Upaya Meningkatkan Resiliensi Melalui Pelaksanaan Pelatihan Peer Counseling Pada Siswa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Upaya Meningkatkan Resiliensi Melalui Pelaksanaan Pelatihan Peer Counseling Pada Siswa"

Transkripsi

1 Upaya Meningkatkan Resiliensi Melalui Pelaksanaan Pelatihan Peer Counseling Pada Siswa Lestariningsih ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah yakni rendahnya resiliensi siswa di SMK Negeri 2 Purwodadi yang ditandai dengan munculnya perilaku siswa di sekolah antara lain: (1) sering putus asa manakala nilai ujiannya rendah, (2) tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri, (3) susah beradaptasi dengan orang yang baru dikenal, (4) tidak fleksibel dalam berperilaku, (5) motivasi untuk maju rendah, dan (6) mudah menyerah dalam menghadapi tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengungkap apakah pelaksanaan konseling teman sebaya dapat meningkatkan resiliensi siswa di SMK Negeri 2 Purwodadi. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling dengan mengacu pada model spiral Kemmis dan Mc Taggart. Sesuai dengan prosedur, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat rangkaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Dalam pelaksanaan sesungguhnya ada 2 siklus yang dilakukan oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 siswa yang dijadikan sebagai calon peer konselor dimana memiliki kriteria: (1) psikologis lebih dewasa dari teman pada umumnya, (2) populer secara positif, (3) memiliki kemampuan akademik lebih, minimal rerata, (4) proaktif, (5) emosi cukup stabil, dan (6) mampu menjaga rahasia dan dapat bekerjasama dengan konselor sekolah. Pengukuran tingkat resiliensi siswa subjek penelitian berdasarkan skala resiliensi yang meninjau indikator: (1) regulasi emosi, (2) pengendalian impuls, (3) optimisme, (4) empati, (5) analisis penyebab masalah, (6) efikasi diri, dan (7) reaching out. Setelah dilakukan penelitian dalam 2 (dua) siklus, bisa disimpulkan bahwa konseling teman sebaya secara efektif dapat meningkatkan resiliensi siswa subjek penelitian mencapai angka 97 (kategori tinggi). Disarankan guru bimbingan dan konseling tidak mengesampingkan masalah resiliensi siswa, tetapi sebaliknya harus serius menanganinya karena tinggi-rendahnya resliliensi siswa akan berdampak pada kualitas siswa saat proses pembelajaran. Kata Kunci : Resiliensi, Konseling Teman Sebaya, Siswa SMK PENDAHULUAN Sebagian anak dan remaja memiliki masa lalu yang kurang menguntungkan bagi perkembangan mereka. Bahkan setiap individu pernah mengalami berbagai peristiwa yang kurang menyenangkan tetapi tidak dapat dihindarkan. Setiap individu pernah mengalami kegagalan dan masa-masa yang penuh dengan kesulitan. Masa lalu memang tidak dapat diubah, tetapi pengaruh negatif masa lalu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Untuk tujuan tersebut resiliensi individu perlu dikembangkan. Pengembangan resiliensi sangat bermanfaat sebagai bekal dalam menghadapi situasisituasi sulit yang tidak dapat dihindarkan. Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi dan mengatasi serta merespon secara positif kondisi-kondisi tidak menyenangkan yang tidak dapat dihindari, dan memanfaatkan kondisikondisi tidak menyenangkan itu untuk memperkuat diri sehingga mampu mengubah kondisi-kondisi tersebut menjadi sesuatu hal yang wajar untuk diatasi (Suwarjo, 2008:2). Resiliensi dipandang sebagai suatu kapasitas individu yang berkembang melalui proses belajar. Melalui berbagai keberhasilan dan 9 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2 kegagalan dalam menghadapi situasi-situasi sulit, individu terus belajar memperkuat diri sehingga mampu mengubah kondisi-kondisi yang menekan dan tidak menyenangkan menjadi suatu kondisi yang wajar untuk diatasi. Rhodes dan Brown (dalam Desmita, 2006:87) juga menyatakan bahwa anak-anak yang resilien adalah mereka yang mampu memanipulasi dan membentuk lingkungannya, menghadapi tekanan hidup dengan baik, cepat beradaptasi pada situasi baru, mempersepsikan apa yang sedang terjadi dengan jelas, fleksibel dalam berperilaku, lebih toleran dalam menghadapi frustasi dan kecemasan, serta meminta bantuan saat mereka membutuhkannya. Paparan di atas menguatkan asumsi bahwasanya resiliensi merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh setiap siswa. Siswa yang resiliensinya rendah sangat mungkin untuk tidak mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan, dan kekecewaan yang muncul dalam kehidupan. Pendapat ini senada dengan penjelasan Grotberg (dalam Suwarjo, 2008:35) yang menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat resilieni yang rendah tidak akan mampu menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMK Negeri 2 Purwodadi, ada beberapa siswa yang terindikasi tingkat resiliensinya rendah. Adapun perilaku yang dimunculkan siswa saat berada di sekolah antara lain: (1) sering putus asa manakala nilai ujiannya rendah; (2) tidak percaya dengan kemampuan diri; (3) susah beradaptasi dengan orang yang baru dikenal; (4) tidak fleksibel dalam berperilaku; (4) mudah tersinggung atau emosi tidak stabil; (5) motivasi untuk maju rendah; (6) mudah menyerah dalam menghadapi tugas yang diberikan oleh guru. Apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi, maka tidak menutup kemungkinan akan memunculkan dampak yang lebih luas, seperti siswa tidak memiliki tujuan belajar, siswa selalu merasa pesimis dalam belajar, siswa tidak memiliki keyakinan atas kemampuan yang dimilikinya, serta siswa tidak memiliki tanggung jawab terhadap dirinya. Hal-hal itu nantinya akan berpengaruh terhadap hasil akhir dari tujuan belajar di sekolah yaitu prestasi belajar. Berdasarkan data tersebut, maka dibutuhkan sebuah langkah konkrit untuk membantu siswa meningkatkan resiliensinya. Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan memiliki peran strategis dalam membantu siswa meningkatkan resiliensinya. Layanan bimbingan dan konseling yang sekiranya relevan untuk meningkatkan resiliensi siswa adalah konseling sebaya (peer counseling). Konseling teman sebaya menurut Tindall dan Gray (dalam Suwarjo, 2012:6) adalah suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu non-profesional yang berusaha membantu orang lain. Pada dasarnya peer counseling merupakan suatu wahana belajar bagaimana remaja saling memperhatikan dan saling bantu satu sama lain (Suwarjo, 2012:20). Dalam proses kegiatannya peer counseling akan memberikan pengetahuan bagaimana remaja itu berkomunikasi dan berinteraksi secara baik dengan sesama. 10 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

3 Konseling teman sebaya dipandang penting karena berdasarkan pengamatan peneliti sebagian besar remaja sering membicarakan masalah-masalah mereka dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, pembimbing, atau guru di sekolah. Untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun mereka bicarakan dengan teman sebaya (sahabat). Kalaupun terdapat remaja (siswa) yang akhirnya menceritakan masalah serius yang mereka alami kepada orang tua, pembimbing atau guru, biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebaya mengalami jalan buntu). Hal tersebut terjadi karena remaja memiliki ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya yang sangat kuat. Remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka dan mereka yakin hanya dengan sesama merekalah remaja dapat saling memahami. Konseling teman sebaya pernah dilaksanakan di SMK Negeri 2 Purwodadi namun demikian hasil yang didapatkan belum maksimal. Penyebab utamanya karena layanan tersebut tidak diprogramkan secara khusus sehingga kontinuitas pelaksanaannya menjadi tidak jelas. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab rendahnya resiliensi siswa di SMK Negeri 2 Purwodadi karena siswa tidak memiliki wahana untuk mengentaskan masalah dan mengembangkan diri. Berdasarkan deskripsi di atas, dalam upaya membantu meningkatkan resiliensi siswa, maka peneliti mencoba menyusun studi penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang dikemas melalui sebuah penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Resiliensi melalui Konseling Teman Sebaya pada Siswa SMK Negeri 2 Purwodadi. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Resiliensi Resiliensi adalah suatu kemampuan untuk bertahan dan bangkit dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk meningkatkan resiliensi siswa (remaja). Resiliensi memiliki empat fungsi fundamental dalam kehidupan manusia yaitu: a. Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil: Melewati masa kecil yang sulit memerlukan usaha keras, membutuhkan kemampuan untuk tetap fokus dan mampu membedakan mana yang dapat dikontrol dan mana yang tidak. b. Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari: Setiap orang membutuhkan resiliensi karena dalam kehidupan ini kita diperhadapkan oleh masalah, tekanan, dan kesibukan-kesibukan. Orang yang resilien dapat melewati tantangan-tantangan tersebut dengan baik. Penelitian menunjukkan hal yang paling penting untuk menghadapi tantangan adalah self-efficacy, yakni suatu kepercayaan bahwa kita dapat menghadapi lingkungan dan menyelesaikan masalah. c. Bangkit kembali setelah mengalami kejadian traumatik atau kesulitan besar: Beberapa kesulitan tertentu dapat membuat trauma dan membutuhkan resiliensi yang lebih tinggi dibanding tantangan kehidupan sehari-hari. Kejatuhan yang kita alami sangat ekstrem, yang membuat kita secara emosional hancur, keadaan yang seperti ini membutuhkan pantulan resiliensi untuk pulih. 11 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

4 d. Mencapai prestasi terbaik: Beberapa orang memiliki kehidupan yang sempit, mempunyai kegiatan yang rutin setiap harinya. Merasa nyaman dan bahagia ketika segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, ada juga orang yang merasa senang ketika bisa menjangkau orang lain dan mencari pengalaman baru. Sebagaimana resiliensi dibutuhkan untuk mengatasi pengalaman negatif, mengatasi stres, pulih dari trauma, resiliensi juga dibutuhkan untuk memperkaya arti kehidupan, hubungan yang dalam, terus belajar dan mencari pengalaman baru. Konseling Teman Sebaya Konseling sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki keterampilan-keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja. Secara khusus konseling teman sebaya tidak memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih memfokuskan pada proses berpikir, proses-proses perasaan dan proses pengambilan keputusan. Dengan cara yang demikian, konseling sebaya memberikan kontribusi pada dimilikinya pengalaman yang kuat yang dibutuhkan oleh para remaja yaitu respect (Carr, 1981:4). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling teman sebaya adalah proses pemberian bantuan kepada siswa (yang terpilih dan telah diberikan pelatihan serta pembinaan oleh konselor) dalam rangka mengembangkan sikap dan perilaku yang positif. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research). Menurut Burns (dalam Madya, 2006:9) penelitian tindakan merupakan penemuan fakta dan pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam. Definisi Operasional 1. Resiliensi Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan. Tujuh kemampuan yang dapat membentuk resiliensi, yaitu (a) regulasi emosi, (b) pengendalian impuls, (c) optimisme, (d) empati, (e) analisis penyebab masalah, (f) efikasi diri, dan (g) reaching out. 2. Konseling Teman Sebaya Konseling teman sebaya merupakan pertolongan yang bersifat interpersonal, dilakukan oleh tenaga non profesional (peer konselor) kepada konseli yang memiliki kesamaan dalam segi usia, pengalaman dan gaya hidup agar klien dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terutama permasalahan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan rendahnya resiliensi siswa remaja. 12 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

5 Dalam penelitian ini konseling teman sebaya dibatasi hanya sampai pada tahap pelatihan untuk peer counselor saja. Hal ini sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 2 Purwodadi. Rancangan Penelitian Siklus I: Rancangan penelitian yang akan dilakukan pada kegiatan penelitian tindakan ini sesuai dengan desain penelitian tindakan yang membentuk spiral meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus II: Pada dasarnya pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I, hanya saja pada siklus II ini konselor ahli tidak melaksanakan perekrutan peer konselor, tetapi langsung masuk pada kegiatan konseling teman sebaya. Metode dan Alat Pengumpulan Data Setiap penelitian ilmiah memerlukan pengumpulan data yang ditunjukkan untuk mendapat data dari responden. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang akurat, relevan, dan reliabel. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui skala psikologi dan observasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan yaitu skala resiliensi dan pedoman observasi. HASIL PENELITIAN Untuk melihat peningkatan resiliensi pada calon peer konselor, peneliti akan menyajikan data per-indikator dari resiliensi sehingga bisa diketahui secara lebih rinci indikator apa saja yang mengalami peningkatan paling tingi dan paling rendah. Regulasi Emosi Tabel 1. Regulasi Emosi Siklus Siklus 1 Siklus 2 BP 11 S 12 S 14 T 3 AR 12 S 14 T 14 T 2 RIH 11 S 11 S 15 T 4 SA 10 S 12 S 15 T 5 SS 12 S 12 S 15 T 3 MS 15 T 15 T 15 T - MR 13 S 14 T 16 T 3 NB 12 S 12 S 15 T 3 RP 14 T 14 T 15 T 1 HY 12 S 11 S 13 T 1 Rata-rata 2,5 Dari tabel di atas tampak bahwa pada indikator regulasi emosi terjadi peningkatan skor hampir pada seluruh calon peer konselor. Hanya ada 1 calon peer konselor yang nilainya relatif tetap, yakni MS. Rata-rata peningkatan indikator regulasi emosi adalah 2,5 poin. Data tersebut menunjukan perlakuan dari konselor dalam layanan pelatihan calon peer counselor untuk meningkatkan resiliensi yang pertama, yakni dengan melalui dikusi terfokus yang dilaksanakan anggota kelompok untuk 13 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

6 menyampaikan pendapat dan mengekpresikan perasaannya didepan orang lain. Kondisi ini secara otomatis mendorong mereka untuk menampilkan diri secara terbuka dan jujur. Pengendalian Impuls Tabel 2. Pengendalian Impuls Siklus Kat. Pasa BP 13 T 13 T 15 T 2 AR 11 S 13 T 15 T 4 RIH 11 S 12 S 14 T 3 SA 13 T 14 T 15 T 2 SS 11 S 13 T 14 T 3 MS 12 T 14 T 14 T 2 MR 10 S 11 S 13 T 3 NB 11 S 13 T 15 T 4 RP 10 T 13 T 14 T 4 HY 7 K 9 K 14 T 7 Rata-rata 3,4 Dari tabel di atas tampak bahwa pada indikator pengendalian impuls terjadi peningkatan skor pada seluruh calon peer konselor. Rata-rata peningkatan skor pengendalian impuls adalah 3,4 poin. Data tersebut menunjukan perlakuan dari konselor dalam layanan pelatihan calon peer counselor untuk meningkatkan resiliensi yang kedua, melalui praktik Pelayanan Prima calon peer counselor bisa belajar bagaimana menawarkan sebuah produk kepada konsumen agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Praktik ini dapat memfasilitasi calon peer counselor untuk meningkatkan pengendalian emosi diri, mau bekerja keras, berinisiatif, mempunyai dorongan yang kuat, tekun dan tidak mudah menyerah. Perilaku-perilaku tersebut merupakan indicator dari kemapuan untuk pengendalian impuls. Oleh karena itu calon peer counselor yang mampu dan mau melaksanakan praktik Pelayanan Prima dengan baik maka dia memiliki kesempatan yang besar untuk meningkatkan kemampuan pengendalian impuls. Optimisme Tabel 3. Optimisme siklus BP 6 K 8 S 10 T 4 AR 6 K 8 S 8 S 2 RIH 10 T 10 T 10 T - SA 7 S 8 S 10 T 3 SS 10 T 10 T 10 T - MS 9 T 10 T 11 T 2 MR 10 T 10 T 11 T 1 NB 8 S 10 T 11 T 3 RP 10 T 10 T 11 T 1 HY 9 T 9 T 9 T - Rata-rata 1,6 14 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

7 Dari tabel di atas tampak bahwa pada indikator regulasi emosi terjadi peningkatan skor hampir pada seluruh calon peer konselor. Ada 3 calon peer konselor yang nilainya relatif tetap, yakni RIH, SS, dan HY. Rata-rata peningkatan indikator optimisme adalah 1,6 poin. Data tersebut menunjukan jika perlakuan yang diberikan oleh konselor pada layanan calon peer counselor untuk meningkatkan resiliensi yang ke-3 secara efekti mampu meningkatkan kemampuan optimisme. Perlakuan yang diberikan oleh konselor adalah dengan menggunakan teknik life model, dimana yang menjadi life model dalam kegiatan ini adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memberikan layanan itu sendiri. Melalui life modeling calon peer counselor dapat mencoba melakukan hal yang sama dengn apa yang dilkukan oleh life model, bahklan hamper sama persis karena mereka dapat belajar secara langsung dengan life model tersebut. Selain itu life model melalui diskusi terfokus memberikan ilmu tau pengetahuan baru kepada calon peer counselor untuk meningkatkan optimisme dibutuhkan suatu dorongan positif dari diri kita sendiri. Analisis Penyebab Masalah Tabel 4. Analisis Penyebab Masalah siklus BP 15 S 17 S 17 S 2 AR 14 S 15 S 18 T 4 RIH 14 S 15 S 19 T 5 SA 13 K 17 S 18 T 5 SS 12 K 14 S 16 S 4 MS 18 T 18 T 18 T - MR 14 S 15 S 18 T 4 NB 16 S 18 T 17 S 1 RP 17 S 19 T 18 T 1 HY 15 S 17 S 17 S 2 Rata-rata 2,8 Dari tabel di atas tampak bahwa pada indikator analisis penyebab masalah terjadi peningkatan skor hampir pada seluruh calon peer konselor. Hanya ada 1 calon peer konselor yang nilainya relatif tetap, yakni MS. Rata-rata peningkatan indikator analisis penyebab masalah adalah 2,8 poin. Data tersebut menujukan jika perlakuan yang diberikan oleh konselor pada layanan pelatihan calon peer counselor untuk meningkatkan resiliensi yang ke-4 konselor memberikan perlakuan praktik Menata Produk Dalam praktik Menata Produk calon peer konselor bisa belajar membuat produk baru yang berbeda dengan produk yang sudah ada sehingga memiliki daya jual yang tinggi. Untuk membuat sebuah produk yang berdaya jual lebih tinggi dibutuhkan anlisis berbagai masalah yang mungkin muncul yang dapat menghambat penjualan produk tersebut. Ini berarti praktik Menata Produk bisa memfasilitasi calon peer counselor untuk meningkatkan daya analisis masalah. 15 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

8 Semakin tinggi tingkat orisinalitas calon peer konselor maka semkin bagus produk yang mereka buat. Begitu pula sebaliknya, jika orisinalitas calon peer counselor rendah maka produk yang mereka buatpun kurang menarik sehingga daya jualnya juga rendah. Empati Tabel 5. Empati siklus BP 11 S 13 T 15 T 4 AR 14 T 14 T 15 T 1 RIH 13 T 14 T 14 T 1 SA 13 T 14 T 15 T 2 SS 12 S 12 T 14 T 2 MS 12 S 14 T 14 T 2 MR 9 K 10 S 13 T 4 NB 14 T 14 T 15 T 1 RP 13 T 14 T 14 T 1 HY 9 K 11 S 14 T 5 Rata-rata 2,3 Dari tabel di atas tampak bahwa pada indikator empati terjadi peningkatan skor pada seluruh calon peer konselor. Rata-rata peningkatan skor Empati adalah 2,3 poin. Data tersebut menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan oleh konselor dalam layanan pelatihan calon peer counselor yang ke- 5, yakni dengan menggunakan model simbolik film The Power of Dream secara efektif mampu meningkatkan empati. Film The Power of Dream yang berkisah tentang kumpulan pemuda cacat ganda namun bisa sukses dalam kehidupannya memberikan ilmu atau pengetahuan baru pada calon peer counselor akan kekuatan dari sebuah keyakinan diri, kerja keras, rasa empati dan optimisme. Melalui diskusi terfokus yang dilaksanakan anggota kelompok belajar untuk menyampaikan pendapat dan mengekspresikan perasaannya di depan orang lain. Kondisi seperti ini secara otomatis mendorong mereka untuk menampilkan diri secara terbuka dan jujur. Keterbukaan dan kejujuran itulah dasar dari sebuah kepercayaan diri. Self Efficacy Tabel 6. Self Efficacy siklus BP 9 K 11 S 12 S 3 AR 10 S 12 S 14 T 4 RIH 12 S 13 T 15 T 3 SA 12 S 15 T 15 T 3 SS 12 S 12 S 13 T 1 MS 11 S 14 T 15 T 4 MR 10 S 10 S 13 T 3 NB 12 S 14 T 15 T 3 RP 12 S 13 T 13 T 1 HY 10 S 13 T 13 T 3 Rata-rata 2,8 16 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

9 Dari tabel di atas tampak bahwa pada indikator self efficacy terjadi peningkatan skor pada seluruh calon peer konselor. Rata-rata peningkatan skor Self Efficacy adalah 2,8 poin. Data tersebut menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan oleh konselor dalam layanan pelatihan calon peer counselor yang ke-5, yakni dengan memberikan perlakuan bermain teamwork Memindahkan Gelas. Dalam permainan tersebut calon peer counselor belajar dari interaksi yang mereka lakukan. Bermain teamwork mengenalkan bahwa kelompok merupakan sumber daya pembelajaran yang luar biasa. Calon peer counselor dapat belajar untuk mematuhi aturan-aturan yang ada di dalam kelompok, walaupun terkadang aturan itu tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Secara lebih spesifik anggota kelompok yang terpilih sebagai team leader belajar secara langsung bagaimana memberikan instruksi secara cepat dan tepat, memahami karakteristik anggota kelompok sehingga bisa memberikan tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anggotanya. Ini berarti pada permaianan Memindahkan Gelas calon peer counselor tidak hanya mempelajari perilaku-perilaku baru tetapi bisa mencoba perilaku tersebut secara langsung. Pada akhirnya calon peer counselor memiliki pemahaman bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidak hanya dibutuhkan kecakapan akademik saja, tetapi bagaimana dia bisa mengkoordinasi kerja anggotanya, membagi tugas sesuai dengan kemampuan anggota, dan memberi contoh nyata bukan hanya perintah. Selain itu melalui permainan Memindahkan Gelas anggota kelompok juga bisa memahami bahwa kesuksesan sebuah tim sangat ditentukan oleh kinerja dari team leadernya. Team leader sendiri akan bisa bekerja secara optimal apabila mendapat dukungan dari anggotanya. Reaching Out Tabel 7. Reaching Out siklus BP 8 K 10 S 13 T 5 AR 9 K 8 K 14 T 5 RIH 11 S 11 S 14 T 3 SA 10 S 11 S 12 S 2 SS 9 K 11 S 13 T 4 MS 15 T 13 T 15 T - MR 9 K 10 S 14 T 5 NB 11 S 11 S 14 T 3 RP 13 T 13 T 13 T - HY 10 S 11 S 13 T 3 Rata-rata 3 Dari tabel di atas tampak bahwa pada indikator reaching out terjadi peningkatan skor hampir pada seluruh calon peer konselor. Hanya ada 2 calon peer konselor yang nilainya relatif tetap, yakni MS dan RP. Rata-rata peningkatan indikator reaching out adalah 3 poin. Data tersebut menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan oleh konselor dalam layanan pelatihan calon peer counselor yang ke- 5, yakni dengan menggunakan model simbolik film The Power of Dream secara efektif mampu meningkatkan Reaching Out. Film The Power of Dream yang berkisah tentang kumpulan pemuda 17 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

10 cacat ganda namun bisa sukses dalam kehidupannya memberikan ilmu atau pengetahuan baru pada calon peer counselor akan kekuatan dari sebuah keyakinan diri, kerja keras, rasa empati, meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa dan optimis. Melalui diskusi terfokus yang dilaksanakan anggota kelompok belajar untuk menyampaikan pendapat dan mengekspresikan perasaannya di depan orang lain. Kondisi seperti ini secara otomatis mendorong mereka untuk menampilkan diri secara terbuka dan jujur. Keterbukaan dan kejujuran itulah dasar dari sebuah kepercayaan diri. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, mulai dari tahap penelitian pendahuluan sampai pada pelaksanaan tindakan dapat dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Siswa yang terpilih menjadi calon peer konselor sudah memiliki karakter yang sesuai dengan kriteria seorang peer konselor. Rata-rata perolehan pra siklus termasuk baik, karena mencapai angka 80 dimana angka tersebut masuk dalam kategori sedang. 2. Peneliti melaksanakan peer counseling (pelatihan calon peer konselor) sebanyak 2 siklus, dimana setiap siklus ada 3 kali pertemuan. Prosedur pelaksanaan tindakan mengacu pada format layanan kelompok, yakni meliputi tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. 3. Secara kuantitatif pelaksanaan layanan peer counseling (pelatihan calon peer konselor) secara efektif dapat meningkatkan resiliensi pada diri siswa. ini dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yakni peran serta konselor ahli dan juga tingkat keaktifan dari calon peer konselor. Penggunaan teknik dan metode yang bervariasi oleh konselor ahli memungkinkan calon peer konselor untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan kelompok. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Arado, Tobias Opiyo Okeyo Peer Counseling Experience Among Selected Kenyan Secondary School. Paper. Kenyatta University Departement of Philosophy dan Religious Studies Carr, R. A Theory and Practice of Peer Counseling. Ottawa: Canada Employment and Immigration Commision. Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hidayat, D. R. dan Aip Badrudjaman Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks. 18 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

11 Laursen, E. K Rather Than Fixing Kids-Build Positive Peer Cultures. Reclaiming Children and Youth. 14 (3) (ProQuest Education Journals) Madya, Suwarsih Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta. Muslikah Model Bimbingan Teman Sebaya Untuk Mengembangkan Sikap Negatif Terhadap Perilaku Seks tidak Sehat Remaja. Disertasi. UNNES Steinberg, L Adolescence. New York: Mc. Graw-Hill, Inc. Sucipto Konseling Sebaya. Kudus: Universitas Muria Kudus Sugiyono Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suwarjo Model Konseling Teman Sebaya untuk Pengembangan Daya Lentur (Resilience): Studi Pengembangan Model Konseling Teman Sebaya untuk Mengembangkan Daya Lentur Remaja Panti Sosial Asuhan Anak Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi. UPI. Tidak Diterbitkan. Suwarjo Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Pemanfaatan Interaksi Remaja dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di SLTP dan SLTA. Makalah (disampaikan dalam Seminar Nasional). Kudus: UMK Kudus. Taryadi Pendidik Sebaya. Dalam Suaramerdeka. Com / harian / 0412/25/kot18.htm diunduh 25 Agustus 2012 Tindall, J. D. dan Gray, H. D Peer Counseling: In-Depth Look At Training Peer Helpers. Muncie: Accelerated Development Inc Zuriah, N Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Malang: Bayu Media. 19 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

UPAYA MENINGKATKAN RESILIENSI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK HOME ROOM PROGRAM PADA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI BK FKIP UNISRI

UPAYA MENINGKATKAN RESILIENSI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK HOME ROOM PROGRAM PADA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI BK FKIP UNISRI UPAYA MENINGKATKAN RESILIENSI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK HOME ROOM PROGRAM PADA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI BK FKIP UNISRI Oleh : Ulul Azam Abstract The objectives of this study

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA Ayunda Mayasari Dewi (10220138) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Perumusan Masalah dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA Tri Susilowati, Irma Mustika Sari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (2) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PENGARUH PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELING TERHADAP RESILIENSI

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MEMBERI RESPON KONSELOR SEBAYA BERKARAKTER MELALUI STRATEGI BMB3 DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

KETERAMPILAN MEMBERI RESPON KONSELOR SEBAYA BERKARAKTER MELALUI STRATEGI BMB3 DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN KETERAMPILAN MEMBERI RESPON KONSELOR SEBAYA BERKARAKTER MELALUI STRATEGI BMB3 DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Rosmala Dewi, Universitas Negeri Medan ros_dw@yahoo.com Rahmulyani, Universitas Negeri Medan Rahmulyani@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa

Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Sri Mulyani (09220110) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL MELALUI PEER COUNSELING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL MELALUI PEER COUNSELING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 2, No. 2, Desember 2015 ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL MELALUI PEER COUNSELING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK Amelia Atika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 1 UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Rifai Fahrudin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan

Lebih terperinci

Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd

Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd A. Pendahuluan Dalam perkembangannya, individu tidak dapat terlepas dari hubungannya dengan kelompok sosial lainnya, misalnya kelompok teman sebaya. Lingkungan/kelompok ini

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Endang Sampurnawati (09220037) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Motivasi merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Reivich dan Shatte (2000) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, beradaptasi terhadap sesuatu yang menekan, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI 0 UPAYA MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI PADA SISWA SMK NEGERI 1 KLEGO KABUPATREN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM.

Lebih terperinci

PROGRAM INTERVENSI BIBLIOCOUNSELING (MEMBACA BUKU, MENONTON FILM, MENDENGARKAN CERITA) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI REMAJA

PROGRAM INTERVENSI BIBLIOCOUNSELING (MEMBACA BUKU, MENONTON FILM, MENDENGARKAN CERITA) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI REMAJA PROGRAM INTERVENSI BIBLIOCOUNSELING (MEMBACA BUKU, MENONTON FILM, MENDENGARKAN CERITA) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI REMAJA A. RASIONAL Remaja melalui dua cara yang berbeda dalam melalui periode kedua

Lebih terperinci

INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI

INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI INTUISI 8 (1) (2016) INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi RESPON MAHASISWA TERHADAP PRAKTIK PEER COUNSELING PADA MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR KONSELING Muslikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung 1 Intan Pratitasari, 2 Muhammad Ilmi Hatta 1,2 Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

PELATIHAN PEER COUNSELING PADA REMAJA DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) TUNAS BANGSA PATI

PELATIHAN PEER COUNSELING PADA REMAJA DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) TUNAS BANGSA PATI Jurnal Bagimu Negeri, Volume 1 No.1, April 2017 Hlm. 47-56 ISSN Cetak : 2548-8651 ISSN Online : 2548-866X PELATIHAN PEER COUNSELING PADA REMAJA DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) TUNAS BANGSA PATI Edris

Lebih terperinci

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta SIMPOSIUM GURU JUDUL : Upaya Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X TS A SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah merasakan kesedihan, kekecewaan, kegagalan serta kondisi sulit lainnya. Hal ini sesuai dengan yang

Lebih terperinci

MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK

MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK (Studi Pengembangan di SMK PGRI Batang) Ulul Azam BK FKIP UNISRI ABSTRAK Tujuan yang ingin

Lebih terperinci

Sucipto 1. Diterima : 20 Februari 2014 disetujui : 9 Mei 2014 diterbitkan : 20 Juni 2014 ABSTRACT

Sucipto 1. Diterima : 20 Februari 2014 disetujui : 9 Mei 2014 diterbitkan : 20 Juni 2014 ABSTRACT Improving The Skill Of Group Guidance By Using Peer Practice Training (For The Student Of Guidance And Counseling Program, Teacher Training And Education Faculty Universitas Muria Kudus In The Academic

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Motivasi Membaca Melalui Layanan Bimbingan Belajar Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa

Upaya Meningkatkan Motivasi Membaca Melalui Layanan Bimbingan Belajar Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa Upaya Meningkatkan Melalui Layanan Bimbingan Belajar Teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa Minanur Rohman (09220173) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. b. Pengendalian Impuls 1. apa yang responden lakukan jika teringat pada kenikmatan melakukan ritual-ritual penggunaan narkoba

PEDOMAN WAWANCARA. b. Pengendalian Impuls 1. apa yang responden lakukan jika teringat pada kenikmatan melakukan ritual-ritual penggunaan narkoba 185 PEDOMAN WAWANCARA I. Data Diri Responden 1. Nama Responden 2. Usia Responden 3. Jenis Kelamin 4. Latar Belakang Pendidikan Responden 5. Riwayat pekerjaan responden 6. Status 7. Jenis Narkoba yang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan kondisi yang berbedabeda. Ada anak yang lahir dengan kondisi yang normal, namun ada juga anak yang lahir dengan membawa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Muhammad Ali Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah Abstrak Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan suatu siklus dan digambarkan pada diagram berikut : Gambar2. Alur Pelaksanaan PTK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan suatu siklus dan digambarkan pada diagram berikut : Gambar2. Alur Pelaksanaan PTK BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Alur Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengacu pada desain yang terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/ pengamatan dan refleksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia

Lebih terperinci

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M. MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo) mendiskripsikan penelitian kualitatif sebagai sebuah metode

Lebih terperinci

KONSELING TEMAN SEBAYA (PEER COUNSELING) UNTUK MENGEMBANGKAN RESILIENSI REMAJA

KONSELING TEMAN SEBAYA (PEER COUNSELING) UNTUK MENGEMBANGKAN RESILIENSI REMAJA KONSELING TEMAN SEBAYA (PEER COUNSELING) UNTUK MENGEMBANGKAN RESILIENSI REMAJA Makalah Disampaikan dalam Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tanggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy karir peserta didik Kelas X MAN 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 5 (3) (2016) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PENGEMBANGAN MODEL PEER COUNSELING SEBAGAI MEDIA PENGALA- MAN PRAKTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa

Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa 73 PENERAPAN TEKNIK DISPUTE COGNITIVE DALAM REBT UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PADA MAHASISWA (Single Subject

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang program bimbingan belajar berbasis pendekatan humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan di SMP Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: BANY IRAWAN NIM: 12500020 Abstraks: Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini mendeskripsikan keseluruhan bab dari hasil penelitian yang telah didapatkan, dalam bentuk simpulan serta rekomendasi bagi berbagai pihak serta keterbatasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil 244 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan inferensi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Sementara rekomendasi hasil penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK 1 MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK Masalah dalam kajian ini adalah perilaku sosial anak belum berkembang

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Menurut Smet (1994, dalam Desmita, 2009) istilah resiliensi pertama kali dikenalkan oleh Redl pada tahun 1969 dan digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT 13512371 Latar belakang 1. Perilaku Merokok & Minum Alkohol : Lebih banyak terjadi pada kaum laki - laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi, pembentukan manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Adanya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil yang tepat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK atau yang biasa dikenal dengan classroom action research

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis pendidikan, salahsatunya pendidikan di pondok pesantren. Secara legalitas dalam pendidikan Nasional, pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penerimaan diri 2.1.1 Definisi Penerimaan Diri Ellis (dalam Richard et al., 201) konsep penerimaan diri disebut Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian

Lebih terperinci

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK RASIONAL EMOSI KEPERILAKUAN UNTUK MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XII MIPA SMA N 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Desi haryanti, Tri Hartini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Desain, dan Alur Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik penelitian tindakan

Lebih terperinci

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn Pada Siswa Kelas VI SD Inpres 02 Pongian

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn Pada Siswa Kelas VI SD Inpres 02 Pongian Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn Pada Siswa Kelas VI SD Inpres 02 Pongian Fatma Laung, Anthonius Palimbong, dan Jamaludin Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual. Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : Pembimbing : Diana Rohayati

Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual. Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : Pembimbing : Diana Rohayati Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : 19510348 Pembimbing : Diana Rohayati BAB I Latar Belakang Peningkatan tahun kekerasan seksual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA JURUSAN BK FIP UNJ ANGKATAN 2011

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA JURUSAN BK FIP UNJ ANGKATAN 2011 48 Profil Keterampilan Sosial Mahasiswa Jurusan BK FIP UNJ Angkatan 2011 PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA JURUSAN BK FIP UNJ ANGKATAN 2011 Oleh: Isnaini Hayati 1 Drs Fahmi Idris, MM 2 Karsih, M.Pd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri untuk mengembangkan kecakapan pribadi mahasiswa dipaparkan sebagai berikut. 1. Model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2008)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar tahun 1950-an, pengaruh terbesar dalam hidup remaja adalah rumah. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Eem Munawaroh, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Eem Munawaroh, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja memiliki dua cara yang berbeda dalam melalui periode remaja. Pertama remaja yang berhasil menjalani periode perkembangan ini tanpa melalui masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

PLAY THERAPY: SEBUAH INOVASI LAYANAN KONSELING BAGI ANAK USIA DINI. Said Alhadi 1) (Universitas Ahmad Dahlan)

PLAY THERAPY: SEBUAH INOVASI LAYANAN KONSELING BAGI ANAK USIA DINI. Said Alhadi 1) (Universitas Ahmad Dahlan) [TI.02.05] PLAY THERAPY: SEBUAH INOVASI LAYANAN KONSELING BAGI ANAK USIA DINI Said Alhadi 1) (Universitas Ahmad Dahlan) said.alhadi1957@gmail.com ABSTRAK Anak usia dini adalah individu yang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) 58 Penyesuaian Sosial Siswa Tunarungu PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) Karina Ulfa Zetira 1 Dra. Atiek Sismiati Subagyo 2 Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi 3 Abstrak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tujuan akhir penelitian ini adalah mengembangkan model peer guidance

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tujuan akhir penelitian ini adalah mengembangkan model peer guidance BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Desain Penelitian Tujuan akhir penelitian ini adalah mengembangkan model peer guidance untuk meningkatkan self efficacy siswa SMP yang disusun melalui Rencana

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kalicari 2 Desa Kalicari Kecamatan Pedurungan Semarang. Peneliti memilih

Lebih terperinci

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal.

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal. PENGEMBANGAN MDEL LAYANAN BIMBINGAN KELMPK TEKNIK BUZZ GRUP UNTUK MENINGKATKAN KMUNIKASI INTERPERSNAL SISWA SMA leh: Tita Maela Margawati Abstrak Komunikasi interpersonal memiliki arti yang penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Nama : Gemi Arthati NPM : 13513674 Pembimbing : Mimi Wahyuni. Jurusan Psikologi 2016 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam

Lebih terperinci