BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Deddy Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Battery cord Battery cord merupakan komponen penghubung antara cell battery dengan cell battery lainnya. Battery cord yang paling umum dibuat dari bahan timah dan kuningan, Hasil dari produk umumnya di lengkapi dengan kabel sebagai penghubung, dengan panjang ukuran kabel konduktor yang terpasang pada cord, baik secara langsung terpasang pada cord maupun tidak langsung (menggunakan baut) sebagai penghubung, lihat Gambar 2.1. Fungsi dari battery cord untuk penghubung antar input/output battery di mana pada battery cord itu terdapat kabel yang sudah tertanam langsung. Saat ini pembuatan produk battery cord menggunakan metoda pengecoran logam. Metoda pengecoran digunakan karena dilihat dari bentuk dan ukuran battery cord sendiri yang lebih mudah di buat, dibandingkan dengan proses pemesinan. Kendala yang dihadapi dalam pembuatan produk tersebut adalah terdapatnya cacat pada produk di antaranya : permukaan produk yang kasar, kabel isolator yang terpasang pada clamp tidak terbakar/meleleh, dan ikatan antara clamp dengan kabel terpasang kuat. (a) Gambar 2.1 Battery Cord (b) (Sumber : shanghaitylon.en.gasgoo.com) (a) Battery cord, (b) Battery cord yang telah terpasang kabel II-1
2 II-2 Macam-Macam Bentuk Battery cord : 1. Battery cord dengan kabel terpasang dicor. Gambar 2.2 Battery cord dengan kabel terpasang dicor. (Sumber : Pada battery cord ini kabel terpasang langsung dengan clamp pada saat proses pengecoran. Material yang digunakan pada battery cord ini menggunakan timah. 2. Battery cord dengan kabel terpasang di-press. Gambar 2.3 Battery cord dengan kabel terpasang di-press (Sumber : http: Pada battery cord ini kabel terpasang langsung dengan clamp dengan cara kabel diclamp langsung oleh battery cord. Material yang digunakan pada battery cord ini menggunakan kuningan. 3. Battery cord dengan kabel terpisah. Gambar 2.4 Battery cord dengan kabel terpisah. (Sumber : http:
3 II-3 Pada battery cord ini kabel dihubungkan dengan cara diclamp menggunakan baut yang terpasang pada battery cord. Material yang digunakan pada battery cord ini menggunakan kuningan. 1.2 Timah Timah adalah unsur kimia dengan nomor atom 50 dan nomor massa 118,69. Merupakan unsur logam, dengan warna putih keabuan. Timah memiliki titik lebur 231,89 Celcius dan titik didih Celcius, pada Tabel 2-1 di sebutkan beberapa logam beserta temperature lebur dan temperatur tuangnya. Biji timah terdapat dalam bentuk kasiterit. Penggunaan timah sendiri sering digunakan untuk membuat campuran atau paduan logam yaitu kuningan, perunggu, campuran timah putih dan timah hitam, patri, logam-logam yang dapat melebur, serta logam untuk lonceng. Logam paduannya digunakan untuk kertas perak, pelapisan pembuatan pipa, pembuatan alat minum, dan pematrian. Lambang kimia untuk timah adalah Sn. Sifat-sifat dari : 1. Sifat Umum Timah (Sn) Timah merupakan logam perak keputih-putihan, ductile dan memilki struktur kristal yang tinggi, Dalam keadaan normal ( C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah juga tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat. Ditemukan dalam banyak alloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. 2. Sifat Fisik Timah (Sn) Keadaan benda : Padat Titik lebur : K ( F) Titik didih : 2875 K (4716 F) Densitas : 7,365 g/cm3 (Sn putih) 5,769 g/cm3 (Sn abu-abu) Volume molar : m3/mol Kalor penguapan : kj/mol
4 II-4 Kalor peleburan : kj/mol Kalor jenis : 27,112 J/molK Panas fusi : 7,03 kj/mol Tekanan uap : 5.78 E-21 Pa at 505 K Kecepatan suara : 2500 m/s pada K 3. Sifat Mekanik Timah (Sn) Kekuatan tariknya rendah, sekitar 2000 psi Modulus Youngnya adalah 5,9-7,8 x 10 6 psi Kekuatan Mohs 1,8 atau Brinell 5,0 (1000 kg, 10 mm) Massa jenis 7,3 g/cm 3 Tabel 2-1 Temperatur Cair Dan Temperatur Tuang Temperatur Cair Dan Temperatur Tuang No Logam/paduan logam Temperatur lebur Temperatur tuang 1 Gray Cast Iron Cast Steel Cooper Nickel Aluminum Zinc Lead Tin Cu-Ni alloy Gun Metal temperature dalam satuan Celcius 1.3 Proses Pengecoran Proses Pengecoran (casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan ke dalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Pengecoran juga dapat diartikan sebagai suatu proses manufaktur yang
5 II-5 menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bagian-bagian dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu: 1. Adanya aliran logam cair ke dalam rongga cetak 2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan 3. Pengaruh material cetakan 4. Pembekuan logam dari kondisi cair Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali pakai (expendable mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanen (permanent mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Oleh karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenisjenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan atau air gelas. Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut : Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola. Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Gating system (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran turun. Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan. Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada
6 II-6 sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan. Riser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi. Cetakan untuk pengecoran umumnya dibuat menjadi dua bagian. Satu bagian adalah tetap, bagian depan dan yang lain berfungsi untuk mengeluarkan logam. Masing-masing dilengkapi dengan dua pin (penyemat) atau alat lain untuk meluruskan kedua bagian, kebanyakan seperti pola yang terpisah. Kedua bagian cetakan bertemu pada garis pemisah, dan bergabung dengan sistem penguncian ketika dalam posisi tertutup. Dalam proses pengerasan, coran menciut ke inti pin dan akan ditahan oleh bagian pendorong dari cetakan. Saat laogam cair sudah mendingin, plat pendorong yang terdapat pada bagian yang bebas dimajukan secukupnya, tujuannya untuk mendorong coran dari rongga. Proses produksi pun dapat dilakukan kembali. Cetakan dapat dikelompokan menjadi berikut : 1. Cetakan satu rongga 2. Cetakan multi rongga 3. Cetakan kombinasi 4. Cetakan unit Cetakan rongga tunggal hanya memproduksi satu coran pada tiap operasinya. Dalam produksi dengan jumlah yang banyak, digunakan cetakan multi rongga, tujuannya untuk menghasilkan beberapa coran dalam waktu yang sama. Cetakan kombinasi mempunyai dua atau lebih bentuk yang berbeda, yang mana dituang dalam waktu yang sama, pada saat itu pula sebuah penyangga cetakan menyangga atau memegang di beberapa cetakan pada waktu yang sama Gravity casting Teknik gravity casting merupakan teknik pengecoran yang paling tua. Logam cair dituangkan pada rongga cetakan yang terbuat dari pasir, besi cor, atau paduan baja tahan panas lainnya. Proses ini hanya memanfaatkan gaya gravitasi saja, tanpa mengaplikasikan gaya tekan mekanis. Logam cair mengalir ke dalam cetakan dan membeku dengan cepat selama proses pengecoran berlangsung. Hasil
7 II-7 pengecoran dengan sistem ini memiliki permukaan yang kasar dan dimensi yang tidak akurat. Tidak seperti pada cetakan permanen cetakan baja dapat digunakan berkali-kali. Kelemahannya, proses pembuatan cetakannya cukup mahal. Gambar 2.5 Cetakan Gravity casting Beserta Bagian-bagiannya. (Sumber : Die Casting Die Casting merupakan permanent mold casting proses, logam cair masuk ke dalam cetakan dengan cara diinjeksi atau ditekan dengan tekanan berkisar Mpa, lihat Gambar 2.6. Tekanan dijaga sampai dengan logam cair membeku dalam cetakan. Cetakan dalam proses pengecoran ini disebut dengan die, oleh karena itu proses pengecorannnya dinamai dengan Die Casting. Penggunaan tekanan untuk mengalirkan logam cair ke dalam cetakan membedakan proses ini dengan proses pengecoran lain pada kelompok permanent mold casting.
8 II-8 Gambar 2.6 Pengecoran dengan sisitem injeksi (Sumber : Berdasarkan pada bagaimana logam cair diinjeksikan/ditekan ke dalam cetakan, die casting dibedakan atas: 1. Hot chamber process Logam dicairkan dalam suatu wadah (chamber ) yang tergabung dalam mesin die casting, sebuah piston digunakan untuk menekan logam cair ke dalam cetakan dengan tekan yang tinggi, 7-35 MPa. Tekanan diberikan pada logam cair sampai dengan logam cair membeku didalam cetakan. Proses ini umumnya digunakan untuk paduan logam dengan titik lebur rendah seperti: seng, timah dan timbal. Gambar 2.7 Die Casting Hot chamber process (Sumber :
9 II-9 2. Cold chamber process Logam dicairkan di luar mesin die casting dan dituang ke dalam wadah (chamber ) yang tidak dipanaskan, digunakan sebuah piston untuk mengalirkan logam cair kedalam cetakan dengan tekanan yang lebih tinggi antara MPa. Umumnya digunakan untuk paduan logam dengan titik lebur dengan temperatur tinggi seperti: aluminium, magnesium dan tembaga. Gambar 2.8 Die Casting Cold chamber process (Sumber : Secara komersial, mesin die casting mempunyai kapasitas antara ton. Umumnya die terbuat dari hot work dieesteels atau mold steels. Keausan die meningkat dengan naiknya temperatur logam cair, oleh karena itu kadang diperlukan pelumas ( parting agents ) dengan memberikan lapisan tipis pada permukaan die. Melalui proses die casting di mungkinkan untuk membuat komponen dengan kecepatan produksi yang tinggi serta menghasilkan komponen dengan kekuatan yang tinggi, komponen bentuk kompleks dengan kualitas tinggi, akurasi, dimensi dan permukaan yang baik, sehingga tidak atau sedikit memerlukan proses pemesinan sebagai proses akhir ( net shape forming ). Keuntungan proses die casting : 1. Kecepatan produksi tinggi 2. Kehalusan permukaan yang baik 3. Dimungkinan untuk bagian yang kecil sekitar 0,5 mm
10 II Toleransi dimensi sangat ketat, ±0,076 mm untuk komponen kecil 5. Pendinginan cepat akan menghasilkan butir halus dengan kekuatan yang tinggi 6. Ekonomis untuk produksi dengan jumlah yang besar Keterbatasan dari proses ini terletak pada bentuk benda kerja dikaitkan dengan kemudahannya untuk dikeluarkan dari cetakan. Proses die casting terdiri dari: 1. Material (penanganan awal pada material). 2. Melting Operations (proses peleburan). 3.Die Casting Operation (proses pengecoran). 4.Trimming (pemisahan return scrap). 5. Visual check Tabel 2-2 Perbedaan Antara Hot chamber process dengan Cold chamber process Hot Chamber Process 1. Tungku peleburan terdapat pada mesin dan Cylinder injeksi terendam dalam logam cair 2. Tekanan injeksi berkisar antara 7 sampai 35 MPa 3. Digunakan untuk logam cor dengan titik lembur rendah seperti Sn, Pb, Zn. 4. Laju produksi cepat, bisa mencapai 500 produk/jam. Cold Chamber Process Tungku peleburan terpisah, Cylinder injeksi diisi logam cair secara manual atau mekanis. Tekanan injeksi berkisar antara 14 sampai 140 Mpa. Digunakan untuk logam cor dengan titik lebur lebih tinggi seperti Al, Cu, Mg. Laju produksi lebih lambat dibandingkan cetak tekan ruang panas.
11 II Siklus Die Casting Siklus proses die casting terdiri dari 4 tahapan utama, yang dijelaskan di bawah ini : 1. Clamping Langkah pertama adalah persiapan dan menjepit kedua belah cetakan logam, lalu kedua belah cetakan logam dilekatkan pada mesin Die Casting, ditutup dan dijepit bersama-sama. Kekuatan clamping cetakan harus kuat agar logam tetap aman saat diinjeksikan. Waktu yang diperlukan untuk menutup dan menjepit cetakan tergantung pada mesin - mesin yang lebih besar akan membutuhkan lebih banyak waktu. 2. Injeksi Logam di lebur hingga melebihi titik leburnya dan suhunya diatur bertujuan agar saat logam cair dimasukan tidak membeku terlebih dahulu, selanjutnya ditransfer ke dalam ruang injeksi untuk diinjeksikan ke dalam cetakan. Setelah ditransfer, logam cair diinjeksikan pada tekanan tinggi ke die. Tekanan injeksi berkisar antara hingga psi. Tekanan ini menjaga logam cair dalam cetakan selama solidifikasi. Waktu injeksi adalah waktu yang diperlukan untuk logam cair untuk mengisi semua saluran dan rongga dalam cetakan. Biasanya kurang dari 0,1 detik, untuk mencegah pembekuan awal salah satu bagian dari logam. Waktu injeksi yang tepat dapat ditentukan dengan sifat termodinamika materi, serta ketebalan dinding coran. Sebuah ketebalan dinding lebih besar akan membutuhkan waktu injeksi lagi.. 3. Pendinginan Logam cair yang diinjeksikan ke die akan mulai mendingin dan mengeras setelah memasuki rongga cetakan. Ketika seluruh rongga diisi dan logam cair didinginkan, bentuk akhir dari casting terbentuk. Cetakan tidak dapat dibuka sampai waktu pendinginan telah berlalu dan casting dipadatkan. Waktu pendinginan dapat diperkirakan dari sifat termodinamika beberapa logam, ketebalan dinding maksimum casting, dan kompleksitas cetakan. Sebuah ketebalan dinding lebih besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama
12 II-12 pendinginan. Kompleksitas geometris cetakan juga membutuhkan waktu yang lebih lama pendinginan karena hambatan tambahan untuk aliran panas. 4. Ejection Setelah waktu pendinginan yang telah ditentukan telah berlalu, kedua belah cetakan logam dapat dibuka dan mekanisme ejeksi mendorong casting keluar dari rongga cetakan. Waktu untuk membuka cetakan logam dapat diperkirakan dari waktu siklus kering mesin dan waktu ejeksi ditentukan oleh ukuran cetakan pengecoran dan harus mencakup pada waktu casting untuk jatuh bebas dari cetakan. Setelah casting dikeluarkan, die di pasangkan kembali dan mekanisme injeksi akan kembali ke posisi semula untuk injeksi berikutnya. 1.4 Desain Cetakan Pengecoran Logam Pada prinsipnya, keberhasilan merancang sebuah cetakan permanen itu didasarkan atas pengalaman yang telah dialami. Berdasarkan pengalaman tersebut kompenen utama dalam merancang sebuah produk yaitu : desain secara fisik pada produk yang akan dicor, pemilihan material, pola produksi untuk mold dan core, proses pengecoran dan evaluasi. Hal-hal yang harus ada dan diperhatikan dalam membuat cetakan permanen adalah sebagai berikut : Core dan Cavity Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan ke dalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola, sedangkan core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan Belahan/Permukaan Pisah (Parting Line) [4] Pembuatan pola pada hampir semua benda cor, pada umumnya dibagi dalam dua bagian atau lebih, terutama untuk bentuk yang rumit. Benda yang bentuknya sederhana, memungkinkan untuk dibuat tanpa belahan yang biasa disebut pola tunggal. Pola yang mempunyai konstruksi belahan, bagian atas biasa disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Dalam menentukan kup dan drag tidak ada ketentuan yang pasti, hanya diperlukan suatu wawasan yang
13 II-13 berhubungan dengan nilai dan atau faktor ekonomis dalam proses pembuatan pola. Pada prinsipnya, penentuan kup dan drag merupakan kebebasan dan keleluasaan bagi perancang, persyaratannya harus tidak menyulitkan proses selanjutnya, misalnya tidak banyak memakan waktu pengerjaan, tidak menyulitkan dalam pembuatan cetakan dan tidak memakan biaya besar dalam penyelesaian akhir. Gambar 2.9 Tanda/kode belahan (Sumber : Penyusutan Dimensi/Penyusutan Padat Penyusutan dimensi (penyusutan padat) akan selalu terjadi pada benda coran, lihat Tabel 2-3, hal ini terjadi mulai saat awal pembekuan hingga dingin (mencapai suhu kamar). Oleh sebab itu, dalam pembuatan pola, harus diberikan tambahan ukuran dari ukuran nominal yang diminta. Besar penambahan ukuran tergantung pada jenis logam yang di cor. Dalam pembuatan pola, prosentase penyusutan dapat dibantu dengan alat ukur khusus untuk membuat pola seperti penggaris dan jangka sorong yang mempunyai tambahan ukuran dalam prosentase: 0,50%, 0,75%, 1,00%, 1,25%, 1,50%, 1,75%, 2.00%, dan 2,50%. Meski besar penyusutan dimensi bahan sangat beragam, dapat digunakan alat ukur yang mendekati dan masuk toleransi.
14 II-14 Tabel 2-3 Penyusutan Dimensi Jenis Bahan Benda Coran Harga yang Berlaku (%) Besi Cor Kelabu (FC) 1,00 Besi Cor Nodular (FCD) 1,00 Besi Cor Mampu Tempa (Perapian Putih) 1,60 Besi Cor Mampu Tempa (Perapian Hitam) 0,50 Besi Cor (SC) 2,00 Aluminium Paduan (Al) 1,20 Magnesium Paduan (Mg) 1,20 Tembaga Paduan (Cu paduan) 1,90 Brons/Bronze (Cu Sn) 1,50 Kuningan/Brass (Cu Zn) 1,50 Kuningan Khusus/ Paduan Mn-Fe-AL 2,00 Alumnium-Brons (Cu Al) 1,80 Seng (Zn) 1,30 Timbal (Pb) 1, Draft angel Draft angel agar benda dapat dengan mudah dikeluarkan dari cetakan, dinding cetakan harus didesain dengan sudut draft sedikit, kisarnya antara 1-3 seperti yang ditunjukan pada Gambar Draft sudut yang lebih kecil menyebabkan masalah dalam mengeluarkan benda cor dari cetakan, seperti ditunjukan pada Gambar Gambar 2.10 Kisar Sudut
15 II-15 Gambar 2.11 Desain Kemiringan Radius Radius adalah cara terbaik untuk merancang bagian tidak dengan sudut tajam. Sudut yang tajam mengakibatkan takik, yang berkonsentrasi strees dan mengurangi dampak kekuatan bagian itu, Radius sudut A, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11, akan meningkatkan kekuatan dan memperbaiki sudut pengisian cetakan. Jari-jari harus dalam kisaran 25% sampai 75% dari tebal dinding; 50% disarankan. Gambar 2.12 menunjukkan strees konsentrasi sebagai fungsi dari rasio radius sudut ke dinding tebal, R / T. Gambar 2.12 Mengurangi konsentrasi strees
16 II-16 Gambar 2.13 Strees Konsentrasi 1.5 Electrical Discharge Machine Teknik Fabrikasi yang di gunakan untuk membuat cetakan ialah menggunakan mesin EDM (Electrical Discharge Machine). Electric Discharge Machine (EDM) adalah suatu mesin perkakas Non Konvensional yang proses pemotongan material (material removal) benda kerjanya berupa erosi yang terjadi karena adanya sejumlah loncatan bunga api listrik secara periodik pada celah antara katoda (pahat) dengan anoda (benda kerja) di dalam cairan dielektric. Proses Electric Discharge Machine (EDM) memiliki kemampuan dasar, diantaranya : 1. Mampu mengerjakan metal atau paduan yang sangat keras yang tidak mudah untuk dikerjakan dengan proses pemesinan konvensional, sehingga proses EDM banyak digunakan dalam pembuatan peralatan-peralatan pembentuk (cetakan) dan perkakas pemotong yang dibuat dari baja yang dikeraskan, Karbida, Tungsten, dll. 2. Mampu mengerjakan kontur permukaan benda kerja yang kompleks, dengan dimensi sama secara berulang-ulang selama proses pembentukan tidak membutuhkan gerakan elektroda diluar jangkauan gerakan utama proses Electric Discharge Machine (EDM). Selain kemampuan dasar di atas proses EDM juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : a. Handling benda kerja di atas mesin tidak rumit b. Permukaan benda kerja hasil proses EDM relatif halus
17 II-17 c. Tingkat kebisingan rendah d. Kemudahan dalam pembuatan elektroda Namun demikian, proses EDM juga mempunyai beberapa kerugian, diantaranya : a. Mesin EDM dan perlengkapannya masih relatif mahal b. Proses erosi benda kerja sangat kecil, sehingga waktu operasinya lama c. Harus dioperasikan oleh operator yang tidak elergi terhadap cairan dielektric. Gambar 2.14 Mesin EDM Sumber : ( Material removal yang berupa erosi terjadi akibat adanya loncatan bunga api listrik di antara elektroda dan benda kerja dalam cairan dielektric. Loncatan bunga api listrik terjadi apabila beda tegangan antara pahat dan benda kerja melampaui break down voltage celah dielektrik. Break down voltage bergantung pada : a. Jarak terdekat antara elektroda (pahat) dengan benda kerja b. Karakteristik tahanan dari cairan dielektric c. Tingkat kotoran pada celah di antara elektroda dengan benda kerja.
18 II-18 Gambar 2.15 Proses EDM Sumber : ( Proses terjadinya loncatan bungan api listrik di antara elektroda dan benda kerja adalah sebagai berikut: Pengaruh medan listrik yang ada di antara elektroda dan benda kerja menyebabkan terjadinya pergerakan ion positif dan elektron masing-masing menuju kutub yang berlawanan sehingga terbentuklah saluran ion yang bersifat konduktif. Pada kondisi tersebut arus listrik dapat mengalir melalui saluran ion dan terjadilah loncatan bunga api listrik.
19 II-19
PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA
KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA Arianto Leman S., MT Disampaikan dalam : PELATIHAN PENGEMBANGAN RINTISAN PENGECORAN SKALA MINI BAGI GURU-GURU SMK DI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciTUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN
TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN Disusun Oleh Nama Anggota : Rahmad Trio Rifaldo (061530202139) Tris Pankini (061530200826) M Fikri Pangidoan Harahap (061530200820) Kelas : 3ME Dosen
Lebih terperinciMetal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material
Metal Casting Processes Teknik Pembentukan Material Pengecoran (Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku
Lebih terperinciPROSES MANUFACTURING
PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.
Lebih terperinciMODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM
MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan
Lebih terperinciPERMANEN MOLD CASTING
PERMANEN MOLD CASTING Permanen mold casting adalah pembuatan logam dengan cetakan dipadukan dengan tekanan hidrostastik. Cara ini tidak praktis untuk pengecoran yang berukuran besar dan ketika menggunakan
Lebih terperinciBAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN
BAB V PROSES PENGECORAN Bertitik tolak pada cara kerja proses ini, maka proses pembuatan jenis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Proses penuangan. 2. Proses pencetakan. Proses penuangan adalah proses
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rem Sepeda Motor Rem merupakan salah satu bagian dari kendaraan yang mempunyai peran yang sangat penting untuk kenyamanan dan keselamatan pengendara sepeda motor. Rem terbagi
Lebih terperinci11 BAB II LANDASAN TEORI
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Velg Sepeda Motor [9] Velg atau rim adalah lingkaran luar logam yang sudah di desain dengan bentuk sesuai standar (ISO 5751 dan ISO DIS 4249-3), dan sebagai tempat terpasangnya
Lebih terperinciTI-2121: Proses Manufaktur
TI-11: Proses Manufaktur Dasar-dasar Pengecoran Logam Laboratorium Sistem Produksi www.lspitb.org 003 1. Hasil Pembelajaran Umum: Memberikan mahasiswa pengetahuan yang komprehensif tentang dasar-dasar
Lebih terperinciIII. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.
III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PROSES MANUFAKTUR
BAB I PROSES MANUFAKTUR A. Pendahuluan. teknologi mekanik merupakan suatu proses pembuatan suatu benda dari bahan baku sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses tambahan. Dari sejarah
Lebih terperinciMODUL PDTM PENGECORAN LOGAM
MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 TIM PDTM SMK PGRI 1 NGAWI 1 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Judul modul ini adalah Modul Pengecoran.
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGECORAN LOGAM
BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand
Lebih terperinciTIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik
1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan
Lebih terperinciPembahasan Materi #11
1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Electrical discharge machining (EDM) atau disebut juga spark machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi panas yang dihasilkan oleh loncatan
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN
ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN Oleh: M.Nawarul Fuad Shibu lijack LATAR BELAKANG Fungsi velg sebagai roda
Lebih terperinciPEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03
PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan
Lebih terperinciMerencanakan Pembuatan Pola
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Merencanakan Pembuatan Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kehidupan manusia semakin maju sehingga menuntut manusia untuk berkembang. Karena kehidupan manusia yang bertambah maju maka berbagai bidang teknologi
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK LOGAM
MATERIAL TEKNIK LOGAM LOGAM Logam adalah Jenis material teknik yang dipakai secara luas,dan menjadi teknologi modern yaitu material logam yang dapat dipakai secara fleksibel dan mempunyai beberapa karakteristik.
Lebih terperinciXI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar
XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA A. Sub Kompetensi Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pengecoran casting adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang
Lebih terperinciPENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A
PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A Agus Salim Peneliti pada Bidang Peralatan Transportasi Puslit Telimek LIPI ABSTRAK Telah dilakukan pengecoran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengecoran Logam Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan logam dan menuangkan cairan logam tersebut ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan manusia dalam bidang industri semakin besar. kebutuhan akan material besi dalam bentuk baja dan besi cor juga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang
Lebih terperinciBAB 2 PROSES PENGECORAN
BAB 2 PROSES PENGECORAN 2.1. Pendahuluan Proses pengecoran melalui beberapa tahap : pembutan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan suatu proses pembuatan benda yang dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari pembuatan pola, cetakan, proses peleburan, menuang, membongkar
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 2111106036 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING
TUGAS AKHIR Surabaya, 15 Juli 2014 PENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING Oleh : Muhammad MisbahulMunir NRP. 2112 105 026 Dosen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS
Pengaruh Penambahan Mg Terhadap Sifat Kekerasan dan... ( Mugiono) PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengecoran Logam Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan logam dan menuangkan cairan logam tersebut ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Electrical discharge machining (EDM) yang merupakan metode
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Electrical discharge machining (EDM) yang merupakan metode permesinan non-tradisional dan mulai dikembangkan diakhir tahun 1940-an, telah banyak digunakan diseluruh
Lebih terperinciPROSES MOLDING PEMBUATAN KEYMASCOD SEPEDA MOTOR MAULANA MUNAZAT
PROSES MOLDING PEMBUATAN KEYMASCOD SEPEDA MOTOR MAULANA MUNAZAT 24409654 Latar Belakang Molding adalah sebuah proses produksi dengan membentuk bahan mentah menggunakan sebuah rangka kaku atau model yang
Lebih terperinciA. Pengertian Electrical Discharge Machine
A. Pengertian Electrical Discharge Machine Electrical Discharge Machine merupakan mesin produksi non konvensional yang memanfaatkan proses konversi listrik dan panas, dimana energi listrik digunakan untuk
Lebih terperinciBAB 3. PENGECORAN LOGAM
BAB 3. PENGECORAN LOGAM Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai ketrampilan pembentukan material melalui proses pengecoran : Menguasai pembentukan komponen dari aluminiun melalui pengecoran langsung DASAR
Lebih terperinciII. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar
II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM A. Sub Kompetensi Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu
Lebih terperinciGambar 1 Sistem Saluran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen gating system! Sistem saluran (gating system) didefinisikan sebagai jalan masuk atau saluran bagi logam cair yang dituangkan dari ladel
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR
PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR Oleh: Muhamad Nur Harfianto 2111 105 025 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak material yang semakin sulit untuk dikerjakan dengan proses pemesinan konvensional. Selain tuntutan terhadap kualitas
Lebih terperinciBab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal
Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal Proses yang lazim dilakukan dalam pembuatan pola volute casing pompa sentrifugal adalah proses dengan menggunakan metode rakitan. Pola
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI I METALURGI SERBUK BY ASYARI DARYUS UNIVERSITAS DARMA PERSADA
PROSES PRODUKSI I BY ASYARI DARYUS UNIVERSITAS DARMA PERSADA OBJECTIVE Mahasiswa dapat menerangkan konsep dasar teknologi dan proses metalurgi serbuk AGENDA Definisi Karakterisasi metalurgi serbuk Metode
Lebih terperinciPROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.
PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA Idris Prasojo 23411466 Teknik Mesin Dr.-Ing. Mohamad Yamin Latar Belakang Berkembangnya teknologi pada industri kereta api. Beragam
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING
RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING Oleh: Agung Tri Hatmoko 2111 105 017 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Rockwool. Dalam studi kali ini, material rockwool sebelum digunakan sebagai bahan isolasi termal dalam tungku peleburan logam ialah dengan cara membakar
Lebih terperinciPEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING
PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING URZA RAHMANDA, EDDY WIDYONO Jurusan D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya
Lebih terperinciPENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT
PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT Prima Eko Susanto 1, Hendra Suherman 1, Iqbal 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aluminium (Al) adalah unsur kimia dengan nomor atom 13 dan massa atom 26, 9815. Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26 dapat meluruhkan sinar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu penanganan yang tepat sehingga
Lebih terperinciProses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A
Proses Manufaktur (TIN 105) 1 Suatu proses penuangan logam cair ke dlm cetakan kemudian membiarkannya menjadi beku. Tahapan proses pengecoran logam (dengan cetakan pasir) : Bahan baku pola Pasir Persiapan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran Pencampuran
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM
ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta
Lebih terperinci2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA
2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA HASIL PEMBELAJARAN Umum: Memberikan pengetahuan yang komprehensif tentang dasardasar proses foundry, proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang manufaktur, terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut dicorkan ke dalam
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciPengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) *Yusuf Umardani a, Yurianto a, Rezka
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP Koos Sardjono, Eri Diniardi, Piki Noviadi Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Dalam
Lebih terperinciSTUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING
Sidang Tugas Akhir (TM 091486) STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING oleh : Rachmadi Norcahyo
Lebih terperinciILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar
ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6 Pengantar Bahan listrik dalam sistem tanaga listrik merupakan salah satu elemen penting yang akan menentukan kualitas penyaluran energi listrik itu sendiri. Bahan listrik
Lebih terperinci3. Uraikan & jelaskan perbedaan yang mendasar antara teknik pressing & sintering konvensional dengan teknik pressing & sintering modern.
Tugas Online 2 (Tugas Individu) Jawab soal berikut ini : 1. Uraikan & jelaskan 4 keuntungan komersial & 4 kelemahan penggunaan Powder Metallurgy. 2. Jelaskan tujuan dilakukannya proses pemanasan (sintering)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dunia manufaktur khususnya pada pembuatan tool dalam industri mold
1 BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG Electrical Discharge Machining (EDM) yang merupakan metode permesinan non-tradisional dan mulai dikembangkan di akhir tahun 1940an, telah banyak digunakan di seluruh
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN
Laporan Tugas Akhir PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Nama Mahasiswa : I Made Pasek Kimiartha NRP
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar
Minggu Pokok Bahasan 1 I. Pendahuluan sejarah dari teknologi pengecoran, teknik pembuatan coran, bahanbahan yang biasa digunakan untuk produk coran di tiap industri, serta mengetahui pentingnya teknologi
Lebih terperinciTUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )
1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengecoran Logam Pengecoran Logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciRedesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting
TUGAS AKHIR Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting Disusun : EKO WAHYONO NIM : D 200 030 124 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinci6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan
Seperti halnya pada baja, bahwa besi cor adalah paduan antara besi dengan kandungan karbon (C), Silisium (Si), Mangan (Mn), phosfor (P), dan Belerang (S), termasuk kandungan lain yang terdapat didalamnya.
Lebih terperinciPERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM
1 PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR
ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR Latar belakang Pengecoran logam Hasil pengecoran aluminium
Lebih terperinciK. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.
K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang e-mail: roziqinuwh@gmail.com helmy_uwh@yahoo.co.id i.syafaat@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN
ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN CETAKAN PEMANEN (PERMANENT MOLD) UNTUK PEMBUATAN PULLEY ALUMINIUM ABSTRACT
JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 RANCANG BANGUN CETAKAN PEMANEN (PERMANENT MOLD) UNTUK PEMBUATAN PULLEY ALUMINIUM Firdaus Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Time Buff Terhadap Tingkat Kekasaran dan Kekerasan Permukaan Pada Proses EDM MP-50 Material Stainless Steel SUS 304
Analisis Pengaruh Time Buff Terhadap Tingkat Kekasaran dan Kekerasan Permukaan Pada Proses EDM MP-50 Material Stainless Steel SUS 304 Ahmad Syaifullah 1, Siswiyanti ², Rusnoto³ ¹ Mahasiswa Teknik mesin,
Lebih terperinciSTUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg
STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg Rusnoto Program Studi Teknik Mesin Unversitas Pancasakti Tegal E-mail: rusnoto74@gmail.com Abstrak Piston merupakan
Lebih terperinciTUGAS SARJANA TEKNIK PENGECORAN LOGAM
TUGAS SARJANA TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN WORM SCREW UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAHAN 10 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR OLEH : HENDRA
Lebih terperinci02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM
02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 Nurhadi
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM
ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM SUHADA AMIR MUKMININ 123030037 Pembimbing : IR. BUKTI TARIGAN.MT IR. ENDANG ACHDI.MT Latar Belakang CACAT CACAT PENGECORAN Mempelajari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu pada bulan September
Lebih terperinciPenghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim
KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium
Lebih terperinciMATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA
Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan
Lebih terperinciANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciVARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK
VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program
Lebih terperinciPENGECORAN SENTRIFUGAL (CENTRIFUGAL CASTING) dimana : N = Kecepatan putar (rpm) G factor = Faktor gaya normal gravitasi selama berputar
PENGECORAN SENTRIFUGAL (CENTRIFUGAL CASTING) Kecepatan Putar Centrifugal Casting Kecepatan putar dapat dihitung melalui perumusan sebagai berikut [7]: dimana : N = Kecepatan putar (rpm) G factor = Faktor
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR
INDUSTRI INOVATIF Vol. 6, No., Maret 06: 38-44 ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR ) Aladin Eko Purkuncoro, )
Lebih terperinciBESI COR. 4.1 Struktur besi cor
BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn
ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn Teguh Raharjo, Wayan Sujana Jutusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi dustri Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinciOPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM Susilo Adi Widyanto*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan Aluminium dan Logam paduan Aluminium didunia industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat ini, menuntut manusia untuk melaksanakan
Lebih terperinciOPTIMASI PARAMETER PERMESINAN TERHADAP LAJU PEMBUANGAN MATERIAL DAN KETELITIAN UKURAN (OVERCUT) PADA PROSES ELECTRICAL DISCHARGE MACHINE (EDM)
//digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //d //d //d //d OPTIMASI
Lebih terperinciDasar pengecoran logam
Dasar pengecoran logam Kelompok 2 Wanda Saputra Yoes Firman Sejarah pengecoran Mencairkan logam coran dibuat dari logam yang di cairkan, di tuang kedalam cetakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku.
Lebih terperinciBAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS
BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN
PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN Mukhtar Ali 1*, Nurdin 2, Mohd. Arskadius Abdullah 3, dan Indra Mawardi 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
Lebih terperinci