EVALUASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DIARE SPESIFIK DI INSTALASI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
|
|
- Inge Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DIARE SPESIFIK DI INSTALASI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Andriana Sari*, dan Evi Rahmawati Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia *Corresponding author Abstrak Latar belakang: Diare merupakan termasuk 3 besar penyakit yang menyebabkan rawat inap dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan total jumlah 2663 kasus. Peresepan obat yang sesuai dapat memberikan hasil pengobatan yang maksimal. Ketidaktepatan peresepan menyebabkan pengobatan tidak maksimal, efek samping bahkan kematian. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pemberian obat antibiotika pada pasien anak diare spesifik di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan penatalaksanaan menurut standar WHO Metode: Penelitian dilakukan secara non eksperimental, data diperoleh secara retrospektif berdasarkan rekam medis pasien anak rawat inap dengan diagnosa diare spesifik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun Data dianalisis secara deskritif, berdasarkan tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien. Hasil penelitian: Hasil pemilihan diperoleh 38 pasien yang menerima terapi sesuai standar WHO 2005 adalah tepat indikasi 100%, tepat obat 76,31%, tepat pasien 76,31% dan tepat dosis 71,05%. Kata kunci: Evaluasi Pemilihan obat dan dosis, Diare Spesifik, Antibiotika 1. PENDAHULUAN Secara nasional angka kematian dari Diare oleh penyebab infeksi tertentu pada tahun 2014 sebesar 1,14% (Kemenkes, 2014). Tahun 2013 diare menempati urutan ketiga dengan jumlah 524 kasus, terjadi peningkatan dari tahun 2012, sedangkan tahun 2014 tidak jauh berbeda dari tahun 2013 namun terjadi penurunan menjadi 510 kasus (Dinkes, 2013). Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diare termasuk 3 besar penyakit yang menyebabkan rawat inap dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dengan total jumlah 2663 kasus. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan sehingga masih ditemukannya kasus kematian pada anak-anak yang disebabkan oleh diare. Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi (Kemenkes, 2012). Penatalaksanaan diare pada balita menurut rekomendasi WHO meliputi: rehidrasi menggunakan oralit, zink selama 10 hari berturutturut, meneruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotika, memberikan nasihat pada orang tua atau pengasuh serta terapi tambahan dengan probiotik (Depkes, 2011). Pada penelitian kesesuaian obat dan dosis pada pasien anak rawat inap di RSUD Budhi Asih Jakarta bahwa 3,20% yang tidak sesuai dengan obat yang ada pada terapi pengobatan (Rusdi et al., 2009). Sementara rasionalitas penggunaan antibiotika pada kasus diare di Bangsal Anak RSUD Tugurejo Semarang Periode 2014 bahwa 62 pasien yang menggunakan antibiotik yang rasional adalah 2 pasien (2,32%) (Anggara Junita, 2014). Maka diperlukan penanganan yang komprehensif dan rasional agar memberikan hasil yang maksimal. Terapi yang rasional meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat penderita, dan waspada efek samping obat. Secara umum penanganan diare untuk mencegah dehidrasi, mengobati penyakit diare spesifik, menanggulangi gangguan gizi dan penyakit penyerta (Subijanto et al., 2006). Penggunaan obat dan dosis yang tidak sesuai merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan oleh karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi (Tanjung, 2009). Rumah sakit merupakan salah satu tempat dilakukan pelayanan kesehatan, sehingga evaluasi 127
2 kesesuaian pemilihan obat dan dosis sangat penting dilakukan untuk menentukan langkah dan kebijakan dalam menekan ketidaksesuaian penggunaan obat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peresesepan obat yang digunakan pada diare spesifik pada anak tersebut di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan disesuaikan berdasarkan standar WHO METODE 2.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif yaitu mengambil data dari rekam medis pada pasien anak rawat inap dengan diare spesifik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Prosedur Penelitian Pengambilan data secara retrospektif pada April-Mei 2015 melalui pengambilan data sekunder yaitu rekam medis pada pasien anak dianalisis dengan kriteria 4T dengan standar WHO sampel yang digunakan yaitu pasien anak rawat inap dengan diare pesifik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi : (1) Rekam medis dan resep anak-anak dengan usia 0 lahir - 18 tahun pada periode , (2) Pasien anak usia 0 lahir - 18 tahun yang menjalani pengobatan diare spesifik. Kriteria eksklusi : (1). Rekam medis pada pasien yang tidak lengkap, (2). Tulisan pada resep tidak terbaca, (3). Pasien anak gizi buruk, (4). Pasien dengan penyakit autoimun. Data dianalisis dengan cara deskriptif untuk mengetahui peresepan obat meliputi tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat dan tepat pasien dengan menggunakan standar WHO HASIL DAN PEMBAHASAN Data pasien anak dengan diare spesifik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang diperoleh selama tahun sebesar 59 pasien yang memenuhi inklusi. Dari 59 pasien dilakukan ekslusi sehingga menjadi 38 pasien yang diikutsertakan penelitian Karateristik Subjek Penelitian Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Hasil penelitian dari 38 pasien anak diare spesifik, dimana jumlah pasien dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 55,26% (21 orang) dan perempuan sebesar 44,74% (17 orang). Pada umumnya penyakit diare tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, akan tetapi penyakit ini lebih oleh sistem kekebalan tubuh, pola makan dan status gizi, serta higienitas dan sanitasi lingkungan (Noerasid et al., 1998). Resiko kesakitan diare dalam golongan perempuan lebih rendah dari lakilaki dipengaruhi aktivitas (Astaqauliyah, 2010) Karakteristik Berdasarkan Usia The British Pediatric Association (BPA) menggolongkan masa anak-anak menjadi neonatus usia awal kelahiran sampai usia 1 bulan, bayi usia 1 bulan sampai 2 tahun, anak usia 2-12 tahun dan remaja usia tahun (Aslam et al., 2003). Hasil diperoleh 38 pasien anak diare spesifik dimana pada usia > 2-12 tahun yang memiliki persentase terbesar (36,84%) dan diikuti usia 1-2 tahun (39,48%) dan usia > tahun (23,68%). Menurut Rohim dan Soebijanto (2002), anak-anak merupakan kelompok yang rentan seperti sistem kekebalan tubuh sehingga kemungkinan besar lebih besar menderita suatu penyakit termasuk penyakit diare dan bila tidak diatasi dengan baik akan menyebabkan dehidrasi yang berakibat pada kematian Karakteristik Pasien Diare Dengan Gejala Klinis Yang Menyertai Gejala-gejala yang timbul pada pasien anak diare spesifik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa yang menderita diare spesifik mengalami gejala paling besar berupa demam, mual dan muntah (57,89%) Tabel 1. Gejala Klinis Yang Tampak Pada Pasien Diare Spesifik Gejala Jumlah (kasus) Persentase Demam, mual dan muntah 22 57,89% Demam 5 13,16% Demam, mual, muntah dan nyeri perut 5 13,16% Demam, nyeri perut 4 10,53% Mual, muntah dan nyeri perut 1 2,63% Mual dan muntah 1 2,63% Jumlah % 128
3 Pada umumnya pasien yang menderita diare memiliki gejala-gejala anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan dapat meningkat, nafsu makan dan minum berkurang atau tidak, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, kemungkinan mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu anus (Tjay dan Rahardja, 2007). Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Munculnya gejala demam dapat dipengaruhi oleh kekebalan tubuh pasien terhadap infeksi. Gejala yang disebabkan karena bakteri adalah demam tinggi, nyeri kepala, kejang-kejang, disamping diare berlendir dan berdarah (Tjay dan Rahardja, 2007) Evaluasi Kesesuaian Obat dan Dosis Obat Diare Spesifik Tepat Indikasi Diketahui bahwa pasien yang pasien mendapatkan antibiotik dan didukung hasil laboratorium secara mikroskopik atau uji feses menunjukkan pasien tersebut positif terkena infeksi bakteri. Berdasarkan hasil data pasien bahwa jumlah pasien 38 dan semua pasien mendapatkan antibiotika (tepat indikasi 100%). Terdapat 15 pasien yang dberikan antibiotik tunggal yang meliputi cefotaxim, metronidazol dan levofloxacin. Pergantian antibiotik terdapat 20 pasien yang mendapatkan pergantian obat dimana hal itu terjadi karena hasil lab feses belum diketahui. Setelah diketahui maka terjadi pergantian antibiotik sesuai dengan jenis bakteri yang menginfeksi. Pada kombinasi antibiotik terdapat 3 pasien yang mendapatkan 2 jenis antibiotik, dimana pemberian kombinasi tidak disarankan. Hasil lab pasien tersebut telah positif amuba dan cukup menggunakan metronidazol tanpa perlu adanya kombinasi pemberian antibiotik. Menurut WHO 2005 pada pergantian antibiotik dapat diberikan sesuai terapi empirik diare infeksi akut pada anak dimana cefotaxim, cotrimoksazol, ceftriakson dan ampisilin diberikan sebelum diketahui hasil data lab feses maka selanjutnya diberikan terapi defenitif sesuai dengan penginfeksinya seperti amuba atau salmonella (Diniz-Santos et al., 2006). Penggunaan antibiotik kombinasi diperbolehkan apabila: (1) kombinasi efek sinergis sehingga dapat meningkatkan aktivitas antibiotik pada infeksi spesifik, (2) Memperlambat dan mengurangi resiko timbulnya bakteri resistensi (3) Infeksi disebabkan oleh satu bakteri (Anonim, 2011). Standar WHO 2005, direkomendasi metronidazole pada diare karena bakteri amuba. Jika penyebabnya salmonella, terapi pilihan pertama adalah ciprofloxacin. Pada kasus salmonella dimana terapi yang diberikan diberikan levofloxacin yang masih dalam satu gologan antibiotik yang sama yaitu golongan kuinolon. Pemberian golongan kuinolon tidak direkomendasikan pada anak < 18 tahun tetapi pada kasus ini dapat digunakan karena pasien tergolong anak-anak remaja dan berumur 18 tahun (Soo-Han et al., 2013). Pada kasus diare spesifik, bakteri yang paling banyak menginfeksi adalah amuba dimana demam, dehidrasi sedang, convulsi merupakan karakteristik yang signifikan yang terjadi pada diare yang disebabkan amuba (Al-Khubaisy et al, 2013). Terapi penggunaan yang sesuai mengatasi patogen entamoeba tersebut dengan pemberian metronidazol (Guerrant, 2001). Tabel 2. Distribusi obat antibiotik tunggal, penggantian antibiotik dan kombinasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kategori Nama Antibiotika Jumlah Pasien Persentasi Antibiotika Cefotaxim inj 5 13,16% Tunggal Metronidazol inj 9 23,68% Levofloxacin inj 1 2,64% Pergantian Cefotaxim Metronidazol 15 39,47% Antibiotika Cotrimoksazol Cefotaxime 1 2,64% Cotrimoksazol Metronidazol 1 2,64% Ceftriaxone Metronidazol 2 5,26% Ampisilin Metronidazol 1 2,64% Kombinasi Cefotaxim + metronidazol 3 7,89% Jumlah % 129
4 Tabel 3. Tepat Obat Diare Spesifik berdasarkan Standar WHO 2005 Standar WHO 2005 Tepat Obat % Tidak tepat Obat % Metronidazol 28 73,68% 3 7,89% Levofloxasin 1 2,63% 0 0,00% Cefotaxim+metronidazol 0 0,00% 3 100% Rata-rata 29 76,31% 6 15,78% Tepat Obat Ketepatan obat diberikan berdasarkan sesuai atau tidaknya pemberian obat berdasarkan jenis diare dan bakteri yang menginfeksinya. Pemberian antibiotik yang dievaluasi berdasarkan standar WHO Distribusi ketepatan pemberian obat kepada pasien anak diare spesifik di RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta tersaji pada tabel 3. Penggunaan antibiotik diberikan pada 38 pasien dimana pada penelitian ini merupakan kasus diare spesifik dimana wajib mendapatkan antibiotik karena pasien positif terkena infeksi yaitu angka leukosit positif atau terdapat infeksi amuba atau salmonella. Pemberian levofloxacin untuk terapi salmonella dapat diberikan sesuai standar WHO Sedangkan pada infeksi amuba metronidazol diberikan tanpa perlu dikombinasi dengan antibiotik lain. Pada kriteria tepat obat menurut standar WHO (2005) yang memenuhi kriteria tepat obat sebanyak 76,31%. Pada tepat obat dianalisis adalah metronidazol tunggal dimana positif terinfeksi amuba dan pergantian antibiotik dimana setelah diketahui hasil lab feses, pasien terinfeksi amuba dan akhirnya pergantian antibiotik menjadi metronidazol serta pemberian antibiotik yang dikombinasi dengan metronidazol dimana pasien terinfeksi amuba Tepat Pasien Data rekam medis pasien tidak semua tercatat adanya keluhan reaksi hipersensitif (alergi) terhadap antibiotik tertentu, maka rekam medik yang tidak menuliskan adanya keluhan reaksi hipersensitif (alergi) dianggap tidak memiliki riwayat hipersensitif terhadap obat yang digunakan. Apabila pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu tetapi tetap diresepkan maka dinyatakan tidak tepat pasien. Maka dari disimpulkan pasien rata-rata tepat pasien menurut standar WHO (2005) adalah 76,31% Tepat Dosis. Hasil penelitian tepat dosis yang meliputi tepat 1x pemberian, frekuensi dan lama pemberian antibiotik terdapat antibiotik yang pemberiannya kombinasi dimana efek terapi yang diberikan tidak tepat karena pada standar WHO Pada analisis tepat dosis meliputi 1x pemberian, frekuensi dan lama pemberian antibiotik. Jika, tidak memenuhi salah satu maka antibiotik tersebut dikatakan tidak tepat dosis dan semua antibiotik yang diresepkan pada pasien baik secara empirik ataupun secara defenitif dengan menggunakan standar WHO 2005, secara umum dilakukan analisis untuk mengetahui ketepatan dosis yang telah diresepkan. Tabel 4. Tepat Pasien berdasarkan Standar WHO 2005 Standar WHO 2005 Tepat Obat % Tidak tepat Obat % Metronidazol 28 73,68% 3 7,89% Levofloxasin 1 2,63% 0 0,00% Cefotaxim+metronidazol 0 0,00% 3 100% Rata-rata 29 76,31% 6 15,78% 130
5 Tabel 5. Ketepatan dosis pemberian antibiotik menurut standar WHO 2005 Standar WHO 2005 Tepat Dosis % Tidak tepat dosis % Metronidazol 14 36,84% 8 21,05% Levofloksasin 1 2,63% 0 0,00% Cefotaxim 10 26,32% 4 10,52% Cotrimoksazol 0 0,00% 2 0,00% Ceftriaxone 2 5,26% 1 2,63% Ampisilin 0 0,00% 1 2,63% Rata-rata 27 71,05% 42,10% Tidak semua obat yang diberikan memenuhi kriteria lama pemberian obat. Antibiotik yang diberikan jika tidak diberikan sesuai dengan standar lamanya pemberian obat dapat menyebabkan perkembangan bakteri yang resistensi. Setiap orang yang menggunakan terapi antibiotika, maka bakteri akan terbunuh tetapi bakteri yang resistensi akan tetap hidup, tumbuh dan bereproduksi. Oleh karena itu, untuk mengontrol perkembangan bakteri yang resistensi yaitu dengan penggunaan antibiotik yang tepat yang meliputi dosis, frekuensi dan lama pemberian. Dari tepat dosis menurut WHO 2005 pemberian antibiotik adalah 71,05%. 4. KESIMPULAN Hasil pemilihan diperoleh 38 pasien yang menerima terapi sesuai standar WHO 2005 adalah tepat indikasi 100%, tepat obat 76,31%, tepat pasien 76,31% dan tepat dosis 71,05%. DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Kubaisy, W., Al-Naggar, R.W., Al- Badre, A., and Osman, M.T, 2013, Clinical Presentations and Pathogenic Agents of Bloody Diarrhea among Iraqi Children, Indian Journal of Applied Research volume : 3, diakses 14 Juni Anggara, J., 2014, Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotika pada Kasus Diare di Bangsal Anak RSUD Tugurejo Semarang Periode 2014,Skripsi, Fakultas Farmasi UAD, Yogyakarta. 3. Anonim, 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 4. Astaqauliyah, 2010, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1216/Menkes/SK/XI/2001, Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi kelima, Dinkes Kab. Bantul, Yogyakarta. 5. Aslam, M., Tan, C.K., dan Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Media Komputindo, Jakarta. 6. Depkes, 2011, Buku Saku Lintas Diare, 11-25, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 7. Diniz-Santos, D.R., Silva, L.R., and Silva, N., 2006, Antibiotics for the Empirical Treatment of Acute Infectious Diarrhea in Children, The Brazilian Journal of Infectious Disease 2006;10(3): , diakses 26 Mei Dinkes, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yoygyakarta Tahun 2012, Dines Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. 9. Guerrant, R.L., Gilder, T.V., 2001, Practise Guidlines for the Management of Infectious Diarrhea, IDSA Guidlines CID 2001:32, diakses 11 agustus Kemenkes, 2012, Profil Data Kesehatan Indonesia, 90-91, KementerianKesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 11. Kemenkes, 2014, Profil Data Kesehatan Indonesia, , Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 12. Noerasid, H., Suraatmadja, S., dan Asinil, P.O., 1998, Gastroenterology Anak Praktis, cetakan keempat, 51-76, Balai Penertbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. 13. Rohim, A., dan Soebijanto., 2002, Probiotik dan Flora Normal Usus dalam Ilmu Penyakit Anak, Salemba Medika, Jakarta. 14. Rusdi,N.K., Gultom, B., dan Wulandari, A., 2009,Evaluasi Penggunaan Obat Diare dan Dosis Pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih Jakarta,Numlil farmasains.uhamka.ac_.id-volume-1-no- 5.pdf, diakses tanggal 27 Mei Soo, H.C., Eun, Y.K., and Yae, J.K., 2013, Sysytemic use of flouroquinolone in 131
6 children, Korean J Pediatric 2013;56(5): , diakses 2 Juni Subijanto., Ranuh, R.., Djupri, L., dan Soeoarto, P., 2006, Management Diare pada Bayi dan Anak, Old.pediatrik.com, diakses 09 November Tanjung, D.S., Kusuma, A.M., dan Hapsari Indri., 2009, Evaluasi Penggunaan Obat Diare pada Anak di Instalasi RSUD Banyumas Tahun 2009, Pharmacy, vol.06 no. 01 agustus 2011, diakses 12 september Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat- Obat Penting Edisi V, , PT Elex Media Kumputindo, kelompok Gramedia, Jakarta. 19. WHO, 2005, The treatment of diarrhoea: A manual for physicians and othersenior health workers, 4-14, WHO Press, Geneva. 132
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita (WHO, 2013 & 2016). Sebanyak 760 ribu balita meninggal karena diare di tiap tahunnya (WHO, 2013).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian
Lebih terperinciRASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015
RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015 RATIONALITY DIARRHEA PRESCRIBING IN CHILDREN PATIENTS IN CURUG PUSKESMAS AT 2015 Nita Rusdiana 1*, Sofi Nurmay Stiani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak akan menjadi penerus bangsa, dengan punya anak yang sehat dan cerdas maka akan kuatlah bangsa tersebut. Selain itu kesehatan anak merupakan masalah besar yang
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI Oleh : CANTIKA NUKITASARI K100130065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita
BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Salah satu dari tujuan Millenium Development Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiga, antara tahun 1990 dan 2015. Pada kasus kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi tinja encer, dapat berwarna hijau atau dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas
Lebih terperinciRasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika
Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika (Rationality Use Antibiotics In Patients Diabetes Mellitus Type 2 with Diabetic Ulcer Complications)
Lebih terperinciTarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea
The Conformity Therapy of Diarrhea Disease in Children with Manual Therapy Diarrhea in Children According RI Kemenkes at Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung City Period 2013 Tarigan A, Umiana S, Pane
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke tertinggi di Asia. Jumlah
Lebih terperinciINTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42
KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI INSTALASI RAWAT JALAN RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MUCHSON, YETTI OKTAVIANINGTYAS K, AYU WANDIRA INTISARI
Lebih terperinciAntibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013
Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demam tifoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang (Riyatno dan Sutrisna, 2011). Perkiraan angka kejadian demam tifoid bervariasi dari 10 sampai
Lebih terperinciEVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI
1 EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: NOVITA DWI PURNAMASARI K.100090058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperincidalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.
BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran pernafasan yang sering dialami oleh masyarakat dan berpotensi menjadi serius yang berhubungan dengan morbiditas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi abnormal yang dihubungkan dengan peningkatan frekuensi defekasi menjadi 3 kali dalam sehari (Navaneethan
Lebih terperinciANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG
ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG ABSTRAK Maria Roberty Tressy Da Helen Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi, yang
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI JUNI 2012
STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI JUNI 2012 Fras Korompis, Heedy Tjitrosantoso, Lily Ranti Goenawi Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar
Lebih terperinciKAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO
KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO Siti Nurmanti Badu, Teti Sutriyati Tuloli, Nurain Thomas *) *) Jurusan Farmasi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan
18 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan metode pengambilan sampel secara retrospektif cross-sectional pada peresepan obat pasien
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA
EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA Yosi Febrianti 1*, Nurul Ambariyah 2, dan Chichi Kartika Haliem 1 1 Program Studi Profesi Apoteker,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan
Lebih terperinciSikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was
THE EVALUATION OF THE ACCURACY OF THE DOSE OF ANTIBIOTICS IN CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN INPATIENT INSTALLATION AT SULTAN AGUNG HOSPITAL SEMARANG AND AT NU ISLAMIC HOSPITAL DEMAK IN 2015 Sikni Retno
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan diagnosa penyakit diare di bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun
22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakter Subyek Penelitian 1. Distribusi pasien yang terdiagnosa diare anak Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik pasien anak dengan diagnosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan dan dapat menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indikator WHO 1993 Indikator WHO 1993 adalah suatu metode untuk melihat pola penggunaan obat dan dapat secara langsung menggambarkan tentang penggunaan obat yang tidak sesuai.
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: EKA KURNIA SARI K. 100 080 001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit infeksi pencernaan yang merupakan masalah masyarakat di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu (Sukandar, 2008). Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pemasaran, distribusi, resep, dan penggunaan obat-obatan dalam masyarakat, dengan penekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan jumlah rekam medik yang tercatat dengan kode tindakan operasi pada semua bagian periode bulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara
BAB III METODE PENELITIAN Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observational yang dirancang secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara retrospective.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan dalam bidang keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk mempertahankan
Lebih terperinciEVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D
EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Lisa Citra N. Kuluri 1), Fatimawali
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL.
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL Oleh NURLITA RIZQIANI NIM. 050112a066 PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH
Lebih terperinciPOLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK
POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit diare merupakan penyebab kematian pertama pada usia balita. Penatalaksanaan yang sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drug Related Problems (DRPs) merupakan penyebab kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini, diare masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2013 - JUNI 2014 Fahijratin N.K.Mantu 1), Lily Ranti Goenawi 1),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian balita tiap tahunnya. Jumlah ini melebihi angka kematian gabungan
Lebih terperinciJangan Sembarangan Minum Antibiotik
Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bersifat non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien diare di Puskesmas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
Lebih terperinciEVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS SLAMET RIYADI SURAKARTA TAHUN SKRIPSI
EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS SLAMET RIYADI SURAKARTA TAHUN 2010-2011 SKRIPSI Oleh : AMILIA FITRIANGGRAINI K 100080186 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian ke-5 di dunia dengan jumlah 5-10 juta anak per tahun, penyebab utama diare pada anak usia dini adalah infeksi virus selain oleh bakteri,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dengan frekuensi lebih dari tiga
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam,
BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Diare Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Lebih terperinciPeresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat
Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat (Antibiotic prescription of children outpatient in BLUD RS Ratu Zalecha Martapura:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit infeksi dan parasit tertentu menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara berkembang. Penyakit tersebut sering dihubungkan dengan beberapa keadaan misalnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik yang sesuai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan penelusuran data, diperoleh 4 pasien. Namun karena terdapat pasien
Lebih terperinciKETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN
ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Riska Ramdaniyah 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Erwin Fakhrani 3 Ketepatan
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN Penelitian Tugas Akhir
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 Penelitian Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi paru
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GASTROENTERITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI JUNI 2013 NASKAH PUBLIKASI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GASTROENTERITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI JUNI 2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh: YENNI RACHMAWATI K 100 090 012 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciPerbedaan Lama Rawat Inap Balita Diare Akut dengan Probiotik dan Tanpa Probiotik
78 Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2011 Perbedaan Lama Rawat Inap Balita Diare Akut dengan Probiotik dan Tanpa Probiotik Studi analitik di RSUD Kota Semarang Periode Januari Desember 2007 The Length of Stay
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat anggaran Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari baik cair maupun lembek. Diare merupakan salah satu penyebab tingginya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan dikalangan masyarakat, penyakit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit
Lebih terperinci54 Pelayanan Medis RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta 55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 58 A. Kesimpulan. 58 B. Saran 59 DAFTAR PUSTAKA..
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR.. xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv INTISARI xvi ABSTRACT... xvii BAB I. PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang Masalah. 1 B. Rumusan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif,
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bersifat retrospektif, dengan melakukan observasi terhadap data sekunder berupa rekam medik diambil dari Puskesmas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik
A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di RSU Puri Asih Salatiga pada tanggal 23-25 Januari 2017. Data penelitian diperoleh dari 67 rekam medis pasien
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN
RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia, termasuk anakanak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal sesuai
Lebih terperinciNidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan
Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam merespon pemberian
Lebih terperinciPENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA TERAPI DIARE AKUT ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN PUSKESMAS BENDAN TAHUN 2012 2005).
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA TERAPI DIARE AKUT ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN PUSKESMAS BENDAN TAHUN 2012 Isti Agitsah, Siska Rusmalina, Jamaludin Al J. Ef. Abstract Diarrhea disease cause death third of
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik yang diambil dari Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
39 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif bersifat retrospektif, dengan menggunakan data sekunder di ambil dari data rekam medik di Puskesmas
Lebih terperinciPHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007
POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti
Lebih terperinci