Pembelaan Kepentingan Publik Sebagai Pilar Perlindungan HAM Dan Keadilan Sosial Bagi Rakyat
|
|
- Djaja Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kerangka Acuan Konferensi Nasional II Public Interest Lawyer Network (PIL Net) Pembelaan Kepentingan Publik Sebagai Pilar Perlindungan HAM Dan Keadilan Sosial Bagi Rakyat Jakarta, Maret 2014 I. PENDAHULUAN Tahun 2011 merupakan tonggak sejarah dalam gerakan bantuan hukum di Indonesia. Pada tahun tersebut, diterbitkan UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang menjadi pijakan dan perluasan akses masyarakat miskin atas bantuan hukum. Berdasarkan UU Bantuan Hukum tersebut, jaminan dan pemenuhan atas keadilan serta perwujudan hak konstitusional warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum dharapkan akan lebih terjamin dan meningkat. Melalui UU Bantuan Hukum, inisiatif pemberian bantuan hukum yang selama ini dikerjakan oleh masyarakat sipil dan lembaga lembaga bantuan hukum telah diakomodasi Negara dengan menyediakan dana bantuan hukum dan, juga menjadi landasan hukum bagi pembentukan Perda tentang Bantuan Hukum di daerah daerah. Sehingga akses masyarakat akan Bantuan Hukum akan menjadi lebih luas dan mendekati wilayahwilayah yang minim Advokat. Permasalahannya, tujuan yang hendak dicapai melalui UU Bantuan Hukum tersebut ternyata belum sepenuhnya dapat tercapai. Masih banyak masyarakat miskin pencari keadilan yang menghadapi proses persidangan seorang diri tanpa didampingi pembela ataupun penasehat hukum. Hal ini diakibatkan oleh salah satunya masih minimnya pengacara pengacara yang mau menangani kasus kasus masyarakat miskin dan marjinal yang berhadapan dengan hukum. Sebagai contoh, catatan WALHI Kalimantan Tengah, di Kalimantan Tengah pada tahun 2013 saja terdapat 26 konflik perkebunan ditambah 5 konflik pertambangan, namun hanya terdapat 3 Pemberi Bantuan Hukum di sana yang sudah diverifikasi Kementerian Hukum dan HAM. Situasi ini diperparah dengan proses pembangunan dan pembuatan kebijakan yang mengabaikan hak hak warga negara. Proses pembangunan dan pembuatan kebijakan seringkali tidak menjadikan warga negara sebagai subyek utama yang harus terlibat dan dilibatkan. Sehingga, dampak pembangunan dan kebijakan tersebut lebih banyak menimbulkan efek negatif dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh warga negara. Misalnya sejak tahun 2011, Pemerintah Indonesia telah membuat program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia's Economic Development) dengan singkatan MP3EI. Program yang awalnya merupakan sebuah pola induk perencanaan ambisius dari pemerintah Indonesia untuk dapat mempercepat realisasi perluasan pembangunan ekonomi dan pemerataan kemakmuran agar dapat dinikmati secara merata di kalangan masyarakat, pada akhirnya telah mengakibatkan dampak negatif bagi masyarakat. 1
2 Pada 2013, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menempatkan Indonesia pada peringkat ke 4 dari 19 negara tujuan investasi terbaik di dunia. Hal ini tentu secara tak langsung memberikan signal bahwasanya aktivitas pembangunan yang mengatasnamakan kepentingan umum makin subur di Indonesia. Sekarang saja, dapat dilihat perampasan tanah tanah milik masyarakat dan intensitas konflik di wilayah wilayah yang menjadi titik pembangunan MP3EI dan pembangunan infrastrukturnya sebagai dampak yang terjadi sesaat setelah dilaksanakannya Program MP3EI. Demikian juga dengan pemberian ijin ijin lokasi dan konsesi untuk perusahaanperusahaan perkebunan, tambang, dan hutan, telah mengakibatkan hilangnya akses dan hak hak hidup masyarakat lokal dan masyarakat hukum adat. Beberapa konflik agraria telah muncul berkenaan dengan pelaksanaan MP3EI ini diantaranya: kasus PT DH Energy dan PT. Pendopo Energi Batubara, KPI Sei Mangke, Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Papua, PLTU Batang Jawa Tengah, PT Bukit Asam perluasan Bangko Tengah, Pertambangan di Sulawesi, dan Smelter di Kalimantan Selatan, kasus perluasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, dan kasus pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol Semarang Solo. Selain persoalan yang ditimbulkan MP3EI, dalam konteks pembangunan perkebunan dan pengelolaan sumber daya alam lainnya, Pemerintah mengalokasikan lahan hutan, laut, sungai dan tanah untuk diberikan dan dieksploitasi kepada para investor. Sebagai akibatnya, makin banyak sumber daya alam yang telah diserahkan Negara kepada pebisnis (korporasi, pengusaha perkebunan). Di sektor perkebunan kelapa sawit saja, Pemerintah Indonesia telah menghabiskan lahan hampir Ha, dari keseluruhan luasan kebun yang ada di Indonesia saat ini, berada dalam penguasaan (dua ribu) perusahaan dan dikontrol oleh 30 (tiga puluh) holding company. Dalam proses ini, tampak sekali adanya koalisi (kolusi) antara Negara dan Pengusaha untuk mendukung pembangunan dan proteksi terhadap perusahaan perusahaan besar, antara lain melalui berbagai fasilitas dan kemudahan yang diberikan. Untuk mengatasi dan merespon permasalahan permasalahan di atas, telah banyak upayaupaya yang dilakukan oleh masyarakat sipil, salah satunya melalui pembentukan Jaringan Pengacara Publik (Publik Interest Lawyer Network) pada pertengahan Jaringan Pengacara ini dibentuk dalam rangka mencari, menemukan dan mengembangkan Pengacara pengacara yang secara sukarela mendedikasikan dirinya atau menyumbangkan waktunya untuk membela dan menangani masalah masalah publik. Pada awalnya terbentuknya Jaringan Pengacara ini diharapkan membantu masyarakat terpinggirkan/terpaksa harus menempuh jalur hukum (litigasi) dalam menyelesaikan permasalahan permasalahan yang dihadapinya. Namun, terbentuknya Jaringan Pengacara ini pun masih menyisakan rentang jumlah kasus dan advokat yang tak sebanding. Jaringan Pengacara Publik, telah mengadakan Konferensi yang pertama dan mendeklarasikan pendiriannya pada 5 Agustus Pada Konferensi tersebut telah 2
3 terbentuk jaringan yang lebih mapan dengan keanggotaan dan kepengurusan di sekretariat. Sekretariat ini telah berjalan baik, meskipun belum maksimal untuk mengkoordinasi dalam penanganan kasus dengan anggota anggotanya. Selama kepengurusan , PILNET telah menangani banyak kasus yang berdimensi publik, khususnya di sektor perkebunan. Kasus kasus tersebut diantaranya terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, di pulau Jawa di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, kasus kebakaran hutan di Riau dan beberapa kasus di wilayah lainnya yang masih kekurangan Pengacara Publik. Selain itu, Jaringan Pengacara Publik (PIL Net) telah berkontribusi dalam advokasi kebijakan yang diperkirakan akan mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti advokasi Judicial Review UU Perkebunan, UU Sisdiknas, KUHAP, UU Mahkamah Agung dsb. Dalam rangka memperkuat dan merencanakan kembali pendampingan dan pengembangan kelembagaan PILNET, maka Jaringan Pengacara Publik (PIL NET) akan mengadakan Konferensi Nasional Pengacara Publik yang kedua dengan tema Public Interest Lawyering sebagai pilar perlindungan HAM dan keadilan sosial bagi rakyat. II. TUJUAN DAN CAPAIAN Konferensi Nasional Jaringan Pengacara Publik (PIL Net) bertujuan untuk memecahkan dan menemukan solusi terhadap permasalahan permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelayanan pembelaan hak hak masyarakat yang terpinggirkan, serta dalam rangka mengembangkan Jaringan Pengacara Publik. Ke luar: Meluaskan peran Jaringan Pengacara Publik sebagai bagian gerakan advokasi rakyat; Ke dalam: 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Jaringan Pengacara Publik (PIL Net); 2. Meningkatkan kapasitas Jaringan Pengacara Publik (PIL Net) dalam melakukan pelayanan hukum dengan pertukaran pengalaman advokasi; 3. Menyiapkan program program strategis Jaringan Pengacara Publik (PIL Net); 4. Membentuk kembali kepengurusan dan kesekretariatan yang mendukung kerjakerja yang dilakukan Jaringan Pengacara Publik (PIL Net). Capaian : 1. Meningkatkan sosialisasi keberadaan Jaringan Pengacara Publik (PIL Net); 2. Terwacanakannya peran Public Interest Lawyer sebagai bagian gerakan advokasi rakyat; 3. Tersusunnya program strategis yang mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan dan anggota Jaringan Pengacara Publik (PIL Net) dalam melakukan pembelaan atas hak hak masyarakat marjinal; 4. Terpilihnya kepengurusan dan kesekretariatan yang mendukung kerja kerja yang dilakukan Jaringan Pengacara Publik (PIL Net). III. KEGIATAN 3
4 Pada Konferensi Nasional Jaringan Pengacara Publik terdapat dua kegiatan besar yang akan dilakukan, yakni: Seminar Nasional dan Konferensi Nasional Jaringan Pengacara Publik (PIL Net). 3.1 Seminar Nasional Penyelenggaran Seminar Nasional dalam konferensi ini bertujuan menggali dan mendialogkan kembali permasalahan kebijakan negara yang memiliki dampak buruk terhadap masyarakat, sehingga dapat kembali mendorong gerakan advokat untuk kepentingan publik dan kontribusinya dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia. Seminar ini memilih tema: Menggugat Kebijakan Negara Yang Pro Pasar dan Praktik Buruk Korporasi. Keynote Speech: Prof. Achmad Sodiki Narasumber: 1. Dr. Andrinof A. Chaniago (Pengajar Univ. Indonesia) Dampak Politik Hukum Pembangunan Nasional 2. Dr. Maruarar Siahaan (Rektor Univ. Kristen Indonesia) Cermin Pengadilan Dalam Penanganan Kasus Kasus Publik 3. Dr. Bambang Widjojanto (Wakil Ketua KPK) Pemberantasan Korupsi di Sektor Sumber Daya Alam 4. Wahyu Wagiman, SH. (Koordinator PIL Net) Tantangan Proses Litigasi Melawan Korporasi Moderator: Maria Louisa Seminar ini diharapkan dapat memberikan gambaran utuh bagaimana keberpihakan negara atas pasar dapat memberikan dampak buruk dalam pembangunan manusia. Sehingga kemudian, dapat memetakan peran advokat yang melakukan pembelaan publik. 3.2 Konferensi Nasional Jaringan Pengacara Publik (PIL Net) Konferensi akan membahas mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan organisasi dan kelembagaan Jaringan Pengacara Publik (PIL Net), seperti pengesahan AD/ART, pengesahan program strategis, penyusunan struktur dan jobdesk badan pengurus, penyusunan kode etik dan hukum acara sidang etik dan hal lain yang berkaitan dengan keberadaan dan keberlangsungan Jaringan Pengacara Publik. Demi mempermudah pelaksanaan konferensi, sebelumnya telah diselenggarakan pertemuan pra konferensi, dan pembentukan task force yang bertugas mengamandemen Statuta, menyusun draft program strategis, job desk badan pengurus, draft kode etik dan hukum acara dan berbagai yang berkaitan dengan keberadaan dan keberlangsungan Jaringan Pengacara Publik; IV. PESERTA Peserta Konferensi ini terdiri dari : 4
5 1. Seminar Nasional Seminar nasional akan diikuti oleh peserta berbagai kalangan seperti perwakilan lembaga lembaga Negara, praktisi, aparat penegak hukum, media massa, akademisi, mahasiswa, korban dan kelompok masyarakat yang concern terhadap public interest lawyers. 2. Konferensi Nasional Public Interest Lawyers (PIL NET) Peserta Konferensi PIL Net adalah anggota PIL Net dan peninjau. V. WAKTU & TEMPAT Konferensi Nasional Jaringan Pengacara Publik ini akan dilakukan selama tiga hari, yaitu pada: Hari, tanggal : Maret 2014 Tempat : Hotel Ibis Tamarin, Jakarta Pusat Waktu : wib VI. PELAKSANA KEGIATAN Konferensi Nasional ini dilaksanakan oleh Kepanitiaan Konferensi Pengacara Publik Indonesia (terlampir) dengan didukung oleh ELSAM, Sawit Watch, HuMa, dan WALHI. Steering Committee: 1. Abdul Haris Semendawai, SH., LL.M. 2. Abetnego Tarigan 3. Andiko Sutan Mancayo, SH., MH. 4. Indriaswati Dyah Saptaningrum, SH., LL.M. 5. Jefri Gideon Saragih Ex officio: Wahyu Wagiman, SH. Organizing Committee: Ketua: Andi Muttaqien Wakil Ketua: Sinung Karto Sekretaris: Edi Sutrisno Anggota: Adiani Viviani, Daywin Prayogo, Eep Saepulloh, Fatilda Hasibuan, Iki Dulagin, Kania, Maria Louisa, Melly Setiawati, Muhnur, Sandoro Purba, Siti Aminah Tardi, Syahrul Fitra, dan Muhammad Irwan VII. PELAKSANA KEGIATAN Konferensi Nasional ini dilaksanakan oleh Kepanitiaan Konferensi Pengacara Publik Indonesia (PIL Net) dengan didukung oleh ELSAM, Sawit Watch, HuMa, WALHI, ICW dan SILVAGAMA VIII. PENUTUP Demikian kerangka acuan ini kami susun sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan Konferensi Nasional Public Interest Lawyers Network (PIL Net). 5
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap
Lebih terperinciShared Resources Joint Solutions
Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi
Lebih terperinciKepengacaraan Untuk Kepentingan Publik dan Pemajuan dan Perlindungan HAM
Kepengacaraan Untuk Kepentingan Publik dan Pemajuan dan Perlindungan HAM Disampaikan oleh : A.H. Semendawai, SH, LLM Disampaikan dalam acara Konferensi Public Interest Lawyer Network (PILNET) Jakarta,
Lebih terperinciKursus Hak Asasi Manusia untuk Pengacara XIX
Kursus Hak Asasi Manusia untuk Pengacara XIX 10-24 November 2015 Profil Program ELSAM kembali mengadakan kursus HAM untuk pengacara pada tanggal 10-24 November 2015, dan telah memasuki angkatan ke- 19.
Lebih terperinciMenyongsong Perspektif Baru Perlindungan Saksi dan Korban dalam Revisi Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Seminar Menyongsong Perspektif Baru Perlindungan Saksi dan Korban dalam Revisi Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) JAKARTA, 10 April 2013 1 Daftar Isi
Lebih terperinciLaporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar
Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias
Lebih terperinciPAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 015 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 015 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,
Lebih terperinciMP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan
Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember
Lebih terperinciAdvokasi Dan Pendampingan Terhadap Pelanggaran Hukum Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 1 Oleh: RB Sularto
Advokasi Dan Pendampingan Terhadap Pelanggaran Hukum Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 1 Oleh: RB Sularto A. Pendahuluan Pemilihan tema kegiatan ini sebagaimana tersurat dalam Kerangka Acuan Kegiatan
Lebih terperinciTrend Pemberantasan Korupsi 2013
Trend Pemberantasan Korupsi 20 Pembahasan. Sumber data dan periode pemantauan 2. Penindakan perkara korupsi 20. Pelaksanaan fungsi koordinasi dan supervisi 4. Kesimpulan 5. Rekomendasi Waktu dan Metode
Lebih terperinciSurat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua
Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Hari ini, 16 Oktober 2013, merupakan hari Pangan Sedunia. FAO memberikan tema "Sistem Pangan Berkelanjutan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit
Lebih terperinciMISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN
SENGKARUT TAMBANG MENDULANG MALANG Disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan dan Tambang. Untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten. Jakarta, 22 April 2015 MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN No Daerah Hutan Konservasi
Lebih terperinciKURSUS HAK ASASI MANUSIA PROFIL UNTUK PENGACARA XV PROGRAM Oktober 5 November 2011
KURSUS HAK ASASI MANUSIA PROFIL UNTUK PENGACARA XV PROGRAM 2011 24 Oktober 5 November 2011 LATAR BELAKANG Pengacara dan pekerja hak asasi manusia memiliki peran yang cukup penting dalam upaya penanganan
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) telah mendorong pelaksanaan keterbukaan
A. PENDAHULUAN Akses terhadap informasi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin dan dilindungi konstitusi. Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 104, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5248) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN
Lebih terperinciLOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011
LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 GOAL/IMPACT TINGKATAN TUJUAN/HASIL INDIKATOR SUMBER VERIFIKASI ASUMSI Meningkatnya akuntabilitas, peran dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak konstitusional setiap orang
Lebih terperinciSeminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs
Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M.Sc. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, KLHK Plt. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 50/PUU-X/2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 50/PUU-X/2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum I. PEMOHON 1. Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) diwakili
Lebih terperinciJalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT
Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Permasalahan Terkait Kejahatan SDA-LH Karakteristik kejahatan SDA-LH: Kejahatan sumber
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas I. PEMOHON 1. Yayasan FITRA Sumatera Utara, dalam hal ini diwakili oleh Irvan Hamdani
Lebih terperinci[Briefing Paper] Menggugat Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng
[Briefing Paper] Menggugat Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Pada tahun 2012 Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 660.1/17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM
BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan
156 V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN
1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Pasal 1 1. Anggota AJI adalah jurnalis yang telah memenuhi syarat profesional dan independen yang bekerja untuk media massa cetak, radio, televisi, dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciSumber: Biro Pusat Statistik
Sumber: Biro Pusat Statistik Pembangunan Masih Jawa Sentris, Padahal Harusnya Indonesia Sentris Kontribusi Aktivitas Pembangunan Terhadap PDB Bertumpu di Pulau Jawa Sumatra Share PDRB: 23.2% Kalimantan
Lebih terperinciKETATANEGARAAN PASKA 1998 DAN TANTANGANNYA BAGI PRAKTEK LITIGASI UNTUK KEPENTINGAN PUBLIK
KETATANEGARAAN PASKA 1998 DAN TANTANGANNYA BAGI PRAKTEK LITIGASI UNTUK KEPENTINGAN PUBLIK DR. Bambang Widjojanto Konferensi Nasional Public Interest Lawyer Network (PIL-Net), Jakarta, 3 Agustus 2010 PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas I. PEMOHON 1. Yayasan FITRA Sumatera Utara, dalam hal ini diwakili oleh Irvan Hamdani HSB,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM MASYARAKAT MISKIN
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global lebih dari 12 tahun yang lalu telah mengakibatkan lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan hanya dengan upaya
Lebih terperinciOleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015
Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciKEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016
KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN
Lebih terperinciPerihal: Gugatan Tata Usaha Negara tentang Permohonan Pembatalan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87/P Tahun 2013
Kepada Yang Terhormat Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Di J a k a r t a Perihal: Gugatan Tata Usaha Negara tentang Permohonan Pembatalan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87/P Tahun
Lebih terperinciKONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN
KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN Andiko, SH. MH SARASEHAN KONGRES MASYARAKAT ADAT NUSANTARA KELIMA /KMAN V Tema: Hak Kelola Masyarakat Adat untuk Pemulihan dan Perlindungan Ekosistem
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
65 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28 D Ayat 1 tertulis bahwa Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
Lebih terperinciPenataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan
Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu
Lebih terperinciWALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR Nomor 7 Tahun 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM
WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR Nomor 7 Tahun 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPROPOSAL MALAM SAVE LBH JAKARTA
PROPOSAL MALAM SAVE LBH JAKARTA I. LATAR BELAKANG Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta berdiri sejak tahun 1970 sebagai jawaban atas gagasan yang disampaikan pada Kongres Persatuan Advokat Indonesia (Peradin)
Lebih terperinciPeran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik
Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik Oleh : Budi Santoso, SH, LL.M (Ombudsman RI Bid.Penyelesaian Laporan/Pengaduan) Jakarta, 24 Juli 2013 Rekapitulasi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung berada pada posisi yang sangat strategis yaitu menjadi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung berada pada posisi yang sangat strategis yaitu menjadi gerbang masuk bagi setiap kendaraan darat yang hendak masuk ke Pulau Sumatera. Posisi
Lebih terperinci24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace
24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace Publikasikan Peta, Hentikan Kebakaran, Selamatkan Hutan Transparansi sangat penting untuk mencegah
Lebih terperinciPANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10
PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10 TERM OF REFERENCE PENGAWASAN KEIMIGRASIAN DALAM PENGENDALIAN RADIKALISME DAN TERORISME LATAR BELAKANG Radikalisme dan
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.91, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. Pembagian. Tugas Dan Wewenang. Ketua. Anggota. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciMonitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015
Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015 #1. Sektor Pertambangan Puluhan ribu hektar kawasan hutan lindung dan konservasi di Jabar,
Lebih terperinciBoks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang
Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU I. Latar Belakang Penerapan otonomi daerah pada tahun 2001 telah membawa perubahan yang cukup berarti bagi kondisi ekonomi di Propinsi Riau. Penelitian
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT KOMISI IV DPR RI BIDANG PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERUM BULOG, DAN DEWAN KELAUTAN INDONESIA
LAPORAN SINGKAT RAPAT BIDANG PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERUM BULOG, DAN DEWAN KELAUTAN INDONESIA Tahun Sidang : 2009-2010 Masa Sidang : III Rapat Ke : 33 Jenis Rapat Sifat : Rapat Dengar
Lebih terperinciOpini H ukum: Gugatan Ganti Kerugian dalam mekanisme Pengadilan Tipikor. Disiapkan oleh:
Opini H ukum: Gugatan Ganti Kerugian dalam mekanisme Pengadilan Tipikor Disiapkan oleh: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) 1. Apa itu Gugatan Ganti Kerugian? Tuntutan ganti kerugian sebagaimana
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Alasan paling mengemuka dalam wacana pemekaran
Lebih terperinciKAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha
LUAS WILAYAH : 107.932,71 Km2 LUAS DARATAN 86.411,90 Km2 LAUTAN 21.478,81 Km2 GARIS PANTAI 2.078,15 Km2 KAWASAN DARATAN KAB. ROKAN HULU 16 KEC,153 KEL, 543.857 Pddk, 722.977,68 Ha KAB. KAMPAR 21 KEC,245
Lebih terperinciMendorong Komitmen Indonesia Meratifikasi Statuta Roma untuk Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia
Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Mahkamah Pidana Internasional Coalition for the International Criminal Court Kerangka Acuan Seminar Nasional Memperingati Hari Keadilan Internasional Sedunia 17 Juli 2012
Lebih terperinciPenanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana
CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan bantuan hukum bagi
Lebih terperinciGambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia
- 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
Lebih terperinciRencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia
Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia¹ TUJUAN & RINGKASAN Kegiatan pemantauan secara independen terhadap sektor
Lebih terperinciPENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM
PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM 1 (satu) Hari Kerja ~ waktu paling lama, Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2016 TENTANG PELAYANAN ADVOKASI HUKUM DI KEMENTERIAN
Lebih terperinciKURSUS HAK ASASI MANUSIA PROFIL UNTUK PENGACARA XVI PROGRAM September - 4 Oktober 2012
KURSUS HAK ASASI MANUSIA PROFIL UNTUK PENGACARA XVI PROGRAM 2012 19 September - 4 Oktober 2012 LATAR BELAKANG Kursus Hak Asasi Manusia untuk Pengacara merupakan sebuah pelatihan hak asasi manusia yang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2014 LEMBARAN
Lebih terperinciAnalisis tren produk hukum daerah mengenai Masyarakat Adat
PolicyBrief Analisis tren produk Masyarakat Adat Malik, Yance Arizona, Mumu Muhajir Ringkasan Eksekutif Jumlah produk masyarakat adat di Indonesia cukup signifikan, meskipun belum menyeluruh ada pada setiap
Lebih terperinci~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPenataan Kawasan Hutan Bagi Kebangkitan Kehutanan Nasional
KERANGKA ACUAN WORKSHOP PRESIDIUM DKN Penataan Kawasan Hutan Bagi Kebangkitan Kehutanan Nasional Diselenggarakan oleh Dewan Kehutanan Nasional (DKN) Yogyakarta, 17-18 Juli 2013 1. Latar Belakang Pada tanggal
Lebih terperinciRANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah
Lebih terperinciDesa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Desa Hijau Untuk Indonesia Hijau dan Sehat Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAN PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKJEN KOMISI YUDISIAL, KOMNAS HAM DAN PIMPINAN KPK ---------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan
Lebih terperinciUndang-undang Keterbukaan Infomasi
Mimpi Baru Keterbukaan Informasi yang palsu Oleh : Muhammad Syarifudin (WALHI Sumatera Selatan) Undang-undang Keterbukaan Infomasi adalah salah satu produk hukum Indonesia yang diundangkan pada tanggal
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN
- 1 - GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang
Lebih terperinciLembaga Perlindungan Saksi dan Korban
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Denny Indrayana Workshop, ICW, 31 Agustus 2005 Format LPSK Menurut RUU Usul Inisiatif DPR Perbandingan dengan Amerika Serikat dan Afrika Selatan Bagaimana sebaiknya?
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka percepatan pemulihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN
INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Guru Besar Ilmu Ekonomi, Fakultas FEM IPB Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan, IPB Heni Hasanah,
Lebih terperinciPengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa
Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).
Lebih terperinciGrafik 1. Area Bencana
Untuk mendapatkan gambaran awal sejauh mana masyarakat Indonesia sadar akan isuisu lingkungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang, pada penghujung tahun 2013, WWF-Indonesia
Lebih terperinci2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.135, 2015 KEUANGAN. BPK. Organisasi. Tugas. Wewenang. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAGIAN TUGAS
Lebih terperinciAnalisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia
Analisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia Vebtasvili Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bangka Belitung, Indonesia ABSTRAK Pembangunan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR FRONT NAHDLIYYIN UNTUK KEDAULATAN SUMBER DAYA ALAM (FNKSDA) BAB I NAMA, WAKTU, SIFAT, BENTUK DAN TEMPAT KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR FRONT NAHDLIYYIN UNTUK KEDAULATAN SUMBER DAYA ALAM (FNKSDA) BAB I NAMA, WAKTU, SIFAT, BENTUK DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1 NAMA Nama organisasi ini adalah Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan jalan tol dengan asumsi biaya sekitar Rp miliar per km. Sedangkan lapangan kerja yang tercipta sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyediaan infrastruktur jalan menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk membuka akses transportasi guna menggairahkan aktivitas perekonomian dan sebagai sarana pemerataan
Lebih terperinciBAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI
BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI A. Tahapan Pelaksanaan MP3EI merupakan rencana besar berjangka waktu panjang bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, implementasi yang bertahap namun
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak konstitusional setiap orang
Lebih terperinciTENTANG. 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan bantuan hukum
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 3 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Bogor Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG
- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015 Memajukan Industri Kawasan Timur Indonesia Manado, 30 April 2015 Yth.: 1. Gubernur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang adanya jurang pemisah yang semakin lebar antara
Lebih terperinci