KANDUNGAN MERKURI PADA TUMBUHAN YANG BERADA DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA HULAWA KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KANDUNGAN MERKURI PADA TUMBUHAN YANG BERADA DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA HULAWA KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA"

Transkripsi

1 KANDUNGAN MERKURI PADA TUMBUHAN YANG BERADA DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA HULAWA KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA Ulfiana Djunaid 1, Novri Y. Kandowangko 2, Marini S. Hamidun 3 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2) Dosen Jurusan Biologi, 3) Dosen Jurusan Biologi Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo ulfianadjunaid@rocketmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada tumbuhan yang berada di Kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata kabupaten Gorontalo Utara serta mengetahui tumbuhan apa saja yang bersifat hiperakumulator dan hipertoleransi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan metode yang digunakan adalah deskriptif. Pengambilan data awal atau sampel pada penelitian ini menggunakan metode survei dan teknik random sampling, kemudian sampel dibawa ke Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND) untuk dianalisis kandungan merkuri (Hg). Berdasarkan hasil analisis pada penelitian menunjukkan bahwa di Kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata kabupaten Gorontalo Utara, tidak terdapat tumbuhan hiperakumulator dan terdapat 12 tumbuhan hipertoleransi. Kandungan merkuri Fimbristylis miliacea mampu menyerap logam yaitu 0,43 ppm, Davalia denticulate yaitu 0,30 ppm, Cassia torra L yaitu 0,28 ppm, Melastoma malabathricum yaitu 0,28 ppm, Paspalum conjugatum yaitu 0,21 ppm, Hyptis capitata yaitu 0,21 ppm, Solanum torvum yaitu 0,20 ppm, Amaranthus spinosus L yaitu 0,20 ppm, Ludwigia octovalvis 0,14 ppm, Nephrolepis exaltata yaitu 0,06 ppm, Ageratum conyzoides L yaitu 0,06 ppm, dan Kyllinga erecta schum yaitu 0,04 ppm. Kata kunci: Merkuri, Tumbuhan Hiperakumulator, Tumbuhan Hipertoleransi. PENDAHULUAN Merkuri secara alamiah berasal dari kerak bumi, konsentrasi merkuri dikerak bumi sebesar 0,08 ppm. Kelimpahan merkuri di bumi menempati urutan ke 67 diantara elemen lainnya pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan biasanya membentuk mineral sinabar atau mercuri sulfida (HgS) (Chamid dkk,2005). Merkuri atau Hydragium (Hg) yang berarti cairan perak adalah jenis logam sangat berat berbentuk cair pada temperature kamar, berwarna putih keperakkan, memiliki sifat konduktor yang cukup baik, membeku pada temperatur C dan mendidih pada temperatur C (Setiabudi,2005).

2 Merkuri dan turunannya diketahui sangat beracun sehingga keberadaannya di lingkungan khususnya perairan dapat mengakibatkan banyak kerugian berupa pencemaran lingkungan dan keracunan logam berat pada manusia. Sesuai dengan sifatnya sebagai logam beracun, merkuri dapat mengakibatkan keracunan akut dan kronis pada manusia yaitu rusaknya keseimbangan, tidak bisa berkonsentrasi, tuli,dan berbagai gangguan lainnya seperti yang terjadi pada kasus minamata (Sismanto dkk, 2007). Berbagai aktifitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri misalnya aktifitas penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. Aktifitas penambangan emas di Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara masih dilakukan secara tradisional. Sampai saat ini terdapat 12 unit tromol yang masih aktif. Merkuri yang biasa digunakan untuk mengolah bahan galian tambang yaitu ½ kg/ 120 kg bahan yang akan diolah. Hasil galian berupa batuan diolah menggunakan merkuri melalui proses amalgamasi. Proses amalgamasi adalah memisahkan biji atau butiran emas yang masih tercampur dengan komponen lain (Widodo,2008). Dimana, merkuri mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan sehingga sebagian merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam dan sebagian hilang dalam proses.. Kegiatan penambangan di desa ini berlangsung di lingkungan rumah penduduk setempat, sedangkan limbahnya dibuang langsung ke sungai dan disekitar tempat pengolahan emas yaitu di sekitar rumah penduduk setempat. Jika limbah tidak dikelola dengan benar maka akan berpotensi sebagai polutan, tidak adanya vegetasi yang tumbuh, serta meningkatnya erosi tanah. Kondisi ini membutuhkan penanganan yang serius karena dengan semakin meningkatnya pencemaran tanah yang umumnya berakibat pada pencemaran air tanah maka upaya untuk meminimalisir hal tersebut perlu dilakukan remediasi. Salah satu teknologi remediasi yang dapat dilakukan adalah dengan bantuan tumbuhan. Pada lahan yang mempunyai kandungan logam cukup tinggi diperlukan jenis tumbuhan yang mampu menurunkan akumulasi logam sehingga kualitas lingkungan

3 meningkat. Beberapa jenis tumbuhan menunjukkan reaksi positif namun ada pula yang memberikan reaksi sedikit atau tidak sama sekali terhadap proses remediasi, hal ini terkait dengan karakteristik tumbuhan tersebut. Tumbuhan yang cocok digunakan adalah tumbuhan yang mampu tumbuh dalam lingkungan yang mengandung polutan. Terdapat lebih dari 400 jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai kemampuan hiperakumulator termasuk anggota family Asteraceae, Brassicaceae, Caryohypylaceae, Cunouniaceae,Fabaceae, Flacourtiaceae, Lamiaceae, Poaceae, Violaceae, dan Euphorbiaceae. Famili yang paling banyak dijumpai sebagai hiperakumulator adalah Brassicaceae, yang mampu mengakumulasikan lebih dari satu jenis logam. Thlaspi caerulescens merupakan salah satu jenis dari family Brassicaceae sudah dibuktikan mampu mengakumulasi logam Zn, Pb, Cd, Ni, Cr dan Co (Gratao dkk,2005 dalam Widyati,2011). Tumbuhan dikatakan bersifat hiperakumulator apabila mampu menyerap logam dengan konsentrasi tinggi dan dapat menyerap logam berat sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan.misalnya logam merkuri (Hg) mampu mengakumulasi sebesar 10 mg/kg berat kering. Hiperakumulator merupakan spesies tumbuhan yang mampu mengakumulasi satu atau lebih elemen organik seratus kali lipat lebih tinggi dari spesies lain yang tumbuh dalam kondisi yang sama (Pilon,2005, dalam Yanuarti, 2010). Selain tergolong hiperakumulator ada juga tumbuhan yang bersifat hipertoleransi yaitu, tumbuhan yang mampu bertahan hidup pada limbah yang banyak terkontaminasi zat-zat beracun dan tidak memperlihatkan tanda-tanda kerusakan atau keracunan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Pasolo Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara dan di Laboratorim Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bersifat deskiptif kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode survey dan teknik yang digunakan adalah teknik random sampling, untuk

4 mengetahui tumbuhan apa saja yang bersifat hiperakumulator dan hipertoleransi, serta mengetahui kandungan merkuri (Hg). Populasi dalam penelitian ini adalah Jenis-jenis tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, dan pemilihan sampel secara acak menyebabkan peneliti mempunyai cara objektif untuk memilih Jenis tumbuhan yang akan dianalisis kandungan merkuri (Hg). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. tetapi, jika jumlah subjeknya besar, maka sampel yang dapat diteliti antara 10% - 15% atau 20% - 25 %. Parameter yang diamati adalah kandungan merkuri (Hg) yang terdapat pada tumbuhan yang akan dianalisis. Data sekunder pada penelitian ini yaitu Data yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo Utara, hasil analisis kandungan merkuri pada tumbuhan yang diperoleh dari Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado, dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Data primer berupa Sampel tumbuhan hiperakumulator yang ditemukan di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, dan sampel tumbuhan hiperatoleransi yang ditemukan di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel yang diambil dari lokasi pembuangan limbah. Sampel yang diambil adalah semua jenis tumbuhan yang spesiesnya berbeda yang di pilih berdasarkan tekhnik random sampling. Kenudian sampel dibawa ke Laboratorium Botani Universitas Negeri Gorontalo untuk dibersihkan menggunakan aquadest, dipotong kecil-kecil,selanjutnya memasukkan bobot basahnya ke dalam oven pada suhu 40 0 C sampai mendapatkan berat konstan. Kemudian ditimbang kembali bobot kering tumbuhan lalu dihaluskan. Setelah itu dibawa ke Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND) untuk dianalisis kandungan merkuri (Hg). Analisis tumbuhan dilakukan di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado menggunakan atomic absorption

5 spectrophotometer (AAS) Simatzu tipe AA Hasil analisis yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya dideskripsikan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL Tumbuhan Yang bersifat hipertoleran dan hiperakumulator di Kawasan Penambangan emas desa Hulawa Berikut ini merupakan spesies tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara yaitu sebagai berikut Tabel 1 : spesies tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Hulawa. No Nama Lokal tumbuhan Nama Latin tumbuhan 1 Paku tertutup Davalia denticulate 2 Senduduk Melastoma malabathricum 3 Rumput Bola bumi Fimbristylis miliacea 4 Rumput Babawagan Kyllinga erecta schum 5 Bandotan Ageratum conyzoides L 6 Rumput jukut pahit Paspalum conjugatum 7 Ketepeng kecil Cassia tora L 8 Paku gunung Nephrolepis exaltata 9 Simambu Hyptis capitata 10 Cacabean Ludwigia octovalvis 11 Bayam duri Amaranthus spinosus L 12 Terung pipit Solanum torvum Data Primer 2013 Kandungan merkuri pada tumbuhan yang bersifat hipertoleransi dan hiperakumulator di Kawasan Penambangan Emas Desa Hulawa Analisis penelitian yang dilakukan di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND), menggunakan metode pengujian Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Shimatzu AA-6300, SNI Sampel yang di

6 analisis yaitu tumbuhan yang diambil langsung dari limbah penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo utara seperti disajikan pada tabel berikut : Tabel.2.Kandungan Merkuri Pada Tumbuhan Yang Berada Di Kawasan Penambangan Emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dijelaskan bahwa kandungan merkuri paling tinggi di kawasan penambangan emas desa Hulawa yaitu tumbuhan Fimbristylis No Sampel Tumbuhan Kandungan Merkuri (ppm) 1 Fimbristylis miliacea 0,43 ppm 2 Davalia denticulate 0,30 ppm 3 Cassia torra L 0,28 ppm 4 Melastoma malabathricum 0,28 ppm 5 Solanum torvum 0,25 ppm 6 Paspalum conjugatum 0,21 ppm 7 Hyptis capitata 0,21 ppm 8 Amaranthus spinosus 0,20 ppm 9 Ludwigia octovalvis 0,14 ppm 10 Nephrolepis exaltata 0,06 ppm 11 Ageratum conyzoides L 0,05 ppm 12 Kyllinga erecta schum 0,04 ppm miliacea yang mampu mengakumulasi merkuri hingga 0,43 ppm sedangkan akumulasi logam paling rendah yaitu pada tumbuhan Kyllinga erecta schum yang mampu mengakumulasi logam merkuri 0,04 ppm. Akan tetapi kandungan merkuri tertinggi yang terdapat pada spesies Fimbristylis miliacea tidak bisa dikategorikan ke dalam tumbuhan hiperakumulator. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardiani, (2008) bahwa sebagai acuan tanaman bersifat hiperakumulator apabila tumbuhan mampu mengakumulasi merkuri (Hg) sebesar 10 mg/kg berat kering. Dengan demikian semua tumbuhan yang dianalisis bersifat hipertolen. Karena mampu tumbuh pada kawasan penambangan emas yang sudah terkontaminasi logam

7 merkuri tanpa memperlihatkan tanda-tanda keracunan dan hanya mampu mengakumulasi logam merkuri 10 mg/kg. Hal ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Widyati (2009) bahwa tanaman dikategorikan tumbuhan hipertoleransi apabila mampu tumbuh pada tanah dengan kandungan logam tinggi tanpa terganggu pertumbuhannya. HASIL Penambang emas yang ada di Dusun Pasolo Kecamatan Sumalata menggunakan merkuri pada proses amalgamasi. Merkuri yang digunakan dalam amalgamasi adalah merkuri metal (Hg 0 ). Lestarisa (2010) menjelaskan bahwa Merkuri metal (Hg 0 ) merupakan logam berwama putih, berkilau. Merkuri metal pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan dan banyak digunakan untuk pemurnian emas. Merkuri dan turunannya telah lama diketahui sangat beracun. disebutkan dalam Inswiasri (2008) bahwa merkuri di alam umumnya terdapat sebagai metil merkuri (CH 3 -Hg), yaitu bentuk senyawa organik dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Merkuri yang dapat diakumulasi adalah merkuri yang bentuk metil merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh ikan atau kerangkerangan, dan juga merupakan racun bagi manusia. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa semua spesies tumbuhan dapat dikategorikan hipertoleran karena hanya mampu mengakumulasi 10 mg/kg berat kering. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adanya penyerapan logam berat oleh tumbuhan yaitu Umur tumbuhan. Seperti yang dikatakan oleh Widyawati (2011), bahwa umur tumbuhan, banyaknya logam dalam tanah dan lamanya waktu tanaman berada pada tanah tercemar, menentukan banyaknya serapan logam oleh tanaman tersebut. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Darmono (1995) dalam Ashraf dkk (2010), bahwa kandungan logam dalam sedimen sangat berpengaruh terhadap kandungan logam dalam tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kandungan logam yang tinggi atau rendah pada jaringan tumbuhan akan mencerminkan kandungan logam dalam sedimen. Namun pada penelitian ini

8 tidak diketahui umur dari masing-masing tanaman yang dianalisis sehingga dapat mempengaruhi besarnya akumulasi logam pada tanaman.. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi sedikitnya kandungan merkuri yang terakumulasi pada tumbuhan yang dianalisis adalah adanya sistem Perakaran dan kedalaman akar. Sistem perakaran serabut yang tersebar di dalam tanah memungkinkan terjadi kontak maksimum dengan tanah karena besarnya luasan akar. Setiap jenis tumbuhan memiliki kedalam akar yang berbeda-beda. Kedalaman akar tanaman dalam meremidiasi lahan tercemar adalah cm karena sangat efektif dalam meremidiasi lahan tercemar logam berat. Salah satu contoh tumbuhan yang memiliki tipe perakaran serabut dan kedalaman akar mencapai 30 cm adalah tumbuhan Paspalum conjugatum. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Laradju (2013) bahwa Akar Jukut Pahit merupakan akar serabut (radix adventica) yang halus. Berwarna putih hingga kekuning-kuningan dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) mencapai 30 cm di dalam tanah. Selain itu, akar terbentuk seperti benang (filiformis) serta tidak memiliki ruas-ruas dan tudung akar (calyptra). Sehingga termasuk dalam Kriteria tumbuhan hiperakumulator. Namun, dari analisis yang diperoleh tumbuhan Paspalum conjugatum hanya tergolong tumbuhan hipertoleran karena hanya mampu mengakumulasi logam 10 mg/kg berat kering. Akar adalah organ pertama dan lebih lama bersentuhan dengan limbah padat mengandung merkuri dan biasanya mengakumulasi logam lebih banyak dari tajuk (Salt et al, 1995; Wojcik dan Tukiendorf 1999, Rout et al. 2001) dalam Schulze et al.,(2005). Menurut Gosh dan Singh (2005) bahwa dalam menyerap logam berat tumbuhan membentuk suatu enzim reduktase di membran akarnya yang berfungsi untuk mereduksi logam yang kemudian merkuri ditranslokasikan ke bagian lain tumbuhan melalui jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul kelat (molekul pengikat) yang selanjutnya diakumulasikan ke seluruh bagian tanaman yaitu akar, batang dan daun. Lebih lanjut menurut Rose (1994) dalam Nopriani (2011) bahwa tanaman melakukan mekanisme toleransi penting yang bersifat induktif terhadap logam berat dengan

9 mensintesis polipeptida pengikat logam, yaitu fitokelatin. Fitokelatin terbentuk bersama-sama dengan sintesis enzim glutathione sintetase. Fitokelatin disintesis secara enzimatis oleh fitokelatin sintase (γ-glutamylcystein dipeptidyl transpeptidase) dari glutation. Mekanisme detoksifikasi logam oleh fitokelatin menurut beberapa peneliti Rauser, (1990); Abrahamson dkk, (1992); Speiser dkk., (1992); Ow, (1993); Moffat, 1995, Wang dan Evangelou, (1995) dalam Nopriani (2011) terjadi dengan jalan fitokelatin mengikat logam yang selanjutnya akan ditransport ke dalam vakuola tanaman untuk disimpan. Pengikatan logam oleh zat khelat terjadi melalui bulu-bulu akar dan masuk ke sistem penyerapan air dan unsur hara. Pengkhelatan merkuri oleh zat khelat dapat membentuk senyawa kompleks dan garam. Fitokelatin juga merupakan enzim sehingga ketika terjadi proses pengkhelatan, merkuri berikatan dengan gugus S (sulfur) pada asam amino fitokelatin. Senyawa kompleks dan garam yang dibentuk selanjutnya dapat diserap. Schulze dkk.,(2005). Setelah terjadi penyerapan diakar maka selanjutnya akan ditranslokasikan kebagian organ tumbuhan yang lain melalui jaringan pengangkut secara apoplas. Pengangkutan secara apoplas ini dikarenakan zat yang akan diangkut berupa logam berat yang membutuhkan zat pendamping/khelat. Karena logam berat merkuri tidak dibutuhkan oleh tumbuhan maka dalam proses pengangkutannya berbeda dengan berbagai unsur hara seperti P, K, H, dan Mg yang pengangkutannya melalui jalur simplas. Karena bersifat apoplas maka logam berat merkuri diangkut dari luar ke dalam sel melintasi membran, namun proses ini tidak dapat berjalan dengan difusi biasa karena molekul merkuri yang besar. Sehingga melibatkan protein atau enzim untuk dapat melewati membran. Ketika melibatkan protein atau enzim maka dengan menggunakan ATP, proton dapat dipompa keluar membran menuju daerah apoplas sehingga terjadi perbedaan konsentrasi proton antara di dalam dan di luar membran, kemudian energi dari gradien proton dimanfaatkan untuk menggerakkan ion merkuri ke dalam sel yang selanjutnya ion akan masuk ke dalam sitoplasma dan akhirnya diakumulasi didalam vakuola (Hamim,2007).

10 Selain itu pula tidak ditemukan adanya tumbuhan bersifat hiperakumulator disebabkan oleh adanya penggunaan merkuri yang sedikit oleh para penambang emas untuk proses amalgamasi yaitu ½ kg untuk masing-masing tromol. Sehingga jumlah merkuri yang terbuang hanya sedikit. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian spesies tumbuhan yang bersifat toleransi adalah spesies tumbuhan Fimbristylis miliacea, Davalia denticulate, Cassia torra L, Melastoma malabathricum, Paspalum conjugatum, Hyptis capitata, Solanum torvum, Amaranthus spinosus, Ludwigia octovalvis, Nephrolepis exaltata, Ageratum conyzoides L, Kyllinga erecta schum. Kandungan merkuri pada tumbuhan yang diambil langsung dari limbah penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu pada tumbuhan Fimbristylis miliacea yang mampu menyerap logam yaitu 0,43 ppm, Davalia denticulate yaitu 0,30 ppm, Cassia torra L yaitu 0,28 ppm, Melastoma malabathricum yaitu 0,28 ppm, Paspalum conjugatum yaitu 0,21 ppm, Hyptis capitata yaitu 0,21 ppm, Solanum torvum yaitu 0,20 ppm, Amaranthus spinosus L yaitu 0,20 ppm, Ludwigia octovalvis 0,14 ppm, Nephrolepis exaltata yaitu 0,06 ppm, Ageratum conyzoides L yaitu 0,06 ppm, dan Kyllinga erecta schum yaitu 0,04 ppm. Bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini, dapat menggunakan tanaman ini unutk meneliti lebih lanjut mengenai kemampuan tumbuhan dalam meremediasi logam berat merkuri dan logam berat lain pada berbagai konsentrasi.

11 DAFTAR PUSTAKA Chamid, Chusharini, N. Yulianita, P. Renosari Kajian Tingkat Konsentrasi Merkuri Pada Rambut Masyarakat Kota Bandung. Prosiding SnaPP Edisi Eksakta. Setiabudi,Bambang Penyebaran Merkuri Akibat UsahaPertambangan Emas Di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I Yogyakarta. Kolokium Hasil Lapangan DIM. Yogyakarta : Subdit Konservasi. Sismanto, Luqman Hakim, Sherly Suharto dan Nur Evi Oktavianti Remediasi Elektrokinetik Menggunakan Elektroda 2-d Hexagonal pada Tanah Limbah Pertambangan Emas yang Mengandung Tembaga (Cu) Dan Merkuri. Widodo, Pencemaran Air Raksa (Hg) sebagai Dampak Pengolahan Bijih Emas di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi. Jurnal Geologi Indonesia. Vol: 3 (3): Widyati,Enni Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat untuk Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang.Mitra Hutan Tanaman.Vol 6(2)(46-56). Yanuarti,Ika Sri Seleksi Tumbuhan.Universitas Pendidikan Indonesia: Repositori.upi.edu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemekaran dari desa Buladu berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Nomor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemekaran dari desa Buladu berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Nomor BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Sampel Tumbuhan Desa Hulawa merupakan salah satu desa di kecamatan Sumalata yang merupakan hasil pemekaran dari desa Buladu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Merkuri secara alamiah berasal dari kerak bumi, konsentrasi merkuri dikerak bumi sebesar 0,08 ppm. Kelimpahan merkuri di bumi menempati urutan ke 67 diantara elemen

Lebih terperinci

TUMBUHAN DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA ILANGATA KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

TUMBUHAN DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA ILANGATA KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA 1 KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TUMBUHAN DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA ILANGATA KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA Fendrawati Hilamuhu 1, Novri Y. Kandowangko 2, Dewi W.K Baderan 3 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi tidak dapat melepaskan diri dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Kecamatan Sumalata didominasi oleh perbukitan dan pegunungan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Kecamatan Sumalata didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Wilayah Kecamatan Sumalata didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, walaupun tidak terdapat gunung berapi, ketinggian tempat Kecamatan ini bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Lajunya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Hiperakumulator dan Hipertoleransi. 1% dari berat keringnya (Fahrudin, 2010). Semua tumbuhan memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Hiperakumulator dan Hipertoleransi. 1% dari berat keringnya (Fahrudin, 2010). Semua tumbuhan memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Hiperakumulator dan Hipertoleransi Hiperakumulator adalah tanaman yang dapat menyerap logam berat sekitar 1% dari berat keringnya (Fahrudin, 2010). Semua tumbuhan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur,

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara, merupaka pertambangan yang telah berusia lebih dari 40 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunitas Tumbuhan Bawah Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupannya

Lebih terperinci

perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang dan

perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Akan tetapi, perkembangan industri tersebut juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. laboratorium maupun kegiatan sehari-hari. Logam berat memiliki efek merugikan

I. PENDAHULUAN. laboratorium maupun kegiatan sehari-hari. Logam berat memiliki efek merugikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran logam berat di dalam tanah sudah menjadi masalah global seiring meningkatnya proses industrialisasi, aktivitas pertambangan dan laboratorium maupun kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup biasanya berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan logam Merkuri telah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman gelagah (Phragmites karka) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di berbagai lingkungan baik di daaerah tropis maupun non tropis. Gelagah dapat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melebihi ambang batas normal (Widowati dkk, 2008). aktivitas manusia atau proses alam. Pencemaran terjadi karena adanya aktivitas

I. PENDAHULUAN. melebihi ambang batas normal (Widowati dkk, 2008). aktivitas manusia atau proses alam. Pencemaran terjadi karena adanya aktivitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan industrialisasi di Indonesia menempati tempat utama dalam ekonomi Indonesia. Perkembangan industrialisasi secara tidak langsung menyumbang dampak negatif bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Emi Erawati dan Harjuna Mukti Saputra Program Studi Teknik Kimia Jl. A.Yani. Tromol Pos I Pabelan, Kartasura,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim : ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO Yunita Miu Nim : 811409046 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan

Lebih terperinci

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) SIDANG TUGAS AKHIR Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Oleh Senja Ike Rismawati 1507 100 033 Dosen Pembimbing: Aunuroim, S.Si, DEA Dini

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA II. TELAAH PUSTAKA Limbah cair tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari tahap pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber

Lebih terperinci

Felmawati Mundeng, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1. Kata Kunci: Mercury (Hg), Hulu dan Hilir Air Sungai

Felmawati Mundeng, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1. Kata Kunci: Mercury (Hg), Hulu dan Hilir Air Sungai STUDI ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN KADAR MERKURI (Hg) DI HULU DENGAN DI HILIR SUNGAI ONGKAG MONGONDOW KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW (Suatu Penelitian di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara)

Lebih terperinci

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak yang positif sangat diharapkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai massa molekul relative (MR= 200,59 ). Merkuri diberi symbol kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai massa molekul relative (MR= 200,59 ). Merkuri diberi symbol kimia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merkuri dan Sifatnya Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA= 80) serta mempunyai massa molekul relative (MR= 200,59 ). Merkuri diberi symbol kimia Hg yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

INVENTARISASI TUMBUHAN BAWAH DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA JURIA KECAMATAN BILATO KABUPATEN GORONTALO

INVENTARISASI TUMBUHAN BAWAH DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA JURIA KECAMATAN BILATO KABUPATEN GORONTALO INVENTARISASI TUMBUHAN BAWAH DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA JURIA KECAMATAN BILATO KABUPATEN GORONTALO Lindawati Binibis 1, Novri Y. Kandowangko 2, Marini S. Hamidun 3 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan tercemar maka akan mengakibat kerugian bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi ini. Dan apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengutamakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan hidup itu. dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengutamakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan hidup itu. dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup akan terus muncul secara serius di berbagai pelosok bumi sepanjang penduduk bumi tidak segera memikirkan dan mengutamakan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total produksi selama tahun adalah sebesar ,73 kg,

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total produksi selama tahun adalah sebesar ,73 kg, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi produksi pertambangan emas di Indonesia termasuk kategori cukup besar. Total produksi selama tahun 1990-2011 adalah sebesar 2501849,73 kg, sedangkan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Penelitian kandungan Hg dilakukan pada ikan kakap merah yang berasal dari tiga pasar tradisional, yaitu pasar Bilungala, pasar Mupuya

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air dapat diartikan sebagai masuknya suatu mahluk hidup, zat cair atau zat padat, suatu energi atau komponen lain ke dalam air. Sehingga kualitas air menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan ekosistem perairan darat yang merupakan bagian integral dari kehidupan organisme dan manusia di sekitarnya, serta dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI PHOSFAT PADA LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN TUMBUHAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica Forsk) ARTIKEL JURNAL.

FITOREMEDIASI PHOSFAT PADA LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN TUMBUHAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica Forsk) ARTIKEL JURNAL. FITOREMEDIASI PHOSFAT PADA LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN TUMBUHAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica Forsk) ARTIKEL JURNAL Oleh WIW FATRIANA S. SUBANOMO NIM : 431411056 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis ekosistem yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan menggunakan gabungan metode elektrokoagulasi dan EAPR. Parameter yang digunakan yaitu logam berat Pb, Cu, COD dan ph.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan berguna untuk memelihara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjanjikan untuk dieksploitasi oleh masyarakat lokal maupun masyarakat luar,

I. PENDAHULUAN. menjanjikan untuk dieksploitasi oleh masyarakat lokal maupun masyarakat luar, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Ada berbagai macam sumberdaya alam yang saat ini sangat menjanjikan untuk dieksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kandungan mineral logam ( khususnya emas) sudah sejak lama tersimpan di daerah Kabupaten Mandailing Natal. Cadangan bahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan oleh berbagai macam zat pencemar (polutan) merupakan permasalahan lingkungan yang terus berlanjut tanpa henti. Salah satu polutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification).

BAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, proses pengolahan limbah terutama limbah cair sering mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification). Salah satu cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan oleh beberapa kota di Indonesia dengan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi terutama pada

Lebih terperinci

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA) Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA) Ryan Ardiansyah 1*, Moch. Luqman Ashari 2, Denny Dermawan 3 1 Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedugul adalah pusat produksi pertanian hortikultura dataran tinggi di Bali yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA ANALISIS KADAR ZAT MERKURI YANG DIGUNAKAN PADA AREA TAMBANG EMAS RAKYAT DESA WUMBUBANGKA KECAMATAN RAROWATU UTARA KABUPATEN BOMBANA PROVPINSI SULAWESI TENGGARA Raivel 1* Syarfina 2 Dewi Puspita 2 Muh.

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda sedangkan tempat

Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda sedangkan tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elektrolisis Apabila dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka terjadi peristiwa elektrolisis yaitu gejala dekomposisi elektrolit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran logam berat telah menyebar keseluruh belahan dunia sejalan dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah.

Lebih terperinci

POTENSI AMMONIUM TIOSULFAT DALAM MENINGKATKAN SERAPAN MERKURI PADA TANAMAN SENTRO (Centrosema pubescens Benth.) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI

POTENSI AMMONIUM TIOSULFAT DALAM MENINGKATKAN SERAPAN MERKURI PADA TANAMAN SENTRO (Centrosema pubescens Benth.) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI SIDANG TUGAS AKHIR SB09 1358 POTENSI AMMONIUM TIOSULFAT DALAM MENINGKATKAN SERAPAN MERKURI PADA TANAMAN SENTRO (Centrosema pubescens Benth.) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI Oleh: Tatin Suherlina 1505 100 043

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan lingkungan yang sangat serius. Logam berat yang sangat berbahaya umumnya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta)

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) TEGUH WIDIARSO 1507 100 001 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si, DEA Tutik Nurhidayati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran. 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai memiliki berbagai komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi membentuk sebuah jaringan kehidupan yang saling mempengaruhi. Sungai merupakan ekosistem

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA TANAH YANG TERCEMAR DENGAN TANAMAN BIDURI (Caloptropis gegantea) DAN RUMPUT GAJAH (Panicum maximum)

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA TANAH YANG TERCEMAR DENGAN TANAMAN BIDURI (Caloptropis gegantea) DAN RUMPUT GAJAH (Panicum maximum) FITOREMEDIASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA TANAH YANG TERCEMAR DENGAN TANAMAN BIDURI (Caloptropis gegantea) DAN RUMPUT GAJAH (Panicum maximum) Hapsari, R. I dan Lestari, S. U Prodi Agroteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus pencemaran terhadap sumber-sumber air, tanah, dan udara. Banyak industri yang tidak menyadari bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup pokok karena tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung tanpa tersedianya air yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah memicu berbagai pertumbuhan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor industri menjadi salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Bangsa yang berada di posisi sebagai negara berkembang ini memiliki target untuk menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci