Penilaian Visi Misi Calon Presiden Versi Masyarakat Sipil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penilaian Visi Misi Calon Presiden Versi Masyarakat Sipil"

Transkripsi

1 Penilaian Visi Misi Calon Presiden Versi Masyarakat Sipil Pengantar Penilaian diberikan kepada visi misi masing- masing Calon Presiden (Capres) berdasarkan kesesuaian antara program mereka dengan kondisi dan harapan masyarakat sipil dalam setiap isu- isu utama yang diukur. Penilaian dilakukan pada empat wilayah utama yaitu tata pemerintahan; demokrasi & kebebasan sipil; pembentukan hukum; penegakan hukum; dan pelayanan dasar. Penilaian diberikan dengan memberikan skor (satu) untuk setiap substansi visi misi yang ditemukan sesuai dengan isu- isu utama yang diukur. Nilai adalah kumulatif skor yang diperoleh. Hasil Penilaian No Aspek Prabowo- Hatta Jokowi- JK Deskripsi Nilai Deskripsi Nilai A. TATA PEMERINTAHAN. Transparansi dan Akses Informasi Jaminan terhadap Hak Akses Informasi Tidak tersedia 0 Menjalankan secara konsisten UU No.4 tahun 2008 termasuk membuka akses publik (BDBP, poin 5, a,b,c,d,e,f,g) Transparansi dan Mencegah dan memberantas KKN, Mewujudkan tata kelola yang transparan dan

2 ketersediaan Informasi dengan menerapkan manajemen terbuka dan akuntabel, (Agenda kerja VIII, poin 4) Sistem Informasi dan penguatan perangkat Pemerintahan desa. (Agenda Kerja II point6, angka 8) membuka akses informasi publik seperti yang diatur dalam UU No. 4 tahun (Sembilan Agenda Prioritas Poin 2) meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di pemerintah, (BDBP, poin 5, huruf b) Mewujudkan pelayanan publik yang bebas korupsi melalui teknologi informasi yang transparan, (BDBP, poin, huruf f) mendorong mekanisme transparansi dalam pembuatan kebijakan, terutama pada kebijakan- kebijakan yang berpotensi terjadinya korupsi oleh pejabat Negara, (BDBP, poin, huruf k) Proactive Publication Tidak tersedia 0 Mewajibkan laporan kinerja pemerintah yang bisa di akses oleh publik sesuai dengan UU, (BDBP, poin 5, huruf c) Penguatan Komisi Informasi Tidak tersedia 0 Tidak tersedia 0 2. Partisipasi Pembangunan Pelayanan Publik Jaminan hak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik Tidak tersedia 0 Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan keputusan publik, (BDBP, poin 5, huruf e)

3 Kolaborasi aktif/inklusif dari lembaga publik/ pelayanan Perbaikan kualitas pelayanan Publik dan mendorong partisipasi publik dalam mengambil kebijakan. (Sembilan Agenda Prioritas poin. 2) mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik, (BDBP, poin 5, huruf d) Tidak tersedia 0 Perbaikan kualitas pelayanan publik, kompetensi aparatur, kinerja pelayanan publik, dan citizen charter dimaksudkan untuk menjamin partisipasi masyarakat (Sembilan Agenda Prioritas poin 2) membuka ruang partisipasi publik melalui citizen charter dalam UU Kontrak Layanan Publik, (BDBP, poin 2, huruf e) Menyediakan forum untuk melibatkan masyarakat dalam proses legislasi dan menyediakan akses terhadap proses dan produk legislasi (BDBP poin huruf d) Penguatan lembaga yang menjamin partisipasi publik 3. Akuntabilitas Tidak tersedi 0 Tidak tersedia 0 Kode Etik terhadap penyelenggaraan negara Mempercepat peningkatan kesejahteraan aparatur negara dan reformasi birokrasi untuk mencapai sistem birokrasi efisien dan melayani dengan sistem insentif dan hukuman yang efektif (Program VIII poin 2) Memberantas korupsi di kalangan aparatur sipil negara dengan memastikan komitmen terbuka dan terekspos, (BDBP, poin 2, huruf d) Menjalankan dengan konsisten UU Aparatur Sipil Negara yang menjamin hak yang sama bagi setiap warga. (BDBP poin 7 huruf h)

4 Efisiensi Kelembagaan Tidak tersedia 0 Aksi- aksi kongkrit untuk r4estrukturisasi kelembagaan yang cenderung gemuk, (BDBP, poin 2, huruf b) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang didasarkan pada prinsip- prinsip tata kelola yang baik dan bersih, (BDBP, poin 6, huruf f) Inisiatif penetapan payung hukum yang lebih kuat dan berkesinambungan bagi agenda reformasi birokrasi, (BDBP, poin 2, huruf a) Penanganan konflik kepentingan Tidak tersedia 0 Penyusunan kebijakan pengendalian atas impor pangan melalui pemberantasan terhadap mafia impor yang sekedar mencari keuntungan pribadi/kelompok tertentu dengan mengorbankan kepentingan pangan nasional, (BDBE), poin 2, ayat ()) Prosedur Pengadaan layanan Publik Melaksanakan pemangkasan rantai dan proses birokrasi yang berbelit- belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor pemerintahan (Program VIII poin 5) Pemangkasan rantai birokrasi dan perijinan (program I poin huruf a). Aksi- aksi nyata bagi perbaikan kualitas pelayanan publik, seperti meningkatkan kompetensi aparatur, memperkuat monitoring dan supervisi kinerja pelayanan publik, dan lain- lain (BDBP, poin 2, huruf e) Reformasi pelayanan publik melalui penguatan desa, kelurahan dan kecamatan (BDBP, poin 7, huruf g) Penguatan lembaga pengawasan terhadap negara (Parlemen), Budgeting (BPK), Pelayanan Publik (Ombudsman dan Mencegah dan memberantas KKN dengan menrapkan manajemen terbuka dan akuntabel; memperkuat peranan KPK dengan menambah tenaga penyidik dan fasilitas penyelidikan;dan penguatan peranan Mendukung penciptaan struktur Ketatanegaraan dan Tata Pemerintahan yang mampu melaksanakan good and clean governance melalui check and balances antar lembaga negara, (BDBP, poin 6, huruf e) Merestorasi undang- undang tentang partai

5 Reformasi Birokrasi), Hukum (KY, KPK, Komjak) KPK, Kepolisian, dan Kejaksaan dalam pemberantasan korupsi secara sinergis (Program VIII point. 4) politik untuk mendorong pelembagaan partai politik, melalui penguatan sistem kaderisasi, rekruitmen, dan pengelolaan keuangan partai, (Berdaulat dalam bidang politik (BDBP), poin 6, huruf a) Reformasi pengaturan pengawasan atas penyelenggaraan Pemilu, (BDBP, poin 6, huruf d) Membuat RUU Perampasan Aset, RUU Perlindungan Sanksi dan Korban, RUU kerja sama Timbal Balik (MLA) dan RUU Pembatasan Transaksi Tunai, (BDBP, poin, huruf g) Merevitalisasi Komisi Kepolisian dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap kinerja Kepolisian RI, (BDBP, poin 3, huruf f) Memperkuat kewenangan lembaga- lembaga tersebut dalam mengawasi praktek mafia hukum di lembaga- lembaga tersebut (BDBP, poin, huruf m) Memprioritaskan penanganan kasus korupsi di sektor penegakan hukum, politik, pajak, bea cukai, dan industri sumber daya alam, (BDBP, poin, huruf j) Mengambil sikap zero toleran terhadap tindak kejahatan perbankan dan kejahatan pencucian uang, (BDBP, poin, huruf r) Wishtleblower Protection and social accountability Tidak tersedia 0 Membuka keterlibatan publik dan media massa dalam pengawasan terhadap upaya tindakan korupsi maupun proses penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi,

6 Akuntabilitas Keuangan Negara Melaksanakan Reformasi belanja negara untuk efisiensi dan meminimalkan kebocoran dan pemborosan anggaran. (Agenda kerja I, poin 9, huruf a) Melaksanakan Reformasi perpajakan yang efektif. (Program I poin 8 huruf a) Mengelola utang Pemerintah dengan cermat dan bijak (program I poin 0 huruf c) Melaksanakan reformasi pengelolaan sumber daya alam dan industri ( program I poin 4 huruf a) (BDBP, poin, huruf l) Alokasi lebih banyak untuk pelayanan publik, (BDBP, poin 7, huruf f) Membuka ruang pengawasan rakyat melalui wakil wakilnya di DPR. (BDBP poin 4 huruf f) Membuka keterlibatan publik dan media massa dalam pengawasan terhadap upaya tindakan korupsi maupun proses penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi, (BDBP, poin, huruf l) Sinkronisasi antara perencanaan pembangunan dan alokasi anggaran, (BDBE), poin 8, ayat ()) Pengaturan pembiayaan Partai Politik melalui APBN/APBD, (BDBP, poin 6, huruf b) Reformasi pengaturan pembiayaan kampanye, (BDBP, poin 6, huruf c) Reformasi keuangan daerah dengan mendorong daerah untuk melakukan pengurangan over head cost (biaya rutin), (BDBP, poin 7, huruf f) Memfasilitasi daerah agar mampu mengelola keuangan daerah secara efektif, efisien dan akuntabel berbasis kinerja, (BDBP, poin 7, huruf f) Pemberian insentif bagi lembaga dan daerah yang memiliki penyerapan tinggi dalam mendukung prioritas pembangunan dan kebocorannya rendah, (BDBE), poin 8, ayat (6)) Tata kelola Migas yang efektif dan efisien. (BDBE poin 3.e) 4. Inovasi

7 Kebijakan nasional ICT dan open data secara partisipatoris Mengembangkan fasilitasi dan keadilan melalui program penyediaan komputer. (program IV poin 7) Penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi. (Sembilan Agenda Prioritas poin 7) Mewajibkan aparatur pemerintah untuk menganut techno ideology. (Sembilan Agenda Prioritas poin 8) Jaminan terhadap hak warga negara terhadap akses data dan ICT Penguatan terhadap lembaga pelaksana kebijakan open data dan TIK Integrasi teknologi informasi dalam meningkatkan peranan bea cukai (program kerja I poin 8 huruf b). Sistem Informasi dan penguatan perangkat Pemerintahan desa. (Agenda Kerja II poin 6, angka 8) Membangun prasarana telekomunikasi (program VI poin 2) Mempercepat pembangunan konektivitas melalui TIK (Program VI poin 6) Membangun Science and techno park di daerah dengan sarana dan prasarana (Sembilan Agenda Prioritas poin 6) Tidak tersedia 0 Tidak tersedia 0 5. Pemerintahan Daerah : Mayoritas kementerian dan lembaga menyerap belanja kegiatan begitu besar dan didominasi oleh perjalanan dinas, 204 sebesar Rp 267,6 Triliun atau Pemangkasan rantai birokrasi dan perijinan yang berlebihan di tingkat pusat dan daerah. Melaksanakan pemangkasan rantai dan proses birokrasi yang berbelit- belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor pemerintahan Memperbesar porsi anggaran transfer Pengurangan over head cost (anggaran rutin), Penerapan UU KIP secara konsisten Menjalankan dengan konsisten UU ASN Melakukan lelang jabatan strategis pada lembaga penegak hukum. Membangun sistem penilaian kinerja lembaga penegak hukum berbasis pada tingkat kepercayaan publik. Membuka ruang partisipasi publik melalui

8 meningkat hingga Rp 43,5 Triliun (FITRA). Lemahnya supervisi Kementerian dalam negeri yang lebih banyak menggunakan instrumen peraturan dan persetujuan, bukan pembinaan langsung. Pemekaran vs pemberdayaan fungsi kecamatan, prolegnas 204 : 65 RUU Pemekaran, ada 34 RUU Pemekaran yang akan diprioritaskan (KPPOD). Sedangkan Pemekaran kabupaten, sejak bertambah 65% atau sebesar 205 kabupaten/kota (Kemenkeu, 203). Skema supervisi yang tidak jelas akan menyebabkan alokasi sumberdaya publik di desa tak efektif. ke daerah yang disyaratkan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan fasilitas publik Peninjauan rencana dan penajaman kembali pemekaran daerah administratif. Alokasi Rp. Milyar per desa/kelurahan, untuk 8 prioritas infrastruktur, ekonomi dan pelayanan dasar. dalam UU Pelayanan Publik. Meletakkan dasar- dasar dimulainya desentralisasi asimetris Perumusan kembali posisi gubernur sebagai mata rantai penghubung antara pemerintah nasional dengan pemerintah daerah melalui penegasan fungsinya sebagai pengendali sumber daya nasional yang disalurkan masing- masing sektor ke daerah Operasionalisasi rezim desentralisasi dengan pendekatan kewilayahan Perubahan tata kelembagaan di Bappenas dan kementerian koordinator dari sektoral menjadi berbasis kewilayahan. Perubahan kebijakan DAU, Penahapan pembentukan daerah otonom baru, dan mendorong penggabungan atau penghapusan daerah otonom. Menjadikan Kecamatan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan publik. Evaluasi komponen DBH yang lebih mencerminkan pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Peningkatan tax sharing Insentif tambahan bagi pemda yang mampu mengelola keuangannya secara berkesinambungan dan menyejahterakan daerahnya Penguatan desa dan kelurahan sebagai ujung tombak pelayanan publik. Fasilitasi, supervise, dan pendampingan untuk pelaksanaan UU Desa. Share holding antara pemerintah, desa dan investor dalam pengelolaan SDA.

9 . Partai Politik Rekrutmen/Kaderisasi Partai politik Quota perempuan 2. Organisasi Masyarakat Sipil dan Media (Kebebasan Sipil) Kekacauan kerangka hukum bagi organisasi masyarakat sipil dengan adanya UU Ormas, yang mengakibatkan terjadinya restriksi terhadap kemerdekaan Share holding pemerintah, desa, dan warga dalam menjalankan program- program investasi pembangunan desa. NILAI TATA PEMERINTAHAN B. DEMOKRASI & KEBEBASAN SIPIL Menempatkan 30 % perempuan dalam posisi menteri dan/atau pejabat setingkat menteri serta mendorong kedudukan strategis lainnya bagi perempuan pada pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. Melindungi rakyat dari berbagai bentuk diskriminasi, gangguan dan ancaman, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Menciptakan kepastian dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu dan seadil- adilnya. Merestorasi undang- undang tentang partai politik untuk mendorong pelembagaan partai politik, melalui penguatan kaderisasi, rekrutmen, dan pengelolaan keuangan partai Mendorong pengaturan pembiayaan partai politik melalui APBN/APBD Menginisiasi pengaturan pembiayaan kampanye. Berkomitmen memperjuangkan pemenuhan quota perempuan 30 % tidak sekedar angka tetapi juga mendorong agar semua partai politik memiliki dan menyiapkan kader politik perempuan yang mumpuni melalui perekrutan, pendidikan politik, kaderisasi dan memberikan akses yang sama dan adil kepada politis perempuan untuk terlibat. Memperjuangkan untuk tidak berlaku diskriminatif terhadap kelompok atau golongan tertentu dalam negara. Menerapkan kebijakan tindakan khusus sementara terhadap kelompok- kelompok marjinal, termasuk kelompok perempuan di dalamnya untuk menjamin kesetaraan dengan warga negara lainnya. Membangun kembali modal sosial dengan

10 berserikat dan berorganisasi Ancaman kriminalisasi terhadap masyarakat yang berekspresi di media sosial melalui UU ITE Peran dan kontribusi organisasi masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi meningkat, namun sikap negara/pemerintah masih parsial terhadap organisasi masyarakat sipil sebagai bagian dari check and balance Partisipasi masyarakat secara individu maupun kolektif masih rendah. Berdasarkan Human Development Report 203 Indonesia menempati urutan 2 dari 87 negara dengan ketimpangan gender yang tinggi pada aspek partisipasi politik perempuan (8,2%), partisipasi membangun kembali kepedulian sosial, pranata gotong- royong, melindungi lembaga- lembaga adat di tingkat lokal, membangun kepercayaan di antara anak bangsa, dan mencegah diskriminasi. Memberikan jaminan perlindungan dan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan. Melakukan langkah- langkah hukum terhadap pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama. Menghapus regulasi yang berpotensi melanggar HAM kelompok rentan, termasuk perempuan, anak, masyarakat adat, dan penyandang disabilitas. Menata frekuensi untuk menghindari Kartel dan Monopoli pada industri penyiaran. Membuka keterlibatan publik dan media massa dalam pengawasan terhadap upaya tindakan korupsi maupun proses penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Berkomitmen melindungi dan memajukan Hak- hak Masyarakat Adat. ( BDBP poin 9) Menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah, penyelesaian sengketa tanah dan menentang kriminalisasi penuntutan kembali hak tanah masyarakat (sembilan agenda prioritas poin 4) Membangun kapasitas untuk melindungi hak dan keselamatan WNI di luar negeri Khususnya TKI (BDBP poin huruf b) Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan

11 pendidikan untuk perempuan (36,2%), partisipasi kerja perempuan (5,2%) Lembaga yang menjamin kebebasan Sipil Freedom of Expression Badan Publik yang baik. Menjamin hak akses warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik. Tidak tersedia 0 Kurikulum pendidikan dan latihan untuk menghasilkan anggota POLRI yang berwatak sipil, tidak militeristik, dalam tugas penegakan hukum. (BDBP poin 3 huruf b) Tidak tersedia 0 Membangun pemahaman tentang pluralisme (keberagaman) dalam kurikulum pendidikan dan pemahaman masyarakat.(bdbk poin.huruf d,dan poin 2huruf a,b,c,d) Pendidikan kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan nasional (BDBK poin.huruf a) Melakukan revolusi karakter bangsa. Untuk pendidikan dasar, pembobotan dilakukan dengan menekankan 70% budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik. (sembilan agenda prioritas poin 8) Freedom of Association Melindungi rakyat dari berbagai bentuk diskriminasi (program VIII poin ) Memperbaiki koordinasi dan komunikasi antara pekerja, dunia usaha dan pemerintah. (Program kerja I poin huruf b) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. (sembilan agenda prioritas poin 9) Memberikan prioritas pada upaya pemulihan pada kepercayaan publik pada institusi- institusi demokrasi (sembilan agenda prioritas poin 2) Freedom to vote Tidak tersedia 0 Tidak tersedia 0

12 NILAI DEMOKRASI & KEBEBASAN SIPIL Kinerja legislasi pemerintah yang terorganisasikan secara efektif dan bertanggung jawab secara sosial. Catatan: Terorganisasikan secara efektif mencakup keberadaan desain perencanaan legislasi dan naskah akademik yang disusun secara komprehensif dan partisipatif Bertanggung jawab secara sosial meliputi ketersediaan ruang kontrol dan pemberdayaan partisipasi publik, keberpihakan terhadap kelompok rentan, dan perlindungan HAM (termasuk hak ekonomi, sosial, dan budaya serta kelestarian lingkungan dan SDA) 2. Pengelolaan inisiatif dan sumber strategis bagi pembentukan dan C. PEMBENTUKAN HUKUM Menciptakan kepastian hukum Catatan: secara umum, kepastian hukum ditafsirkan (salah satunya) berada pada wilayah ketersediaan dan kualifikasi peraturan perundang undangan sebagai rujukan atau panduan Membangun politik legislasi yang jelas, terbuka, dan berpihak pada pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup, dan reformasi lembaga penegak hukum Menyusun rencana legislasi tahunan yang terarah dan realistis melalui penetapan prioritas RUU (maksimal 20 RUU) dengan naskah yang terencana, sinkron, dan berkualitas Menyediakan forum dan akses publik terhadap produk dan proses legislasi Tidak tersedia 0 Tidak tersedia 0

13 pembaruan hukum Catatan: Targetnya terletak pada mengefektifkan kinerja monitoring dan evaluasi legislasi melalui konsolidasi database, publikasi peraturan perundang- undangan dan reformasi regulasi Agar tidak melangkah pada intervensi dan pelanggaran independensi kekuasaan peradilan, maka sasarannya terbatas pada lebih mengoptimalkan pembelajaran yang diperoleh dari proses peradilan di MK maupun MA dan lembaga peradilan di bawahnya 3. Pengharmonisasian produk legislasi di semua tingkatan level (pusat maupun daerah) dan sektor (politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dll) Menciptakan kepastian hukum Catatan: secara umum, kepastian hukum ditafsirkan (salah satunya) berada pada wilayah ketersediaan dan kualifikasi peraturan perundang undangan sebagai rujukan atau panduan Membangun politik legislasi yang jelas, terbuka, dan berpihak pada pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup, dan reformasi lembaga penegak hukum Memperkuat kapasitas fungsi legislasi pemerintah untuk menghasilkan produk legislasi yang solutif dan berpihak pada kepentingan masyarakat

14 . Berkontribusi dalam menjamin efektifitas dan independensi lembaga peradilan (MA dan MK) Catatan: kontribusi dalam konteks politik hukum (yang bisa diterjemahkan dalam peraturan perundang- undangan) dan kecukupan anggaran, dukungan SDM, dan perangkat teknis operasional lainnya 2. Peran dan tanggung jawab pemerintah yang dijalankan secara profesional, transparan, dan berintegritas dalam pengisian atau penempatan pejabat publik di lembaga penegak hukum di kejaksaan dan kepolisian 3. Komitmen terhadap agenda pemberantasan korupsi terutama yang dilakukan oleh KPK dan mensinergikannya dengan peran kepolisian dan kejaksaan NILAI PEMBENTUKAN HUKUM 2 5 D. PENEGAKAN HUKUM Menegakkan hukum tanpa pandang bulu Memberikan dukungan khusus untuk membongkar dan seadil- adilnya jaringan dan praktik mafia peradilan dengan Mempercepat peningkatan memberdayakan lembaga pengawasan yang sudah kesejahteraan aparatur negara dan ada reformasi birokrasi melalui sistem insentif dan hukuman yang efektif Reformasi birokrasi untuk mencapai sistem birokrasi yang efisien dan melayani dengan sistem insentif dan hukuman yang efektif Menerapkan manajemen terbuka dan akuntabel Menegakkan hukum tanpa pandang bulu dan seadil- adilnya Mencegah dan memberantas KKN, dengan menerapkan manajemen terbuka dan akuntabel Memperkuat KPK dengan menambah tenaga penyidik dan fasilitas penyelidikan Melakukan lelang jabatan strategis pada lembaga penegak hukum Membentuk regulasi tentang penataan aparat penegak hukum Memberantas korupsi di sektor legislasi dengan menindak tegas oknum pemerintah yang menerima suap untuk memperdagangkan kepentingan masyarakat Membentuk regulasi yang mendukung pemberantasan korupsi (seperti RUU Perampasan Aset, RUU Perlindungan Saksi/Korban, RUU Kerja sama Timbal Balik, dan

15 4. Penghormatan dan perlindungan terhadap HAM, termasuk penyelesaian terhadap kasus pelanggaran HAM dan kejahatan terutama yang dialami kelompok rentan Penguatan peranan dan sinergitas KPK, kepolisian, dan kejaksaan dalam pemberantasan korupsi Mempercepat peningkatan kesejahteraan aparatur negara dan reformasi birokrasi untuk mencapai sistem birokrasi yang efisien dan melayani melalui sistem insentif dan hukuman yang efektif Memangkas rantai dan proses birokrasi yang berbelit- belit Melindungi rakyat dari berbagai bentuk diskriminasi, gangguan, dan ancaman Menjunjung tinggi hak asasi manusia Menegakkan hukum tanpa pandang bulu dan seadil- adilnya RUU Pembatasan Transaksi Tunai) Mendukung keberadaan KPK Memastikan sinergi di antara kepolisian, kejaksaan, dan KPK Memprioritaskan penanganan kasus korupsi di sektor penegakan hukum, politik, pajak, bea cukai, dan industri SDA Melakukan aksi pencegahan korupsi melalui penerapan Sistem Integritas Nasional (SIN) Menciptakan mekanisme transparansi dalam pembuatan kebijakan Membuka keterlibatan publik dan media massa dalam mengawasi upaya tindakan korupsi maupun proses penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi Memberikan dukungan khusus untuk membongkar jaringan dan praktik mafia peradilan dengan memberdayakan lembaga pengawasan yang sudah ada Menghapus semua bentuk impunitas di dalam sistem hukum nasional, termasuk di dalamnya merevisi UU Peradilan Militer Menyelesaikan secara berkeadilan terhadap kasus pelanggaran HAM di masa lalu Memasukkan muatan HAM dalam kurikulum pendidikan umum di SD dan SMP maupun pendidikan aparat negara seperti TNI dan Polri Menjamin pemenuhan hak atas kesehatan, pendidikan, perburuhan, dan hak masyarakat adat Memberikan jaminan perlindungan dan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan Melakukan langkah- langkah hukum terhadap pelaku kekerasan yang mengatasnamakan

16 agama Memprioritaskan penanganan kasus kekerasan seksual terutama pada perempuan dan anak Menghapus regulasi yang berpotensi melanggar HAM kelompok rentan, termasuk perempuan, anak, masyarakat adat, dan penyandang disabilitas Melakukan pemberantasan tindakan kriminal yang menjadikan anak dan perempuan sebagai obyek eksploitasi di dunia kerja dan human trafficking Memberikan perlindungan hukum, mengawasi pelaksanaan penegakan hukum khususnya yang terkait anak, perempuan, dan kelompok termarjinalkan. PENDIDIKAN APM dan APK mengalami perbaikan, namun semakin rendah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut data BPS 202: APM SD sebesar 92,4%, SMP 70,84%, dan SMA 5,46%. Sedangkan APK SD sebesar 04,20%, SMP 89,8%, SMA 67,88%, dan PT 8,53%. Kualitas pendidikan NILAI PENEGAKAN HUKUM 3 23 E. PELAYANAN DASAR IPM pada 209 Angka partisipasi 00% untuk SD, 95% untuk Melaksanakan reformasi pendidikan tingkat SLTP. Melaksanakan wajib belajar 2 tahun Pendidikan tinggi dengan jumlah Politeknik dengan biaya negara. 60% dan 40% sains. Menghapus pajak buku pelajaran. Program Indonesia pintar dengan wajib belajar Menghentikan penggantian buku 2 tahun bebas pungutan. pelajaran setiap tahun. Memperbesar akses warga pada pendidikan Mengembangkan pendidikan jarak jauh tinggi dengan cara memberi subsidi kepada terutama untuk daerah yang sulit PTN. terjangkau dan miskin. Pemberian beasiswa jenjang pendidikan D3, S Memberikan beasiswa bagi mahasiswa sampai S3 di dalam maupun luar negeri. kurang mampu dan lulusan dan pencari kerja yang mengikuti pelatihan pada bidang dan lembaga tertentu. Fasilitas kredit bank untuk mahasiswa berprestasi.

17 rendah. Berdasarkan data BPS 202, angka putus sekolah semakin tinggi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti berikut: SMP 2% dan SMA 3,3%. Rata- rata penduduk Indonesia yang berusia ± 5 tahun merupakan usia kerja dengan waktu pendidikan rata- rata SMP, sebesar juta jiwa berdasarkan BPS 203. Permendiknas No 23 Tahun 203 tentang Perubahan Atas Permendiknas No. 5 Tahun 200 mengenai Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, yaitu: guru mengajar 32 siswa. Jumlah guru yang bersertifikat 25,5 % ( guru) berbanding dengan jumlah guru yang belum Pengiriman tunjangan profesi guru bersertifikat langsung ke rekening guru yang bersangkutan Merekrut 800 ribu guru selama 5 tahun Menaikkan tunjangan profesi guru menjadi rata- rata Rp 4 juta per bulan. Insentif bagi guru daerah terpencil: o Tunjangan fungsional memadai o Asuransi keselamatan kerja o Fasilitas yang memadai untuk pengembangan keilmuan serta promosi kepangkatan dan karier. Kebijakan rekrutmen dan distribusi tenaga pengajar yang berkualitas akan dilakukan secara merata.

18 (Kompas.com, 23 Nov 20) Kurikulum Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mewajibkan kembali kurikulum matematika dan Bahasa Inggris untuk sekolah dasar. Pendidikan anti korupsi. Alokasi anggaran pendidikan sebesar 20% APBN: o untuk infrastruktur sebesar triliun pada APBN TA 203, APBN TA 204 tidak ada. o Baru 0% dari alokasi anggaran pendidikan digunakan untuk belanja langsung siswa. Ruang kelas yang rusak pada 203 berjumlah 4.94 ruang kelas SD dan ruang kelas SMP (Kemendikbud). 2. Menurut data SDKI 202: Dana perbaikan kualitas fasilitas pendidikan rata- rata Rp 50 juta per sekolah. Meningkatkan kualitas fasilitas pendidikan di universitas negeri maupun swasta dengan alokasi dana APBN Rp 20 triliun selama Menyediakan komputer di sekolah dasar dan menengah, sekolah kejuruan, sekolah agama dan pesantren. Membangun jaringan internet gratis. Mengembangkan sekolah- sekolah kejuruan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, maritim dan industri, termasuk Balai Latihan Kerja. Meningkatkan IPM pada 209 Pembangunan rumah sakit modern di Mengedepankan pendidikan kewarganegaraan (civic education). Proporsi 70% budi pekerti dan pembangunan karakter pada pendidikan dasar. Muatan nilai kesetaraan gender, penghargaan terhadap keberagaman, HAM, dan bahaya narkoba dalam kurikulum. Tidak memberlakukan model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional, termasuk Ujian Akhir Nasional. Pemerataan fasilitas pendidikan di seluruh wilayah yang selama ini merupakan area dengan tingkat dan pelayanan pendidikan rendah atau buruk. Penyediaan dan pembangunan sarana transportasi dan perbaikan akses jalan menuju fasilitas pendidikan/sekolah dengan kualitas memadai. Peningkatan jumlah politeknik, SMK, dan Balai Latihan Kerja. Menyediakan jaminan persalinan gratis bagi setiap perempuan yang melakukan persalinan.

19 o AKB/000 kelahiran hidup sebesar 32 (target MDGs 205: 23/000 kelahiran hidup). o AKI/ kelahiran sebesar 359 (target MDGs 205: 08/ ribu kelahiran hidup). Data Kemenkes (SMS gateway) tentang kasus penderita gizi buruk meningkat: 8 kasus (202), 56 kasus (203), 45 kasus (204). Penyakit menular dan kronis belum teratasi dan temuan kasus cenderung meningkat: o HIV/AIDS pada 2009 sebesar kasus; o TBC berada pada peringkat 4 dunia, dengan jumlah penderita sebesar (203), prevalensi setiap kabupaten/kota Meningkatkan peran PKK, Posyandu dan Puskesmas. Revolusi putih mandiri, susu untuk anak sekolah melalui peternakan sapi dan kambing. Mengembangkan program KB Mewajibkan dokter yang baru lulus untuk mengabdi di daerah miskin dan tertinggal. Catatan: PTT sudah dilakukan. Mengalokasikan sekurang- kurangnya 5% APBN untuk penurunan AKI, AKB, pengendalian HIV/Aids, penyakit menular dan kronis. Pembangunan rumah sakit dan 6000 puskesmas dengan fasilitas rawat inap. Catatan: Tenaga kesehatan.

20 297/ penduduk; o Kusta berada pada peringkat 3 dunia, dengan jumlah penderita sebesar (202); o Malaria pada 200, terdapat kasus, pada 202 terdapat kasus. Alokasi anggaran kesehatan hanya 46,45 triliun atau 2,4 persen dari APBN. Hal ini jelas melanggar Undang- Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama pasal 7 ayat (), (2), dan (3) yang menyebutkan bahwa besaran anggaran kesehatan minimal 5% APBN, minimal 0% APBD diluar gaji, dan sekurang- kurangnya 2/3 dari anggaran kesehatan diprioritaskan untuk pelayanan publik.

21 Alokasi anggaran untuk Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak atau kelas ibu hamil dan kesehatan reproduksi hanya sekitar 6,56% dari anggaran Kemenkes. 3. Administrasi Kependudukan 4. Jaminan Sosial Jaminan hari tua hanya terbatas pada kaum pekerja sektor formil Jaminan sosial nasional 5. Refromasi Birokrasi Pelayanan Publik Berdasar laporan penelitian Ombudsman RI 203, tingkat kepatuhan terhadap mandat UU Pelayanan Publik hanya 22,2% (Juni 203) dan 77,8% (November 203) pada Kementerian; sedangkan pada lembaga negara Tidak tersedia 0 Melanjutkan reformasi sistem kependudukan nasional yang terintegrasi (Nomor Induk Kependudukan Nasional/National Single Identity Number). Memberikan jaminan sosial untuk fakir miskin, penyandang cacat dan rakyat terlantar. Percepatan pelaksanaan BPJS Kesehatan. Pemangkasan rantai birokrasi dan perijinan yang berlebihan di tingkat pusat dan daerah. Melaksanakan pemangkasan rantai dan proses birokrasi yang berbelit- belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor pemerintahan Mempercepat peningkatan kesejahteraan aparatur negara dan reformasi birokrasi untuk mencapai sistem birokrasi efisien dan melayani dengan sistem insentif dan hukuman yang efektif Implementasi SJSN secara merata di seluruh Indonesia. Menyediakan sistem perlindungan sosial bidang kesehatan yang inklusif. Pengalihan konsorsium asuransi TKI menjadi bagian dari BPJS kesehatan. Pengurangan overhead cost (anggaran rutin) dan meningkatkan alokasi lebih banyak untuk pelayanan publik Penerapan UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik) secara konsisten Membuka ruang partisipasi publik melalui citizen charter dalam UU Pelayanan Publik Menjalankan dengan konsisten UU ASN (Aparatur Sipil Negara) Penguatan desa, kelurahan, dan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan publik yang diatur dengan UU Desa Meningkatkan kapasitas pemerintah nasional dalam menjalankan fungsi pembinaan dan

22 hanya 27,8% dan pemda hanya 0,5%. Mandat UU Pelayanan Publik diantaranya standar pelayanan/maklumat pelayanan, mekanisme penanganan pengaduan, sistem informasi pelayanan publik. Sementara 204 ini merupakan batas pencapaian target pelayanan publik prima dari Program Reformasi Birokrasi Nasional. Evaluasi kinerja pemerintah selama ini belum mendorong terjadinya peningkatan kualitas pelayanan publik bagi masyarakat. Tidak ada sanksi yang tegas maupun penegakannya jika terjadi pelanggaran dalam pelayanan publik. pengawasan, termasuk pengelolaan keuangan dan pelayanan NILAI PELAYANAN DASAR NILAI TOTAL 70 40

MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA A. Isu Umum 1. Rumusan masalah berkaitan dengan problem utama korupsi Terkait rumusan masalah, Pasangan

Lebih terperinci

NAWA CITA -1 1. POLITIK LUAR NEGERI BEBAS- AKTIF 2. KAMNAS BERBASIS TRI MATRA TERPADU 3. IDENTITAS NEGARA MARITIM 1. MELINDUNGI HAK DAN KESELAMATAN WARGA NEGARA INDONESIA DI LUAR NEGERI, KHUSUSNYA PEKERJA

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Permasalahan Terkait Kejahatan SDA-LH Karakteristik kejahatan SDA-LH: Kejahatan sumber

Lebih terperinci

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia LEVEL : VISI MISI LEVEL : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJM PROVINSI JAWA TIMUR Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi 1) Meningkatkan

Lebih terperinci

6 PROGRAM AKSI TRANSFORMASI BANGSA

6 PROGRAM AKSI TRANSFORMASI BANGSA 6 PROGRAM AKSI TRANSFORMASI BANGSA PARTAI GERINDRA 2014-2019 Presentasi oleh : DR. Ir. Endang S.Thohari. DESS. M.Sc Membangun Ekonomi yang Kuat, Berdaulat, Adil dan Makmur Meningkatkan pendapatan per kapita

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI OLEH : HARIYADI B. SUKAMDANI WAKIL KETUA UMUM KADIN INDONESIA

REFORMASI BIROKRASI OLEH : HARIYADI B. SUKAMDANI WAKIL KETUA UMUM KADIN INDONESIA REFORMASI BIROKRASI OLEH : HARIYADI B. SUKAMDANI WAKIL KETUA UMUM KADIN INDONESIA Prinsip Dasar Reformasi birokrasi harus membuktikan kinerjanya yang baik dalam memberikan pelayanan publik untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Dokumen perencanaan tahunan daerah yang digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran Tahun 2014, adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 draft LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 Workshop Four Seasons, 26 28 Maret 2012 LATAR BELAKANG Arahan Wakil Presiden Maret 2010 PNPM adalah kebijakan nasional mengenai pemberdayan masyarakat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia XVIII Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat (3) Bab I, Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, menegaskan kembali: Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Artinya, Negara

Lebih terperinci

LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode Manifesto Indonesia Corruption Watch LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019 Jakarta, 9 Juni 2014 M a n f e s t

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.4. Tabel Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi : Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

PENGUATAN EKONOMI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

PENGUATAN EKONOMI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TUJUH POKOK PROGRAM Penguatan Ekonomi Rakyat Pengembangan Pendidikan Pengembangan Kesehatan Penegakan Hukum. HAM & Peningkatan Pertahanan & Keamanan Pengembangan Budaya Politik dan Birokrasi Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM BAB III PEMBANGUNAN HUKUM A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang kedua, yaitu mewujudkan supremasi

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya-upaya ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode Indonesia Corruption Watch 100 HARI MEMBERANTAS KORUPSI Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019 Jakarta, 19 Agustus 2014 1 0 0 H a r i M

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, tiap individu selalu dihadapkan pada aturan, norma, standar, ukuran yang harus dipenuhi. Aturan, norma, standar, maupun ukuran tersebut

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2019 1. PENDAHULUAN Penyusunan RKT 2019 mengacu kepada Dokumen Renstra Kemenko PMK 2015-2019, 100 Program Prioritas Presiden, serta Isu Strategis Bidang PMK dalam

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

Lebih terperinci

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini. HAK GURU Hak-hak guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yang diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (1) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara menjamin hak setiap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT

PERAN SERTA MASYARAKAT PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK I. UMUM Negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan

Lebih terperinci

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM Pokok Bahasan Pendahuluan Gambaran Reformasi Birokrasi dan Permasalahannya

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

STRATEGI MEWUJUDKAN GENERASI EMAS BANGSA

STRATEGI MEWUJUDKAN GENERASI EMAS BANGSA STRATEGI MEWUJUDKAN GENERASI EMAS BANGSA Jakarta, 10 OKTOBER 2015 OLEH: WARTANTO SESDITJEN PAUD DIKMAS Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia dengan melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

Desentralisasi dan Otonomi Daerah:

Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Teori, Permasalahan, dan Rekomendasi Kebijakan Drs. Dadang Solihin, MA www.dadangsolihin.com 1 Pendahuluan Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 merupakan momentum

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka melakukan Gerakan Nasional Anti Kejahatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, melakukan Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual dengan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN PROGRAM POKOK

VISI, MISI DAN PROGRAM POKOK VISI, MISI DAN PROGRAM POKOK Ir. H. Ilham Arief Siradjuddin, MM Ir. H. Abd. Aziz Qahhar Mudzakkar, M.Si SEBAGAI CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN 2013-2018 1 VISI 2018 BERSAMA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 Bandung, 11 Januari 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 A. Program Kerja 2018 2 Visi-Misi Pembangunan 2015-2019 VISI : Terwujudnya

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5494 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara. Manajemen. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

Isu Strategis Kota Surakarta

Isu Strategis Kota Surakarta Isu Strategis Kota Surakarta 2015-2019 (Kompilasi Lintas Bidang) Perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Sinkronisasi

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016 Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016 REFORMASI SISTEM PENEGAKAN HUKUM DAN PELAYANAN PUBIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL Jakarta, 23 November

Lebih terperinci

KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS

KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS Disampaikan dalam Seminar Yang Diselenggarakan Kamar Dagang

Lebih terperinci

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci