Hamdan Nurdin Stasiun Klimatologi Klas I Kediri-Mataram Abstrak
|
|
- Budi Yandi Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEBUTUHAN AIR IRIGASI RATA-RATA HARIAN UNTUK TANAMAN KEDELAI PADA PERIODE MUSIM KEMARAU DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAILY AVERAGE IRRIGATION WATER NEEDS OF SOYBEAN ON DRY SEASON IN WEST NUSA TENGGARA PROVINCE Hamdan Nurdin Stasiun Klimatologi Klas I Kediri-Mataram hamdan.nurdin@bmkg.go.id Abstrak Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ditetapkan oleh Pemerintah sebagai salah satu sentra produksi kedelai nasional, namun merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap berkurangnya ketersediaan air pada periode Musim Kemarau (MK), sehingga perlu di ketahui seberapa besar air yang perlu disediakan pada periode MK untuk tanaman kedelai. Dengan menggunakan Metode Blaney-Criddle dan Interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW) dapat diketahui jumlah air irigasi untuk tanaman kedelai pada periode MK di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil pengolahan data curah hujan pada 44 pos kerjasama dan suhu udara dari 4 (empat) Stasiun Pengamatan Meteorologi dan Klimatologi di NTB, yaitu Stasiun Meteorologi BIL, Stasiun Klimatologi Kediri-NTB, Stasiun Meteorologi Brang Biji Sumbawa dan Stasiun Meteorologi M. Salahudin - Bima periode maka diketahui pada periode MK di NTB kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai pada bulan Mei berkisar antara 0 sampai dengan 3.0 mm/hari, pada bulan Juni berkisar antara 3.5 hingga 5.0 mm/hari, pada bulan Juli berkisar antara 5.5 hingga 6.5 mm/hari, pada bulan Agustus berkisar antara mm/hari dan pada bulan September berkisar antara 0.5 hingga 2.0 mm/hari. Kebutuhan air irigasi rata-rata harian tertinggi terjadi pada bulan Juli, disebabkan pada bulan tersebut merupakan puncaknya musim kemarau di Prov. NTB. Kata kunci: kedelai, Blaney-Criddle, suhu udara, curah hujan, irigasi, Inverse Distance Weighted 1
2 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi yang sangat dibutuhkan sebagai sumber protein nabati (Rukmana et al, 1996). Akan tetapi tingginya kebutuhan masyarakat akan gizi kedelai sulit dipenuhi karena kelangkaannya. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu sentra produksi kedelai nasional untuk mengejar target swasembada kedelai yang mampu memproduksi 1 juta ton kedelai per tahun. Saat ini kebutuhan kedelai nasional mencapai 2.2 hingga 2.5 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mencapai ( ) ribu ton. Dengan demikian Indonesia masih kekurangan sekitar 1.4 juta ton/tahun, kekurangan tersebut terpaksa dipenuhi melalui impor ( Kelangkaan tersebut ditandai dengan tingginya jumlah kedelai yang diimpor oleh pemerintah dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan masyarakat akan kedelai pun akan semakin meningkat. Fenomena kelangkaan semakin meningkat karena tidak diimbangi dengan perkembangan produksi kedelai yang memadai (Arsyad, 2003). Menyadari adanya ketergantungan akan kedelai impor, pemerintah mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan produksi kedelai, salah satunya adalah menetapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai salah satu wilayah sentra produksi pangan nasional (Baihaqi, 2014). Konsekuensinya, Prov. NTB dituntut untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangannya termasuk kedelai. Pemerintah berharap melalui program tersebut permasalahan kelangkaan kedelai yang terjadi di Indonesia dapat diselesaikan. Untuk menjawab tuntutan tersebut tidak mudah. Menurut As-syakur et al, (2012), sebagian besar wilayah Lombok yang meliputi bagian timur, tenggara dan selatan adalah wilayah lahan kering yang tidak sesuai untuk tanaman kedelai. Dalam hal menunjang pertumbuhannya pada lahan-lahan yang marginal, peran dari air irigasi sangat dibutuhkan. Kebutuhan air irigasi pada tanaman kedelai di masing-masing tempat berbeda-beda tergantung dari waktu penanaman, lintang tempat, curah hujan dan suhu udara (Brouwer.1986). Dengan mempertimbangkan kebutuhan air tanaman dan sebaran curah hujan rata-rata di Prov. NTB, maka kebutuhan air untuk irigasi di masingmasing tempat dapat ditentukan. Diharapkan dengan pemberian jumlah air irigasi yang tepat, pertumbuhan tanaman kedelai di Prov. NTB menjadi optimal guna meningkatkan produktivitas tanaman. 2
3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan beberapa metode perhitungan sebagai berikut: Rata-rata adalah metode statistik berupa ukuran pemusatan yang nilainya didapat dengan menjumlahkan setiap data kemudian dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut, (1) Dimana X adalah jumlah seluruh data dan n adalah banyaknya data Evapotranspirasi Blaney-Criddle Menurut Brouwer (1986), metode Blaney-Criddle digunakan untuk menghitung nilai evapotranspirasi tanaman (ETc). Dengan mempertimbangkan neraca air tanaman, maka ETc sama dengan kebutuhan air tanaman Penyajian Data Menghitung, menganalisa dan menyajikan data menggunakan seperangkat komputer dengan software Microsoft Excel Data dihitung, dianalisa dan disajikan dalam bentuk tabel dan peta, yang kemudian dilakukan pengklasifikasian dari perhitungan tersebut yang kemudian dipetakan menjadi peta spasial kebutuhan air irigasi terhadap tanaman kedelai di Prov. NTB dengan menggunakan perangkat lunak yaitu software Arc GIS
4 Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa: a. Data suhu udara (rata-rata, maksimum, minimum) yang didapat dari Stasiun Klimatologi Klas I Kediri-Mataram selama periode 15 tahun ( ) b. Data curah hujan rata-rata bulanan dari 44 titik pos pengamatan hujan kerjasama BMKG, yang terdiri dari 44 kecamatan di Prov. NTB (Ampenan, Majeluk, Selaparang, Cakranegara, Batulayar, Buwun Mas, Gerung, Pelangan, Kediri, Rumak, Gn. Sari, Lembar, Sekotong, Sigerongan, Narmada, Batukliang, Praya, Janapria, Kopang, Mertak, Penujak, Stasiun Meteorologi BIL, Mantang, Mujur, Pringgarata, Pujut, Puyung, Aikmel, Jerowaru, Sembalun, Kokok Putih, Masbagik, Mt. Gading, Pringgabaya, Sambelia, Sikur, Sukamulia, Swela, Bayan, Pemenang, Gangga, Santong dan Tanjung) selama periode waktu 15 tahun ( ). Analisa Adapun metode analisis yang digunakan pada penelitian ini antara lain: a Metode Blaney-Criddle Perhitungan ETc melibatkan formula dari reference crop evapotranspiration (ETo) (Pers. 2), yaitu evapotranspirasi potensial dari tanaman rumput-rumputan yang dapat dirumuskan sebagai berikut, ETo = p (0.46 T mean +8).(2) Dimana p adalah persentase rata-rata dari durasi penyinaran hari, harian (Tabel. 1) dan T mean adalah suhu udara rata-rata di masing-masing bulan (Pers. 3) sebagai hasil perhitungan antara T max dan T min. Tmean = Tmax+Tmin.... (3) 2 4
5 Tabel 1. Lama Penyinaran Rata-rata (p) Harian Selama Satu Tahun pada Berbagai Garis Lintang yang Berbeda Sumber: FAO Prov. NTB berada pada lintang 8 ºLS (Lintang Selatan) sehingga digunakan Lintang (Latitude) 10 pada tabel 1, sedangkan periode yang diteliti adalah bulan Mei hingga September, maka nilai p untuk masingmasing bulan (Mei, Juni, Juli, Agustus dan September) adalah 0.26, 0.26, 0.26, 0.27 dan Nilai ETo nilai yang didapatkan selanjutnya diformulakan kembali ke dalam rumus ETc (Pers. 4) dengan mensubstitusikan nilai crop coeficient / crop factor (Kc) untuk tanaman kedelai di masing-masing tahap pertumbuhan nya pada (Tabel.2), ETc = ETo x Kc..(4) Dimana ETc adalah kebutuhan air tanaman, ETo adalah evapotranspirasi potensial dan Kc adalah Coeficient Crop / Koefisien Tanaman. 5
6 Tabel 2. Nilai Kc untuk Masing-Masing Tanaman Sumber: FAO Dimulai dari phase awal / Initial Stage (IS) menuju phase pertumbuhan vegetatif / Crop Development Stage (CDS), phase generatif / Mid-Season Stage (MSS) hingga phase pemasakan / Late Season Stage (LSS), nilai Kc dari Kedelai (Soybean) adalah 0.35, 0.75, 1.1 dan 0.6. b Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi / Irrigation Needs (IN) (Pers. 5) didapatkan dari pengurangan antara ETc dengan Effective Rainfall (Pe). Pe adalah banyaknya air hujan efektif yang dapat diserap oleh akar tanaman. Yaitu air hujan yang tersisa di dalam tanah di dekat zona perakaran tanaman setelah mengalami losses/kehilangan, baik karena penguapan, runoff, maupun perkolasi dalam. 6
7 IN = ETc Pe.....(5) Sedangkan nilai Pe ditentukan berdasarkan 2 rumus yang berbeda (Pers. 6 dan 7) tergantung dari curah hujan bulanan yang jatuh di bulan terkait. Pe = 0.8 P 25 (6) Rumus di atas (Pers. 6) digunakan untuk curah hujan 75 mm di bulan terkait dengan P adalah total curah hujan. Sedangkan untuk curah hujan 75 mm menggunakan rumus, Pe = 0.6 P 10 (7) Jika Pe bernilai negatif, maka nilainya dikonversi menjadi 0 (nol). Karena nilai terkecil dari Pe adalah 0. c Interpolasi Inverse Distance weighted Interpolasi adalah suatu metode atau cara untuk mencari nilai diantara beberapa titik data yang telah diketahui atau sebuah proses untuk menentukan nilai di suatu tempat berdasarkan nilai disekitarnya. Logika dari interpolasi spasial adalah bahwa nilai titik observasi atau pengamatan yang berdekatan akan memiliki nilai yang sama (mendekati) dibandingkan dengan nilai pada titik yang jauh (Hukum geografi Tobler). Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada data yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah secara liniear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot atau pengaruh dari nilai data sampel berbanding terbalik dengan jarak dari nilai prakiraan. 7
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data curah hujan bulanan di Prov. NTB selama 15 tahun dengan jumlah pos hujan sebanyak 44 titik. Analisis kebutuhan air tanaman kedelai dimulai dari perhitungan ETo (Tabel 3) dengan menggunakan rumus Pers-3 dan nilai p (Lama penyinaran matahari rata-rata harian) seperti yang tercantum pada table 3 dan table 4. Tabel 3. Nilai ETo Harian untuk Masing-Masing Bulan di Pulau Lombok. Bulan Mei Juni Juli Agustus September BMKG Lombok Kediri BIL Kediri BIL Kediri BIL Kediri BIL Kediri BIL T Mean p ETo (mm/hari) Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa di Pulau Lombok pada bulan Mei suhu rata-rata (Tmean) bernilai ⁰C dengan lama penyinaran matahari rata-rata (p) sebesar 0.26 maka didapatlah nilai ETo sebesar 5.3 mm/hari, bulan Juni suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dan penyinaran matahari sebesar 0.26 maka nilai ETo sebesar 5.2 mm/hari, bulan Juli suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dengan nilai p sebesar 0.26 maka nilai ETo adalah sebesar 5.1 mm/hari, bulan Agustus suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dengan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo sebesar 5.3 mm/hari dan pada bulan September suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo antara mm/hari. Tabel 4. Nilai ETo Harian untuk Masing-Masing Bulan di Pulau Sumbawa. Bulan Mei Juni Juli Agustus September BMKG Sumbawa Sumbawa Bima Sumbawa Bima Sumbawa Bima Sumbawa Bima Sumbawa Bima T Mean p ETo (mm/hari) Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa di Pulau Sumbawa pada bulan Mei suhu rata-rata (Tmean) bernilai ⁰C dengan lama penyinaran matahari rata-rata (p) sebesar 0.26 maka didapatlah nilai ETo sebesar 5.4 mm/hari, bulan Juni suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dan penyinaran matahari sebesar 0.26 maka nilai ETo sebesar 5.3 mm/hari, bulan Juli suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dengan nilai p sebesar 0.26 maka nilai ETo adalah sebesar mm/hari, bulan Agustus suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dengan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo sebesar 5.5 mm/hari dan pada bulan September suhu rata-rata berkisar antara ⁰C dan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo antara mm/hari. Dengan mengetahui umur tanaman dan nilai Kc (Crop Coefisient) per phase pertumbuhan (Tabel 4), dimana umur tanaman kedelai adalah 135 hari, untuk phase IS (Initial Stage) 20 hari yaitu 1-20 HST, CDS (Crop Development Stage) 30 hari antara HST, MSS (Mid-Season Stage) sepanjang 60 hari antara HST dan LSS (Late Season Stage) dengan durasi 25 hari yaitu HST. Nilai Kc per bulan, nilai ETc harian dan nilai ETc bulanan dapat dijabarkan pada tabel-tabel berikut ini; 8
9 Tabel 4. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Klimatologi Klas I Kediri-Mataram. MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER IS CDS MSS LSS Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan Tabel 5. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Meteorologi Selaparang-BIL. MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER IS CDS MSS LSS Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan Tabel 6. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Meteorologi M. Kaharudin-Sumbawa. Mei Juni Juli Agustus September IS CDS MSS LSS Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan
10 Tabel 7. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Meteorologi M. Salahuddin-Bima. MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER IS CDS MSS LSS Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan Dari tabel-tabel di atas dapat disampaikan bahwa nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan pada tiap-tiap phase mulai dari phase IS, CDS, MSS dan LSS di 4 (empat) stasiun BMKG di Prov. NTB adalah sebagai berikut: a. Stasiun Klimatologi Klas I-Mataram. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 77 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.5 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 134 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.6 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 168 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 4.9 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 148 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.6 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 49 mm/bulan. b. Stasiun Meteorologi Selaparang-BIL. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 77 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.5 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 136 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 170 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 5.0 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 150 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.6 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 49 mm/bulan. c. Stasiun Meteorologi M. Kaharudin-Sumbawa. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 78 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.6 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 137 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 153 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 5.1 mm/hari 10
11 dan nilai ETc bulanan sebesar 153 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 50 mm/bulan. d. Stasiun Meteorologi M. Salahuddin-Bima. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 79 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.6 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 138 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.8 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 174 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 5.2 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 155 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 51 mm/bulan. Nilai IN (Irrigation Needs) per bulan dihitung dengan persamaan (5) berdasarkan ETc bulanan pada baris terakhir (Tabel 4) dan nilai Pe (Effective Rainfall) yang spesifik mempertimbangkan curah hujan rata-rata bulanan di 44 pos hujan kerjasama dengan menggunakan persamaan (6) dan (7). Berdasarkan nilai IN bulanan yang telah dihitung, maka IN harian spesifik di masing-masing titik sampel dapat ditentukan dengan dibagi 30 hari/bulan (Tabel 5). 11
12 Tabel 5. Nilai IN Harian pada 44 Pos Hujan Kerjasama di Prov. NTB NO POS Pe ETc Bulanan IN (Liter/M²/Bulan) Bulanan IN (Liter/M²/Hari) Harian Mei Juni Juli Agust Sep Mei Juni Juli Agust Sep Mei Juni Juli Agust Sep Mei Juni Juli Agust Sep 1 BELO BOLO DONGGO MONTA PALIBELO PANDA SANGGAR SAPE SOROMANDI STAMET BIMA RABA AMPENAN CAKRANEGARA MAJELUK MATARAM SELAPARANG GERUNG GN. SARI KEDIRI LEMBAR NARMADA JANAPRIA KOPANG MUJUR PENUJAK AIKMUAL JONGGAT MT. GADING SIKUR SUKAMULIA BAYAN TANJUNG ALAS DIPERTA SUMBAWA EMPANG LAPE LENANGGUAR MOYOHILIR MOYOHULU PLAMPANG MOYO UTARA STAMET SUMBAWA UTAN SETELUK TALIWANG
13 Dari data 44 pos hujan kerjasama terlihat bahwa kebutuhan air irigasi paling rendah untuk tanaman kedelai ada pada bulan Mei di saat phase pertumbuhan (IS). Hal ini juga ditunjang oleh keadaan curah hujan rata-rata yang masih cukup tinggi pada bulan tersebut, sedangkan kebutuhan irigasi teringgi ada pada bulan Juli dan Agustus dimana curah hujan mencapai titik terendah di saat tanaman kedelai memasuki phase MSS atau phase pertumbuhan generatif dan membutuhkan air yang cukup untuk pembentukan biji. Kebutuhan air irigasi harian di seluruh wilayah di Prov. NTB di peta kan sebagaimana yang terlihat pada hasil pemetaan spasial. Wilayah yang tidak terwakili data pengamatan curah hujan di prakirakan menggunakan metode interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW), dengan menggunakan data IN dari 44 pos hujan kerjasama sebagai acuan untuk kepentingan analisis spasial, nilai IN pada tabel 5 dibulatkan ke atas menuju kelipatan 0.5 liter (L) terdekat. Gambar 3. Peta Kebutuhan Air Irigasi Rata-Rata Harian untuk Tanaman Kedelai pada Periode Mei-September di Prov. NTB Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Bulan Mei merupakan bulan paling basah pada periode Musim Kemarau di NTB, terlihat dari distribusi spasial nilai IN pada bulan Mei. Nilai IN terendah pada bulan Mei terdistribusi di hampir diseluruh wilayah di NTB dengan nilai sebesar mm/hari. Secara umum mulai pada bulan Juni terjadi penurunan curah hujan secara signifikan. Kebutuhan irigasi bulan Juni berkisar antara mm/hari dengan kebutuhan air terbesar (5.0 mm/hari) terdistribusi di wilayah Kab. Bima (Kec. Woha dan Belo). Kebutuhan irigasi pada bulan Juli sangat tinggi yaitu mencapai nilai mm/hari, sebab pada bulan Juli di Prov. NTB merupakan puncak musim kemarau, dengan nilai IN tertinggi meliputi sebagian besar wilayah di NTB. Secara umum wilayah NTB pada bulan Agustus Kebutuhan air irigasi masih cukup tinggi yaitu antara mm/hari. Dimana pada bulan Agustus kebutuhan air masih sangat diperlukan oleh tanaman guna menunjang phase generatif nya. 13
14 Memasuki bulan September terjadi peningkatan curah hujan dan penurunan kebutuhan irigasi di beberapa wilayah di Prov. NTB. Pada bulan tersebut kebutuhan irigasi berkisar antara mm/hari. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data untuk kajian kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai di Prov. NTB dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai di Prov. NTB berbeda-beda tergantung dari wilayah dan waktu tanam. b. Kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai di Prov. NTB pada bulan Mei berkisar antara mm/hari, pada bulan Juni berkisar antara mm/hari, pada bulan Juli berkisar antara mm/hari, pada bulan Agustus berkisar antara mm/hari dan pada bulan September berkisar antara 0.5 hingga 2.0 mm/hari. Kebutuhan air irigasi dalam satuan luasan ditentukan dengan mengalikan kebutuhan irigasi dalam (mm/hari) dengan luas tanaman kedelai. Saran a. Analisis spasial kebutuhan air irigasi perlu dipertajam dan diperdalam dengan mempertimbangkan ketinggian tempat yang sesuai bagi tanaman kedelai dan tata guna lahan. b. Penelitian dapat dikembangkan untuk komoditas tanaman pangan yang lain. 14
15 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, D. M., & Sembiring, H. (2003). Pengembangan Tanaman Kacang- Kacangan Di Nusa Tenggara Barat. Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 9. As-syakur, A. R., Nuarsa, I. W., & Sunarta, I. N. (2012). Pemutakhiran Peta Agroklimat Klasifikasi Oldeman Di Pulau Lombok Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Bali. Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: Baihaqi, Anas. (2014). Pengaruh Curah Hujan Terhadap Luas Serangan Penyakit Blas (Pyricularia Oryzae Cavara) di Lombok Tengah. Mataram. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas 45 Mataram. Brouwer, C. & Heibloem, M. (1986). Irrigation Water Needs. Netherland. The International Institute for Land Reclamation and Improvement. FAO Crop Water Requirements, FAO Irrigation and Drainage Paper Rahman,T., Tekan Impor Mentan Siapkan 700 Hektare Lahan Kedelai. Diakses pada tanggal 1 November Rukmana, Rahmat & Yuniarsih, Yuyun. (1996). Kedelai, Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Sumanto. (2009). Statistika Deskriptif. Yogyakarta. Penerbit CAPS (Center of Academic Publishing Service) 15
PENGERTIAN 1. Cuaca 2. Iklim Hujan 4. Sifat Hujan : a. Atas Normal (AN) b. Normal (N) c. Bawah Normal (BN)
PENGERTIAN 1. Cuaca adalah kondisi atmosfer yang berlangsung dalam waktu singkat di suatu daerah yang sempit. 2. Iklim adalah pengertian kondisi atmosfer yang berlangsung dalam waktu yang lama di suatu
Lebih terperinciB U L E T I N BMKG PENANGGUNG JAWAB WAKODIM, SP. REDAKTUR AMINUDIN AL RONIRI, SP IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom
PENANGGUNG JAWAB WAKODIM, SP REDAKTUR AMINUDIN AL RONIRI, SP IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom B U L E T I N ANALISIS DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT EDITOR ADI RIPALDI, M.Si HAMDAN NURDIN
Lebih terperinciLampiran I.52 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI
Lebih terperinciB U L E T I N BMKG PENANGGUNG JAWAB : WAKODIM, SP. REDAKTUR : AMINUDIN AL RONIRI, SP IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom
PENANGGUNG JAWAB : WAKODIM, SP REDAKTUR : AMINUDIN AL RONIRI, SP IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom B U L E T I N ANALISIS DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT EDITOR : ADI RIPALDI, M.Si HAMDAN
Lebih terperinciB U L E T I N BMKG PENANGGUNG JAWAB WAKODIM, SP. REDAKTUR WAN DAYANTOLIS, SSi, MSi IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom
PENANGGUNG JAWAB WAKODIM, SP REDAKTUR WAN DAYANTOLIS, SSi, MSi IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom B U L E T I N ANALISIS DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT EDITOR ADI RIPALDI, MSi HAMDAN NURDIN
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNURNUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SATUAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPemerintahan/ Government SEKAT
SEKAT Nusa Tenggara Barat In Figures 2008 25 26 Nusa Tenggara Barat in Figures 2008 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 7 kabupaten, 2 kota, 116 kecamatan,
Lebih terperinciTipologi dari Kecamatan dan Pedesaan di NTB
Climate Futures and Rural Livelihood Adaptation Strategies in Nusa Tenggara Barat Province, Indonesia Dampak perubahan iklim terhadap penghidupan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia Policy
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI STASIUN METEOROLOGI BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TANGGAL 11 FEBRUARI 2017
ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI STASIUN METEOROLOGI BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TANGGAL 11 FEBRUARI 2017 I. INFORMASI CUACA EKSTREM LOKASI STASIUN METEOROLOGI SELAPARANG BIL TANGGAL 11 Februari
Lebih terperinciLAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN SUMBAWA TANGGAL 6-10 FEBRUARI 2017
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id
Lebih terperinciJUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)
JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 5201 LOMBOK BARAT 5 12 17 5202 LOMBOK TENGAH 25 0 25 5203 LOMBOK TIMUR 29
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
Nusa Tenggara Barat In Figures 2009 27 28 Nusa Tenggara Barat in Figures 2009 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinciLAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id
Lebih terperinciI. INFORMASI METEOROLOGI
I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM, 02 MEI 2015
LAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM, 02 MEI 2015 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS I KEDIRI-MATARAM MEI 2015 ANALISIS KEJADIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode
Lebih terperinciI. INFORMASI METEOROLOGI
I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan
Lebih terperinciDEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013
DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi
Lebih terperinciBAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN
BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
2010 Nusa Tenggara Barat In Figures 2010 27 28 Nusa Tenggara Barat in Figures 2010 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinciI. INFORMASI METEOROLOGI
I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting
Lebih terperinciI. INFORMASI METEOROLOGI
I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI LOMBOK TIMUR TANGGAL 17 JANUARI 2017
I. INFORMASI CUACA EKSTREM LOKASI ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI LOMBOK TIMUR TANGGAL 17 JANUARI 2017 Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur TANGGAL 17 Januari 2017 DAMPAK Sekitar 442 rumah
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 27 28 Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN BIMA, DOMPU DAN KOTA BIMA, JANUARI 2015
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS I KEDIRI MATARAM Alamat : Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 BMKG Website: http://iklim.ntb.bmkg.go.id
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
2010 2011 Nusa Tenggara Barat In Figures 2011 23 24 Nusa Tenggara Barat in Figures 2011 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinciGeografis/ Geographic SEKAT
SEKAT 1 2 BAB I GEOGRAFI CHAPTER I GEOGRAPHIC 1.1. Letak dan Keadaan Alam Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15 km 2. Terletak antara
Lebih terperinciSukudana. Anyar. Bayan. Bayan. Masbagik. Kopang. Pancor. Sakra. Ganti
8 45' L 8 30' L 8 15' L Labuhanpoh E L A T L O M B O K 116 00' BT Blongos Ampenan Teluk Waru Pemenang Gondang Tanjung MATARAM Narmada Cakranegara Kediri Jonggat 116 15' BT Kabupaten Lombok Barat Tampes
Lebih terperinciPOTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN
POTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN POTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN Wilayah Pesisir dan Lautan Provinsi NTB Secara biofisik, Provinsi NTB mempunyai potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA ( TANGGAL 13 FEBRUARI 2017 )
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciLAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM TANGGAL 9-14 DESEMBER 2016
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id
Lebih terperinciPOTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN
POTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN Wilayah Pesisir dan Lautan Provinsi NTB Secara biofisik, Provinsi NTB mempunyai potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup tinggi, yaitu luas perairan lautnya
Lebih terperinciANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL NOVEMBER 2017
ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL 18-19 NOVEMBER 2017 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT-NTB NOVEMBER 2017
Lebih terperinciLAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA DAN KOTA BIMA TANGGAL DESEMBER 2016
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id
Lebih terperinciANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH
ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Wenas Ganda Kurnia, Laura Prastika Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu Email: gaw.lorelindubariri@gmail.com
Lebih terperinciAnalisis Ketersediaan Air terhadap Potensi Budidaya Kedelai (Glycine max (L) Merril) di Daerah Irigasi Siman
57 Analisis Ketersediaan Air terhadap Potensi Budidaya Kedelai (Glycine max (L) Merril) di Daerah Irigasi Siman Water Availability Analysis for Soybean (Glycine max (L) Merril) Cultivation in Siman Irrigation
Lebih terperinciPEMERINTAHAN. Government
PEMERINTAHAN NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT Pemerintahan/ 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri
Lebih terperinciA. Metode Pengambilan Data
16 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan mengambil data suhu dan curah hujan bulanan dari 12 titik stasiun
Lebih terperinciDari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan Landasan Udara Abdul Rahman Saleh didapatkanlah rata-rata ETo nya adalah 3,77 mm/day.
Dari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan Landasan Udara Abdul Rahman Saleh didapatkanlah rata-rata ETo nya adalah 3,77 mm/day. Grafik dari table klimatologi diatas menunjukan ETo pada
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk
ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk I. INFORMASI CUACA EKSTREM LOKASI 1. Desa Banyu Urip Kec Gerung Lombok
Lebih terperinciGambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali
7 Lambang p menyatakan produktivitas (ton/ha), Δp persentase penurunan produktivitas (%). Penggunaan formula linest dengan menggunakan excel diatas akan menghasilkan nilai m yang dapat diinterpretasikan
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI SAMBELIA LOMBOK TIMUR TANGGAL 08 FEBRUARI 2017
ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI SAMBELIA LOMBOK TIMUR TANGGAL 08 FEBRUARI 2017 I. INFORMASI CUACA EKSTREM LOKASI TANGGAL DAMPAK Kecanatan Sanbelia, Kabupaten Lombok Timur 08 Februari 2017, terukur
Lebih terperinciGambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.
11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air
TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.
Lebih terperinciPERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta
PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN POLA TANAM DALAM MENINGKATKAN INDEKS PERTANAMAN 1
ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN POLA TANAM DALAM MENINGKATKAN INDEKS PERTANAMAN 1 Tujuan: Budi Indra Setiawan 2 1) Menjelaskan proses perhitungan neraca air di lahan pertanian 2) Mengidentifikasi pergantian
Lebih terperinciBAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI
BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak
Lebih terperinciLombok Timur Dalam Data
Lombok Timur Dalam Data 2016 1 GEOGRAFI Lombok Timur Kabupaten Terluas di Pulau Lombok. Luas Daratan Lombok Timur Mencapai 33,88 Persen Dari Luas Pulau Lombok. Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian Kondisi curah hujan di DAS Citarum Hulu dan daerah Pantura dalam kurun waktu 20 tahun terakhir (1990-2009) dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG
B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,
Lebih terperinciDATA PASAR PERMANEN DAN PASAR SEMI PERMANEN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
I DATA PASAR PERMANEN DAN PASAR SEMI PERMANEN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KOTA MATARAM 1 Mandalika Bertais Sandubaya 1,765 2 Cakranegara Cakra Barat Cakranegara 482 3 Kr. Lelede Saptamarga Cakranegara
Lebih terperinciANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR
ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR SH. Hasibuan Analisa Kebutuhan Air Irigasi Kabupaten Kampar Abstrak Tujuan dari penelitian adalah menganalisa kebutuhan air irigasi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS
BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah
Lebih terperinciBAB III DATA DAN METODOLOGI
BAB III DATA DAN METODOLOGI 3.1 Data Daerah penelitian adalah Jawa Timur, terletak di Indonesia yang merupakan bagian dari pulau Jawa, posisi geografis terletak pada garis bujur antara 111,0 o BT hingga
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA BMKG Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk Daerah Irigasi Banjaran meliputi Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Selatan,
Lebih terperinciOleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)
PERBANDINGAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PADI METODA DENGAN CROPWAT-8.0 (CALCULATION OF PADDY IRRIGATION REQUIREMENT RATIO ON WITH CROPWAT-8.0 METHOD) Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) Departement
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam
Lebih terperinciANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG 1. TINJAUAN UMUM 1.1.
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH
ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN METODE PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI PENMAN DI KABUPATEN GORONTALO Widiyawati, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656
Lebih terperinciKAJIAN IKLIM PADA BENCANA BANJIR BANDANG SAMBELIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, 20 JANUARI 2014
KAJIAN IKLIM PADA BENCANA BANJIR BANDANG SAMBELIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, 20 JANUARI 2014 Hamdan Nurdin, David S, Imam Kurniawan I Wayan E.S Stasiun Klimatologi Kediri-Mataram I. Pendahuluan Banjir
Lebih terperinciKATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP
PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian 1. Gambaran umum Pulau Lombok Pulau Lombok merupakan sebuah pulau yang terletak di provinsi Nusa Tenggara barat dengan luas wilayah mencapai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii
Lebih terperinciANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III SULTAN MUHAMMAD KAHARUDDIN JL. GARUDA No. 43 SUMBAWA BESAR NTB Kode Pos 84312TELP : 0371 21859, 24134 FAX : (0371) 626144 Email
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA SMK SLB NEGERI TAHUN PELAJARAN 2018/2019
PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA SMK SLB NEGERI TAHUN PELAJARAN 2018/2019 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 2018 KATA PENGANTAR Dalam rangka memberi kesempatan
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN SAPE ( TANGGAL 02 JANUARI 2017 )
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Web : www.bmkgbima.net
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSA TENGGARA
Lebih terperinciKAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR CATATAN
CATATAN KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas tersusunnya buku Panduan Penyelenggaraan Rapat Kerja Pimpinan Satuan Kerja pada Kantor Wilayah Kementerian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Januari 2015 di Jurusan
31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014- Januari 2015 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Stasiun Klimatologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG
TESIS PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG ERLINA PANCA HANDAYANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
Lebih terperinciKajian Risiko dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sektor Pertanian
Kajian Risiko dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Sektor Pertanian DAFTAR ISI ISI i GAMBAR... iii TABEL iv 1. PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Pulau
Lebih terperinciANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016
B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana 1, Sulwan Permana 2, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi
Lebih terperinciKarakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat
Karakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Muji Rahayu dan Irma Mardian Balai pengkajian Teknologi Pertanian Jl. Raya Peninjauan
Lebih terperinciOPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN
OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN M. Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo abstrak Air sangat dibutuhkan
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA BMKG Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.
ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang
Lebih terperinciPROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016
PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS I KEDIRI-MATARAM 2016 PROSPEK IKLIM DASARIAN FEBRUARI
Lebih terperinciMODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING
MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING (DRYLAND MOISTURE BALANCE MODELS : DETERMINATION OF DRYLAND CROPPING CALENDER) SUGENG PRIJONO Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Lebih terperinciANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN
ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG
B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi
Lebih terperinciPropinsi Banten dan DKI Jakarta
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinci