RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014"

Transkripsi

1 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK : 1. Bacalah persoalan dengan teliti dan tenang. 2. Jawablah persoalan pada Lembar Jawaban Komputer (LJK) dengan menghitamkan lingkaran jawaban yang telah disediakan. 3. Dilarang memberikan tanda-tanda lain di luar kolom yang telah ditentukan pada Lembar Jawaban Komputer (LJK). 4. Selamat bekerja. BAGIAN I : BENAR/SALAH. Nyatakanlah kalimat dibawah ini benar atau salah dengan cara menghitamkan pada jawaban B bila pernyataan dibawah BENAR dan S bila pernyataan dibawah SALAH pada lembar jawaban komputer (LJK). 1. B - S Perlindungan terhadap peninjauan adalah usaha untuk menyembunyikan diri dari pengamatan/peninjauan musuh baik di darat dan di udara. 2. B - S Pionir adalah suatu pekerjaaan Zeni yang dapat di lakukan prajurit biasa secara terbatas baik perorangan maupun dalam hubungan kelompok. 3. B - S Pada dasarnya kita mengenal 2 (dua) jenis ranjau darat yaitu ranjau anti tank dan ranjau anti personil. Salah satu cara mengamankan ranjau yang termudah selain diberi tanda ialah dengan cara menarik ranjau tersebut dengan menggunkan tali yang cukup panjang dari tempat yang terlindung. 4. B - S Macam-macam penyuluh sumbu api diantaranya adalah korek api, korek api angin penyuluh sumbu api gosok, penyuluh sumbu api pegas dan penyuluh sumbu api listrik. 5. B - S Cara menghitung kedar yaitu jarak di medan di bagi jarak di peta. 6. B - S Ikhtilaf adalah penyimpangan 2 buah garis yang ditarik suatu titik masingmasing menuju ke arah yang telah ditentukan dan dihitung dengan satuan derajat. 7. B - S Reseksi adalah untuk menentukan letak / tempat sendiri di medan kesuatu titik di peta.

2 2 8. B - S Pelaksanaan penerobosan dapat di lakukan dalam 3 fase antara lain fase pertama membuat penerobosan, kedua melebarkan lubang penerobosan dan ketiga merebut sasaran. 9. B - S Kolone taktis dalam gerak maju dilaksanakan apabila kemungkinan kontak dengan musuh setiap saat akan terjadi. 10. B - S Ditinjau dari tujuan yang harus dicapai, maka patroli dapat dibedakan menjadi patroli jarak dekat dan patroli jarak jauh. BAGIAN II. PILIHAN TUNGGAL. Pilihlah jawaban yang saudara anggap paling benar dengan cara menghitamkan salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban dari kalimat pernyataan dibawah ini. 11. Yang merupakan jenis-jenis patroli ditinjau dari tujuan yang harus dicapai, maka patroli dibedakan menjadi sebagai berikut : a. Patroli jarak jauh dan patroli tempur. b. Patroli intai dan patroli jarak dekat. c. Patroli jarak dekat dan patroli tempur. d. Patroli intai dan patroli tempur. 12. Yang merupakan tugas-tugas dari patroli pertempuran adalah : a. Penghadangan untuk mengganggu atau menimbulkan kerugian terhadap personel dan material musuh. b. Penyelundupan dan pengamatan terhadap sasaran daerah atau bagian medan yang luas. c. Mencari dan menekan serta memelihara kontak dengan insurjen atau musuh. d. Melaksanakan penelitian dan pendeteksian terhadap musuh. 13. Tindakan Tonban pada saat musuh mengadakan persiapan serangan sampai ke GA pada regu Mo 60 adalah sebagai berikut kecuali : a. Memberikan tembakan jarak dekat yang ditujukan kepada musuh yang mulai bergerak dari kedudukan pertahanan depan. b. Dipersiapkan untuk menembaki tempat-tempat yang diduga musuh akan muncul. c. Memberikan tembakan jarak jauh yang dilaksanakan setelah pertahanan siap untuk mengacaukan rencana serangan musuh. d. Disiapkan ATP dan sektor tembakan yang dipertanggung jawabkan kepada setiap pucuk. 14. Tugas dan tanggung jawab komandan yang mengeluarkan patroli adalah sebagai berikut kecuali : a. Menentukan tugas patroli yang ia keluarkan. b. Merencanakan dan mempersiapkan dengan teliti. c. Memberikan perintah kepada komandan patroli. d. Melaksanakan Debriefing dan menyebarluaskan keterangan yang diperoleh. 15. Dalam Cansiap salah satunya menerima dan mempelajari tugas. Tugas-tugas komandan patroli saat menerima perintah harus mencatat hal-hal penting yang sehubungan dengan tugasnya antara lain sebagai berikut kecuali : a. Memepelajari tugas secara lengkap.

3 3 b. Keterangan tentang musuh. c. Keterangan tentang cuaca yang akan terjadi pada kurun waktu pelaksanaan tugasnya. d. Alat kendali yang telah ditentukan. 16. Dalam patroli untuk kegiatan selama gerakan ke dan dari sasaran kita mengenal formasi dan teknik gerakan berjalan kaki. Yang bukan merupakan faktor-faktor patroli yang dapat mempengaruhi formasi adalah : a. Situasi musuh berupa kekuatan, kedudukan, kemampuan dan kegiatan musuh sebaiknya diketahui. b. Pada medan terbuka sebaiknya patroli mengembangkan pasukannya. c. Kontak dengan musuh berupa susunan pasukan harus disiapkan untuk menhadapi kontak dengan musuh. d. Tindakan di sasaran bahwa formasi yang dibentuk harus memungkinkan untuk bertindak cepat dan mudah di sasaran. 17. Tehnik meninggalkan daerah kawan (satuan depan) dalam pelaksanaan patroli adalah sebagai berikut kecuali : a. Hentikan patroli sesampainya di daerah satuan depan dan tempatkan patroli pada daerah yang telah ditentukan oleh satuan depan tersebut. b. Danpat melaksanakan koordinasi akhir dengan Dansat depan. c. Patroli bergerak dari daerah kawan melalui titik keluar yang sudah ditentukan. d. Melaksanakan penyesuaian keadaan pertempuran setelah patroli berada diluar jarak pandang dan jarak suara dari kedudukan daerah kawan. 18. Tehnik pengendalian dalam patroli terdapat tiga cara yaitu pengendalian dengan suara, visual dan secara fisik. Yang bukan merupakan tehnik pengendalian visual adalah : a. Pyroteknik. b. Radio. c. Pita phospor. d. Senter. 19. Yang bukan merupakan syarat-syarat titik berkumpul dalam patroli adalah sebagai berikut : a. Mudah ditemukan di medan dan tidak berada dicakrawala. b. Mudah untuk memasuki daerah kawan. c. Mempunyai lindung tinjau dan tembak. d. Dapat dipertahankan untuk waktu yang singkat. 20. Daerah bahaya dalam patroli terdiri dari 3 bentuk yaitu daerah bahaya garis, daerah bahaya terbuka kecil dan daerah bahaya terbuka besar. Yang dimaksud dengan daerah bahaya terbuka kecil adalah : a. Adalah daerah yang dikatagorikan berupa jalan, jalan setapak, rel kereta api dan sungai yang dapat diseberangi dan pada tiap sisinya terdapat/mempunyai lapangan tembak yang relatif sempit. b. Adalah daerah terbuka dimana patroli dapat ditembak oleh tembakan efektif dengan senjata ringan dari salah satu tepi daerah tersebut yang berhadapan dengan patroli atau dari tepi lambungnya. c. Adalah semua daerah yang dapat ditembaki oleh musuh baik dari tepi lambung, lindung tinjau maupun tepi lambung.

4 4 d. Adalah daerah yang dikatagorikan berupa jalan, jalan setapak, rel kereta api dan sungai yang dapat diseberangi dan pada tiap sisinya terdapat/mempunyai lindung tinjau dan lapangan tembak yang cukup luas. 21. Dasar-dasar yang digunakan sebagai bentuk patroli intai antara lain sebagai berikut kecuali : a. Laksanakan pengorganisasian sesuai musuh yang dihadapi. b. Dapatkan seluruh keterangan yang diperlukan. c. Hindari pendeteksian atau usaha pendeteksian musuh. d. Lakukan tindakan pengamanan secara terus menerus, baik disepanjang rute maupun selama kegiatan di sasaran. 22. Patroli penyergapan adalah suatu serangan pendadakan pada kedudukan atau instalasi musuh dengan tidak bermaksud untuk mendudukinya tetapi bertujuan untuk sebagai berikut kecuali : a. Menghancurkan, menawan personel atau merebut perlengkapan musuh. b. Membebaskan tawanan. c. Penghancuran pada medan yang tertutup. d. Menghancurkan instalasi musuh. 23. Yang bukan merupakan dasar-dasar taktik Operasi Lawan Insurjensi adalah : a. Bertempur dengan agresif dan cepat b. Bertindak secara agresif dan tidak mengenal menyerah. c. Berilah tekanan dengan serangan dan patroli pertempuran secara terus menerus. d. Perhatikan selalu tindakan keamanan terutama di medan kritik dengan berprinsip lebih baik mandi keringat daripada bermandikan darah. 24. Tugas-tugas pasukan cadangan pada Operasi Lawan Insurjensi adalah sebagai berikut kecuali : a. Menghancurkan insurjensi jika sudah dilokalisir. b. Memelihara kekenyalan bertindak. c. Melaksanakan pengamanan/pengawalan. d. Melakukan eksploitasi. 25. Yang bukan merupakan syarat-syarat Basis Operasi Depan adalah : a. Relatif bebas dari gangguan musuh. b. Cukup luas untuk kedudukan pasukan. c. Dapat dipindahkan setiap saat. d. Dapat didatangi lewat darat apabila mungkin. 26. Urut-urutan kegiatan di BOD terdiri dari 8 langkah. Yang merupakan urutan kegiatan pada langkah kedua adalah sebagai berikut kecuali : a. Pemasangan tali penghubung antara regu dengan Pok peleton. b. Pergantian pos pengaman. c. Pembersihan kedudukan penembak. d. Penggalian lubang perlindungan. 27. Pungdahmah dilakukan dalam rangka mencari dan menangkap insurjen, senjata dan dokumen lainnya yang disembunyikan dirumah penduduk. Yang bukan merupakan keuntungan dari tugas penggeledahan atas dasar informasi adalah : a. Jumlah rumah yang akan digeledah tidak terlalu banyak.

5 5 b. Jumlah orang yang tidak bersalah tidak banyak dirugikan. c. Jumlah penduduk yang menjadi sasaran penggeledahan cukup banyak. d. Jumlah pasukan yang melaksanakan penggeledahan relatif lebih sedikit. 28. Organisasi Pungdahmah setingkat Tonpan terdiri dari Unsur komando, penyerang dan pengaman. Yang bukan merupakan organisasi pada unsur penyerang adalah : a. Pok penggeledah. b. Pok cadangan. c. Pok pembawa tawanan dan tim skrining. d. Pok penutup ruangan. 29. Organisasi Pencarian dan pembersihan pada OLI terdiri dari unsur komando, penyerang dan pengaman. Dimana dalam unsur penyerang terdiri dari Pok pembersih, cadangan dan pembawa hasil. Yang merupakan tugas dan tanggung jawab dari Pok pembawa hasil adalah : a. Memberikan kedalaman kepada Pok pembersih. b. Menerima hasil yang diperoleh Pok pembersih. c. Mengamankan unsur penyerang pada waktu melakukan pembersihan. d. Selalu siap untuk membantu Pok pembersih. 30. Yang merupakan prinsip-prinsip regu sebagai pasukan pemukul adalah sebagai berikut kecuali : a. Cari dan pelihara kontak dengan musuh. b. Mempunyai lindung tinjau dan tembak yang relatif aman. c. Bergerak dengan tembak gerak. d. Menguasai medan kritik. 31. Yang dimaksud dengan pelingkaran serentak pada macam pelingkaran adalah : a. Pelingkaran yang dilakukan oleh sebagian besar pasukan serbu dan sekat untuk mengepung insurjen pada suatu kedudukan. b. Pelingkaran yang dilakukan oleh sebagian besar pasukan pemukul untuk menghancurkan insurjen pada suatu kedudukan. c. Pelingkaran yang dilakukan oleh sebagian besar pasukan pelingkar untuk mengepung insurjen pada suatu kedudukan. d. Pelingkaran yang dilakukan oleh sebagian besar pasukan pelingkar untuk menhancurkan insurjen pada suatu kedudukan. 32. Tindakan regu apabila dihadang jika hanya Pok regu yang dihadang (bagian depan) adalah sebagai berikut kecuali : a. Pok regu membalas tembakan dan berlindung. b. Danru melaksanakan perkiraan keadaan taktis dan keadaan medan secara singkat. c. Pok senjata otomatis segera membalas tembakan dan berlindung. d. Pok senjata otamatis dan senapan berlindung serta mengadakan pengamanan setempat. 33. Ranjau dan boobytraps yang sering digunakan insurjen biasanya dibuat secara improvisasi dan kanibalisasi adalah sebagai berikut kecuali : a. Geranat tangan. b. Kaleng makanan, kaca dan paku. c. Cairan obat yang mengandung gas. d. Ranjau buatan dari bambu atau besi/pipa (tradisional).

6 6 34. Yang bukan merupakan prinsip-prinsip operasi Mobud adalah : a. Ops mobud digunakan sebagai operasi pengejaran. b. Ops Mobud sangat rawan, baik dari segi material maupun personil. c. Mahal dalam pengoperasiannya. d. Ops Mobud dipilih bila operasi besar kemungkinan untuk berhasil dan/atau tidak ada jalan lain. 35. Yang bukan merupakan syarat-syarat lindung tembak depan pada kedudukan tempur adalah : a. Cukup tempat untuk pos tinjau. b. Cukup tinggi untuk melindungi kepala (± 30 cm). c. Cukup ruang/tempat untuk patok sandaran/siku. d. Cukup tebal untuk menahan tembakan senjata ringan musuh (±46 cm). 36. Beberapa faktor yang bukan merupakan dampak luka-luka karena radiasi nuklir yang disebabkan oleh penembusan radiasi initial dan residual adalah : a. Terkenanya pecahan hawa panas yang berasal dari ledakan. b. Kerusakan badan karena radiasi sebelumnya yang belum sembuh. c. Banyaknya bagian badan yang tidak terlindung terhadap radiasi nuklir d. Kondisi fisik/badan umum kita. 37. Teknik-teknik untuk dapat bergerak dengan senyap adalah sebagai berikut kecuali : a. Pegang senjata dengan posisi siap tembak. b. Berdiri dengan berat badan pada kedua kaki. c. Langkahkan kaki dengan lebar guna menjaga keseimbangan. d. Turunkan kaki pelan-pelan dengan ujung kaki terlebih dahulu, berat badan berada pada kaki belakang. 38. Tingkatan dalam Germa terdiri dari 3 tingkatan. Yang bukan merupakan tingkat 1 dalam Germa adalah : a. Kemungkinan kontak dengan musuh tidak ada. b. Diutamakan tindakan administrasi. c. Memberikan keleluasaan gerak bagi pasukan. d. Bentuk susunan pasukan adalah kolone taktis. 39. Salah satu langkah-langkah kegiatan P3 pada operasi pertahanan adalah mengatur kegiatan awal. Yang bukan merupakan isi dari mengatur kegiatan awal adalah : a. Menganalisa tugas yang telah diterima. b. Penyiapan pemindahan pasukan. c. Membuat rencana pengintaian. d. Mengeluarkan perintah persiapan. 40. Yang bukan merupakan tujuan dari operasi pergantian adalah : a. Menghambat kedudukan secara bergantian. b. Menggantikan satuan dengan tidak memperlengah pertahanan (agar tetap segar). c. Memperbaiki kemampuan bertempur. d. Memberi kesempatan penggunaan pasukan dilain tempat. 41. Yang bukan merupakan klasifikasi daerah tipe A pada operasi lawan gerilya adalah :

7 7 a. Daerah operasi tempur. b. Daerah penghancuran. c. Daerah konsolidasi. d. Daerah belakang. 42. Dasar-dasar taktik operasi lawan gerilya adalah sebagai berikut kecuali : a. Bertempur agresif dan cepat dalam volume tembakan yang dahsyat. b. Memberikan keleluasaan bergerak bagi pasukan. c. Berilah tekanan dengan serangan-serangan dan patroli pertempuran secara terus menerus. d. Batasi sistem pertahanan statis dan laksanakan pertahanan aktif. 43. SJM 101 B (awak senjata lintas datar) yaitu melaksanakan tugas-tugas sebagai unsur manuver dalam operasi taktis dengan mengutamakan gerakan dan tembakan lintas datar. Yang bukan merupakan SJM 101 B3 adalah : a. Tabak SMR. b. Tabak SLT. c. Tabak Pan 1 dan 2. d. Tabak Morse Yang merupakan tugas-tugas khusus jabatan pada SJM 101 C6 adalah : a. Bertindak sebagai Dansimin. b. Bertindak sebagai Bajaupan morse 81. c. Bertindak sebagai Dansimayon. d. Bertindak sebagai Batih Kiban. 45. Yang dimaksud dengan UTP jabatan adalah : a. UTP untuk mengukur kesiapan satuan melaksanakan tugas khusus sesuai jabatannya dalam pengelompokkan organisasi yang diuji adalah keterampilan taktis dan teknis. b. UTP untuk mengatur kesiapan satuan operasional dalam melaksanakan tugas umum sesuai tingkat SJM. c. UTP untuk mengukur kesiapan personel melaksanakan tugas khusus sesuai jabatannya dalam pengelompokkan sesuai organisasi yang diuji adalah keterampilan teknis. d. UTP untuk mengatur kesiapan personel melaksanakan tugas umum sesuai tingkat SJM. 46. Yang dimaksud dengan latihan taktis tanpa pasukan adalah : a. Latihan yang diikuti oleh satuan dalam jabatan, baik secara perorangan maupun bersama dengan personel lainnya dengan menyertakan unsur pasukan. b. Latihan yang menyertakan seluruh unsur-unsur satuan sebagai pelaku. c. Latihan yang diikuti oleh perorangan dalam jabatan, baik secara perorangan maupun bersama dengan personel lainnya tanpa menyertakan unsur pasukan. d. Latihan yang menyertakan seluruh unsur-unsur satuan tempur sebagai pelaku dalam rangka penerapan doktrin. 47. Pengelompokan latihan atas dasar metode untuk latihan satuan tanpa pasukan adalah sebagai berikut kecuali : a. Geladi peta.

8 8 b. Geladi Mako. c. Geladi posko simpur. d. Manuver lapangan. 48. Batalyon Infanteri TOP ROI 2000 dalam tugasnya memiliki kemampuan dan batas kemampuan. Yang bukan merupakan batas kemampuan dari Yonif TOP ROI adalah : a. Memberikan Bantem secara terbatas kepada satuan lain. b. Daya angkut taktis beroda yang dimiliki terbatas. c. Sarana dan keahlian untuk melaksanakan operasi intelijen dan operasi teritorial terbatas. d. Memiliki kerawanan terhadap operasi pernika dan nubika. 49. Cara melaksanakan tindakan keamanan pada senjata SMR/SMS adalah sebagai berikut kecuali : a. Tabak, Taban, Tamu mengambil sikap berlutut. b. Tabak Menyandang tali tas alat bidik pada pundak kanan c. Tabak Memasukan laras pada penyokong, kemudian dikunci/dikeraskan. d. Tabak mengeluarkan alat bidik dan diperiksa semua pada 0 (nol) selanjutnya memasukannya kembali ke dalam tas. 50. Kegiatan Tonban yang dilaksanakan oleh regu Mo 60 di GA - JS pada operasi serangan adalah sebagai berikut kecuali : a. Menembaki sasaran yang dekat dengan pasukan penyerang yang menghambat gerak maju pasukan sendiri. b. Tembakan penyokong diberikan untuk melindungi atau membantu pasukan penyerang depan setelah melintasi GA sampai dengan JS. c. Sedapat mungkin melaksanakan penembakan dalam hubungan regu, hal ini untuk memudahkan kodal dan untuk kepadatan tembakan. d. Setiap pucuk harus siap pada kedudukannya, dan siap untuk menembak sasaran baik yang sudah diplot maupun yang tiba-tiba diminta oleh peleton penyerang depan. BAGIAN III. PILIHAN GANDA. Pilihlah dua jawaban yang saudara anggap benar dengan cara menghitamkan dua huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban dari kalimat pernyataan dibawah ini. 51. Macam-macam tembakan dalam kedudukan pertahanan untuk senjata Mo 81 diantaranya adalah, tembakan jarak jauh, tembakan jarak dekat dan tembakan dalam kedudukan. Yang merupakan tujuan dari tembakan jarak dekat adalah : a. Menghambat gerak maju musuh. b. Menghentikan gerak maju serangan musuh. c. Menghancurkan musuh di daerah pertahanan. d. Mengacaukan susunan bertempur musuh. 52. Untuk dapat mengamati suatu daerah diperlukan suatu tempat yang dinamakan dengan pos tinjau. Yang termasuk syarat-syarat pos tinjau adalah : a. Mempunyai lapangan tinjau yang baik. b. Kedudukannya mudah dijangkau dari segala arah. c. Terdapat jalan pendekat yang terlindung dari lambung terhadap pos tinjau. d. Ada jalan pendekat dari belakang yang terlindung.

9 9 53. Penempatan senjata Mortir 60 Komando yang berada di kompi senapan posisinya berada pada Pokkoton. Yang merupakan data karakteristik mortir 60 komando adalah : a. Jarak tembak m. b. Alat bisik dengan jinjingan (pengangkut). c. Kaliber laras 60 mm. d. Mempunyai tutup dasar dengan peraratan tembak. 54. Apabila prajurit terpisah / terputus hubungan dengan induk pasukan maka prajurit tersebut harus berusaha mencari kontak dengan induk pasukan dengan cara: a. Membuat api untuk menarik perhatian. b. Berteriak agar induk pasukan mengetahui kedudukan kita. c. Menggunakan kaca dan benda lain yang mengkilat yang digunakan sebagai tanda. d. Tetap bertahan dikedudukan dengan memanfaatkan makanan yang ada sambil menunggu induk pasukan datang. 55. Pada saat komandan patroli (Danpat) akan melaksanakan pengintaian komandan, maka Danpat akan mengeluarkan rencana darurat kepada Wadanpat sebelum pelaksanaan pengintaian komandan. Yang termasuk rencana darurat adalah : a. Tindakan bila tersesat saat pengintaian komandan. b. Perkiraan waktu lamanya pengintaian komandan. c. Membawa anggota yang mahir bernavigasi. d. Tindakan yang harus dilaksanakan bila Danpat tidak kembali pada waktu yang telah ditentukan. 56. Pemasangan atau penemuan ranjau boobytraps dalam pelaksanaan operasi adalah bertujuan untuk melumpuhkan, menghambat dan mencelakakan pasukan. Yang termasuk dalam cara mengamankan bila menemukan boobytraps adalah : a. ambil langkah dengan cepat dan tepat. b. Yang tidak berkepentingan jangan mendekat. c. Apabila merencanakan untuk menggunting kawat yang kendor perhatikan dengan seksama, apakah kawat tersebut dialiri listrik. d. Alat yang menggunakan bahan peledak lainnya, perhatikan rangkaiannya. 57. Bahan peledak yang kita kenal terdiri dari berbagai macam, jika dilihat dari bahan peledak yang berisian satuan ada yang disebut sebagai Amonal. Yang merupakan ciri-ciri Handak Amonal adalah : a. Serbuk kelabu dalam blik, berat 11 kg dan 22 kg. b. Mudah Melekat. c. Terdiri dari pipa yang terisi bahan peledak, yang dapat disambung-sambung. d. Dapat mengisap air dan tidak boleh dibuka jika tidak untuk diledakkan. 58. Ada beberapa teknik naik dan turun dalam pesawat helicopter diantaranya pada saat persiapan awal ada kesiapan perorangan yang harus benar-benar dipersiapkan sebelum mendekati dan masuk pesawat. Yang merupakan keharusan kesiapan perorangan yang dilaksanakan adalah : a. Lengan baju dipanjangkan (jangan digulung) dan Helm dipakai dengan tali terpasangan erat kencang. b. Senjata harus selalu siap dengan laras menghadapa keluar dan posisi tangan memegang pistol grif. c. Salah seorang dari anggota kelompok menjaga dan mengawasi perlengkapan.

10 10 d. Setiap anggota harus selalu dalam kelompok, agar sewaktu-waktu telah siap untuk berangkat naik ke pesawat. 59. Dalam langkah-langkah Prosedur Pimpinan Pasukan Patroli ada tahap yang disebut Pengintaian. Hal-hal apa saja yang harus di intai dalam patroli adalah : a. Medan dan cuaca. b. Daerah bahaya dan rintangan. c. Titik berkumpul sementara. d. Rute dan kemungkinan formasi yang akan digunakan. 60. Menurut fungsinya Alins dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu alins murni dan alins tidak murni. Yang termasuk Alins tidak murni adalah : a. Senjata tiruan. b. Geranat. c. Laser point. d. Pistol.

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILUM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILUM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILUM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB INF WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB KAV WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman Staf 2 / Operasi Kapten Kav Budiman FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 2 / OPS Fungsi Umum. 1. Mengumpulkan dan meyediakan keterangan tentang keadaan taktis. 2. Mengadakan

Lebih terperinci

UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB KAV WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB KAV WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB KAV WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARHANUD WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARHANUD WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARHANUD WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARMED WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARMED WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARMED WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARMED WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARMED WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB ARMED WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

RAHASIA SOAL LATIHAN AKADEMIK TEORI PENGETAHUAN MILITER. Hari :... Tanggal :... Pukul :...

RAHASIA SOAL LATIHAN AKADEMIK TEORI PENGETAHUAN MILITER. Hari :... Tanggal :... Pukul :... SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN DARAT PANITIA SELEKSI TINGKAT II SOAL LATIHAN AKADEMIK TEORI PENGETAHUAN MILITER Hari :... Tanggal :... Pukul :... Macam persoalan : 1. Pilihan Benar Salah = 20 soal,

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CZI WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CZI WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CZI WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK Hsl rpt tgl 24 Maret 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK DALAM PENANGGULANGAN HURU-HARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa tingkat kepadatan hunian

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPM WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Batalyon Infanteri 143 Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi organisasi disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan instruksi KSAD NO:2/KSAD/Instr/52

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 133/KA/VI/2011 TENTANG SENJATA API DAN PERALATAN KEAMANAN SATUAN PENGAMANAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES I. PENDAHULUAN 1. LATAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api (Lembaran Negara Republ

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api (Lembaran Negara Republ No.2096, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pengelolaan Senjata Api. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SENJATA API DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI L1 LAMPIRAN Hasil wawancara Person Purnawirawan TNI Tanggal wawancara 31 Oktober 2012 Jam wawancara 12.00-13.00 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana struktur organisasinya?

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERAN KOMANDAN PELETON GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN PEMBINAAN SATUAN BATALYON INFANTERI

OPTIMALISASI PERAN KOMANDAN PELETON GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN PEMBINAAN SATUAN BATALYON INFANTERI 1 OPTIMALISASI PERAN KOMANDAN PELETON GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN PEMBINAAN SATUAN BATALYON INFANTERI Pembinaan satuan bertujuan agar semua unsur satuan dapat dikembangkan sesuai dengan fungsi masing-masing,

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

Alan David Prayogi

Alan David Prayogi Alan David Prayogi 3408100135 Latar Belakang Bagi kru ranpur banyak masalah yang harus dihadapi saat berada di wilayah musuh. Salah satunya adalah alat pertahanan diri yaitu senapan. Berawal dari ide senapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI Page 1 of 7 KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELETON PENGURAI MASSA

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELETON PENGURAI MASSA PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELETON PENGURAI MASSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGGELEDAHAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL. 1.

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGGELEDAHAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL. 1. MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGGELEDAHAN 1. Penggeledahan A. Pertimbangan 1. Salah satu kegiatan penindakan upaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2009 POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN

Lebih terperinci

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA 1 PUSAT KESENJATAAN INFANTER PUSAT PENDIDIKAN INFANTERI Lampiran III Keputusan Danpusdikif Nomor : Kep/ 55 / XII / 2011 Tanggal : 18 Desember 2011 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS BAB MOMENTUM DAN IMPULS I. SOAL PILIHAN GANDA 0. Dalam sistem SI, satuan momentum adalah..... A. N s - B. J s - C. W s - D. N s E. J s 02. Momentum adalah.... A. Besaran vektor dengan satuan kg m B. Besaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

SAN REMO MANUAL TENTANG HUKUM PERANG DI LAUT BAB I KETENTUAN UMUM. Bagian I Ruang Lingkup Penerapan Hukum

SAN REMO MANUAL TENTANG HUKUM PERANG DI LAUT BAB I KETENTUAN UMUM. Bagian I Ruang Lingkup Penerapan Hukum Catatan : Naskah ini adalah terjemahan yang dikerjakan oleh Tim TNI AL dan ICRC (Perbanyakan dan penggandaan hanya dapat dilakukan atas ijin team penterjemah) SAN REMO MANUAL TENTANG HUKUM PERANG DI LAUT

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN, Menimbang : bahwa perlu menyempurnakan cara permintaan dan pelaksanaan bantuan militer, sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA. TERBITAN UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1970 tentang KESELAMATAN KERJA serta TERJEMAHAN dalam BAHASA INGGRIS, DISYAHKAN untuk DIEDARKAN dan DIPAKAI. Jakarta, 3 Mei 1972. DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, [Home] KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015

Lebih terperinci

Definisi Berbagai Istilah Latihan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana DEFINISI BERBAGAI ISTILAH LATIHAN KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1

Definisi Berbagai Istilah Latihan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana DEFINISI BERBAGAI ISTILAH LATIHAN KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 Kertas Kerja DEFINISI BERBAGAI ISTILAH LATIHAN KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 Oleh Tanty S Reinhart Thamrin 2 Latar Belakang Kertas kerja ini disusun sebagai bahan panduan pelatihan fasilitator

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA HASIL FINAL 26 Mei 2011 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Setiap komandan

Lebih terperinci

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPL WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Seorang Pelatih harus menguasai tentang Pembinaan latihan disatuaannya sehingga mutu

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERAPIHAN BAHU JALAN (FINISHING)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERAPIHAN BAHU JALAN (FINISHING) MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERAPIHAN BAHU JALAN (FINISHING) NO. KODE : -P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

: 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

: 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENEMPATAN DAN PEMASANGAN RAMBU LALU LINTAS DI JALAN DALAM KOTA SUNGAI PENUH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luasnya sebesar ,32 km²

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luasnya sebesar ,32 km² BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang luasnya sebesar 1.910.931,32 km² (www.bps.go.id/booklet/booklet_februari_2014), Dengan luas negara sebesar itu Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK Hsl rpt tgl 24 Maret 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK DALAM PENANGGULANGAN HURU-HARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN ARUNG JERAM PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

PELAKSANAAN ARUNG JERAM PERALATAN DAN PERLENGKAPAN Arung jeram Pengertian Arung jeram adalah suatu aktifitas pengarungan bagian alur sungai yang berjeram/riam, dengan menggunakan wahana tertentu. Pengertian wahana dalam pengarungan sungai berjeram / riam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. No.110, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang No.185, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5728). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1960 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu menyempurnakan cara permintaan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

Survei Batas Negara, Butuh Lebih dari Sekedar Surveyor. Andriyana Lailissaum, ST Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial

Survei Batas Negara, Butuh Lebih dari Sekedar Surveyor. Andriyana Lailissaum, ST Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial Survei Batas Negara, Butuh Lebih dari Sekedar Surveyor Andriyana Lailissaum, ST Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial Pada bulan Mei 2014 yang lalu, Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW)

Lebih terperinci

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI TSUNAMI ADALAH... Ÿ Serangkaian gelombang laut yang sangat besar, akibat dari gempa bumi yang sangat kuat bersumber di laut. Ÿ Gempa bumi membuat perubahan mendadak pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : 1. Bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsi dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Bola basket a. Latihan menembak jarak jauh PRAKTIK DI LAPANGAN Pola penyerangan dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan cara : 1) Set

Bola basket a. Latihan menembak jarak jauh PRAKTIK DI LAPANGAN Pola penyerangan dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan cara : 1) Set Bola basket a. Latihan menembak jarak jauh PRAKTIK DI LAPANGAN Pola penyerangan dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan cara : 1) Set offence Serangan yang direncanakan dan dibangun dari bagian

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

Undang-undang Nomor I Tahun 1970 KESELAMATAN KERJA Undang-undang Nomor I Tahun 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1990 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM BIDANG LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT I DAN DAERAH TINGKAT II PRESIDEN

Lebih terperinci

UTP-U/J DAN UST REGU BAB I PENDAHULUAN

UTP-U/J DAN UST REGU BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDRAL UTP-U/J DAN UST REGU BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Mutu dan kesiapan tempur suatu satuan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kesiapan personel

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPL WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPL WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CPL WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK UNDANGUNDANG No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja UNDANGUNDANG No. 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 19 Tahun 1973, Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci