Info Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana FORMALISASI SATLINMAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Info Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana FORMALISASI SATLINMAS"

Transkripsi

1 BULETIN SIAGA Info Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana V O L U M E J U N E 2 9 FORMALISASI SATLINMAS Satuan Perlindungan Masyarakat Penanganan Banjir dan Pengungsi (SATLINMAS PBP) dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 96 tahun 22 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan Bab V SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta tersebut, SATLIMAS PBP adalah unsur pelaksana penanggulangan bencana pada tingkat kelurahan, namun optimalisasi SATLINMAS PBP masih dirasa kurang, dikarenakan beberapa hal antara lain ; Pemahaman yang keliru mengenai SATLIMAS PBP, penanggulangan bencana yang selama ini terfokus pada pemerintah dan ketua-ketua RW, serta masyarakat yang belum dilibatkan secara maksimal. Untuk mewujudkan SATLINMAS PBP yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya, maka ACF mencoba memfasilitasi 3 kelurahan, yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, dan Penjaringan untuk memiliki gerakan penanggulangan bencana yang terlembaga dan mampu melakukan kegiatan secara terencana, terpadu dan menyeluruh dengan cara penguatan kepada SATLINMAS PBP di masing-masing kelurahan tersebut. Sedangkan dengan kesepakatan bersama, Kelurahan Cipinang Besar Utara membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Bencana kelurahan CBU, disingkat dengan STPB-CBU. Pelatihan, workshop, FGD, dan berbagai kegiatan penguatan kapasitas lainnya di fasilitasi oleh ACF untuk mencapai visi dan misi SATLINMAS PBP dan STPB-CBU. Adapun visi daripada SATLINMAS PBP adalah untuk dapat melakukan penanggulangan bencana secara terpadu, sedangkan misi yang diusung meliputi ; Penyelamatan masyarakat dari bencana, meminimalisir resiko bencana, peduli terhadap warga dan lingkungan, mengelola bencana, serta menyelamatkan pengungsi. Kedepannya diharapkan organisasi penanganan bencana yang telah terbentuk di 3 Kelurahan tersebut dapat mandiri dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai garda terdepan dalam menghadapi bencana dengan maksimal.

2 KEKUATAN TANGAN TANGAN LOKAL MENGHADAPI BENCANA ACF Memasuki Masa Akhir Program Kerja Kegiatan ACF dalam mendampingi Satlinmas melalui penguatan organisasi dan peningkatan kapasitas manajemen bencana berlangsung dari tahun 27 sampai pada saat ini. Misi ini akan berakhir pada pertengahan November 29, oleh karena itu, setahap demi setahap ACF mulai menyerahkan kendali program kepada Satlinmas dan masyarakat di tiga kelurahan dampingan ACF, yaitu Cipinang Besar Utara, Kampung Melayu, dan Penjaringan. Di kemudian hari Satlinmas diharapkan untuk dapat menyokong kegiatan-kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di kelurahnnya masing-masing. Indikasi keberhasilan Satlinmas sebagai suatu organisasi masyarakat yang swadaya dapat dilihat dari keberhasilan pemimpin-pemimpinnya. Pengurus Satlinmas yang telah dibekali dengan kemampuan dasar manajemen bencana adalah para motivator yang akan terus membangkitkan anggotaanggotanya. Tidak hanya pengurus, anggota-anggota Satlinmas yang merupakan orang-orang unggulan masyarakat juga turut berperan dalam ketahanan masyarakat terhadap bencana di tingkat lokal. Satlinmas yang digolongkan berhasil juga mampu mempromosikan dirinya sendiri sehingga mendapat dukungan penuh dari pemerintah lokal dan masyarakat. Relasi dengan beberapa organisasi dan institusi lain juga penting untuk dijaga dan diperluas; ACF hanyalah salah satu dari banyaknya organisasi yang bergerak dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Kegiatan yang di-inisiasikan oleh Satlinmas merupakan kegiatan-kegiatan bakti dan jasa bagi masyarakat, kampanye-kampanye waspada bencana dan kebersihan, serta peduli terhadap lingkungan hidup merupakan beberapa dari tugas Satlinmas. Satlinmas di tiga kelurahan juga telah berjasa dalam memberikan peringatan bencana kepada masyarakat agar masyarakat dapat segera bertindak menghindari bencana. Dalam satu tahun masyarakat menderita kerugian akibat banjir sebanyak tiga sampai empat kali, setinggi sampai setengah meter. Disinilah Satlinmas memberikan pelayanan respon bencana kepada masyarakat, tidak hanya membantu memberikan peringatan, tetapi juga dalam menanggulangi masalah kesehatan dampak banjir. Dengan melakukan antisipasi dan memperkuat kapasitas masyarakat terhadap bencana, Satlinmas membantu mengurangi kerentanan bencana masyarakat di daerahnya masing-masing. Dipercaya dalam siklus lima tahun sekali banjir besar akan melanda Jakarta, walaupun masyarakat dan pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko ini, namun kenyataannya bencana banjir besar masih terjadi. Satlinmas menyatakan siap menghadapi banjir ini, pelatihan penyelamatan di air serta berbagai keahlian mendirikan tenda pengungsian, mendaftar pengungsi dan mendistribusikan bantuan telah mereka miliki. Setelah masa tugas ACF berakhir untuk pendampingan tiga kelurahan tersebut, para Satlinmas akan terus menjalankan mandat sebagai pelayan masyarakat yang berbakti tanpa pamrih, sebagai pemimpin-pemimpin masyarakat dalam penguatan terhadap bencana. Di kemudian hari Satlinmas secara swadaya juga akan mencari pendanaan-pendanaan untuk tetap menghidupkan usaha PRB demi kebaikan seluruh masyarakat. Cara yang paling manjur untuk mencari pendanaan adalah dengan bertindak, melakukan, beraksi, merealisasikan, tidak sekedar membuat perencanaan. Program ke depan harus jelas dan memberi manfaat bagi orang banyak. Setelah hasil karya Satlinmas dikenal dan dipercaya, langkah Satlinmas menggandeng tangan organisasi/institusi atau bahkan perusahaan melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan akan lebih lancar. Selain Satlinmas, penggerak masyarakat dalam usaha ketahanan terhadap bencana dan pengurangan risiko juga termasuk para guru. Sekolah sebagai institusi pendidikan bagi masyarakat memiliki peran besar dalam membangun moral dan mental masyarakat yang peduli lingkungan dan siaga bencana. Ben, Satlinmas ini milik saya dan orang Penjaringan. Terima kasih ACF sudah membantu meningkatkan kapasitas kita, tetapi kalau ACF ngga ada bukan berarti kita bubar! (Darwis, Satlinmas Penjaringan, kepada Ben, CO Penjaringan, Juni, 29) Mengetahui kekuatan sekolah dan terutama guru dalam penguranan risiko bencana, ACF memberikan pelatihan kepada guru-guru SD, SMP, dan SMA di tiga kelurahan dampingan ACF. Para guru dengan semangat tinggi berusaha menelurkan siswa-siswi yang dapat dijadikan tunas harapan dan penggerak bangsa. Masyarakat dampingan ACF telah menorehkan bukti-bukti kepedulian dan keberhasilan mereka sendiri. ACF merasa terhormat dapat bekerja di tiga kelurahan tersebut, yang telah membuktikan bahwa masyarakat merupakan elemen yang sangat penting dan berdaya dalam usaha pengurangan risiko bencana dan mengantisipasi perubahan iklim dunia. Masyarakat Cipinang Besar Utara, Kampung Melayu, dan Penjaringan telah memulai usaha PRB, melalui Satlinmas dan STPB, namun perjalanan masih panjang, masih banyak kendala yang harus diatasi. Sering kali penghambat utama keberhasilan organisasi masyarakat adalah terlalu sedikitnya pemimpin yang visioner, atau sedikitnya anggota yang benar-benar peduli nasib orang banyak. Terkadang organisasi masyarakat juga terlalu bergantung pada bantuan luar sehingga seolah-olah tidak berdaya dan hanya mengulurkan tangan menunggu sumbangan. Namun demikian, semangat Satlinmas dan STPB menumbuhkan harapan ACF bahwa organisasi masyarakat sedikit demi sedikit terlihat lebih kuat dan maju, sudah saatnya kita bertindak dan menjadi pelaku utama perubahan. Di akhir program, ACF berharap masyarakat di tiga kelurahan dapat melanjutkan keberhasilan-keberhasilan mereka, dengan lebih terbuka lagi membantu kelurahan-kelurahan lain untuk juga menghasilkan pemimpin-pemimpin yang peduli bencana. P A G E 2

3 V O L U M E 1 Pemetaan Risiko Berbasis Masyarakat Masyarakat yang siaga terhadap bencana merupakan masyarakat yang siap dan mampu mengurangi kerentanan dengan meningkatkan kapasitas terhadap risiko bencana yang dihadapi. Dalam membangun kesiapsiagaan terhadap bencana, peningkatan pengetahuan dan pengenalan terhadap karakteristik ancaman perlu dilakukan, selain itu pengenalan masyarakat akan raung atau wilayah tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan akan wilayahnya sendiri sebenarnya telah ada dan berkembang seiring dengan kehidupan mereka yang selalu dinamis atau beraktivitas di dalam atau disekitar wilayahnya. Untuk meningkatkan pemahaman menyeluruh dan lebih waspada terhadap daerah yang lebih rentan dari pada daerah lain, diperlukan sebuah media berupa peta yang mudah dibaca dan ditafsirkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Ketersediaan peta risiko bencana di tingkat pemerintahan administrasi Kelurahan biasanya sedikit jumlahnya bahkan tidak ada dan kurang akurat serta kurang update. Disamping itu peta tersebut kurang mengenai sasaran, oleh karena itu diperlukan suatu Peta Resiko Bencana yang sederhana dan mudah dibaca. Dengan inisiatif ini, ACF mendukung kegiatan pembuatan peta risiko bencana di tiga kelurahan, Cipinang Besar Utara, Kampung Melayu, dan Penjaringan. PETA RISIKO tingkat resiko rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa resiko bencana banjir di Kelurahan Cipinang Besar Utara telah berkurang Tingkat Risiko Banjir (%) Pada tahun 27, tingkat resiko banjir di Kelurahan Penjaringan mencapai 21% tingkat resiko tinggi dan sangat tinggi, 41% tingkat resiko sedang, 36% tingkat resiko rendah, dan 2% tingkat resiko sangat rendah. Pada tahun 29, tingkat resiko berubah menjadi 62% tingkat resiko sedang, 36% tingkat resiko rendah, dan 2% tingkat resiko sangat rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa resiko bencana banjir di Kelurahan Penjaringan telah berkurang Tingkat Risiko Banjir (%) Cipinang Besar Utara rendah sedang tinggi/sangat tinggi Penjaringan Peran anggota masyarakat dalam pemetaan partisipatif sangatlah penting. Masyarakat menjadi pelaku pemetaan dan informasi yang disajikan bersumber dari informasi masyarakat sendiri. Masyarakat mengidentifikasi, mengumpulkan, memproses, dan menyajikan data yang berkaitan dengan ancaman / bahaya di lingkungannya menjadi sebuah sistem informasi. Semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam proses pemetaan akan semakin mendalam informasi yang diperoleh. Masyarakat akan semakin mengenali wilayah tempat tinggalnya dan dapat mengenali ancaman/bahaya yang sewaktu -waktu dapat mangancam kehidupan. Dalam pembuatan peta risiko, perlu kita ketahui terlebih dahulu apa komponen-komponen yang mempengaruhi risiko. Berikut penjabarannya: RISIKO = Ancaman x Kerentanan Kapasitas Semakin besar potensi ancaman, semakin tinggi kerentanan, dan rendah kapasitas yang dimiliki komunitas, maka semakin besar pula risiko bencana yang akan dihadapi sebuah komunitas. Pada tahun 27, Action Contre la Faim (ACF) melakukan pemetaan resiko bencana di tiga Kelurahan yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, dan Penjaringan. Kemudian pada bulan April-Mei 29, ACF bersama KERTAKAYU memperbaharui peta risiko banjir di tiga kelurahan tersebut. Berikut adalah hasilnya (Laporan Kegiatan Kertakayu, 29): Pada tahun 27, tingkat resiko banjir di Kelurahan Cipinang Besar Utara mencapai 26% tingkat resiko tinggi dan sangat tinggi, 29% tingkat resiko sedang, dan 45% tingkat resiko rendah. Pada tahun 29, tingkat resiko berubah menjadi 55% tingkat resiko sedang dan 45% Pada tahun 27, tingkat resiko banjir di Kelurahan Kampung Melayu mencapai 46% tingkat resiko tinggi dan sangat tinggi, 39% tingkat resiko sedang, dan 15% tingkat resiko rendah. Pada tahun 29, tingkat resiko berubah menjadi 85% tingkat resiko sedang, 15% tingkat resiko rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa resiko bencana banjir di Kelurahan Kampung Melayu telah berkurang Tingkat Risiko Banjir (%) 1 5 Kampung Melayu Daerah yang semula pada tahun 27 tingkat resikonya sangat tinggi, saat ini pada tahun 29 telah berubah tingkat resikonya menjadi tingkat resiko sedang. Sebagian daerah tersebut tingkat resikonya berubah dikarenakan saat ini terdapat Tiang Pancang, Sirine, Signboard, Sensor Air didaerah tersebut, dan terdapatnya kapasitas organisasi penanggulangan bencana. Sedangkan daerah yang semula pada tahun 27 tingkat resikonya sedang dan rendah pada tahun 29 tingkat resikonya tidak berubah, tetapi hanya mengalami peningkatn nilai kapasitas dengan adanya kapasitas organisasi penanggulangan bencana di wilayah Kelurahan Kampung Melayu. Ternyata teknologi canggih yang disebut teknik Penginderaan Jauh dengan interpretasi/penafsiran citra satelit dan Sistem Informasi Geografis (GIS) dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan masyarakat, yang penting adalah masyarakat dapat memanfaatkan hasil-hasilnya dengan baik, sehingga meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko bencana di wilayah tmpat tinggalnya P A G E 3

4 MONIKA Nama Monika yang indah merupakan sebuah singkatan, yaitu Alat Monitor Informasi Ketinggian Air. Alat ini dipasang di bendungan Katulampa, Bogor pada bulan April 28 lalu. Monika memiliki peran penting dalam kesiapsiagaan bencana, teknologi canggih ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi air di Katulampa, sehingga warga dapat mengantisipasi terjadinya banjir. Pembuat Monika Ahmad Witjaksono dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan cara kerja Monika. Sistem Monika melibatkan pemasangan sensor air di bendungan, sensor ini berwarna biru, untuk mengetahui level siaga (siaga empat sampai siaga satu). Info ini akan masuk ke komputer, yang akan mengirimkan signal ke kelurahan, satlinmas, dan media massa. Untuk kelurahan dan media massa, pihaknya akan memberikan informasi gratis. Pihak kelurahan dan media massa dapat mengirimkan nomor HP yang akan disimpan pada data base Monika. Mereka selanjutnya akan mendapat informasi mengenai ketinggian air secara otomatis. Sedangkan bagi warga lain di DKI Jakarta yang memerlukan info ketinggian air, dapat mengirimkan SMS dengan mengetik Monika ke sebuah nomor telepon, yang kemudian akan dijawab oleh sistem komputer otomatis SMS info ketinggian air. (Harian Umum Pelita, Juni 9) Pada saat ini Sistem Monika sedang tidak berfungsi akibat sambaran petir beberapa waktu lalu. Tidak hanya Monika, sistem lain di DKI juga ikut terkena imbas sambaran petir ini. Menurut keterangan penjaga pintu air, Andi Sudirman, alat ini sedang diperbaiki dan akan kembali berfungsi pada bulan September 29. Diharapkan sistem ini dapat berfungsi kembali dan memberikan manfaat bagi warga sekitar. PERTEMUAN PRA BANJIR Pertemuan pra-banjir yang diadakan di Kampung Melayu, Penjaringan, dan Cipinang Besar Utara dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menangani banjir yang wajib datang setiap tahun. Pertemuan ini ditujukan untuk melihat kembali dan mengukur kesiapan Satlinmas/STPB dan masyarakatnya dalam menghadapi banjir. Untuk menghadapi banjir, idealnya Satlinmas/STPB dan masyarakat telah mempunyai tim yang kompeten, peralatan yang cukup, dan prosedur tetap yang siap untuk dipakai. Masing masing pertemuan yang diadakan di tiap kelurahan membawa agenda yang berbeda. Pertemuan pra-banjir yang diadakan di Penjaringan bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan Satlinmas terhadap bencana, meningkatkan koordinasi di setiap pelaku masyarakat, dan mengidentifikasi kebutuhan untuk strategi penanganan banjir tahun 29. Pertemuan ini menghasilkan struktur baru Satlinmas PBP Penjaringan yang lebih efektif sehingga setiap unit Satlinmas PBP mempunyai rencana kerja yang jelas untuk kesiapsiagaan banjir. Untuk itu, Satlinmas PBP bermaksud untuk mengadakan pertemuan bulanan yang diadakan pada minggu ketiga setiap bulannya. Empat RW di Penjaringan juga telah bersedia untuk berkoordinasi dalam penanganan banjir. Di Cipinang Besar Utara, agenda pertemuan pra-banjir fokus pada 4 hal yaitu: keterkaitan sistem penanganan bencana yang sudah ada dengan Protap, kapasitas masyarakat untuk menolong dirinya sendiri sewaktu terjadi bencana, kecukupan peralatan, dan koordinasi di antara pelaku penanganan bencana. Hasilnya STPB bersama dengan Kelurahan dan RT/RW akan berkoordinasi bersama untuk mengurangi risiko bencana. Kelurahan juga telah membangun pusat banjir dan mengadakan gerakan kebersihan di setiap RW. Sebagai upaya penanganan banjir juga, sistem peringatan dini akan disebarkan melalui ulama dan RT/RW. Lain halnya dengan Cipinang Besar Utara dan Penjaringan, pertemuan pra-banjir yang diadakan di Kampung Melayu diawali dengan mendiskusikan struktur Satlinmas yang baru dan kemudian mendiskusikan peran peran setiap unit yang ada di Satlinmas dalam penanganan banjir. P A G E 4

5 V O L U M E 1 SEMINAR GURU Siswa di sekolah merupakan salah satu kelompok yang paling rentan sewaktu bencana terjadi. Bencana bukan saja menyebabkan kerugian harta benda dan kehilangan akses kepada pendidikan tapi juga menyebabkan hilangnya nyawa siswa di sekolah. Karena alasan itulah pendidikan pengurangan risiko bencana untuk guru dan siswa menjadi hal yang sangat penting. Seminar guru yang diadakan oleh ACF mengundang 2 guru dari 1 sekolah di 3 kelurahan, yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, dan Penjaringan. Dalam seminar ini, guru diajak untuk berpartisipasi bersama dalam mengembangkan aksi pengurangan risiko bencana dan turut menggandakan hasil terbaik pengurangan risiko bencana dari sekolah lain. Seminar ini menghasilkan desain tindakan pengurangan risiko bencana yang dapat dilakukan di tingkat sekolah sebelum, saat, dan setelah terjadinya bencana yang terdiri dari daftar masalah yang teridentifikasi, solusi alternatif, Siapa melakukan Apa, jadwal, dan sumber dana dari setiap sekolah. PELATIHAN RESPON TANGGAP DARURAT ACF mengadakan program pelatihan respon tanggap darurat dalam rangka melatih pasukan siap siaga menangani bencana banjir yang terjadi di 3 kelurahan, yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, dan Penjaringan. Sebelum program pelatihan respon tanggap darurat dilaksanakan, ACF terlebih dahulu melakukan perekrutan para peserta yang dapat mengikuti program pelatihan ini. Tujuan dari perekrutan ini adalah untuk menyaring peserta pelatihan yang mempunyai komitmen kuat untuk membantu masyarakat dalam kesiapsiagaan dan berbadan sehat serta masih muda. Peserta yang telah terrpilih untuk mengikuti program ini diharapkan dapat mempraktekkan hasil pelatihannya dengan menjadi pasukan yang terlibat aktif dalam kegiatan kegiatan sebelum, saat, dan sesudah bencana. Proses pelatihan respon tanggap darurat pun berjalan dengan baik dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Para peserta menjalani pelatihan dengan semangat tinggi sehingga tidak merasa lelah. Kerja sama antar tim yang dilakukan oleh peserta juga berjalan dengan baik dan peserta terlihat kompak dalam menjalankan tugas tugasnya selama pelatihan berlangsung. Diskusi radio tahap pertama membicarakan tentang tata kota vs banjir perkotaan di DKI Jakarta. Topik ini diangkat untuk melihat pengaruh perkembangan kota Jakarta sebagai pusat pembangunan nasional terhadap banjir perkotaan dan antisipasi yang telah dipersiapkan oleh pemerintah DKI Jakarta. Dalam diskusi yang diadakan di Radio Sonora ini, ACF mengundang narasumber dari BAPPEDA DKI Jakarta sebagai pakar pembangunan perkotaan. Diskusi ini mencakup dua topik besar, yang pertama adalah mendidik masyarakat melalui materi diskusi ten- RADIO TALK SHOW TAHAP 1 tang Jakarta sebagai pusat pembangunan nasional yang memberikan pengaruh positif dan negatif, kedua adalah kampanye masyarakat mengenai kesadaran terhadap tata ruang kota. Dinas tata kota telah melakukan pemeliharaan serta pengembangan sarana dan prasarana drainase dan pengendali banjir, namun ada kendala seperti hunian liar di bantaran sungai dan wadukwaduk (Bappeda, 29) Karena keterbatasan waktu, tidak semua pembahasan topik kedua terselesaikan. Namun tanggapan dari masyarakat cukup baik terhadap kedua topik di atas. Hal ini menandakan bahwa masih ada masyarakat yang peduli dan ingin mengubah keadaan lingkungan sekitarnya. P A G E 5

6 SEJARAH ACTION CONTRE LA FAIM INDONESIA ACF Internasional Action contre la Faim (ACF) adalah organisasi non pemerintah yang didirikan di Perancis untuk memberikan bantuan kepada negara-negara di seluruh dunia. Sasaran ACF adalah melawan kelaparan dan penyakit yang mengancam hidup manusia. Dalam menjalani setiap kegiatan, ACF menghormati prinsip-prinsip: kebebasan, netral, non diskriminasi, akses bebas dan langsung kepada korban, profesionalisme, dan transparansi. ACF di Indonesia ACF Indonesia berdiri sejak tahun 1998 atas permintaan dari Menteri Kesehatan kepada ACF Perancis untuk meningkatkan akses air bersih dan gizi di Irian Jaya. Sejak itu, ACF Indonesia menyediakan bantuan kepada lebih dari 35. orang yang terkena dampak krisis kemanusiaan di daerah Maluku, Aceh, Jawa, dan Sumatra. ACF Indonesia menjalankan programnya di 4 bidang yaitu gizi, ketahanan pangan, air dan sanitasi, dan pengurangan risiko bencana. Di wilayah DKI Jakarta, ACF menjalankan program pengurangan risiko bencana. Latar Belakang Berdirinya ACF di DKI Jakarta Jakarta merupakan wilayah yang rawan banjir karena adanya sejumlah sungai yang melintasi kota Jakarta dan karena ada sebagian wilayah Jakarta yang permukaannya rendah. Di samping itu, perilaku manusia dan pengaturan tata air yang kurang baik juga merupakan penyebab utama banjir ini. Akibat paling buruk yang pernah dialami Jakarta adalah banjir yang terjadi tahun 22 dan 27. Kerugian yang dialami saat banjir tahun 22 adalah sebesar Rp. 9.9 triliun dan pada banjir tahun 27 adalah sebesar Rp. 8.8 triliun. ACF Indonesia Untuk menindaklanjuti banjir tahun 22, ACF dengan memperoleh dana dari DIPECHO melaksanakan program kesiapsiagaan bencana di Kampung Melayu yang saat itu dinilai rawan terhadap banjir. Pada tahun 26, ACF melakukan perpanjangan program hingga tengah tahun 28 dan memilih tiga kelurahan yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, dan Penjaringan sebagai wilayah dampingannya. ACF Indonesia 28 sekarang Menjelang berakhirnya program di tengah tahun 28, ACF telah melakukan survey lebih lanjut dalam rangka perpanjangan program. Survey tersebut menghasilkan program yang dimulai dari tengah tahun 28 sekarang. Judul Program Memperkuat integrasi pengurangan risiko bencana tingkat lokal di kelurahan Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, dan Penjaringan. Tujuan Program Berkontribusi dalam pengurangan kerentanan bahaya dari masyarakat yang tinggal di daerah perkampungan DKI Jakarta melalui sistem penanggulangan bencana yang terintegrasi. Jangkauan Program Meningkatkan efektivitas penanggulangan risiko bencana pada tingkat lokal melalui perencanaan/pengamatan & evaluasi yang lebih baik Mempromosikan pengetahuan mengenai risiko & kesadaran masyarakat menuju kapasitas respon banjir & bahaya lainnya yang lebih baik Meningkatkan keamanan masyarakat & mengurangi kerugian pada level komunitas melalui sistim peringatan dini yang terintegrasi Hasil Program Menguatnya sistem pengurangan risiko bencana tingkat lokal di 3 kelurahan Meningkatnya pengetahuan risiko tingkat lokal (institusi dan populasi) di 3 kelurahan Meningkatnya kemitraan/koordinasi dan bantuan dari pemerintah lokal, daerah, dan pemerintah terhadap inisiatif pengurangan risiko bencana tingkat lokal Meningkatnya keamanan dan kesiapsiagaan masyarakat di 3 kelurahan ACTION CONTRE LA FAIM MISI INDONESIA PROGRAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA BULETIN SIAGA #1 TIM PENYUSUN : Nina Rossiana, Fredy Chandra, Patricia Dwi Wulandari, Ervin Ayu, Putri Sortaria KONTAK KAMI : Jl. Dharmawangsa IX no. 12 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, 1216 Tel , Fax acf.dpi.asst@gmail.com KOMISI BANTUAN KEMANUSIAAN UNI EROPA (ECHO) Komisi Bantuan Kemanusiaan Uni Eropa (ECHO) mendanai kegiatan bantuan untuk korban bencana alam dan konflik di luar Uni Eropa. Bantuan disalurkan secara tidak berpihak, langsung kepada korban, tidak memandang ras, kelompok etnis, jenis kelamin, usia, kebangsaan atau paham politik. Uni Eropa adalah pendonor terbesar untuk pendanaan operasional bantuan kemanusiaan. Publikasi ini diterbitkan dengan bantuan Uni Eropa. Isi dari publikasi ini tidak merefleksikan pandangan Uni Eropa.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Early Warning System. Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat

Early Warning System. Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat Early Warning System Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat Sistem Peringatan Dini Banjir Dokumentasi Pengembangan EWS bersama Masyarakat Latar Belakang Banjir merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami dan aktivitas manusia. Kerugian atau dampak negatif dari suatu bencana tergantung pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI SKPD Visi BPBD Kabupaten Lamandau tidak terlepas dari kondisi lingkungan internal dan eksternal serta kedudukan, tugas dan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat rentan terhadap ancaman berbagai jenis bencana, misalnya bencana yang terjadi di Sulawesi

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PERATURAN WALIKOTA TEGAL WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana LAMPIRAN Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Lampiran 1. Aspek dan Indikator Desa/Kelurahan Tangguh Aspek Indikator Ya Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM Bencana alam adalah keadaan yang mengganggu kehidupan sosial

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

L/O/G/O.

L/O/G/O. L/O/G/O www.themegallery.com Latar Belakang Sebagai Ibukota Negara, Provinsi DKI Jakarta memiliki permasalahan kebencanaan yang komplek. Terumata masalah banjir mengingat kota Jakarta dilalui oleh 13 sungai

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi secara tiba-tiba dalam tempo relatif singkat dalam hubungan antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN - PENGERTIAN ( DIREKTUR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ) DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM Definisi Bencana (disaster) Suatu peristiwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA ORIENTASI KESIAPAN SATLINMAS DALAM PERLINDUNGAN MASYARAKAT

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA ORIENTASI KESIAPAN SATLINMAS DALAM PERLINDUNGAN MASYARAKAT 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA ORIENTASI KESIAPAN SATLINMAS DALAM PERLINDUNGAN MASYARAKAT TANGGAL 12 JULI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr.

Lebih terperinci

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia merupakan wilayah rawan bencana. Sejak tahun 1988 sampai pertengahan 2003 terjadi 647 bencana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana mewakili Konsorsium Pendidikan Bencana Ardito M. Kodijat [UNESCO Office Jakarta] Tak Kenal Maka Tak Sayang.. Presidium: ACF, LIPI, MPBI, MDMC

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.14,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Peran serta, Lembaga Usaha, penyelenggaraan, penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tris Eryando LATAR BELAKANG Secara geografis sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana yaitu bencana

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN

DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN Nama SKPD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Alamat : Jalan Lingkar SugiBlang

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN KESIAPSIA BANJIR

KESIAPSIAGAAN KESIAPSIA BANJIR KESIAPSIAGAAN BANJIR Memperkuat kapasitas dan inisiatif lokal dalam pengelolaan risiko bencana secara terpadu di tiga wilayah rawan banjir di DKI Jakarta, yaitu Cipinang Besar Utara, Kampung Melayu, dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Komik menurut definisinya adalah seni sekuensial yang menceritakan sesuatu melalui kombinasi gambar dan teks, yang tersusun dalam bentuk panel-panel

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Taruna. Siaga Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM TARUNA SIAGA BENCANA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja a. Program : Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin

Lebih terperinci

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN DALAM

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Koordinasi merupakan suatu tindakan untuk mengintegrasikan unit-unit pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam hal penanggulangan bencana

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR-UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia memerlukan perhatian khusus dalam pembangunannya, karena masalah permukiman berkaitan dengan aspek fisik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KESATUAN BANGSA PROPINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hadirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang tahun 1988, geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan fenomena geosfer

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Banjir adalah sutau kejadian saat air menggenangi daerah yang biasanya tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008) Banjir melanda di beberapa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dari penelitian ini

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dari penelitian ini BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Koramil 02 Penjaringan sebagai bagian dari Muspika Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT Sesuai UU No: 24 Thn 2007 Pasal 4, Badan Penanggulangan Bencana Daerah memiliki tugas : 1. Menetapkan pedoman dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia.undangundang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman. No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13,TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN

Lebih terperinci

Formalisasi SATLINMAS & STPB

Formalisasi SATLINMAS & STPB Manajemen Bencana di Tingkat Lokal Dokumen Pembelajaran Formalisasi SATLINMAS & STPB Cipinang Besar Utara Kampung Melayu Penjaringan II Manajemen Bencana di Tingkat Lokal Dokumen Pembelajaran Formalisasi

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di Negara Indonesia dimana semua kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci