Tujuan dari penelitian ini meliputi : 1. Mengetahui nilai kuat tarik baja tabung JIS G 3116 SG Mengetahui Struktur mikro baja tabung JIS G 311
|
|
- Inge Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PERUBAHAN WAKTU ANNEALING HINGGA 20 MENIT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KUAT TARIK BAJA TABUNG JIS G3116 SG 295 ARIF GANDAVI Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Gunadarma. ABSTRAKSI Dalam pembuatan tabung gas LPG 3kg terdapat proses annealing, yang bertujuan untuk menghilangkan residual stress material tabung, memperbaiki keuletan material tabung, menyeragamkan struktur logam, memperhalus ukuran butir, dan menjamin kualitas material tabung yang akan di proses ke tahap selanjutnya yaitu proses blasting. Pada penelitian ini sampel di ambil dari baja tabung JIS G 3116 SG 295 yang diproduksi pada PT. Indonusa Harapan Masa. Ada empat sampel yang diteliti yaitu sampel pertama tanpa di annealing, sampel kedua di annealing 10 menit, sampel ketiga di annealing 15 menit, sampel keempat di annealing 20 menit. Suhu yang digunakan pada proses annealing C hingga C. Dari hasil metalografi didapatkan fasa besi-α (ferrit) yang berwarna putih dan perlit yang berwarna gelap, dan dari hasil metalografi menunjukkan bahwa pada sampel yang di annealing 20 menit menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sampel yang lainnya. Dari hasil uji tarik menunjukan bahwa kuat tarik pada sampel yang di annealing 10 menit dengan nilai 47[461] kg/mm 2 [Mpa] menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan sampel yang lainnya. Dan untuk batas luluh dan elongationnya mengalami peningkatan persentase. Semakin lama sampel di annealing dengan suhu yang semakin tinggi, maka keuletan dan ketangguhannya semakin meningkat. Kata Kunci : Annealing, Struktur Mikro, Kuat Tarik, JIS G 3116 SG Pendahuluan Dalam dunia perindustrian saat ini banyak produk yang dirancang oleh pemerintah untuk mempermudah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu tabung gas LPG kapasitas 3 kg yang diproduksi agar lebih praktis dan efisien bagi masyarakat. Namun dalam proses produksinya masih dalam pengembangan secara rutin agar produk yang dihasilkan tetap baik serta mencapai kualitas yang sangat baik. Banyak hal yang terus dikembangkan pada produksi tabung LPG 3 kg. Diantaranya adalah pengembangan pada badan tabung yaitu dengan proses annealing dalam pembuatan tabung LPG 3 kg. Pada saat proses annealing badan tabung atau baja tabung JIS G 3116 SG 295 mengalami proses laku panas yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sifat mekanik. Sifat mekanik yang dihasilkan harus baik dan disesuaikan, maka perlu dilakukan penelitian serta pengujian yang benar. Dari penelitian dan pengujian ini akan diketahui kuat tarik bahan dan struktur mikro baja tabung JIS G 3116 SG 295 atau badan tabung gas LPG 3 kg. Hasil proses annealing dalam pembuatan tabung gas 3 kg belum mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan, sehingga mengakibatkan badan tabung mudah pecah. Maka perlu dilakukan pengujian mekanik kuat tarik di mana harus sesuai dengan standar yang digunakan pada spesifikasi tabung LPG ukuran 3 kg (SNI ) kuat tarik 41 kg/mm 2 [Mpa] - 51,3 kg/mm 2 [Mpa]. Dalam penelitian ini akan menganalisa kuat tarik dan struktur mikro pada badan tabung gas LPG 3 kg atau baja tabung JIS G 3116 SG 295. Batasan masalah yang ada pada penulisan tugas akhir ini adalah : 1 Annealing hanya dilakukan pada suhu hingga C dengan waktu 10, 15, dan 20 menit saja. 2 Fasa yang terbentuk pada badan tabung LPG 3 kg/jis G 3116 SG Pengujian kuat tarik. 4 Pengujian metalografi.
2 Tujuan dari penelitian ini meliputi : 1. Mengetahui nilai kuat tarik baja tabung JIS G 3116 SG Mengetahui Struktur mikro baja tabung JIS G 3116 SG Membandingkan dan menerapkan teoriteori perkuliahan dengan kenyataan kerja yang ada di lapangan. Penulisan tugas akhir ini, menggunakan metode penulisan berupa : 1. Studi Pustaka, menggunakan buku literatur penulisan tugas akhir. 2. Studi Lapangan, data diambil langsung dari lapangan. 3. Gabungan, menggunakan gabungan kedua metode di atas. 2.1 BAJA 2. Dasar Teori Baja perkakas adalah suatu jenis baja paduan yang mempunyai komposisi dan toleransi yang sangat ketat di mana unsur-unsur pembentuk kabrida merupakan faktor penting pada sifat mampu keras baja tersebut. Dalam proses pembuatannya baja perkakas di lebur dalam tungku listrik dengan kontrol metalurgis yang sangat hati-hati, ini dimaksudkan untuk menghindari cacat pada material. Selanjutnya baja perkakas di periksa secara makroskopik dan mikroskopik untuk menjamin adanya ketepatan spesifikasinya. Semua ini dilakukan karena dalam pemakaiannya baja perkakas banyak digunakan sebagai cetakan (dies) yang harus mempunyai ketahanan terhadap pembebanan dan temperatur tinggi secara berulang-ulang dalam jangka panjang tanpa mengalami patah dan aus akibat deformasi. Pemilihan baja perkakas tergantung pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan penggunaannya [1]. Ditinjau dari kandungan karbonnya, maka pembagian baja dapat dikelompokan sebagai berikut : Baja karbon rendah ( < 0,2 C ) Baja karbon medium ( < 0,2-0,5 C ) Baja karbon tinggi ( > 0,5 C ) Perubahan sifat mekanik pada baja dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas (Heat Treatment), yang merupakan proses pemanasan baja sampai temperatur pemanasan tertentu dan di tahan beberapa waktu hingga temperaturnya merata kemudian dilakukan pendinginan cepat (Quenching). Proses ini menghasilkan struktur martensit yang bersifat keras tetapi getas, untuk menurunkan sifat getasnya dapat dilakukan dengan proses temper Pengaruh Unsur Paduan pada Baja Adanya unsur selain dengan proses-proses perlakuan panas, untuk memperbaiki sifat mekaniknya, baja sering dipadukan dengan unsur-unsur logam lain untuk membentuk baja paduan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Baja paduan rendah : jumlah presentase berat unsur paduan maksimal 8. Baja paduan tinggi : jumlah presentase berat unsur paduan lebih dari 8. Baja karbon yang mempunyai satu atau lebih unsur-unsur paduan di sebut baja paduan (Alloy Steel). Unsur paduan utamanya adalah : Krom (Cr), Silikon (Si), Mangan (Mn), Nikel (Ni), Wolfram (W), Vanadium (V), Molibdenum (Mo), serta unsur-unsur lainnya. Unsur paduan pada baja akan mempengaruhi temperatur eutectoid, pengaruh masing-masing unsur tersebut digunakan untuk memperbaiki atau merubah sifat-sifat mekanik baja pada proses perlakuan panas Klasifikasi Baja Karbon Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S dan Cu. Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon, karena itu baja ini dikelompokan berdasarkan kadar karbonnya. Baja karbon rendah adalah baja dengan kadar karbon kurang dari 0,30, baja karbon sedang mengandung 0,30 sampai 0,45 karbon dan baja karbon tinggi berisi karbon antara 0,45 sampai 1,70. Baja karbon rendah yang di sebut juga baja lunak banyak sekali digunakan untuk kontruksi umum. Baja karbon ini di bagi lagi dalam baja kil, baja seme-kil dan baja rim, di mana penamaannya didasarkan atas persyaratan deoksidasi, cara pembekuan dan distribusi rongga atau lubang halus di dalam ingot. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi mampu las dari baja karbon rendah adalah kekuatan tarik dan kepekaan terhadap retak las. Kekuatan tarik pada baja karbon rendah dapat dipertinggi dengan menurunkan kadar karbon (C) dan menaikan kadar mangan (Mn).
3 Tabel 2.1. Klasifikasi baja menurut AISI-SAE [1] Dari gambar dapat di lihat bahwa bila kecepatan pendinginan naik yang berarti waktu ferrit-perlit ke campuran ferrit-perlit-bainitmartensit, kemudian bainit-martensit dan akhirnya pada kecepatan yang tinggi sekali struktur akhirnya adalah martensit. Gambar 2.2 Struktur mikro dalam baja karbon rendah [2] Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Baja Pada umumnya struktur mikro dari baja tergantung dari kecepatan pendinginannya dari suhu daerah austenit sampai ke suhu kamar. Karena perubahan struktur ini maka dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang dimiliki juga berubah. Hubungan antara kecepatan pendinginan dan struktur mikro yang berbentuk biasanya digambarkan dalam diagram yang menghubungkan waktu, suhu dan transformasi yang di singkat menjadi diagram CCT [2]. Gambar 2.1 Diagram pendinginan kontinu atau diagram CCT [2] 2.2 PERLAKUAN PANAS PADA BAJA Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada strukturmikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang sama dapat memiliki struktur mikro yang berbeda, dan sifat mekaniknya akan berbeda. Struktur mikro tergantung pada proses pengerjaan yang dialami, terutama proses laku panas yang di terima selama proses pengerjaan. Proses laku panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses laku panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai ke temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudian dilakukan pendinginan dengan kecepatan tertentu. Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis [1]. 1. Near Equilibrium (mendekati kesetimbangan) Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah untuk : Melunakkan struktur kristal Menghaluskan butir Menghilangkan tegangan dalam Memperbaiki machineability
4 Jenis dari perlakukan panas Near Equilibrium, misalnya : Full Annealing (annealing), Stress relief Annealing, Spheroidizing, Process annealing, Normalizing, Homogenizing. 2. Non Equilibrium (tidak setimbang) Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari perlakukan panas Non Equilibrium, misalnya : Hardening, Martempering, Austempering, Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction hardening). Pada proses pembuatannya komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi. Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa padat pada suhu 1350 derajat, pada fasa inilah berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan dengan cara heat treatment. Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang setimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat di lihat pada diagram fase kesetimbangan. Dari diagram tersebut dapat di lihat bahwa pada proses pendinginan perubahan-perubahan pada struktur kristal dan struktur mikro sangat bergantung pada komposisi kimia. Gambar 2.3 Diagram Fase Kesetimbangan [1] Pada kandungan karbon mencapai 6,67 terbentuk struktur mikro dinamakan sementit Fe 3 C (dapat di lihat pada garis vertikal paling kanan). Sifat-sifat cementite adalah sangat keras dan sangat getas. Pada sisi kiri diagram di mana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferrit. Pada baja dengan kadar karbon 0,83, struktur mikro yang terbentuk adalah perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik eutectoid. Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferrit dan perlit. Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6,67, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit. Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro ferrit delta lalu menjadi struktur mikro austenit. Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi austenit Annealing Annealing adalah suatu proses laku panas (heat treatment) yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk. Jenis annealing itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi benda kerja, temperatur pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan (cooling rate), dan lain sebagainya. Tujuan dari annealing ialah untuk : 1. Mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat dikerjakan mesin atau pengerjaan dingin. 2. Memperbaiki keuletan. 3. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan stuktur. 4. Memperhalus ukuran butir. 5. Menghilangkan tegangan dalam. 6. Menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas. Proses annealing adalah sebagai berikut: 1. Benda kerja dimasukan kedalam tungku pemanas atau kotak baja yang di isi dengan terak / pasir yang dipanaskan. 2. Panaskan pada temperatur tertentu selama waktu tertentu. 3. Setelah cukup waktunya benda kerja dikeluarkan dari tungku panas tersebut. 4. Benda kerja didinginkan dengan perlahanlahan.
