari organisasi papan nama. Struktur sama sekali tidak berjalan. Pembagian kerja juga tidak jelas. Akibatnya, alih-alih berperan sebagai badan penanggulangan bencana, tak satu pun aktivitas yang berjalan. Salah satu kendala kurang optimalnya Satlinmas PBP adalah pemahaman yang keliru mengenai Satlinmas PBP, bahwa Satlinmas tak lain adalah linmas atau banpol padahal sesuai dengan SK Gubernur bahwa Satlinmas adalah gabungan antara masyarakat dengan pemerintah untuk berkoordinasi dalam penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di DKI Jakarta. Sehingga dalam penanggulan-

20 14 gan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan juga diperlukan partisipasi dari masyarakat. Sejak ada Satlinmas, posko sudah didirikan begitu ada kabar banjir akan datang. Tenda sudah berdiri walaupun belum ada pengungsi. Beda banget dengan dulu. Dulu mah, pengungsi sudah banyak, baru posko dibuka. Ungkap Pak Haris, Kampung Melayu Para anggota Satlinmas yang terpilih pun kurang mengenal tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing. Akhirnya, lewat sebuah lokakarya dibentuklah struktur Satlinmas PBP yang baru, yang merupakan penyederhanaan dari struktur Satlinmas PBP sesuai SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Struktur baru tersebut diputuskan melalui Surat Keputusan Lurah Kampung Melayu. SATLINMAS terdiri dari beberapa unsur seperti Karang Taruna, PKK, dan kelompok-kelompok masyarakat lain, dengan struktur lebih tegas dan koordinator di masing-masing unit yang bertanggungjawab atas anggota unit. Mayoritas anggotanya adalah masyarakat, kurang lebih 50 orang. Untuk memperkuat komitmen bersama, pada 16 Agustus 2009, Satlinmas mengadakan ikrar bersama. Dengan kejelasan nama dan unit kerja, kini para anggota Satlinmas mudah untuk dimobilisasi jika terjadi bencana. Sebelumnya sebagian besar masyarakat Kampung Melayu belum mengenal atau mengetahui tentang terbentuknya Satlinmas PBP di wilayahnya. Pada saat Satlinmas PBP mengadakan acara door to door campaign pada bulan Juli Agustus 2009, Participatory HVCA (Analisis Ancaman, Kapasitas, dan Kerentanan) di Kampung Melayu

21 15 masyarakat Kampung Melayu kini telah mengenal dan mengetahui tentang terbentuknya dan keberadaan Satlinmas PBP di wilayahnya. PRA (Participatory Rural Appraisal untuk mengidentifikasi masalah dan meningkatkan kesadaran akan bencana) Formalisasi Satlinmas Kampung Melayu Masyarakat Kampung Melayu sangat mendukung formalisasi Satlinmas PBP dengan penuh harapan bahwa kinerja Satlinmas PBP harus maksimal sesuai dengan porsinya sebagai organisasi penanggulangan bencana. Tujuan diadakannya formalisasi Satlinmas Kelurahan Kampung Melayu adalah: 1.Memantapkan struktur fungsional Satlinmas Kelurahan Kampung Melayu dan perannya dengan memperhatikan sumber daya manusia yang ada 2. Mendorong masyarakat awam ikut ambil bagian dalam kerja-kerja penanggulangan bencana 3. Menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan kerja Satlinmas 4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tanggung jawab bersama terhadap lingkungan tempat tinggalnya Dengan adanya Satlinmas PBP, penanganan bencana di Kelurahan Kampung Melayu diharapkan lebih baik dari sebelumnya, selain itu masyarakat juga berharap bahwa Satlinmas PBP tidak hanya dibentuk dan disahkan saja, tetapi Satlinmas PBP harus ada pengabdiannya kepada masyarakat dan seluruh anggotanya juga bertanggung jawab penuh dengan organisasinya dalam tugas-tugas penanganan bencana di wilayah Kelurahan Kampung Melayu. Formalisasi ini merupakan titik permulaan yang baik bagi kerja penganggulangan bencana terstruktur, dan dari proses formalisasi dihasilkan struktur yang lebih rinci dengan posisi tugas dan tanggung jawab yang lebih rinci juga, jelas, dan realistis. ACF, dengan pendekatan yang sama sep-

22 16 Penguatan Manajemen Satlinmas Kampung Melayu Setelah memfasilitasi beberapa diskusi masyarakat, konsultasi, dan forum perencanaan strategis, diadakanlah Pertemuan Formalisasi Satlinmas Kampung Melayu pada bulan Mei 2009 untuk merestrukturisasi Satlinmas dan menguatkan fungsinya. Hasil dari proses Formalisasi Satlinmas Kampung Melayu adalah sebagai berikut: 1. Revisi draft SOP Peringatan Dini dan SOP Tanggap Darurat. 2. Revisi struktur organisasi Satlinmas dan perubahan peran orang-orang yang ada di dalamnya. Perubahan struktur ini juga menghasilkan perubahan anggota di tubuh Satlinmas, yaitu bertambahnya anggota baru dari kalangan masyarakat. 3. Revisi Tugas dan Fungsi masing-masing unit di Satlinmas, serta dirincikannya tiap-tiap unit yang bertugas sebelum, saat, dan sesudah bencana. 4. Daftar aset yang telah dimiliki serta daftar stok darurat dan perlengkapan evakuasi dan pengungsian. 5. Ter-update-nya peta risiko. 6. Hasil evaluasi paska banjir. 7. Formalisasi ini juga memunculkan diskusi dan perencanaan untuk men-draft SK hasil restruturisasi Satlinmas. erti yang dilakukan di Cipinang Besar Utara dan Penjaringan, mendukung proses penguatan peran Satlinmas melalui forum-forum, fasilitasi pertemuan dan diskusi, konsultasi dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait lain. Biar ada kemajuan di kampung, kalau bisa bisa kita jangan tangan di bawah. Kita harus maju. Menggerakkan warga sendiri dan tidak tergantung orang lain. Ibu Umamah, warga RW02 Kampung Melayu berbagi pendapat mengenai pentingnya partisipasi masyarakat 8. Rekomendasi-rekomendasi bermunculan seputar cara-cara meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Munculnya komitmen pemuda-pemudi untuk ambil bagian dalam upaya penanggulangan bencana. 9. Pemantapan visi dan misi Satlinmas. Sama seperti STPB di Cipinang Besar Utara, struktur formalisasi Satlinmas Kampung Melayu melibatkan Camat dan Lurah sebagai Pelindung organisasi, namun peran warga biasa sangat besar dan tidak ada Paguyuban RW seperti di Cipinang Besar Utara. Satlinmas Kampung Melayu terdiri dari

23 17 Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan unit-unit khusus yaitu: 1. Unit Penginderaan Dini Unit ini bertugas untuk menyampaikan informasi banjir, informasi proses evakuasi, mengidentifikasi dan menganalisis perkembangan bencana, mendata jumlah warga yang terkena dampak, mendata tempat pengungsian, mendata kerugian bencana, memetakan wilayah bencana dan membuat database, mendata warga yang dievakuasi, serta membuat laporan dan menyerahkannya kepada ketua dan sekretaris. 2. Unit Evakuasi Unit ini bertugas untuk berkoordinasi dengan unit-unit lain saat terjadi bencana, dengan memobilisasi relawan lokal maupun luar untuk evakuasi, membuat jalur evakuasi, menyiapkan peralatan penyelamatan, membuat kerangka panduan evakuasi, serta memberikan laporan kepada ketua dan sekretaris. 3. Unit PPK (Pertolongan pada Kecelakan) Bertugas untuk memberikan pertolongan medis segera, merujuk korban ke rumah sakit, serta berkoordinasi dengan instansi kesehatan terkait. 4. Unit Pengungsian Unit ini bertugas untuk menyiapkan tempat pengungsian, mendata pengungsi, membagikan makanan dan minuman, membuat data kebutuhan pengungsi, mengidentifikasi kondisi pengungsi, dan melaporkan kepada ketua dan sekretaris. 5. Unit Dapur Umum Bertugas untuk menyiapkan peralatan dapur umum, berkoordinasi dengan unit logistik dan pengungsian, mengatur dan mengelola dapur umum pada kondisi bencana, serta membuat laporan. 6. Caraka / Humas Bertugas memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat akan bahaya banjir, dan apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan sesudah banjir, menjalin kerjasama dengan pihak-pihak luar kelurahan, memelihara dan memastikan berjalannya komunikasi antar unit, dan mewakili Satlinmas dalam publikasi (juru bicara). 7. Unit Logistik Bertugas untuk menyediakan sarana dan prasarana masing-masing unit, mendata aset yang dimiliki, mengecek kondisi aset, Pemetaan Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas di Kampung Melayu merawat, dan mendata kebutuhan, memastikan dokumentasi dan database sarana dan prasarana, mengontrol masuk keluar barang, dan di tiap RW, ketua RW menunjuk petugas pendata barang. 8. Unit Pencari Dana Unit ini bertugas untuk mendata jumlah kebutuhan Satlinmas, mencarikan dana atau bantuan dari perorangan ataupun perusahaan, membangun hubungan dengan

24 18 perusahaan, membuat proposal dan mengajukan permohonan bantuan dana, membuat laporan hasil penggalangan dana, dan membuat laporan pertanggungjawaban. 9. Unit Perencanaan dan Pembinaan Unit ini bertugas untuk mengidentifikasi kebutuhan kegiatan tiap unit, membantu membuatkan anggaran kegiatan, membuatkan program untuk tiap-tiap unit, serta meningkatkan kualitas SDM dengan mengajukan kegiatan-kegiatan. 10. PAM Unit ini bertugas untuk melakukan pengamanan bagi penderita banjir, pengamanan tempat pengungsian, logistik, pengamanan anggota Satlinmas dan sukarelawan, dan lain-lain. Sejumlah kegiatan sudah banyak dilakukan misalnya menanam pohon di jalan protocol, kerja bakti, pengolahan sampah, dan pengasapan nyamuk/fogging. Untuk mendiskusikan sejumlah permasalahan di wilayahnya, diadakan pertemuan rutin yang biasanya diselenggarakan setiap pertengahan bulan yakni setiap tanggal 15. Ketika terjadi banjir pada Januari 2009, struktur Satlinmas bergerak sigap dengan mendirikan posko pengungsian dan dapur umum. Biar ada kemajuan di kampung, kalau bisa bisa kita jangan tangan di bawah. Kita harus maju. Menggerakkan warga sendiri dan tidak tergantung orang lain. Ibu Umamah, warga RW02 Kampung Melayu berbagi pendapat mengenai pentingnya partisipasi masyarakat Tahapan sebuah organisasi yang sudah tumbuh, berjalan dan perlu penguatan dan pemandirian, demikian juga yang diharapkan dari Satlinmas ini, yakni kegiatan lebih terarah dan sudah mampu mencari pendanaan sendiri. Saat ini, iuran yang dilakukan di Kampung Melayu sudah berjalan dengan baik, dan ini menjadi modal yang cu- Sejumlah program kerja yang telah dilakukan adalah: # Training manajemen organisasi, agar staf-staf Satlinmas tahu apa yang harus dilakukan sebelum banjir # Training pembuatan proposal # Training emergency stock # Door to door campaign, yakni sosialisasi kepada masyarakat supaya mereka juga tanggap terhadap ben cana banjir. Kegiatan dilaksanakan dari RW ke RW. Ang gota terdiri dari para remaja dan ibu-ibu PKK # Penghijauan dan composting # Menyiapkan dapur umum, dengan bantuan RW, kelurahan, Dekel # Membantu fogging atau pengasapan nyamuk demam berdarah di setiap RW

25 19 kup baik untuk menjadi sebuah organisasi yang mandiri. Satlinmas Kampung Melayu juga sudah memiliki barang/alat untuk evakuasi yang sudah disiapkan ke tingkat RW, perlengkapan dapur umum, perlengkapan PPPK serta kapasitas anggota yang cukup memadai karena sudah mengikuti berbagai pelatihan. Berbagai pelatihan yang diadakan sangat dirasakan manfaatnya oleh warga, seperti yang dituturkan oleh salah satu Ketua RT di Kampung Melayu, Bapak Marzuki, Saat keadaan darurat seringkali terjadi kekacauan. Semakin banyak orang yang memahami panduan dan mempunyai persiapan yang matang adalah kunci sukses aksi dari penyelamatan Masyarakat Kampung Melayu sudah terbiasa dengan datangnya banjir tersebut. namun saat ini masyarakat masih tetap mengkhawatirkan datangnya banjir-banjir besar seperti banjir yang terjadi di tahun 2007 lalu. Banjir tahun 2007 tersebut sangat mengejutkan masyarakat Kampung Melayu, hampir seluruh masyarakat mengungsi di pinggir-pinggir jalan raya dengan kondisi cukup memperihatinkan. Respon banjir tidak terkoordinasi, tempat pengungsian tidak terkelola dengan baik, pendataan tidak tepat, pendistribusian tidak merata sehingga banyak masyarakat memperebutkan bantuan. Namun ketika banjir penanganan banjir di Kelurahan Kampung Melayu menjadi lebih baik lagi. Pemerintah dalam hal ini pihak Kelurahan sangat terbantu dengan adanya Satlinmas PBP, mulai dari pendirian tempat pengungsian, pendataan, pendirian dapur umum, hingga pendistribusian bantuan telah dilakukan oleh Satlinmas PBP walaupun belum maksimal. Selain itu, saat ini pihak Kelurahan juga lebih transparan dalam hal penerimaan bantuan.

26 20 Kesigapan Satlinmas terbukti dengan begitu mendengar kabar dari pintu air Katulampa bahwa banjir akan datang dan cukup besar, sejumlah anggota Satlinmas segera membuka posko dan mendirikan tenda-tenda pengungsian. Dalam berbagai latihan dan simulasi mereka bisa mendirikan tenda pleton dengan sangat cepat, dalam hitungan menit saja. Padahal sebelumnya, pihak kelurahan lah yang mendirikan posko dan warga sekadar menjadi pengungsi. Kini warga sendiri bergerak mendirikan posko dan mengorganisir diri mereka. Sebuah program kerja Satlinmas yang bisa menjadi acuan keberlanjutan Satlinmas misalnya Bank sampah yakni mengumpulkan sampah-sampah untuk ditimbang dan diganti uang dan tempat pengolahan sampahnya sudah ada di RW 4. Program ini cukup efektif untuk mengurangi sampah warga yang membuat banjir semakin parah. Pak Marzuki telah belasan tahun tinggal di Kampung Melayu. Telah lama Pak Marzuki ini memimpikan ada tiang pancang sebagai sebagai jalur evakuasi di RW 02 dan RW 03. Mimpi ini pun akhirnya terwujud dengan bantuan tiang pancang dari ACF. Selama rapatrapat untuk menentukan desain lokasi dan kesepakatan-kesepakatan dengan masyarakat dan ACF, Pak Marzuki sebagai koordinator tim yang mengkoordinir pelaksanaan tiang pancang selalu memakai celana panjang yang sama. Saya bersumpah tidak akan mencuci celana ini selama tiang pancang itu belum berdiri!! teriaknya. Padahal proses penyiapan tiang pancang dari rapat hingga pelaksanaan memakan waktu 3 bulan, dan dia tetap menepati sumpahnya. Setelah tiang pancang berdiri barulah malam itu juga Tiang pancang untuk evakuasi di Kampung Melayu dia merelakan celananya dicuci. Cerita ini cukup terkenal di kelurahan.

27 21 Satlinmas PBP Penjaringan : Perlu Pendekatan dengan Kelurahan Secara geografis, Penjaringan terletak di Jakarta Utara, di pinggir pantai Laut Jawa dengan ketinggian tanahnya di bawah permukaan air laut. Kelurahan Penjaringan dilalui Sungai Krukut di sebelah timur dan Kali Muara di sebelah barat yang merupakan terusan dari Banjir Kanal Barat. Kelurahan ini berbatasan langsung sebelah barat dengan Jalan Jembatan III, Kelurahan Kapuk dan Pejagalan Muara, sebelah timur Pelabuhan Sunda Kelapa, Kelurahan Ancol dan sebelah selatan Jalan Bandengan Utara, Tol Ciplu, Kelurahan Pekojan dan Roa Malaka dan sebelah utara Jalan Tol. P. Sudiyatmo, Jalan Pluit Sel Raya, Kelurahan Pluit dan Pantai (Laut Jawa). Karena ketinggian tanah yang lebih rendah dari muka air laut, Penjaringan tergolong wilayah yang rawan terhadap ancaman banjir, terutama banjir pasang atau lebih dikenal dengan istilah rob. Jumlah keluarga yang tinggal di daerah rawan bencana adalah sebanyak 671 KK, yang umumnya berdomisili di wilayah RW 01, 02, 03, 04, 05 dan 017. Dalam sebulan minimal terjadi dua kali banjir pasang laut atau rob, yang biasanya berlangsung pada pertengahan bulan. Saat ini, setelah pembangunan tanggul sepanjang garis pantai utara Penjaringan oleh pemerintah DKI Jakarta, terutama di wilayah Muara Baru dan Luar Batang, banjir yang melanda dapat diminimalisir. Wilayah rawan banjir di kelurahan ini adalah 20.3ha Banjir rob di Penjaringan

28 22 Struktur Organisasi Satlinmas Penjaringan atau sekitar 5.13% dari luas keseluruhan Kelurahan Penjaringan. Berangkat dari persoalan banjir yang dihadapi bersama di lingkungan Kelurahan Penjaringan maka peran serta kelembagaan yang memiliki sistem manajemen dan koordinasi yang baik dalam pengurangan risiko bencana mutlak perlu ditingkatkan kapasitas dan peran aktifnya. Di Kelurahan Penjaringan, organisasi Satlinmas sudah dibentuk pada tahun 2006 dan dikukuhkan dengan SK Lurah. Diketuai oleh Lurah dan didukung dengan struktur organisasi yang mengacu pada Keputusan Gubernur. Keanggotaan Satlinmas terdiri dari unsur anggota Linmas Kelurahan dan Linmas RT/RW, RT/RW,, PKK, Karang Taruna, dan lain-lain. Struktur organisasi Satlinmas Penjaringan merupakan penggabungan struktur organisasi yang berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta tahun 2002 dan kebutuhan masyarakat Penjaringan yang dalam hal ini diwakilkan oleh anggota Satlinmas dari unsur masyarakat. Proses kesepakatan mengenai struktur organisasi ini terjadi saat formalisasi Satlinmas April tahun 2009 lalu, di Wisma Bahtera, Jawa Barat. Salah satu anggota dari unsur pemerintah lokal menginginkan struktur organisasi tetap mengikuti SK Gubernur, mengikuti legalitas yang ada, sedangkan yang lain, terutama anggota dari unsur masyarakat, menginginkan struktur disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dilapangan. Maka struktur organisasi Satlin mas Kelurahan Penjaringan tidak lagi mengikuti struktur yang berdasarkan SK Gubernur, tetapi berdasarkan kesepakatan bersama yang diambil ketika itu, kesepakatan yang melihat struktur organisasi Satlinmas Penjaringan harus melihat kebutuhan dari masyarakat itu sendiri.kendati strukturnya sudah terbentuk, sering terjadi kesulitan memobilisasi anggotanya khususnya pada saat terjadi bencana. Dalam kondisi demikian, unsur Linmas Kelurahanlah yang kemudian mengambil alih kegiatan penangggulangan bencana. Tetapi diluar itu semua, banyak faktor yang menyebabkan tidak efektifnya Satlinmas merespon bencana, salah satu isu terbesar yang dirasakan oleh masyarakat sendiri adalah tidak adanya pendanaan, walaupun sebelumnya sudah ada pelatihan pencarian dana dan pembuatan proposal yang baik,

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana LAMPIRAN Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Lampiran 1. Aspek dan Indikator Desa/Kelurahan Tangguh Aspek Indikator Ya Tidak

Lebih terperinci

L/O/G/O.

L/O/G/O. L/O/G/O www.themegallery.com Latar Belakang Sebagai Ibukota Negara, Provinsi DKI Jakarta memiliki permasalahan kebencanaan yang komplek. Terumata masalah banjir mengingat kota Jakarta dilalui oleh 13 sungai

Lebih terperinci

Info Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana FORMALISASI SATLINMAS

Info Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana FORMALISASI SATLINMAS BULETIN SIAGA Info Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana V O L U M E 1 2 6 J U N E 2 9 FORMALISASI SATLINMAS Satuan Perlindungan Masyarakat Penanganan Banjir dan Pengungsi (SATLINMAS PBP) dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami dan aktivitas manusia. Kerugian atau dampak negatif dari suatu bencana tergantung pada populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

12/12/2013 L/O/G/O.

12/12/2013 L/O/G/O. L/O/G/O www.themegallery.com 1 2 3 1 2 1. SEBAGIAN BESAR KAWASAN UTARA BERUPA DATARAN RENDAH di bawah muka laut pasang 2. 13 SUNGAI DARI BODETABEK MENGALIR KE JAKARTA Bermuara di Teluk Jakarta 3. PENURUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI (SATLAK PBP) KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

Early Warning System. Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat

Early Warning System. Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat Early Warning System Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat Latar Belakang Banjir merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hadirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 015 I. LATAR BELAKANG Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI (Perahu Angkat dan Angkutan Sampah Kita) Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Jum at, 01 Mei 2015 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Taruna. Siaga Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM TARUNA SIAGA BENCANA

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA

PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA Sekretariat Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Set. BAKORNAS PBP) 2005 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN dan MITIGASI BENCANA dalam UU No. 24 Tahun 2007

KESIAPSIAGAAN dan MITIGASI BENCANA dalam UU No. 24 Tahun 2007 KESIAPSIAGAAN dan MITIGASI BENCANA dalam UU No. 24 Tahun 2007 LUKMAN SEMBIRING, SKM, M.Kes,- Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat INKES MEDISTRA LUBUK PAKAM Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman. No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13,TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam merupakan suatu fenomena alam yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal ini, bencana alam dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Pekerjaan Sosial PB :

Pekerjaan Sosial PB : Pekerjaan Sosial PB : Suatu bidang praktik profesi pekerjaan sosial dimana Peksos menggunakan keahlian khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melaksanakan peran sosial mereka

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12 Lintang Selatan dan 106 o 48 Bujur

Lebih terperinci

Pengalaman Respon Banjir. Dokumen Pembelajaran

Pengalaman Respon Banjir. Dokumen Pembelajaran 1 Pengalaman Respon Banjir Dokumen Pembelajaran 2 Kata Pengantar Respons banjir adalah salah satu tolak ukur kesiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Jika respons atau penanganan bencana berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KOTA YOGYAKART PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

FORMALISASI SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA CIPINANG BESAR UTARA (STPB CBU) KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA, KECAMATAN JATINEGARA

FORMALISASI SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA CIPINANG BESAR UTARA (STPB CBU) KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA, KECAMATAN JATINEGARA FORMALISASI SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA CIPINANG BESAR UTARA (STPB CBU) 2009 KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA, KECAMATAN JATINEGARA KOTAMADYA JAKARTA TIMUR DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Pemerintah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

POLA PENANGANAN BENCANA ALAM ( Perspektif Kepolisian )

POLA PENANGANAN BENCANA ALAM ( Perspektif Kepolisian ) 1 2 POLA PENANGANAN BENCANA ALAM ( Perspektif Kepolisian ) I. PENDAHULUAN Bencana alam merupakan suatu kejadian yang sifatnya kontijensi / tiba-tiba terjadi dan bahkan diluar dugaan / perkiraan manusia

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna

Lebih terperinci

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana mewakili Konsorsium Pendidikan Bencana Ardito M. Kodijat [UNESCO Office Jakarta] Tak Kenal Maka Tak Sayang.. Presidium: ACF, LIPI, MPBI, MDMC

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KESATUAN BANGSA PROPINSI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG Menimbang: a. PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa potensi

Lebih terperinci

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG Sejak dibentuk pada tahun 2010 dengan terbitnya peraturan daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembentukan,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika dalam penulisan proposal tugas akhir ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA

PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) - i - DAFTAR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja a. Program : Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 202 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesiapsiagaan masyarakat terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BKPBD) KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci