BAB II TINJAUAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 SEJARAH PERTAMBANGAN PT. FREEPORT INDONESIA Keberadaan tentang adanya cadangan mineral di tanah Papua pertama kali tercatat dalam suatu laporan Leidsche Geologische Mededeelingen (1939) yang ditulis oleh Dr. Jean Jacques Dozy. Laporan ini ditulis Dozy setelah pada tahun 1936 Dozy bergabung dalam ekspedisi yang bertujuan mencapai lokasi salju abadi yang kala itu disebut Cartenszweide (kini Puncak Jaya). Secara tak disengaja, Dozy menemukan gundukan batu hitam kekuningan yang menjulang setinggi 131 m. Dari penyelidikan yang dilakukan atas contoh batuan, gundukan batu hitam kekuningan itu ternyata mengandung kalkopirit yang mengindikasikan adanya tembaga. Dalam laporannya yang disimpan di Universitas Leiden, Belanda tersebut, Dozy menamakan gunung itu Ertsberg yang berarti Gunung Bijih. Kelak setelah dieksplorasi, Gunung Bijih mengandung endapan bijih tembaga terbesar di dunia yang pernah ditemukan. Laporan tersebut yang dijadikan dasar oleh Forbes Wilson, seorang insinyur pertambangan berkewarganegaraan Amerika Serikat yang juga merupakan Manajer Eksplorasi dari perusahaan tambang Freeport Sulphur Company, Amerika Serikat untuk melakukan ekspedisi pada tahun 1960 dan Berdasarkan temuan awal dari timnya, ia memperkirakan bahwa Eartsberg mengandung sekitar 30 juta ton bijih. Pengujian terhadap batuan yang dibawanya kembali ke Amerika Serikat menunjukkan kandungan tembaga dengan kadar 2,3%. Walaupun lokasi cadangan tersebut sangat terpencil, namun jumlah dan kualitas bijihnya menjadikan penambangan tembaga pada Ertsberg layak secara ekonomis. Anak perusahaan Freeport McMoran, PT Freeport Indonesia Incooperated (PT FII), menandatangani Kontrak Karya pertama dengan pemerintah Indonesia pada tanggal 7 April 1967 selama 30 tahun. Kegiatan eksplorasi dan penyelidikan umum mulai dilakukan selama lima tahun disertai uji kelayakan dan pembangunan infrastruktur serta sarana pendukung lainnya. Gunung Bijih ditambang secara tambang terbuka atau disebut open pit dengan produksi awal 7000 ton bijih tembaga per hari. 6

2 Pada 18 Desember 1972 untuk pertama kalinya PTFII melakukan kegiatan ekspor konsentrat tembaga kering sebanyak 8300 ton yang dikapalkan dari pelabuhan Amamapare dengan tujuan Hibi, Jepang. Pada tahun 1976 PTFII menemukan cadangan Gunung Bijih Timur yang mengandung ± 45 juta ton tembaga dengan kadar 2,5%, yang ditambang pada tahun 1980 dengan sistim tambang bawah tanah. Kemudian secara berturut-turut ditemukan deposit Gunung Bijih Timur Dalam (1980), Deep Ore Zone (DOZ) tahun 1985, dan Grasberg tahun Ketika pertama kali ditemukan, cadangan awal Grasberg sebesar 50 juta ton. Penemuan cadangan tambahan menghasilkan penambahan jumlah cadangan baru selama hampir satu dasawarsa pada tahun 1990-an. Hingga akhir tahun 2002, seluruh cadangan Grasberg berikut cadangan bijih bawah tanah di sekitarnya pada kawasan Grasberg-Ertsberg telah mencapai lebih dari 2,5 milyar ton bijih yang mengandung lebih dari 39,4 milyar pon tembaga dan 48,5 juta ons emas. Dengan ditemukannya Grasberg, Freeport McMoran Copper & Gold Inc. memiliki cadangan tembaga dan emas terbesar di dunia. PT Freeport Indonesia (PTFI) didirikan pada tanggal 26 Desember 1991 dan telah berbadan hukum Indonesia. PT Freeport Indonesia Incooperated (PT FII) yang sebelumnya berbadan hukum Deleware di New Orleans negara bagian Amerika Serikat meleburkan diri menjadi PT. Freeport Indonesia. Sehingga, seluruh kegiatan penambangan di wilayah Kontrak Karya I tersebut selanjutnya diusahakan oleh PTFI. Pada tanggal 30 Desember 1991 di tandatangani kontrak kerja baru antara PT. FI dengan Pemerintah Indonesia yang berlaku untuk masa 30 tahun. Kontrak baru ini mencakup luas wilayah hektar dan wilayah baru untuk eksplorasi seluas 2,5 hektar serta untuk penambangan dan sarana sarana pendukung lainya. Secara singkat kronologis perkembangan operasi PT FI dapat dilihat sbb : 1978 : Pembangunan tambang bawah pertama, yaitu Gunung bijih timur (GBT) atau Ertsberg East yang dilakukan dengan metode block caving. Mulai berproduksitahun 1980 dan pada tahun 1986 produksinya telah mencapai ton/hari : Peningkatan produksi menjadi ton/hari dengan membangun tambang open-stope DOZ dan tambang blok cave Dom. Pembangunan juga termasuk sistem handling bijih tambang bawah tanah seperti crusher, conveyor, 7

3 dan ore pass. Pada tahun 1988 produksi meningkat menjadi ton/hari. Pembangunan Dom dilakukan kemudian ditinggalkan karena ditemukannya cadangan grasberg : Penemuan badan bijih di Grasberg meningkatkan cadangan tertambang menjadi lebih dari 200 juta ton. Peningkatan produksi menjadi ton/hari dimulai pada tahun 1989, dengan peningkatan sebesar ton/hari pada tahun Sistem open pit dan transportasi dari bijih dilakukan pada tahun Infrastruktur segera dibangun dan selesai pada akhir tahun : Peningkatan produksi secara terus menerus dari Grasberg mengakibatkan produksi pada tahun 1993 telah mencapai ton.hari dan dengan penambahan fasilitas konsentrating maka peningkatan produksi dapat mencapai ton/hari : Feasibility study untuk peningkatan produksi menjadi ton/hari dilakukan. Tambang IOZ dibuka pada tahun 1996 untuk menggantikan GBT dengan produksi sebesar ton/hari : Feasibility study untuk peningkatan produksi hingga ton/hari dilakukan hal ini disertai dengan pembangunan infrastruktur. Pembangunan tambang DOZ dilakukan pada tahun Operasi saat ini : Sekarang ini PT. FI berproduksi dengan kapasitas sebesar ton/hari, dimana ton berasal dari tambang Grasberg dan ton dari tambang DOZ. 2.2 LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH Lokasi penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI) secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, sekitar 500 kilometer sebelah barat daya Jayapura, ibukota provinsi Papua. Secara geografis, PTFI berada antara 04 o sampai 04 o LS dan 137 o sampai 137 o BT pada jajaran pegunungan Sudirman. Lokasi dan kesampaian daerah PTFI dapat dilihat pada Gambar

4 m dpl dpl Gambar 2.1 Peta Lokasi PT Freeport Indonesia. (Sumber PT. Freeport Indonesia) Secara garis besar daerah kontrak karya PTFI dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Lowland, merupakan dataran rendah yang mencakup lokasi pelabuhan Amamapare (portsite), perumahan karyawan dan kantor administrasi di Kuala Kencana serta beberapa lokasi pendukung lainnya. b. Highland, merupakan dataran tinggi yang mencakup perumahan karyawan mulai dari mile 66 (Hidden Valley), mile 68 (Tembagapura), mile 74 hingga ke lokasi tambang bawah tanah dan tambang terbuka Grasberg. Untuk menuju lokasi proyek PTFI dapat menggunakan jalur udara melalui bandara Moses Kilangin Timika dan jalur laut melalui pelabuhan Amamapare. Lokasi tambang terbuka Grasberg dapat dicapai dengan dua cara yaitu dengan perjalanan darat dan udara. Perjalanan darat dapat ditempuh dari Timika sejauh 66 km selama ± 2 jam, kemudian dilanjutkan ke mile 74 sejauh ± 9,6 km selama ± 25 menit untuk kendaraan 9

5 LV (light vehicle) atau ± 40 menit dengan bus. Di mile 74 terdapat pabrik pengolahan dan stasiun kereta gantung (hanging tram way) dimana terdapat 2 buah kereta gantung yang menghubungkan dengan GBT (Gunung Bijih Timur). Kereta gantung pertama berkapasitas 80 orang yang terbentang sejauh 1660 m dengan beda ketinggian 753 m antara stasiun di mile 74 dengan stasiun di GBT. Untuk yang kedua berkapasitas 100 orang dan membentang sejauh 1594 m dengan beda ketinggian antar stasiun 738 m. Lama perjalanan dengan tram ini memakan waktu sekitar 6 10 menit. Sedangkan pusat lokasi tambang terbuka Grasberg terletak sejauh 2,2 km kearah barat laut dari GBT selama ± 5 10 menit dengan menggunakan kendaraan LV (light vehicle). Selain itu dari mile 68 ke lokasi tambang terbuka Grasberg dapat pula ditempuh melalui jalur Underground Intermediate Ore Zone (IOZ) ataupun lewat H.E.A.T. (Heavy Equipment Acces Track). Perjalanan melalui udara dapat pula ditempuh dengan helikopter dari mile 68 (Tembagapura) langsung ke lokasi tambang terbuka Grasberg yang hanya dapat dilakukan jika udara cerah (tidak berkabut). Peta wilayah kontrak karya PT. Freeport Indonesia dapat dilihat pada Gambar

6 Gambar 2.2 Peta Wilayah Kontrak Karya PT Freeport Indonesia. (Sumber PT. Freeport Indonesia) 2.3 TOPOGRAFI Wilayah kerja PT.FI membentang disepanjang daerah pegunungan Jayawijaya, suatu area dengan topografi tertinggi diantara Himalaya di Asia dan Andes di Amerika Selatan, yang memotong pulau tepat di tengah-tengah. Ketinggian bervariasi mulai dari daerah pantai di dataran rendah sampai dengan pegunungan yang curam yang terletak sekitar 80 kilometer dari area pelabuhan. Geomorfologi yang curam ini dikarenakan 11

7 proses pengikisan oleh air hujan dalam jumlah yang sangat tinggi terhadap permukaan pegunungan yang terus terangkat sehingga material terpindahkan. Area kerja PT.FI sendiri berada di daerah fisiografis dari rangkaian pegunungan tengah (Central Mountain Range), dan membujur dari mulai zona Nival sampai kepada Alpine, Subalpine dan zona Montane. Zona Nival dan Alpine ( m s/d >4585 m ) dikarakterisasikan dengan berbagai macam batuan sedimen dan batuan beku yang terbentuk dari proses pengangkatan, perlipatan, pergeseran, dan aktifitas volkanik. Zona Subalpine dan Montane (2.000m m) dikarakterisasikan dengan adanya sungai yang mengalir ke arah lembah yang memiliki bentuk-v yang memiliki kedalaman sampai m dan gradien yang memiliki rentang mulai dari 40 o sampai permukaan vertikal. Lembah tersebut terdiri atas berbagai macam batuan sedimen dan batuan beku yang terbentuk akibat perlipatan, pergeseran dan aktifitas vulkanik. 2.4 MORFOLOGI Daerah yang membentang sejauh ± 125 km dari pelabuhan Amamapare hingga daerah pabrik pengolahan memiliki morfologi yang berbeda-beda. Daerah pelabuhan Amamapare merupakan daerah rawa bakau yang relatif datar. Morfologi pada daerah ini banyak dijumpai sungai-sungai kecil yang bercabang-cabang dan pepohonan tinggi dengan akar yang menggantung. Memasuki daerah pedalaman, dimana ketinggian semakin besar dan daerah rawa bakau sedikit demi sedikit digantikan dengan rawa nipa atau sagu. Pada jarak ±3 40 km, daerahnya mulai ditumbuhi oleh hutan yang lebat dengan jurang-jurang yang terjal. Memasuki wilayah penambangan Grasberg, hutan tidak ditemukan lagi yang kemudian digantikan tumbuhan lumut. Gletser terbentuk pada jarak beberapa kilometer dari distrik mineral. Letak geografis PT. Freeport Indonesia dapat dilihat pada Gambar

8 KONDISI GEOGRAFIS Gambar 2.3 Letak geografis PT. Freeport Indonesia (Sumber PT. Freeport Indonesia) 13

9 2.5 CUACA DAN IKLIM Secara umum wilayah kerja PTFI mempunyai iklim tropis dengan curah hujan antara 2500 mm sampai 4000 mm per tahun. Daerah lowland memiliki suhu rata-rata 29 o 32 o C. Daerah ini merupakan daerah yang panas dan lembab dengan curah hujan rata-rata 2500 mm per tahun. Sedangkan daerah highland adalah daerah yang dingin bahkan sering diselimuti kabut dan hujan hampir turun setiap hari. Suhu udara bevariasi dari sekitar 22 o C di Tembagapura dan 8 o C di tambang terbuka Grasberg. 2.6 KONDISI GEOLOGI Geologi Regional Wilayah kerja PTFI berada pada zona subduksi antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dan Lempeng Indopasifik yang bergerak ke arah barat daya. Pada zona subduksi ini terjadi intrusi magma yang menembus lapisan batuan sedimen yang telah terbentuk terlebih dahulu. Adanya intrusi tersebut memungkinkan terjadinya proses mineralisasi yang kompleks yang menghasilkan zona-zona yang kaya mineralmineral berharga. Peta lokasi wilayah kerja PT. Freeport Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.4. Sedangkan stratigrafi batuan sedimen di wilayah kerja PTFI dapat dilihat pada Gambar 2.5. Kelompok batuan yang terdapat pada wilayah kerja PTFI adalah: a. Kelompok batu gamping Irian (New Guinea Group) dari zaman tersier. Kelompok ini mencakup empat formasi yang merupakan batuan limestone yang didominasi carbonat, yaitu : Formasi Waripi, merupakan pengendapan awal dari kelompok ini yang terdiri dari batuan dolomit sukrosik berlapis tipis, batu gamping (limestone) rekristalisasi, dan batu gamping arenit. Berasal dari periode paleocene dan memiliki tebal sekitar 300 meter. Formasi Faumai, yang berasal dari periode Eocene. Dicirikan oleh terdapatnya batu gamping packstone dengan tebal sekitar 200 meter. 14

10 Formasi Sirga, yang berasal dari periode Oligocene. Dicirikan oleh terdapatnya batu pasir kwarsa dan semen kalsit dengan tebal sekitar 35 meter. Formasi Kais, yang berasal dari periode Oligocene akhir sampai pada pertengahan Miocene. Dicirikan oleh terdapatnya batu gamping packstone yang mengandung poraminifera, dan fosil ganggang merah. Kais memiliki ketebalan mencapai 1100 m, terdiri dari 4 bagian yang masing-masingnya adalah 300 m 350 m lapisan Mg-limestone, 80 m lapisan limestone, shale, sandstone, 200 m lapisan sandstone dan sekitar 500 m lapisan limestone dengan sisipan shale dan coal. b. Kelompok Kembelangan dari zaman Mesozoic (Jurassic sampai Cretaceous) Formasi Kembelangan terdiri dari rangkaian batu pasir dan batu gamping. Batuan sedimen ini telah mengalami intrusi magma yang berkomposisi Diorit. Kelompok ini mencakup empat formasi, yaitu : Formasi Kopai, yang berasal dari periode pertengahan sampai jurassic akhir. Dicirikan oleh terdapatnya sandstone, conglomerate, limestone, dan mudstone dengan ketebalan sekitar 350 m Formasi Woniwagi, yang berasal dari periode jurassic akhir sampai crestaceous awal. Dicirikan oleh terdapatnya sandstone, shale, dan siltstone dengan ketebalan sekitar 500 m. Formasi Piniya, yang berasal dari periode crestaceous awal sampai pertengahan crestaceous. Dicirikan oleh terdapatnya shale dan siltstone dengan ketebalan sekitar 600 m Formasi Ekmai, yang berasal dari periode crestaceous akhir. Total ketebalan formasi ini adalah sekitar 700 m. Batuan penyusun formasi Ekmai terdiri atas 3 bagian yaitu quartz sandstone dengan ketebalan 600 m, Kembelangan Limestone (limestone, silty, sandy limestone) dengan tebal sekitar 90 meter dan Kembelangan Shale yang merupakan calcareous shale dengan tebal 4 m. 15

11 c. Kelompok Glaciatill, Peat, Aluvium Kelompok ini hadir pada lapisan teratas permukaan perbukitan dan pergunungan. Endapan glaciatill terbesar terdapat di daerah Cartenszewide. Di daerah ini juga terdapat sekitar 100 m lapisan alluvial. d. Kelompok batuan intrusi Dua buah intrusi primer yang ada di wilayah PTFI adalah Grasberg Intusive Complex (GIC) dan Ertsberg Diorite. Selain dua intrusi primer tersebut juga ditemukan tubuh batuan beku lainnya di Wanagon, South Wanagon, Idenberg, dan Lembah Tembaga, yang ukurannya lebih kecil dari intrusi primer. Pada dua intrusi primer tersebut, terdapat 2 formasi yaitu Dalam dan Kali yang pada umumnya merupakan jenis diorite sampai quartz diorite. Gambar 2.4 Peta Geologi Wilayah Kerja PT. Freeport Indonesia (Sumber PT. Freeport Indonesia) 16

12 Gambar 2.5 Startigrafi Batuan Sedimen di Wilayah Kerja PTFI (Sumber PT. Freeport Indonesia) Geologi Daerah Grasberg Daerah lokasi penelitian berada di tambang terbuka Grasberg tepatnya di lokasi G-6/PB-8 South yang berada pada elevasi m diatas permukaan laut. Daerah G-6/PB-8 South merupakan lokasi yang termasuk dalam zona mineralisasi Grasberg. Mineralisasi emas-tembaga di daerah Grasberg terpusat dalam dike yang terjadi dalam beberapa tahapan, dan secara umum mengandung komposisi quartz monzodiorite. Tahapan ini dibagi menjadi 3 fase yaitu Dalam, Main Grasberg, dan Kali. 17

13 1. Intrusi Diorit Dalam. Intrusi ini dicirikan dengan adanya perbedaan tekstur pada batuan daerah di bawah Carstensweide, Diorit Dalam mempunyai tekstur batuan intrusive biasa. Sementara sebelah atasnya batuan bertekstur batuan vulkanik dan pada bagian puncak Grasberg struktur batuan diduga berasal dari lubang gunungapi. Diduga intrusi Diorit Dalam ini tidak hanya terbentuk akibat peristiwa tunggal saja, tetapi terjadi akibat dari beberapa peristiwa dan merupakan intrusi paling tua. 2. Intrusi utama Grasberg atau disebut juga Main Grasberg Intrusive (MGI). Intrusi ini diinterpretasikan sebagai retas yang menembus Satuan Breksi Vulkanik Trakhit dan Intrusi Dalam. Kenampakan tekstur asli yang belum terubah dapat terlihat dari arah Barat Laut Tenggara dan dari Timur Barat. Semakin ke arah kontak Satuan Breksi Vulkanik Trakiandesit dan Intrusi Kali, maka tekstur aslinya tidak tampak lagi karena sudah terubah kuat menjadi ubahan potasik dan umumnya dipotong oleh urat belalit kuarsa magnetit kalkopirit yang sangat kuat. Intrusi kedua terjadi setelah intrusi Diorit Dalam selesai. Intrusi kedua ini adalah intrusi utama Grasberg atau disebut juga Main Grasberg Intrusive. Intrusi ini membentuk bagian kandungan mineral terkaya pada endapan. Setelah intrusi ini terjadi, intrusi utama Grasberg mengalami perubahan hidrotermal, yang menyebabkan pembentukan Stockwork urat kuarsa dan membawa kandungan mineralisasi tembaga terkaya di Grasberg. MGI dicirikan oleh penoktis plagioklas berukuran mm hornblende, biotit yang berukuran sama dengan plagioklas. Mempunyai kesan aliran dan menempati sekitar 600 x 430 m secara horizontal dan variabel secara vertikal. 3. Kali Phase. Intrusi ini datang dari bidang vertikal sepanjang rekahan yang ada, meninggalkan struktur yang disebut Kali Dyke. Batuannya sedikit termineralisasi dan hanya mengandung kadar emas dan tembaga yang rendah saja. 18

14 Gambar 2.6 Proses mineralisasi di Grasberg (Sumber PT. Freeport Indonesia) 19

15 Kumpulan dari mineralisasi tembaga-emas ini merupakan hasil dari satu kejadian hydrothermal. Mineralisasi emas dan tembaga ini terjadi terakhir dan terkumpul didekat semua fase intrusi dan tahapan dari alterasi. Chalcopyrite adalah sulfida tembaga yang paling dominan, dengan kadar dari bornit yang meningkat seiring bertambahnya kedalaman. Alterasi dari potassic menyebar sampai 700 meter dari pusat komplek intrusi. Alterasi propylitic terdapat sekitar 150 meter diluar sistem. Alterasi phylic muncul belakangan dan terdapat diluar komplek intrusi. Di area batas Grasberg Intrusive Complex (GIC), terdapat zona irregular yang mengandung pyrite massive yang terdiri atas magnetite dan chalcopyrite dalam jumlah kecil dan dinamakan sebagai Heavy Sulfide Zone (HSZ). Zona ini memiliki tebal hingga 100 m dan terhubung dengan mineralisasidaeah Kucing Liar. Badan bijih Grasberg terbentang lebih dari 1600 m secara vertikal dan dengan diameter sekitar m. Perbandingan antara Au/Cu ( Au dalam ppm dan Cu dalam %) meningkat dari 0.9 di dekat permukaan hingga 1.2 pada elevasi m, dan menurun sampai 0.8 pada elevasi m. 20

16 Gambar 2.7 Peta Geologi Grasberg (Sumber PT. Freeport Indonesia) 21

BAB II KEADAAN UMUM. PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan

BAB II KEADAAN UMUM. PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan BAB II KEADAAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat PT Freeport Indonesia PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan Freeport McMoran mulai beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat PT Freeport Indonesia Sejarah keberadaan PT Freeport Indonesia di Papua dimulai dari laporan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh seorang ahli geologi New Guinea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki tatanan tektonik yang aktif yang berada pada bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga lempeng besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan udara terbuka. Salah satu metode pertambangan bawah tanah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. dengan udara terbuka. Salah satu metode pertambangan bawah tanah yang sering BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pertambangan bawah tanah diterapkan untuk memproduksi endapan bijih yang tersimpan di bawah permukaan dan tidak mengalami kontak langsung dengan udara terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Mangara P Pohan, 1 Denni W. 2, Sabtanto J.S. 3, Asep A. 4 1,2,3,4 Kelompok Program Penelitian Konservasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah dan Latar Belakang PT. Freeport Indonesia Sejarah dan latar belakang PT Freeport Indonesia ini sebagian diambil dari PTFI General Induction yang dipublikasikan oleh Induction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karakteristik dari suatu endapan mineral dipengaruhi oleh kondisi pembentukannya yang berhubungan dengan sumber panas, aktivitas hidrotermal, karakteristik

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Emas termasuk bahan galian mineral logam mulia yang harganya sangat tinggi sehingga keberadaannya perlu diteliti secara detail. Oleh karena itu penelitian

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya harga dan kebutuhan beberapa mineral logam pada akhirakhir ini telah menarik minat para kalangan investor tambang untuk melakukan eksplorasi daerah prospek

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

MINERAGRAFI BATUAN PENYUSUN TAMBANG DEEP MILL LEVEL ZONE (DMLZ) PT. FREEPORT INDONESIA

MINERAGRAFI BATUAN PENYUSUN TAMBANG DEEP MILL LEVEL ZONE (DMLZ) PT. FREEPORT INDONESIA Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 173 180 MINERAGRAFI BATUAN PENYUSUN TAMBANG DEEP MILL LEVEL ZONE (DMLZ) PT. FREEPORT INDONESIA Ruswanto 2, Mega Rosana Fatimah 2,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS) PT MSS didirikan pada November 2008, dimana perusahaan ini merupakan anak perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yang memproduksi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam yang memiliki nilai yang tinggi ( precious metal). Tingginya nilai jual emas adalah karena logam ini bersifat langka dan tidak banyak

Lebih terperinci

Petrologi Tersier Pliosen Intrusi (Tpi) pada Sumur KL , Grasberg, Papua-Indonesia

Petrologi Tersier Pliosen Intrusi (Tpi) pada Sumur KL , Grasberg, Papua-Indonesia Petrologi Tersier Pliosen Intrusi (Tpi) pada Sumur KL98-10-22, Grasberg, Papua-Indonesia Zimmy Permana 1), Mega Fatimah Rosana 1), Euis Tintin Yuningsih 1), Benny Bensaman 2), Reza Al Furqan 2) 1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Mangara P. Pohan 1 1 Kelompok Program Peneliti Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi ABSTRAK Tailing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Blok pertambangan bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ) PT. Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pertambangan bijih mineral logam dengan produk utama berupa tembaga (Cu) yang

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem porfiri merupakan suatu endapan hipotermal yang dicirikan oleh stockwork yang tersebar (disseminated) dalam massa batuan yang besar yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumbawa terletak di sebelah timur dari Pulau Lombok yang secara administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 53 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM PT FREEPORT INDONESIA PT Freeport Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) yang sahamnya dimiliki oleh Freeport-McMoRan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERMASALAHAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERMASALAHAN BAB 3 ANALISIS DAN PERMASALAHAN 3.1 Analisis Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis sistem yang berjalan, analisis piranti lunak sejenis yang pernah digunakan PT. Freeport Indonesia (PTFI), analisis

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

Lintong Mandala Putra Siregar 1, Fauzu Nuriman 2

Lintong Mandala Putra Siregar 1, Fauzu Nuriman 2 ANALISIS PERBANDINGAN MINERAL SULFIDA DENGAN METODE BLASTHOLE MAPPING UNTUK MENGETAHUI ESTIMASI KADAR TEMBAGA (Cu) PADA LINE X DAERAH BATU HIJAU, NEWMONT NUSA TENGGARA Lintong Mandala Putra Siregar 1,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7 Oleh: Ignasius Laya Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7 JAKARTA. PT Newmont Nusa Tenggara, anak usaha Newmont Mining Corporation, salah satu dari lima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Perusahaan Sejarah penambangan batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metoda penambangan terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan penggunaan timah hitam oleh negara maju. Peningkatan konsumsi untuk berbagai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tembaga dan emas yang melimpah. Sebagian besar endapan tembaga dan emas ini terakumulasi pada daerah busur magmatik.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''- 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Lokasi Penelitian Tempat penelitian secara administratif terletak di Gunung Rajabasa, Kalianda, Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi, dan disebut sistem porfiri karena tekstur porfiritik dari intrusi yang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan Bijih Besi di Daerah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. 1.2. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau saling tergantung satu sama lain dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Daerah Solok Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil sumber daya mineral terutama pada sektor bijih besi,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi empat bagian besar (van Bemmelen, 1949): Dataran Pantai Jakarta (Coastal Plain of Batavia), Zona Bogor (Bogor Zone),

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Pulau Sebuku terletak pada koordinat 116,3384 o 116,3640 o BT dan 03,5209 o 03,5771 o LS (Bakosurtanal) di selatan garis ekuator, sebelah tenggara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin meningkat seperti emas, tembaga dan logam lainnya. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI UTARA

PROVINSI SULAWESI UTARA INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SITARO PROVINSI SULAWESI UTARA Oleh: Dendi Surya K., Bakrun, Ary K. PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI SARI Wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro terdiri dari gabungan 3 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir mahasiswa merupakan suatu tahap akhir yang wajib ditempuh untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL II.1 FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah dibagi menjadi lima zona yang berarah timur-barat (van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Barat menjadi 4 bagian yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan Jawa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian ditentukan berdasarkan intepretasi peta topografi, yang kemudian dilakukan pengamatan secara langsung di

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan perekonomian secara global dapat mempengaruhi kondisi ekonomi pada suatu negara. Salah satunya adalah nilai tukar uang yang tidak stabil, hal tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumberdaya mineral di Indonesia khususnya di pulau Jawa banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai penyelidikan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Daerah Jawa Barat memiliki beberapa zona fisiografi akibat pengaruh dari aktifitas geologi. Tiap-tiap zona tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1949 op. cit. Martodjojo, 1984),

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Alva. Kurniawann

Disusun Oleh: Alva. Kurniawann LAPORAN PENYELIDIKAN SEMENTARA POTENSI EMAS DI HEGARMANAH, KECAMATAN GEGERBITUNG, KABUPATEN SUKABUMI Disusun Oleh: Alva Kurniawann RESEARCH AND DEVELOPMENT OF GEOSCIENCE AND ENVIRONMENTAL MATTER (RED-GEM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum New Guinea yakni adanya konvergensi oblique antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik (Hamilton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1.Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia Pada tahun 1967 PT. Freeport Indonesia mulai beroperasi di bidang tambang bawah tanah Grasberg. Dimulai

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. Oleh: Robert L. Tobing, Wawang S, Asep Suryana KP Bnergi Fosil SARI Daerah penyelidikan secara administratif terletak

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan sumber daya energi dan mineral semakin banyak. Salah satu yang paling banyak diminati oleh penduduk di dunia

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Endapan mineral Batu Hijau yang terletak di Pulau Sumbawa bagian baratdaya merupakan endapan porfiri Cu-Au. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS DAN DISKUSI BAB V ANALISIS DAN DISKUSI Pada bab ini akan dibahas beberapa aspek mengenai Sesar Lembang yang meliputi tingkat keaktifan, mekanisme pergerakan dan segmentasi. Semua aspek tadi akan dibahas dengan menggabungkan

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timah merupakan komoditas tambang tertua dan penting di Indonesia. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan merupakan salah satu

Lebih terperinci