PENGULANGAN VERBA DINAMIS BAHASA SUNDA. Nur Wulan Wikahsari
|
|
- Lanny Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGULANGAN VERBA DINAMIS BAHASA SUNDA Nur Wulan Wikahsari ABSTRAK Skripsi ini berjudul Pengulangan Verba Dinamis Bahasa Sunda. skripsi ini membahas verba dinamis, afiksasi, reduplikasi bergabung dengan verba dinamis dan makna yang dihasilkan dari proses tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode kajian yang digunakan adalah metode kajian distribusional. Data diambil dari majalah mangle dan carpon-carpon bahasa Sunda. Teori yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari Djajasudarma dan idat (1987), djajasudarma dkk. (1992), Djajasudarma (1994) dan Sobarna (1988). Dari penelitian ini disimpulkan reduplikasi yang bergabung dengan verba dinamis bahasa sunda adalah dwimurni, dwireka, dwipurwa dan trilingga. Afiks yang dapat bergabung dengan dengan pengulangan verba dinamis bahasa sunda adalah Prefiks di-, Sufiks an, prefiks N-, prefiks di- + Sufiks keun, Prefiks N + Sufiks keun, prefiks pa-, prefiks N- + sufiks an. Makna yang dihasilkan dari pengulangan verba dinamis bahasa sunda adalah makna frekuentatif dan kontinuatif. ABSTRACT This thesis is titled Repetition of Dinamic Verbs Sundanese Language. This thesis discusses about the affixations, reduplications that can be joined with dynamic verbs and the meaning resulting from the process. the method which used in this research is descriptive method. the theories used in this study came from Djajasudarma and Idat (1987), Djajasudarma dkk. (1992), Djajasudarma (1994), dan Sobarna (1988). As the result of the study, it can be concluded that the reduplications that can be joined with dynamic verbs in Sundanese Language are dwimurni, dwireka, dwipurwa and trilingga. Affixes that can be joined with a repetition of dynamic verbs in Sundanese Language are prefiks di-, sufiks an, prefiks N-, prefiks di- + sufiks keun, prefiks-n + sufiks keun, prefiks pa-, prefiks N- + sufiks an. Meaning resulting from the repetition of dynamic verbs in Sundanese language are frequentative meaning and continuative meaning.
2 Pendahuluan Bahasa memiliki sifat yang universal, dinamis, dan arbitrer. Bahasa pada hakikatnya bersifat sistematis dan teratur. Para pemakai bahasa yang tidak statis dan berkecenderungan selalu berubah menyebabkan bahasa itu bersifat dinamis. Pada tataran morfologi, khususnya mengenai kelas kata, kosakata yang ada di dalam bahasa Sunda terbagi ke dalam beberapa kategori. Kosakata tersebut bisa termasuk ke dalam kelas kata nomina, verba, adjektiva, adverbia, atau numeralia. Hampir semua ahli bahasa Sunda menempatkan verba sebagai kosakata yang menduduki peranan paling penting di dalam sebuah kalimat. Verba bahasa Sunda berdasarkan bentuknya dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu verba dasar dan verba turunan. Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar yang terlepas dari afiksasi dan mempunyai makna yang mandiri, sedangkan verba turunan dapat dilihat dari proses morfemis yang meliputi: afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Djajasudarma, 1993:93--4). Pembagian bahasa Sunda secara semantik dapat pula dilakukan dengan mengikuti pembagian verba ke dalam verba dinamis dan verba statif. Verba dinamis di dalam bahasa Sunda adalah verba yang dapat bergabung dengan partikel eukeur sedang, sedangkan verba statif adalah verba yang tidak dapat bergabung dengan partikel eukeur sedang (Djajasudarma, 1994 : 95). Tetapi ketentuan itu tidak selamanya berlaku sebab adakalanya di dalam bahasa sunda verba dinamis tidak dapat bergabung dengan partikel eukeur sedang. Lebih lanjut Djajasudarma menjelaskan bahwa pengertian statif pada bahasa Sunda menunjukan suatu keadaan yang tetap, bersikap abstrak, dan hanya ada di dalam pikiran, sedangkan pengertian dinamis diartikannya sebagai alat untuk menunjukan sesuatu, misalnya: kata dan aspek yang mengatakan suatu tindakan, aktivitas, kesemertaraan, atau perubahan keadaan. Verba dinamis dibagi menjadi lima jenis, yaitu : 1. Verba aktivitas (activity verbs), yaitu verba yang menggambarkan adanya aktivitas atau perbuatan yang dilakukan subjek atau sesuatu yang dianggap subjek. 2. Verba proses (process verbs), yaitu verba yang menggambarkan perubahan keadaan atau kondisi yang dialami subjek.
3 3. Verba sensasi tubuh (verbs of bodily sensation), yaitu verba yang menggambarkan suatu situasi yang diterima atau yang dirasakan. 4. Verba peristiwa transisional (transitional events verbs), yaitu verba yang menggambarkan perpindahan antara dua keadaan atau posisi (lokasi) subjek. 5. Verba momentan (momentanry verbs), yaitu verba yang menggambarkan suatu kegiatan (aktivitas) yang berlangsung dalam durasi yang pendek atau singkat. Pengulangan verba dinamis di dalam bahasa Sunda amat beragam dan memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan verba dinamis di dalam bahasa yang lain. Pembahasan Proses morfologis oleh Djajasudarma (1994;31) disebut proses morfemis, proses morfemis adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan satu morfem dengan morfem lainnya, sehingga membentuk suatu morfem baru. Proses morfemin dalam bahasa sunda terbagi ke dalam tiga bagian yaitu (1) proses afiksasi (pengimbuhan), (2) proses reduplikasi (pengulangan), dan (3) proses komposisi (pemajemukan). Afiksasi adalah penambahan dengan afiks (Venharr, 1985:60). Menurut Kridalaksana (1989:25), afiksasi adalah proses penggabungan yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Djajasudarma dkk (1994:33) berpendapat bahwa afiksasi adalah proses penggabungan afiksasi pada bentuk dasar. Pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata disebut afiksasi (Ramlan, 1997:54). Dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah poses pembentukan suatu kata melalui proses penggabungan suatu afiks dengan bentuk dasar. Djajasudarma, dkk (1994:33) membagi afiks yang didasarkan pada posisinya berupa prefiksasi, infiksasi, sufiksasi. Afiksasi juga dapat muncul dalam bentuk kombinasi atau simulfiks. Djajasudarma (1994:90) mengemukakan bahwa reduplikasi atau pengulangan merupakan suatu proses gramatikal yang berupa pengulangan bentuk sebagian atau seluruhnya baik disertai perubahan fonem atau tidak.
4 Chaer (2003:183) menyatakan redupliksasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dsar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Sementara itu, ahli lain berpendapat bahwa reduplikasi merupakan proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian bentuk dasar tersebut, Venhaar (2006:152). Penulis dapat menyimpulkan bahwa redulpikasi adalah pengulangan baik itu sebagian, maupun seluruh bentuk dasar, yang menghasilkan makna baru setelah diulang. Pengulangan dalam bahasa sunda terdiri atas : 1. Dwilingga Dwilingga dibagi menjadi : a. Dwimurni adalah bentuk ulang penuh. Dwimurni dibagi menjadi (1) dwimurni berafiks/bernasal, misalnya : dijieun-jieun, dilelep-lelep, diayun-ayun, dan (2) dwimurni dengan mu- ( pengulangan regrresif yaitu unsur terulangan mengikuti yang diulang). b. Dwireka Dwireka adalah pengulangan dengan perubahan bunyi (vokal) Misalnya : diubrak-abrik, dibulak-balik, dibuntang-banting. 2. Dwipuwa Dwipurwa adalah pengulangan sebagian (silabe inisial) pada bentuk dasar. Dwipurwa dibedakan menjadi : a. Dwipurwa, misalnya : nyanyabaan, tutumpakan b. Dwipurwa berafiks dan bernasal. c. Dwipurwa dengan proses morfemis. 3. Trilingga
5 Trilingga adalah pengulangan dengan perubahan bunyi vokal, sebanyak tiga kali. Misalnya : plak-plek-plok, brang-bring-brung. 4. Pengulangan semu Pengulangan semu adalah pengulangan yang tidak memiliki makna bila tidak diulang. Pengulangan semu dalam bahasa sunda berupa : 1. Dwimurni semu 2. Dwipurwa semu 3. Dwiwasana ( pengulangan silabe akhir) semu Dwimurni adalah pengulangan dengan mengulang seluruh bentuk dasar. Pengulangan merupakan proses morfemis yang banyak sekali terdapat pada bahasa-bahasa di dunia. Demikian pula di dalam bahasa Sunda, pengulangan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan salah satu upaya untuk menurunkan bentuk baru (turunan). Pengulangan dalam bahasa Sunda disebut rajékan, sedangkan kata ulang atau kata berulang disebutnya kecap rajékan. Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai perdikat (Kridalaksana,1968:226). Djajasudarma (1991:92-93) mengemukakan bahwa verba terjadi dari bentuk dasar verba itu sendiri, sedangkan verbal dibentuk dari bentuk dasar yang berkelas nonverba. veba bahasa Sunda memiliki ciri morfologis, yaitu verba tidak mengalami sufiksasi -an yang bermakna lebih, seperti halnya pada kelas adjektiva, misalnya gedé besar, gedéan lebih besar. Ciri morfologis lainnya yaitu verba bahasa Sunda biasanya mengalami proses morfemis yang berupa prefiksasi N- (nasal), misalnya nénjo melihat, nyieun membuat dan memiliki ciri sintaksis yaitu verba bahasa Sunda dapat bergabung dengan partikel ( hen ) teu tidak atau tara tidak pernah dalam membentuk negasi, misalnya heunteu datang tidak datang, tara datang tidak pernah datang. Ardiwidjaja memberi batasan verba berdasarkan hubungan dengan objek, misalnya muka membuka, numpakan menaiki, nyaksian menyaksikan, imaraban memeberi makan (hewan), sedangkan kata - kata hees tidur, ngawarung membuka warung, leumpang jalan diklasifikasikan ke dalam kelas kata keterangan.
6 Verba memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya : 1. Verba memiliki fungsi sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. 2. Verba menggambarkan tingkah laku atau opekerjaan suatu nomina. Inti suatu pekerjaan adalah gerak, diam, dan menjadi. Istilah gerak, diam, dan menjadi ini yang kita kenal sekarang dengan istilah event peristiwa (gerak), state keadaan (diam), dan process proses (menjadi). 3. Verba bahasa sunda dapat digabungkan dengan paartikel (hen) teu tidak atau tara tidak pernah. Verba Dinamis Verba dinamis adalah verba yang mengalami bentuk progresif. Verba dinamis dibagi menjadi lima jenis, diantaranya : (1) verba aktivitas (activity verbs), (2) verba proses (process verbs), (3) verba sensasi tubuh (verbs of bodily sensation), (4) verba peristiwa transisional (transitional events verbs), dan (5) verba momentan (momentanry verbs). a. Verba aktivitas Verba aktivitas (activity verbs) adalah verba yang menggambarkan adanya aktivitas atau perbuatan yang dilakukan oleh subjek atau sesuatu yang dianggap subjek. Bentuk dasar verba aktivitas dapat dijadikan imperatif (dengan harapan terjadinya aktivitas yang dinyatakan bentuk dasar). Verba aktivitas dapat pula dibentuk dari nomina. Bentuk dasar nomina tersebut, mengalami proses morfemis berupa prefiksasi N- atau pengulangan. Di bawah ini salah satu data pengulangan verba aktivitas : 1. (26) Mangkaning harita can diuk-diuk acan. padahal waktu itu belum duduk-duduk belum padahal waktu itu belum sempat duduk
7 Berdasarkan pada data (26) reduplikasi verba diuk-diuk di dalam bahasa Sunda termasuk ke dalam verba aktivitas yang telah mengalami pengulangan kata dari kata dasar diuk yang sepadan dengan kata duduk di dalam bahasa Indonesia. Kata diuk mengalami pengulangan jenis Dwimurni menjadi diuk-diuk. Kata diuk memiliki arti duduk yang termasuk ke dalam kelas kata verba jenis verba aktivitas karena kata diuk menunjukan adanya kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Kata diuk-diuk ini menunjukan sebuah aktivitas yang dilakukan terus-menerus. b. Verba Proses Verba proses (process verbs) adalah verba yang menggambarkan perubahan keadaan atau kondisi yang dialami subjek atau sesuatau yang dianggap subjek. Bentuk dasar verba proses ini tidak dijadikan imperatif, sebab proses yang dinyatakan terjadi sendirinya tanpa kehendak subjek. Di bawah ini salah satu data pengulangan verba proses : 1. (52) Pamajikan runghap-rénghap ngeureunkeun ceurikna, asa karunya istriku menarik nafas memberhentikan menagisnya, rasa kasihan nénjona. melihatnya. istriku terengah-engah menyudahi tangisnya, kasihan melihatnya berdasarkan pada data (52) reduplikasi verba runghap-renghap merupakan sebuah verba yang menjelaskan sebuah proses. runghap-renghap termasuk ke dalam pengulangan dwireka karena adanya perubahan bunyi vokal. Pengulangan verba runghap-renghap memiliki makna sebuah proses yang dilakukan secara berulang-ulang. c.verba sensasi tubuh Verba sensasi tubuh (verbs of bodily sensation) adalah verba yang menggambarkan suatu situasi yang diterima atau dirasakan oleh tubuh. Dibawah ini salah satu data pengulangan verba sensasi tubuh : 1. (64) Panonna kucap-kiceup, tanggah kana lalangit. matanya kedip-kedip, mendongak ke atas langit.
8 matanya berkedip-kedip, meihat ke atas langit Berdasarkan pada data (68) reduplikasi verba kucap-kiceup berasal dari kata kiceup menjadi kucap-kiceup. Pengulangan verba kucap-kiceup berasal dari kata dasar kiceup yang telah mengalami perubahan bunyi vokal. Di dalam bahasa sunda kucap-kiceup termasuk kedalam pengulangan dwireka. Verba kucap-kiceup ini melibatkan organ mata dalam melakukan sebuah aktivitas yang dilakukan lebih dari satu kali. d. Verba peristiwa transisional Verba peristiwa transisional (transitional event verbs) adalah verba yang menggambarkan perpindahan antara dua keadaan atau posisi (lokasi) subjek. Pada umumnya verba jenis ini tidak dapat dijadikan imperatif karena situasi terjadi dengan sendirinya. Jika ada verba peristiwa transisional yang dijadikan imperatif, maka maknanya berubah menjadi aktivitas ( tidak lagi menggambarkan perubahan yang terjadi dengan sendirinya). Dibawah ini salah satu data pengulangan verba peristiwa transisional : 1. (83) Didieu lambak ukur oyag-oyagan. disini gelombang hanya bergoyang-goyang. disini gelombang hanya bergoyang-goyang Berdasarkan pada data (83) reduplikasi oyag-oyagan bergoyang-goyang berasal dari bentuk dasar oyag goyang yang mengalami proses morfemis yaitu panambahan sufiks an dengan pengulangan dwimurni. Verba oyag-oyagan termasuk ke dalam verba peristiwa transisional karena adanya perubahan keadaan. Bentuk turunan yang dihasilkan dari proses morfemis tersebut tidak mengubah kategori dan disebut infleksi. e. Verba Momentan
9 Verba momentan (momentary verbs) adalah verba yang menggambarkan suatu kegiatan (aktivitas) yamng berlangsung dalam durasi yang pendek atau singkat. Verba jenis ini dapat dijadikan imperatif. Dibawah ini salah satu data pengulangan verba momentan : 1. (84) teu tata pasini deui, kalah ka habek-habek baé pada ngababukan. tidak menata janji lagi, malah kepukul-pukul saja pada memukul. tidak bersatu lagi,malah terkena pukul terus memukuli Reduplikasi verba habek-habek di dalam bahasa Sunda termasuk ke dalam verba momentan yang telah mengalami pengulangan kata dari kata dasar habek yang sepadan dengan kata pukul di dalam bahasa Indonesia. Kata habek mengalami pengulangan jenis Dwimurni menjadi habek-habek. Kata habek memiliki arti pukul yang termasuk ke dalam kelas kata verba jenis verba momeentan karena kata pukul menunjukan adanya kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Kata habek-habek ini menunjukan sebuah aktivitas yang dilakukan lebih dari satu kali dilakukan dalam waktu yang tidak begitu lama. Simpulan Hasil analisis menunjukan bahwa proses morfemis yang terjadi pada verba dinamis dapat disistematiskan sebagai berikut : 1. Afiks yang dapat bergabung dengan dengan pengulangan verba dinamis adalah prefiks di-, pa-, N- (nasal), Sufiks an. Kombinasi afiks prefiks di- + Sufiks keun, Prefiks N + Sufiks keun, prefiks N- + sufiks an. Reduplikasi yang dapat bergabung dengan verba dinamis adalah dwimurni, dwireka, dwipurwa dan trilingga. 2. Makna yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah makna frekuentatif dan Kontinuatif. Daftar Sumber : Chaer, Abdul Linguistik Umum, jakarta : Rineka Cipta.
10 Djajasudarma, T. Fatimah 1987 Gramatika Sunda, Bandung: Paramartha. Djajasudarma, T. Fatimah 1993 Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Bandung: Eresco Semantik I Pengantar ke Arah Ilmu Makna, Bandung: Refika Aditama Semantik II Pemahaman Ilmu Makna, Bandung: Refika Aditama. Djajasudarma dkk 1994 Tata Bahasa Acuan Bahasa Sunda, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sobarna, Cece 1988 Upaya Keaspekan Melalui Makna Inheren Verba dan Proses Morfemis di Dalam Bahasa Sunda. Skripsi Sarjana. Bandung : Fakultas Sastra.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara
Lebih terperinciMenurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd
KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang
Lebih terperinciLINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal
Lebih terperinciNama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).
BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (
Lebih terperinciAnalisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak
Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Lebih terperinciKATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL
KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di dalam komunikasi manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS
Lebih terperinciProses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu
Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu Eighty Risa Octarini 1, I Ketut Darma Laksana 2, Ni Putu N. Widarsini 3 123 Program Studi Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran
Lebih terperinciABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS
ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN
BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:
Lebih terperinciKEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.
KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. 1. Pendahuluan Menurut proses morfologisnya, kata dihasilkan melalui proses afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan perubahan zero. (Ramlan,
Lebih terperinciPEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI
PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA
Lebih terperinciKOSAKATA SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL SUNDA: KAJIAN STRUKTUR DAN MAKNA
Kosakata sistem Pertanian Tradisional Sunda:... KOSAKATA SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL SUNDA: KAJIAN STRUKTUR DAN MAKNA Vocabulary of Sundanese Traditional Agriculture System: Structure and Meaning Studies
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai
Lebih terperinciVERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK
VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK Cut Poetri Keumala Sari Abstrak Skripsi ini berjudul Verba yang Berkaitan dengan Aktivitas Mulut: Kajian Morfosemantik. Metode yang digunakan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA
ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk
Lebih terperinciVERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008
VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. Pembicaraan mengenai teori dibatasi pada teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI
BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010
ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,
Lebih terperinciAnalisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail
Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail Ni Wayan Kencanawati 1*, I Nyoman Suparwa 2, Made Sri Satyawati 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003: 588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan
Lebih terperinciANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah
ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciKATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257
KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat
Lebih terperinciINFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU
INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata
Lebih terperinciMAKNA ASPEKTUALITAS AFIKSASI DAN REDUPLIKASI PADA VERBA BAHASA BUGIS
MAKNA ASPEKTUALITAS AFIKSASI DAN REDUPLIKASI PADA VERBA BAHASA BUGIS Bungatang Pendidikan Ekonomi, STKIP Pembangunan Indonesia Makassar Jl. A.P. Pettarani, Makassar Email: Bunga-az-zahra@yahoo.com Abstract.
Lebih terperinciKATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN
KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE
PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study
Lebih terperinciIHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI)
IHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI) Pada beberapa bahasa aspek, temporalitas, dan modalitas merupakan subbahasan semantik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian morfosemantik istilah-istilah pertukangan kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Perancis, mahasiswa banyak disuguhkan beranekaragam pengetahuan dasar mengenai pembelajaran bahasa Perancis. Pengetahuan dasar tersebut
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dan Afiksasi Ramlan (1983 : 48) menyatakan bahwa afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,
Lebih terperinciLEKSIKON BUDAYA DALAM UNGKAPAN PERIBAHASA SUNDA (Kajian Antropolinguistik)
LEKSIKON BUDAYA DALAM UNGKAPAN PERIBAHASA SUNDA (Kajian Antropolinguistik) Siska Kusumawati SPs Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda UPI Pos-el: siska.kusumawati10@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini mempunyai
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciINTERFERENSI KOSAKATA BAHASA JAWA TERHADAP BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT DI NAGARI LUBUK BUNTA, KECAMATAN SILAUT, KABUPATEN PESISIR SELATAN.
INTERFERENSI KOSAKATA BAHASA JAWA TERHADAP BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT DI NAGARI LUBUK BUNTA, KECAMATAN SILAUT, KABUPATEN PESISIR SELATAN. Upik Puspita Rini 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciJurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)
Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif) Muhamad Romli, S.S. 1 M. Wildan, S.S., M.A. 2 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tentang persamaan dan perbedaan afikasasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis. Bahasa pada dasarnya adalah sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Jawa di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian wilayah Indonesia lainnya.
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA. Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti
PROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Jl. Prof Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya Dari hasil penelusuran di perpustakaan Universitas Negeri Gorontalo dan Fakultas Sastra dan Budaya ditemukan satu penelitian yang
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI
PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Oleh Nasiatun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,
Lebih terperinciTATANAMA SERAPAN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN SUMEDANG (KAJIAN STUKTUR DAN MAKNA)
TATANAMA SERAPAN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN SUMEDANG (KAJIAN STUKTUR DAN MAKNA) GUNAWAN FREDYAMAN S Abstrak Skripsi ini berjudul Tatanama Tempat Usaha di Kabupaten Sumedang (kajian stuktur dan makna). Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Hasil penelitian ini akan dipertanggung jawabkan,
Lebih terperinciREDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON
REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON ARTIKEL PENELITIAN Oleh: TINI TIANA NIM F1012131017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.
Lebih terperinciTHE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR
1 THE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR Siti Andriana 1, Mangatur Sinaga 2, Hj. Hasnah Faizah 3. Sitiandriana94@gmail.com.
Lebih terperinciREDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK
REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK NOUN REDUPLICATION IN INDONESIAN: THE STUDY OF SYNTAX AND SEMANTICS Wati Kurniawati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan
Lebih terperinciSINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA INTISARI
SINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA Dessy Tresya Hutabarat* ), Drs. Hendarto Supatra, S. U., Drs. Mujid Farihul Amin, M.Pd. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciVARIAN KOSAKATA BAHASA SUNDA DI DAERAH KUNINGAN
VARIAN KOSAKATA BAHASA SUNDA DI DAERAH KUNINGAN RIVA FAHRURROZY Abstrak Skripsi ini berjudul Varian Kosakata Bahasa Sunda Di Daerah Kuningan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan tentang konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka yang dipakai dalam menganalisis masalah dalam penelitian agar ditemukan hasil yang sesuai dengan judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara sistematis. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan kata merupakan bahasan yang sangat menarik dan mengundang banyak masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara sistematis. Salah satu pembentukan
Lebih terperinci