PENDAPAT GURU FISIKA TERHADAP PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL SE-SMA NEGERI DI KOTA PEKANBARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAPAT GURU FISIKA TERHADAP PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL SE-SMA NEGERI DI KOTA PEKANBARU"

Transkripsi

1 PENDAPAT GURU FISIKA TERHADAP PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL SE-SMA NEGERI DI KOTA PEKANBARU Oleh: Melani Risman *, Fakhruddin **, Hendar Sudrajad ** Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 2012/2013 ABSTRACT This research purposed to determined the opinions of physics s teacher about minimum completeness criteria at Senior High School Pekanbaru. The method which is used in this research is survey method. There are 42 physics teachers as the sample in this research. This research used closing question and techniques of data collection using questionnaires with Likert Scale. Validity test of questionnaire consisted of 2 contents: content validity and construct validity, and Alpha Cronbach used as the formula for reliability test. Questionnaires distributed are qualified valid and reliable. Based on results of data analyzed it can be concluded that according to physics teachers opinion about determination and decision minimum completeness criteria is still not so good. It prove that the physics teachers understanding about decision minimum completeness criteria (20,30%) with not good enough category. The determination of minimum completeness criteria based on complectcity (26,30%), the support items decision minimum completeness criteria (28%), and based on students intake (22,20%) average (25,50%) which is not good enough category. Also the influence of school organitation structure which is not good enough category. Keywords: Teacher Opinion, Decision Minimum Completeness Criteria, Determination of Minimum Completeness Criteria * Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fiska Universitas Riau ** Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Riau. 1

2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat guru fisika terhadap penetapan kriteria ketuntasan minimal se-sma Negeri di kota Pekanbaru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Jumlah sampel penelitian ini 42 orang guru fisika. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang bersifat tertutup. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan skala likert. Uji validitas kuisioner terdiri atas validitas isi dan validitas konstruk, serta uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Kuisioner yang disebar telah memenuhi syarat valid dan reliabel. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan menurut pendapat guru fisika terhadap penetapan dan penetuan kriteria ketuntasan minimal masih kurang baik. Terlihat bahwa pendapat terhadap penetapan kriteria ketuntasan minimal (20,30%) dengan kategori kurang baik. Pada penentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan kompleksitas (26,30 %), daya dukung penentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM) (28%), dan berdasarkan intake peserta didik (22,20 %) sebesar (25,50%) dengan kategori kurang baik. Serta pengaruh struktur organisasi sekolah sebesar (25%) dengan kategori kurang baik. Kata kunci : Pendapat Guru, Penetapan KKM, Penentuan KKM PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia (Depdiknas, 2003). Mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam melaksanakan pendidikan. Guru salah satu faktor penentu keberhasilan peserta didik dalam proses dan hasil belajar mengajar yang berkualitas. Perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pula pada guru (Mulyasa, 2005). Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Menurut Roestiyah (1986), proses belajar mengajar adalah suatu kesatuan dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi satu sama lainnya. Untuk ini, guru diharapkan dapat mencapai proses yang mengarahkan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar yang baik. Guru salah satu faktor penentu keberhasilan peserta didik dalam proses dan hasil belajar mengajar yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pula pada guru (Mulyasa, 2005). 2

3 Menurut Kusnandar (2009), Guru adalah tenaga pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam melaksanakan pendidikan. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya misalnya melalui penataran guru-guru, perbaikan kurikulum, pengadaan alat-alat laboratorium dan sebagainya. Semua dilakukan sebagai usaha penyesuaian terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang begitu pesat. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut (Suderadjat, 2005). Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi (Permendiknas No. 22 tahun 2006) dan standar kompetensi lulusan (Permendiknas No. 23 tahun 2006), pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah belajar. Hasil belajar merupakan penilaian pendidikan tentang kemajuan setelah melaksanakan aktivitas belajar atau merupakan akibat dari kegiatan pembelajaran (Djamarah, 2006). Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh peserta didik juga dapat dilihat dari skor yang diperoleh dan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar peserta didik dapat ditentukan oleh proses pembelajaran. Proses pembelajaran dibutuhkan sebuah penilaian guru terhadap muridnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2009), istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata tolak ukur atau standar adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2009), Penetapan KKM yaitu penetapan nilai yang dicapai peserta didik sama dengan atau lebih besar dari KKM, maka peserta didik tersebut dinyatakan berhasil dan bila nilai peserta didik dibawah KKM, maka ia dinyatakan tidak berhasil. Berdasarkan hasil bimtek KTSP tahun 2009, masih banyak masalah yang ditemukan berkenaan dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal oleh satuan pendidikan, diantaranya masih banyak guru yang belum mengetahui bahwa KKM yang disusun sudah benar atau belum dan sejumlah guru belum memahami secara benar tentang penerapan kriteria kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa dalam penyusunan KKM, beberapa guru menetapkan KKM tanpa proses analisis, penetapan KKM berdasarkan pengalaman guru mengajar dan atau kesepakatan dengan guru mata pelajaran sejenis (Direktorat Pembinaan SMA, 2010). Kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan mempertimbangkan aspek daya dukung 3

4 salah satunya. Guru harus menetapkan ketuntasan belajar dengan mendasarkan pada peraturan yang berlaku, yaitu peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat berlaku secara nasional dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah serta mempertimbangkan kondisi nyata yang ada di sekolah berdasarkan pada kualitas input peserta didik dan kondisi sumber daya sekolah. Padahal guru merupakan titik sentral dari peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar. Tetapi, mengapa peningkatan profesionalisme guru tidak dilakukan secara sungguh-sungguh. Seringkali proses pendidikan tidak berjalan dengan baik, setiap guru senantiasa mengharapkan peserta didiknya dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan, namun pada kenyataannya beberapa peserta didik menunjukkan hasil belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan sebaik-baiknya. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya hasil belajar peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal belajar atau KKM yang telah ditetapkan. Namun dalam prakteknya, menurut pengalaman peneliti pada praktek pengalaman lapangan (PPL), meskipun kriteria ketuntasan minimal atau KKM tersebut termasuk tinggi, peserta didik merasa kurang peduli dengan belajar mereka yang seharusnya mereka belajar lebih giat untuk menguasai dan mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran yang termasuk tinggi tersebut. Guru pun kewalahan dengan KKM yang tinggi, sehingga apabila peserta didik yang belum mencapai ketuntasan dalam belajar setelah diadakan nya perbaikan, dinilai dari tuntas atau tidaknya peserta didik tersebut, peserta didik akan mendapat kan nilai sesuai dengan KKM yang berlaku. Tanpa menguasai dengan baik pelajaran yang diberikan kepadanya. Menurut peneliti hal seperti ini menjadi kurang bagus terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik, serta mutu dari pendidikan pun tidak bagus. Di sisi lain, jika KKM yang ditentukan terlalu tinggi bagi siswa maka ketidaktuntasan belajar siswa pun menjadi tinggi. Idealnya guru harus memberikan pembelajaran remedial sampai siswa yang belum mencapai nilai minimal dapat mencapai nilai minimal. Namun, ini tidak dilakukan secara benar. Seringkali siswa cukup mendapatkan ujian ulang satu kali, kemudian mendapatkan nilai ninimal sesuai KKM. Pada umumnya nilai yang tinggi ( 75 ) mengindikasikan keberhasilan pembelajaran, tetapi kenyataannya tidak demikian. Orang tua menganggap nilai tersebut sudah sangat memuaskan, padahal nilai tersebut merupakan nilai terendah yang diakibatkan oleh criteria ketuntasan minimal (KKM) yang tinggi. Akhirnya KKM menjadi dilema, satu sisi sebuah sekolah harus memenuhi standarisasi mutu sebagaimana sekolah lainnya. Semua sekolah pasti tidak ingin diberi lebel berkualitas rendah, hanya karena KKM yang ditetapkan masih jauh lebih rendah dibanding sekolah lain Di sisi lain, sebuah sekolah yang secara kondisional masih perlu pembenahan, harus berani jujur menetapkan KKM yang sesuai dengan hasil analisis. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Pendapat Guru Fisika Terhadap Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal Se-Sma Negeri Di Kota Pekanbaru. 4

