HUBUNGAN ANTARA KEBERADAAN DNA VIRUS HEPATITIS B PADA PLASENTA DAN CAIRAN AMNION IBU DENGAN HEPATITIS B ANTIGEN POSITIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KEBERADAAN DNA VIRUS HEPATITIS B PADA PLASENTA DAN CAIRAN AMNION IBU DENGAN HEPATITIS B ANTIGEN POSITIF"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN ANTARA KEBERADAAN DNA VIRUS HEPATITIS B PADA PLASENTA DAN CAIRAN AMNION IBU DENGAN HEPATITIS B ANTIGEN POSITIF ASSOCIATION OF PLACENTAL HEPATITIS B VIRAL DNA AND AMNIOTIC FLUID IN HEPATITIS B ANTIGENT POSITIVE PREGNANT MOTHERS Acholder Tahi Pardomuan Sirait, IMS Murah Manoe, St. Maisuri T Chalid Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : Acholder Tahi Pardomuan Sirait Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP : (0411) , acholdersirait@gmail.com

2 2 Abstrak Hepatitis B menjadi infeksi hepar yang serius di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan DNA Virus Hepatitits B pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil dengan HbsAg positif. Metode penelitian adalah potongsilang. Penelitian dilakukan di beberapa rumah sakit di Makassar tahun Sampel penelitian adalah Sampel diambil dari darah vena ibu hamil dengan HbsAg positif yang partus pervaginam dan perabdominam. Dilakukan analisis terhadap 37 penderita hbsag (+). Hasil penelitian menunjukkan hubungan DNA virus hepatitis B pada plasenta dan cairan amnion dimana didapatkan plasenta yang positif ada 19 kasus (51,4%), dimana 18 kasus (94,7%) positif dan 1(5,3% ) negatif pada cairan ketuban. Sementara dari data plasenta 18 kasus plasenta yang negatif (48,6%) didapatkan 12 kasus (66,7%) negatif dan 6 kasus (33,3%) positif pada cairan ketuban dengan p= Sebagai kesimpulan, pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil dengan HBsAg positif dapat ditemukan DNA Virus Hepatitis B. Keberadaan Virus Hepatitis B kedalam kompartemen ini mempunyai hubungan dimana keberadaannya disebabkan oleh kebocoran dari plasenta dan juga berasal dari sumber lain Kata kunci : DNA Virus Hepatitis B, plasenta, cairan amnion, HBsAg (+) Abstract Hepatitis B is a serious liver infection in the world. This study aims to determine the existence of Hepatitits B virus DNA in the placenta and amniotic fluid of pregnant women with positive HBsAg. The research method is cross-sectional. The study was conducted at several hospitals in Makassar, Samples were taken from venous blood samples of pregnant women with positive HBsAg with abdominal and vaginal parturition. The analysis of 37 patients with HBsAg (+) using chi-square was conducted. The results show the relationship of hepatitis B virus DNA in the placenta and amniotic fluid where there were 19 positive cases obtained in placenta (51.4%), of which 18 cases (94.7%) are positive and 1 case (5.3%) negative in amniotic fluid. While the data from 18 cases of negative placenta (48.6%), it was found 12 positive cases (66.7%) and 6 negative cases (33.3%) in amniotic fluid with p = In conclusion, DNA Hepatitis B Virus can be found from the placenta and amniotic fluid of pregnant women with positive HbsAg. Hepatitis B Virus presence into those compartment have a relationship which is caused by leakage of the placenta and from other sources Keywords: Hepatitis B virus DNA, placenta, amniotic fluid, HBsAg (+)

3 3 PENDAHULUAN Hepatitis B menjadi infeksi hepar yang serius di dunia. Seluruh dunia diperkirakan 350 juta orang hidup sebagai karier Virus Hepatitis B (VHB) yang mana meninggal karena penyakit yang terkait masalah hepar setiap tahunnya (Emiroglu 2010) Di Amerika infeksi hepatitis B banyak menyerang dewasa muda berumur tahun, kira-kira juta orang Amerika hidup sebagai karier hepatitis virus dan penyakit tersebut mengakibatkan kematian 3000 orang per tahunnya. (Emiroglu 2010). Ibu hamil dengan virus hepatitis B di Indonesia berkisar antara 1-5 %. Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi, jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Jika terjadi penularan vertikal virus hepatitis B % akan menjadi pengidap kronik virus hepatitis B dan 30 % kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun kemudian. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah, berarti mencegah terjadinya kanker hati secara primer. penularan vertikal dipengaruhi antara lain titer DNA virus hepatitis B tinggi pada ibu (makin tinggi titer makin tinggi kemungkinan bayi tertular), terjadinya infeksi akut pada kehamilan trimester ketiga, persalinan lama dan mutasi virus hepatitis B. (Gede, 2008). Terdapat tiga kemungkinan jalur transmisi infeksi Hepatitis B dari ibu ke bayi, yaitu : transmisi transplasental Hepatitis B in utero, transmisi natal selama proses persalinan atau transmisi postnatal selama perawatan bayi atau melalui Air Susu Ibu. (Dwivedi et al, 2011., Guo et al, 2010., Muljono, 2011). Laporan tahun 2009 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat 4 genotip (dengan 14 subgenotip) VHB yaitu genotip A,B, C dan genotip D. Dari 899 sampel di 28 kota dari berbagai pulau di Indonesia, didapatkan genotip B paling dominan (66 %), diikuti oleh genotip C (26 %), genotip D (7 %) dan genotip A (0,8 %). (Mulyanto, 2009) Faktor risiko utama terjadinya infeksi hepatitis B intrauterin adalah positivitas serum HbeAg, dan adanya kerusakan pada plasenta, khususnya pada kapiler sel endotel. Transmisi intrauterin ini meningkat secara linear dengan titer serum HbsAg maternal dan konsentrasi DNA virus hepatitis B. Mekanisme transmisi virus hepatitis B masih belum jelas, tetapi infeksi kemungkinan terjadi saat intrapartum atau intrauterin. DNA virus hepatitis B dan HbsAg dapat ditemukan dalam cairan amnion, sel-sel palsenta, dan sekresi vagina dari wanita hamil dengan HbsAg positif dan pada darah tali pusat bayi. Transmisi transplasental jarang terjadi. Transmisi postpartum terjadi melalui paparan terhadap darah ibu yang infeksius, air liur, feses, urin, atau Air Susu Ibu. Cara persalinan (pervaginam ataupun seksio sesarea) tidak

4 4 mempengaruhi risiko infeksi perinatal virus hepatitis B. (Caserta, 2009., Chowdury et al, 2009) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan DNA Virus Hepatitits B pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil dengan HbsAg positif. Beberapa penelitian telah mencoba untuk meneliti angka penderita HbsAg positif serta penularannya secara vertikal dan horizontal. Pada penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan VHB DNA dari cairan amnion dengan metode qualitative real-time polymerase chain reaction (PCR). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Desain Penelitian Rancangan penelitian ini adalah cross sectional untuk menentukan adanya DNA virus hepatitis B pada darah ibu hamil dan cairan amnion ibu hamil yang mau melahirkan dengan hepatitis B antigen positif. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit pendidikan bagian obstetrik dan ginekologi FK-UNHAS, antara lain : RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, RSKDIA St. Fatimah, RSKDIA Pertiwi, RS. Pelamonia, RSU. Labuang Baji, RSI. Faisal, RS. Bhayangkara, RSUD Syekh Yusuf Gowa. Sampel penelitian dikumpulkan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin untuk dilakukan pemeriksaan DNA virus hepatitis B di Laboratorium. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah wanita hamil dengan HbsAg positif yang datang ke rumah sakit tempat penelitian baik di poliklinik maupun di kamar bersalin. Sampel penelitian adalah semua wanita hamil usia kehamilan aterm yang terinfeksi virus hepatitis B yang didiagnosis dengan pemeriksaan HbsAg dengan hasil positif. Sampel diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dengan menandatangani informed consent. Diagnosis HbsAg positif ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Pengambilan sampel secara consecutive sampling, didapatkan 61 sampel dengan HbsAg positif tetapi hanya 37 yang memenuhi kriteria inklusi. Metode Pengumpulan Data Subyek yang memenuhi kriteria diberikan Informed Consent sebelum diambil sampel penelitian. Sampel diambil dari darah vena ibu hamil dengan HbsAg positif yang partus pervaginam dan perabdominam. Dilakukan pengambilan darah vena sebanyak 5 cc untuk dilakukan pemeriksaan HbsAg dan HbeAg. Diambil juga sampel cairan amnion pada ibu hamil HbsAg positif sebanyak 3 cc kemudian disentrifuse dan cairannya disimpan dalam

5 5 lemari es dengan suhu C sampai C, kemudian dilakukan pemeriksaan VHB DNA dengan teknik PCR. Analisis Data Pengolahan data dengan program SPSS. Untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian digunakan uji X 2 ( Chi-square ). Hasil data disajikan dalam bentuk tabel. HASIL Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu bulan Januari 2014 hingga bulan Juni 2014 di BLU RS Dr.Wahidin Sudirohusodo dan jejaring. Total sampel yang diperoleh adalah 37 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Tabel 1 mempelihatkan karakteristik data dasar subjek penelitian dimana kejadian HbsAg positif terbanyak pada kelompok usia tahun sebanyak 28 sampel (75,7 %), pendidikan > 9 tahun sebanyak 30 sampel ( 81,1%), berdasarkan pekerjaan paling banyak non-medis sebanyak 36 sampel (97,3 %), berdasarkan gravida terbanyak pada kelompok primigravida sebanyak 19 sampel (51,4%), berdasarkan usia kehamilan paling babnyak pada usia kehamilan aterm 32 sampel (86,5%), berdasarkan IMT paling banyak pada kelompok overweight sebanyak 18 sampel (49,2 %), berdasarkan kadar SGOT terbanyak pada sampel dengan kadar SGOT < 38 u/l yaitu sebanyak 10 sampel (90,9%) dan berdasarkan kadar SGPT terbanyak pada sampel dengan kadar SGPT <41 u/l yaitu sebanyak 10 sampel (90,9%). Tabel 2 menunjukkan distribusi DN virus hepatitis B pada darah ibu dan cairan amnion dimana didapatkan jumlah sampel yang positif HbsAg di darah ibu adalah 37 sampel (100%) sementara yang posiif di cairan amnion adalah 24 sampel (64,9%) sedangkan sampel yang HbsAg negative di darah ibu adalah sebanyak 0 sampel (0%) sementara yang negative di cairan amnion adalah 13 sampel (35,1%). Tabel 3 menunjukkan hubungan DNA virus hepatitis B pada plasenta dan cairan amnion dimana didapatkan plasenta yang positif ada 19 kasus(51,4%), dari 19 kasus ada 18 kasus (94,7%) yang positif dan 1(5,3%) negatif pada cairan ketuban sementara dari data plasenta 18 (48,6%) kasus plasenta negatif didapatkan 12 kasus (66,7%) yang negatif dan 6 kasus (33,3%) yang positif pada cairan ketuban dan dari uji statistik didapatkan p= PEMBAHASAN Karakteristik umur pada penelitian ini terbanyak pada kelompok usia reproduksi yaitu tahun sebanyak 75,7 %. Data ini sama dengan penelitian Kolawole dkk (2012) dimana didapatkan kelompok umur sebanyak 23,3 % dan menyimpulkan bahwa umur tidak

6 6 menentukan seseorang untuk terinfeksi virus hepatitis B (Kolawole et al.,2012). Chan dkk (2011) juga mendapatkan data kelompok umur 30 tahun pada penelitiannya yaitu sebanyak 45,5 % (Chan et al, 2011). Ding dkk (2013) juga mendapatkan data umur > 20 tahun pada penelitiannya dan Singh dkk (2011) mendapatkan usia 29 tahun adalah data yang dominan pada penelitiannya. (Ding et al, 2013., Singh et al, 2011). Semua data umur pada penelitian ini tidak berhubungan dengan status infeksi seseorang. Namun data umur dari beberapa penelitian ini umumnya menunjukkan umur reproduksi seseorang yang terkena virus hepatitis B. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umur tersebut aktivitas seksual lebih tinggi sehingga risiko transmisi lebih tinggi. Laporan sebuah penelitian di anggap mendapatkan bahwa mayoritas seseorang yang terinfeksi hepatitis B ditemukan antibodi spesifik pada kelompok umur tahun dan tahun (Kolawole et al, 2012). Pada penelitian ini karakteristik pendidikan dibagi atas dua kelompok yaitu sampel dengan pendidikan terakhir kurang atau sama dengan 9 tahun (SD,SMP,SMA/sederajat) dan lebih dari 9 tahun (SMA, D3,S1). Didapatkan karakteristik sampel terbanyak adalah pada tingkat pendidikan lebih dari 9 tahun sebanyak 30 kasus (81,1 %). Data ini sama dengan yang didapatkan oleh Chan dkk (2011) yaitu pendidikan sekunder yang paling banyak ditemukan pada penelitiannya sebanyak 79,7 % (Chan OK et al, 2011). Data ini juga sesuai dengan data Souza dkk (2012) di mana melalui penelitiannya kelompok pendidikan terbanyak adalah maksimal 11 tahun sebanyak 54% (Souza et al, 2012). Sedangkan menurut Connel dkk (2011) dalam penelitiannya di florida mendapatkan sebanyak 71,1 % kasus adalah tidak berpendidikan sekolah tinggi. Hal ini disebabkan penelitian oleh Connel dkk dilakukan di salah satu daerah urban di florida dimana mayoritas penduduknya adalah pendatang dengan status sosial ekonomi rendah dan data diambil berdasarkan data sekunder dari rekam medik tahun (Connel et al, 2011)). Pekerjaan dibagi menjadi kelompok pekerja non medis dan pekerja medis, pembagian ini didasarkan bahwa risiko transmisi virus hepatitis B sangat tinggi pada orang-orang yang sering berkontak dengan subjek penderita hepatitis kronik (Eke et al, 2011). Pada penelitian ini dari 37 sampel hanya 1 sampel yang bekerja sebagai petugas medis, yaitu bidan di sebuah rumah sakit bersalin dan sisanya adalah petugas non medis yang terbagi menjadi ibu rumah tangga, pegawai wiraswasta dan pegawai negeri sipil, pekerjaan yang terbanyak adalah ibu rumah tangga. Data ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Eke dkk (2011) dimana dari segi pekerjaan bermakna secara statistik dan menyimpulkan bahwa petugas kesehatan sedikit tertular oleh virus hepatitis B meskipun paparan sangat tinggi tetapi mereka tahu bagaimana mencegah penularan itu (Eke et al, 2011) perbedaan makna statistik ini disebabkan oleh

7 7 jumlah sampel yang digunakan oleh Eke dkk lebih banyak daripada penelitian ini yaitu 37 sampel. Data ini juga sesuai dengan Chan dkk (2011) dimana 94,4 % sampel penelitian bekerja selain petugas medis (Chan et al, 2011). Karakteristik jumlah kehamilan dibagi menjadi primigravida dan multigravida. Dimana didapatkan multigravida yang terbanyak sebanyak 18 kasus (48,8 %). Data ini juga sesuai dengan Kolawole dkk (2012) yang mendapatkan multigravida sebagai data terbanyak pada penelitiannya (Kolawole et al, 2012). Hal ini juga sesuai dengan Chan dkk (2011) yang mendapatkan multigravida (75,5 %) sebagai data terbanyak dalam penelitiannya (Chan et al 2011). Kesamaan data dari beberapa penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pada multigravida usia pernikahan sudah lama, semakin lama menikah aktivitas seksual semakin banyak dan semakin banyak melahirkan sehingga meningkatkan risiko paparan virus hepatitis B, hal ini dapat juga dijelaskan bahwa proses kehamilan itu sendiri dapat menurunkan imunitas seorang ibu sehingga dengan semakin banyaknya kehamilan dapat menurunkan imunitas ibu sehingga dapat memungkinkan replikasi virus hepatitis B yang mungkin pada kehamilan pertama belum terdeteksi (Kolawole et al 2012). Usia kehamilan dibagi menjadi preterm (< 37 minggu), aterm (37-42 minggu) dan posterm (> 43 minggu). Didapatkan usia kehamilan aterm yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini yaitu 32 kasus (86,5 %). Data ini sesuai dengan penelitian Kolawole dkk (2012) yang mendapatkan usia kehamilan aterm yang terbanyak (Kolawole et al, 2012). Sama halnya dengan penenelitian Connel dkk (2011) yang mendapatkan data usia kehamilan aterm yang terbanyak. Hal ini disebabkan umumnya mereka tidak pernah melakukan skrining hepatitis B pada saat antenatal care sehingga baru terdeteksi pada saat ingin melahirkan. Penelitian Olokoba dkk (2011) menyimpulkan bahwa tingginya infeksi virus hepatitis B pada ibu hamil, sehingga direkomendasikan pada setiap ibu hamil untuk melakukan skrining hepatitis B pada saat kunjungan antenatal (Olokoba et al, 2011). Kadar laboratorium fungsi hati yaitu SGOT dan SGPT kebanyakan normal yang tidak mempengaruhi HbsAg dalam darah terhadap peningkatan kadar transaminase. Dimana 90,1 %hasil fungsi hati dari sampel dengan hepatitis B menunjukkan kadar yang normal. Menurut Cheong dkk (2011) aminotransferase merupakan prediktor aktivitas inflamasi pada pasien dengan infeksi hepatitis B (Cheong et al, 2011). Pada penelitian ini dari 37 sampel hanya 11 sampel yang dilakukan pemeriksaan fungsi hati karena sampel yang lain diambil di rumah sakit dengan fasilitas laboratorium terbatas dimana tidak tersedia pemeriksaan kimia darah dan beberapa rumah sakit hanya memeriksakannya bila ada indikasi.

8 8 Status gizi pada penelitian ini dihitung berdasarkan indeks massa tubuh dan didapatkan status overweight adalah yang terbanyak pada penelitian ini sebanyak 16 kasus (45,7 %). Namun status gizi ini dihitung berdasarkan berat badan ibu saat akan melahirkan dimana seharusnya indeks massa tubuh ibu hamil dihitung dengan mempertimbangkan berat badan sebelum hamil dan pertambahan berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan dan faktor penyerta lainnya. Penelitian oleh Lobstein dkk (2011) mendapatkan bahwa ibu hamil dengan status HbsAg positif memiliki berat badan dan tinggi badan yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan kontrol, namun jika melihat indeks massa tubuh tidak ada perbedaan makna (Lobstein et al, 2011). Sehingga status gizi seseorang tidak bisa dikaitkan dengan status hepatitis B. Virus hepatitis B ditemukan di vili-vili sel endotel kapiler dan trofoblas plasenta, sehingga mendukung hipotesis bahwa kerusakan pada plasenta adalah barier terjadinya infeksi intrauterin. Ancaman persalinan prematur atau abortus spontan, dimana kemungkinan terjadinya pencampuran darah ibu dan bayi, dapat meningkatkan risiko transmisi virus hepatitis B (Sharma et al, 1996). Pada penelitian ini kami mendeskripsikan riwayat abortus sebagai faktor risiko. Penelitian oleh Lobstein dkk (2011) mendapatkan sampel dengan riwayat abortus lebih banyak pada pasien dengan HbsAg positif. Tetapi pada penelitian Lobstein dkk tidak dianalisa lebih lanjut dengan keterkaitannya dengan transmisi vertikal pada bayi. Data Lobstein dkk berbeda dengan Chan dkk (2011) yang mendapatkan riwayat abortus pada karier hepatitis B lebih sedikit dibandingkan non-karier. Disamping itu, riwayat abortus sebelumnya dan status hepatitis B ibu juga tidak diketahui kapan terinfeksi apakah mendahului kejadian abortus atau terinfeksi hepatitis B sesudah abortus. Kebocoran transplasenta yang terjadi oleh karena kontraksi uterus selama kehamilan dan adanya robekan pada sawar plasenta merupakan cara yang sering menjadi penyebab infeksi intrauterin (Navabakhsh, 2011). Transmisi virus hepatitis B ke bayi saat lahir dimungkinkan oleh adanya beberapa faktor, salah satunya adalah melalui cairan amnion (Navabakhshs, 2011). Pada penelitian ini kami membedakan sampel dengan riwayat pecah ketuban sebelumnya. Didapatkan 28 kasus pada bayi yang positif DNA virus hepatitis B berasal dari ibu yang tidak ada riwayat pecah ketuban dan hanya 4 kasus bayi yang positif DNA virus hepatitis B berasal dari ibu dengan riwayat pecah ketuban. Penelitian Bohidir dan Zank mengatakan bahwa 85 % infeksi neonatal terjadi selama intrapartum karena mereka menemukan adanya DNA virus hepatitis B dalam cairan ketuban (Bohidir, 2012).

9 9 Pada penelitian ini didapatkan 37 sampel darah ibu, plasenta dan cairan ketuban dengan HbsAg positif. Dilakukan pemeriksaan PCR. semua sampel darah ibu positif DNA virus hepatitis B yaitu 37 sampel. Sedangkan pada cairan ketuban sebanyak 24 sampel(64,9%) positif DNA virus hepatitis B dan 13 sampel(35,1%) yang negatif dari data ini dapat diasumsikan bahwa terjadi penyaringan atau fungsi barrier dari plasenta. Secara statistik data ini tidak bermakna dengan nilai p = 0,76 sehingga terdapat hubungan antara DNA virus hepatitis B pada darah ibu dengan cairan ketuban yang menandakan adanya transmisi vertikal dan upaya barrier. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian ini adalah pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil dengan HBsAg positif dapat ditemukan DNA Virus Hepatitis B, keberadaan Virus Hepatitis B kedalam kompartemen ini mempunyai hubungan dimana keberadaannya disebabkan oleh kebocoran dari plasenta dan juga berasal dari sumber lain. Diharapkan setiap ibu hamil untuk melakukan skrining hepatitis B pada kunjungan antenatal sehingga transmisi vertical dapat dicegah. Diperlukan penelitian yang mengeksplorasi kemungkinan penyebab lain keberadaan Virus Hepatitis B dalam cairan ketuban

10 10 DAFTAR PUSTAKA Bohidir, N.P. (2012). Hepatitis B Virus Infection in Pregnancy. Hepatitis Annual J, Caserta, M.T. (2009) Neonatal Hepatitis B Virus Infection. USA. available from: Cheong, J.Y., Kim, D.J., Hwang, S.G., Yang, J.M., Kim, Y.B., Park, Y.N., Cho, S.W. (2011) Serum Markers for Neuroinflammatory Activity in Patients With Chronic Viral Hepatitis and Normal or Mildly Elevated Aminotransferase Levels. Liver international J, Chowdury, S.D., Eapen, C.E. (2009). Perinatal transmission of Hepatitis B. India. Connel, L.E., Saliha, H.M., Salemi, J.L., August, E.M., Weldeselasse, H., Mboh, A.K. (2011) Maternal hepatitis B and hepatitis C carrier status and perinatal outcomes. Liver international J, Ding, Y., Seng, Q., Ma, L., Dou, N. (2013) Chronic Hepatitis B Virus Infection Among Pregnant Woman and Their Infants in Shenyang China. Virology J, 10, 17. Dwivedi, M., Misra, S.P., Misra, V., Pandey, A., Pant, S., Singh, R., Verma, M. (2011) Seroprevalence of Hepatitis B Infection During Pregnancy and Risk of Perinatal Transmission. Indian J Gastroenterology, 30, Emiroglu, N (2010). Viral hepatitis B burden policy in the Europe region.world Health Organization, Brussel,1-12 Eke, A.C., Eke, U.A., Okafor, C.I., Ezebialu, I.U., Ogbuagu, C. (2011) Prevalence, Correlates and Pattern of Hepatitis B Surface Antigen in a Low Resource Setting. Virology J, 8, 12. Gede, S. (2008) Penyakit Infeksi. IN ABDUL, S., RACHIMCHADI, T., WIKNJOSASTRO, G. (Ed.) Ilmu Kebidanan. empat ed. Jakarta, PT Bina pustaka sarwono prawirodihardjo. Ghany, M.G. (2011) Hepatitis B Epidemiology, Pathogenesis, Diagnosis, and Natural History Global Overview of Hepatitis B Virus Infection. USA. Gou, Y., Liu, J., Meng, L., Meina, H., Yukai, D. (2010) Survey of HBsAg-Positive Pregnant Women and Their Infants Regarding Measures to Prevent Maternal-Infantile Transmission. BMC infectious disease J. Kolawole, O.M., Wahab, A.A., Adekonle, D.A., Sibanda, R., Okoh, A.I. (2012) Seroprevalence of Hepatitis B Surface Antigenemia and Its Effects on Hematological Parameters in Pregnant Women in Osogbo,Nigeria. Virology J, 9, 317. Lobstein, S., Faber, R., Tillman, H.L. (2011) Prevalence of Hepatitis B Among Pregnant Woman and Its Impact on Pregnancy and Newborn Complications at a Tertiary Hospital in the Eastern Part of Germany. Digestion J. 83, Muljono, D.H. (2011) Membangun Kapasitas Riset Kedokteran Melalui Integrasi Ilmu Dasar dan Kedokteran Klinik, Makassar, Universitas hasanuddin. Mulyanto (2009) Epidemiologi hepatitis B di indonesia. IN SULAIMAN AS; SULAIMAN BS; SULAIMAN A; LOHO IM; STEPHANIE A (Ed.) Pendekatan terkini hepatitis B dan C dalam praktik klinis sehari-hari. Jakarta, Sagung seto, Navabakshsh, B., Mehrabi, N., Estakhri, A., Mohamadnejad, M., Pousthi, H. (2011) Hepatitis B Virus Infection during Pregnancy: Transmission and Prevention. Middle East J of Digestive Disease, 3, Olokoba, A.B., Salawu, F.K. Daburam, A., Olokoba, L.B., Midala, J.K., Adang, L.H., Olatinwo, A.W.O. (2011) Hepatitis B Virus Infection Amongst Pregnant Women in North-Eastern-Nigeria- a call for Action. Nigerian J of clinical practice. 14.

11 Sharma, S., Malik, A., Rattan, A., Iraqi, A., Maheswari, V., Dhawan, R. (1996) Hepatitis B Virus Infection in Pregnant Women and Its Transmission to Infants. J of Tropical Pediatrics, 42. Singh, A.E., Plitt, S.S., Osiowy, C., Suryniczs, K., Koauadjo, E., Preksaitis, J., Lee, B. (2011). Factors Associated with Vaccine Failure and Vertical Transmission of Hepatitis B Among a Cohort of Canadian Mothers and Infants. J of viral hepatitis, 18, Souza, M.T., Pinho, T.L., Santos, M.D.C., Santos, A.D., Monteiro, V.L., Fonseca, L.M.B., FERREIRA, P.A., FERREIRA, A.S.P. (2012). Prevalence of Hepatitis B Among Pregnant Woman Assisted at The Public Maternity Hospitals of Sao Luis, Maranhao, Brazil. The brazilian J of infectious diseases, 16(6),

12 12 Tabel 1. Karakteristik distribusi sampel No Karakteristik Jumlah Persentase (%) P 1 Umur (tahun) < > ,7 75,7 21,6 0,12 2 Pendidikan 9 tahun >9 tahun 3 Pekerjaan Non-medis Medis 4 Gravida Primigravida Multigravida 5 Usia kehamilan Preterm Aterm Posterm 6 IMT Underweight Normal Overweight Obesitas 7 SGOT (u/l) < SGPT (u/l) < ,9 0,59 81,1 97,3 2,7 51,4 48,6 13,5 86, ,2 10,8 90,9 9,1 90,9 9,1

13 13 Tabel 2. Distribusi DNA virus hepatitis B pada darah ibu dan Cairan amnion DNA VHB Darah ibu cairan amnion Positif 37 (100%) 24 (64,9%) Negatif 0 (0%) 13(35,1%) Tabel 3. Hubungan DNA Virus Hepatitis B pada Plasenta dan cairan amnion Plasenta DNA VHB Cairan ketuban P Positif Negatif Positif (19=51,4%) Negatif(18=48,6%) 18 (94,7%) 1(5,3%) 6 (33,3%) 12(66,7) 0,0001

ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI (PRODI) TAHUN 2013

ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI (PRODI) TAHUN 2013 ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI (PRODI) TAHUN 2013 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin Kampus Unhas Tamalanrea Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indikator kesejahteraan suatu bangsa menurut World Health Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian saat persalinan. Pada tahun 2006 WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang masih terjadi pada wanita khusunya ibu hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah 41,8%. Kejadian anemia diseluruh

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA INFEKSI VIRUS HEPATITIS B PADA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PERILAKU BERISIKO IBU DI BALI

PREVALENSI DAN HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA INFEKSI VIRUS HEPATITIS B PADA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PERILAKU BERISIKO IBU DI BALI ABSTRAK PREVALENSI DAN HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA INFEKSI VIRUS HEPATITIS B PADA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PERILAKU BERISIKO IBU DI BALI Infeksi virus hepatitis B (VHB) di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA Sitti Nur Afridasari* Juminten Saimin** Sulastrianah*** *Program Studi Pendidikan Dokter **Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UHO ***Bagian Farmakologi FK UHO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang perlu penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis penyakit yang

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan infeksi yang berkembang pesat di dunia, begitu pula di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 Hanifan Nugraha, 2016 ; Pembimbing I Pembimbing II : Wenny

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang signifikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tergolong tinggi, tercatat pada tahun 2006 jumlah kematian ibu 253 / 100.000 kelahiran hidup, di mana angka ini masih menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini menginfeksi melalui cairan tubuh manusia secara akut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian secara umum dan merupakan penyebab tersering kematian pada kehamilan di negara berkembang. 1 Angka kejadian penyakit

Lebih terperinci

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang Diana Handaria 1, Andra Novitasari 1, Anada Kaporina 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini, angka seksio sesarea di dunia telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada awal 1970, angka seksio sesarea di negara maju hanya

Lebih terperinci

LUARAN PARTUS LAMA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

LUARAN PARTUS LAMA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO LUARAN PARTUS LAMA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 1 Fardila Hinelo 2 Eddy Suparman 2 Hermie M.M Tendean 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Bagian Obstetri-Ginekologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yaitu masih tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan dan angka kematian. Secara global kasus HIV pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B Virus

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B Virus (HBV) yang berpotensi menjadi kronis, sirosis, kanker hati atau dapat berakhir dengan kematian.

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak dari hepatitis akut yang berhubungan dengan virus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik

BAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum hepatitis ialah peradangan yang terjadi pada liver atau hati. Istilah hepatitis sendiri berasal dari kata hepa (hati/liver) dan itis (peradangan). Hepatitis

Lebih terperinci

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara global, sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatorum, yaitu 40 % dari kematian balita di dunia dengan kematian

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014 Ady Muhammad Hartono, 1210218 Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., Mkes Pembimbing II: Winsa Husin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDG) tahun 2015-2030 terdiri dari 17 tujuan yang terbagi menjadi 169 target dan sekitar 300 indikator. Terjaminnya kehidupan yang sehat

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI

LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI EFEKTIVITAS VAKSINASI HEPATITIS B YANG DIBERIKAN DALAM 24 JAM PERTAMA SETELAH KELAHIRAN PADA BAYI DENGAN IBU HBSAG POSITIF TERHADAP PREVALENSI TRANSMISI PERINATAL Oleh: dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang. paling sering disebabkan oleh infeksi virus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang. paling sering disebabkan oleh infeksi virus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Secara khusus hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah. kesehatan global, terutama pada daerah berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah. kesehatan global, terutama pada daerah berkembang. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan global, terutama pada daerah berkembang. Sepertiga dari populasi dunia atau lebih dari dua miliar orang

Lebih terperinci

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

MEDIA MEDIKA INDONESIANA Cara Persalinan M dan Med Menyusui Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2011 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Persalinan Pervaginam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator angka kematian yang berhubungan dengan bayi baru lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator yang memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006

ABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 ABSTRAK Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 Raykendran Arfellia Nawaarta, 2007 Pembimbing : Freddy Tumewu Andries,dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. 3.2. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi. BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 4.2Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA Yosi Febrianti 1*, Nurul Ambariyah 2, dan Chichi Kartika Haliem 1 1 Program Studi Profesi Apoteker,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional untuk mengetahui kadar MMP 9 dan TNF α pada ketuban pecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi hepatitis B merupakan masalah global, diperkirakan 6% atau 387 juta dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et al., 2008).

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 Jeanatasia Kurnia Sari, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked dan Pembimbing II : Teresa Lucretia Maria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

Karakteristik pasien dengan preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Karakteristik pasien dengan preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Karakteristik pasien dengan preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Rien A. Hutabarat 2 Eddy Suparman 3 Freddy Wagey 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012 Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012 Tirta A, Dewiarti AN, Wahyuni A Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

Gambaran kematian maternal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Januari Desember 2015

Gambaran kematian maternal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Januari Desember 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 Gambaran kematian maternal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Januari 2013 31 Desember 2015 1 Mustika S. Lumbanraja 2 Hermie M. M. Tendean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Laela Yusriana 1610104358 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Data World Health Organization (2012) menunjukkan bahwa dua miliar orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B dan sekitar 600.000 orang meninggal

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) Latar Belakang Bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan untuk senantiasa meningkatkan kinerja dari aspek kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa penyakit. Strategi untuk mencegah kenaikan berat badan

Lebih terperinci

KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU

KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI SPESIES BAKTERI YANG MENONJOL BAGI KASUS INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI DEPARTEMEN OBGYN RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN DARI JUNI 2012 HINGGA DESEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, angka kehamilan dunia semakin meningkat. Pada tahun 1995 terjadi 209,5 juta kehamilan di dunia, yang kemudian meningkat menjadi 210,9 juta pada 2008

Lebih terperinci

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

ISSN No Media Bina Ilmiah 29 ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 29 HUBUNGAN INFEKSI DENGAN LAMA PERSALINAN KALA II PADA PASIEN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG BERSALIN RSUP NTB TAHUN 2013 Oleh : Sudarmi 1, Hj Siti Aisyah 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia selama kehamilan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia selama dekade terakhir. Anemia pada ibu hamil adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan

Lebih terperinci

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian 2 22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian anemia di Kota Yogyakarta meningkat menjadi 25,38%

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan sifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel pada satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked. ABSTRAK PERBANDINGAN RISIKO KOMPLIKASI IBU DAN BAYI PADA KEHAMILAN REMAJA DENGAN USIA REPRODUKSI SEHAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE MEI 2009-MEI 2012 Audylia Hartono. 2012.Pembimbing I : Rimonta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan merupakan suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Retno Wulandari dan Artika Fristi Firnawati Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG Sri Rahayu Universitas Singaperbangsa Karawang 1,2 Jl. HS Ronggowaluyo Teluk Jambe

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN Dwi Herman Susilo Akademi Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et al., 2008). Virus ini telah menginfeksi lebih dari 350 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit keganasan serviks akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker serviks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang berfungsi sebagai pusat metabolisme, hal ini menjadikan fungsi hepar sebagai organ vital. Sel hepar rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia 14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti,

Lebih terperinci

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA PARITY RELATIONSHIP WITH ANXIETY LEVEL TRIMESTER PREGNANT WOMEN AT III IN HEALTH TEGALREJO YOGYAKARTA

Lebih terperinci

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIKA ERNAWATI G0011172 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu atau kematian menurut batasan dari The Tenth Revision of The International Classification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Makrosomia Diana Handaria 1, Ika Dyah Kurniati 1, Azmi Yunita 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu komplikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN Khotijah, Tri Anasari, Amik Khosidah Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Prodi D3 Kebidanan Email : dindaamik@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah satunya adalah infeksi luka operasi. Infeksi tersebut menyerang pasien yang menjalani operasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berdasarkan SDKI 2007 mencapai 228 per 100.000 KH, tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 KH. 1 Sedangkan jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat ini masih menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti dan memiliki insiden yang

Lebih terperinci

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III (Motivation and Obedience of Antenatal Care (ANC) Visit of 3rd Trimester Pregnant Mother) Ratna Sari Hardiani *, Agustin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Infeksi hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Infeksi hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Infeksi hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 2007). Persalinan prematur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di seluruh dunia. Penderita infeksi hepatitis B diperkirakan berjumlah lebih dari 2 milyar orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehamilan adalah perkembangan serta pertumbuhan janin saat berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur (ovum) dan sel sperma (spermatozoa)

Lebih terperinci

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT THE COMPARISON OF URINARY TRACT INFECTION INCIDENCE AS A RISK FACTOR BETWEEN PRETERM PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES (PPROM) AND PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES (PROM) Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu indikator terpenting untuk menilai keberhasilan kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi dapat tercermin dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia dalam kehamilan disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kehamilan merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan. Komplikasi kehamilan merupakan salah satu penyebab angka kematian ibu dan janin.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup pada setiap

I. PENDAHULUAN. seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup pada setiap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paritas merupakan suatu istilah untuk menunjukkan jumlah kehamilan bagi seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup pada setiap kehamilan. Prevalensi grande-multiparitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

Lebih terperinci