5 2.3 UJI TARIK Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS Z. Dengan menarik suatu bahan maka akan segera diketahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah Shimadzu, Instron dan Dartec [4]. Banyak hal yang dapat dipelajari dari hasil uji tarik. Jika suatu bahan (logam) di tarik sampai putus, maka akan menghasilkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut. Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya di sebut Ultimate Tensile Strength di singkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia di sebut tegangan tarik maksimum. Stress: σ = F/A (2.1) F: gaya tarikan, A: luas penampang Strain: ε = L/L (2.2) L: pertambahan panjang, L: panjang awal Hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E = σ / ε (2.3) Untuk memudahkan pembahasan, maka perlu memodifikasi gambar hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress and strain). Sehingga menghasilkan gambar baru yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E dinamakan Modulus Elastisitas (Young Modulus). Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress di singkat menjadi kurva SS. Gambar 2.10 Gambaran singkat uji tarik dan datanya [5] Hukum Hooke (Hooke s Law) Hampir semua logam pada tahap sangat awal dari uji tarik terjadi hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini di sebut daerah linier atau linear zone. Pada daerah ini, kurva pertambahan panjang berlawananan dengan beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut: rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan Stress adalah beban di bagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang di bagi panjang awal bahan. Gambar 2.11 Kurva tegangan-regangan [5] Bentuk bahan yang di uji, untuk logam biasanya di buat spesimen dengan dimensi seperti pada gambar berikut ini : Gambar 2.12 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z 2201) [6]
6 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Annealing Sampel Uji Tarik Uji Metalografi Data Analisa Kesimpulan Selesai C Si Mn P S Cr Mo Ni Al 0,108 0,212 0,638 0,0246 0,0111 0, ,0384 0,0020 Cu Nb Ti V B Zr CE (IIW) *) Pcm ) *) CE (IIW) () = C + (Mn)/6 + (Cr+Mo+V)/5 + (Ni+Cu)/15 **) Pcm () = C + Si/30 + Mn/20 + Cu/20 + Ni/60 + Cr/20 + Mo/15 + V/10 + 5B Proses Annealing Sampel Proses annealing dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Pembebasan tegangan sisa pada material tabung. 2. Menjamin kualitas material tabung yang akan di proses pada tahap selanjutnya yaitu proses blasting. Adapun langkah proses annealing sampel adalah sebagai berikut : 1. Material tabung ditempatkan pada konveyor. 2. Melalui konveyor material tabung dimasukan ke dalam oven atau tungku pemanas. 3. Menyalakan oven dengan temperatur awal ( C ). 4. Atur laju pemanasan pada oven sebesar 15 0 C/menit. 5. Apabila temperatur sudah mencapai suhu tenggang C maka di tahan selama 10 menit (sampel kedua), untuk sampel berikutnya di tahan selama 15 menit (sampel ketiga), dan berikutnya 20 menit (sampel keempat). 6. Kemudian didinginkan dalam dapur dengan laju minimum 43 0 C/menit hingga suhu C Dimensi Sampel Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 3.2 Persiapan Bahan Pengujian Bahan tabung gas LPG yang digunakan dalam penelitian adalah baja tabung JIS G 3116 SG 295 yang diambil dari PT. INDONUSA HARAPAN MASA. Tabel 3.1 Komposisi kimia hot rolled steel JIS G 3116 SG 295 sebagai badan tabung upper dan lower [7]. Gambar 3.2 Dimensi sampel yang akan di annealing [8]
7 3.3 Diagram Alir Proses Uji Tarik 3.4 Diagram Alir Proses Metalografi Mulai Preparasi Sampel Uji Tarik Persiapan, Pemasangan Sampel Pada Mesin Uji Tarik Proses Uji Tarik Data Analisa Uji Tarik Gambar 3.5 Diagram alir proses Metalografi Selesai Gambar 3.3 Diagram alir proses uji tarik Gambar 3.6 Metallurgical Microscope Gambar 3.4 Mesin uji tarik
8 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikro Struktur Mikro JIS G 3116 SG 295 Sampel Pertama Pengamatan struktur mikro dilakukan pada sampel pertama yaitu sampel yang tidak di annealing Struktur Mikro JIS G 3116 SG 295 Sampel Ketiga Pengambilan sampel ketiga di ambil dari baja tabung yang di annealing selama 15 menit di dalam tungku pemanas atau oven. Gambar 4.1 Struktur mikro baja tabung gas yang tidak di annealing dengan pembesaran 400X Pada gambar 4.1 di atas merupakan struktur mikro material JIS G 3116 SG 295 terdapat fasa perlit berwarna hitam dan besi-α (ferrit) berwarna putih. Fasa perlit tersebar merata dan diameter partikelnya relatif berukuran kecil-kecil Struktur Mikro JIS G 3116 SG 295 Sampel Kedua Sampel kedua di ambil dari sampel yang di proses annealing selama 10 menit di dalam tungku pemanas. Gambar 4.3 Struktur mikro baja tabung gas yang di annealing selama 15 menit dengan pembesaran 400X Pada foto struktur mikro untuk sampel ketiga terlihat dengan jelas perubahan diameter partikel fasa perlitnya menjadi lebih membesar, namun hanya beberapa saja dan tidak terlalu banyak. Sedangkan fasa ferritnya cenderung meningkat dan lebih putih Struktur Mikro JIS G 3116 SG 295 Sampel Keempat Sampel yang keempat di ambil dari sampel baja yang di annealing selama 20 menit di dalam tungku pemanas. Gambar 4.2 Struktur mikro baja tabung gas yang di annealing selama 10 menit dengan pembesaran 400X Pada pengamatan struktur mikro pada sampel kedua terdapat perubahan ukuran partikel fasa perlit menjadi semakin besar, tetapi jumlahnya cenderung menurun dan fasa ferritnya cenderung meningkat. Gambar 4.4 Struktur mikro baja tabung gas yang di annealing selama 20 menit dengan pembesaran 400X Pada pengamatan struktur mikro sampel keempat di dapat fasa perlit yang hampir semuanya membesar dari pada yang terlihat pada sampel ketiga. Tetapi jumlah partikelnya berkurang, karena fasa ferritnya cenderung meluas atau meningkat dan juga semakin bersih putih.
9 4.1.5 Ukuran Perlit JIS G 3116 SG 295 Tabel 4.1 Ukuran (diameter) perlit JIS G 3116 SG 295 sampel pertama Gambar 4.5 Grafik perbandingan rata-rata diameter perlit (µm) dan faktor rasio Tabel 4.2 Ukuran (diameter) perlit JIS G 3116 SG 295 sampel kedua Gambar 4.6 Grafik perbandingan rata-rata simpangan baku dari ukuran perlit (µm) dan faktor rasio Tabel 4.3 Ukuran (diameter) perlit JIS G 3116 SG 295 sampel ketiga Tabel 4.4 Ukuran (diameter) perlit JIS G 3116 SG 295 sampel keempat Dari gambar 4.5 dapat di ketahui bahwa perbandingan ukuran atau diameter perlit (µm) dari sampel pertama dengan sampel kedua mengalami kenaikan atau perubahan bertambah besar, kemudian selanjutnya sampel ketiga juga lebih besar ukurannya dari sampel kedua. Dan pada sampel keempat terlihat makin besar lagi ukuran perlitnya melebihi ukuran perlit dari sampel yang ketiga. Begitu juga dengan faktor rasio yang mengalami perubahan yang sama yaitu cenderung naik dari sampel pertama hingga sampel keempat Distribusi Perlit JIS G 3116 SG 295 Gambar 4.7 Grafik persentase ukuran perlit pada permukaan
10 Berikut ini adalah perhitungan fraktal perlit dari gambar grafik persentase ukuran perlit pada permukaan : Persentase perlit pada volume di hitung dengan rumus sebagai berikut : Perlit = (0,108 / 0,83) x 100 = 13 α ferrit = = 87 Untuk perhitungan distribusi perlit pada permukaan tiap sampel adalah sebagai berikut : Dari gambar 4.9 terlihat perbedaan bentuk patahan (failure) baja JIS G 3116 SG 295 yang tidak di annealing, di annealing 10 menit, di annealing 15 menit, dan di annealing 20 menit. Hal tersebut terjadi karena sampel diberikan perlakuan panas yang berbeda-beda, sehingga mengakibatkan perubahan elongasi dan keuletan baja tersebut. Semakin keuletannya meningkat maka deformasinya menurun Kuat Tarik JIS G 3116 SG 295 Sampel Pertama Perhitungan perlit (hitam) = ( jumlah perlit / luas permukaan) x 100 Sampel 1 = (7/400) x 100 = 1,75 Sampel 2 = (10/400) x 100 = 2,50 Sampel 3 = (13/400) x 100 = 3,25 Sampel 4 = (16/400) x 100 = 4,00 Dari data hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa semakin lama baja diproses annealing hingga waktu 20 menit, maka persentase distribusi perlit pada permukaan semakin meningkat. Tetapi jumlahnya belum mendekati persentase maksimum perlit yaitu Kuat Tarik Gambar 4.10 Hasil uji tarik sampel yang tidak di annealing[9] Dari gambar hasil pengujian sampel pertama yaitu sampel yang tidak di annealing, kuat tariknya 46 kg/mm2[mpa]. Batas luluhnya 31 kg/mm2[mpa]. Persentase elongasinya 28,90 masih termasuk dalam standar persentase elongasi JIS G 3116 yaitu minimal Kuat Tarik JIS G 3116 SG 295 Sampel Kedua Gambar 4.8 Sampel sebelum di uji tarik Gambar 4.11 Hasil uji tarik sampel yang di annealing selama 10 menit[9] Gambar 4.9 Sampel sesudah di uji tarik
11 Dari gambar hasil pengujian sampel kedua yaitu sampel yang di annealing selama 10 menit dengan suhu C hingga C, kuat tariknya mengalami kenaikan menjadi 47 kg/mm 2 [Mpa]. Masih termasuk dalam standar kuat tarik pabrikan yaitu 41 kg/mm 2 [Mpa] - 51,3 kg/mm 2 [Mpa]. Batas luluhnya meningkat menjadi 35 kg/mm 2 [Mpa]. Persentase elongasi juga meningkat menjadi 30,90. kuat tariknya tetap 46 kgf/mm 2. Dan masih termasuk dalam standar kuat tarik pabrikan yaitu 41 kg/mm 2 [Mpa] - 51,3 kg/mm 2 [Mpa]. Untuk batas luluhnya naik menjadi 37 kg/mm 2 [Mpa]. Sedangkan persentase elongasinya juga meningkat menjadi Kuat Tarik JIS G 3116 SG 295 Sampel Ketiga Gambar 4.14 Grafik perbandingan kuat tarik dan batas luluh JIS G 3116 SG 295 Gambar 4.12 Hasil uji tarik sampel yang di annealing selama 15 menit [9] Dari gambar hasil pengujian sampel ketiga yaitu sampel yang di annealing selama 15 menit dengan suhu C hingga C, kuat tariknya mengalami penurunan menjadi 46 kg/mm 2 [Mpa]. Tetapi masih termasuk dalam standar kuat tarik pabrikan yaitu 41 kg/mm 2 [Mpa] - 51,3 kg/mm 2 [Mpa]. Batas luluhnya tetap seperti sampel kedua yaitu 35 kg/mm 2 [Mpa]. Persentase elongasinya naik menjadi 31, Kuat Tarik JIS G 3116 SG 295 Sampel Keempat Berdasarkan grafik di atas, hasil pengujian tarik dari keempat sampel baja tersebut masih masuk dalam rentang persyaratan standar material baja JIS G3116 SG 295. Namun dari hasil perbandingan nilai kekuatan rata-ratanya terlihat bahwa kekuatan tarik material sampel kedua lebih tinggi dibandingkan dengan material sampel yang lainnya, sedangkan kekuatan luluhnya yang paling tinggi adalah material sampel keempat. Mengingat proses manufaktur (pembuatan) tabung gas LPG 3 kg melibatkan proses pembentukan dan pengelasan (welding), maka sifat yang paling penting adalah kekuatannya (tarik dan luluh). Semakin tinggi kekuatannya maka semakin baik material tersebut menahan beban dari luar (seperti tekanan gas maupun benturan). Gambar 4.13 Hasil uji tarik sampel yang di annealing selama 20 menit [9] Dari gambar hasil pengujian sampel keempat yaitu sampel yang di annealing selama 20 menit dengan suhu C hingga C, Gambar 4.15 Grafik perbandingan elongation JIS G 3116 SG 295 Dari gambar grafik di atas dapat di lihat bahwa dari sampel pertama hingga sampel keempat nilai persentase elongasinya meningkat yang berarti semakin tinggi keuletannya. Maka semakin baik material
12 tersebut untuk di ubah bentuk (deep drawing) dan mampu menahan pembebanan sebelum retak maupun pecah. Oleh karena itu dari segi proses manufakturnya (formability) maka sampel yang di annealing lebih lama semakin baik dibandingkan yang di annealing dengan waktu singkat. 5. Kesimpulan Dari hasil penelitian struktur mikro dan kekuatan tarik baja tabung gas LPG 3 kg JIS G 3116 SG 295 di dapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada struktur mikro baja tanpa di annealing didapatkan fasa besi-α (ferrit) yang berwarna putih dan perlit yang berwarna gelap. Terdapat fasa besi-α (ferrit) yang dikelilingi fasa perlit berwarna gelap yang merata dan menyebar. Rata-rata ukuran perlitnya 15,76 µm, distribusi perlitnya 1,75. Tegangan tariknya 46 kg/mm 2 [Mpa], batas luluhnya 31 kg/mm 2 [Mpa], dan elongasinya 28, Untuk struktur mikro baja yang di annealing pada suhu C hingga C dengan waktu 10 menit terjadi perubahan ukuran perlit yang sedikit lebih besar, tetapi penyebarannya berkurang. Rata-rata ukuran perlitnya 22,49 µm, distribusi perlitnya 2,50. Tegangan tariknya 47 kg/mm 2 [Mpa], batas luluhnya 35 kg/mm 2 [Mpa], dan elongasinya meningkat menjadi 30, Pada struktur mikro baja yang di annealing pada suhu C hingga C dengan waktu 15 menit terdapat perubahan fasa perlit yang ukurannya lebih besar dari pada ukuran perlit sampel sebelumnya. Ratarata ukuran perlitnya 26,34 µm, distribusi perlitnya 3,25. Tegangan tariknya 46 kg/mm 2 [Mpa], batas luluhnya 35 kg/mm 2 [Mpa], dan elongasinya 31, Untuk struktur mikro baja yang di annealing pada suhu C hingga C dengan waktu 20 menit terjadi perubahan fasa besi-α (ferrit) lebih bersih putih dari pada fasa ferrit sampel lainnya. Fasa perlitnya membesar. Rata-rata ukuran perlitnya 29,70 µm, distribusi perlitnya 4,00. Tegangan tariknya 46 kg/mm 2 [Mpa], batas luluhnya 37 kg/mm 2 [Mpa], dan elongasinya 33, Dari hasil metalografi menunjukkan baja yang di annealing selama 20 menit lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Semakin bertambah waktu annealing maka semakin meningkat ukuran perlit dan distribusi perlitnya. Untuk kuat tarik baja yang mendekati standar SNI adalah baja yang di annealing pada suhu C hingga C dengan waktu 10 menit yaitu 47 kg/mm 2 [Mpa]. Semakin lama di annealing maka batas luluh dan persentase elongasinya semakin naik. Sehingga pengaruh waktu annealing menentukan struktur mikro, kekuatan, keuletan, dan kualitas baja tabung JIS G 3116 SG 295. DAFTAR PUSTAKA [1]. Krauss, George, Steel Heat Treatment and Processing Principles, ASM International, Material Park, Ohio, [2]. Wiryosumarto, Harsono, Okumura, Toshie, Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan Kedelapan, Pradnya Paramita, Jakarta, [3]. sni/detail_sni/sni_1452:2007/ [4]. 9/mengenal_uji_tarik_dan_sifatsifat_mekan ik_logam/ [5]. oads/2009/09/image/ [6]. Japanese Standards Association, JIS Handbook, Ferrous Materials & Metallurgy II (English Version), Tokyo, [7]. arakteristik_bahan_baku.doc/ [8]. 10/10/ [9]. CMPFA, Laporan Pengujian Tarik, LAB UJI MATERIAL, Kampus Baru UI, Depok, 2010.
PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)
HEAT TREATMENT PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) Proses laku-panas atau Heat Treatment kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan
Lebih terperinciMETODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA
METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA Ahmad Supriyadi & Sri Mulyati Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,
Lebih terperinciPENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO
PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo 1.,ST.MT., Bayu Agung Susilo 2 Lecture 1,College student 2,Departement
Lebih terperinciBAB 1. PERLAKUAN PANAS
BAB PERLAKUAN PANAS Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses perlakuan panas pada material logam. : Menguasai cara proses pengerasan, dan pelunakan material baja karbon.
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)
PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Purnomo *) Abstrak Baja karbon rendah JIS G 4051 S 15 C banyak digunakan untuk bagian-bagian
Lebih terperinciSTRUKTURMIKRO DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS TABUNG LPG 3 kg IMAN FUADI. Fakultas Industri, Jurusan Teknik Mesin.
STRUKTURMIKRO DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS TABUNG LPG 3 kg IMAN FUADI. Fakultas Industri, Jurusan Teknik Mesin. Iman.fuadi@gmail.com ABSTRAKSI Dalam pembuatan tabung gas LPG 3kg pengelasan yang digunakan
Lebih terperinciPROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111
PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111 Agung Setyo Darmawan, Masyrukan, Riski Ariyandi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I
Lebih terperinciProses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :
PERLAKUAN PANAS Perlakuan panasadalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau
Lebih terperinciBAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN
BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN Annealing adalah : sebuah perlakukan panas dimana material dipanaskan pada temperatur tertentu dan waktu tertentu dan kemudian dengan perlahan didinginkan. Annealing
Lebih terperinciPROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111
PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111 Agung Setyo Darmawan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura agungsetyod@yahoo.com
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciMengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam
Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik ogam Oleh zhari Sastranegara Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. da empat jenis uji coba
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan
Lebih terperinciPERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41
C.8 PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41 Fauzan Habibi, Sri Mulyo Bondan Respati *, Imam Syafa at Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT
MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL
PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL Pramuko I. Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan
Lebih terperinciANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH
ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH Sumidi, Helmy Purwanto 1, S.M. Bondan Respati 2 Program StudiTeknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah merambah pada berbagai aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali di dunia industri manufacture (rancang
Lebih terperinci11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :
11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon : Material Teknik Suatu diagram yang menunjukkan fasa dari besi, besi dan paduan carbon berdasarkan hubungannya antara komposisi dan temperatur. Titik
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS
ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS Oleh: Abrianto Akuan Abstrak Nilai kekerasan tertinggi dari baja mangan austenitik hasil proses perlakuan panas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan
Lebih terperinciBESI COR. 4.1 Struktur besi cor
BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil
Lebih terperinciPENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING
PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING Pramuko Ilmu Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Surakarta Pramuko_ip@ums.ac.id ABSTRAK Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil
Lebih terperinciHeat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja
Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel atau baja yang memiliki kandungan 0,38-0,43% C, 0,75-1,00% Mn, 0,15-0,30% Si, 0,80-1,10%
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan
Lebih terperinciPerlakuan panas (Heat Treatment)
Perlakuan panas (Heat Treatment) Pertemuan Ke-6 PERLAKUAN PANAS PADA BAJA (Sistem Besi-Karbon) Nurun Nayiroh, M.Si Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung
Lebih terperinciANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045
ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045 Willyanto Anggono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Baja Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan
Lebih terperinciPRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST
Sub Modul Praktikum PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST Tim Penyusun Herdi Susanto, ST, MT NIDN :0122098102 Joli Supardi, ST, MT NIDN :0112077801 Mata Kuliah FTM 011 Metalurgi Fisik + Praktikum JURUSAN
Lebih terperinciTUGAS PENGETAHUAN BAHAN HEAT TREATMENT
TUGAS PENGETAHUAN BAHAN HEAT TREATMENT Oleh : Nama : Ika Utami Wahyu Ningsih No. Pokok : 4410215036 Jurusan : Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA HEAT TREATMENT Heat Treatment atau Perlakuan
Lebih terperinciSTUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING
STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING Sumpena Program Studi Teknik Mesin Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Email: sumpenast@yahoo.co.id Abstrak Proses akhir
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201
PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 Heru Danarbroto 1*, A.P.Bayu Seno 2, Gunawan Dwi Haryadi 2, Seon Jin Kim 3 1 Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL
TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL 202 HASIL LAS SMAW DENGAN POST WELD HEAT TREATMENT 900OC SELAMA 1 JAM PADA PROSES QUENCHING, ANNEALING DAN NORMALIZING TERHADAP UJI STRUKTUR MIKRO,UJI IMPACT DAN
Lebih terperinciBAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN
BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN Annealing adalah : sebuah perlakukan panas dimana material dipanaskan pada temperatur tertentu dan waktu tertentu dan kemudian dengan perlahan didinginkan. Annealing
Lebih terperinciPENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)
PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL Sutrisna*) Abstrak Pengelasana adalah proses penyambungan dua buah logam atau lebih melalui proses pencairan setempat.
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH
PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH Teguh Rahardjo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Nasional
Lebih terperinci07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA
07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 7.1. Diagram Besi Karbon Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat sifat baja yang sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas.
Lebih terperinciJurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :
PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi
Lebih terperinciSimposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN
PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING
TUGAS AKHIR PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING, MEDIUM TEMPERING DAN HIGH TEMPERING PADA MEDIUM CARBON STEEL PRODUKSI PENGECORAN BATUR-KLATEN TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Dalam penggunaannya, logam yang digunakan akan mengalami gaya luar atau
6 II. LANDASAN TEORI 2.1 Sifat-Sifat Logam Dalam penggunaannya, logam yang digunakan akan mengalami gaya luar atau pembebanan. Setiap logam mempunyai daya tahan terhadap pembebanan yang berbeda-beda, perbedaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak kalangan dunia industri yang menggunakan logam sebagai bahan utama operasional atau sebagai bahan baku produksinya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 PENGUJIAN AWAL PADA GARDAN IV.1.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Pengujian komposisi diperlukan untuk mengetahui komposisi unsur, termasuk unsur-unsur paduan yang terkandung dalam material
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN (Studi Kasus: PT.FREEPORT INDONESIA, Papua) Oleh : NAMA : PETRUS KADEPA NIM
Lebih terperinciPENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI
PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI Oleh HERRY SETIAWAN 04 04 04 033 X DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciKUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb.
Assalamualaikum Wr. Wb. KUAT TARIK BAJA Anggota Kelompok 8 : 1. Roby Al Roliyas (20130110067) 2. Nurwidi Rukmana (20130110071) 3. M. Faishal Abdulah (20130110083) 4. Chandra Wardana 5. Kukuh Ari Lazuardi
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Joko Waluyo 1 1 Jurusan Teknik Mesin Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Lebih terperinciSifat Sifat Material
Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS KOMPONEN STUD PIN WINDER BAJA SKD-11 YANG MENGALAMI PERLAKUAN PANAS DISERTAI PENDINGINAN NITROGEN Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan pembuatan logam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya proses dan alur yang harus
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan
4.1 Pengujian Struktur Mikro BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan yang terdapat didalam spesimen baja karbon rendah yang akan diuji. Dengan
Lebih terperinciGambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)
BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C
PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C Adi Dermawan 1, Mustaqim 2, Fajar Shidiq 3 1. Mahasiswa, Universitas Pancasakti, Tegal 2. Staf Pengajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, hampir semua kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur logam. Karena alat-alat yang digunakan manusia terbuat
Lebih terperinciANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340
ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 30 Sasi Kirono, Eri Diniardi, Seno Ardian Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak.
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan
Lebih terperinciPengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37
Nusantara of Engineering/Vol. 2/ No. 1/ISSN: 2355-6684 23 Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37 Sigit Nur Yakin 1 ), Hesti Istiqlaliyah 2 ) 1 )Teknik Mesin S1, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai
Lebih terperinciProses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai
Heat Treatment atau proses perlakuan panas adalah proses pemanasan yang diikuti proses pendinginan selama waktu tertentu dan bila perlu dilanjutkan dengan pemanasan serta pendinginan ulang. Perlakuan panas
Lebih terperinciKarakterisasi Material Sprocket
BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Pengamatan Metalografi 4.1.1 Pengamatan Struktur Makro Pengujian ini untuk melihat secara keseluruhan objek yang akan dimetalografi, agar diketahui kondisi benda uji sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat terjadi dengan berbagai cara, antara lain dengan mekanisme pengerasan regangan (strain hardening),
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN
STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik IMBARKO NIM. 050401073
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Spesimen 4.1.1. Proses Pengelasan Setelah pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap masing-masing benda uji, pada pengelasan
Lebih terperinciIr Naryono 1, Farid Rakhman 2
PENGARUH VARIASI KECEPATAN PENGELASAN PADA PENYAMBUNGAN PELAT BAJA SA 36 MENGGUNAKAN ELEKTRODA E6013 DAN E7016 TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2 Lecture
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140 FAISAL MANTA 2108100525 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Brata, DEA Tugas Akhir
Lebih terperinciPENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42
ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 201 PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42 Saripuddin M, Dedi Umar Lauw Dosen Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam
PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam ABSTRAK Porositas merupakan salah satu jenis cacat coran yang sering terjadi
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA
STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA Agus Yulianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UMS Jl. A. Yani Pabelan Kartosuro, Tromol Pos 1 Telp. (0271) 715448 Surakarta ABSTRAK
Lebih terperinciUJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI
LAPORAN UJI BAHAN UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI Oleh : TEAM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan material
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM BAHAN TEKNIK 2
MODUL PRAKTIKUM BAHAN TEKNIK 2 Nama : NIM : Kelas/Grup : Kelompok : Jurursan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian komposisi kimia Pengujian komposisi kimia dilakukan dengan mesin spektrum komposisi kimia Optical Emission Spectrometer dan memberikan hasil pembacaan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana kehidupan semakin meningkat. Mulai dari peralatan yang paling sederhana sampai pada peralatan yang paling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda logam yang keras dan kuat (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Sedangkan menurut Setiadji
Lebih terperinciANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana
ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW Yassyir Maulana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada bidang metalurgi, terutama mengenai pengolahan baja karbon rendah ini perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena erat dengan
Lebih terperinciTIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik
1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik Definisi 2 Metal Alloys (logam paduan) adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Analisa Kegagalan Pengumpulan data awal kegagalan Uji komposisi Pengamatan Strukturmikro Analisa Kegagalan (ASM Metal Handbook vol 11, 1991) Uji Kekerasan Brinel dan Uji Tensile 13
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C
PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C Syaifudin Yuri, Sofyan Djamil dan M. Sobrom Yamin Lubis Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail:
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir (TM091486)
Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciTEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate
Lebih terperinciPENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G
PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (1%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 39 G Ir.Soegitamo Rahardjo 1, Dwiki Darmansyah 2 Lecture 1,College student
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486
TUGAS AKHIR TM091486 STUDI EKSPERIMENTAL UMUR LELAH BAJA AISI 1045 AKIBAT PERLAKUAN PANAS HASIL FULL ANNEALING DAN NORMALIZING DENGAN BEBAN LENTUR PUTAR PADA HIGH CYCLE FATIGUE Oleh: Adrian Maulana 2104.100.106
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan-bahan logam Baja adalah paduan antara besi dengan karbon (Fe-C) yang mengandung karbon maksimal 2,0 % dengan sedikit unsur silikon (Si), Mangan (Mn), Phospor (P), dan
Lebih terperinciJurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN
Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 366 375 ISSN 2086-3403 OPTIMASI SIFAT MEKANIS KEKUATAN TARIK BAJA ST 50 DENGAN PERLAKUAN GAS CARBURIZING VARIASI HOLDING TIME UNTUK PENINGKATAN MUTU BAJA STANDAR
Lebih terperinciSistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)
MK: TRANSFORMASI FASA Pertemuan Ke-6 Sistem Besi-Karbon Nurun Nayiroh, M.Si Sistem Besi-Karbon Besi dengan campuran karbon adalah bahan yang paling banyak digunakan diantaranya adalah baja. Kegunaan baja
Lebih terperinciAnalisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan
IRWNS 213 Analisa Deformasi Material 1MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda Muhammad Subhan Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung, Sungailiat, 33211
Lebih terperinciPENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS
45 PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS Eko Surojo 1, Dody Ariawan 1, Muh. Nurkhozin 2 1 Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik UNS 2 Alumni Jurusan
Lebih terperincibermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,
SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan
Lebih terperinciANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)
ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60) Eri Diniardi,ST, 1,.Iswahyudi 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering,
Lebih terperinciPENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM
PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM Bibit Sugito Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan,
Lebih terperinciPEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT
PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT Saefudin 1*, Toni B. Romijarso 2, Daniel P. Malau 3 Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kawasan PUSPIPTEK
Lebih terperinci