5 METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Waktu penelitian dari April sampai Juni 2013 tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode survey. Sampel dalam penelitian ini adalah 42 guru fisika di SMA Negeri Pekanbaru. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang bersifat tertutup, yaitu kuisioner yang telah dilengkapi dengan alternatif jawaban dan responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Adapun langkah-langkah pengembangan kuisioner yang menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi variabel/indikator kuisioner pelaksanaan program KKM. Berdasarkan literatur dan kajian pustaka yang relevan, maka ditetapkan indikator instrumen penelitian ini sebagai berikut : a. Demografi guru b. Pemahaman guru terhadap KKM c. Penentuan KKM d. Pengaruh Struktur Organisasi Sekolah 2. Menjabarkan butir kuisioner. 3. Uji Validitas Instrumen. Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukkan tingkat kevaliditasan atau kesahihan instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012). Validitas instrumen terdiri dari validitas isi (content validity) yang berkenaan dengan isi dan format dari istrumen. Serta validitas konstruk (construct validity). Kategori penilaian kuisioner oleh validator menggunakan pedoman yang ditentukan pada Tabel 1. Tabel 1. Kategori penilaian kuisioner No. Kategori Skor 1. Sangat Setuju 4 2. Setuju 3 3. Kurang Setuju 2 4. Tidak Setuju 1 (Sugiyono, 2012) Model skala yang digunakan pada kuisioner adalah menggunakan skala Likert. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2012). 5

6 Tabel 2. Model skala penilaian kuisioner No. Kategori Skor 1. Selalu 4 2. Sering 3 3. Jarang 2 4. Tidak Pernah 1 (Sugiyono, 2012) Analisis data hasil validasi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menjumlahkan skor tiap item kuisioner validasi. 2. Mencari skor rata-rata tiap item kuisioner validasi. 3. Menentukan kategori tiap item kuisioner sesuai tabel Menjumlahkan skor tiap indikator kuisioner validasi. 5. Mencari skor rata-rata tiap indikator kuisioner validasi. 6. Mencari skor rata-rata keseluruhan kuisioner validasi. 7.Menentukan kategori skor rata-rata indikator berdasarkan Tabel 3 dengan menggunakan skala Likert. Tabel 3. Kategori Validasi Kuisioner Skor Rata-rata Kategori 1,0 x < 1,75 Sangat Rendah 1,75 x < 2,50 Rendah 2,50 x < 3,25 Tinggi 3,25 x 4,0 Sangat Tinggi (Sugiyono, 2012) Untuk menentukan kategori validasi per item pertanyaan digunakan rumus :.. (1) Untuk menentukan skor rata-rata validasi per indikator digunakan rumus :.(2) 4. Uji Reliabilitas Instrumen. Uji reliabilitas ditujukan untuk melihat seberapa besar hasil pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas instrumen digambarkan melalui koefisien reliabilitas dalam suatu angka. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan konsistensi dari alat ukur in, yaitu teknik Alpha Cronbach. Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach :..(3) 6

7 Keterangan : k = jumlah item Uji reliabilitas instrumen dilakukan secara internal consistency diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai 1. Suatu kuisioner dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach = 0,60 (Sarjono, 2011). Jika skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat di interpretasikan sebagai berikut : a. Nilai Alpha Cronbach 0,00 < r 0,20, berarti kurang reliabel. b. Nilai Alpha Cronbach 0,20 < r 0,40, berarti agak reliabel. c. Nilai Alpha Cronbach 0,40 < r 0,60, berarti cukup reliabel. d. Nilai Alpha Cronbach 0,60 < r 0,80, berarti reliabel. e. Nilai Alpha Cronbach 0,80 < r 1,00, berarti sangat reliable (Triton dalam Mekanisari, 2009). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisioner. Angket kuisioner ini akan disebarkan kepada guru Fisika yang mengajar se-sma Negeri di kota Pekanbaru. Kemudian setelah kuisioner diisi oleh responden, kemudian peneliti akan mengumpulkan atau mengambil kembali kuisioner tersebut untuk dianalisis. Untuk analisis data pada penelitian survey ini adalah sebagai berikut : 1. Memasukkan setiap item pertanyaan terhadap jawaban yang diberikan oleh responden ke dalam tabel sesuai kategori validasi yang ditetapkan. 2. Menghitung tiap item data dari responden angket kuisioner terhadap masingmasing indikator dalam bentuk persentase rumus : (4) Keterangan : f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya. N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu). P = angka persentase (Sudijono, 2009). Untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan kategori sebagai berikut : Tabel 4. Kategori Pemahaman Responden No. Kategori Persentase 1. Baik >75% 2. Cukup Baik 60%-75% 3. Kurang Baik <60% (Arikunto, 1996). 7

8 3. Mendeskripsikan tiap item pernyataan data responden angket kuisioner terhadap masing-masing indikator. 4. Menyimpulkan data responden tiap indikator untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pendapat guru fisika terhadap penetapan kriteria ketuntasan minimal di SMA Negeri di Kota Pekanbaru. Sebelum kuisioner disebar kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji sebagai berikut : 1. Uji Validitas Instrumen. Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukkan tingkat kevaliditasan atau kesahihan instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012). Validasi dilakukan sebanyak dua kali. Validasi tahap pertama dilakukan secara panel. Hasil dari validasi tahap pertama menunjukkan bahwa terdapat item instrumen yang belum valid. Sehingga dilakukan validasi tahap kedua dengan memperbaiki item-item instrument tersebut, validasi ini dilakukan secara diskusi mandiri (professional judgement) sampai instrument tersebut dinyatakan valid. Validitas instrumen divalidasi oleh tiga orang dosen Program Studi Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Riau. Setelah dilakukan validasi oleh validator (professional judgement), item pernyataan semula berjumlah 51 item berkurang, sehingga item pernyataan yang telah valid berjumlah 50 item pernyataan. Dengan perolehan skor rata-rata untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Validasi Kuisioner No. Indikator Rata-rata Skor Kategori Validasi 1. Demografi Guru 3,7 Sangat Tinggi 2. Pemahaman Guru 3,4 Sangat Tinggi 3. Penentuan KKM 3,3 Sangat Tinggi 4. Pengaruh Organisasi Sekolah 3,3 Sangat Tinggi Dari setiap indikator kuisioner ini diperoleh skor rata-rata 3,3 sampai 3,7. Skor tersebut menunjukkan bahwa validitas instrumen sangat tinggi. 2. Uji Reliabilitas. Uji reliabilitas ditujukan untuk melihat seberapa besar hasil pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas instrumen digambarkan melalui 8

9 koefisien reliabilitas dalam suatu angka. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan konsistensi dari alat ukur in, yaitu teknik Alpha Cronbach. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS Portable PASW Statistics 17. Reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba kuisioner pendapat guru fisika terhadap penetapan KKM adalah sebesar 0,728 yang berarti kuisioner ini reliabel. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada guru fisika SMA Negeri di Kota Pekanbaru, maka diperoleh beberapa informasi sebagai berikut : 1. Demografi guru Terdapat 28,57% responden tidak pernah mengikuti pelatihan cara menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang baik dan benar. Serta sebesar 50% responden yang mengikuti pelatihan KKM dengan intensitas responden mengikuti pelatihan KKM sebanyak 1-2 kali yang masih kurang. 2. Pemahaman guru terhadap KKM Terlihat bahwa pada masing-masing indikator ini pemahaman guru terhadap rambu-rambu penetapan kriteria ketuntasan minimal sebanyak (22,80%), pemahaman guru terhadap fungsi KKM (29,14%), pemahaman guru terhadap prinsip penetapan KKM (19,85%), dan pemahaman guru terhadap langkahlangkah penetapan KKM (9,32%). 3. Penentuan KKM Persentase masing-masing indikator, pemahaman responden dalam menentukan KKM. Penentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan kompleksitas sebanyak (26,30 %), berdasarkan daya dukung penentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar (28%), dan berdasarkan intake peserta didik (22,20 %). 4. Pengaruh Struktur Organisasi Sekolah Masih kurangnya peran kepala sekolah serta struktur organisasinya dalam penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Terlihat bahwa pengaruh struktur organisasi sekolah sebesar (21,22%) dalam memberikan arahan teknis tentang penetapan KKM. Kemudian, partisipasi kepala sekolah dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal sebesar (22,35%). Sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, disahkan oleh Kepala Sekolah, keseluruhan jawaban responden sebesar (30,30%). Kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh guru akan diperiksa oleh kepala sekolah atau wakil bidang kurikulum dan memberikan masukan untuk perbaikan, responden menjawab sebesar (26,14%). 9

10 KESIMPULAN DAN SARAN Dari informasi yang diperoleh dapat disimpulkan menurut pendapat guru fisika terhadap penetapan kriteria ketuntasan minimal bahwa pemahaman guru terhadap penetapan dan penentuan kriteria ketuntasan minimal di SMA Negeri sekota Pekanbaru, masih kurangnya perhatian, arahan, motivasi dan keikut sertaan kepala sekolah sebesar (23,60%) dengan kategori kurang baik. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti pendapat guru fisika terhadap penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMA Negeri se-kota Pekanbaru yang berjumlah 42 orang guru fisika. Untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti pendapat guru yang cakupannya lebih luas serta lebih spesifik lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi., 1996, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, Suharsimi., Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis Bagi peserta didik dan Praktisi Pendidikan). Bumi Aksara, Jakarta. Depdiknas, 2003, Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA fisika SMA. Depdiknas, Jakarta. Direktorat Pembinaan SMA, 2010, Panduan Penetapan KKM, Depdiknas, Jakarta. Djamarah, S.B., 2006, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta. Kusnandar Guru Profesional Implemetasi KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mekanisari, N., Identifikasi Risiko, Skripsi, Fakultas Teknik UI, Jakarta (tidak diterbitkan). Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Rosdakarya, Bandung. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Roestiyah, N. K., 1986, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Bina Aksara, Jakarta. Sarjono, Haryadi dan Winda Julianita., 2011, SPSS vs LISREL, Salemba Empat, Jakarta. Suderadjat, Hari, 2005, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Cipta Lekas Garafika, Bandung. Sudijono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 10

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM 1 THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM Jenlifita Marla Putri 1, Muhammad Nasir 2, Azhar 3 Email:jenlifitamarlap.utie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif yang bersifat korelasional, yakni penelitian yang meneliti tentang ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh 1 STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL Oleh INDAH PERMATA SARI NAZARUDDIN WAHAB ROCHMIYATI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Guru Memperoleh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU Resiana Heri Agusti 1, Azhar 2, Azizahwati 2 Email : resiana.heri.agusti@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran IPA yang dilaksanakan di SD Negeri Samban 02 Kecamatan

Lebih terperinci

THE PRACTICALITY TEST OF MAGNETIC EXPERIMENTAL DEVICES FOR PHYSICS LEARNING OF JUNIOR HIGH SCHOOL

THE PRACTICALITY TEST OF MAGNETIC EXPERIMENTAL DEVICES FOR PHYSICS LEARNING OF JUNIOR HIGH SCHOOL 1 THE PRACTICALITY TEST OF MAGNETIC EXPERIMENTAL DEVICES FOR PHYSICS LEARNING OF JUNIOR HIGH SCHOOL Hafiz Suhendra, Zulirfan, dan Hendar Sudrajad HP: 085376019415 Email: hafizhendra@gmail.com, zirfanaziz69@gmail.com,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM SIMBIOSA, 5 (2): 84-90 HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONCEPT AND STUDENTS OUTCOMES ON LEARNING

Lebih terperinci

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN DEWASA IBU PAWIYATAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA Ayu Khairunnisa, Fakhruddin, Mitri Irianti adzkia.annisa@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan analisis data dan penyajian secara kuantitatif/statistik.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan analisis data dan penyajian secara kuantitatif/statistik. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif non hipotesis. Artinya bahwa penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langsung berbagai hal yang berhubungan dengan kompetensi profesional guru

BAB III METODE PENELITIAN. langsung berbagai hal yang berhubungan dengan kompetensi profesional guru 22 BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field Research) yang bersifat deskriptif-kuantitatif. Penelitian lapangan bertujuan untuk melihat,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN SIKAP TERHADAP SAINS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA UNTUK SISWA SLTP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN SIKAP TERHADAP SAINS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA UNTUK SISWA SLTP PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN SIKAP TERHADAP SAINS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA UNTUK SISWA SLTP Nani Mardiani*, Zulirfan**, Zuhdi Ma aruf** Email: nanimardianinani.n1@gmail.com ABSTRACT The

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT Eri Yadi Setiawan 1, Indrati Kusumaningrum 2, Bakhri 3 Program Studi Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Tingkat Kesulitan Belajar... (Surya Aditama) 1 TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 THE LEVEL

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M. 1 HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan signifikan keharmonisan keluarga Islami dengan penyesuaian diri pada peserta didik

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG.

ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG. ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG Irmai Yusrita 1), Nawir Muhar 2), Azrita 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada. tanggal 23 Agustus sampai 15 September 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada. tanggal 23 Agustus sampai 15 September 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23 Agustus sampai

Lebih terperinci

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di `BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti layanan bimbingan kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 1 ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Pepi Dayanti, Betty Holiwarni, Sri Haryati Pepidayanti93@gmail.com, Holi_warni@yahoo.com, Srifkipunri@yahoo.co.id No Hp. 082387835887

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan-tahapan atau cara dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

Ekonomi FKIP UKSW Salatiga yang kuliah pada semester genap 2015/2016.

Ekonomi FKIP UKSW Salatiga yang kuliah pada semester genap 2015/2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, maka perlu disusun metode penelitian yang tepat untuk digunakan menyusun penelitian dalam studi. Oleh karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET RESPONSE OF GRADE VII STUDENTS ON THE USE OF LEARNING

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MELAYANI MAKAN DAN MINUM KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MELAYANI MAKAN DAN MINUM KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA Pengembangan Instrumen Penilaian (Fristian Dwi Christanty) 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MELAYANI MAKAN DAN MINUM KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA Oleh: 1. Fristian Dwi Christanty,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU FISIKA DI KELAS IX SMP N 16 KOTA JAMBI. Oleh:

PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU FISIKA DI KELAS IX SMP N 16 KOTA JAMBI. Oleh: PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU FISIKA DI KELAS IX SMP N 16 KOTA JAMBI Oleh: 1) Elisabet Agsellina Y.S Lumbanbatu, 2) Maison, 3) Nehru 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PEKANBARU

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PEKANBARU Hubungan Motivasi Kerja... (Zetriuslista &Reni) 1 HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PEKANBARU RELATIONSHIP BETWEEN MOTIVATION TO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif yaitu penelitian bersama antara peneliti dengan pihak lain (guru

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS Saryatun, Ranto, Danar Susilo Wijayanto Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Secara khusus rancangan penelitian ini menggunakan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Secara khusus rancangan penelitian ini menggunakan hubungan 8 BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian pengembangan instrumen penilaian otentik untuk mengukur keterampilan proses sains pada pembelajaran reaksi eksoterm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data, 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data, dan menarik kesimpulan

