RAHASIA SOAL LATIHAN AKADEMIK TEORI PENGETAHUAN MILITER. Hari :... Tanggal :... Pukul :...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHASIA SOAL LATIHAN AKADEMIK TEORI PENGETAHUAN MILITER. Hari :... Tanggal :... Pukul :..."

Transkripsi

1 SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN DARAT PANITIA SELEKSI TINGKAT II SOAL LATIHAN AKADEMIK TEORI PENGETAHUAN MILITER Hari :... Tanggal :... Pukul :... Macam persoalan : 1. Pilihan Benar Salah = 20 soal, bobot nilai = 0,5 2. Pilihan Berganda Tunggal = 30 soal, bobot nilai = 1 3. Pilihan Beganda Majemuk = 30 soal, bobot nilai = 1 4. Pilihan Analisa Kasus = 20 soal, bobot nilai = 1,5 I. PILIHAN BENAR SALAH (B S). A. Pada persoalan berikut terdapat suatu kalimat pernyataan yang mengandung kebenaran atau kesalahan. B. Pilih jawaban dengan menghitamkan huruf B apabila pernyataan tersebut Benar atau menghitamkan huruf S apabila pernyataan tersebut Salah pada lembar jawaban yang telah disediakan. C. Contoh Soal. 1. Salah satu sifat pekerjaan staf adalah pada waktunya hal ini berarti bahwa pekerjaan yang dilaksanakan staf berlaku hanya pada waktunya. 2. Jawaban : B S (Menghitamkan huruf S). 1. Azas-azas perang adalah kebenaran-kebenaran pokok yang berlaku dalam cara berperang dan mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan perang. 2. Garis awal harus aman, berada ditangan sendiri dan terlindung artinya Jika garis awal tidak berada ditangan sendiri dan kurang terlindung, kemungkinan musuh dapat mengganggu pasukan penyerang sebelum mencapai garis awal dan timbul bahaya kegagalan bagi seluruh rencana serangan.

2 2 3. Bantuan Langsung (B/L) adalah cara penggunaan senjata bantuan dimana satuan yang memberikan bantuan itu menerima serta melaksanakan permintaan-permintaan tembakan dari kesatuan yang dibantu, berdasarkan prioritas yang harus diberikan. 4. Pertahanan adalah suatu operasi yang menggunakan seluruh alat/sarana dan metode untuk mencegah, melawan dan membinasakan musuh di suatu tempat yang dipersiapkan, dengan tujuan mengembangkan kondisi yang lebih menguntungkan untuk tindakan offensif serta menjebak dan membinasakan musuh. 5. Petunjuk perencanaan (Jukcan) adalah petunjuk seorang Komandan untuk dikembangkan oleh stafnya, yang berisi pokok-pokok/garis besar keinginan atau rencana sementara Komandan serta hal-hal yang diketahui, yang belum diketahui serta yang memerlukan perhatian khusus. 6. Unsur utama keterangan adalah keterangan tentang musuh dan keadaan daerah operasi yang sangat diperlukan Komandan dalam waktu tertentu untuk dirangkaikan dengan keterangan Komandan atau intelijen yang telah ada guna menentukan suatu keputusan cara bertindak yang tepat bagi penyelesaian tugas. 7. Perkiraan operasi sangat diperlukan oleh seorang Komandan, Perkiraan operasi adalah suatu analisa tentang faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok untuk menentukan cara bertindak yang layak dan dapat dilaksanakan untuk menentukan pengaruh operasi yang akan datang terhadap pasukan sendiri. 8. Perintah tempur dikeluarkan dalam hubungan operasi strategis atau taktis dan bantuan administrasi di lapangan, ciri perintah tempur diantaranya jelas, lengkap, singkat, menjamin kebebasan komando atas, hindari kualifikasi pada petunjuk, dan toleransi waktu. 9. Latihan bertahap, bertingkat dan berlanjut adalah latihan bagi prajurit yang dimulai dari latihan perorangan dasar sampai latihan antar kecabangan agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan standar meliputi latihan perorangan dasar, latihan perorangan lanjutan, latihan satuan dasar, latihan satuan lanjutan, dan latihan antar kecabangan. 10. Rencana lapangan adalah suatu bentuk tulisan yang dibuat oleh koordinator materi latihan, memuat tentang rencana kegiatan suatu materi latihan beserta dukungannya secara rinci yang akan dioperasionalkan oleh pelatih. 11. Mars meninggalkan musuh adalah suatu operasi pemindahan ke belakang, dimana pertempuran dalam kondisi yang berlaku dengan melakukan suatu lepas libat secara tiba-tiba dan tekanan dari musuh.

3 3 12. Sifat dari serangan pokok adalah menyerang dengan front lebar, dibantu oleh arltileri yang kuat, tank, pesawat terbang, senjata bantuan lainnya dan penempatan cadangan di belakangnya. 13. Tujuan dari serangan balas adalah membinasakan atau melempar kembali pasukan musuh yang berhasil melakukan penerobosan, untuk pengendalian dan pengembalian integritas pertahanan. 14. Penempatan Pos Long Yon adalah terlindung terhadap peninjauan, tembakan dan cuaca, dekat jalan masuk daerah dapur, dekat dan terdapat air serta dekat sasaran militer agar terlindung dari tembakan musuh. 15. Penggunaan Intelijen akan dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan dan pembuatan perkiraan dalam penyelesaian tugas dan tanggung jawab pimpinan, sehingga penggunaan intelijen hanya di peruntukan kepada pimpinan dan staf intelijen. 16. Demobilisasi adalah tindakan penghentian pengerahan dan penghentian penggunaan sumberdaya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang berlaku untuk seluruh wilayah negara yang diselenggarakan secara bertahap guna memulihkan fungsi dan tugas setiap unsur seperti berlakunya mobilisasi. 17. Manuver peta adalah metode latihan taktis yang menggambarkan situasi operasi disajikan pada peta atau oleat serta diberikan persoalan-persoalan yang memerlukan keputusan, perintah dan tindakan pelaku yang berperan sebagai komandan dan staf. 18. Didalam menyusun suatu organisasi perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut diantaranya tujuan organisasi, tugas pokok, fungsi dan alat kendali. 19. Lampiran intelijen adalah salah satu bentuk penyampaian instruksi yang berkaitan dengan kegiatan penyelidikan, disampaikan kepada kesatuan/kelompok ataupun perorangan, di dalam penyampaian instruksi tersebut didahului/dilengkapi dengan datadata awal yang diperlukan. 20. Penempatan bekal kelas V/munisi relatif ke depan, terpisah dari instalasi/titik distribusi yang lain, terdapat jaring jalan yang baik, mudah dikenal dan dijumpai oleh pasukan sendiri serta terlindung dari peninjauan musuh.

4 4 II. PILIHAN BERGANDA TUNGGAL. A. Pada persoalan berikut terdapat suatu pernyataan yang kurang lengkap dan diikuti dengan pilihan pernyataan yang melengkapi. B. Pilih jawaban yang tepat dengan menghitamkan salah satu huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban yang telah disediakan. C. Contoh soal. 1. Dalam menyelenggarakan fungsi pengamanan maka pejabat staf intelijen perlu memperhatikan pula prinsip-prinsip pengamanan baik dalam rangka preventif maupun represif. Yang termasuk dalam prinsip-prinsip pengamanan adalah : a. Bahwa pengamanan adalah merupakan tanggung jawab Komando. b. Pengamanan harus dilaksanakan secara terkoordinasikan. c. Penyelenggaraan pengamanan dilakukan sesuai kebutuhan. d. Rencana dan pelaksanaan pengamanan harus bersifat kenyal. 2. Jawaban : a b c d (Menghitamkan huruf c). 1. Pada umumnya serangan terhadap perkubuhan dilakukan dalam empat tingkat. Tingkat-tingkat ini dapat saling menutup satu sama lainnya dimana tiap satu tingkatan selesai, segera diperbesar oleh tingkat selanjutnya. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah : a. Menghancurkan pasukan inti dan pasukan cadangan dari pertahanan musuh. b. Penembusan di tempat yang lemah. c. Membersihkan hambatan musuh yang ketinggalan dan dipertahankan. d. Melebarkan lubang penembusan dengan menghancurkan kedudukan musuh di lambung kanan/kiri dari lubang. 2. Dalam konsep dasar Operasi Lawan Insurjensi mencakup empat tahap operasi, diantaranya ; pembersihan, mempertahankan dan meningkatkan kondisi daerah yang telah dikuasai, konsolidasi dan rehabilitasi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap Rehabilitasi, adalah : a. Memelihara stabilitas politik, ekonomi dan keamanan serta melanjutkan program rehabilitasi. b. Menghancurkan dan mengusir insurjen. c. Menempatkan satuan kerangka. d. Penghancuran organisasi politik insurjen.

5 5 3. Operasi Lintas udara dilaksanakan dengan tujuan merebut dan menduduki suatu daerah sasaran atau dengan tujuan lain yang bernilai strategis dalam rangka mendukung operasi yang lebih besar. Pada pelaksanaan operasi Linud ada tahapan pembabakan Operasi Linud, pernyataan kalimat di bawah ini yang bukan merupakan pembabakan Operasi Linud yaitu : a. Babak perencanaan dan persiapan. b. Babak pemindahan udara. c. Babak pemindahan pasukan. d. Babak serbuan dan tumpuan udara. 4. Kekuatan cadangan dalam setiap operasi pertahanan harus selalu ada dalam jumlah dan komposisi yang tepat sesuai kebutuhan taktis yang dihadapi, cadangan dalam hubungan Brigade atau yang setingkat dalam pertahanan biasanya terdiri dari Batalyon Infanteri, bantuan tembakan dan sejumlah tank. Dalam menempatkan pasukan cadangan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut kecuali : a. Cukup ke belakang agar tidak mengganggu manuver batalyon ke depan. b. Di daerah yang cukup luas untuk penyebaran pasukan. c. Terdapat rintangan alam dan buatan ke depan maupun ke belakang. d. Pada posisi dari mana batalyon dapat melaksanakan serangan balas, yang direncanakan keberbagai tempat penerobosan musuh yang diperkirakan. 5. Aksi hambat adalah suau operasi dimana suatu pasukan tempur menukar ruang dan waktu dengan menimbulkan kerugian sebesar-besarnya pada lawan tanpa melibatkan diri dalam pertempuran yang menentukan. Perencanaan aksi hambat meliputi rencana manuver, rencana bantuan tembakan, rencana bantuan tempur, rencana bantuan administrasi dan pengendalian. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam rencana bantuan tembakan sebagai berikut kecuali : a. Senban ditempatkan sejauh mungkin ke depan untuk memberikan tembakan jarak jauh yang maksimal. b. Senjata otomatis khususnya senjata lintas datar ditempatkan pada Ton depan. c. Mortir 81 ditempatkan sejauh mungkin ke depan. d. Persediaan munisi senjata lintas datar terbatas dalam mendukung pelaksanaan tugas. 6. Pertahanan sungai yang ditentukan oleh Komandan atasan, dengan bentuk pokok pertahanan sungai daerah dan pertahanan sungai mobil. Pertahanan sungai daerah dilaksanakan apabila :

6 6 a. Musuh mampu melancarkan penyeberangan pada beberapa tempat. b. Suatu serangan balas pasti akan dilaksanakan. c. Pasukan tidak mencukupi untuk menduduki kelebaran front yang sudah ditentukan. d. Bagian terbesar dari pasukan yang bertahan ditempatkan di sepanjang atau dekat tepi sungai, serta semua usaha dilakukan untuk mencegah musuh menyeberangi sungai. 7. Operasi Lawan Insurjensi pada dasarnya usaha untuk memperoleh kembali dukungan penduduk dan tegaknya kewibawaan pemerintah. Oleh karena itu dibutuhkan adanya operasi intelijen untuk memperoleh informasi mengenai kondisi masyarakat dan lawan, mulai dari tahap infiltrasi sampai ke basis insurjen yang meliputi kegiatan insurjen, pimpinan insurjen, kebijaksanaan maupun kehendaknya. Apa prinsip dasar Operasi Intelijen dalam OLI : a. Perencanaan tersebar dan pelaksanaan terpusat. b. Penelitian yang sistematis dan berlanjut atas seluruh aspek hakekat ancaman insurjen. c. Sistem komunikasi yang bebas. d. Hubungan yang harmonis dengan staf lain. 8. Batalyon Infanteri TOP ROI-2003 adalah satuan tempur dasar TNI AD yang diperkuat, terdiri dari ; lima Kompi senapan, satu Kompi Bantuan dan satu Kompi Markas yang menjadi bagian dari organik Brigade Infanteri yang disusun berdasarkan organisasi Garis dan Staf yang terdiri dari eselon-eselon kecuali : a. Eselon Pimpinan. b. Eselon Pembantu Pimpinan. c. Eselon Pelaksana. d. Eselon Fungsional. 9. Langkah-langkah yang dilakukan didalam roda perputaran penyelidikan diantaranya penyiapan rencana dan perintah pengumpulan keterangan oleh staf intelijen, rencana pengumpulan keterangan memuat hal-hal sebagai berikut kecuali : a. Rumusan UUK/PIL yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang dijabarkan dan dimuat dalam perintah-perintah dan permintaan-permintaan. b. Menentukan tempat dimana badan-badan pengumpul keterangan tersebut harus menyampaikan keterangan yang dapat dikumpulkan. c. Pembatasan waktu bagi bapul untuk menyampaikan keterangan yang diperoleh pada pihak yang menerima perintah. d. Daftar semua badan pengumpul (Bapul) yang tersedia, mana yang ditunjuk untuk melaksanakan perintah.

7 7 10. Analisa daerah operasi adalah suatu pengkajian secara teratur dan terperinci tentang medan dan cuaca yang bertujuan untuk menentukan akibat pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh daerah tersebut baik bagi operasi pihak sendiri maupun operasi lawan. Analisa daerah operasi secara garis besar disusun dengan urutan sebagai berikut : a. Tujuan dan pertimbangan yang membatasi, keterangan umum daerah, aspek militer dari medan, pengaruh daerah operasi. b. Masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan dan kejadian musuh. c. Pengembangan pemeliharaan moril tentang musuh. d. Penilaian tentang dokumen- dokumen yang diperlukan oleh musuh. 11. Setiap Komandan bertanggung jawab atas pengerahan, pengendalian, serta koordinasi pasukan yang ada padanya. Hal ini diselenggarakan dengan mengelompokkan satuan dan menentukan hubungan Komandonya. Hubungan Komando yang lazim dalam pengorganisasian tempur, yaitu Satuan organik, Satuan BP, Satuan BKO dan Satuan BAKOOPS. Apa yang anda ketahui tentang satuan BP? a. Status satuan dimana satuan tersebut mempunyai hubungan temporer di bidang operasi sama dengan status bawah perintah hanya di bidang bantuan administrasi tidak merupakan tanggung jawab satuan yang menerima bawah komando operasi. b. Status suatu satuan dimana satuan tersebut berada di bawah kendali operasi satuan atasan tertentu yang bukan atasan organiknya. c. Status suatu satuan dimana satuan tersebut mempunyai hubungan temporer dengan atasan yang bukan satuan atasan organiknya. d. Status satuan dimana satuan tersebut termasuk dalam struktur organisasi dari satuan dimana satuan tersebut berada. 12. Perbandingan daya tempur relatif dalam pembuatan KIR OPS harus dijadikan pertimbangan oleh Kasiops guna mengetahui perbandingan antara daya tempur musuh dan pasukan sendiri secara umum meliputi kekuatan dan kerawanan pokok. Apa yang dibandingkan dalam perbandingan daya tempur relatif untuk tingkat Brigade? a. Satuan Infanteri jumlah personel dan material, meriam jumlah pucuk, tank jumlah panser. b. Satuan Infanteri jumlah peleton, meriam jumlah baterai, tank jumlah peleton. c. Satuan Infanteri jumlah kompi, meriam jumlah pucuk, tank jumlah tank dan mortir jumlah pucuk. d. Satuan Infanteri jumlah regu, meriam jumlah pucuk, tank jumlah kompi.

8 8 13. Perintah tempur dikeluarkan dalam hubungan operasi strategis atau taktis dan bantuan administrasi di lapangan, mula-mula dapat dikeluarkan sebagai rencana dan akan menjadi perintah dalam waktu yang telah ditentukan, baik secara tegas dinyatakan kapan atau apabila suatu keadaan tertentu yang telah diperkirakan benar-benar terjadi. Adapun ciri-ciri Perintah tempur yaitu : a. Menjamin kebebasan Komandan bawahan. b. Singkat dan tepat waktu. c. Jelas dan lengkap. d. Jawaban a, b dan c benar. 14. Pembekalan adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan-kegiatan yang meliputi penentuan kebutuhan, pengadaan, distribusi yang sudah ditentukan. Pernyataan kalimat dibawah ini yang bukan dasar-dasar pembekalan, adalah : a. Kesatuan tempur sebanyak mungkin dibebaskan dari urusan-urusan adminisrasi. b. Rencana pembagian harus supel dan instalasi-instalasi pembekalan harus mudah bergerak. c. Rencana pembekalan harus sederhana dan jalannya tidak terputus-putus. d. Pembekalan perorangan/kesatuan dalam semua fase pertempuran. 15. Direktif latihan mempunyai tujuan sebagai petunjuk dan pedoman dalam menyelenggarakan latihan sehingga dicapai keseragaman, kesatuan langkah, efektif dan efisiennya pelaksanaan latihan untuk mencapai sasaran latihan yang telah ditentukan dalam program latihan. Direktif latihan dapat digolongkan menjadi tiga, kecuali : a. Sebagai penjabaran dari program kerja dan anggaran bidang latihan. b. Sebagai pertanggungjawaban latihan bagi satuan yang menerima otorisasi anggaran/dana latihan. c. Sebagai rumusan dari tingkat kemampuan tertentu yang ingin dicapai pada materi latihan. d. Sebagai alat kendali dalam penyelenggaraan latihan satuan yang menjabarkan program latihan satuan dalam pencapaian tujuan dan sasaran latihan.

9 9 16. Keadaan khusus adalah cerita lanjutan yang dikembangkan secara terinci dari skenario latihan (rencana setting taktis) yang langsung menyangkut tugas komando satu tingkat lebiih tinggi, dengan maksud memberikan data untuk perkiraan atau perencanaan operasi. Keadaan khusus berisi sebagai berikut : a. Keterangan terperinci mengenai musuh di daerah operasi Komando Atasan satu tingkat. b. Keterangan tentang pasukan sendiri satu tingkat lebih tinggi baik tugas maupun rencana operasinya. c. Keadaan topografi, medan operasinya dan cuacanya. d. Jawaban a, b, c benar. 17. Operasi penggabungan merupakan suatu operasi yang mempertemukan 2 (dua) satuan tempur di daerah operasi darat. Operasi penggabungan dapat terjadi didalam proses perencanaan terlebih dahulu melakukan koordinasi dan pertukaran keterangan, setelah penggabungan terjadi maka Komandan atasan dapat menentukan keputusan : a. Kedua pasukan tersebut dapat meneruskan operasinya masing-masing sebagai pasukan yang terpisah dibawah pengendalian Komandan pasukan masing-masing. b. Kedua pasukan tersebut digabung untuk membentuk pasukan tersendiri dibawah pengendalian komando atasan. c. Kedua pasukan tersebut digabung namun tetap dibawah kendali Komandan pasukan masing-masing. d. Kedua pasukan tersebut digabung untuk membentuk pasukan tersendiri dibawah pengendalian salah satu Komandan. 18. Operasi serangan di daerah bangunan dalam rangka pertempuran kota dengan tujuan untuk menghancurkan kekuatan bersenjata dan kemampuan bertempur musuh yang menduduki perkotaan serta merebut suatu kedudukan, dimana babak I membuat batu loncatan di tepi kota dengan tujuan : a. Penggunaan pasukan-pasukan kecil. b. Merupakan rangkaian pertempuran setempat c. Membatasi daya tembak dan peninjauan musuh. d. Bergerak dari blok ke blok. 19. Operasi teritorial dalam operasi lawan insurjen dapat merupakan operasi pokok terutama pada babak konsolidasi dan stabilisasi, sedangkan untuk babak lain membantu operasi intelijen dan operasi tempur, pelaksanaan operasi teritorial dalam setiap daerah (klasifikasi daerah) pelaksanaannya, antara lain :

10 10 a. Di daerah belakang dan daerah putih dilancarkan operasi intelijen sebagai operasi pokok dibantu operasi teritorial, operasi keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Di daerah kelabu dilancarkan operasi teritorial sebagai operasi pokok dibantu operasi tempur dan operasi intelijen. c. Di daerah hitam dilancarkan operasi tempur dengan kekuatan tempur TNI/ gabungan atau sesuai kebutuhan, diperkuat oleh satuan Wanra dan satuan Rakyat terlatih lainnya. d. Di daerah tempur dilancarkan operasi tempur sebagai operasi pokok dibantu operasi intelijen. 20. Keberhasilan dalam operasi lawan insurjensi tidak hanya ditentukan dalam memenangkan pertempuran menghadapi kelompok insurjensi bersenjata, untuk itu perlu dipikirkan masalah pertimbangan khusus yang berkaitan dengan penduduk/rakyat selain pertimbangan utama yang ditinjau dari faktor TUMMPAS, pertimbangan khusus tersebut diantaranya adalah : a. Tugas. b. Medan. c. Pasukan sendiri. d. Perlakuan tawanan. 21. Pembuatan analisa tugas pokok oleh Komandan apabila komandan menganggap sudah cukup data untuk menyimpulkan dan menyatakan kembali tugas pokok satuan dari situasi dan kondisi yang dihadapinya. Yang tidak termasuk perhatian Komandan dalam menyelesaikan analisa tugas pokok adalah : a. Keterangan tentang musuh, medan, cuaca. Dalam hal tertentu juga memperhatikan masalah kondisi sosial. b. Penekanan/keinginan Panglima atau Komandan atasan. c. Keadaan pasukan sendiri. d. Cara bertindak yang akan diambil. 22. Penyelidikan adalah fungsi dari staf Intelijen dimana dalam pelaksanaannya menggunakan suatu proses roda perputaran penyelidikan. Langkah ke-4 (empat) roda perputaran penyelidikan adalah : a. Penyiapan rencana dan perintah pengumpulan keterangan oleh staf yang bersangkutan (staf Intelijen). b. Penggunaan dan penyampaian bahan keterangan yang telah diolah. c. Pengolahan bahan keterangan. d. Pelaksanaan pengumpulan bahan keterangan.

11 Dalam penyelenggaraan latihan taktis menurut sifatnya dimana latihan tersebut adalah dua pihak tidak dikendalikan. Apa pengertian pernyataan tersebut : a. Pelaku terdiri dari dua pihak, yaitu pasukan biru dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan sendiri dan pasukan musuh yang saling berhadapan. Tindakan pelaku diarahkan kepada rencana yang telah ditetapkan. b. Pelaku terdiri dari dua pihak, yaitu pasukan biru dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan sendiri dan pasukan musuh yang saling berhadapan. Pelaku diberi kebebasan menentukan tindakan dalam batas-batas yang telah ditentukan. c. Pelaku terdiri dari dua pihak, yaitu pasukan biru dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan sendiri dan pasukan musuh yang saling berhadapan. Pelaku diberi kebebasan menentukan tindakannya masing-masing. d. Pelaku terdiri dari dua pihak, yaitu pasukan biru dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan sendiri dan pasukan musuh yang saling berhadapan. Salah satu pelaku diberikan kebebasan menentukan tindakannya. 24. Latihan yang dilaksanakan lebih dari 1 (satu) satuan dapat menggunakan bentuk latihan dengan cara seri atau pararel. Apakah yang dimaksud dengan bentuk latihan pararel? a. Satuan pelaku yang dilatih dalam waktu yang berbeda, medan latihan yang digunakan sama dan persoalan yang disampaikan sebagian atau seluruhnya sama. b. Satuan pelaku yang dilatih dalam waktu yang bersamaan, medan latihan yang digunakan sama dan persoalan yang disampaikan sebagian atau seluruhnya sama. c. Satuan pelaku yang dilatih dalam waktu yang bersamaan, medan latihan yang digunakan tidak sama dan persoalan yang disampaikan sebagian atau seluruhnya sama. d. Satuan pelaku yang dilatih dalam waktu yang bersamaan, medan latihan yang digunakan tidak sama dan persoalan yang disampaikan sebagian atau seluruhnya tidak sama. 25. Tipe staf yang digunakan di lingkungan TNI AD terdiri dari dua tipe, yaitu tipe staf umum dan tipe staf direktur. Setiap tipe tersebut mempunyai perwira staf koordinasi, perwira staf khusus, perwira staf pribadi dan perwira staf penghubung. Apa yang dimaksud dengan perwira staf khusus?

12 12 a. Asisten staf utama dari Komandan dan masing-masing mengerjakan tugas yang berhubungan dengan salah satu bidang yang luas dari komando. b. Personel staf yang membantu Komandan dalam bidang teknis profesional dan fungsional lainnya dalam bidang tanggung jawab perwira staf koordinasi tetapi dalam lingkup yang lebih sempit dan pada umumnya berhubungan dengan masalah teknis, administratif dan kecabangan. c. Perwira yang mewakili seorang Komandan satuan tertentu yang diperlukan untuk memelihara pertukaran keterangan secara terus menerus, mempertinggi kerjasama dan koordinasi dengan jalan kontak pribadi. d. Perwira yang oleh Komandan ditempatkan dibawah pimpinan dan pengendaliannya secara langsung dan mereka secara langsung membantu komandan tanpa melalui kepala staf atau perwira pelaksana. 26. Peta tempur adalah peta yang menggambarkan keadaan/situasi daerah operasi yang ada hubungannya dengan suatu operasi yang digambarkan secara grafis dengan tanda-tanda militer yang sudah distandarisasikan. Pengertian dibawah ini yang bukan jenis peta tempur adalah : a. Peta patroli. b. Peta administrasi. c. Peta bergambar. d. Peta operasi induk. 27. Laporan khusus adalah suatu laporan tentang persoalan, masalah khusus atau suatu perkembangan tentang sesuatu yang sedang atau telah selesai dilaksanakan, dengan penyajian yang luas dan mendalam. Bentuk dan isi laporan khusus meliputi : a. Tugas pokok, Keadaan daerah operasi, keadaan musuh, kemampuan musuh, kesimpulan. b. Pendahuluan, fakta-fakta, analisa, kesimpulan, saran-tindakan. c. Tugas pokok, keadaan daerah operasi, kesimpulan. d. Keadaan, tugas pokok, pelaksanaan dan komando perhubungan. 28. Letak instalasi-instalasi Banmin supaya mudah terbayangkan, maka instalasiinstalasi tersebut digambarkan di atas peta. Syarat-syarat penempatan instalasi Banmin adalah sebagai berikut : a. Terlindung dan memiliki medan yang cukup air sehingga dapat mendistribusikan air ke satuan bawah. b. Tempat harus cukup ruang untuk melakukan kegiatan operasi bantuan logistik dan penyebarannya, serta harus dalam tempat yang mempunyai tingkat keamanan yang aman. c. Tempat harus luas dan dapat menampung pasukan yang cukup banyak, terdapat sumber air dan berada di lembah. d. Tempatnya harus cukup ruang untuk kegiatan operasi bantuan personel, serta harus memiliki medan yang relatif aman.

13 Serangan di dalam hutan/rimba adalah serangan yang dilaksanakan di daerah hutan dengan tumbuh-tumbuhannya yang bermacam-macam yang lebat dan tidak teratur. Medan dan iklim hutan/rimba membatasi gerakan, peninjauan, lapangan tembak, komando dan pengendalian. Serangan yang dilaksanakan umumnya dilakukan dalam 3 (tiga) babak, adapun pembabakan tersebut diantaranya adalah : a. Babak pertama menyerang di tepi dekat dan reorganisasi di tepi jauh hutan. b. Babak kedua menyerang ditepi jauh dan reorganisasi di tepi jauh hutan. c. Babak kedua gerakan melalui hutan, reorganisasi ditepi jauh hutan. d. Babak ketiga gerakan keluar dari hutan, reorganisasi ditepi jauh hutan. 30. Tugas Pos Depan Umum (PDU) adalah memberitahukan kedatangan musuh, menghambat dan merusak susunan bertempur musuh, menipu kedudukan pertahanan dan menimbulkan kerugian pada musuh. Komposisi pasukan PDU tidak tetap, namun bergatung kepada : a. Kemampuan musuh. b. Pasukan cadangan. c. Senjata bantuan yang mendukung. d. Perkuatan yang diterima. III. PERSOALAN BERGANDA MAJEMUK. A. Pilih jawaban yang tepat dengan menghitamkan salah satu huruf a, b, c, d atau e pada lembar jawaban yang telah disediakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Apabila pilihan a, b dan c yang benar. b. Apabila pilihan a dan c yang benar. c. Apabila pilihan b dan d yang benar. d. Apabila pilihan hanya d yang benar. e. Apabila pilihan a, b, c dan d semuanya benar. B. Contoh soal. 1. Satuan setingkat Brigade dapat melaksanakan semua operasi darat dalam bermacam-macam kondisi, medan dan cuaca di daerah tropis baik berdiri sendiri atau sebagai bagian dari satuan yang lebih besar, selain kemampuan diatas, Brigade mempunyai batas kemampuan yaitu : a. Terbatas dalam menghadapi serangan udara musuh. b. Terbatas dalam kemampuan terhadap serangan nubika. c. Terbatas dalam kemampuan lawan tank. d. Terbatas dalam manuver jalan kaki. 2. Jawaban : a b c d e (Menghitamkan huruf a).

14 14 1. Pertahanan melingkar mengarah ke segala arah dengan tujuan untuk dapat memberikan perlawanan pada saat yang sama dengan kekuatan merata. Pertahanan melingkar diadakan oleh Batalyon apabila : a. Dalam keadaan tersebar. b. Dalam keadaan terjepit. c. Hubungan kelompok. d. Berdiri sendiri. 2. Serangan balas adalah sarana utama untuk mematahkan penerobosan dan memperbaiki integritas pertahanan. Adapun tujuan serangan balas yaitu menghancurkan dan melemparkan kembali musuh yang berhasil menerobos dan mengembalikan keutuhan pertahanan. Setelah pelaksanaan serbal ada tindakan yang harus dilaksanakan, tindakan apabila serbal berhasil dan serbal tidak berhasil. Tindakan yang dilakukan apabila serbal berhasil yaitu : a. Kontak dengan musuh tetap dipelihara. b. Tempatkan kembali senjata POK dan SLT. c. Tentukan kembali pasukan yang bertugas di BDDT dan digaris kedua. d. Bubarkan cadangan sementara dan kembali ke tugas semula. 3. Keunggulan moril merupakan salah satu azas-azas perang artinya dengan moril yang tinggi dan kemampuan yang keras, satuan-satuan dalam pertempuran mampu melakukan sesuatu yang luar biasa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan moril antara lain : a. Motivasi. b. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. c. Nilai kepemimpinan yang tinggi. d. Tidak mengenal menyerah. 4. Hutan atau rimba merupakan suatu medan tertutup dengan tumbuhan yang lebat, sehingga sukar untuk melakukan tindakan taktis. Karena sifat medan tersebut, maka ancaman datang dari segala jurusan dan pihak penyerang mudah merembes serta mengadakan pendadakan. Disamping kerugian tersebut, terdapat pula keuntungan bagi pihak yang bertahan antara lain : a. Terlindungnya kedudukan dari peninjauan darat dan udara. b. Tidak mudah diserang oleh tank berlapis baja. c. Musuh harus betul-betul mendekat untuk dapat menyerang dengan efektif. d. Penggunaan senjata bantuan dapat leluasa.

15 15 5. Pertahanan sungai ditentukan oleh Komandan atasan, dengan bentuk pertahanan sesuai tugasnya. Bentuk pertahanan sungai ada dua yakni pertahanan sungai mobil dan pertahanan sungai daerah. Pertahanan sungai mobil dilaksanakan apabila : a. Musuh mampu melancarkan penyeberangan pada beberapa tempat. b. Menjamin adanya pemberitaan yang cepat. c. Pasukan tidak mencukupi untuk menduduki lebar front yang sudah ditentukan. d. Musuh mampu membuka semua kekuatan tembakan bantuannya. 6. Tujuan dari perembesan (infiltrasi) yaitu untuk memperlemah kekuatan/ kemampuan musuh di daerah belakang pertahanannya (penyergapan, pengacauan dan isolasi). Pada perembesan (infiltrasi) dilaksanakan dengan beberapa tahap, tahap I gerakan menuju daerah sasaran, tahap II dititik temu atau pemeriksaan, tahap III di pangkal serangan, tahap IV di titik berkumpul akhir. Tindakan yang dilakukan di tahap III/di pangkal serangan adalah sebagai berikut : a. Laporan bila sangat mendesak lewat radio dengan sandi tertentu. b. Adakan pemeriksaan persiapan serta koordinasi terakhir. c. Segera bergerak ke sasaran masing-masing. d. Melakukan pengintaian singkat. 7. Suatu organisasi militer digambarkan rangkanya dengan maksud untuk menunjukkan bangunannya, garis-garis hubungan fungsinya, antara satu fungsi dengan yang lain, dan pekerjaan-pekerjaan untuk tiap anggota dalam organisasi itu. Rangka Organisasi Militer dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu : a. Rangka hubungan. b. Rangka fungsi. c. Rangka jabatan. d. Rangka gabungan. 8. Peta administrasi dipelihara oleh staf personel bersama dengan staf logistik. Peta ini menunjukkan keterangan yang bersangkutan dengan keperluan personel dan logistik semata seperti : a. Kedudukan khafilah berbagai satuan bantuan administrasi dan pos komando mereka. b. Instalasi bantuan administrasi. c. Data topografi tambahan yang bersangkutan dengan kepentingan administrasi dan logistik. d. Rute perbekalan utama, rute perbekalan cadangan, rute lalu lintas dan simpangan yang dibuat.

16 16 9. Peta situasi yaitu pencatatan secara grafis diatas kertas oleat atau kertas bening yang terpasang diatas peta topografi, tentang suatu kejadian atau situasi dengan menggunakan simbol/tanda, atau warna yang telah ditentukan. Adapun jenis-jenis peta situasi adalah : a. Peta situasi musuh. b. Peta dislokasi pasukan sendiri. c. Peta situasi gangguan keamanan. d. Peta situasi administrasi. 10. Bentuk laporan intelijen periodik meliputi antara lain, keadaan umum tentang musuh, kegiatan musuh, susunan bertempur musuh, kegiatan kontra intelijen, cuaca, medan, analisa dan diskusi. Dalam paragraf susunan bertempur musuh meliputi : a. Komposisi dan disposisi. b. Sabotase. c. Kekuatan. d. Pengamanan komunikasi. 11. Cara bertindak adalah sesuatu urutan tindakan yang dapat diambil oleh seseorang atau satuan, yakni suatu rencana tindakan yang akan membantunya menyelesaikan tugas pokok atau ada hubungannya dengan penyelesaian tugas pokok. Kemampuan untuk memformulasikan suatu cara bertindak secara cepat adalah penting sekali didalam pembuatan perkiraan keadaan yang wajar dan cepat. Adapun cara bertindak dinyatakan dalam perincian sebagai berikut : a. Tindakan yang akan dilaksanakan (APA). b. Waktu tindakan akan dimulai dan atau diakhiri (BILAMANA). c. Dimana tindakan itu dilakukan (DIMANA). d. Penggunaan sarana yang tersedia (BAGAIMANA). 12. Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap moril prajurit adalah pengurusan jenazah dan pemakaman, sehingga pengurusan jenazah ini perlu penanganan yang mantap, cepat dan tepat. Pencatatan makam diperlukan untuk menjamin kelancaran pencairan dan pengurusan selanjutnya. Pengurusan jenazah dan pencatatan makam bertujuan antara lain, untuk : a. Memelihara kesehatan di daerah pertempuran. b. Menjamin ditaatinya undang-undang dan peraturan yang berlaku sesuai konvensi Genewa tahun c. Mentaati ketentuan perang di daerah. d. Meningkatkan kesadaran pembinaan mental beragama prajurit.

17 Kerugian personel merupakan pengurangan pada kekuatan TOP/DSPP dari suatu satuan. Kerugian tersebut diakibatkan oleh tindakan musuh, penyakit, kecelakaan dan tindakan administrasi. Jumlah kerugian berubah-ubah tergantung dari mandala operasi, cuaca, medan, kondisi dan tingkat latihan satuan, macam operasi musuh dan banyak faktor lainnya. Kerugian personel disebabkan oleh tiga kategori umum seperti korban tempur, korban luar tempur dan kerugian administrasi. Adapun kerugian administrasi meliputi : a. Pemindahan ke satuan lain dan rumah tahanan militer b. Absen tanpa ijin, melarikan diri dan hilang. c. Personel yang dirotasikan. d. Pemisahan personel (MPP, pensiun, berhenti). 14. Tujuan pembuatan RGB yaitu untuk mendapatkan persetujuan/keputusan dan arahan dari pimpinan umum latihan tentang penyelenggaraan latihan. Dalam pembuatan RGB terutama pada Bab II tentang Landasan Penyelenggaraan Latihan berisi Latar belakang latihan, Urgensi latihan, Tema latihan dan Pokok-pokok hasil latihan yang lalu. Adapun formulasi TEMA LATIHAN adalah sebagai berikut : a. SI-A-BI-DI-ME. b. SI-A-BI-DI-BA-ME. c. A-BI-DI-BA. d. SI-A-DI-ME. 15. Keadaan umum adalah penjabaran dari latar belakang setting strategis yang terdapat dalam skenario latihan yang berisi tentang : a. Keadaan cuaca dalam jangka waktu operasi. b. Keadaan tentang geografi dan demografi. c. Keadaan topografi bila perlu sebagai lampiran. d. Keadaan tentang kondisi sosial. 16. Kegiatan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penyelenggaraan latihan di satuan jajaran TNI AD harus dilaksanakan secara terus menerus sehingga kegiatan latihan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pengawasan dan pengendalian latihan dilaksanakan sesuai dengan tataran kewenangan pada masing-masing tingkatan. Pengawasan yang dilaksanakan oleh Kodiklat TNI AD yaitu tentang : a. Sistem. b. Metode dan sarana/prasarana latihan. c. Latihan antar kecabangan. d. Taktik dan prosedur operasi kecabangan.

18 Operasi Darat Gabungan (Opsratgab) merupakan operasi gabungan yang dilaksanakan oleh satuan darat, satuan laut dan satuan udara dalam rangka merebut dan menguasai kembali wilayah yang telah dikuasai musuh atau mempertahankan wilayah dari serangan musuh. Faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah : a. Keunggulan udara. b. Potensi pertahanan wilayah. c. Kondisi suhu, angin, cuaca dan endapan. d. Kekuatan dan kemampuan musuh. 18. Operasi malam hari memiliki unsur pendadakan dapat memberikan kesempatan memperoleh sukses, jika operasi siang hari tak dapat dilaksanakan. Pertimbangan dasar apa yang harus diperhatikan dalam operasi malam hari? a. Sukar melakukan tembakan terbidik, pertempuran jarak dekat dan tembakan bantuan menjadi sangat penting. b. Keadaan gelap merupakan keuntungan untuk memperoleh pendadakan sehingga perencanaannya menjadi hal yang terpenting. c. Para Komandan bawahan harus diberi cukup waktu untuk melakukan pengintaian. d. Satuan tempur dapat melaksanakan operasi secara optimal sedangkan Satuan bantuan tempur kurang efektif didalam pengerahannya. 19. Dalam pelaksanaan Operasi Lawan Insurjensi ditentukan pembagian daerah operasi yaitu daerah hitam, daerah kelabu, daerah putih dan daerah belakang. Adapun dasar-dasar operasi lawan insurjensi adalah sebagai berikut : a. Berikan tekanan terus menerus dengan patroli tempur. b. Bertempur dengan agresif dan cepat. c. Laksanakan pertahanan aktif dan hindari pertahanan yang bersifat pasif. d. Rahasiakan arah tujuan gerakan dan kedudukan untuk mencegah terjadinya penghadangan, pendadakan dan penyergapan. 20. Pengamanan Objek Vital adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi usaha-usaha sabotase, penyergapan dan serangan terhadap objek. Macam-macam pengamanan yang dilaksanakan adalah pengamanan preventif dan represif. Adapun pengamanan preventif yang dilakukan meliputi : a. Pembuatan prosedur tetap. b. Pengumpulan keterangan secara terus menerus. c. Pemasangan rintangan. d. Tindakan bila musuh melaksanakan penyergapan.

19 Perintah operasi adalah pernyataan kemauan Komandan yang ditujukan kepada para Komandan satuan bawahannya untuk melaksanakan suatu tindakan taktis di medan secara dikordinasikan. Perintah operasi dilihat dari tujuannya adalah : a. Perintah lisan. b. Perintah persiapan/peringatan. c. Perintah lengkap. d. Perintah pelaksanaan. 22. Pengumpulan keterangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh badan-badan pengumpul untuk mencari, mengumpulkan keterangan dari berbagai sumber dengan taktik atau tehnik penyelidikan. Sarana-sarana yang digunakan dalam pengumpulan keterangan tersebut adalah : a. Badan pengumpul keterangan yang organik. b. Informan. c. Alat peralatan teknologi. d. Data intelijen. 23. Oleat adalah tindasan/jiplakan dari sebagian peta sheet topografi, peta bagan atau peta lichdruk ke kertas bening, sedapat mungkin digambarkan tanda-tanda militer dan taktis, dilihat dari pemanfaatan pemakaiannya oleat operasi adalah untuk : a. Perintah operasi jenis oleat. b. Memberikan gambaran yang jelas tentang isi perintah. c. Oleat operasi sebagai lampiran Prinops. d. Dengan sekejap dapat dilihat maksud/keinginan Komandan. 24. Pembinaan markas dan urusan dalam adalah salah satu fungsi dari pembinaan urusan dalam yang dilaksanakan oleh Staf-3/Personel. Dalam bidang ini Staf-3/Pers merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan : a. Pemindahan dan cara penyusunan Posko. b. Menentukan alat peralatan pemindahan, penjagaan keamanan dan penyamaran Posko. c. Menentukan letak sebenarnya (Exact location) Posko. d. Menentukan letak umum (General location) Posko. 25. Agar mudah dipahami oleh Dansat yang memimpin suatu operasi militer maka bantuan administrasi memberikan gambaran dalam oleat Banmin. Syarat-syarat penempatan instalasi Banmin khususnya dapur adalah : a. Letaknya jauh dari RPU untuk menghindari debu dan kotoran. b. Cukup ruang dapur, menyortir/menimbun bekal. c. Dekat dengan distribusi kelas I. d. Biasanya dekat dengan TD munisi.

20 Tanggung jawab tataran kewenangan dalam pembinaan latihan pada tahap pelaksanaan adalah tingkat kebijakan, tingkat operasional dan tingkat pelaksana. Sebutkanlah tanggung jawab tataran kewenangan pembina latihan pada tingkat pelaksana? a. Menjabarkan program latihan terhadap semua jenis latihan yang akan dilaksanakan. b. Menyusun program latihan satuan pelaksana berupa program kerja satuan yang berisi rencana kerja bidang latihan. c. Mengikuti Rakernis bidang latihan di Kotamanya. d. Menyusun dan melaksanakan rapat pimpinan atau Rakernis di lingkungan jajaran Kotama. 27. Latihan adalah kegiatan yang diulang secara sistimatis dalam praktek untuk memperoleh kemahiran dan ketrampilan maksimal. Metode pencapaian untuk materi yang bersifat ketrampilan teknis adalah : a. Dapat terbatas dengan menggunakan metode peragaan/demontrasi dilanjutkan dengan mencoba yang di peragakan secara terbatas. b. Dapat terbatas dengan menggunakan metode peragaan/demontrasi dilanjutkan dengan mencoba yang di peragakan utuh. c. Dapat dengan menggunakan metode peragaan/demontrasi dilanjutkan dengan mencoba yang di peragakan secara utuh. d. Dapat dengan menggunakan metode peragaan/demontrasi dilanjutkan dengan mencoba yang di peragakan secara utuh, mempraktekan materi yang diperagakan dilanjutkan drill teknis. 28. Barang-barang pembekalan dibagi dalam 5 kelas yaitu kelas I s/d V, dengan tujuan untuk kesederhanaan dalam pengurusannya, untuk memudahkan pertanggungan jawab dan untuk mendapatkan kesatuan dalam sistem pergudangan. Adapun kelas-kelas pembekalan sebagai berikut : a. Kelas I/Bahan makan, sifat habis dalam pemakaian. b. Kelas III/Peluru peledak, sifat habis dalam pemakaian. c. Kelas II/Barang-barang perlengkapan perorangan, sifat tak habis dalam pemakaian. d. Kelas IV/BMP, sifat habis dalam pemakaian. 29. Perintah Administrasi (Prinmin) adalah suatu prosedur sederhana yang disusun dan dipergunakan secara hati-hati, penting sekali dalam cara membuat Perintah Administrasi. Pasal-pasal yang ada didalam Perintah Administrasi diantaranya : a. Materil dan Pelayanan. b. Keadaan dan Pertimbangan. c. Evakuasi dan Hospitalisasi. d. Kesimpulan.

21 Dalam pembuatan Rencana Garis Besar (RGB) untuk latihan tingkat Batalyon keatas terdapat Bab tentang Landasan Penyelenggaraan Latihan. Adapun landasan penyelenggaraan latihan berisi tentang : a. Latar belakang latihan. b. Urgensi latihan. c. Tema latihan. d. Pokok-pokok hasil latihan yang lalu. IV. PILIHAN ANALISA KASUS. A. Pada persoalan berikut terdapat uraian/pernyataan tentang suatu hal/kasus yang selanjutnya diikuti suatu pernyataan untuk melengkapi yang berkaitan dengan kasus tersebut. Dengan memilih jawaban yang tepat selanjutnya menghitamkan salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang telah disediakan. B. Contoh soal : 1. Brigif-15/Kujang dengan perkuatannya mendapat perintah untuk menghancurkan musuh yang berada di Garut Selatan yang jaraknya 115 Km dari Kota Bandung. Setelah mempelajari tugas, DANBRIGIF beserta staf segera menyusun rencana gerak maju untuk kontak. Susunan tugas untuk gerak maju yang disusun sebagai berikut : a. Pasukan pelindung, pasukan kawal depan, pasukan kawal lambung, kawal belakang serta induk pasukan. b. Pasukan kawal depan, pasukan kawal lambung, kawal belakang serta induk pasukan. c. Pasukan pelindung, pasukan kawal depan, induk pasukan, pasukan kawal lambung dan kawal belakang. d. Pasukan pelindung, pasukan kawal depan, pasukan kawal lambung, induk pasukan. 2. Jawaban : a b c d (Menghitamkan huruf a).

22 22 1. Operasi Lawan Insurjensi merupakan suatu bentuk peperangan yang unik dan kompleks. Keunikan operasi lawan insurjensi terletak pada adanya motivasi politik yang melatar belakangi perlawanan insurjen. Sedangkan kompleksitas operasi lawan insurjen disebabkan oleh perlunya keterlibatan masyarakat, pemerintah dan TNI untuk melawan insurjen secara bersama-sama dan terintegrasi. Dalam perencanaan operasi lawan insurjensi yang dibuat oleh Yonif-331/RK diantaranya menentukan pembagian daerah operasi sehingga akan diperoleh klasifikasi daerah, antara lain : a. Daerah Hitam merupakan daerah yang dibawah pengawasan baik secara berkala ataupun terus-menerus oleh insurjen. Daerah ini digunakan sebagai markas dan basisnya dengan penuh kebebasan. b. Daerah kelabu merupakan daerah yang diperebutkan oleh kedua belah pihak dimana pengaruh insurjen terhadap rakyat tidak ada. c. Daerah stabilisasi merupakan daerah yang bebas dari pengaruh gerilya. d. Daerah belakang merupakan daerah yang disiapkan untuk pembinaan wilayah karena situasi wilayahnya kurang kondusif. 2. Dalam pelaksanaan operasi pertahanan Brigade Infanteri, ada tiga tugas yang dapat diberikan kepada Batalyon Infanteri yaitu pertama sebagai unsur utama dari pasukan pelindung Komando atas, kedua sebagai pasukan cadangan dan ketiga sebagai pasukan yang bertahan menyususun daerah pertahanan yang diberikan. Apabila anda ditunjuk sebagai Komandan Batalyon Infanteri yang bertugas sebagai pasukan cadangan dan mendapat perintah dari Komandan Brigade untuk mengeluarkan satu Kompi sebagai Pos Depan Umum (PDU) dari sektor Brigade Infanteri. Apa tugas-tugas dari PDU dan berapa kekuatan pasukan tersebut? a. Memberitahukan kedatangan musuh, menghambat dan penyesatan musuh tanpa terlibat pertempuran yang menentukan, merusak susunan tempur musuh, menipu musuh akan rencana pertahanan serta menimbulkan kerugian pada musuh. Kekuatan PDU berjumlah satu Kompi bila perlu diperkuat dengan unsur Bantem dan Banpur. b. Mengacaukan musuh, menghambat dan penyesatan musuh tanpa terlibat pertempuran yang menentukan, kekuatan pasukan PDU berjumlah satu peleton bila perlu diperkuat dengan unsur Bantem dan Banpur. c. Memberitahu kedatangan musuh, penyesatan musuh dan mendisorganisir susunan bertempur musuh, kekuatan pasukan Pos Depan Umum berjumlah satu Batalyon dan diperkuat dengan unsur Bantem dan Banpur. d. Menghambat dan menghancurkan musuh di medan yang sudah dipersiapkan, kekuatan pasukan Pos Depan Umum berjumlah satu Detasemen bila perlu diperkuat unsur Bantem dan Banpur.

23 23 3. Yonif-888/R memiliki kemampuan raider dan mendapat tugas dari komando atas untuk membantu satuan lain yang mendapat tugas eksploitasi. Dengan dilengkapi alat pengangkut secukupnya untuk dapat mengikuti gerakan satuan yang dibantu, maka Yonif-888/R dapat ditugaskan untuk : a. Menutup jalan pemunduran musuh dan memaksa musuh untuk menduduki sasaran yang telah ditentukan. b. Mengganti unsur-unsur satuan eksploitasi yang ditinggalkan untuk mengikat musuh melindungi daerah penting. c. Sebagai satuan peningkar harus memotong gerakan musuh belakang sasaran yang telah ditentukan. d. Sebagai satuan penekan harus bertugas melaksanakan serangan dan penghancuran musuh di sasaran yang telah ditentukan. 4. Dalam rangka melanjutkan tugas yang diperintahkan oleh Komando atas, Danbrigif-28/BC memberikan Perintah Operasi kepada satuan jajarannya diantaranya Yonif-618/RJP, sebagai berikut : Yonif-618/RJP menyerang pada JUL 201B merebut dan mengamankan jembatan B merebut dan mengamankan kota A, melanjutkan gerakan atas perintah dalam rangka serangan BRIGIF-28. Setelah menerima Perintah Operasi maka Danyonif-618/RJP menganalisa Tugas Pokok yang diawali dengan membuat formulasi Tugas Pokok yang belum dianalisa. Langkah berikutnya adalah menentukan tugas khusus, tugas terkandung serta tugas nyatakan kembali. Sebagai seorang Danyonif anda harus mengetahui tentang tugas terkandung. Apa yang dimaksud dengan Tugas terkandung dan bagaimana kriteria-kriteria tugas terkandung tersebut? a. Tugas-tugas tambahan yang memerlukan waktu khusus. Adapun kriterianya dominan, tidak berpengaruh langsung, tidak doktriner dan tidak variabel. b. Tugas-tugas tambahan yang ditemukan/dicari oleh Komandan Satuan yang diperkirakan dapat mendukung pelaksanaan tugas pokok. Adapun kriterianya dominan, berpengaruh langsung, tidak doktriner dan tidak variabel. c. Tugas-tugas tambahan yang merupakan pemberian dari Komandan Satuan atas. Adapun kriterianya dominan, berpengaruh langsung, doktriner dan variabel. d. Tugas-tugas yang dikhususkan dari Komandan satuan atas. Adapun kriterianya dominan, berpengaruh langsung, tidak doktriner dan variabel. 5. Dalam perencanaan pergeseran pasukan yang jumlahnya relatif besar (hubungan Brigade) di daerah operasi seperti pergeseran pasukan dari home base menuju ke pelabuhan. Komandan Brigade memerintahkan Kasi-1/Intelijen untuk membuat rencana pengamanan guna menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kasi-1/Intelijen dalam membuat rencana pengamanan seyogyanya membuat/menentukan sasaran-sasaran yang harus diamankan serta kemungkinan apa yang akan terjadi, akibat tindakan atau usaha lawan dibidang pengamanan. Meliputi apa saja sasaran pengamanan tersebut?

24 24 a. Pengamanan personel, pengamanan materiil, pengamanan obyek vital, pengamanan VIP. b. Pengamanan personel, pengamanan materiil, pengamanan bahan keterangan dan pemberitaan serta pengamanan kegiatan dan operasi. c. Pengamanan bahan keterangan, pengamanan pemberitaan, pengamanan operasi dan pengamanan obyek vital. d. Pengamanan bahan keterangan, pengamanan pemberitaan, pengamanan kegiatan dan pengamanan VIP. 6. Pada rapat staf di Korem-894/ATP yang dipimpin oleh Komandan Korem dan dihadiri oleh Kasrem, para Kasi Korem serta balak aju Korem. Danrem memerintahkan kepada Kasi Intel untuk mengecek kebenaran tentang informasi bahwa ditemukan adanya surat kaleng yang mengatakan bahwa Komandan Kodim-0858/PDG telah memotong uang pengamanan Pemilukada Gubernur yang seharusnya diberikan semua kepada anggota, apabila tidak diselesaikan oleh Komandan Korem dengan segera maka para BA/TA akan melaksanakan unjuk rasa ke Panglima Kodam. Setelah menerima perintah tersebut maka Kasi-Intel membuat TO (Target operasi) kepada Tim Intel Korem-894/ATP. Apa yang anda ketahui tentang TO tersebut? a. Salah satu bentuk instruksi pengamanan yang berkaitan dengan penyelidikan dan harus disampaikan kepada perorangan atau kelompok. b. Salah satu bentuk penyampaian instruksi yang berkaitan dengan kegiatan penyelidikan yang disampaikan kepada satuan/kelompok atau perorangan. c. Salah satu bentuk instruksi penggalangan yang berkaitan dengan pengamanan dan harus disampaikan kepada kelompok serta perorangan. d. Bentuk instruksi pengamanan dan penelitian yang harus disampaikan kepada satuan/kelompok dan perorangan. 7. Dengan bergulirnya era reformasi yang ditandai dengan turunnya pemerintahan orde baru tanggal 20 Mei 1998, maka terjadilah perubahan sistem politik di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdampak pada Pemisahan TNI dan POLRI. Perkembangan organisasi TNI secara umum dan TNI AD secara khusus sejalan dengan komitmen reformasi telah melakukan reformasi internal yang dikenal dengan Paradigma Baru Peran TNI dengan redefinisi, reposisi dan reaktualisasi. Sebagai seorang Perwira harus mampu menyikapi hal tersebut karena saudara telah memahami tentang tujuan penyusunan organisasi. Apa tujuan penyusunan organisasi tersebut? a. Harus dalam batas kemampuan organisasi. b. Pembagian kerja harus selaras dan seimbang. c. Adanya kekuasaan, kedudukan dan hak. d. Merubah posisi dan metode tidak harus didepan.

25 25 8. Komandan Korem-094/SGJ selaku penyelenggara latihan Posko I Kodim-0942/ SRG dengan materi penanggulangan bencana alam menunjuk Kasrem sebagai Wakil Komandan Latihan, Kasi Intel Rem sebagai Perwira Staf Strategi, Kasiops Rem sebagai Perwira Staf Olah Yudha, Kasilog Rem sebagai Perwira Staf Administrasi Logistik dan Kasiter Rem sebagai Perwira Staf Penilitian dan pengembangan. Untuk jabatan Kawasdal ditunjuk Dandim 0903/LBK karena pejabat Dandim tersebut menguasai tentang mekanisme pelaksanaan latihan Posko I. Adapun tugas Kawasdal diantaranya sebagai berikut : a. Mengkoordinir, meneliti, dan mengoreksi pekerjaan wasdal, penyampaian berita, data-data sesuai skenario latihan. b. Mengkoordinir mekanisme pelaksanaan latihan antara pelaku dan pelatih sehingga tujuan latihan dapat berjalan optimal. c. Mengkoordinir para pelatih selama latihan berlangsung sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar. d. Mengkoordinir, meneliti, mengoreksi pekerjaan wasit dan pengendali agar pelaksanaan latihan dapat berjalan dengan optimal. 9. Yonif-111/KB sedang melaksanakan operasi di daerah Keudai Gerobak, selanjutnya mendapat perintah dari Komando Atas bahwa insurjen yang telah dipisahkan dari penduduk diarahkan ke daerah Peurlak untuk dibatasi ruang geraknya dengan patroli penyergapan dan penghadangan. Operasi yang dilaksanakan oleh Yonif-111/KB masuk dalam tahap : a. Tahap pemisahan. b. Tahap penggiringan. c. Tahap lokalisir. d. Tahap penghancuran. 10. Yonif-113/Jaya Sakti melaksanakan operasi di daerah Lhok Sukun, informasi yang diterima dari Kasi Intel Korem 011/Lila Wangsa telah terjadi tindak kekerasan dan penganiayaan terhadap masyarakat pendatang yang tinggal di pemukiman masyarakat daerah Kandang. Berdasarkan info tersebut Yonif-113/Jaya Sakti diperintahkan oleh komando atas untuk melaksanakan serangan pemukiman (sermukim) ke daerah Kandang. Adapun tujuan dari serangan pemukiman (sermukim) adalah : a. Mengganggu moril dan psikologi insurjen menjadi kurang agresif dan lebih suka bertahan, panik dan akhirnya insiatif dan daya tempur nya menurun. b. Menangkap dan membinasakan insurjen dengan simpatisannya, mencari dan merampas dokumen, alat perlengkapan, senjata, munisi dan logistik. c. Melumpuhkan kekuatan bersenjata dan kemauan bertempur insurjen yang menduduki daerah pemukiman dengan memanfaatkan faktor kerahasiaan dan pendadakan. d. Agar penduduk yang berada disekitar daerah yang diduduki merasa aman dari ancaman insurjen sehingga dapat melaksanakan pekerjaan rutin dalam rangka menunjang kehidupan sehari-hari.

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILUM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILUM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILUM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Seorang Pelatih harus menguasai tentang Pembinaan latihan disatuaannya sehingga mutu

Lebih terperinci

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA 1 PUSAT KESENJATAAN INFANTER PUSAT PENDIDIKAN INFANTERI Lampiran III Keputusan Danpusdikif Nomor : Kep/ 55 / XII / 2011 Tanggal : 18 Desember 2011 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. No.110, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN PEMELIHARAAN MATERIIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman Staf 2 / Operasi Kapten Kav Budiman FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 2 / OPS Fungsi Umum. 1. Mengumpulkan dan meyediakan keterangan tentang keadaan taktis. 2. Mengadakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTRIAN PERTAHANAN. Pokok. Pokok. Materiil. Pembinaan. Pemeliharaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTRIAN PERTAHANAN. Pokok. Pokok. Materiil. Pembinaan. Pemeliharaan. Pencabutan. No.385, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTRIAN PERTAHANAN. Pokok. Pokok. Materiil. Pembinaan. Pemeliharaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Batalyon Infanteri 143 Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi organisasi disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan instruksi KSAD NO:2/KSAD/Instr/52

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK TEKNIK. tentang GELADI POSKO II

BUKU PETUNJUK TEKNIK. tentang GELADI POSKO II KONFIDENSIAL TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT No. 203.21-121912 PT : KDL 3.14 BUKU PETUNJUK TEKNIK tentang GELADI POSKO II DISAHKAN DENGAN SURAT KEPUTUSAN KASAD NOMOR SKEP/ / / 2004

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 KEMHAN. Pelibatan TNI. Pencarian dan Pertolongan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TENTARA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengantisipasi

Lebih terperinci

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Pengembangan Integratif Terwujudnya postur TNI yang siap melaksanakan tugas pokok dan dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU BERKAITAN DENGAN KEGIATAN OPERASIONAL KEMENTERIAN PERTAHANAN, TENTARA NASIONAL INDONESIA, DAN KEPOLISIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa tingkat kepadatan hunian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI.

LEMBARAN NEGARA. No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI Sesuai surat keputusan nomor Skep / 89 / IX / 2001 tanggal 10 September 2001 tentang pemberlakuan buku petunjuk teknis ( Bujuknis)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman. No.386, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN AMUNISI

Lebih terperinci

DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN

DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Menyikapi dinamika perubahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia khususnya dibidang pertahanan negara, TNI tengah melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU BERKAITAN DENGAN KEGIATAN OPERASIONAL KEMENTERIAN PERTAHANAN, TENTARA NASIONAL INDONESIA, DAN KEPOLISIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1988 Tentang : Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1988 Tentang : Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1988 Tentang : Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1988 (6/1988) Tanggal : 3 JUNI 1988 (JAKARTA) Sumber :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu menyempurnakan cara permintaan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 1 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN, Menimbang : bahwa perlu menyempurnakan cara permintaan dan pelaksanaan bantuan militer, sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Sumber daya

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1720, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Amunisi. Pemeliharaan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANANREPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Proses Perjuangan Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam ruang dan waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian

Lebih terperinci

No.1121, 2014 KEMENHAN. Senjata Api. Pemeliharaan. Pedoman.

No.1121, 2014 KEMENHAN. Senjata Api. Pemeliharaan. Pedoman. No.1121, 2014 KEMENHAN. Senjata Api. Pemeliharaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN SENJATA API DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1157, 2014 KEMENHAN. Penanggulangan Bencana. Evakuasi Medik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG EVAKUASI MEDIK DALAM PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBAKARAN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

RAHASIA SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT KODIKLAT Lampiran III Keputusan Dankodiklat TNI AD Nomor : Kep / 106 / III / 2010 Tanggal : 10 Maret 2010 SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1318, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pembangunan. Pertahanan Negara. Perencanaan. Sistem. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Angkatan Darat merupakan bagian dari sistem pertahanan darat yang dimiliki TNI dan mengambil peran yang tetap di wilayah pertahanan darat, oleh sebab

Lebih terperinci

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI INSPEKTORAT JENDERAL PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI INSPEKTORAT JENDERAL PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN RI INSPEKTORAT JENDERAL PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN PENYELENGGARAAN PEMBINAAN PEMELIHARAAN MATERIIL

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasi

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2017 KEMHAN. Alutsista. Operasi Militer. Selain Perang.Tugas Perbantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 2016 TENTANG PENGGUNAAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN LEMBAGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI ESA HILANG DUA TERBILANG PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI PERATURAN DAERAH KOTA TEBING TINGGI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TEBING TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Komoditi Militer. Standardisasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

RAHASIA SISTEM TENAGA PENGGANTI BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA SISTEM TENAGA PENGGANTI BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA 1. Umum. SISTEM TENAGA PENGGANTI BAB I PENDAHULUAN a. Hasil pelaksanaan tugas organisasi ditentukan oleh alat peralatan yang lengkap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1224, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Penanggulangan. Bencana. Bantuan. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu menyempurnakan cara permintaan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN

Lebih terperinci