KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI ACEH KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GAYO LUES TAHUN O33 (QANUN No. 15 TAHUN 2013) September 2014

2 KATA PENGANTAR Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Undang-undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) memuat klausul mengenai Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai salah satu instrumen dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Di dalam UUPPLH ini diamanatkan bahwa penyusunan KLHS merupakan hal yang wajib pada setiap penyusunan dokumen perencanaan, diantaranya dalam penyusunan RTRW. Petunjuk teknis pelaksanaannya saat ini salah satunya diatur melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 09/2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Dengan dasar hukum yang demikian Pemerintah Kabupaten Gayo Lues menyelenggarakan penyusunan dokumen KLHS untuk RTRW Kabupaten Gayo Lues. Proses penyusunan dokumen KLHS ini dimulai sejak bulan Januari tahun 2013 dan pendokumentasian atau penyusunan laporan ini dilakukan pada bulan Agustus Penyusunan KLHS ini dimaksudkan tidak saja sebagai memenuhi prasyarat undang-undang tersebut diatas, melainkan juga sebagai salah satu bentuk periksa perbaikan proses penyusunan RTRW di Kabupaten Gayo Lues. Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih, utamanya kepada kepada para pihak yang mendukung penyelenggaraan penyusunan KLHS ini diantaranya kepada USAID dengan Programnya Indonesia Forest and Climate Support (IFACS) dan Tim Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) serta pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Blangkejeran, September 2014 Tim KLHS Kabupaten Gayo Lues

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Singkatan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pelaksanaan KLHS Pelaksana KLHS Waktu Pelaksanaan KLHS Muatan KLHS Strategi Pembangunan Emisi Rendah (SPER)... 5 BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN DAN LINGKUP PERENCANAAN TATA RUANG Profil Gayo Lues Letak Geografis Topografi dan Morfologi Wilayah Geologi dan Jenis Tanah Iklim dan Cuaca Pemerintahan Sosial dan Budaya Tinjauan Singkat Materi Teknis RTRW Kedudukan dan Proses Penyusunan RTRW Kabupaten Gayo Lues Iktisar Materi Rencana Tata Ruang Kabupaten Gayo Lues Kajian Konsistensi Tujuan, Kebijakan, dan Strategi RTRW Konsistensi Kebijakan Tata Ruang Provinsi dengan kebijakan Kabupaten

4 2.2.5 RTRW Kabupaten Gayo Lues dengan Wilayah Sekitar BAB III PROSES DAN METODOLOGI Persiapan Pelaksanaan KLHS Identifikasi Pemangku Kepentingan Identifikasi Isu Strategis KLHS & Analisis Data Dasar Identifikasi Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues Integrasi Hasil KLHS Dokumentasi Dan Penjaminan Mutu Dokumentasi Penjaminan Mutu Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan Analisis Data Dasar (Baseline) Isu Strategis: Terisolasinya Daerah dengan Aksesibilitas yang rendah Isu strategis : Potensi ancaman bencana alam, terutama banjir dan longsor Isu strategis : Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Kawasan Budidaya Isu Strategis : Penyediaan Fasilitas Sanitasi Lingkungan Masih relatif Terbatas Isu strategis : Penurunan Luas Lahan Sawah Identifikasi Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues BAB VI PENGKAJIAN PENGARUH Implikasi Rencana Tata Ruang Wilayah Implikasi Rencana Struktur Ruang Implikasi Rencana Pola Ruang Implikasi Rencana Penetapan Kawasan Strategis Rekomendasi BAB VII STRATEGI PEMBANGUNAN EMISI RENDAH... 74

5 7.1. Ringkasan Hasil Analisa Emisi Strategi Pembangunan Emisi Rendah Kabupaten Gayo Lues BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT Kesimpulan Tindak Lanjut Daftar Pustaka Daftar Lampiran... 81

6 Daftar Tabel Table 1. Pelaksanaan Tahapan Kegiatan KLHS... 4 Table 2. Proses Penetapan Qanun RTRW Kabupaten Gayo Lues Table 3. Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues Table 4. Kondisi dan Status Jalan Tahun Table 5. Luas Tutupan Lahan Gayo Lues Table 6. Perubahan Tutupan Lahan Table 7. Data Kepemilikan Jamban di Gayo Lues Table 8. Rangkuman Identifikasi Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues yang Terkait Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan Table 9. Rekomendasi Mitigasi Terhadap Muatan Rencana Struktur Ruang Table 10. Rekomendasi Mitigasi terhadap Pelaksanaan Muatan Rencana Pola Ruang Table 11. Rekomendasi Mitigasi terhadap Pelaksanaan Muatan Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten... 72

7 Daftar Gambar Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Gayo Lues... 8 Gambar 2. Luas Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Morfologi Wilayah... 8 Gambar 3. Grafik Jumlah Penduduk Miskin Tahun Gambar 4. Kedudukan RTRW dalam Sistem Penataan Ruang... 9 Gambar 5. Peta Rencana Struktur Kabupaten Gayo Lues Gambar 6. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gayo Lues Gambar 7. Jenis Permukaan Jalan di Gayo Lues Tahun Gambar 8. Kondisi Jalan di Gayo Lues Tahun Gambar 9. Persentase Kepemilikan Jamban Gambar 10. Luas Areal Pertanian Sawah Tahun Gambar 11. Peta Identifikasi Rencana Struktur Ruang Terkait Isu Strategis Gambar 12. Peta Identifikasi Rencana Pola Ruang Terkait Isu Strategis Gambar 13. Peta Identifikasi Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Terkait Isu Strategis... 62

8 Daftar Singkatan AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan BKIA : Balai Kesehatan Ibu dan Anak BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional DED : Detail Engineering Design Ditjen : Direktorat Jenderal DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah HP : Hutan Produksi HPH : Hak Pengusahaan Hutan HPT : Hutan Produksi Terbatas IFACS : Indonesia Forest and Climate Support KEL : Kawasan Ekosistem Leuser KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KRP : Kebijakan, Rencana, dan/atau Program KSK : Kawasan Strategis Kabupaten LH : Lingkungan Hidup MCK : Mandi Cuci Kakus MSF : Multi Stkaholder Forum Permen : Peraturan Menteri PKL : Pusat Kegiatan Lokal PKLp : Pusat Kegiatan Lokal Promosi PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air PNS : Pegawai Negeri Sipil Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu PPK : Pusat Pelayanan Kawasan PTT : Pegawai Tidak Tetap Puskesmas: Pusat Kesehatan Masyarakat RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RKP : Rencana Kerja Pemerintah

9 RPJMD/K : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah/Kabupaten RPJPD/K : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah/Kabupaten RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi SK : Surat Keputusan SKPD/K : Satuan Kerja Perangkat Daerah/Kabupaten SLHD : Status Lingkungan Hidup Daerah SPER : Strategi Pembangunan Emisi Rendah TNGL : Taman Nasional Gunung Leuser USAID : United State Agency International Development UUPPLH : Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup YIPD : Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bidang yang saling berkaitan. Di satu sisi pembangunan dirasakan perlu untuk meningkatkan harkat hidup manusia. Tapi di sisi lain tidak jarang program dan proyek pembangunan tanpa disadari mengakibatkan rusaknya lingkungan. Bencana banjir, kekeringan, longsor dan kepunahan keanekaragaman hayati merupakan beberapa contoh dari kerusakan lingkungan yang dapat kita lihat saat ini. Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menetapkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup akan lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) telah dipertimbangkan masalah lingkungan hidup dan ancaman terhadap keberlanjutannya. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS dalam penyusunan atau evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; serta kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup. KLHS menurut Undang-Undang No. 32/2009 adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Peraturan Menteri Negera Lingkungan Hidup No. 09/2011 memberikan Pedoman Umum tentang KLHS, sedangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67/2012 memberikan Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. 1

11 Secara prinsip KLHS adalah suatu self assessment untuk melihat sejauh mana KRP yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah telah mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pada saat dilakukan KLHS ini, Materi Teknis maupun Rancangan Qanun untuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten telah dibuat, dan menunggu persetujuan DPRK, setelah sebelumnya mendapatkan rekomendasi Gubernur dan persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum melalui Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN). Hasil KLHS mengkonfirmasi apakah Rancangan RTRW Kabupaten telah mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, antara lain dalam Rencana Struktur Ruang, Pola Ruang, dan Kawasan Strategis Kabupaten. Hasil KLHS berupa rekomendasi dan mitigasi bagi penyempurnaan muatan (KRP) RTRW yang disusun berdasarkan hasil analisis yang partisipatif. KLHS disusun mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan juga mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten akan disajikan untuk konsultasi publik / pemangku kepentingan untuk disepakati. Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan dan dirujuk dalam penyusunan KLHS ini adalah sebagai berikut: a. Undang Undang No. 32/2010 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup b. Undang Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional d. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 e. Undang Undang No. 41/1999 tentang Kehutanan f. Peraturan Pemerintah No. 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang g. Peraturan Pemerintah No. 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah h. Peraturan Pemerintah No. 44/2004 tentang Perencanaan Kehutanan 2

12 i. Peraturan Pemerintah No. 10/2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan j. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis k. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2009 tentang PedomanPenyusunanRTRW-Kabupaten m. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 /2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Tujuan Pelaksanaan KLHS Tujuan pelaksanaan KLHS ini adalah: 1. Memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan telah dipertimbangkan dalam muatan RTRWK Gayo Lues. 2. Meningkatkan kualitas RTRW sebagai upaya meminimalkan potensi pengaruh negatif dan/atau risiko pelaksanaannya terhadap kondisi lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9/2011 terdapat tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang mencerminkan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu keterkaitan, keseimbangan dan keadilan. Keterkaitan dimaksudkan agar penyelenggaraan KLHS menghasilkan KRP yang mempertimbangkan keterkaitan antar sektor, antar wilayah, dan global-lokal. Nilai ini juga bermakna holistik dengan adanya keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi. Keseimbangan bermakna agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai 3

13 keseimbangan antar kepentingan, seperti antara kepentingan sosial-ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup, kepentingan jangka pendek dan jangka panjang dan kepentingan pembangunan pusat dan daerah. Keadilan dimaksudkan agar penyelenggaraan KLHS menghasilkan KRP yang tidak mengakibatkan marjinalisasi sekelompok atau golongan tertentu masyarakat karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam, modal atau pengetahuan Pelaksana KLHS Proses-proses KLHS dilaksanakan oleh Tim KLHS yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten. Tim KLHS beranggotakan personil-personil dari Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) yang terkait dan anggota-anggota forum lintas pemangku kepentingan Waktu Pelaksanaan KLHS Jangka waktu pelaksanaan KLHS dimulai sejak bulan Januari 2013 yaitu tahap pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah hingga bulan Januari 2014 telah menyelesaikan penyusunan dan penyampaian rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan. Table 1. Pelaksanaan Tahapan Kegiatan KLHS No Kegiatan Pelaksanaan 1 Pengkajian pengaruh RTRW 1) Perancangan proses KLHS 17 Januari ) Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan 19 Januari ) Identifikasi isu strategis April ) Pelingkupan isu strategis 28 Juni ) Analisis data dasar 29 Juni ) Identifikasi muatan RTRW Oktober ) Telaah muatan RTRW Desember Perumusan alternatif, mitigasi dan rekomendasi Desember

14 No Kegiatan Pelaksanaan 3 Pendokumentasian Januari - Maret Lokakarya Integrasi Hasil KLHS Mei Konsultasi Publik Hasil KLHS 12 Juni Muatan KLHS Dalam melakukan kajian pengaruh untuk menentukan implikasi dari program yang ada dalam RTRW, perlu ditentukan aspek menjadi pendasaran kajian. Dalam Pasal 16 UU 32/2009 disebutkan 6 aspek muatan yang dapat digunakan dalam melakukan kajian pengaruh yaitu 1) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; 2) Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; 3) Kinerja layanan/jasa ekosistem; 4) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; 5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim dan 6) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati. Dari enam aspek muatan tersebut, KLHS Kabupaten Gayo Lues menggunakan dua aspek sebagai pertimbangan utama yaitu 1) perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; 2) kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan 3) kinerja layanan/jasa ekosistem. Pengaruh muatan rencana tata ruang misalnya dikaji dampak dan risikonya dengan memperkirakan kemungkinan perubahan ekosistem yang terjadi jika program dilaksanakan. Untuk daya dukung misalnya, kajian memperhatikan kemampuan ekosistem di mana program direncanakan dengan mempertimbangkan kemampuan lingkungan mendukung kehidupan masyarakat lokal dan mahluk lain jika program dilaksanakan. Selain kedua aspek tersebut, kinerja layanan/jasa ekosistem dan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati juga menjadi aspek yang diperhatikan dalam mengkaji pengaruh muatan RTRW mengingat keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia Strategi Pembangunan Emisi Rendah (SPER) Strategi Pembangunan Emisi Rendah (SPER) atau Low Emission Development Strategies (LEDS) merupakan kerangka strategis yang menggambarkan aksi konkret, kebijakan, program dan rencana implementasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perbaikan pengelolaan lingkungan dan pemenuhan 5

15 target pembangunan. Tujuan dari strategi pembangunan emisi rendah ini adalah: 1) mengurangi emisi GRK melalui penyusunan kembali rencana tata ruang; 2) fokus pada pembangunan dan rencana pada area yang rusak dan karbon rendah; 3) menggunakan energi terbarukan untuk pertumbuhan ekonomi. Pendekatan dan metode yang disebutkan diatas, memiliki catatan sebagai berikut: Penghitungan proyeksi emisi GRK di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: 1) ekstrapolasi berdasarkan perubahan emisi di masa lalu; 2) perubahan emisi sebagai dampak dari implementasi RTRW. Dengan adanya SPER, diharapkan dapat menjadi pertimbangan kemungkinan emisi GRK yang akan muncul dalam melaksanakan program perencanaan pembangunan yang termuat dalam RTRW dengan memperhatikan hasil yang termuat dalam dokumen KLHS ini. 6

16 BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN DAN LINGKUP PERENCANAAN TATA RUANG 2.1 Profil Gayo Lues Letak Geografis Kabupaten Gayo Lues terletak pada posisi garis lintang 03º º LU dan garis bujur 96º º BT, dengan luas wilayah 5549,92 Km 2 atau 10 % dari luas Provinsi Aceh secara keseluruhan. Secara administrasi Kabupaten Gayo Lues sesuai dengan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Gayo Lues mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Timur; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat Prov. Sumatera Utara; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Barat Daya; Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Daerah Gayo Lues mencakup 57 persen dari wilayah lama Aceh Tenggara yang terdiri dari 11 kecamatan, 25 kemukiman dan 144 desa/kampung. Luas Gayo Lues adalah 5.719,58 km2. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Blangkejeren dengan luas 1139,88 km2 atau % dari luas Gayo Lues sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Putri Betung dengan luas wilayah 139 km2 atau 2.43 % dari luas wilayah Kabupaten Gayo Lues (Gambar 1.) Topografi dan Morfologi Wilayah Kabupaten Gayo Lues terletak pada ketinggan rata-rata meter di atas permukaan laut. Ketinggian tempat paling dominan adalah pada ketinggian dpl atau 29,21%, sedangkan luasan terkecil berada pada ketinggian > yaitu Ha atau sekitar 1,05%. Sedang berdasarkan dari kelerengannya, sebagian besar wilayah Kabupaten Gayo Lues memiliki kemiringan di atas 40%. 7

17 Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Gayo Lues Gambar 2. Luas Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Morfologi Wilayah 8

18 Luas wilayah yang memiliki kelerengan di atas 40% meliputi 43,93% dari wilayah kabupaten atau seluas Ha. Sedang wilayah yanag memiliki lahan dengan kelerengan di bawah 15% hanya meliputi 15,95% (Gambar 2 di atas). Kondisi ini membawa konsekuensi besarnya luas wilayah Kabupaten Gayo Lues yang dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya relatif terbatas Geologi dan Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Gayo Lues tersusun dari berbagai jenis formasi batuan. Susunan batuan di sebelah tengan dan utara terdiri dari Farmasi Batu Gamping. Sedangkan susunan Batu Ganit letaknya menyebar. Susunan yang mendominasi adalah Formasi Rampong. Pada bagian selatan tersusun oleh Formasi Alas, dan Formasi Leuser. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues terdiri dari tanah alluvial hidromof, hidromof kelabu, podsolik merah kuning, latosol dan podsolik coklat. Di lahan-lahan yang dijadikan persawahan didominasi oleh jenis tanah alluvial hidromof dan hidromof kelabu, sedangkan pada daerah pergunungan jenis tanah pada umumnya adalah latosol, podsolik merah kuning dan kambisol. Jenis tanah podsolik merah kuning adalah jenis tanah yang paling dominan di Kabupaten Gayo Lues yaitu mencapai hektar atau 70,15 % dari luas wilayah Kabupaten Gayo Lues, sedangkan hidromof kelabu adalah yang terkecil luasannya yaitu hektar atau 1,18 % Iklim dan Cuaca Wilayah Kabupaten Gayo Lues termasuk type iklim Muson, dengan klasifikasi menurut Mohr, Schmidt dan Ferguson termasuk Iklim B (basah). Iklim Kabupaten Gayo Lues lebih basah jika dibandingkan dengan bagian utara Provinsi Aceh. Hal ini akibat pengaruh letak Kabupaten Gayo Lues di daerah medium sampai tinggi, dimana daerah ini mempunyai curah hujan yang tinggi (rata > mm per tahun). Rata-rata suhu udara bulanan di Kabupaten Gayo Lues adalah 27 o C. Bulan terpanas terjadi pada Bulan Maret Mei yaitu berkisar 30 o C, sedangkan Bulan September Desember merupakan bulan-bulan dengan suhu terendah yaitu sekitar 25 o C. Kelembaban udara di Kabupaten Gayo Lues cukup tinggi yaitu berkisar 84 89%. Pada tahun 2009 rata-rata curah hujan tahunan di kabupaten ini berkisar 182,6 mm/bulan, dengan rata-rata hari hujan 14 hari per bulan. Pada Bulan Maret mempunyai curah hujan bulanan mencapai puncak yaitu dengan curah hujan tertinggi 447,5 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 24 hari/bulan. Sedangkan 9

19 curah hujan paling rendah terjadi pada Bulan Juli dengan rata-rata curah hujan 43,5 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 6 hari/bulan Pemerintahan Sistem pemerintahan yang berlaku di Gayo Lues sama seperti wilayah lainnya di Provinsi Aceh yakni menganut 2 (dua) sistem pemerintahan yaitu sistem Pemerintahan Lokal (Aceh) dan Sistem Pemerintahan Nasional (Indonesia). Berdasarkan penjenjangannya, perbedaan adalah adanya Pemerintahan Mukim di antara kecamatan dan Kampung. Kabupaten Gayo Lues membawahi 11 Kecamatan yaitu sebagai berikut: 1. Kuta Panjang 2. Blang Jerango 3. Blangkejeren 4. Putri Betung 5. Dabun Gelang 6. Blang Pegayon 7. Pining 8. Rikib Gaib 9. Pantan Cuaca 10. Terangun 11. Tripe Jaya Kecamatan adalah suatu wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan yang terdiri atas beberapa kemukiman dan dibagi atas beberapa Mukim. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa Kampung yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh Imeum Mukim atau nama lain dan berkedudukan langsung di bawah Camat. Mukim dibagi atas kelurahan dan Kampung. Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Qanun Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. Kelurahan di Provinsi Aceh dihapus secara bertahap menjadi Kampung atau nama lain atau nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah Mukim dan dipimpin oleh Keuchik atau nama lain yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. Pada saat ini Kabupaten Gayo Lues yang terdiri atas 11 kecamatan dan 144 desa atau Kampung dipimpin oleh Bupati terpilih untuk periode tahun 2012 s/d 2017 yaitu Ibnu Hasyim S.sos MM dan Adam SE, MAP sebagai Wakil Bupati Sosial dan Budaya Perkembangan penduduk Kabupaten Gayo Lues dalam kurun waktu delapan tahun terakhir memperlihatkan angka yang terus meningkat. Pada Tahun 2004, penduduk di kabupaten ini adalah sebesar jiwa. Jumlah ini terus 10

20 meningkat secara signifikan menjadi jiwa pada Tahun 2005 dan seterusnya. Pada Tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues diperkirakan telah mencapai jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Blangkejeren yang merupakan Ibukota Kabupaten Gayo Lues sebanyak jiwa atau 30,71 %. Sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Pantan Cuaca sebanyak jiwa atau 4,38 %. Kemiskinan di Kabupaten Gayo Lues diindentifikasikan sebagai kemiskinan struktural yakni kemiskinan yang disebabkan oleh kurang kondusifnya lingkungan dan daya dukungan lingkungan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Faktor tersebut antara lain terbatasnya lahan pertanian yang subur, sarana dan prasaran transportasi serta berbagai perilaku miskin, konsumtif, serta kurangnya pembentukan modal lainnya sehingga jumlah penduduk miskin di Kabupaten Gayo Lues sangat besar. Angka kemiskinan di Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2006 tercatat orang dari jumlah penduduk orang atau 24,5 %. Jumlah penduduk miskin terlihat menurun dari tahun di Kabupaten Gayo Lues. Tahun 2011 jumlah penduduk miskin sebanyak orang dari jumlah penduduk orang atau 19,1 % dari total jumlah penduduk. Gambar 3. Grafik Jumlah Penduduk Miskin Tahun Tingkat kesejahteran masyarakat Kabupaten Gayo Lues merupakan indikator keberhasilan pembangunan yang paling sulit diukur, indikator tersebut antara lain kondisi rumah dan fasilitas penerangan, jenis lantai, penggunaan alat 8

21 komunikasi dan informasi, tingkat pendapatan, jumlah konsumsi protein dan lain lain. Kesejahteraan masyarakat Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada jenis rumah dan atap yang digunakan, penggunaan WC serta sumber air minum yang digunakan serta jenis penerangan yang digunakan. 2.2 Tinjauan Singkat Materi Teknis RTRW Kedudukan dan Proses Penyusunan RTRW Kabupaten Gayo Lues. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gayo Lues dimulai sejak tahun 2010, dilakukan untuk memenuhi amanat Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725) dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833). Dalam rangka pelaksanaan KLHS RTRW Kabupaten Gayo Lues perlu dipahami kedudukan RTRW Kabupaten Gayo Lues dalam sistem penataan ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional dan wilayah. Dalam rangka memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap kedudukan RTRW kabupaten bagi pemangku kepentingan, kedudukan RTRW kabupaten digambarkan sebagai berikut: Gambar 4. Kedudukan RTRW dalam Sistem Penataan Ruang 9

22 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 mengamanatkan untuk menetapkan RTRW Kabupaten melalui Peraturan Daerah, atau di wilayah Provinsi Aceh lebih dikenal dengan istilah Qanun. Proses untuk menetapkan RTRW Kabupaten melalui Qanun telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut di atas, maka secara umum tahapan dalam proses penetapan Qanun tentang RTRW Kabupaten Gayo Lues meliputi tahapan sebagai berikut: Tahap Penyusunan Materi Teknis RTRW Kabupaten Gayo Lues; Tahap Penyusunan Rancangan Qanun tentang RTRW Kabupaten Gayo Lues; Tahap Rekomendasi Gubernur Aceh; Tahap Persetujuan Substansi; Tahap Kesepakatan antara Bupati/Walikota dengan DPRD; Tahap Evaluasi Rancangan Qanun oleh Gubernur; dan Tahap Penetapan Qanun Sesuai dengan tahapan penetapan Qanun tersebut, saat ini RTRW Kabupaten Gayo Lues telah sampai pada tahap pembahasan materi RTRW Kabupaten Gayo Lues dengan DPRD Kabupaten Gayo Lues untuk mendapat kesepakatan antara pihak eksekutif (Bupati) dengan pihak legislatif (DPRD). Adapun uraian proses yang telah dilakukan dalam penetapan Qanun sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku disarikan pada Tabel 2.4. Ditinjau dari tahapan proses penetapan Qanun RTRW Kabupaten Gayo Lues, dari mulai penyusunan materi teknis hingga proses persetujuan substansi, terdapat jeda 10

23 waktu yang cukup panjang dari sejak disusunnya Materi Teknis RTRW Kabupaten Gayo Lues serta Rancangan Qanun-nya hingga ke tahap pemberian Rekomendasi Gubernur Aceh terhadap substansi RTRW Kabupaten Gayo Lues. Hal ini disebabkan pada tahun 2011 Gubernur Aceh tidak memberikan Rekomendasi bagi semua RTRW Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi Aceh terkait dengan belum selesainya kesepakatan luasan kawasan hutan. Table 2. Proses Penetapan Qanun RTRW Kabupaten Gayo Lues No. Tahapan Keterangan 1. Tahap Penyusunan Materi Teknis RTRW Kab. Gayo Lues disusun pada tahun anggaran 2010 Dibantu oleh pihak ketiga (konsultan) 2. Tahap Penyusunan Rancangan Qanun disusun pada tahun Tahap Rekomendasi Gubernur Aceh rekomendasi Gubernur Aceh telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Nomor 650/13221 tanggal 23 Mei Tahap Persetujuan Substansi dari Menteri Pekerjaan Umum Pembahasan di BKPRN telah dilakukan pada tanggal 11 Juli 2012 Persetujuan substansi telah diperoleh berdasarkan SK Menteri Pekerjaan Umum Nomor H.K Dr/447 Tanggal 23 Oktober Tahap Kesepakatan antara Bupati dengan DPRD 6. Tahap Evaluasi Ranqanun oleh Gubernur Aceh Saat ini sedang dalam tahap menunggu jadwal pembahasan dengan DPRD Kab. Gayo Lues. RanQanun sudah diajukan oleh Bupati Kab. Gayo Lues kepada DPRD Kab. Gayo Lues untuk segera dibahas guna mendapatkan kesepakatan terhadap substansi RTRWK Gayo Lues. 24 Desember Penetapan Qanun Qanun No 15 tahun 2013, dicatat pada lembaran daerah nomor 67 tahun 2013, ditandatangani pada tanggal 25 Januari

24 2.2.2 Iktisar Materi Rencana Tata Ruang Kabupaten Gayo Lues. Rancangan Qanun RTRW Kabupaten Gayo Lues terdiri dari 16 Bab dan 64 pasal. Secara umum Rancangan Wanun RTRW Kabupaten Gayo Lues berisi: Bab I Ketentuan Umum Bab II Azas Penataan Ruang Kabupaten Bab III Fungsi dan Kedudukan RTRW Kabupaten Bab IV Ruang Lingkup Penataan Ruang Kabupaten Bab V Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Bab VI Rencana Struktur Ruang Bab VII Rencana Pola Ruang Bab VIII Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Bab IX Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Bab X Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Bab XI Kelembagaan Bab XII Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat Bab XIII Ketentuan Pidana Bab XIV Ketentuan Lain-lain Bab XV Ketentuan Peralihan Bab XVI Ketentuan Penutup Sesuai dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, secara umum muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues terdiri dari: 1) Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Gayo Lues 2) Rencana struktur ruang Kabupaten Gayo Lues 3) Rencana pola ruang Kabupaten Gayo Lues 4) Penetapan kawasan strategis kabupaten 5) Arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Gayo Lues 6) Ketentuan umum pengendaliaan pemanfaatan ruang Kabupaten Gayo Lues. Tabel 3 menguraikan keenam muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues berdasarkan RanQanun Kabupaten Gayo Lues tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gayo Lues. Sementara itu, Gambar 5 dan Gambar 6 masing-masing menunjukkan Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Gayo Lues. 12

25 Table 3. Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang a. Tujuan Penataan Ruang mewujudkan Kabupaten Gayo Lues sebagai simpul pertumbuhan ekonomi wilayah di Bagian Hulu Aceh melalui pengembangan agrobisnis, agroforestry dan ekowisata b. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Tujuan penataan ruang Kab. Gayo Lues diterjemahkan dalam 12 kebijakan dan 53 strategi penataan ruang. Masing-masing kebijakan diterjemahkan dalam strategi penataan ruang. Kebijakan penataan ruang tersebut adalah: pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang berkualitas untuk mendukung agrobisnis, ekowisata, permukiman berimbang, pendidikan, kesehatan yang berbasis konservasi dan mitigasi bencana diuraikan dalam 7 strategi; pemantapan dan pelestarian fungsi kawasan lindung diuraikan dalam 4 strategi; pengelolaan hutan berkesinambungan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat diuraikan dalam 5 strategi; pengembangan pertanian tanaman pangan diuraikan dalam 3 strategi; pengembangan perkebunan diuraikan dalam 5 strategi; pengembangan peternakan diuraikan dalam 4 strategi; pengembangan perikanan air tawar diuraikan dalam 4 strategi; pengembangan sektor industri dan jasa diuraikan dalam 5 strategi; pengembangan wisata potensial yang ramah lingkungan dan ramah budaya lokal diuraikan dalam 4 strategi; pemanfaatan sumber daya mineral dengan komitmen menjaga kelestarian lingkungan diuraikan dalam 4 strategi; pengembangan pemukiman dengan memperhatikan daya dukung, daya tampung dan kebencanaan diuraikan dalam 4 strategi; peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara diuraikan dalam 4 13

26 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues strategi. 2. Rencana Struktur Ruang (Gambar5) a. Sistem Pusat Kegiatan Penetapan pusat-pusat kegiatan di: PKL Blankejeren PKLp Terangun dan Pining PPK Kuta Panjang, Ampakolak, Buntui Gemunyang, CintaMau, Badak Bur Jempe, Gumpang, Kenyaran, Rerebe PPL Pantan Antara, Air Jernih, Sangir, Pintu Rime Gayo, Goh Lemi, Pasir Antara, Marpunge b. Sistem Jaringan Prasarana Utama (Transportasi) Terdiri dari: Jaringan transportasi darat, meliputi: Penetapan jaringan jalan (jalan kolektor primer, jalan lokal primer, dan rencana pembangunan jalan baru; Penetapan terminal B dan C. Jaringan transportasi udara, berupa penetapan bandara Bukit Senubung sebagai bandara pengumpan c. Sistem Jaringan Prasarana Pendukung Meliputi: rencana jaringan listrik pengembangan PLTA Lesten, pemeliharaan 19 PLTMH, serta pengembangan energi panas bumi; rencana jaringan telekomunikasi; rencana sumber air bersih pengelolaan 5 WS, 2 DI Provinsi dan 63 DI Kabupaten, serta pengelolaan sumber air baku untuk air bersih. rencana prasarana lainnya 3. Rencana Pola Ruang (Gambar 6) 14

27 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues a. Kawasan Lindung Meliputi penetapan: Hutan lindung, seluas ,49 Ha; Kawasan perlindungan setempat, meliputi sempadan sungai dan kawasan sekitar danua; Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya berupa Taman Nasional Gunung Leuseur seluas ,20 Ha serta sejumlah cagar budaya; Kawasan bencana alam, berupa kawasan rawan longsor dan rawan banjir; Kawasan lindung geologi, berupa kawasan lindung kars serta kawasan rawan longsor. b. Kawasan Budidaya Meliputi rencana pengembangan untuk: Hutan produksi, yang meliputi: o Hutan produksi tetap seluas ,37 Ha; o Hutan produksi terbatas seluas ,22 Ha; Kawasan peruntukan pertanian, yang terdiri dari: o Pertanian lahan basah seluas 7.886,28 Ha; o Pertanian hortikultura seluas 4.039,40 Ha; o Perkebunan seluas ,07 Ha; o Peteranakan seluas 3.800,90 Ha. Kawasan peruntukan perikanan, terutama perikanan air tawar, baik perikanan tangkap, budidaya perikanan, maupun pengembangan prasarana untuk perikanan; Kawasan peruntukan pariwisata, meliputi penetapan wisata alam sebanyak 11 lokasi, wisata budaya sebanyak 3 lokasi, dan wisata minat khusus sebanyak 3 lokasi; Kawasan peruntukan industri, yang dikhususkan untuk industri menengah di 3 kecamatan; Kawasan peruntukan pertambangan, berupa arahan potensi pertambangan mineral logam, mineral non-logam, serta potensi pasir batu/sirtu; Kawasan peruntukan permukiman, meliputi: o Permukiman perkotaan seluas 1.755,71 Ha; o Permukiman perdesan seluas 6.046,02 Ha. 15

28 No Komponen Muatan RTRWK Ikhtisar Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues Kawasan peruntukan khusus, meliputi: o Kawasan hankam; o Kawasan transmigrasi seluas 6.456,88 Ha dan tersebar di 6 lokasi; dan o Kawasan adat terpendil seluas 4,84 Ha dan tersebar di 2 lokasi. 4. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Menetapkan 4 KSK, yaitu: KSK Blangkejeren; KSK Terangun; KSK Pining; KSK Agropolitan Pantan Cuaca 5. Arahan Pemanfaatan Ruang Menetapkan indikasi program pemanfataan ruang dalam rangka perwujudan rencana struktur dan pola ruang. Indikasi program ditetapkan dalam bentuk matriks indikasi program pemanfaatan ruang yang memuat uraian mengenai program, sumber pendanaan, instansi pelaksana, serta waktu dan tahapan pelaksanaan program. 6. Ketentuan Umum Pengendalian Pemanfaatan Ruang Meliputi: ketentuan umum peraturan zonasi; ketentuan perizinan; ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; sereta arahan pengenaan sanksi Sumber: RTRW Kabupaten Gayo Lues

29 Gambar 5. Peta Rencana Struktur Kabupaten Gayo Lues 17

30 Gambar 6. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gayo Lues 18

31 2.2.3 Kajian Konsistensi Tujuan, Kebijakan, dan Strategi RTRW Dalam Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dinyatakan bahwa dalam rangka pemanfaatan ruang dilakukan : (a) perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang, (b) perumusan program sektoral dan kewilayahan dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang; dan pelaksanaan pembangunan sektoral dan pengembangan wilayah sesuai dengan program pemanfaatan ruang. Baik di dalam Laporan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gayo Lues maupun di dalam Bab V Pasal 7 sampai dengan Pasal 9 draft Rancangan Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gayo Lues dirumuskan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Kabupaten Gayo Lues. Berdasarkan telaahan (content analysis) yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi materi, dapat disampaikan beberapa hal penting, antara lain: 1) Berdasarkan tujuan penataan ruang, sektor unggulan di Kabupaten Gayo Lues adalah agrobisnis, agroforestry, dan ekowisata. Dengan demikian pengembangan kawasan perlu diarahkan kepada tiga sektor utama tersebut, yaitu pertanian, kehutanan, dan pariwisata dengan didukung sektor lainnya. Meskipun tidak dijelaskan subsektor pertanian yang menjadi unggulan, namun ditinjau dari rencana pola ruang, maka sektor perkebunan menjadi dominasi sektor yang akan dikembangkan. 2) Meskipun dalam tujuan penataan ruang disebutkan tiga sektor unggulan yang menjadi prioritas pengembangan, yaitu pertanian, kehutanan, dan ekowisata, namun kebijakan penataan ruang yang ditetapkan kurang memfokuskan pada prioritas pengembangan kepada tiga sektor tersebut. Hal ini terlihat dari pengembangan 12 kebijakan penataan ruang yang pada dasarnya mengacu pada seluruh sektor yang akan dikembangkan, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, permukiman, dan lain sebagainya tanpa mengkaitkan secara detail dengan ketiga sektor unggulan. Dengan demikian, kebijakan penataan ruang tampak tidak terlalu fokus terhadap perwujudan agrobisnis, agroforestry, dan ekowisata yang diharapkan. Semestinya, kebijakan penataan ruang untuk sektor lainnya diarahkan untuk mendukung terwujudnya agrobisnis, agroforestry, dan ekowisata sebagaimana ditetapkan dalam tujuan penataan ruang. 3) Salah satu kebijakan penataan ruang yang ditetapkan adalah kebijakan pengembangan pertanian tanaman pangan, dimana salah satu strateginya 19

32 adalah menetapkan fungsi lahan pangan pertanian berkelanjutan. Namun demikian, di dalam rencana pola ruang yang ditetapkan tidak terdapat penetapan lahan pangan pertanian berkelanjutan. Hal ini menunjukkan ketidakkonsisttenan antara strategi pengembangan yang ditetapkan dengan perwujudan kebijakan dan strategi penataan ruang tersebut dalam rencana pola ruangnya. 4) Berdasarkan tujuan penataan ruang, dimana salah satu sektor unggulan adalah agroforestry, strategi penataan ruang dalam mewujudkan kebijakan pengelolaan hutan berkesinambungan telah menetapkan salah satu strategi untuk mengembangkan kawasan agroforestry. Namun demikian, di dalam perwujudan kebijakan dan strategi tersebut di dalam pola ruang, tidak terdapat penetapan kawasan untuk agroforestry. Dengan demikian, kebijakan dan strategi pengembangan agroforestry akan sulit terwujud. 5) Kebijakan dan strategi terkait pengembangan industri belum menunjukkan arah yang jelas untuk mendukung agrobisnis dan agroforestry. Kebijakan dan strategi pengembangan industri hanya mengarahkan pengembangan potensi industri komoditas unggulan. Semestinya kebijakan pengembangan industri diarahkan untuk mendukung sektor pertanian dan kehutanan dalam rangka mewujudkan agrobisnis dan agroforestry sebagaimana ditetapkan dalam tujuan penataan ruang. 6) Salah satu kebijakan penataan ruang yang ditetapkan adalah peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara. Selain tidak terkait dengan tujuan penataan ruang, strategi untuk peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara tersebut kurang tepat, mengingat tidak terdapat kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertahanan dan keamanan, kecuali untuk kegiatan perkantoran untuk militer dan kepolisian Konsistensi Kebijakan Tata Ruang Provinsi dengan kebijakan Kabupaten. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dikemukakan bahwa perumusan konsepsi rencana tata ruang wilayah kabupaten paling sedikit harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah provinsi dan atau memahami implikasi kebijakan dan strategi penataan ruang Provinsi terhadap kabupaten. 20

33 Berdasarkan telaah konsistensi arahan kebijakan tingkat provinsi dengan rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Gayo Lues dapat disampaikan beberapa hal penting, antara lain: 1) Secara umum arah kebijakan penataan ruang Kabupaten Gayo Lues sebagaimana ditetapkan dalam tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Gayo Lues tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang Provinsi Aceh sebagaimana ditetapkan dalam RanQanun RTRW Provinsi Aceh. Kebijakan terkait upaya untuk keberlanjutan pembangunan diarahkan melalui kebijakan pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kebijakan untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan. Kebijakan Kabupaten Gayo Lues terkait pemantapan dan pelestarian fungsi kawasan lindung dipandang telah searah dengan kebijakan Provinsi Aceh terkait peningkatan kualitas kawasan lindung yang telah menurun fungsi perlindungannya serta kebijakan pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup. 2) Terkait dengan perwujudan kebijakan struktur ruang, terdapat perbedaan penetapan rencana jaringan jalan dalam RTRWP Aceh dan RTRWK Gayo Lues. Di dalam RTRWP Aceh, jaringan jalan yang menghubungkan Takengon Blangkejeren Kutacane hingga batas Provinsi Sumatera Utara ditetapkan sebagai jalan arteri primer yang merupakan jaringan jalan lintas Tengah. Namun demikian, dalam RTRWK Gayo Lues jaringan jalan tersebut ditetapkan sebagai jalan kolektor primer. Ketidaksinkronnan ini akan mempengaruhi kriteria teknis dalam pengembangan jaringan jalan tersebut. 3) Terkait dengan perwujudan kebijakan pola ruang, terdapat perbedaan penetapan luas kawasan lindung dan kawasan hutan dalam RTRWP Aceh dan RTRWK Gayo Lues. Beberapa perbedaan tersebut antara lain adalah: a. Penetapan hutan lindung RTRWP Aceh menetapkan hutan lindung di Kabupaten Gayo Lues sebesar ,00 Ha, sementara RTRWK Gayo Lues menetapkan hutan lindung seluas ,49 Ha. b. Penetapan kawasan TNGL RTRWP Aceh menetapkan kawasan TNGL yang berada di Kabupaten Gayo Lues sebesar ,00 Ha, sementara RTRWK Gayo Lues menetapkan kawasan TNGL sebesar ,20 Ha. c. Penetapan kawasan Hutan Produksi, meliputi: 21