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA KELAS IV TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SDN 1 KARANGREJO TAHUN 2017

TANGGAPAN SISWA KELAS IV TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SDN 1 KARANGREJO TAHUN 2017 TANGGAPAN SISWA KELAS IV TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SDN 1 KARANGREJO TAHUN 2017 THE RESPONSES OF THE 4 TH GRADE STUDENTS ON THE LEARNING PROCESS OF PHYSICAL EDUCATION IN SDN 1 KARANGREJO

Lebih terperinci

PENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SISWA KELAS VII F SMP 1 BANGUNTAPAN

PENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SISWA KELAS VII F SMP 1 BANGUNTAPAN UNION: Jurnal Pendidikan Matematik, Vol 5 No 3, November 2017 PENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SISWA KELAS VII F SMP 1 BANGUNTAPAN Hidayatullathifah

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL Faktor Faktor Pendukung Keterlaksanaan...(Hassan Munawar A.)2 FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

Abstract

Abstract PERSEPSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 1 PATAMUAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Vionirita Sewasa 1), Erman Har 2), dan Azrita 2)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Development and Validation atau metode pengembangan dan validasi. Metode penelitian pengembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh:

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh: 1 HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL Oleh: NAYANK RAGILIA NAZARUDDIN WAHAB BAHARUDDIN RISYAK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat self-efficacy belief pada siswa kelas XI. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey dan pengambilan data melalui kuesioner.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, Juli 2016 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA Firman 1)

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI 1 HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 2 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak

Lebih terperinci

Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti*** No. Hp:

Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti***   No. Hp: 1 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK DENGAN PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMA Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti***

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. 44 III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan, Jalan Hariang Banga Nomor 2 Tamansari Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian komparasi kontinum yaitu ingin mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian Mahasiswa Bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini didasari atas beberapa pertimbangan antara

Lebih terperinci

semester ganjil yaitu pada bulan Agustus tahun ajaran 2013/2014, yang terletak di Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

semester ganjil yaitu pada bulan Agustus tahun ajaran 2013/2014, yang terletak di Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru Provinsi Riau. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA Darul Hikmah Pekanbaru di kelas XI IPA semester ganjil yaitu pada bulan Agustus tahun ajaran 2013/2014, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini memnungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut sumber perolehannya, data dapat dibagi menjadi dua yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut sumber perolehannya, data dapat dibagi menjadi dua yaitu : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Menurut sumber perolehannya, data dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur untuk mengetahui dan mendapatkan data dengan tujuan tertentu yang menggunakan teori dan konsep yang bersifat empiris, rasional

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU Suwondo, Mariani Natalina L. dan Vivi Triska Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data langsung dari lokasi penelitian. Dalam

Lebih terperinci

MOTIVASI KELAS UNGGULAN DAN KELAS REGULER DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

MOTIVASI KELAS UNGGULAN DAN KELAS REGULER DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Motivasi Kelas Unggulan dan Kelas Reguler...(Fatayati U.R) 1 MOTIVASI KELAS UNGGULAN DAN KELAS REGULER DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 PRAMBANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Fetrianis Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP ABSTRACS

Fetrianis Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP ABSTRACS PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Fetrianis Jurusan/Program Studi Administrasi

Lebih terperinci

Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Komputer Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK SMP di Kota Padang

Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Komputer Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK SMP di Kota Padang Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Komputer Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK SMP di Kota Padang Rahmadewi Yunas 1, Drs. Khairudin. M.Si 1, Rini Widyastuti. M.Kom 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

MOTIVASI BELAJAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL MOTIVASI BELAJAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA TERPADU SMP NEGERI 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA TERPADU SMP NEGERI 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL ANALISIS SOAL UJIAN KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA TERPADU SMP NEGERI 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL DELVI NURFITRIANI NIM.10010070 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menyajikan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini, dengan cakupan uraian meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, populasi

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. Disusun oleh : Taufiana C. Muna. Bambang Sutjiroso PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SPIL DAN PERENCANAAN

JURNAL SKRIPSI. Disusun oleh : Taufiana C. Muna. Bambang Sutjiroso PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SPIL DAN PERENCANAAN JURNAL SKRIPSI PENGARUH PROFESIONALISME GURU MATA PELAJARAN PRODUKTIF DAN KARAKTERISTIK SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA Disusun oleh : Taufiana C.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XI IPA MA NEGERI KAMPAR. Frima Yunita, Fakhruddin Z, M.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XI IPA MA NEGERI KAMPAR. Frima Yunita, Fakhruddin Z, M. 1 HUBUNGAN ANTARA SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XI IPA MA NEGERI KAMPAR Frima Yunita, Fakhruddin Z, M. Nor Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan pada Siswa di SMA X Bandung. Student Centered Learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR Sri Wahyuni (sriwah@yahoo.co.id) 1 Muswardi Rosra 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The aims

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diambil oleh peneliti, Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana data-data penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 20 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis instrumen, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan teoritis pada Bab II, maka langkah berikutnya pada Bab III ini adalah menguji

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING Siti Nurhanifah 1) dan Esti Harini 2) 1), 2) Program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA Vidya Chaerunnisa, Siti Gia Syauqiyah, F., Bambang Ekanara Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Metode penelitian

Lebih terperinci

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN Tingkat Keterlaksanaan Pemeriksaan Kesehatan (Irmania Yunita) 1 TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN LEVEL OF IMPLEMENTATION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex post facto yang berarti sesudah fakta, maksudnya penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERFOKUS PADA MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY) POKOK BAHASAN SEGITIGA UNTUK SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORAL KERJA DENGAN PELAKSANAAN TUGAS GURU SEBAGAI PENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 KOTA PADANG

HUBUNGAN MORAL KERJA DENGAN PELAKSANAAN TUGAS GURU SEBAGAI PENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 KOTA PADANG HUBUNGAN MORAL KERJA DENGAN PELAKSANAAN TUGAS GURU SEBAGAI PENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 KOTA PADANG Amelia Syafruddin Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI METODE DEMONSTRASI 1 Ota Mulyono, 2 Yakobus Bustami, dan 3 Hendrikus Julung 123 Program studi Pendidikan Biologi, STKIP

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG ARTIKEL. Oleh :

ANALISIS PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG ARTIKEL. Oleh : ANALISIS PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG ARTIKEL Oleh : ELSADDAY TRIFOSA PURBA NPM : 1110013221049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan permasalahan, dan tujuan penelitian, pendekatan penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Kuantitatif Pendekatan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI SE KECAMATAN BANTUL ARTIKEL E-JURNAL

PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI SE KECAMATAN BANTUL ARTIKEL E-JURNAL PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI SE KECAMATAN BANTUL ARTIKEL E-JURNAL Dhendhi Bagus Prasojo NIM 08101241019 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang berbentuk korelasional, artinya penelitian ini

Lebih terperinci

KOMITMEN GURU SERTIFIKASI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KECAMATAN PAUH PADANG

KOMITMEN GURU SERTIFIKASI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KECAMATAN PAUH PADANG KOMITMEN GURU SERTIFIKASI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KECAMATAN PAUH PADANG Ovi Arista Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The goal of this research are

Lebih terperinci

MOTIVASI SISWA MEMILIH KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

MOTIVASI SISWA MEMILIH KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA Motivasi Siswa Memilih Kelas Khusus Bakat Istimewa Olahraga...(Imam Agus F.) 1 MOTIVASI SISWA MEMILIH KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA STUDENTS MOTIVATION IN CHOOSING

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan 43 BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan pencegahan kecurangan. Penelitian dilakukan di PT. Bank Jabar Banten. Pemilihan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA (1) Yeda Espita (1), Abdurrahman (2), Viyanti (2) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila yeda.espita@gmail.com (2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilaksanakan termasuk ke dalam jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D). Model pengembangan yang digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM 1 HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono, penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci