BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN"

Transkripsi

1 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian tentang pemertahanan bahasa sudah banyak dilakukan oleh para ahli sosiolinguistik dengan beragam isu-isu yang terjadi. Dengan demikian, ada beberapa studi yang diacu sebagai kajian pustaka untuk kepentingan penelitian tentang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Untuk itu, penulis akan rujuk beberapa referensi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut. Tulisan yang berjudul Tingkat Tutur Bahasa Jawa di Diponggo: Menuju ke Kepunahan (Sariono, 2002: 195) menguraikan penelitian tentang pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa ibarat dua sisi dari satu mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan hasil kolektif dari pemilihan bahasa (language choice). Selanjutnya, dikemukakan bahwa pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa adalah Language shift simply means that a community gives up a language completely in favour of another one. The members of the community, when the shift has taken place, have collectivelly chosen anew language where and old one used to be used in language maintenance, the community collectivelly decides to continue using the language in domains formely shift in progress. If the member of speech community are monolingual and are not collectively acquiring another language, then they are obvisiously maintaining their language use pattern... (Fasold,1985:213) ( pemertahanan bahasa-ibu. Uraian tersebut secara sederhana dapat dikatakan bahwa pergeseran bahasa itu terjadi manakala masyarakat memilih suatu bahasa baru untuk mengganti bahasa

2 10 sebelumnya. Dengan kata lain, pergeseran bahasa itu terjadi karena masyarakat bahasa tertentu beralih ke bahasa lain, biasanya bahasa domain dan berprestise, lalu digunakan dalam ranah-ranah pemakaian bahasa yang lama. Pemertahanan bahasa adalah masyarakat bahasa tetap menggunakan bahasanya secara kolektif atau secara bersamasama dalam ranah-ranah pemakaian tradisional. Dalam konteks penelitian dengan kajian di atas, dan faktor penunjang serta penghambat pemertahanan bahasa ada persamaan seperti adanya pilihan bahasa bagi masyarakat pemakainya. Perbedaannya, objek kajian di atas adalah kepunahan bahasa sedangkan dalam tulisan ini objek kajiannya adalah pemertahanan bahasa. Relevansinya dengan penelitian ini adalah hasil pemaparan tersebut menambah wawasan penulis untuk mendapatkan konsep dalam memahami upaya-upaya, faktor-faktor serta dampak yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Makalah berjudul Pergeseran Bahasa Dayak di Kota Palangkaraya (Kurniati, 2007: 73) menyebutkan bahwa salah satu faktor penting pemertahanan sebuah bahasa adalah adanya loyalitas masyarakat pendukungnya. Dengan loyalitas itu, pendukung suatu bahasa akan tetap mentransmisikan bahasanya dari generasi ke generasi. Relevansinya dengan penelitian ini adalah loyalitas masyarakat dan pemertahanan bahasa sama-sama merupakan suatu upaya. Manfaat dari tulisan tersebut terhadap penilitian ini menambah wawasan penulis dalam memahami faktor penunjang pemertahanan bahasa Bali. Disertasi Sumarsono (1990: 27) yang berjudul Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali, menguraikan bahwa konsentrasi wilayah permukiman adalah salah satu faktor yang dapat mendukung kelestarian sebuah bahasa. Konsentrasi wilayah

3 11 permukiman merupakan faktor penting dibandingkan dengan jumlah penduduk yang besar. Kelompok yang kecil jumlahnya pun dapat lebih kuat mempertahankan bahasanya, jika konsentrasi wilayah permukiman dapat dipertahankan, sehingga terdapat keterpisahan secara fisik, ekonomi, dan sosial budaya. Persamaannya, konteks penelitian dengan kajian di atas sama-sama ada upaya pemertahannan sedangkan perbedaannya, terletak pada unsur sosial pemertahanan bahasa. Relevansinya dengan penelitian ini bahwa uraian tersebut memberi inspirasi dalam menentukan faktor penunjang dan penghambat pemertahanan bahasa Bali serta sebagai wawasan penulis dalam membahas masalah nomer dua yang tersaji pada halaman empat di depan. Selain itu, faktor yang dapat mendukung pemertahanan bahasa adalah digunakannya bahasa itu sebagai bahasa penghantar di sekolah-sekolah, dalam penerbitan buku-buku agama, dan dijadikannya sebagai bahasa penghantar dalam upacara-upacara keagamaan. Secara garis besar uraian di atas menjelaskan tentang faktor-faktor penunjang pemertahanan bahasa di antaranya loyalitas, faktor konsentrasi permukiman, digunakan sebagai bahasa penghantar dalam pendidikan maupun dalam upacara keagamaan. Relevansinya adalah konteks penelitian dengan kajian di atas sama-sama menekankan upaya yang dilakukan dalam usaha pemertahanan bahasa. Pemaparan di atas memberikan gambaran tentang upaya pemertahanan bahasa Bali dan juga sebagai inspirasi bagi penulis untuk membahas masalah nomer 3 yang tersaji pada halaman 4 di depan. Selanjutnya Gal dalam Lukman (2000: 88), melalui makalahnya yang berjudul Pemertahanan Bahasa Warga Transmigran Jawa di Wonomulyo-Polmas Serta Hubungan Dengan Kedwibahasaan dan Faktor-Faktor Sosial, memaparkan bahwa

4 12 masyarakat dwibahasawan di Obertwart telah terjadi dalam waktu yang lama tetapi menjelang abad ke 19 sebagian besar petani di Obertwart merupakan masyarakat dwibahasawan. Sejak abad tersebut di atas, Obertwart yang mulanya merupakan desa pertanian berubah menjadi sebuah kota dengan keanekaragaman sosial budayanya. Pada awalnya bahasa Hongaria dan bahasa Jerman sejajar dan kedua bahasa itu memiliki prestise yang tinggi bagi pendukungnya masing-masing. Namun, lama-kelamaan prestise bahasa Hongaria sebagai penduduk asli Obertwart bergeser ke bahasa Jerman, karena pengaruh dari kelompok pendatang yang lebih kuat, sehingga bahasa Hongaria yang semula memiliki prestise tinggi akhirnya tidak mampu bertahan menghadapi pengaruh bahasa Jerman. Akibatnya, sebagian besar penduduk Obertwart tidak mewariskan bahasa yang sebelumnya berstatus tinggi ke generasi berikutnya. Intinya uraian di atas menegaskan bahwa pada dasarnya bahasa daerah merupakan bahasa yang berprestise, namun karena adanya perkembangan sosial budaya seperti ledakan penduduk karena faktor urbanisasi atau imigrasi menyebabkan terjadinya perubahan (pergeseran atau kepunahan) bahasa ( bahasa-ibu. Persamaannya adalah sama-sama mengkaji tentang unsur budaya lokal (bahasa daerah). Perbedaannya adalah kajian di atas mengkaji pergeseran atau kepunahan bahasa sedangkan, tulisan ini mengkaji pemertahanan bahasa. Relevansinya dengan penelitian ini mempertajam wawasan penulis dalam memahami faktor penunjang dan penghambat serta dampak pemertahanan bahasa Bali. Uraian tersebut sebagai inspirasi penulis untuk membahas masalah 2 dan 3.

5 13 Makalah berjudul Eksistensi Penggunaan Bahasa Bali sebagai Bentuk Pemertahanan Bahasa Bali di Daerah Pariwisata (2004), karya Budiarsa diterbitkan oleh Universitas Udayana. Budiarsa dalam tulisan tersebut memaparkan bahwa penggunaan bahasa sangat terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dari suatu masyarakat tutur tempat bahasa itu digunakan. Uraian tersebut mengetengahkan bahwa bentuk dan pemilihan bahasa ditentukan oleh konteks situasi pertuturan. Persamaanya adalah unsur objek kajiannya sama-sama bahasa Bali. Perbedaannya dalam konteks penelitian ini unsur sosialnya adalah budaya global, sedangkan dalam kajian di atas unsur sosialnya adalah budaya lokal. Relevansinya sebagai sumber inspirasi dalam memahami konsep penggunaan bahasa Bali kecuali itu, melalui inspirasi tersebut menjadi pijakan bagi penulis untuk membahas masalah dampak dan makna pemertahanan bahasa Bali. Terpilihnya tulisan tersebut di atas sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini berdasarkan alasan masih adanya kedekatan (relevan) antara objek tulisan tersebut dengan objek penelitian ini. Relevansi antara keduanya dapat menunjang dan mengarahkan analisis pada uraian selanjutnya. Penulis berharap materi uraian dalam kajian tersebut dapat memberi kontribusi sebagai rujukan, dukungan penguat pendapat dan pengayaan terhadap penelitian yang akan dilaksanakan. Beberapa uraian di atas ada kesamaan objek penelitian dengan tulisan ini namun, yang membedakan adalah lokasinya yaitu Kota Denpasar. Penulis berupaya mengembangkan penelitian dan kajian sebelumnya melalui penelitian ini.

6 Konsep Koentjaraningrat (1994: 21) mengatakan bahwa konsep adalah unsur pokok dari suatu penelitian sebab melalui konsep akan diperoleh batasan pengertian yang lebih jelas. Konsep juga merupakan sekelompok fakta atau gejala dari apa yang diamati dalam penelitian. Ia merupakan pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret dalam menggambarkan keadaan individu, kelompok dan masyarakat yang menjadi objek perhatian. Konsep menurut Barker (2005: 5) adalah alat untuk bertindak di dunia ini, dan bagaimana ia digunakan itulah maknanya. Dalam penelitian ini dirumuskan dua satuan konsep yang menjadi kunci dalam tulisan ini yaitu (1) pemertahanan bahasa Bali dan (2) masyarakat multikultural di Kota Denpasar Pemertahanan Bahasa Bali. Dalam memaparkan konsep pemertahanan bahasa Bali, akan dijelaskan menurut unsur-unsur dalam konsep tersebut yaitu pemertahanan, bahasa Bali, pemertahanan bahasa Bali. Kata pemertahanan secara morfologis diuraikan mengacu kepada pendapat Chaer (2008: 9), yang mengatakan bahwa ada empat model atau teknik dalam menganalisis satuan-satuan morfologi di antaranya analisis berdasarkan unsur bawahan langsung artinya menguraikan satuan-satuan morfologi dengan memperhatikan makna dari bentuk bahasa yang diuraikan. Bertitik tolak dari uraian tersebut, bentuk pemertahanan unsur langsungnya pertahanan mendapat awalan pe- yang berarti kemampuan melakukan upaya-upaya Bentuk pertahanan unsur langsungnya tahan mendapat konfiks per-an yakni sesuatu yang tetap digunakan. Pertemuan antara bentuk unsur langsung

7 15 pertahanan dengan imbuhannya menjadi kata pepertahanan. Huruf p yang terdapat pada unsur langsung pertahanan mengalami proses morfologi yakni berubah bunyi menjadi m. Dengan demikian bentuk pepertahanan menjadi pemertahanan yang dikonsepkan sebagai kemampuan untuk melakukan upaya-upaya terhadap sesuatu dalam konteks ini bahasa Bali agar tetap digunakan. Trask (1997: 126), mengungkapkan pemertahanan bahasa merupakan penggunaan sebuah bahasa secara kontinu oleh penuturnya, khususnya dalam keadaan bahasa itu berada dalam tekanan bahasa lain. Hal ini terjadi karena komunitas secara bersama-sama memutuskan untuk terus menggunakan bahasa (atau bahasa-bahasa) yang secara tradisi telah mereka pergunakan. Berkenaan dengan konsep bahasa Bloomfield (1933: 326) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda untuk mengungkapkan, membentuk, dan menyimbolkan realitas budaya. Di antara semua bentuk simbol, bahasa merupakan simbol yang paling rumit, halus, dan berkembang. Kini manusia telah sepakat bersama, dalam kesalingtergantungannya selama berabad-abad, untuk menjadikan berbagai suara yang mereka ciptakan dengan hembusan udara paru-paru, tenggorokan, lidah, gigi, dan bibir, secara sistematis mewakili peristiwa-peristiwa dalam sistem-sistem saraf mereka, sehingga bahasa disebut sebagai sistem kesepakatan. Sebagai sistem kognisi, bahasa dengan sistem gramatikal, bunyi serta tata tulisnya itu, dipahami sebagai sumber daya dan kekayaan mental yang setelah dipelajari, ada dalam diri manusia dan masyarakat. Sistem bahasa yang abstrak itu merupakan pemilikan bersama dan ada dalam kesadaran kolektif masyarakat tutur. Pemilikan itu digunakan

8 16 secara nyata dalam bentuk tuturan dan tulisan dalam wujudnya sangat bervarisi, baik variasi bentuk maupun nuansa makna dalam konteks penuturan (Saussure, 1996: 16). Mengacu pada paparan di atas, bahasa Bali dalam wujudnya yang kongkret, yaitu berupa ujaran (parole) dalam penuturannnya terkait dengan strata sosial masyarakat berfungsi untuk mewujudkan integrasi sosial dan dapat dimanfaatkan untuk mengekspresikan segala bentuk ide oleh manusia Bali. Bali dalam konteks ini secara umum dipahami sebagai masyarakat suku, atau masyarakat yang secara tradisi memiliki identitas yang berwujud bahasa yakni bahasa Bali. Bertitik tolak dari uraian di atas, pemertahanan bahasa Bali dalam tulisan ini dikonsepkan sebagai upaya-upaya yang dilakukan masyarakat agar bahasa Bali tetap digunakan. Berkaitan dengan hal itu, loyalitas masyarakat pendukungnya merupakan salah satu faktor penting dalam pemertahanan bahasa Bali. Loyalitas itu berakar pada asal-usul seseorang. Implementasinya terlihat pada tingkah laku seperti tidak malu menggunakan bahasa Bali dalam pergaulan; ikut memperjuangkan bahasa Bali secara resmi; ikut mengoreksi kesalahan bentuk bahasa Bali yang dipakai orang lain Masyarakat Multikultural di Kota Denpasar Konsep masyarakat menurut Chaer (2007: 59) diartikan sebagai kelompok orang yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan sosial yang sama. Sebagai misal adalah masyarakat Indonesia, masyarakat Bali, masyarakat Betawi, atau juga masyarakat Eropa. Menurut Simon ( ), masyarakat bukanlah semata-mata suatu kumpulan orang belaka yang tindakan-tindakannya tidak mempunyai sebab, kecuali kemauan

9 17 masing-masing. Kumpulan tersebut hidup karena didorong oleh organ-organ tertentu yang menggerakkan manusia untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut. Herbert Spencer (dalam Triguna, 2008: 1), adalah orang yang pertama menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang kongkret. Spencer telah memberikan suatu model kongkret membahas masyarakat berdasarkan prinsip organisme. Suatu organisme menurut Spencer akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti bahwa adanya organisasi fungsi yang lebih matang antarbagian organisme tersebut, dan integrasi yang lebih sempurna pula. Organisme tersebut ada kriterianya, yaitu kompleksitas, diferensiasi, dan integrasi. Kriteria tersebut akan dapat diterapkan pada setiap masyarakat. Evaluasi sosial dan perkembangan sosial pada dasarnya berarti bertambahnya diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja dan suatu transisi dari keadaan homogen ke keadaan heterogen. Pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar berhubungan dengan berbagai konsep di atas, yang menggarisbawahi perubahan, heterogenitas, kompleksitas, diferensiasi, dan integrasi sosial. Multikultural menurut Chr.Dawson (dalam Sudiarja dkk, 2006: 706) menyatakan adanya keragaman unsur kebudayaan dalam masyarakat. Unsur kebudayaan tersebut mencakup seluruh kompleks institusi, adat istiadat, keyakinan, kejujuran, serta organisasi ekonomi yang merupakan warisan sosial dari suatu bangsa Terkait dengan konteks tersebut bahwa masyarakat yang melakukan kegiatan dan aktivitas di Kota Denpasar tidak saja warga negara Indonesia ada juga warga negara asing seperti orang Amerika, Australia, Inggris, dan lain sebagainya. Kecuali itu penduduk Kota Denpasar terdiri atas

10 18 berbagai etnis seperti etnis Jawa, Tionghoa, Bugis, dan lain-lain. Begitu pula dari segi keyakinan sangat beragam, jenjang pendidikan serta banyaknya jumlah sekolah sangat menonjol, bahasa yang digunakan oleh masyarakat juga beragam (anonim, 2008). Lebih lanjut Suastika (2007: 530) menyatakan bahwa konsep multikultural lebih menekankan pada ciri-ciri masyarakat majemuk, yakni menekankan pada keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Dengan demikian, maka konsep multikultural mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ide itu, seperti politik dan demokrasi, keadilan dan penegak hukum, kesempatan kerja dan berusaha, hak budaya komunikasi dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas. Dari pemparan di atas, masyarakat multikultural dipahami sebagai keragaman yang dilatarbelakangi oleh keragaman asal-usul, etnis, daerah, agama, adat istiadat, bahasa, kesenian, institusi, organisasi ekonomi, ilmu pengetahuan, yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu serta berbagai pengaruh di dalamnya yakni adanya toleransi, saling menghormati, saling menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Barker (2006: 379) bahwa strategi multikulturalis memerlukan citra positif namun tidak memberikan persyaratan bagi asimilasi. Namun, suku bangsa diyakini memiliki status setara, memiliki hak untuk menjaga warisan budaya. Multikulturalisme bertujuan untuk merayakan perbedaan. Misalnya pengajaran pendidikan multi-agama, pertunjukan ritual dan promosi makanan etnis. Masyarakat multikultural dalam artian ini adalah sebuah proses di mana praktipraktik sosial dan pola-pola interaksi yang diatur oleh aturan dan peranan anggota masyarakat dengan keberagamannya, diakui, dihormati dalam kemasan pelibatan terhadap interaksi dan dinamikanya. Masyarakat multikultural juga dipahami sebagai

11 19 bedahan, kajian, dan telaahan atas keanekaan warna budaya, transformasi sosial, dan dinamika kebudayaan bangsa pada era global (Astra, 2003: iii). Keanekaan warna budaya yang ditunjang oleh saling menghormati dalam keragaman tersebut merupakan suatu ciri khas masyarakat Kota Denpasar sebagai masyarakat multikultural. Kota menurut pandangan Bintarto (dalam Daldjoeni, 1996: 42), adalah sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan gejalagejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang sifatnya heterogen dan materialistis. Mengacu pada pendapatnya Bintarto, kota dalam konsep ini adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialis. Kota dikonsepkan demikian lantaran faktor manusianya yang esensial, karena hanya manusia yang mampu melakukan kegiatan dan aktivitas. Segala sesuatu yang terjadi di kota seperti kegiatan berorganisasi, politik, kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya disebabkan oleh manusia itu sendiri dan secara hakiki manusia adalah pencipta, pewaris dan penerus kebudayaan termasuk di dalamnya bahasa Bali. Driyarkara (dalam Sudiarja, 2006: 602) mengetengahkan bahwa ada beberapa alasan manusia membangun kota, yaitu (1) untuk menyelenggarakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kehidupan organisasi-organisasi masyarakat yang mendirikannya; (2) masyarakat yang mendirikan kota mempunyai kehidupan politik yang layak; (3) masyarakat yang mendirikan kota sudah mempunyai tingkat kebudayaan yang pantas; (4) masyarakat yang mendirikan kota sudah menjalankan kehidupan sosial ekonomi yang

12 20 bermutu. Semua usaha ini, kota dengan organ-organnya harus memimpin dan membawa masyarakat ke perkembangan yang makin lama makin tinggi (Sudiarja, 2006: 602). Barker (2006: ) mengedepankan pandangan ketiga Bapak Sosiologi yaitu Durkheim, Marx dan Weber. Durkheim mengonsepkan kota secara ambivalen, bawa kehidupan kota merupakan ruang aktivitas, kemajuan dan tatanan moral baru, namun hal ini akan menjadi arena bagi kebusukan moral dan anomi. Weber melihat kehidupan kota sebagai penopang demokrasi industri modern sekaligus menjelaskan nalar instrumental dan jeruji besi organisasi birokratis. Marx mengonsepkan kota sebagai tanda kemajuan dan lompatan besar produktivitas yang ditimbulkan oleh kapitalisme, dan di sisi lain sebagai tempat bagi kemiskinan, keseragaman dan kekejian. Simmel kemudian mengedepankan sutau konsep positif tentang kota, yaitu tempat lahir estetika modernisme dan tempat bagi pelarian dari kontrol tradisi. Wirth mengeksplisitasikan pendekatan yang lebih kultural ketimbang ekologi terhadap kehidupan kota. Wirth melukiskan kehidupan kota bertitiktolak pada urbanisme sebagai suatu cara hidup dan suatu bentuk eksistensi sosial. Keragaman budaya dan gaya hidup kehidpan kota mendorong impersonalitas dan mobilitas (sosial dan spasial) karena orang kehilangan perasaan terhadap tempat dan kehilangan hubungan sosial yang stabil. Kehidupan kota didasarkan atas adanya sejumlah besar orang yang hidup berdekatan tanpa benar-benar mengenal satu sama lain. Para penghuni kota membentuk asosiasi satu sama lain yang didasarkan atas gaya hidup, kebudayaan dan etnisitas (Barker, 2006: 311). Kota Denpasar dalam penelitian ini adalah tempat pusat kegiatan dan aktivitas masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang dan tempat asalnya, bukan sebagai

13 21 daerah pemerintahan yang setingkat dengan kabupaten. Bertitik tolak dari uraian di atas maka, masyarakat multikultural di Kota Denpasar dikonsepkan sebagai kelompok manusia yang mempunyai kepentingan sosial yang sama diwarnai oleh keragaman dalam kesederajatan dari berbagai perbedaan yang melatari serta hidup dalam wilayah Kota Denpasar. 2.3 Landasan Teori Snelbecker (dalam Moleong, 2008: 57), mengatakan teori berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Dalam penulisan ini teori digunakan untuk memudahkan dalam pengorganisasian data atau membantu menelaah hasil penelitian. Uraian selanjutnya tentang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar akan memakai teori sosiolinguistik sebagai payungnya artinya teori sosiolinguistik yang memayungi berbagai teori di bawahnya. Teori sosiolinguistik mengaitkan kehadiran bahasa dengan masyarakat pendukungnya. Dalam konteks ini masyarakat sebagai pendukung bahasa selalu muncul dalam teori pendukung lainnya yakni teori perubahan sosial dan teori motivasi yang juga digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Rincian uraian teori tersebut sebagai berikut Teori Sosiolinguistik Adiel (2008) dalam tulisannya Hakekat Sosiolinguistik memaparkan bahwa teori sosiolinguistik objek kajiannya adalah bahasa. Bahasa sebagai parole dipandang sebagai perangkat tingkah laku yang telah ditransmisikan secara budaya atau dipakai oleh sekelompok individu. Tampaknya pandangan tersebut memiliki suatu paham bahwa

14 22 bahasa sebagai tingkah laku budaya manusia. Dengan demikian manusia tidak mungkin ada tanpa hadirnya bahasa begitu pula manusia dalam berinteraksi sosial maupun komunikasi selalu menggunakan bahasa. Lebih lanjut Jendra (2007: 227) dalam buku Sosiologi Teori dan Penerapannya, mengatakan bahwa teori sosiolinguistik memandang kehadiran bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat pendukungnya. Karena itu mayarakat dianggap sebagai penutur, juga sekaligus sebagai sumber repertoar bahasa yang memiliki perasaan, pikiran, dan perilaku bahasa. Ketiga unsur tersebut (perasaan, pikiran, perilaku bahasa) adalah suatu lapisan masyarakat yang tidak selamanya mempunyai ciri yang sejalan dalam perkembangan bahasa. Banyak lapisan masyarakat yang kadang-kadang acuh tak acuh terhadap bahasanya, tetapi ada juga yang demikian bersatu erat, bangga, dan selalu menjunjung bahasanya sebagai kebanggaan kelompoknya atau kebanggaan bangsanya. Bertitik tolak dari uraian di atas pemertahanan bahasa Bali terkait dengan masyarakat sebagai sumber bahasa atau linguistik repertoir. Berkenaan dengan hal tersebut teori sosiolinguistik akan digunakan sebagai pisau analisis permasalahan satu dan sebagai penguat pembahasan masalah dua dan tiga Teori Perubahan Sosial Tidak ada sesuatu yang kekal, kecuali perubahan. Hal ini menunjukkan tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang luput dari perubahan. Dengan demikian eksistensi perubahan tidak pernah terlewatkan dari kenyataan hidup manusia, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Comte (dalam Triguna, 2008: 1), mengatakan bahwa dalam hubungan kebudayaan manusia senantiasa mengalami proses perubahan dengan segala

15 23 konsekuensi yang menyertainya, baik disebabkan oleh kebutuhan untuk berubah maupun perubahan yang direncanakan. Pitana (1994: 4) mengemukakan perubahan merupakan suatu ciri yang sangat hakiki dalam masyarakat dan kebudayaan. Ini berarti perubahan sosial merupakan gejala umum dalam masyarakat yang dikarenakan adanya komunikasi masyarakat dengan gagasangagasan baru, masyarakat menyadari akan keterbelakangannya, dan adanya ikatan kesadaran berorganisasi yang relatif lebih baik (Salim, 2002: 132). Dalam konteks ini, perubahan sosial turut mempengaruhi masa depan hidup masyarakat yang mengalaminya. Salim (2002: 132) dalam bukunya berjudul Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, mengemukan bahwa perubahan sosial disebabkan oleh pengaruh luar terhadap sendi-sendi kehidupan internal, seperti unsur produktivitas masyarakat tradisional, sikap mental, kemampuan organisasi, ragam etnik, mundurnya sektor ekonomi, serta pengaruh modernisasi. Kecuali itu faktor eksternal juga berpengaruh terhadap aspek-aspek struktural masyarakat yang oleh Salim dikatakan sebagai mesin penggerak perubahan sosial, seperti informasi komunikasi yang meliputi pengaruh media massa dengan bentuk industri pers, birokrasi yang meliputi keterkaitan birokrasi sipil dengan birokrasi militer, ideologi yang meliputi agama dan hak asasi manusia (HAM), modal yang meliputi modal finansial dan sumber daya manusia (SDM), teknologi yang meliputi unsur yang cepat berubah dan sangat tergantung kepada pemikiran modal. Menurut Hegel dan Max dalam Kayam (1989), menggambarkan proses perubahan sosial adalah reproduction atau menghasilkan kembali segala sesuatu yang diterima sebagai warisan budaya dari nenek moyang kita sebelumnya. Proses ini berkenaan

16 24 dengan usaha untuk menjadikan bahasa Bali sebagai suatu kebanggan identitas seperti pada masa lampau, melalui penciptaan ranah-ranah baru untuk penggunaan bahasa Bali seperti adanya penyelenggaraan lomba berpidato dan menulis cerita berbahasa Bali secara berkesinambungan. Selain itu perubahan sosial juga digambarkan sebagai proses Transformation yakni suatu proses penciptaan hal yang baru yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi seperti kontak person dalam siaran tembang-tembang Bali oleh Bali TV. Pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar, berada di tengah realitas perubahan sosial seperti uraian di atas. Teori perubahan sosial dalam penulisan ini digunakan sebagai pisau analisis tentang faktor penunjang dan penghambat pemertahanan bahasa Bali yakni rumusan masalah Teori Motivasi Maslow (dalam Siagian, 2002: 103) memaparkan bahwa teori motivasi dikaitkan dengan pemuasan berbagai kebutuhan manusia. Asumsi-asumsi dasar teori motivasi Maslow yaitu (a) manusia adalah mahluk sosial yang berkeinginan, selalu menginginkan banyak. Keinginan ini terus-menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba, (b) suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi, dan (c) kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat yang diklasifikasikan pada lima tingkatan yakni (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan yang mencerminkan harga diri, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. Kelima klasifikasi kebutuhan di atas, kebutuhan sosial relevan dengan penelitian ini khususnya dalam

17 25 menganalisis masalah kedua, yaitu apakah faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat upaya-uapa pemertahanan bahasa Bali masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Lebih lanjut Siagian (2002: 80), mengemukakan ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, (3) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan, merupakan inti dari motivasi. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori motivasi dapat mendorong masyarakat multikultural di Kota Denpasar untuk memahami bahwa upaya pemertahanan bahasa Bali merupakan suatu kebutuhan masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian bahasa bali sebagai warisan leluhur. Teori motivasi juga medorong masyarakat multikultural di Kota Denpasar untuk menggunakan bahasa Bali dalam pergaulan sehari-sehari baik di tengah keluarga maupun masyarakat. Teori motivasi akan digunakan untuk membahas permasalahan 1 dan 3. Masalah pertama adalah bagaimanakah upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Masalah ketika adalah apakah dampak dan makna pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar.

18 Model Penelitian Penelitian pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini. Lokalisasi Globalisasi Bahasa Bali Nilai-Nilai Lokal -Warisan budaya -Identitas budaya Pemertahanan Bahasa Bali Dalam Masyarakat Multikultural di Kota Denpasar Unsur-Unsur Global -Pariwisata -Media UPAYA-UPAYA PEMERTAHANAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG DAN PENGHAMBATPEMERTAHAN DAMPAK DAN MAKNA PEMERTAHAN Gambar 2.1 Model Penelitian Keterangan Model : : menunjukkan hubungan dua arah : menunjukkan hubungan satu arah : menyatakan satuan-satuan variabel Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa ada interaksi antara lokalitas dalam konteks ini budaya Bali dengan era globalisasi. Budaya Bali salah satu unsurnya adalah bahasa Bali. Pengaruh globalisasi sangat tampak dalam kehidupan masyarakat multikultural seperti adanya berbagai macam bahasa, etnis, keragaman agama, latar belakang daerah asal. Keberagaman kehidupan bermasyarakat seperti itu, memengaruhi kebudayaan Bali

19 27 pada umumnya, dan pemertahanan bahasa Bali pada khususnya. Keberagaman yang merupakan karakteristik masyarakat multikultural, merupakan tantangan bagi pemertahanan bahasa Bali sebagai warisan dan identitas budaya masyarakat Bali. Masyarakat multikultural sebagai tantangan bagi pemertahanan bahasa Bali, sangat jelas dalam kehidupan masyarakat Kota Denpasar. Pada satu sisi Kota Denpasar adalah kota wawasan budaya, namun pada pihak lain hal tersebut menjadi tantangan bagi keberadaan budaya lokal, khususnya pemertahanan bahasa Bali. Dengan demikian, Kota Denpasar merupakan salah satu kota di Bali yang mempunyai potensi budaya lokal seperti bahasa Bali dan juga merupakan pilar utama penopang bahasa Bali tak lepas dari pengaruh globalisasi. Pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar sebagai salah satu upaya dalam menyikapi (menghadapi) tantangan global tersebut. Berkenaan dengan hal di depan akan dibahas dan dianalisis dalam penelitian ini, dengan merumuskan tiga masalah yaitu tentang upaya, faktor, serta dampak dan makna pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat penuturnya. Berdasarkan jumlah penuturnya bahasa Bali dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. ada beberapa studi sebagai acuan kajian pustaka untuk kepentingan penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. ada beberapa studi sebagai acuan kajian pustaka untuk kepentingan penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian tentang pemertahanan dan pergeseran bahasa sudah banyak dilakukan oleh para ahli sosiolinguistik dengan beragam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada dasarnya membuat rencana suatu kegiatan sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu

Lebih terperinci

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN PERGESERAN BAHASA (LANGUAGE SHIFTING) DALAM KELUARGA BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN KETUA : ANGGOTA: SITI JAMZAROH, S.S., M.HUM. DRS. SAEFUDDIN, M.PD AGUS YULIANTO,S,S., M.PD DRS. SUMADI, M.HUM. TEGUH

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa menjadi kunci penentu proses perubahan. Namun demikian, hal itu terkadang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel 1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja

Lebih terperinci

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini keberadaan talk show atau dialog interaktif sebagai sarana dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan semakin beragamnya talk

Lebih terperinci

UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA

UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA Ida Komalasasi 1, Ida Rusdiana 2 1 STKIP PGRI Banjarmasin, Banjarmasin 2 STKIP PGRI Banjarmasin, Banjarmasin 1 idakomalasari56@gmail.com, 2 idarusdiana41@yahoo.co.id ABSTRAK Masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Pendekatan yang dipakai dalam kajian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Kajian mengenai pelestarian bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Kajian mengenai pelestarian bahasa BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam suatu penelitian salah satu bagian yang memegang peranan cukup penting adalah kajian pustaka. Kajian pustaka menjelaskan gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian dari laporan penelitian yang relevan. Menurut Triandis (melalui Suhardi, 1996: 22) sikap didefinisikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian dari laporan penelitian yang relevan. Menurut Triandis (melalui Suhardi, 1996: 22) sikap didefinisikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI Pada bab kajian teori akan dijelaskan landasan teori yang mendukung penelitian sikap bahasa siswa. Teori yang akan dijelaskan antara lain mengenai sikap, sikap bahasa, serta pembelajaran

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini penulis akan mengemukakan simpulan dan rekomendasi hasil penelitian yang dirumuskan dari hasil deskrifsi temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena kedudukannya yang sangat penting, maka membuat bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaanya, bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik memandang

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ari Kartini, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ari Kartini, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan disusunnya UU yang membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia adalah suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi,

Lebih terperinci

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sangat kaya dengan seni pertunjukan tradisional, setiap daerah memiliki beragam seni pertunjukan tradisi, dan ini merupakan ritual yang bermakna kultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan khas dan nilai-nilai budaya yang berbeda. Keragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi lisan merupakan warisan budaya nenek moyang yang merefleksikan karakter masyarakat pendukung tradisi tersebut. Signifikansi tradisi lisan dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Namun, Perbedaan tersebut tidak menjadikan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA SEJARAH BUDAYA/ ANTROPOLOGI PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap dinamika perkembangan budaya. Bangsa Indonesia diguncang berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Akulturasi merupakan proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsure-unsur asing itu lambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian  Amanda Putri Selvia, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah: identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5)

Lebih terperinci