LAPORAN PENELITIAN BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL"

Transkripsi

1 1 LAPORAN PENELITIAN BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Oleh : Ketua Anggota Siswiyanti, ST. MT. / NIPY Saufik Luthfianto, ST.MT. / NIPY JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2011

2 2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN 1. Judul penelitian : Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal 2. Bidang Penelitian : Teknik Industri 3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Siswiyanti, ST. MT b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIPY. : d. Disiplin Ilmu : Teknik Industri e. Pangkat / Golongan : III B f. Jabatan : Lektor g. Fakultas / Jurusan : Teknik / Teknik Industri h. Alamat : JL. Halmahera Km. 1 Tegal i. Tlp/Faks : (0283) j. Alamat Rumah : Jl. Teuku Umar 130 Debong Kidul 01/1 Tegal k. Telepon / / siswieyanti@gmail.com 4. Jumlah Anggota : 1 Orang a. Nama Anggota : Saufik Luthfianto, ST. MT. 5. Lokasi Penelitian : Pengrajin Batik di Kalinyamat Wetan Kota Tegal 6. Biaya Penelitian : Rp ,- (Dua Juta Empat Ratus Ribu Rupiah) Dekan FT, Tegal, 31 April 2011 Peneliti, Mustaqim, ST. M.Eng. NIPY Siswiyanti, ST. MT NIPY Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengembangan UPS Tegal, Siswanto, SH. MH. NIP

3 3 PRAKATA Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, pencipta alam semesta. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rassulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan anugerah-nya yang telah memberi ilmu, kekuatan dan kesempatan sehingga penelitian dengan judul Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal ini dapat terselesaikan. Keberhasilan terselesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Universitas Pancasakti Tegal dan industri Batik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal. Penulis menyadari bahwa Penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penelitian yang lebih lanjut masih sangat diperlukan. Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Penelitian ini dapat memberi kontribusi yang berarti kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Tegal, 31 Maret 2011 Penulis,

4 4 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal. Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan keluhan musculoskeletal, kelelahan dan peningkatan produktivitas setelah dilakukan perbaikan/perubahan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai (kelompok control) menjadi duduk di atas dingklik (kelompok eksperimen). Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sama subjek, yaitu rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang subyek kontrolnya sekaligus juga berlaku sebagai subyek eksperimen. Sampel yang memenuhi kriteria subjektif sebanyak 40 orang (kelompok batik tulis Riski Ayu), dalam hal ini yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 15 orang yang diambil secara acak sederhana atau simple random sampling menurut rumus pengambilan sampel Sopiyudin (2004). Dari hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik duduk di lantai merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 40 % merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan pantat. Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di lantai meliputi : pelemahan kegiatan 38, 67% ; pelemahan motivasi 30,67% dan pelemahan fisik 40,67%. Besarnya keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk di atas dingklik adalah : tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 20 % merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong, pantat ; 13, 13% bagian siku kanan dan lutut kiri. Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di lantai meliputi : pelemahan kegiatan 36,67% ; pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan fisik 29,33%. Perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Hal ini terbukti dari penurunan yang bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Beda rerata tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata kelelahan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar 23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 0,0016 atau terjadi peningkatan produktivitas sebesar 41,03 %.

5 5 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN.. HALAMAN PENGESAHAN. PRAKATA ABSTRAK DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masala. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Muskuloskeletal Jenis-jenis Kerja Otot Kelompok Otot Skeletal Sikap Kerja Dan Hubungannya Dengan Gangguan Muskuloskeletal Sikap Duduk Pengaruh Sikap Duduk Kuisoner Nordic Body Map 2.3 Beban Kerja Strain Kelelahan Fisik. i ii iii iv v ix x xi

6 BAB III BAB IV Strain Aspect.. Denyut Nadi... Skala Denyut Nadi.. Kegunaan Data Denyut Nadi.. Produktivitas Kerja. Pengertian Produktivitas Kerja.. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Produktivitas. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian.. Hipotesis... METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penentuan Sumber Data... Populasi.. Sampel Besar sampel.. Teknik penentuan Sampel.. Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel.. Subjek dan Objek Penelitian.. Lokasi Penelitian Metode dan analisis data Analisis deskriptif.. Uji normalitas. Uji beda.. Variabel Penelitian Variabel Bebas... Variabel Terikat.. Variabel Kontrol

7 BAB V Definisi Operasional... Instrumen Penelitian... Alat Pengumpul Data... Alat Pengolahan Data. Tahapan Penelitian. Survai Awal Pemberian Quisioner.. Pengambilan Gambar Sikap / Posisi Kerja Pembatik Analisis Ergonomi.. Sosialisasi dan Diskusi.. Langkah-langkah Penelitian... Jadwal Penelitian HASIL PENELITIAN. Hasil Penelitian... Penentuan Jumlah Sampel.. Karakteristik Subjek... Sikap kerja.. Kondisi Alat Kerja. Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di lantai Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di atas dingklik Analisis data... Uji Normalitas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan produktivitas... Uji T Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, kelelahan, dan Produktivitas

8 8 BAB VI BAB VII PEMBAHASAN.. Karakteristik Subjek... Uji Normalitas... Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Produktivitas... Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... Uji Beda Kelelahan Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... Uji Beda Produktivitas Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan.. Saran. DAFTAR PUSTAKA. RIWAYAT PENELITI. LAMPIRAN

9 9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Rentangan Denyut Nadi Kaitannya dengan Beban Kerja. Tabel 4.1 : Jadwal penelitian.. Tabel 5.1 : Deskripsi Subjek.. Tabel 5.2 : Rekap Hasil Tingkat Keluhan Sistem Musculoskeletal.. Tabel 5.3 : Rekap Tingkat Kelelahan. Table 5.4 : Rekap Selisih Tingkat Keluhan Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas. Tabel 5.5 : Selisih Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tabel 5.6 : Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas.. Tabel 5.7 : Rerata, Beda Rerata, dan Uji t Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

10 10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Nordic Body Map... Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian... Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian... Gambar 4.2 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai.. Gambar 4.3 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik. Gambar 4.4 : Diagram Alur Penelitian Gambar 5.1 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai Gambar 5.2 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik.. Gambar 6.1 : Grafik Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... Gambar 6.2 : Grafik Tingkat Kelelahan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... Gambar 6.3 : Grafik Tingkat Produktivitas antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

11 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengrajin Batik merupakan bagian dari industri kecil yang merupakan warisan turun-temurun yang memadukan unsur seni-teknologi sederhana, keberadaanya masih diakui saati ini dan sepenuhnya diproduksi dengan tangan (Manuaba, 1983). Pengrajin batik sudah ada sejak ratusan tahun silam, dan dipercaya sebagai salah satu hasil seni budaya bangsa Indonesia. Industri batik juga berkembang sangat cepat dengan berbagai kreasi dan inovasi baru. Saat ini, hampir semua daerah memiliki ciri dan nama batik tersendiri, seperti halnya Kota Tegal. Batik dari wilayah ini bernama batik tulis Tegal. Batik Tegal memiliki ciri warna dan corak yang lebih mencolok jika dibandingkan batik dari daerah lain. Sentra batik Tegal berada di Kecamatan Tegal Selatan, antara lain di Desa Kalinyamat Wetan, Bandung, dan Keturen. Hingga kini tercatat ada sekitar 200 pembatik, dan semua perempuan. Awalnya, aktivitas membatik hanya dilakukan di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan untuk menambah kebutuhan keluarga.

12 12 Salah satu lokasi pengrajin batik dalam penelitian ini adalah di Kelurahan Kalinyamat Wetan. Aktivitas Proses membatik mulai dari menggambar, ngrengngreng (memulai membatik), nerusi (membatik), nembok (menutup kain batik dengan warna), mewarnai, hingga nglorot (merebus dan mencuci kain batik). Hasil survey awal terhadap pengrajin batik ternyata keberadaan para pengrajin batik di kelurahan Kalinyamat Wetan terpisah-pisah atau membentuk kelompok dengan nama yang berbeda-beda, seperti : Riski Ayu, Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar Melati. Dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai atau diatas dingklik. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa posisi kerja membatik tidak mengenakkan, bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas Giwangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah yang berlangsung lama dan menetap/statis. Menurut Grandjean (1993) dan Pheasant (1991) sikap kerja yang statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal. Dari hasil survai awal yaitu wawancara dengan pengrajin, yang membatik menunjukkan adanya keluhan. Pekerja mengeluh sakit pada bokong, pantat, pinggang, pundak kanan, pundak kiri, telapak tangan kiri, telapak tangan kanan, lutut kiri dan lutut kanan. Memperhatikan posisi kerja sehari-hari yang dilaksanakan oleh para pembatik dengan peralatan yang ada, kemungkinan keluhan sistem musculoskeletal akan banyak ditemukan pada para pembatik. Oleh karena itu

13 13 penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkapkan beban kerja dan keluhan sistem musculoskeletal yang dihadapi para pembatik di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal. 1.2 Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah: 1) Seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk dilantai?. 2) Seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk di atas dingklik?. 3) Seberapa besar penurunan keluhan musculoskeletal, kelelahan dan peningkatan produktivitas setelah dilakukan perbaikan/perubahan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai (kelompok control) menjadi duduk di atas dingklik (kelompok eksperimen)?. Sedangkan untuk membantu dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pengumpulan data, maka asumsi-asumsi yang ditetapkan yakni: 1) Data yang diperoleh melalui observasi, data book, kuisioner dan wawancara dianggap absah dan dapat dipergunakan. 2) Pekerja pembatik Tulis Tegal yang menjadi responden penelitian ini dianggap sebagai pemakai yang loyal terhadap pekerjaan membatik.

14 14 3) Hasil proses membatik selalu dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen 4) Keadaan lingkungan di lokasi tempat penelitian diasumsikan normal Untuk menghindari meluasnya masalah, maka diperlukan suatu batasan masalah, adapun batasan masalahnya yaitu: 1) Penelitian ini dilakukan terhadap Aktifitas Pembatik Khususnya posisi membatik (proses nerusi) dengan posisi duduk di atas lantai/dingklik, yang berlokasi di wilayah Kelurahan Kalinyamat Wetan RT 05/RW 01, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. 2) Responden dalam penelitian ini adalah pekerja wanita (dan memenuhi kriteria Subjektif) 3) Sisi keluhan dilihat dari aspek ergonomi menggunakan skala likert dan Nordic Body Map 4) Peralatan / bahan yang digunakan untuk membatik sudah menjadi standar umum, sepenuhnya dilakukan oleh gerakan tangan (manual). 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Keluhan sistem muskuskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap kerja duduk dilantai?.

15 15 2) Keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap kerja duduk di atas dingklik?. 3) Perbedaan keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai dan posisi duduk di atas dingklik Manfaat Penelitian Manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Masukan Bagi Industri tempat penelitian khususnya maupun industri lain sejenis, mengenai beban kerja dan keluhan muskuloskeletal pada posisi membatik (nerusi). 2) Memberikan masukan kepada pekerja mengenai posisi kerja dlam keadaan statis/monoton sebagai penyebab terjadinya kelelahan dan kelluhan musculoskeletal. 3) Sebagai studi pendahuluan untuk mengetahui beban kerja dan keluhan sistem muskuloskeletal yang dihadapi oleh para pembatik, yang dilihat dari sudut pandang ergonomi.

16 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Muskuloskeletal Sistem musculoskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot strata (serat lintang) yang sifat gerakannya di bawah kendali (volunter) yang secara umum berfungsi sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan pergerakan yang meliputi: menggerakan bagian-bagian tubuh atau berjalan (movement); 2) Mempertahankan sifat tertentu, karena adanya kontraksi otot secara local yang memungkinkan kita mengambil sikap berdiri, duduk jongkok dan sifat-sifat lainnya; 3) Menghasilkan panas, karena adanya proses-proses kimia dalam otot yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh ( Tjandra 1998: Ganong 1997). Sistem musculoskeletal menyusun komponen primer aktivitas otot. Komponen ini terdiri dari otot-otot, tulang-tulang dan jaringan penghubung serta metabolisme di perlukan untuk menyediakan kebutuhan energi untuk system musculoskeletal. Otot-otot merupakan salah satu peran utama dalam aktivitas manusia. Diantara sekian banyak jenis otot, otot skeletal (voluntary) yang paling

17 17 banyak mendapat perhatian para ergonom. Otot-otot tersusun dari gumpalan seratserat otot. Semakin besar otot semakin besar pula tekanan yang bisa dilakukan pada otot itu. Untuk tindakan-tindakan mekanis, tekana otot pada tulang dimana otot itu berada dan berkontraksi menghasilkan tekanan. Otot-otot bisa menghasilkan tekanan maksimum pada keadaan meregang dan sebuah kontraksi otot dapat menggunakan tekanan yang kecil. Sebuah otot menghasilkan kerja mekanik dengan mengubah energi kimia ke energi mekanik ( Bridger, 1995; kroemer, 1994; pulat 1992) Jenis-jenis Kerja Otot Para ergonom membedakan antara dua tipe kerja otot dengan tujuan untuk mengevaluasi tuntutan kerja fisik dari tubuh yang sesungguhnya. 1) Kerja dinamis Tipe ini mempunyai ciri melibatkan konstraksi dan relaksasi ritmik dari otot. Contoh : memutar sebuah handweel untuk membuka katup. Tekanan alternatif dan relaksasi memungkinkan banyak darah disalurkan melalui banyak otot, daripada ketika sedang beristiraha. Sehingga baik oksigen yang diperlukan maupun sisa metabolisme yang harus di buang menjadi efektif; 2) Kerja statis Kerja statis bercirikan suatu kondisi kontraksi yang lama, yang membatasi darah mengalir kejaringan otot. Baik oksigen yang dibutuhkan maupun sisa metabolisme yang dibuang tidak menjadi efektif. Contoh : memegang sebuah kotak dengan postur statis dan menekan pada bagian tertentu untuk menjaga posisi. Besarnya otot yang mengalami muatan statis akan cepat menghabiskan

18 18 cadangan ATP dan creatin phospat. Sepanjang oksigen dan glukosa sedang diterima, jenis aktivitas ini tidak akan berlangsung lama. Otot-otot yang mengalami sakit luar biasa akan menimbulkan sisa pembakaran termasuk asam laktat, yang berakumulasi dalam jaringan otot. Dibandingkan dengan kerja dinamis, kerja statis akan memerlukan waktu istirahat yang lebih lama. (Bridger, 1995; Grandjean, 1973; Chaffin and Anderson, 1991) Kelompok Otot Skeletal Kelompok otot skeletal (muskuloskeletal), berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut : ( Tjandra 1998 ) 1) Leher terdiri atas kelompok otot sternocleidomastoideus; 2) Punggung terdiri atas kelompok otot trapesius dan latissimus dorsi; 3) Dada terdiri atas kelompok otot pectoralis mayor dan serratus anterior ; 4) Bahu terdiri atas kelompok otot deltoid 5) Lengan atas terdiri atas kelompok otot bíceps brachii, triceps brachii dan brachialis; 6) Lengan bawah terdiri atas kelompok otot brachioradialis dan pronator teres; 7) Pantat terdiri atas kelompok otot gluteus maksimus, gluteus medius dan tensor fasciae latae; 8) Paha terdiri atas kelompok otot quadriceps femoris, gracilis, bíceps femoris, semitendinosus dan semimembranosus; 9) Betis dan kaki terdiri atas kelompok otot tibialis anterior, gastrocnemius, soleus dan peranous longus;

19 19 10) Dasar panggul terdiri atas kelompok otoy levator anii coccygis. Dengan mengetahui fungsi utama sistem musculoskeletal, jenis-jenis kerja otot dan kelompok otot rangka (muskuloskeletal) dapat ditelusuri bagian mana yang mengalami gangguan, terutama dikaitkan dengan akibat dari sikap verja yang kurang baik atau kurang alamiah. 2.2 Sikap Kerja Dan Hubungannya Dengan Gangguan Muskuloskeletal. Salah satu persoalan penting di dalam ergonomi adalah masalah gangguan muskuloskeletal (Vanwonterghem 1996; Beynon etal 1998; Carey dan Galley 1998). Peningkatan ketidakhadiran kerja sebab gejala-gejala gangguan otot rangka di temukan di perusahaan dengan diikuti sepuluh faktor yang berhubungan dengan kerja : kerja fisik yang berat, tugas yang berulang-ulang, kerja statis, sering membungkuk dan terpilin, angkat dan gerakan penuh tenaga, gerakan fisik maksimal dengan tibatiba, kerja yang berulang-ulang dan getaran (Luopajarvi, 1990). Faktor-faktor individu bisa juga mempengaruhi seperti gejala-gejala antara lain: umur, jenis kelamin, dimensi anthropometri, kekuatan otot dan kesehatan fisik, mobilisasi tulang punggung, psycologi dan factor-faktor social. Sikap kerja sering ditentukan oleh tugas atau tempat kerja. Sikap kerja statis yang terlalu lama pada saat tertentu bisa mengakibatkan keluhan pada otot dan persendian ( Dul dan Weerdmeester, 1993). Postur kerja yang buruk dan tidak memadai merupakan salah satu factor utama yang Sangat lazim menyebabkan gangguan otot rangka (Chavalitsakulchai dan Sanabas, 1993; Vilki et. al, 1993;

20 20 Ahasan et.al 1998). Nala (1986) menyatakan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah menimbulkan konstraksi otot secara statis (isometric) pada sejumlah besar sistem otot tubuh manusia. Sikap kerja membungkuk, kapala inklinasi ke depan, jonkok merupakan sikap paksa (McCromic dan Sander 1982). Pada sikap kerja tersebut ada beberapa otot tubuh seperti pinggang, leer, punggung, tungkai mendapat beban statis dalam waktu yang lama. Beban statis otot terjadi ketika postur tubuh berada pada kondisi yang tidak natural. Peralatan maupun material ditahan pada kondisi yang berlawanan dengan arah gravitasi. Dengan sikap kerja tersebut otot-otot yang mendapat beban statis dalam waktu lama akan kontraksi statis atau otot dalam keadaan tegang (tension). Otot yang mengalami kontraksi statis dalam waktu lama akan mengalami kekurangan aliran darah, yang menyebabkan berkurangnya pertukaran energi dan tertumpuknya sisa-sisa metabolisme pada otot yang aktif, sebagai akibatnya otot tersebut akan cepat lelah, timbal rasa sakit, kekuatan kontraksi berkurang sehingga hasil kerjanya berkurang (Bridger, 1995). Apabila sikap kerja demikian dilakukan dalam waktu yang lama, cepat menimbulkan kelelahan dan menyebabkan productivitas kerja menurun (Grandjean, 1988; 1992b). Abdel-Moty et al (1990) menyatakan, bahwa postur yang baik diperoleh melalui penempatan sistem muskuloskeletal pada posisi yang netral dan seimbang. Postur yang buruk atau tidak wajar menyebabkan kelelahan, ketegangan, bahkan rasa sakit, dan harus diperbaiki. Postur yang buruk juga dapat menyebabkan hilangnya stabilitas, tergelincir, jatuh dan berbagai kecelakaan lain yang berkaitan. Postur yang keliru dan pemakaian sistem muskulokeletal yang buruk tidak dengan segera

21 21 menimbulkan rasa tidak nyaman, melainkan secara perlahan-lahan dan sikap kerja yang tidak ideal antara lain : 1) Kerja otot statis sedikit ; 2) Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan, mudah dan alamiah ; 3) Muscular effort kecil dapat dipertahankan ; 4) Sikap kerja berubah-ubah/dinamis lebih baik daripada sikap statis rileks; 5) Sikap kerja statis rileks lebih baik daripada sikap statis tegang. Pheasant (1991) menyatakan bahwa tujuh prinsip dasar dalam mengatasi sikap tubuh selama bekerja antara lain : 1) Hindari inklinasi kedepan dari kepala dan leher; 2) Hindari inklinasi ke depan dari tubuh; 3) Hindari penggunaan anggota gerak bagian atas dalam keadaan terangkat; 4) Hindari pemutaran badan atau sikap asimetris (terpilin/ twisty); 5) Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximal; 6) Sediakan sandaran punggung dan pinggang pada semua tempat duduk; 7) Jika menggunakan otot, hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan kekuatan maximal. Suma mur (1992) menyatakan bahwa dalam menyusun suatu pekerjaan, hendaknya diperhatikan pedoman sbb : 1) Semua sikap tubuh menbungkuk atau sikap tubuh tidak alamiah harus dihindari; 2) Posisi ekstensi lengan yang terus menerus baik kedepan maupun kesamping harus dihindari;

22 22 3) Selalu diusahakan agar bekerja bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. 4) Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan Jadi sikap kerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pekerja mempunyai permasalahan otot rangka. Cara terbaik untuk mengurangi pekerja mempunyai permasalahn otot rangka adalah dengan menyarankan pekerja untuk menggunakan sikap dan alat kerja yang baik dalam bekerja. Peralatan dan perkakas yang mendukung jalannya peroses kerja seharusnya telah sesuai dan serasi dengan pemalaiannya. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya tentu menimbulkan sikap paksa atau sikap tidak alamiah sehingga akan cepat lelah Sikap Duduk Bekerja pada periode lama dengan posisi duduk banyak terjadi di industri (perakitan, kerja mengepak, mengoperasikan mesin). Duduk mempunyai faidah di banding berdiri, karena dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikir istirahat dan secara potensial lebih produktif (Bridger, 1995; Nurmianto, 1996). Menurut Dul and Weerdmeester, (1993) menyatakan bahwa tubuh lebih banyak dibantu karena beberapa bantuan dapat di pakai seperti: lantai, kursi, sandaran punggung, sandaran siku, permukaan medan kerja. Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang ergonomis, perlu dibuat atau ditentukan kriteria dan ukuran-ukuran baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri (Panero dan Zelnik, 1979; Corlett et. al, 1986; pheasant, 1986; suma mur, 1987)

23 23 Suyanto (1985) menyatakan bahwa bagi kerja duduk, wilayah bekerja yang beberapa cm di bawah siku akan lebih dianjurkan. Kerja duduk biasanya bersifat memerlukan kecermatan, karena itu ketinggian kerjanya seyogyanya bisa diatur supaya mendapatkan jarak visual yang tepat. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah ujung bawah dari daun meja maupun tebal meja. Menurut Suma mur (1992) keuntumgan bekerja sambil duduk adalah sbb: a) Kurangnya kelelahan pada kaki; b) Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah; c) Berkurangnya pemakaian energi; d) Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah Pengaruh Sikap Duduk Sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggung dan pinggang. Tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Pada saat duduk terjadi hal-hal sebagai berikut: 1) terjadi deformitas discus intervertebralis. 2) terjadi peningkatan ketegangan pada bagian anulus. 3) terjadi peningkatan tekanan dalam nukleus. 4) tekanan intra discus meningkat 40% dari pada berdiri. Menurut Suma mur (1992) kerugian-kerugian sebagai berikut bekerja sambil duduk, yaitu:

24 24 a) melembeknya otot-otot perut; b) melengkungnya punggung; c) tidak baik bagi alat-alat dalam, khusunya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk. Kerugian pada a) dan b) terjadi jika sikap duduk terus menerus dilakukan. Posisi duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap sedemikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran yang tepat dan posisi-posisi tubuh adalah sbb: 1) fleksi lutut : 90 ; 2) fleksi badan paha : 90 ; 3) rotasi kebelakang pelvis : > 30 ; Perbaikan sikap kerja merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki kondisi kerja. Apabila kondisi kerja fisik diperbaiki akan meringankan beban kerja pekerja atau dengan beban yang sama akan menghasilkan produktivitas yang meningkat (Sahab, 1997). Menurut Bridger (1995); Henning et. al (1997); Goonetilleke dan feizhou (1997); Corlet (1990) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap kerja untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan, yaitu: 1) karakteristik pengguna: umur, antropometri, berat badan, kesegaran jasmani, pergerakan sendi, masalah muskuloskeletal, penglihatan, kegemukan dan ketangkasan tangan;

25 25 2) tuntutan jenis pekerjaan/tugas: posisi tubuh, waktu kerja, periode istirahat, uruturutan pekerjaan: 3) rancangan luasan kerja (workspace): ukuran kursi, ukuran bahan yang dikerjakan, ukuran luasan kerja (ruang pergerakan kepala, lengan, kaki dan sebagainya), privacy; 4) lingkungan kerja: kualitas intensitas penerangan, suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara, kelicinan lantai, kebisingan, debu dan getaran. Sikap duduk yang dipaksakan sebaiknya diimbangi dengan perbaikan faktorfaktor diatas, serta diusahakan suatu perbaikan ke arah sikap kerja duduk normal karena kenyamanan duduk saat bekerja sangat penting terhadap pergerakan tubuh (Helander dan Zhang, 1995). Faktor-faktor tersebut di atas akan berpengaruh terhadap beban kerja dan produktivitas kerja Kuisoner Nordic Body Map Metode untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang merupakan indikasi keluhan fisik adalah dengan menggunakan skala nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi pada saat pengukuran, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja (Tarwaka et al, 2004).

26 26 Gambar 2.1 Nordic Body Map Keterangan gambar : 0. Leher bagian atas 1. Leher bagian bawah 2. Bahu kiri 3. Bahu kanan 4. Lengan atas kiri 5. Punggung 6. Lengan atas kanan 7. Pinggang

27 27 8. Bokong 9. Pantat 10. Siku kiri 11. Siku kanan 12. Lengan bawah kiri 13. Lengan bawah kanan 14. Pergelangan tangan kiri 15. Pergelangan tangan kanan 16. Tangan kiri 17. Tangan kanan 18. Paha kiri 19. Paha kanan 20. Lutut kiri 21. Lutut kanan 22. Betis kiri 23. Betis kanan 24. Pergelangan kaki kiri 25. Pergelangan kaki kanan 26. Kaki kiri 27. Kaki kanan

28 Beban kerja Dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu pekerjaan, kemungkinan karyawan akan dihadapkan kepada keadaan : beban kerja yang berlebihan, beban kerja yang kurang dan beban kerja optimal. Adiputra (1998); Rodahl (1989) menyatakan bahwa beban kerja menyangkup : 1) External Load = Stessor ; External loads disini di maksudkan ialah beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk semua orang. Yang termasuk dalam external loads ini meliputi: iask, organisasi dan lingkungan. Ketiga faktor inilah yang harus di evaluasi di dalam melaksanakan evaluasi beban kerja suatu pekerjaan tertentu. 2) Internal loads atau Functional loads = Starm Internal Loads yang dimaksud ialah: reaksi tubuh seseorang terhadap suatu external loads yang diberikan. Dalam penilainnya ada dua kriteria yang dapat di pakai yaitu: a) Kriteria objektif: yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang meliputi: reaksi fisiologis; reaksi psikologis; perubahan tindak tanduk. b) Kriteria subjektif: yang penilainnya dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit, atau pengalaman lain yang di rasakan.

29 29 Di dalam mengukur adanya strain maka harus selalu di ingat ialah hubungannya dengan tugas, organisasi dan lingkungannya. Di dalam pengukuran strain ini ada beberapa petunjuk harus di ingat yaitu : a) Data Straim selalu berhubungan dengan kerja yang sedang di lakukan dan merupakan dan merupakan fungsi dari External loads yang ada. b) Berusaha mengukur nilai absolutnya untuk selanjutnya di bandingkan dengan angka nilai ambang yang ada atau angka batas atas yang diijinkan; c) Pengumpulan data dilakukan pada saat permulaan pekerjaan dan saat akhir pekerjaan; d) Untuk mengetahui konstrain waktu maka dicatat pula durasi atau lama operasinya Strain Kelelahan Fisik Kelelahan adalah hilangnya secara temporer kapasitas psiko-fisiologis (reseptorsensoris dan motoris dalam organ) yang disebabkan oleh perangsangan yang secara terus menerus. Kelelahan dapat terjadi karena organ tubuh secara terus menerus menerima beban kerja yang berat melewati kapasitasnya. Secara ergonomi penilaian kelelahan fisiologis dibedakan dalam beberapa kelelahan yaitu : (Adiputra, 1998) a) General fatique : - cardiovaskuler aspect ; - energetic aspect ; - thermoregulatory aspect ;

30 30 b) Local fatique ; - cardiovaskuler aspect. c) Functional fatique : - reduced capacities d) Subjektive Experience Fatique Strain Aspect. Strain adalah reaksi psiko-fisiologis tubuh operator terhadap external loads yang diberikan. Reaksinya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Reaksi fisiologis: - reaksi kardiovaskuler, - reaksi respirasi; - reaksi thermoregulatory 2) Reaksi fisio-psikologis: - waktu reaksi - skin resistance; - flikker fusion; - arousal/vigilance levels; - memory capacity; 3) Perubahan perilaku: - Kesalahan; - Ketepatan/kualitas; - Agression, passivism. Salah satu indikator beban kerja dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi permenit waktu kerja.

31 Denyut Nadi Jantung merupakan barometer yang baik untuk menaksir atau memprediksikan penampilan fisik, sebab jantung mampu merespon dengan segera perubahan terkecil dalam kegiatan metabolis tubuh (Berger, 1982). Denyut nadi permenit dapat menggambarkan proses aktivitas dalam sel tubuh. Bila tubuh dalam keadaan emosi dan ketakutan maka denyut nadi juga meningkat (Adiputra, 1998). Peningkatan denyut nadi kerja dalam bekerja di pertajam oleh beberapa hal : a) Tingginya temperatur sekeliling; b) Besarnya proporsi kerja otot statis di bandingkan kerja otot dinamis; c) Semakin sedikitnya jumlah otot yang terlibat dalam kegiatan kerja. Banyak peneliti telah melaporkan bahwa pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi per menit waktu kerja. Dengan pertimbangan sebagai berikut : a) Cara pengukuran denyut nadi lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan yang canggih; b) Selain itu juga beban kerja suatu pekerjaan berhubungan linear dengan peningkatan denyut nadi (Berger, 1982; Astrand dan Rodahl,1986). Karena alasan-alasan tersebut denyut nadi akhir-akhir ini sering dipergunakan sebagai indeks beban kerja (Grandjean, 1988). Cara-cara pengukuran denyut nadi menurut Andersen (1978); Adiputra (1998) adalah:

32 32 1) Palpasi; 2) Telemetri; 3) electromechanical atau Elektrochemical heart beat totalizer 4) interbeat interval distribution recorder (R-R interval) 5) photo-plethysmography Skala Denyut Nadi. Muller dan Grandjean (1988) mendefinisikan beberapa skala denyut nadi sbb: 1) Denyut nadi istirahat : rerata denyut nadi sebelum memulai kerja; 2) Denyut nadi selama kerja : rerata denyut nadi selama bekerja; 3) Denyut nadi kerja : perbedaan antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi selama kerja; 4) Denyut nadi pemulihan total : jumlah denyut nadi dari saat berhenti bekerja sampai denyut nadi kembali ke tingkat istirahat; 5) Denyut nadi kerja total: jumlah denyut nadi dari mulai bekerja sampai dengan kembali ketingkat istirahat Kegunaan Data Denyut Nadi: Dengan mengetahui denyut nadi, maka berbagai pertanyaan ergonomi dapat di jelaskan. Hal ini karena denyut nadi merupakan refleksi dari proses reaksi ( strain )

33 33 terhadap stressor yang diberikan kepada tubuh. Menurut Adipura (1998) denyut nadi dapat dipakai untuk menerangkan hal-hal sbb: 1) Mengevaluasi beban kerja. Data yang dipakai adalah nilai rata-rata denyut nadi kerja dari seluruh jam kerja. Nilai itu lalu diperbandingkan dengan angka seperti tabel 1 ; 2) Kondsi kesehatan subjek; 3) Aktivitas pembebanan program pelatihan; 4) Pengaruh suatu perlakuan; 5) Denyut jantung pemulihan; 6) Kelelahan; 7) Estimasi simpanan panas dalam tubuh; Tabel 2.1 : Rentangan Denyut Nadi Kaitannya dengan Beban Kerja No Rentangan nadi kerja Beban kerja yang di lakukan (permenit) Diatas 175 Sangat rendah=istirahat Ringan Sedang Berat Sangat berat Luar biasa beratnya Sumber : Grandjean (1998). Fitting the task to the man. Hal. 94. Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja atau menurunkan denyut nadi dapat diupayakan dengan melakukan kerja dengan sikap yang benar dan memilih

34 34 desain alat/fasilitas yang tepat. Untuk perencanan perlengkapan (meja,kursi,pedal, dsg) diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. 2.5 Produktivitas Kerja Pengertian Produktivitas Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang di capai (output) dengan keseluruhn sumber daya yang digunakan (input). Dalam kenyataannya kata produktivitas sering di pakai dalam suatu pengertian lebih terbatas, hanya pekerja yang diperhitungkan sehingga selanjutnya disebut prduktivitas kerja. Alasan dari penekanan ini adalah bahwa dalam operasi-operasi pabrik tradisional, biaya kerja menghabiskan antara 2/3 dan ¾ dari tambahan nilai barang yang dihasilkan ( Pheasant, 1991). Produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan proses produksi dimana faktor-faktor tenaga kerja atau pekerja, modal/kapital, peralatan kerja, bahan baku dan lain-lain dikelola dalam suatu cara yang terorganisir untuk mewujudkan barang secara efektif dan efisien ( Adhiyatma, 1992, Manuaba 1992). Menurut formulasi National Productifity Board (NPB) Singapore, produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Perwujudan sikap mental, dalam berbagai kegiatan antara lain adalah: 1) Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat di lakukan melalui peningkatan : a) pengetahuan; b) keterampilan; c) disiplin; d)upaya pribadi; e) kekuatan.

35 35 2) Yang berkaitan dengan pekerjaan, dapat dilakukan melalui: a) manajemen dan metode kerja yang lebih baik; b) penghematan biaya; c) ketepatan waktu; d) sistem dan teknologi yang baik. Dengan mengadakan perbaikan, maka diharapkan akan dapat menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi serta standar kehidupan yang lebih tinngi. Sedangkan menurut Suyatno (1985) dan Wignjosoebroto (1985, 1987): produktivitas adalah suatu tingkat perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya masukan pada periode tertentu. Perbandingan tersebut berubah dari waktu kewaktu karena dipengaruhi oleh : tingkat pendidikan, disiplin kerja, keterampilan, sikap kerja, motivasi, lingkungan kerja dan lain-lain. Faktor tersebut besar artinya bagi penciptaan suasana kerja yang ergonomis untuk menunjang tercapainya efisiensi yang berarti di dalam proses yang telah memenuhi batasan standar produktivitas kerja (Sedarmayanti, 1996). Pencapaian produktivitas kerja yang sekaligus mensyaratkan perlunya di lakukan standar kerja, antara lain : 1) Standarisasi cara / prosedur kerja; 2) Standarisasi peralatan kerja; 3) Standarisasi lingkungan kerja; 4) Standarisasi tenaga kerja; 5) Standarisasi pemakaian material; 6) Standarisasi kinerja ( performance) Produktivitas dikatakan meningkat apabila:

36 36 1) Volume/kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah masukan ; 2) Vulume/kuantitas tidak bertambah, akan tetapi masukannya berkurang; 3) Volume/kuantitas keluaran bertambah besar sedang masukannya juga berkurang; 4) Jumlah masukan bertambah, asalkan volume/kuantitas keluaran bertambah berlipat ganda. ( Suyatno, 1985; Sedarmayanti, 1996). Menurut Adiputra et. al (1997); Kogi (1995); Pastry et. al (1993); Nagachami (1993) dan Manuaba (1991, 1999) menyatakan bahwa: di perlukan partisipasi ergonomi seperti pembentukan group discussion; learning by doing; atau program pelatihan untuk dynamic participatory untuk menyelesaikan persoalan produktivitas kerja yang menyatu dengan permasalahan lokal dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Usaha-usaha untuk meminimalkan atau menghilangkan akibat negatif diidentifikasi melalui transfer dari pemilihan teknologi yang sesuai, meliputi 6 (enam) area dasar: ekonomi, teknis, kesehatan dan ergonomi, sosial budaya, lingkungan dan pelestarian energi. Jadi penekanan arti produktivitas kerja untuk mewujudkan sesuatu secara efektif dan efisien, sangat terkait dengan proses produksi dimana faktor-faktor: tenaga kerja; peralatan kerja; bahan baku pemodalan dan lainlain harus dikelola dalam suatu cara yang terorganisir dan ditunjang oleh lingkungan kerja yang memadai Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Produktivitas Menurut Heidjrachman (1987), faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap produktivitas adalah pengembangan teknologi dan bahan baku serta

37 37 peralatan yang digunakan, sedang faktor yang berpengaruh tidak langsung meliputi : 1) kemampuan kerja, 2) motivasi, 3) kepemimpinan para pemimpin, 4) kebutuhan individu pekerja, 5) kondisi fisik pekerja. Sedangkan menurut Grandjean (1988), pheasant (1991) dan Manuaba (1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah: a. Tenaga kerja: umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan, dan psikologi pekerja; b. Peralatan kerja: alat yang dipakai atau mesin-mesin dsb; c. Lingkungan kerja: panas, debu, kondisi alat, keselamatan, bising dsb; d. Cara kerja: sikap kerja; e. Organisasi kerja: administrasi kerja, shift, waktu istirahat dsb, Menurut balai pengembangan Produktivitas daerah, 6 faktor utama yang menentukan produktivitas karyawan, adalah : 1) Sikap kerja (attitude), seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim; 2) Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri; 3) Hubungan antara pegawai dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan karyawan untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan bermutu (quality control circle) dan panitia mengenai kerja unggulan; 4) Manajemen produktivitas yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas;

38 38 5) Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas; 6) Kewirausahaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha. Apabila tenaga yang di keluarkan, waktu yang dihabiskan dan pikiran yang dicurahkan oleh seorang karyawan untuk mengatur segenap sarana dan sumber daya tersebut masing-masing ditujukan kepada sasaran yang produktif, maka diharapkan volume atau jumlah produk yang dihasilkan akan meningkat. Dengan sikap kerja, tata kerja yang sesuai, kondisi lingkungan kerja yang tentram, aman dan menyenangkan maka akan dapat di capai produktivitas kerja yang tinggi.

39 39 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep ini akan menjelaskan hubungan antara variabel satu dengan lainnya dalam melakukan analisis sikap atau posisi pembatik. Subjek penelitian adalah pekerja yang ditugaskan untuk bekerja membatik yang sudah ditentukan oleh peneliti berdasarkan kriteria-kriteria : umur, jenis kelamin, tinggi dan berat badan, pengalaman, pendidikan dan kesehatan. Tugas yang dilakukan oleh pekerja akan disesuaikan dengan alat kerja, jumlah tugas, batas waktu penyelesaian tugas dan frekuensi pekerjaan. Pekerjaan membatik menggunakan dua posisi tubuh yaitu posisi pekerja duduk di atas lantai dan posisi pekerja duduk di atas dingklik. Kedua posisi tersebut akan diamati untuk mengetahui tingkat keluhan atau beban kerja dari system musculoskletal, kelelahan dan produktivitas dilihat dari sisi ergonomi. Gambar di bawah ini adalah kerangka konsep penelitian yang berguna sebagai langkah dasar dalam proses penelitian.

40 40 Subjek 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Tinggi dan berat badan 4. Pengalaman 5. Pendidikan 6. Kesehatan Tugas 1.Alat Kerja 2. Jumlah Tugas 3. Batas waktu penyelesaian tugas 4.Frekuensi Pembatik Duduk di atas lantai Pembatik duduk di atas dingklik Pekerja Sikap pekerja / posisi pekerja pembatik Keluhan Muskuskeletal Keluhan Muskuskeletal Kelelahan Kelelahan Produktivitas Produktivitas Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

41 Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Aspek keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok kontrol. H 0 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok kontrol berdistribusi normal. H 1 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok kontrol tidak berdistribusi normal. b. Aspek keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok eksperimen. H 0 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen berdistribusi normal. H 1 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. c. Uji terhadap penurunan keluhan muskuloskeletal H 0 : µ 1 = µ 2 Tidak ada perbedaan penurunan keluhan muskuloskeletal yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. H 1 : µ 1 < µ 2

42 42 Ada penurunan keluhan muskuloskeletal yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. d. Uji terhadap penurunan kelelahan H 0 : µ 1 = µ 2 Tidak ada perbedaan penurunan kelelahan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. H 1 : µ 1 < µ 2 Ada penurunan kelelahan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. e. Uji terhadap peningkatan produktivitas H 0 : µ 1 = µ 2 Tidak ada peningkatan produktivitas yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. H 1 : µ 1 < µ 2 Ada peningkatan produktivitas yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. BAB IV

43 43 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sama subjek, yaitu rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang subyek kontrolnya sekaligus juga berlaku sebagai subyek eksperimen (Pratiknya, 1993). Bagan rancangan penelitian sebagai berikut : Kontrol WO Eksperimen O1 O2 O3 O4 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan : O1 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi sebelum bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk di lantai. O2 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan produktivitas setelah bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk di lantai. WO = Washing Out (waktu istirahat untuk menghilangkan efek perlakuan sebelumnya agar tidak meninggalkan efek/respon) selama 1 hari.

44 44 O3 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi sebelum bekerja pada kelompok eksperimen dengan posisi pembatik duduk di atas dingklik. O4 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan produktivitas sesudah bekerja pada kelompok eksperimen dengan posisi pembatik duduk di atas dingklik. 4.2 Penentuan Sumber Data Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin batik di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal yang terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : Riski Ayu, Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar Melati. Populasi dalam penelitian ini diambil dari kelompok Riski Ayu dengan populasi 40 orang pembatik Sampel Sampel penelitian ini adalah pengrajin batik yang ada di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal yang meemnuhi criteria inklusi sebagai berikut : 1) Jenis kelamin perempuan, sehat, tidak cacat fisik 2) Umur antara 26 sampai 60 tahun 3) Pendidikan minimal sekolah dasar 4) Pengalaman kerja minimal 1 tahun 5) Bersedia ikut menjadi subjek penelitian sampai selesai Besar sampel

45 45 Sopiyudin (2004) menyatakan bahwa besarnya sampel untuk rancangan dengan subjek yang sama antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dihitung dengan rumus di bawah ini : N 2x f (, )... (1 ) Keterangan : N = Jumlah Sampel S = Standart Deviasi Rerata pada kelompok kontrol 1 Rerata pada kelompok perlakuan 2 Konstanta (0,01) Konstanta (0,05) F(α,β) = 17,8 Penelitian pendahuluan diujikan kepada 10 responden. Data hasil kuesioner kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal dan kelelahan. Dari masing-masing kuisioner dilakukan perhitungan besar jumlah sampel, dan diambil nilai terbesar sebagai jumlah sampel. a. Kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal 2x N f (, ) = 9,63 orang b. Kuisioner kelelahan

46 46 N 2x 2x5,466 f (, ) = 17, 8 48,72 60, = 12,39 orang Dari kedua nilai diatas, nilai terbesar adalah 12,39, sehingga sampel yang diambil dalam penelitian adalah 12,39 orang. Besarnya sampel ditambah 20% untuk menghindari terjadinya drop out subjek dari penelitian sehingga besarnya sampel ditetapkan menjadi 15 orang Teknik penentuan Sampel Sampel yang memenuhi kriteria subjektif sebanyak 40 orang (kelompok Riski Ayu), dalam hal ini yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 15 orang yang diambil secara acak sederhana atau simple random sampling (Nazir, 2006) dan sesuai dengan perhitungan dengan menggunakan rumus Sopiyudin (2004) Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel Criteria yang dipakai sebagai dasar untuk membatalkan keterlibatan seseorang sebagai sampel adalah sebagai berikut : 1) Jika selama penelitian tiba-tiba jatuh sakit atau cidera 2) ada kesibukan lain sehingga selama pelaksanaan penelitian tidak bisa ikut 3) jika selama penelitian orang tersebut pindah kerja 4) jika dalam pengambilan data orang tersebut memberikan data ekstrim. 4.3 Subjek dan Objek Penelitian

47 47 Subjek penelitian ini adalah 15 orang pembatik perempuan. Analisis deskriptif pada subjek dilakukan dengan menghitung rerata dan simpang baku untuk masingmasing kriteria yaitu usia, tinggi badan, berat badan, dan pengalaman kerja. Objek penelitian adalah sikap kerja / posisi kerja untuk aktivitas membatik dengan posisi duduk diatas lantai dan duduk di atas dingklik. 4.4 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Kelurahan Kalinyamat Wetan RT 05/RW 01, Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. 4.5 Metode dan analisis data Penelitian ini menggunakan metode pengukuran: observasi pekerjaan, wawancara, diskusi dan penyebaran kuisioner. Pengukuran keluhan Musculoskeletal dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan 30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan Association Of Industrial Healt, pengukuran denyut nadi dengan bantuan stop watch, dan meteran logam untuk mengukur peralatan kerja. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan cara deskriptif untuk sikap kerja, karakter fisik pembatik, denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja dan pemulihan serta Keluhan musculoskeletal, baik untuk pembatik dengan posisi duduk diatas lantai atau pembatik duduk diatas dingklik. Tahap analisis dalam penelitian ini, observasi

48 48 dilakukan terhadap objek yang sama atau sampel yang sama dengan bantuan kuisioner. Data hasil kuesioner diolah dengan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS) Versi 16 for windows. Analisis data dibagi dalam tiga bagian yaitu analisis deskriptif, uji normalitas, dan uji beda Analisis deskriptif Analisis deskriptif pada objek dilakukan dengan menghitung rerata dan simpang baku untuk masing-masing kriteria yaitu usia, tinggi badan dan berat badan Uji normalitas Data penilaian terhadap keluhan musculoskeletal dan kelelahan menggunakan uji normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (dengan tingkat kemaknaan α = 0,05) Uji beda Uji terhadap keluhan muskuloskeletal, kelelahan menggunakan uji beda dua kelompok berpasangan dengan taraf signifikansi (α=0.05). Jika data berdistribusi normal, maka digunakan uji t berpasangan. Jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji Wilcoxon Variabel Penelitian

49 Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah posisi kerja membatik dengan duduk diatas lantai dan posisi kerja pembatik dengan duduk di atas dingklik Variabel Terikat Pada penelitian ini terdapat dua variabel terikat yaitu : Keluhan Musculosketeletal, Kelelahan dan produktivitas Variabel Kontrol Pada penelitian ini kontrol yang dilakukan adalah Kontrol Faktor Individu subjek (pembatik) meliputi usia, tinggi badan, berat badan dan pengalam kerja, kondisi lingkungan, peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik Definisi Operasional 1) Sikap kerja membati duduk di atas lantai Adalah sikap atau posisi tubuh pada sat membatik dengan duduk di lantai, bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas Gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Tata letak peralatannya sebagai berikut : tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm dan tinggi gawangan 80 cm. Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas dingklik dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3.

50 50 Gambar 4.2 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai Gambar 4.3 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik 2) Sikap kerja duduk di atas dingklik Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas dingklik, bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas Gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Tata letak peralatan sebagai berikut: tinggi wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm dan tinggi gawanngan 80 cm. 3) Keluhan moscuketeletal Sistem muskuloskeletal adalah permasalahan yang berhubungan dengan sistem muscles, meliputi otot (muscles), syaraf (nerves) dan tulang (bones). Pekerjaan yang dirancang kurang baik akan menghasilkan ketidak efektifan terhadap sistem muskuloskeletal tersebut (Kristyanto, 2004). Muskuloskeletal diukur menggunakan Nordic Body Map.

51 51 4) Kelelahan Grandjean (1993) menyatakan kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motorik dan respirasi, adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, penurunan aktivitas yang akan mempengaruhi aktivitas fisik dan mental. Kelelahan diukur menggunakan skala likert. 5) Produktivitas Suma mur (1992) menyatakan produktivitas tenaga kerja diukur dari perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja tiap satuan waktu. Produktivitas diukur dari jumlah produksi dibagi rerata nadi kerja per satu jam kerja. 6) Usia Output Pr oduktivitas Input Usia merupakan umur seseorang sejak orang tersebut dilahirkan sampai data diambil, usia dihitung dalam tahun. 7) Jenis kelamin Jenis kelamin adalah hasil pengamatan secara Fenotype, didukung keterangan dari formulir biodata subjek. 8) Tinggi badan Tinggi badan merupakan jarak dari telapak kaki sampai kepala, tinggi badan diukur dalam meter (m).

52 52 9) Berat badan Berat badan merupakan berat subyek yang melakukan perlakuan penelitian, berat seseorang diukur dalam kilogram (kg). 10) Masa kerja Masa kerja adalah lama seorang bekerja disuatu perusahaan, yaitu mulai masuk sampai penelitian dilakukan, masa kerja dihitung dalam tahun. Data masa kerja termasuk dalam skala rasio. 11) Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989). 12) Kesehatan Menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan. Data kesehatan termasuk dalam skala likert. 13) Alat kerja Alat kerja adalah media yang digunakan untuk membantu dan mempermudah pekerjaan. 14) Pekerja

53 53 Untuk definisi pekerja, UU menyatakan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (UU 13/2003 Pasal 1 butir 3). 4.7 Instrumen Penelitian Alat Pengumpul Data 1. Kuesioner nordic body map digunakan untuk mengukur besarnya keluhan muskuloskeletal. 2. Formulir produktivitas kerja digunakan untuk mengambil data input, output dan batas waktu penyelesaian tugas. 3. Formulir biodata subjek digunakan untuk mengambil data kondisi subjek yaitu nama, umur, berat badan, tinggi badan, pengalaman kerja, dan jenis kelamin. 4. Tensi meter otomatis dengan merk omron digunakan untuk mengukur denyut nadi pekerja. 5. Timbangan badan untuk mengukur berat badan pekerja dengan merek Krups buatan Irlandia 6. Camera digital untuk mendokumentasikan proses kerja dan mengetahui postur tubuh ketika bekerja dengan merek Sony. 7. Meteran Logam merek Vitara : 5M / 16 FT 8. Stop watch merek Seiko buatan Jepang Alat Pengolahan Data

54 54 Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS Versi 16 for windows untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini melalui pengujian sebagai berikut : Semua data diperoleh nilai rerata dan simpang baku untuk usia, tinggi badan dan berat badan dan uji perbedaan dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank dengan tingkat kemaknaan α = 0, Tahapan Penelitian Sebagai langkah pemecahan terhadap masalah yang didapatkan dengan dikaitkan situasi dan kondisi setempat, maka tahapan pemecahan masalah yang akan dilakukan oleh pelaksana akan menggunakan pendekatan action research. Oleh karena itu rencana yang akan disusun oleh pelaksana terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut : Survai Awal Pada tahap ini dilakukan pendekatan dengan masyarakat yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian. Pendekatan dilakukan baik secara formal maupun non formal agar tercipta situasi yang kondusif untuk melakukan penelitian dan sebagai dasar untuk melakukan tahapan selanjutnya. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah sobservasi wawancara, tata muka, ceramah dan diskusi mengenai masalah yang dihadapi oleh pengrajin sehubungan dengan pekerjaannya. Pada tahap ini juga dilakukan suatu penanaman pengertian bahwa keluhan yang timbul sebagai akibat kerja seharusnya dapat diatasi sendiri oleh pekerja. Disampaikan juga prinsip

55 55 fisiologi tubuh manusia bahwa tubuh mampunyai mekanisme adaptasi yang harus dipelihara sehingga apabila ada keluhan nyeri, maka harus dikembalikan ke kondisi awal sehingga keluhan tidak akan bertambah parah. Pada tahapan ini peneliti juga mengadakan aktifitas diskusi dan tanya jawab dua arah yang komunikatif sehingga tercipta diskusi yang dapat menghasilkan kesepahaman mengenai permasalahan yang terjadi kaitannya dengan keluhan muskuloskeletal pembatik Pemberian Quisioner Pada tahap ini peneliti membagikan pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengrajin mengenai keluhan nyeri anggota tubuh yang dirasakan dan tindakan apa yang dilakukan oleh pengrajin untuk mengatasinya. Pada akhirnya peneliti berusaha mengukur nilai kuantitatif nyeri yang mereka rasakan dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan 30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan Association Of Industrial Healt dan pengukuran denyut nadi Pengambilan Gambar Sikap / Posisi Kerja Pembatik Pada tahap ini pelaksana mengambil gambar posisi dan sikap pekerja/pengrajin yang dilakukan sehari-hari. Hal ini diperlukan untuk menganalisis kemungkinan posisi kerja sebagai penyebab terjadinya keluhan nyeri anggota badan. Diharapkan dari kegiatan ini dapat diketahui penyebab keluhan tersebut ditinjau dari posisi kerja yang dilakukan Analisis Ergonomi

56 56 Dengan menggunakan gambar posisi kerja pengrajin ditambah hasil quesioner maka pelaksana dapat melakukan analisis untuk mengetahui penyebab keluhan nyeri anggota badan. Hasil analisis ini selanjutnya digunakan sebagai dasar pijakan untuk memberikan penerangan kepada pengrajin mengapa bisa timbul keluhan nyeri anggota badan yang mereka alami Sosialisasi dan Diskusi Pada tahap ini peneliti melakukan ceramah dan diskusi untuk mensosialisasikan hasil temuan/penelitian berdasar tahapan analisis yang telah dilakukan. Pada tahap ini dilakukan diskusi ( Focus Group Discussion) antara peneliti dengan pengrajin mengenai beban kerja dan keluhan Musculoskeletal para pembatik.

57 Langkah-langkah Penelitian Alur penelitian dapat ditunjukkan dalam gambar 4.4. Survey penelitian Studi Pustaka Identifikasi masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Pengukuran sikap kerja pembatik duduk diatas lantai/dingklik Washing Out Analisa Data dan Pembahasan Kesimpulan dan saran Kontrol Sebelum bekerja : - Kuisoner Nordic Body Map - Pengukuran denyut nadi Kontrol : duduk di atas lantai Setelah Bekerja : - Kuisoner Nordic Body Map - Pengukuran denyut nadi Eksperimen Sebelum Bekerja : - Kuisoner Nordic Body Map Eksperimen : duduk diatas dingklik Setelah Bekerja : - Kuisoner Nordic Body map - Pengukuran denyut nadi Gambar 4.4 Diagram Alur Penelitian

58 Jadwal Penelitian Penelitian dilakukan selama tiga (3) bulan (Januari, Pebruari, Maret tahun 2011) dengan jadwal kegiatan sebagai berikut. Tabel 4.1 Jadwal penelitian N0. Kegiatan 1. Persiapan a. Perizinan (koordinasi dengan home industry ) b. survei awal/pendahuluan c. Menetapkan rencana jadwal kerja d. Menetapkan pembagian kerja antara tim e. Menetapkan desain penelitian f. Menentukan bahan dan alat penelitian g. Menetapkan lokasi penelitian h. Menyusun format-format data mentah i. Survey penelitian (koordinasi dengan pengrajin batik) 2. Pelaksanaan a. Pengumpulan data (kelelahan dan musculoskeletal) b. Menyusun dan mengisi format data c. Melakukan pemantauan atas pengumpulan data d. Pengolahan data e. Melakukan analisis data f. Menyimpulkan hasil analisis g. Membuat Kesimpulan 3. Membuat Pembahasan a. Menyusun konsep laporan b. Melakukan diskusi antar anggota tim c. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian d. Menyusun konsep laporan akhir e. Menyusun laporan akhir dan bahan untuk seminar 4. Penggandaan dan Pengiriman laporan penelitian 5. Menyusun artikel ilmiah Bulan

59 59 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Berikut ini adalah penyajian beberapa data dari hasil penelitian, antara lain : Penentuan Jumlah Sampel Perhitungan besar sampel untuk rancangan dengan subjek yang sama antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen didasarkan pada rumus dari Sopiyudin (2004). Perhitungan sampel juga didasarkan pada hasil penelitian pendahuluan dengan subjek 10 orang. Hasil penelitian pendahuluan dengan subjek 10 orang diperoleh rerata untuk kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal sebesar 51,1 dan rerata untuk kuisioner kelelahan sebesar 39,6. Rerata tingkat keluhan muskuloskeletal setelah dilakukan perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 51,1 menjadi 40,88. Sedangkan untuk kelelahan setelah dilakukan perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 39,6 menjadi 31,68. Untuk α = 0,05 dan untuk β = 0,10 maka besar sampel (n) untuk tingkat keluhan muskuloskeletal adalah sebanyak 9,6 dan untuk kuisioner kelelahan juga sebanyak 12,3. Besarnya sampel ditambah 20% untuk menghindari terjadinya drop out subjek penelitian sehingga sampel ditetapkan menjadi 15 orang.

60 Karakteristik Subjek Subjek penelitian yaitu pekerja yang sedang membatik dengan jumlah 15 orang perempuan. Diskripsi subjek ditunjukkan dalam Tabel 5.1 menyatakan bahwa usia subjek didapat rerata 41,53 th ± 12,21 tahun dengan rentangan tahun. Tinggi badan subjek didapat rerata 1,52 m ± 0,04 m dengan rentangan 1,47-1,65 meter. Berat badan subjek didapat rerata 48,67 kg ± 4,35 kg dengan rentangan kilogram. Pengalaman kerja subjek didapat rerata 17,33 th ± 8,59 th dengan rentangan 5-30 tahun. Tabel 5.1 Deskripsi Subjek Aspek perempuan Rerata SB Rentangan Usia (tahun) 41,53 12, Tinggi badan (m) 1,52 0,04 1,47-1,65 Berat Badan (kg) 48,67 4, Lamanya bekerja (tahun) 17,33 8, Keterangan : SB = Simpangan Baku Sikap kerja 1) Sikap kerja membatik duduk di atas lantai Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di lantai, bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan

61 61 bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan kadang lurus ke depan. Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas dingklik dapat dilihat pada gambar 5.1 dan 5.2. Gambar 5.1 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai Gambar 5.2 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik 2) Sikap kerja duduk di atas dingklik Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas dingklik, bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan kadang lurus ke depan Kondisi Alat Kerja

62 62 1) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk dilantai sebagai berikut : tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm, tinggi gawangan 80 cm dan panjang gawangan 111 cm. 2) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk di atas dingklik sebagai berikut : tinggi wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm, tinggi gawangan 80 cm, panjang gawangan 111 cm dan ukuran dingklik adalah 39 x 29 cm Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di lantai 1) Keluhan Sistem Musculoskeletal Posisi pembatik duduk di lantai Pengukuran tingkat keluhan system musculoskeletal menggunakan kuisioner Nordic Body Map, yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. a) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan sakit pada bagian tubuh. b) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sesudah bekerja ternyata dari 15 pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 40 % merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan pantat. 2) Keluhan akibat kelelahan Posisi pembatik duduk di lantai Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.

63 63 a) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan gangguan keluhan. b) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15 pembatik merasakan tingkat kelelahan : pelemahan kegiatan 38, 67% ; pelemahan motivasi 30,67% dan pelemahan fisik 40,67%. 3) Produktivitas Posisi pembatik duduk di lantai Produktivitas pembatik merupakan rasio perbandingan antara jumlah produk dibagi dengan jumlah pulse. Produktivitas yang dihasilkan dari 15 orang pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0039 ± 0,0007. Hasil ratarata perolehan denyut nadi adalah 75 per menit, dengan demikian maka kegiatan membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja ringan (lampiran 3) Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di atas dingklik. 1) Keluhan Sistem Musculoskeletal Posisi pembatik duduk di atas dingklik Pengukuran tingkat keluhan system musculoskeletal menggunakan kuisioner Nordic Body Map, yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. a) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan sakit pada bagian tubuh.

64 64 b) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sesudah bekerja ternyata dari 15 pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 20 % merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong, pantat ; 13, 13% bagian siku kanan dan lutut kiri. 2) Keluhan akibat kelelahan Posisi pembatik duduk di atas dingklik Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. a) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan gangguan keluhan. b) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15 pembatik merasakan tingkat kelelahan : pelemahan kegiatan 36,67% ; pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan fisik 29,33%. 3) Produktivitas Posisi pembatik duduk di atas dingklik Produktivitas pembatik merupakan rasio perbandingan antara jumlah produk dibagi dengan jumlah pulse. Produktivitas yang dihasilkan dari 15 orang pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0056 ± 0,0012. Hasil ratarata perolehan denyut nadi adalah 71 per menit, dengan demikian maka kegiatan membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja sangat ringan

65 65 (lampiran 3). Di bawah ini tabel yang menunjukkan rekap seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk dilantai (kontrol) menjadi sikap kerja duduk di atas dingklik (eksperimen). Tabel 5.2 Rekap Hasil Tingkat Keluhan Sistem Musculoskeletal Tabel 5.3 Rekap Tingkat Kelelahan Table 5.4 Rekap Selisih Tingkat Keluhan Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas

66 66 Dari tabel di atas didapat rerata perbandingan tiap variable pada kelompok kontrol ( posisi membatik duduk di lantai) dan perbaikan sikap kerja pada kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik ) 5.2 Analisis data

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL C.13. Beban Kerja dan Keluhan Sistem Musculoskeletal pada Pembatik Tulis... (Siswiyanti) BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Siswiyanti

Lebih terperinci

Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan

Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan Siswiyanti 1, Saufik Luthfianto 2 1,2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI 1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Sektor Informal Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pola kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Siswiyanti 1 Abstract: The aim of this research is to design the alternative table - chair to paint batik by

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adapun massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal... (Amelinda dan Iftadi) HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Bela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi yang pada tanggal 2 Oktober 2009 ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Ergonomi 2... Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, material, metode kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah bagi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi dan Produktivitas 2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) (Studi Kasus: Pabrik Roti CV. Aji Kurnia, Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

APLIKASI ERGONOMI PADA PERANCANGAN MEJA BATIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENGURANGI KELUHAN PEMBATIK DI SENTRA INDUSTRI BATIK TULIS TEGAL

APLIKASI ERGONOMI PADA PERANCANGAN MEJA BATIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENGURANGI KELUHAN PEMBATIK DI SENTRA INDUSTRI BATIK TULIS TEGAL APLIKASI ERGONOMI PADA PERANCANGAN MEJA BATIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENGURANGI KELUHAN PEMBATIK DI SENTRA INDUSTRI BATIK TULIS TEGAL Siswiyanti 1, Saufik Luthfianto 2 1,2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar

Lebih terperinci

SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK

SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK Pendahuluan Komang Nelly

Lebih terperinci

Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg.

Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg. Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg. radiawan_made@yahoo.co.id BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Proses belajar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena tenaga kerja merupakan pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi 2.1.1 Defenisi Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) (Bakta, 2000; Suryabrata, S. 2002). Rancangan

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri di Indonesia. Sehingga industri perlu mengadakan perubahan untuk mengikuti

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) Muchlison Anis *, Mufti Hidayat 2, Mila Faila Sufa 3,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060798 merupakan salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. SDN 060798 beralamat di Jalan Medan Area Selatan. Kel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perkuliahan memiliki berbagai macam sistem yang disesuaikan dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di Universitas Udayana sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari keluhan LBP dapat menyerang semua orang, baik jenis

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak sekolah menawarkan cara belajar terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan banyak berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengacu kepada undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a, yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya dan bertujuan untuk menyesuaikan suasana kerja dan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN

ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh Dhanang Sukma Wardhana 111606743

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang hendak diteliti, yang disusun berdasarkan latar belakang dan tujuan

Lebih terperinci

Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load

Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load hal II - 81 Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan Cardiovasculair Load Risma Adelina Simanjuntak 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci