BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Surya Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melewati setiap tahap perkembangan, individu akan menghadapi masa transisi. Masa transisi dalam tahap perkembangan terjadi ketika anak-anak berkembang menjadi remaja, kemudian berkembang lagi menjadi orang dewasa. Selain transisi dari tahap perkembangan, masa transisi individu juga terjadi di masa sekolahnya. Transisi sekolah adalah perpindahan siswa dari sekolah yang lama ke sekolah baru yang lebih tinggi tingkatannya. Mulai dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga menuju perguruan tinggi (Santrock, 2007). Transisi siswa dari Sekolah Menengah Atas (SMA) menuju Perguruan Tinggi merupakan masa transisi sekolah yang lebih kompleks dibandingkan masa transisi sekolah sebelumnya karena masa transisi siswa dari Sekolah Menengah atas (SMA) menuju Perguruan Tinggi seringkali mengakibatkan perubahan dan stres (Santrock, 2007). Permasalahan yang timbul sebagai akibat dari masa transisi dari Sekolah Menengah Atas (SMA) menuju Perguruan Tinggi lebih banyak dialami oleh mahasiswa, terutama mahasiswa yang berada pada tahun pertama perkuliahan. Mahasiswa tahun pertama seringkali bermasalah karena adanya pergeseran posisi, yaitu dari posisi sebagai siswa senior di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi yang disebut sebagai top-dog phenomenon (Santrock, 2007). Menurut Gunarsa & Gunarsa (2000), salah satu
2 penyebab kesulitan pada mahasiswa adalah perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Perguruan Tinggi. Perbedaan ini terlihat dalam hal kurikulum, disiplin, hubungan antara dosen dengan mahasiswa, penyesuaian dalam hubungan sosial, masalah ekonomi serta pemilihan bidang studi dan jurusan. Selain itu mahasiswa tahun pertama mengalami perubahan gaya hidup yang ternyata menuntut waktu dan self-control yang lebih besar dibandingkan pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA), perubahan gaya belajar dari Sekolah Menengah Atas (SMA) ke Perguruan Tinggi, tugas-tugas perkuliahan, target pencapaian nilai dan problem-problem akademik lainnya (Santrock, 2003). Menurut Ross, Niebling & Heckert (1999), pada tahun pertama perkuliahan, mahasiswa rentan terhadap stres akibat transisi kehidupan dalam lingkungan Perguruan Tinggi. Mereka harus menyesuaikan diri pada kondisi yang jauh dari rumah untuk pertama kalinya, mempertahankan prestasi akademik, dan menyesuaikan dengan lingkungan sosial yang baru. Mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua memiliki tingkat stres yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan mahasiswa tahun lainnya (Ross, Niebling, & Heckert, 1999; Abdulghani, Alkanhal, Mahmoud, Ponnamperuma, 2011). Tao, Dong, Pratt, Hunsberger & Pancer (dalam Pritchard, Wilson & Yamnitz, 2007) menyatakan bahwa saat awal memasuki dunia perkuliahan, di satu sisi individu dihadapkan pada kesempatan memperoleh ilmu dan pengembangan hubungan sosial sedangkan di sisi lain dapat sebagai sumber timbulnya goncangan psikologis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 33 orang mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana diketahui bahwa mahasiswa mengalami sejumlah masalah saat memasuki dunia perkuliahan. Masalah yang dialami mahasiswa
3 seperti kesulitan mengikuti sistem ujian blok, sulit memahami pelajaran, sulit mengatur waktu, kurang mampu berkonsentrasi, kurang mampu membuat jadwal kegiatan, dan kesulitan menjalin hubungan pertemanan sehingga hal tersebut menimbulkan dampak seperti waktu tidur berkurang, sering merasa kesepian, mengalami masalah kesehatan, berkurangnya minat untuk mengikuti pelajaran, waktu bersama keluarga berkurang, gagal menempuh ujian blok, mengeluh, dan menangis. Selain itu, dalam studi pendahuluan tersebut diketahui bahwa beberapa mahasiswa mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditemui dengan cara mengatur waktu dengan membuat jadwal kegiatan sehari-hari dan menjalin hubungan pertemanan dengan banyak orang, tetapi beberapa mahasiswa lainnya merasa kurang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya (Sasmita, 2014). Sejalan dengan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, berbagai hasil penelitian mengenai transisi mahasiswa tahun pertama di Fakultas Kedokteran telah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Maulana, Soleha, Saftarina, Siagian (2014) yang dilakukan pada 92 mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung terdapat 4 (4,3%) mahasiswa mengalami stres ringan, 66 (71,7%) mahasiswa mengalami stres sedang, dan 22 (23,9%) mahasiswa mengalami stres berat. Hal-hal yang menyebabkan mahasiswa stres adalah padatnya jadwal perkuliahan dan praktikum pada kurikulum di tahun pertama, jauh dari rumah dan keluarga dan tuntutan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Hasil penelitian Suganda (2013) menunjukkan dari 422 mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara terdapat 15 orang (3,6%) mengalami stres ringan, 365 orang (86,5%) mengalami stres sedang, dan 42 orang (10%) mengalami stres berat. Dari hasil penelitian tersebut, Sistem Kredit Semester (SKS) merupakan salah satu penyebab stres mahasiswa. Di
4 Indonesia, prevalensi mahasiswa yang mengalami stres yang yang tinggi didapatkan sekitar 39,8-71,7% (Fitasari, 2011; Kurniawati, 2010; Oktavia, Zulharman, & Risma, 2012), sedangkan prevalensi stres yang tinggi pada mahasiswa kedokteran didapatkan sebesar 59,7-86,5% (Tangkilisan, 2013; Suganda, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi stres mahasiswa yang memilih Fakultas Kedokteran lebih tinggi dibandingkan mahasiswa dari fakultas lain (Carolin, 2010; Oktavia, Zulharman, & Risma, 2012). Hasil penelitian Shah, Hasan, Malik, & Sreeramareddy (2010) & Abdulghani (2008) menunjukkan bahwa tuntutan yang dialami oleh mahasiswa pendidikan dokter seperti adanya ekspektasi yang tinggi dari orangtua, frekuensi ujian yang lebih sering terjadi dibandingkan fakultas lainnya, dan waktu yang cepat untuk menyelesaikan kurikulum akademik seringkali menyebabkan waktu tidur yang berkurang, kecemasan tentang masa depan, kesepian, ketidakpuasan dalam pengajaran materi perkuliahan, penurunan prestasi akademik, penurunan konsentrasi belajar, dan penurunan daya ingat. Transisi dalam kehidupan menghadapkan individu pada berbagai perubahan dan tuntutan sehingga diperlukan adanya penyesuaian diri. Menurut Muharomi (2012) kemampuan penyesuaian diri merupakan hal yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Hal ini berguna untuk memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam menjalani kehidupan yang baru, terutama di lingkungan kampus. Mahasiswa yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang baik mengalami sedikit tekanan, sedangkan mahasiswa yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang buruk merasa mendapat tekanan dan cenderung berdampak pada perilaku defensif seperti mengabaikan pelajaran, agresif, terlalu percaya diri, perasaan tidak nyaman, mudah menyerah, banyak berkhayal untuk mengimbangi perasaan tidak puasnya, serta menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi dan
5 pengalihan. Selain itu mahasiswa akan menemui masalah seperti kesulitan akademik, masalah sosial dan emosional, penurunan konsep diri, motivasi yang buruk, dan penurunan kehadiran (Hurlock, 1980; Davies, 2010). Penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam hidupnya yaitu untuk mempertemukan tuntutan dalam diri dan lingkungan agar tercapai keadaan dan tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya (Haber & Runyon dalam Indrawati dan Fauziah, 2012). Menurut Agustiani (2009) penyesuaian diri dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya. Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam menghadapi perubahan hidup manusia. Penyesuaian diri tersebut diperlukan individu sebagai mekanisme yang efektif untuk menghindarkan terjadinya goncangan psikologis. Menurut Kartono (2007), seseorang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah seseorang yang mampu menyesuaikan diri, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Pada saat melakukan proses penyesuaian diri, individu mengalami proses belajar yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya maupun lingkungannya karena manusia cenderung menginginkan kondisi yang seimbang didalam memenuhi kebutuhan, dorongan, dan keinginan yang ada pada dirinya maupun lingkungannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Schneider (1964) mengatakan bahwa orang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan serta mampu menyelesaikan konflik, frustrasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial
6 tanpa mengalami gangguan tingkah laku. Keberhasilan penyesuaian diri siswa pada tahun pertama menentukan penyesuaian diri di tahun-tahun berikutnya (Calhoun dan Acocella, 1990). Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan dari peneliti bahwa mengapa beberapa mahasiswa mampu menyesuaikan diri sedangkan beberapa mahasiswa lainnya kurang mampu menyesuaikan diri? Menurut Schneiders (1964) kemampuan menyesuaikan diri berkaitan dengan proses pembentukan keyakinan. Schneiders menyebutkan bahwa kondisi psikologis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Kondisi psikologis meliputi keadaan mental individu yang sehat, individu yang memiliki mental yang sehat mampu melakukan pengaturan terhadap dirinya sendiri dalam perilakunya secara efektif. Menurut Bandura (dalam Smet, 1994) untuk mengatur perilaku akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan kerugian, tetapi juga mempertimbangkan sampai sejauh mana individu mampu mengatur perilaku tersebut, kemampuan ini disebut dengan efikasi diri. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya menyelesaikan suatu tugas atau mencapai suatu hasil. Keyakinan ini didasari oleh pemahaman yang komprehensif terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga segala aspek-aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan, optimis dapat dikelola menjadi suatu potensi yang membantu pencapaian tujuan. Langkah-langkah yang akan diambil yakin dapat direncanakan dengan tepat dan terarah (Bandura, 1997). Menurut Bandura, manusia yang memiliki efikasi diri tinggi akan merasa yakin dengan potensi yang dimiliki untuk mengubah kejadian di lingkungannya, sehingga akan lebih mungkin untuk bertindak lebih aktif dan lebih mungkin untuk menjadi sukses daripada manusia yang mempunyai efikasi diri rendah. Apabila mahasiswa
7 mempunyai keyakinan yang tinggi akan kemampuannya menyelesaikan tugas atau mencapai suatu hasil, maka ia akan bertindak lebih aktif. Efikasi diri akan mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam memenuhi berbagai perubahan dan tuntutan yang muncul saat memasuki dunia perkuliahan. Hasil penelitian Bray (2007) menunjukkan bahwa efikasi diri membantu mahasiswa tetap aktif secara fisik selama masa transisi untuk tahun pertama mereka di sebuah universitas. Mee (2014) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan mediator hubungan antara depresi dan perilaku merokok di kalangan mahasiswa. Zimmerman, Bandura & Pons (1992) menyatakan bahwa penetapan tujuan dari orangtua, efikasi diri, dan tujuan pribadi di awal semester berfungsi sebagai prediktor nilai akhir dari studinya. Selain itu, Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri adalah penentu penting perilaku individu di sekolah, olahraga dan hubungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa efikasi diri berperan penting bagi mahasiswa dalam menghadapi lingkungan baru terutama di lingkungan kampus. Di sisi lain, salah satu faktor yang dapat membantu pelajar dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan kuliah adalah dukungan sosial (Lepore dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2000). Hal ini sejalan dengan pendapat Effendi & Tjahjono (1999) yang menyatakan bahwa dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan sehingga menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi goncangan psikologis. Dukungan sosial memang bisa berasal dari mana saja (Sarafino & Smith, 2010), salah satunya adalah teman sebaya. Teman sebaya atau yang lebih dikenal dengan sebutan peer merupakan kelompok individu yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.
8 Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1980) yang menjelaskan bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Meningkatnya intensitas pertemuan dengan teman sebaya mengakibatkan dukungan sosial dari teman sebaya mereka berperan penting dalam kehidupan individu. Menurut Santrock (2007), salah satu fungsi terpenting dari teman sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Individu memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya membuka sudut pandang baru dan membebaskan mereka untuk membuat penilaian mandiri. Hubungan baik dengan teman sebaya merupakan peran penting agar perkembangan individu menjadi normal (Rubin, Bukowski, & Parker, 2006). Dukungan sosial teman sebaya dapat diartikan sebagai dukungan yang diberikan kepada individu oleh kelompok sebayanya berupa perhatian, kenyamanan, penghargaan maupun bantuan. Tarakanita (2001) mengatakan bahwa, teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi individu mengenai berbagai macam hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui dukungan sosial. Individu mendapatkan umpan balik dari teman sebayanya berupa saran maupun nasihat yang berperan dalam penerimaan dan pemahaman diri individu terhadap kekuatan dan kelemahan diri, sehingga individu akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat untuk menghadapi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Hilman (2002) menjelaskan bahwa dukungan dari teman sebaya membuat individu merasa memiliki teman senasib, teman untuk berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan kreatif sifatnya, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik dan memungkinkan individu memperoleh rasa
9 nyaman, aman serta rasa memiliki identitas diri. Kelompok sebaya berperan sebagai penyedia tempat bagi para anggotanya untuk secara terbuka mengungkapkan perasaan, permasalahan pribadi, dan menanyakan sesuatu yang belum di mengerti dengan leluasa karena situasi tersebut belum tentu diperoleh dari anggota keluarganya (Novitasari, 2013). Individu yang memiliki pertemanan yang dekat, mendukung, dan stabil biasanya memiliki pandangan yang tinggi terhadap diri sendiri, berprestasi di sekolah, mudah bergaul serta tidak mempunyai sikap permusuhan, gelisah, atau tertekan. Proses tersebut akan memicu penyesuaian diri yang baik pada seseorang baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial lainnya (Papalia, Old, & Feldman, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dukungan sosial teman sebaya berperan penting bagi kehidupan individu terutama untuk mencapai penyesuaian diri yang baik. Hasil penelitian Dennis, Phinney, & Chauteco (2005) menyatakan bahwa dukungan dari teman sebaya adalah prediktor kuat bagi mahasiswa dalam melakukan penyesuaian sosial daripada dukungan dari keluarga. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk menganalisis permasalahan tersebut secara lebih mendalam dalam sebuah penelitian yang berjudul Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. B. Rumusan Masalah Apakah efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya berperan terhadap penyesuaian diri mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana?
10 C. Keaslian Penelitian Hal-hal yang tertulis dalam penelitian ini merupakan hasil pemikiran penulis, bukan merupakan peniruan terhadap penelitian lain ataupun penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian yang asli dan bukan penelitian tiruan. Penelitian yang berjudul Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan sebelumnya. Memang terdapat variabel yang sama pada penelitian-penelitian sebelumnya namun penelitian-penelitian tersebut bukan merupakan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Wijaya (2007) dengan judul Hubungan antara Keyakinan Diri Akademik dengan Penyesuaian Diri Siswa Tahun Pertama Sekolah Asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Peneliti menggunakan satu variabel tergantung dan satu variabel bebas. Variabel tergantung yang dimaksud adalah Keyakinan Diri Akademik, sedangkan variabel bebasnya adalah Penyesuaian Diri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan, dengan sampel penelitian ini adalah 93 orang siswa SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan yang diambil secara random. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengambilan data yang digunakan adalah berbentuk skala, wawancara, dan dokumentasi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian diri dan skala keyakinan diri akademik. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah
11 untuk studi pendahuluan terhadap 2 orang siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Sedangkan dokumentasi yang dimaksud adalah informasi yang terkait dengan SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear dengan satu prediktor untuk mengetahui hubungan antara variabel prediktor keyakinan diri akademik dengan variabel kriterium penyesuaian diri. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak dari beberapa aspek. Variabel tergantung yang peneliti gunakan adalah penyesuaian diri dan variabel bebasnya adalah efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya. Populasi dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Skala yang digunakan adalah skala efikasi diri, skala dukungan sosial teman sebaya dan skala penyesuaian diri. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. 2. Penelitian Warsito (2009) dengan judul Hubungan antara Self-efficacy dengan Penyesuaian Akademik dan Prestasi Akademik (Studi Pada Mahasiswa FIP Universitas Negeri Surabaya). Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Peneliti menggunakan satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel tergantung yang dimaksud adalah Penyesuaian Akademik dan Prestasi Akademik, sedangkan variabel bebasnya adalah Self-efficacy. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FIP Universitas Negeri Surabaya tahun ajaran , dengan sampel penelitian ini adalah 130 orang mahasiswa FIP Universitas Negeri Surabaya tahun ajaran yang diambil secara random. Teknik pengambilan sampel
12 penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk skala dan wawancara. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy, penyesuaian akademik dan prestasi akademik. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah untuk studi pendahuluan terhadap 60 orang mahasiswa FIP Universitas Negeri Surabaya ahun ajaran Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi ganda. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak dari beberapa aspek. Peneliti menggunakan satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel tergantung yang peneliti gunakan adalah penyesuaian diri dan variabel bebasnya adalah efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya. Populasi dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, sedangkan sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Skala yang digunakan adalah skala penyesuaian diri dan skala efikasi diri. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. 3. Penelitian Putri, Wiyanti, & Priyatama (2012) dengan judul Hubungan Antara Self-efficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Peneliti menggunakan satu variabel tergantung dan satu variabel bebas. Variabel tergantung yang dimaksud adalah Proskrastinasi Akademik, sedangkan variabel bebasnya adalah Self-efficacy. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret, dengan sampel penelitian ini
13 adalah mahasiswa angkatan 2008, 2009, dan 2010 yang diambil secara random. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala prokrastinasi akademik dan skala self-efficacy. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak dari beberapa aspek. Variabel tergantung yang peneliti gunakan adalah penyesuaian diri dan variabel bebasnya adalah efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya. Populasi dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Skala yang digunakan adalah skala penyesuaian diri dan skala efikasi diri. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. 4. Penelitian Novitasari (2013) dengan judul Kontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri di Sekolah pada Siswa Kelas VIII SMPN 3 Kawedanan Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Peneliti menggunakan satu variabel tergantung dan satu variabel bebas. Variabel tergantung yang dimaksud adalah Adekuasi Penyesuaian Diri, sedangkan variabel bebasnya adalah Dukungan Sosial Teman Sebaya. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII SMPN 3 Kawedanan Tahun Pelajaran 2013/2014, dengan sampel penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 105 orang yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan
14 adalah angket adekuasi penyesuaian diri dan dukungan sosial teman sebaya. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak dari beberapa aspek. Variabel tergantung yang peneliti gunakan adalah penyesuaian diri dan variabel bebasnya adalah efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya. Populasi dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Skala yang digunakan adalah skala penyesuaian diri dan skala efikasi diri. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. 5. Penelitian Satika (2013) dengan judul Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Efikasi Diri Terhadap Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Peneliti menggunakan satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel tergantung yang dimaksud adalah Stres dalam Menyusun Skripsi, sedangkan variabel bebasnya adalah Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Efikasi Diri. Populasi dalam penelitian tersebut adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang yang sedang menyusun skripsi dengan jumlah sampel 50 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial teman sebaya, skala efikasi diri, dan skala stres dalam menyusun skripsi. Metode analisis data penelitian menggunakan teknik korelasi product moment dan teknik analisis regresi. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan
15 penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak dari beberapa aspek. Peneliti menggunakan satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel tergantung yang peneliti gunakan adalah penyesuaian diri dan variabel bebasnya adalah efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya. Populasi dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Skala yang digunakan adalah skala penyesuaian diri, skala efikasi diri, dan skala dukungan sosial teman sebaya. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. D. Tujuan Penelitian Mengetahui peran efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap penyesuaian diri mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. E. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan, Psikologi Klinis dan Psikologi Sosial serta dapat berkontribusi terhadap teori yang berkaitan dengan efikasi diri, dukungan sosial teman sebaya dan penyesuaian diri.
16 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi khususnya bagi mahasiswa, dan pihak-pihak terkait seperti orangtua dan perguruan tinggi, dalam memahami masa transisi sekolah yang terkait dengan efikasi diri dan dukungan sosial yang dapat menunjang penyesuaian diri mahasiswa. Secara khusus dapat diuraikan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada mahasiswa terkait peran efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya dalam melakukan proses penyesuaian diri di kampus. Bagi Orangtua Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada orangtua akan dinamika mahasiswa tahun pertama di kampus serta memberikan informasi mengenai peran efikasi diri dalam proses penyesuaian diri mahasiswa di kampus. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pihak perguruan tinggi terkait dinamika psikologis mahasiswa tahun pertama serta memberikan informasi mengenai peran efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya dalam proses penyesuaian diri mahasiswa di kampus. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penyusunan penelitian serupa atau lebih mendalam mengenai peran efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap penyesuaian diri.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara luas dapat diinterpretasikan sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian menjadikannya sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modernisasi dan perkembangan dunia menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat saat ini. Masalah hubungan sosial dan tuntutan lingkungan untuk meningkatkan pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi memiliki karakteristik yang berbeda dengan SMA ataupun SMK, tentunya juga memiliki tuntutan yang berbeda. Perguruan tinggi melibatkan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu remaja diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Schneider (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku
Lebih terperinciIda Ayu Gede Hutri Dhara Sasmita dan I Made Rustika Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Jurnal Psikologi Udayana 2015, Vol. 2 No. 2, 280-289 Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354 5607 Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi siswa dalam memasuki lingkungan sekolah yang baru adalah penyesuaian diri, walaupun penyesuaian diri tidak terbatas pada siswa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Mirna Purwati 15010113120043 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak. Anak untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial dengan orang lain dalam
Lebih terperinciKONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP ADEKUASI PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 KAWEDANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP ADEKUASI PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 KAWEDANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh: DYAH AYU NOVITASARI K3109029 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika berakumulasi dalam kehidupan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi
Lebih terperinciKontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri di Sekolah pada Siswa SMP
CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 2 (2) December 2014 CONSILIUM Kontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri di Sekolah pada Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa program studi lain di sektor non-medis (Navas, 2012), dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dipisahkan pada semua aspek kehidupan, tak terkecuali pada mahasiswa kedokteran. Berbagai penelitian telah dilakukan
Lebih terperinciPENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG
PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG Sariyati Idni Ridho Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam pembangunan. Sejalan dengan hal tersebut, proses pembangunan memerlukan adanya peningkatan mutu pendidikan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Individu akan dihadapkan pada perubahan dan tuntutan tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG Rayhanatul Fitri 15010113130086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi saat ini menjadi incaran para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di Indonesia menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)
Lebih terperinciDifferences in Stress Level Between First-Year and Second-Year Medical Students in Medical Faculty of Lampung University
Differences in Stress Level Between First-Year and Second-Year Medical Students in Medical Faculty of Lampung University Maulana ZF, Soleha TU, Saftarina F, Siagian JMC Faculty of Medicine Lampung University
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan ataupun kasus tawuran dan keributan antara pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada akhirnya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HETI SETYANINGSIH F 100 090 114
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dan menjadi salah satu jenjang pendidikan setelah SMA. Setiap jenjang pendidikan memiliki system
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TAHUN PERTAMA SEKOLAH ASRAMA SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN
HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TAHUN PERTAMA SEKOLAH ASRAMA SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN SKRIPSI Disusun Oleh : Novikarisma Wijaya M2A002061 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas merupakan dua institusi yang memiliki perbedaan nyata baik dari segi fisik hingga sistem yang meliputinya. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini zaman semakin berkembang, khususnya pada dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut, individu mengembangkan ilmunya dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) Dikti tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah perguruan tinggi di Indonesia mengalami peningkatan, baik perguruan tinggi negeri
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase
Lebih terperinciHubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta
Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta The Relationship Assertive Behavior with Adjustment in Class X s Student SMA MTA Surakarta Boarding
Lebih terperinciAmanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA N 3 MAGELANG Amanda Luthfi Arumsari 15010113120067 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pada umumnya individu melakukan interaksi dengan individu lain. Proses interaksi tidak lepas dari adanya penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan untuk membantu menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa sekolah dasar. Sejumlah penelitian menunjukkan baik atau buruknya hubungan antara siswa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dari perjalanan hidup manusia. Melalui pendidikan manusia akan mengalami perubahan tingkah laku dari yang sebelumnya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres bukan sesuatu hal yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan bagian dari kehidupan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi selalu terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia merupakan refleksi dari kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia. Menurut Chaplin (2006) indeks prestasi merupakan ukuran
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah wahana peningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Chaplin (2006) indeks prestasi merupakan ukuran kemampuan mahasiswa dalam periode
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan nasional mencakup berbagai bidang, salah satunya adalah pendidikan kedokteran. Penentu utama kualitas pelayanan asuhan medis kepada masyarakat dipegang
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciPENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciJURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017
JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 THE EFFECT OF PEER SOCIAL SUPPORT TO THE STUDENTS LEARNING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Perilaku menyontek merupakan fenomena yang sudah lama ada dalam dunia pendidikan. Masalah menyontek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Teori yang dikemukakan oleh Schneider dalam (Desmita, 2009),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia sebagai mahluk sosial setiap saat akan membutuhkan orang lain. Interaksi sosial setiap orang membutuhkan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Penyesuaian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai homo socius (makhluk sosial) tidak bisa hidup tanpa keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam memenuhi kebutuhannya. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melalui tahap-tahap kehidupan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satunya adalah tahap remaja yang memiliki pengaruh besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perguruan tinggi, institut atau akademi. Mahasiswa adalah peserta didik D-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang belajar di suatu perguruan tinggi, institut atau akademi. Mahasiswa adalah peserta didik D- 3,
Lebih terperinciCynthia Dewi Sudarno Putri. Universitas Sebalas Maret Surakarta
HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Cynthia Dewi Sudarno Putri Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN
233 HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN Muhamad Abdul Aziz 1, Ewo Tarmedi 2, Sunarto H. Untung 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di harapkan mampu memahami konsep, dapat memetakan permasalahan dan memilih solusi terbaik untuk permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciNURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja memasuki dunia perkuliahan adalah mereka yang sedang menghadapi masa transisi dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain. Hubungan antar anak kos t dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk interaksi kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Khadhofal Arif, Endang Sri Indrawati *) Jalan Prof. Soedarto. Tembalang,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berorientasi pada pengembangan, pembelajaran dan pengajaran al-qur an,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian JQH (Jam iyyatul Qurro wal Huffadz) merupakan sebuah oranisasi yang berorientasi pada pengembangan, pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penyesuaian Diri 1. Penyesuaian Diri Seorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikandiri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kecerdasan..., Leila, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan individu yang sedang menuju kematangan pribadi dan mempunyai berbagai macam potensi, dengan potensi itu menjadikan mahasiswa dapat membuat
Lebih terperinciHubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI
Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI Ushfuriyah_11410073 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Lebih terperinci