34 i. Hutan Produksi Tetap RTRWP Aceh menetapan kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Gayo Lues sebesar ,00Ha, sementara RTRWK Gayo Lues menetapkan luas hutan produksi tetap sebesar ,37 Ha; ii. Hutan Produksi Terbatas RTRWP Aceh menetapkan kawasan hutan produksi terbatas (HPT) di Kabupaten Gayo Lues sebesar ,00 Ha, sementara RTRWK Gayo Lues menetapan luas hunta produksi terbatas sebsar ,22 Ha; iii. Hutan Produksi yang dapat dikonversi RTRWP Aceh menetapan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten Gayo Lues sebesar ,00 Ha, sementara RTRWK Gayo Lues tidak menetapkan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi. Perbedaan luasan penetapan kawasan hutan tersebut diatas perlu dikaji lebih lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan skala peta yang digunakan maupun perbedaan delineasi kawasan hutan. Penetapan kawasan hutan, baik hutan konservasi, hutan lindung maupun hutan produksi mengacu pada ketetapan Menteri Kehutanan. Perubahan fungsi dan status hutan dapat diajukan dengan mengikuti peraturan perundang-undangan. Oleh karenanya, sebelum ada ketetapan terkait perubahan fungsi dan status hutan, maka penetapan kawasan hutan harus mengacu pada ketetapan Menteri Kehutanan. Namun demikian, permasalahan mendasar yang sering menjadi kendala adalah kawasan hutan yang ditetapkan Menteri Kehutanan seringkali masih bersifat penunjukan, sehingga tata batas kawasan hutan relatif belum jelas. Hal ini mengakibatkan ketidak jelasan delineasi kawasan hutan yang pasti sehingga mengakibatkan perbedaan delineasi dan luasan di masing-masing wilayah. Ketidakjelasan delineasi kawasan hutan juga menjadi salah satu menyebab alih fungsi lahan di kawasan hutan menjadi kawasan budidaya lainnya RTRW Kabupaten Gayo Lues dengan Wilayah Sekitar Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang mengamanatkan teknik analisis keterkaitan antar wilayah kabupaten, dalam hal ini rencana tata ruang di kawasan perbatasan kabupaten. Berdasarkan telaah yang dilakukan dapat dijelaskan beberapa hal penting terkait dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sebagai berikut: 22

35 1) Kabupaten Aceh Tenggara berada di bagian Selatan Kabupaten Gayo Lues. Kedua wilayah kabupaten dihubungkan dengan jaringan jalan lintas Tengah yang menghubungkan Provinsi Aceh mulai dari Seulimun Jantho Takengon Blangkejeren Kutacane hingga ke batas Provinsi Sumatera Utara. Kawasan perbatasan kedua kabupaten pada umumnya merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Leuseur, kecuali sebagian kecil wilayah APL (area penggunaan lain) yang berada di sisi jaringan jalan lintas Tengah di bagian perbatasan. 2) Ditinjau tujuan penataan ruang masing-masing kabupaten, baik Kabupaten Gayo Lues maupun Kabupaten Aceh Tenggara menetapkan sektor berbasis pertanian (agro) sebagai sektor unggulan. Perbedaannya hanya pada penekanan lebih lanjut, dimana Kabupaten Gayo Lues menekankan pada agrobisnis dan agroforestry, sementara Kabupaten Aceh Tenggara menekankan pada agroekonomi. 3) Namun ditinjau dari rencana pola ruang yang ditetapkan, Kabupaten Gayo Lues lebih memfokuskan wilayahnya untuk pengembangan perkebunan, sedang Kabupaten Aceh Tenggara relatif lebih variatif, dimana kawasan pertanian tanaman pangan, baik lahan basah maupun lahan kering lebih mendominasi dibanding peruntukan untuk kawasan perkebunan. 4) Terkait kebijakan pelestarikan kawasan lindung, kedua kabupaten samasama berkomitmen menetapkan kebijakan untuk pelestarian kawasan lindung, mengingat sebagian besar wilayah kedua kabupaten merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Leuseur dan kawasan hutan lindung. Hal ini tercermin dari kebijakan penataan ruang terkait pelestarian kawasan lindung di kedua kabupaten. 5) Terkait rencana pola ruang, khususnya di kawasan perbatasan, kedua kabupaten sama-sama menetapkan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuseur serta kawasan perkebunan pada kantong kecil di sekitar jaringan jalan lintas Tengah Provinsi Aceh. Namun demikian, khusus untuk Kabupaten Gayo Lues, di kawasan perkebunan ditetapkan juga potensi untuk pengembangan kawasan pertambangan. 6) Terkait juga dengan rencana pola ruang, Kabupaten Gayo Lues menetapkan kawasan potensi pertambangan yang cukup luas, sedang Kabupaten Aceh Tenggara cenderung membatasi kegiatan pertambangan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungannya. 23

36 BAB III PROSES DAN METODOLOGI 3.1. Persiapan Pelaksanaan KLHS Persiapan pelaksanaan KLHS, dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri beberapa SKPD terkait, perwakilan masyarakat dan pihak lain yang mendukung kegiatan penyusunan KLHS. Pertemuan ini dilakukan pada tanggal 17 Januari Pertemuan tanggal 17 Januari 2013 ini membicarakan beberapa hal penting yang, yaitu : 1. Tentang status persetujuan substansi RTRW Kabupaten Gayo Lues sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya. 2. Perbincangan tentang pemangku lintas kepentingan (multi-stakeholder forum) yang selama ini menjadi mitra Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. 3. Pembahasan rencana kerja, peran dan tanggung jawab para pihak yang akan berpartisipasi di dalam proses KLHS. 4. Rencana pendokumentasian rangkaian kegiatan KLHS dan akses publik dalam proses KLHS. 5. Pengumpulan data dan informasi awal yang diperkirakan dibutuhkan pada saat menyusun KLHS, diantaranya Draft Ranqanun RTRW, Materi Teknis RTRW, Gayo Lues Dalam Angka, dan lain sebagainya Identifikasi Pemangku Kepentingan Salah satu prinsip KLHS adalah partisipatif, dimana menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP). Identifikasi dan Pelibatan pemangku kepentingan pada proses penyusunan KLHS, diawali dengan pembentukan Tim KLHS Kabupaten (Lampiran 1) yang juga melibatkan perwakilan masyarakat, kemudian pada setiap lokakarya yang diadakan selama proses penyusunan KLHS dilibatkan 24

37 perwakilan masyarakat. Pemilihan peserta lokakarya merupakan peran dari Bappeda Kabupaten selaku penanggung jawab kegiatan. Sementara itu masukan untuk pemilihan peserta diberikan oleh para pihak yang mendukung kegiatan ini Identifikasi Isu Strategis KLHS & Analisis Data Dasar Identifikasi dan Pelingkupan Isu Strategis dilakukan dalam sebuah lokakarya yang melibatkan pemangku kepentingan. Tim Kerja KLHS mempelajari materi teknis RTRW Kabupaten Gayo Lues (Matek RTRW) untuk keperluan penyusunan pra pelingkupan. Hasil pra pelingkupan (lampiran 2) digunakan oleh Tim Kerja KLHS dan Pemangku Lintas Kepentingan sebagai bahan diskusi lebih lanjut. Diskusi dengan metode brainstorming dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pra-pelingkupan dan menggali isu-isu lain yang belum tercantum pada hasil prapelingkupan tersebut. Aplikasi metaplan menjadi alat bantu dalam proses diskusi ini. Hasil diskusi identifikasi isu strategis ini kemudian menjadi bahan bagi proses pelingkupan. Proses pelingkupan isu strategis yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Memeriksa duplikasi hal ini dilakukan sebagai satu langkah awal sebelum memeriksa isu-isu ini menggunakan kriteria strategis. 2) Memeriksa menggunakan kriteria strategis yaitu : 1) bersifat lintas sektor, 2) bersifat lintas wilayah, 3) potensi dampak kumulatif & efek ganda; 4) berdampak negatif jangka panjang jika tidak diselesaikan. Proses ini dilakukan menggunakan tabel. Syarat isu yang dinilai strategis adalah bila memenuhi ke 4 kriteria tersebut. 3) Memilih isu yang memiliki dimensi keruangan untuk dianalisis lebih jauh Setelah proses pelingkupan, dilanjutkan dengan analisis data dasar terhadap setiap isu strategis yang diperoleh. Analisis data baseline adalah proses pembuktian dengan mengumpulkan data dan informasi yang mendukung dan merupakan proses verifikasi isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan hasil proses pelingkupan sebelumnya. Data dan informasi yang dikumpulkan termasuk didalamnya data primer dari SKPD atau menurut catatan masyarakat, data sekunder yang berupa data yang telah disajikan dalam bentuk publikasi atau laporan, dan data empiris stakeholders secara kualitatif. Metode yang digunakan pada proses analisis data dasar adalah analisis kecenderungan terhadap parameter dan indikator yang terkait dengan tiap isu strategis. 25

38 Analisis data dasar untuk setiap isu startegis memuat deskripsi sebagai berikut: 1) Gambaran Isu Strategis, dimaksudkan untuk menjelaskan kondisi/fakta dan masalah isu dimaksud; lokasi isu strategis, faktor penyebab isu yang terkait dan implikasi masalah dimaksud. 2) Analisis Kecenderungan, dimaksudkan untuk menjelaskan proses yang muncul dan berkembangnya masalah yang dimaksud semenjak 5 tahun yang lalu di masing-masing lokasi, kelompok masyarakat yang mengalami kerugian akibat masalah dimaksud; apakah masalah dimaksud sudah mencapai titik kritis; mengapa masalah ini cenderung meningkat, apakah karena pembiaran? 3) Perkiraan kecenderungan pada masa yang akan datang, dimaksudkan untuk menjelaskan prakiraan 5 tahun yang akan datang apabila masalah tersebut tidak ditangani; bagaimana akumulasi kerugian (finansial dan lingkungan hidup), kelompok masyarakat yang mengalami kerugian; apakah memang masalah dimaksud tidak dapat dicegah dan/atau ditanggulangi dan/atau dipulihkan?. 4) Rangkuman atau kesimpulan hasil analisis kecenderungan 5) Analisis kecenderungan didukung dengan data tabuler, grafik, peta, grafik dsb. Pada proses selanjutnya, dilakkukan konsultasi publik untuk memperoleh tanggapan dan masukan daari publik yang lebih luas terkait dengan isu-isu strategis ini Identifikasi Muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues Proses identifikasi muatan RTRW dimulai dengan mengidentifikasi program dalam materi teknis RTRW yang terkait dengan isu strategis. Keterkaitan dinilai berdasarkan dampak dari program tersebut terhadap setiap isu strategis, apakah bersifat positif, netral atau negatif. Program yang akan ditelaah lebih lanjut adalah program yang berdampak negatif pada isu strategis. Matriks muatan RTRW ini dapat dilihat pada Tabel 8. Secara umum muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues yang dikaji meliputi: 1) Rencana Struktur Ruang, yang terdiri atas: Rencana pusat-pusat pelayanan/kegiatan yang berisi penetapan pusat-pusat kegiatan/pelayanan secara berhirarki; 26

39 Rencana sistem jaringan prasarana utama, yang berisi rencana sistem jaringan transportasi, meliputi sistem transportasi darat dan sistem transportasi udara; Rencana sistem jaringan prasarana lainnya, yang berisi rencana sistem jaringan energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumberdaya air, dan sistem prasarana lainnya; 2) Rencana Pola Ruang, yang merupakan alokasi distribusi ruang bagi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. 3) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), yang berisi penetapan 4 (empat) KSK yang ditetapkan berdasarkan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Matrik hasil identifikasi muatan RTRW yang terkait dengan isu strategis digunakan untuk mengkaji pengaruh/implikasi setiap muatan RTRW terhadap setiap isu strategis pembangunan berkelanjutan yang terkait seperti diuraikan di atas. Identifikasi muatan RTRW Kabupaten Gayo Lues yang diprediksi memberikan implikasi terhadap isu strategis pembangunan berkelanjutan dilakukan oleh Tim KLHS dengan menginventarisir seluruh muatan rencana tata ruang yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Gayo Lues, terutama rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kabupaten. Pada tahap berikutnya dilakukan perkiraan implikasi dan/atau potensi dampak dari penetapan rencana tata ruang tersebut terhadap isu strategis pembangunan berkelanjutan yang telah diidentifikasi. Berdasarkan hasil diskusi, Tim KLHS menetapkan 8 (delapan) muatan rencana struktur ruang, 4 (empat) muatan rencana pola ruang, dan 3 (tiga) muatan rencana kawasan strategis kabupaten yang diidentifikasikan memberikan implikasi terhadap isu strategis pembangunan berkelanjutan Integrasi Hasil KLHS Hasil KLHS berupa rekomendasi mitigasi dan/atau rekomendasi alternatif menjadi masukan pada draft RTRW Kabupaten Gayo Lues utamanya melengkapi atau menyempurnakan indikasi program pada materi teknis RTRW tersebut. 27

40 3.6. Dokumentasi Dan Penjaminan Mutu Dokumentasi Permen Lingkungan Hidup No. 09/2011 menyebutkan mengenai dokumentasi proses KLHS. Proses-proses KLHS perlu didokumentasikan, dengan tujuan membuka akses bagi publik untuk menilai dan menanggapi khususnya dari sisi substansi. Tim KLHS Kabupaten melakukan dokumentasi pada proses penyusunan KLHS, dokumentasi ini berupa berita acara dan catatan hasil lokakarya/konsultasi publik. Selanjutnya sebuah laporan KLHS sebagai hasil akhir dari proses penyusunan KLHS dipersiapkan. Karena keterbatasan sumberdaya, dokumentasi ini belum dipublikasikan secara luas. Bagi masyarakat yang memerlukan dokumentasi ini dapat menghubungi pihak Bappeda Kabupaten Penjaminan Mutu Penjaminan mutu KLHS sebagaimana dimuat dalam Permen LH No. 09/2011 adalah sebuah upaya untuk memastikan bahwa proses KLHS sudah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme atau tahapannya, termasuk substansi hasil KLHS telah direkomendasikan. Pelaksanaan penjaminan mutu menjadi tanggung jawab pembuat kebijakan, rencana, dan/atau program itu sendiri. Publik dan pihak lain yang berkepentingan dapat melakukan penilaian mutu KLHS. Dalam proses penyusunan KLHS ini, Tim KLHS menggunakan Permen LH 09/2011 sebagai panduan untuk memeriksa penjaminan mutu penyusunan KLHS. Secara umum hal yang diperhatikan dalam memastikan mutu pelaksanaan KLHS antara lain: 1. kejelasan tujuan kebijakan, rencana dan/atau program; 2. kejelasan perumusan isu strategis pembangunan berkelanjutan; 3. keterkaitan antara kebijakan, rencana, dan/atau program dengan isu strategis; 4. kejelasan rumusan alternatif penyempurnaan dan rekomendasi; 5. kelengkapan dokumentasi; dan 6. terlaksananya seluruh proses KLHS. 28

41 BAB V ISU STRATEGIS, ANALISIS DATA DASAR dan MUATAN RTRW 5.1. Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan Isu strategis yang dihasilkan dari proses pelingkupan untuk Kabupaten Gayo Lues adalah sebagai berikut: 1. Terisolasinya daerah dengan aksesibilitas yang rendah 2. Potensi ancaman bencana alam, terutama banjir dan longsor 3. Alih fungsi lahan hutan menjadi kawasan budidaya 4. Penyediaan fasilitas sanitasi lingkungan masih relatif terbatas 5. Penurunan produktifitas pertanian Konsultasi publik dilakukan untuk memperoleh tanggapan dan masukan dari publik yang lebih luas terkait dengan isu-isu strategis ini. Konsultasi publik tersebut dilakukan pada tanggal 12 Juni 2014, dan berdasarkan konfirmasi dan masukan dari publik, daftar isu strategis tersebut direvisi utamanya pada isu yang kelima. Daftar Isu strategis hasil dari konsultasi publik adalah sebagai berikut: 1. Terisolasinya daerah dengan aksesibilitas yang rendah 2. Potensi ancaman bencana alam, terutama banjir dan longsor 3. Alih fungsi lahan hutan menjadi kawasan budidaya 4. Penyediaan fasilitas sanitasi lingkungan masih relatif terbatas 5. Penurunan luas lahan sawah 5.2. Analisis Data Dasar (Baseline) Analisis data baseline adalah proses selanjutnya untuk data dan informasi yang mendukung dan merupakan proses verifikasi isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan hasil proses pelingkupan sebelumnya. Data dan informasi yang dikumpulkan termasuk didalamnya data primer dari SKPD atau menurut catatan masyarakat, data sekunder yang berupa data yang telah disajikan dalam bentuk publikasi atau laporan, dan data empiris stakeholders secara kualitatif. Hasil analisis data dasar untuk tiap isu strategis tersebut diatas adalah sebagai berikut: 29

42 Isu Strategis: Terisolasinya Daerah dengan Aksesibilitas yang rendah Gayo Lues mempunyai topografi yang sebagian besar berbukit dan bergunung dengan lereng yang terjal serta berada di tengah-tengah propinsi Aceh yang hanya bisa ditempuh melalui Kutacane dari arah selatan (Provinsi Sumatera Utara) dan Takengon dari arah Utara di Propinsi Aceh. Kedua akses tersebut berupa jalan propinsi yang sebagian besar berkualitas buruk karena terkena longsor dan gerusan aliran permukaan akibat berada pada tebing-tebing perbukitan atau pegunungan. Sebelum menuju Blangkejeren Ibukota Gayo Lues, tidak banyak melintasi desa atau kecamatan yang juga tidak ramai. Dengan kondisi yang demikian (Tabel 4), maka sarana transportasi menjadi terbatas karena kendaraan bermotor harus dalam kondisi prima. Dengan kondisi alam yang bergunung dan berbukit serta topografi yang terjal disamping drainase jalan yang tidak memadai maka kualitas jalan atau akses semakin memburuk karena jalan cepat rusak oleh timbunan longsoran dan gerusan aliran permukaan, terlebih tutupan lahan di atasnya (hulu) semakin dirambah penduduk. Lebih jauh, kendaraan besar kecuali bergardan ganda dan ber-chasis tinggi semakin sulit menembuh Blangkejeren. Deskripsi Kondisi Permukaan Jalan Table 4. Kondisi dan Status Jalan Tahun 2012 Kondisi Jalan Jalan Negara (Km) Status Jalan Jalan Provinsi (Km) Jalan Kabupaten (Km) Aspal ,61 218,58 Kerikil - 50,9 140,32 Tanah - 13,9 258,82 Tidak Rinci ,70 Jumlah ,41 771,42 Kondisi Jalan Baik ,61 417,80 Sedang 40 50,9 154,78 Rusak - 13,9 34,61 Rusak Berat ,30 Tidak Rinci ,70 Jumlah ,41 772,19 Sumber: Gayo Lues Dalam Angka Tahun

43 Total panjang jalan di Kabupaten Gayo Lues sebesar 1059,85 km, terdiri dari 142 km jalan negara; 145,41 jalan provinsi; dan 772,19 km jalan kabupaten. Berdasarkan data Kab. Gayo Lues Dalam Angka 2013, seluruh jalan negara merupakan jalan aspal; sedang jalan provinsi yang beraspal baru mencapai 80,61 km dan sisanya berupa jalan kerikil dan jalan tanah. Sedang jalan kabupaten terdiri dari 218,58 km jalan aspal; jalan kerikil sepanjang 140,32 km; jalan tanah sepanjang 258,82 km; dan sisanya 153,70 km belum dirinci. Aspal Kerikil Tanah Tidak Dirinci 20% 28% 34% 18% Gambar 7. Jenis Permukaan Jalan di Gayo Lues Tahun 2012 Dari panjang jalan sebesar 1059,85 km tersebut sebanyak 54% dalam kondisi baik. Sisanya sebesar 20% dalam kondisi sedang dan 5% rusak, serta 21% dalam kondisi rusak berat. Sebagian jalan rusak dan rusak berat merupakan jalan provinsi dan jalan kabupaten. Dari 145,41 km jalan provinsi, sebanyak 13,9 km dalam kondisi rusak dan 50,9 km dalam kondisi sedang. Sedangkan dari 772,19 km jalan kabupaten, sebanyak 417,80 km dalam kondisi baik, 154,78 km dalam kondisi sedang, 34,61 km dalam kondisi rusak dan 11,30 km rusak berat. 20% 5% 21% 20% 54% 1% B a i k S e d a n g R u s a k Rusak Berat Tidak Dirinci* Gambar 8. Kondisi Jalan di Gayo Lues Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bidang yang saling berkaitan. Di satu sisi pembangunan dirasakan perlu untuk meningkatkan harkat hidup manusia. Tapi di

Lebih terperinci

Kabupaten Gayo Lues memiliki 11 kecamatan, 25 mukim, dan 144 desa atau kampung. Nama kecamatan dan luas secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Kabupaten Gayo Lues memiliki 11 kecamatan, 25 mukim, dan 144 desa atau kampung. Nama kecamatan dan luas secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. 2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1. Kondisi Geografis BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH Kabupaten Gayo Lues terletak pada posisi garis lintang 03º 40 26-04º 16 55 LU dan garis bujur 96º

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN PROVINSI ACEH KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RANPERDA RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2014 2O34 September 2014 KATA PENGANTAR Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN DAN LINGKUP PERENCANAAN TATA RUANG

BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN DAN LINGKUP PERENCANAAN TATA RUANG BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN DAN LINGKUP PERENCANAAN TATA RUANG 2.1 Profil Kabupaten Aceh Selatan 2.1.1 Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, 6 November 2012 Wilayah Pesisir Provinsi Wilayah Pesisir Kab/Kota Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai Produktivitas hayati tinggi dengan keanekaragaman hayati laut tropis

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN FERRY INDARTO, ST DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Malang, 24 Oktober 2017 DEFINISI KLHS : RANGKAIAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN GAYO LUES

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN GAYO LUES BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN GAYO LUES 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Gayo Lues yang disahkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR. TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR. TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR. TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jayapura Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus ada dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR 0 2 5 12 15 24 25 PENDAHULUAN EVALUASI MATERI TEKNIS EVALUASI RAPERDA EVALUASI PETA PEMBENTUKAN TIM UNTUK PENILAIAN KEAN SUBSTANSI REFERENSI DASAR HUKUM PENILAIAN KEAN SUBSTANSI TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2016

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2016 1 BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2016 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN PROVINSI ACEH RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RANPERDA RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2014 2O34 September 2014 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL

PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL Ir. Iman Soedradjat, MPM DIREKTUR PENATAAN RUANG NASIONAL disampaikan pada acara: SEMINAR NASIONAL PERTIMBANGAN LINGKUNGAN DALAM PENATAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi DKI Jakarta. Areal sepanjang pantai sekitar 32 km tersebut merupakan pintu gerbang dari

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH ( RTRW ) KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BENER

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI

DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI WORKSHOP PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI Integrasi Perencanaan Kawasan Transmigrasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kamis, 14 November 2013 Page

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2004 NOMOR 1 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN - 0 - BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara

Lebih terperinci

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013 KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH 2012 2032 TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013 PENDAHULUAN PEMERINTAH ACEH Rencana umum tata ruang merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1184, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Provinsi Jambi merupakan daerah yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan

Lebih terperinci

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax.

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax. daerah-kabupaten-barrutahun-2008 PEMERINTAH DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) 21157 21003 21125 21090 21001 21000 Fax. (0421) 24330 Kode Pos 91122 PERATURAN

Lebih terperinci

Modul KLHS DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD/RPJMD

Modul KLHS DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD/RPJMD Modul KLHS DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD/RPJMD BAGAN ALIR TAHAPAN DAN TATACARA PENYUSUNAN RPJPD dan PELAPORAN 1. Laporan Pra-Pelingkupan 3. Laporan Draf Akhir Persiapan Penyusunan RPJPD 0 2. Laporan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci