BAB II STUDI LITERATUR. II.1. Pengelolaan Rantai Pasok di Industri Manufaktur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI LITERATUR. II.1. Pengelolaan Rantai Pasok di Industri Manufaktur"

Transkripsi

1 12 BAB II STUDI LITERATUR II.1. Pengelolaan Rantai Pasok di Industri Manufaktur II.1.1. Definisi Pengelolaan Rantai Pasok Pengelolaan rantai pasok (supply chain management) merupakan koordinasi yang strategis dan sistematis antara fungsi-fungsi bisnis tradisional pada suatu perusahaan dan di sepanjang jaringan rantai pasok kegiatan bisnisnya dengan tujuan untuk meningkatkan hasil prestasi perusahaan dan rantai pasok secara jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pendefinisian yang diberikan oleh The Council of Logistics Management. Pujawan (2005) menjelaskan, kalau rantai pasok adalah jaringan fisik dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, maka pengelolaan rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaan yang menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan semangat kolaborasi. Tidak hanya urusan internal perusahaan saja yang dikelola, melainkan juga urusan eksternal menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Untuk itu diperlukan kerja sama, koordinasi, dan kolaborasi antar perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam jaringan rantai pasok, karena pada hakikatnya tujuan mereka adalah sama yakni ingin memuaskan konsumen akhir yang sama. Mereka harus bekerja sama dalam membuat produk yang murah, kemudian mengirimkannya tepat waktu serta dengan kualitas yang bagus. Sehingga dewasa ini persaingan bukanlah lagi persaingan antar perusahaan melainkan persaingan antar rantai pasok.

2 13 Menurut Heizer et al. (2001), pengelolaan rantai pasok merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi, kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Upaya pengelolaan rantai pasok ini didasari oleh pemikiran yang berusaha mengurangi kesia-siaan dan meningkatkan nilai pada jaringan rantai pasoknya. II.1.2. Tujuan Pengelolaan Rantai Pasok Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam jaringan rantai pasok harus saling mendukung agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku dan produk akhir dapat terintegrasi secara baik dan benar. Sehingga misi yang mereka capai adalah to get the right goods or services to the right place, at the right time, and in the desired condition, while making the greatest contribution to the firm. II.1.3. Lingkup Kegiatan Pengelolaan Rantai Pasok Wisner et al. (2005) mengidentifikasi elemen-elemen penting pada pengelolaan rantai pasok, yakni terdiri dari: a. Elemen pembelian (purchasing) Mencakup: aliansi pemasok, pengelolaan pemasok, dan strategi pembelian. b. Operasional (operation) Mencakup: pengelolaan persediaan, MRP, ERP, JIT, dan TQM. c. Distribusi (distribution) Mencakup: pengelolaan transportasi, pengelolaan hubungan dengan pelanggan, perencanaan jaringan, dan pelayanan terhadap pelanggan. d. Integrasi (integration) Mencakup: koordinasi antar aktifitas, permasalahan integrasi global, dan pengukuran kinerja.

3 14 Sementara itu, Pujawan (2005) menjelaskan tentang cakupan kegiatan utama pengelolaan rantai pasok pada perusahaan manufaktur terdiri dari: a. Pengembangan produk (product development) Kegiatannya meliputi: melakukan riset pasar, merancang produk baru, dan melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru. b. Pengadaan (procurement) Kegiatannya meliputi: memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor rantai pasok, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok. c. Perencanaan dan pengendalian (planning and control) Kegiatannya meliputi: perencanaan persediaan, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, dan perencanaan produksi. d. Operasi/produksi (production) Kegiatannya meliputi: eksekusi produksi dan pengendalian kualitas. e. Pengiriman/distribusi (distribution) Kegiatannya meliputi: perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di setiap pusat distribusi. Sedangkan Heizer et al. (2001) mengatakan, kegiatan pengelolaan rantai pasok bisa meliputi penetapan pengangkutan, pentransferan kredit dan tunai, pemasok, distributor, bank, utang dan piutang, penggudangan, pemenuhan pesanan, membagi informasi mengenai ramalan permintaan, produksi, dan kegiatan pengendalian persediaan. Menurut Siagian (2005), ruang lingkup pengelolaan rantai pasok meliputi: a. Seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari bahan mentah sampai penyaluran ke tangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi merupakan rangkaian dari rantai pasok. b. Suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya.

4 15 Sehingga terdapat aliran barang, pelayanan, dan informasi pada sektor manufaktur dan jasa. II.1.4. Interaksi Pihak-pihak dalam Rantai Pasok Menurut Siagian (2005), rantai pasok mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Tingkat ketergantungan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok ini menjadi sangat tinggi dan bersifat jangka panjang. Usaha bersama yang saling mendukung dapat meningkatkan kemampuan bersaing antar kedua belah pihak. II.1.5. Manfaat Pengelolaan Rantai Pasok Keuntungan yang didapat dari keberhasilan pengelolaan rantai pasok tidak hanya bersifat jangka pendek, bahkan juga jangka panjang seperti kemungkinan peningkatan profit dari adanya kerja sama yang berkepanjangan dengan berbagai pihak, perluasan pangsa pasar, dan kepuasan konsumen. II.2. Pengelolaan Rantai Pasok di Industri Konstruksi Industri manufaktur dikenal sebagai industri yang memiliki karakter produksi yang berulang-ulang, rutin, berlangsung dalam jangka panjang, memiliki intensitas kegiatan yang relatif sama, dengan batasan anggaran dan jadwal yang tidak setajam dalam proyek, macam kegiatannya tidak terlalu banyak, serta memiliki macam dan volume kebutuhan sumber daya yang relatif konstan. Namun tidak seperti industri manufaktur, industri konstruksi memiliki tingkat kompleksitas dan resiko yang sangat tinggi dengan karakternya yang bercorak dinamis, nonrutin, dengan siklus proyek yang relatif pendek, memiliki intensitas kegiatan dalam periode siklus proyek yang berubah-ubah (naik-turun), kegiatannya harus diselesaikan berdasarkan anggaran dan jadwal yang telah ditentukan, terdiri dari bermacam-macam kegiatan yang melibatkan berbagai

5 16 disiplin ilmu, serta memerlukan sumber daya yang berubah-ubah, baik macam maupun volumenya. [Soeharto, 1997]. Pihak-pihak yang terlibat pada pendirian suatu kontruksi sangatlah banyak, yang mengakibatkan seringkali ditemukan berbagai ketidak-efisienan dan permasalahan di setiap tingkat dan tahapan prosesnya, seperti biaya konstruksi yang kian waktu kian meningkat dan melebihi budget, durasi pelaksanaan konstruksi yang melebihi waktu yang ditargetkan, kualitas konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta, belum lagi masalah koordinasi dan misscommunication antar berbagai pihak yang terlibat yang sangat berpotensi untuk menimbulkan dispute. [Tucker et al., 2001]. Oleh karenanya dewasa ini berbagai pihak di industri konstruksi mulai berusaha menerapkan konsep pengelolaan rantai pasok yang telah dikenal cukup efektif dan efisien di industri manufaktur untuk diterapkan pada industri konstruksi, dengan harapan dapat meminimalisir berbagai ketidak-efisienan dan permasalahan yang seringkali muncul. Di industri konstruksi, penumpukan persediaan yang terlalu lama akan mengakibatkan adanya dana yang mengendap dan tidak produktif serta tidak menghasilkan pendapatan. Bahkan bisa menambah biaya proyek karena adanya tambahan biaya penyimpanan stok bahan (inventory carrying cost), juga ada biaya-biaya untuk mengganti bahan yang sudah kadaluarsa (obsolescence), mengalami kerusakan (damage) atau hilang (spoilage). [PT PP, 2003]. Sehingga mengelola aliran persediaan dengan tepat adalah salah satu tujuan utama dari pengelolaan rantai pasok. Aliran yang tepat artinya persediaan dapat tiba pada saat dibutuhkan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan terkirim ke tempat yang memang membutuhkan. [Siagian, 2005]. Terlebih lagi dewasa ini mengurangi biaya rantai pasok konstruksi menjadi salah satu strategi kontraktor dalam bersaing. Untuk itu diperlukan upaya pengawasan

6 17 terhadap biaya penyelenggaraan kegiatan rantai pasok konstruksi, baik di tingkat perusahaan maupun proyek. Penelitian-penelitan mengenai pengelolaan rantai pasok konstruksi dewasa ini mulai berkembang dengan pesat, yang dibuktikan dengan telah teridentifikasinya beberapa manfaat dari pengelolaan rantai pasok konstruksi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengelolaan rantai pasok konstruksi di Indonesia adalah: Nurisra (2002) melakukan studi pada hubungan antara kontraktor dan subkontraktor; Syachrani (2005) melakukan pengembangan model seleksi mitra pemasok pada proyek konstruksi; Susilawati (2005) melakukan studi pola jaringan rantai pasok konstruksi dan proses pembentukan rantai pasok pada proyek konstruksi pada proyek gedung; Febrina dan Nugroho (2006) melakukan studi hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan konstruksi di proyek; Yustiarini (2006) melakukan studi pengidentifikasian system QA pada anggota rantai pasok di proyek konstruksi; Wirahadikusumah, R. D. et al, (2007) melakukan studi penelitian kajian hubungan antar pihak yang terlibat dalam rantai pasok proyek konstruksi bangunan gedung; Noorlaelasari, Y. (2008) meneliti pengembangan indikator kinerja supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung: dan Oktaviani (2008) meneliti kajian kinerja supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung. II.3. Persediaan (Inventory) di Industri Manufaktur Persediaan di sepanjang rantai pasok memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja finansial suatu perusahaan. Biaya modal yang tertahan dalam bentuk persediaan di suatu perusahaan atau rantai pasok bisa menjadi sangat signifikan karena jumlah uang yang tertanam biasanya sangat besar sehingga persediaan merupakan satu aset terpenting yang dimiliki rantai pasok. Banyak perusahaan yang menginvestasikan lebih dari 25% dari total asetnya untuk persediaan. [Pujawan, 2005]. Christopher (2005) mengatakan bahwa salah satu elemen biaya logistik terbesar yang seringkali dilupakan adalah biaya penyimpanan persediaan, nilainya berkisar sekitar 25% per tahun dari nilai buku persediaan.

7 18 Mengelola aliran material/produk dengan tepat adalah salah satu tujuan utama dari pengelolaan rantai pasok. Aliran yang tepat artinya tiba pada saat dibutuhkan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan terkirim ke tempat yang memang membutuhkan. Tersine (1994) mengatakan, salah satu tujuan mengelola persediaan adalah untuk mengurangi biaya. II.3.2. Definisi Persediaan Menurut Siagian (2005), persediaan merupakan bahan atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, antara lain untuk proses produksi. Jika berupa bahan mentah, maka akan diproses lebih lanjut. Jika berupa komponen (spare part), maka akan dijual kembali menjadi barang dagangan. Pada banyak perusahaan, persediaan merupakan asset yang paling mahal, karena menghabiskan sekitar 40% dari total modal yang diinvestasikan. Di samping itu, persediaan menjadi salah satu faktor yang harus dikelola dengan benar, karena sangat berpengaruh terhadap proses produksi. Maka sudah selayaknya persediaan dikelola dengan baik, karena mengelola manajemen persediaan dapat meminimalisir biaya. Persediaan mengambil porsi bagian yang terbesar dari penggunaan modal kerja perusahaan dan merupakan aktiva yang selalu berubah setiap saat. Persediaan mengalami perputaran yang berbeda-beda, yang berpengaruh langsung terhadap dana yang dibutuhkan untuk penyimpanan persediaan tersebut. Semakin tinggi perputaran persediaan, maka waktu yang dibutuhkan dalam menyimpan persediaan akan semakin pendek, sehingga dana yang dibutuhkan relatif lebih kecil. Namun jika perputaran persediaan semakin lamban, maka waktu penyimpanan yang dibutuhkan akan semakin lama dan dana yang dibutuhkan akan relatif lebih besar.

8 19 Setidaknya ada dua persyaratan untuk mencapai persediaan yang ideal, yakni: a. Peningkatan pelayanan terhadap pelanggan dengan memberikan pelayanan berupa penyediaan bahan/barang yang pelanggan butuhkan (service availability). b. Penekanan biaya penyimpanan persediaan. II.3.3. Fungsi Persediaan Menurut Kapoor et al. (2003), persediaan memiliki empat fungsi yakni: a. Mengurangi biaya pada tingkat persediaan yang diharapkan Jika persediaan mempunyai kuantitas yang kecil, maka investasi terhadap persediaan akan rendah, namun biaya pemesanannya tinggi. Objektifnya adalah bagaimana caranya agar biaya total penyimpanan dapat ditekan seminimum mungkin dalam tingkat persediaan yang tidak mengganggu bagian produksi atau pelanggan. b. Memberikan pelayanan terhadap pelanggan pada tingkat yang diharapkan Persediaan di gudang akan mempengaruhi tingkat pelayanan dalam hal memuaskan pelanggan. Persediaan juga akan berpengaruh pada waktu dan biaya pelayanan. Lokasi persediaan akan menentukan waktu dan biaya pelayanan pada tingkat mana pelanggan akan dilayani. c. Merangkaikan berturut-turut beberapa operasi atau fungsi Persediaan yang sedikit membutuhkan respons transportasi yang lebih sering. Di sisi lain, persediaan yang banyak akan membutuhkan respons transportasi yang lebih jarang. d. Menstabilkan produksi dan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi kebutuhan modal Sedangkan menurut Siagian (2005), persediaan memiliki fungsi penting untuk menambah fleksibilitas operasi suatu perusahaan. Fungsi dasarnya sangat sederhana, yakni untuk meningkatkan profitability perusahaan.

9 20 Fungsi persediaan lainnya adalah: a. Fungsi pemisahan wilayah Merupakan spesialisasi ekonomis antara unit pembuatan (manufacturing) dengan unit distribusi yang dibagikan dalam wilayah-wilayah yang ditangani. b. Fungsi decoupling Merupakan fungsi suatu produk yang diproses dan didistribusikan dalam ukuran yang ekonomis. c. Fungsi penyeimbang dengan permintaan Merupakan fungsi untuk menyeimbangkan kebutuhan konsumsi dengan produksi, agar kebutuhan konsumsi dapat dipenuhi dengan lancar dari proses produksi yang dilakukan. d. Fungsi penyangga (buffer stock) Sebagai penyangga yang dilaksanakan dengan menetapkan persediaan pengaman (safety stock) agar proses produksi berjalan lancar tanpa hambatan. Kebijakan persediaan tradisional yang aman yaitu memiliki persediaan dalam jumlah banyak, namun hal ini berakibat tingginya biaya penyimpanan dan biaya pembelian bahan/barang tersebut. Di samping itu, kelebihan persediaan menyebabkan banyaknya dana yang terserap dalam persediaan sehingga tidak efisien. Sebaliknya, bila persediaan terlalu sedikit akan berakibat terjadinya kekurangan bahan/barang yang dapat menganggu kelancaran proses produksi. II.3.4. Klasifikasi Persediaan Menurut Kapoor et al. (2003), berdasarkan material yang disimpan, dikenal tiga tipe persediaan, yaitu: a. Persediaan bahan baku/mentah (raw material/components/fuel) b. Persediaan barang dalam proses (work in progress) c. Persediaan barang jadi (finished goods)

10 21 Sedangkan berdasarkan kelasnya, dikenal tiga kelas persediaan, yakni: a. working/cycle stock b. safety/buffer stock c. seasonal/speculative stock Pujawan (2005) mengklasifikasikan persediaan dalam tiga jenis klasifikasi: a. Berdasarkan bentuknya 1. Persediaan bahan baku (raw materials) 2. Persediaan barang setengah jadi (wip) 3. Persediaan produk jadi (finished product) b. Berdasarkan fungsinya 1. Pipeline/transit inventory Persediaan jenis ini muncul karena adanya lead time pengiriman dari satu tempat ke tempat lain. Persediaan ini akan banyak kalau jarak dan waktu pengirimannya panjang. Namun juga bisa dikurangi dengan mempercepat pengiriman, misalnya dengan memilih moda transportasi yang lebih cepat atau memilih pemasok yang lokasinya lebih dekat. 2. Cycle stock Persediaan yang muncul akibat motif memenuhi skala ekonomi. Pada saat pengiriman, persediaan ini jumlahnya banyak, kemudian berkurang sedikit demi sedikit karena dijual/digunakan, sampai akhirnya habis/hampir habis, lalu kembali pada siklus yang baru. 3. Persediaan pengaman (safety stock) Persediaan yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Umumnya perusahaan menyimpan persediaan lebih banyak dari perkiraan kebutuhan dengan maksud untuk dapat melayani kebutuhan yang lebih banyak tanpa harus menunggu lama. Sulit untuk menentukan besarnya persediaan pengaman, karena nilainya akan bergantung pada biaya persediaan dan tingkat pelayanan yang diharapkan. 4. Persediaan antisipasi (anticipation stock)

11 22 Persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan akibat sifat musiman permintaan terhadap suatu produk. Walaupun persediaan jenis ini untuk mengantisipasi permintaan yang bersifat tidak pasti, namun perusahaan dapat memprediksi adanya kenaikan dalam jumlah yang signifikan (bukan sekedar pola acak). c. Berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan antara persediaan yang satu dengan yang lainnya 1. Persediaan yang kebutuhannya bergantung pada kebutuhan persediaan yang lain (dependent demand item) Biasanya terdiri dari komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat produk jadi, karena kebutuhannya akan ditentukan oleh banyaknya produk jadi yang akan dibuat. 2. Persediaan yang kebutuhannya tidak bergantung pada kebutuhan persediaan yang lain (independent demand item) Produk jadi biasanya tergolong dalam independent demand item karena kebutuhannya tidak mempengaruhi kebutuhan produk jadi yang lain. Menurut Siagian (2005), persediaan dapat dibedakan dalam beberapa jenis sebagai berikut: a. Persediaan bahan baku/mentah (raw material inventory) Merupakan persediaan bahan atau barang yang akan diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. b. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) Merupakan persediaan barang yang telah mengalami perubahan, namun belum selesai. Dibutuhkan waktu siklus tertentu yang mencukupi untuk membuat persediaan WIP. Pengurangan waktu siklus dapat berakibat persediaan WIP berkurang. c. Supplies inventory Merupakan persediaan yang berfungsi sebagai penunjang dalam proses operasi atau produksi agar berjalan lancar. d. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) Merupakan persediaan yang akan dijual kembali sebagai barang dagangan.

12 23 e. Persediaan barang jadi (finished good inventory) Merupakan persediaan yang diperoleh dari hasil operasi atau produksi yang sudah selesai dan masih disimpan di gudang perusahaan. Masih menurut Siagian (2005), terdapat jenis persediaan yang lain dalam dunia logistik yakni: a. Pipeline (intransit inventory) Merupakan persediaan yang masih dalam proses persediaan. Persediaan pipeline terbagi dalam dua jenis, yakni Free On Broad (FOB) destination dan Free On Broad (FOB) origin. Pada FOB destination, barang masih menjadi tanggung jawab pihak pengirim hingga barang sampai di tempat tujuan. Sedangkan FOB origin, barang menjadi tanggung jawab pihak penerima setelah barang dikirim. b. Speculation Merupakan persediaan yang dibeli untuk tujuan spekulasi berkenaan dengan sifat permintaan musiman. c. Regular atau cyclical Merupakan persediaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rutin, baik kebutuhan yang digunakan pada proses produksi ataupun kebutuhan yang lain. d. Safety stock Merupakan persediaan pengaman berkenaan dengan sifat permintaan yang berubah-ubah dengan waktu tunggu (lead time) yang tidak teratur. Persediaan pengaman adalah tambahan persediaan dari jumlah biasanya sebesar rata-rata kondisi persediaan dan lamanya waktu tunggu. Peranan peramalan sangat penting di sini untuk menentukan besarnya persediaan pengaman. Jika peramalan dilakukan dengan tepat, maka perusahaan boleh tidak mempunyai persediaan pengaman. e. Persediaan antisipasi atas bahan baku yang sering mengalami kerusakan, kadaluarsa, usang, susut, tidak layak, atau hilang dicuri sebelum berhasil dijual.

13 24 II.3.5. Biaya-biaya Persediaan Menurut Chopra et al. (2007), biaya yang berkenaan dengan persediaan yakni biaya penyimpanan (inventory holding cost) dan biaya pemesanan (order cost). a. Biaya penyimpanan (inventory holding cost) Komponen penyusunnya terdiri dari biaya modal (cost of capital), biaya keusangan (obsolescence or spoilage cost), biaya pengolahan (handling cost), biaya kepemilikan (occupancy cost), dan biaya lain-lain (miscellaneous cost). b. Biaya pemesanan (order cost) Komponen biaya pemesanan terdiri dari biaya pembelian kembali (buyer time cost), biaya transportasi (transportation cost), biaya penerimaan (receiving cost), dan biaya lain-lain (other cost). Kapoor et al. (2003) mengklasifikasikan biaya persediaan menjadi beberapa biaya sebagai berikut: a. Biaya pengadaan (procurement cost) Terdiri dari biaya pemrosesan pesanan (cost of order processing), biaya penempatan pesanan (cost of placing order), biaya transportasi (cost of transportation), biaya pengolahan material (cost of material handling). b. Biaya penyimpanan (inventory carrying cost) Terdiri dari biaya modal (capital cost), biaya asuransi dan pajak (insurance and taxation cost), biaya keusangan dan pemerosotan (obsolescence and deterioration cost), dan biaya gudang (storage cost). c. Biaya kehabisan bahan (out of stock cost) Terdiri dari biaya kehilangan penjualan (lost sales cost) dan biaya pemesanan tunggakan (back order cost). d. Biaya kelebihan bahan (over stock cost) Hampir mirip dengan pengklasifikasian biaya yang dibuat Kapoor et al, Tersine (1994) membagi biaya persediaan sebagai berikut: a. Biaya pembelian (purchase cost)

14 25 Merupakan biaya untuk memperoleh persediaan apabila persediaan tersebut dibeli dari suplier atau biaya untuk memproduksi persediaan apabila diproduksi sendiri secara internal. b. Biaya pemesanan/penyiapan (order/setup cost) Yakni biaya yang berkaitan dengan pengurusan proses-proses pemesanan pembelian kepada suplier atau biaya pengaturan produksi internal. Biasanya diasumsikan besarnya bergantung pada jumlah pemesanan atau pengaturan. Biaya pemesanan di antaranya adalah membuat daftar permintaan, menganalisa vendor, memesan pembelian, menerima material, inspeksi material, pesanan susulan, dan proses-proses yang diperlukan untuk melengkapi transaksi. Sedangkan biaya penyiapan terdiri dari biaya-biaya di sepanjang proses produksi untuk menghasilkan bahan pesanan, biasanya meliputi persiapan permintaan pesanan, menjadwalkan pekerjaan, pengaturan sebelum proses produksi, percepatan, dan penerimaan kualitas pesanan. c. Biaya penyimpanan (holding cost) Biaya penyimpanan merupakan biaya yang diasosiasikan dengan investasi pada persediaan dan pemeliharaan investasi fisik di gudang, seringkali diistilahkan dengan holding cost atau carrying cost. Terdiri dari biaya modal (capital cost), pajak (taxes), asuransi (insurance), biaya pengolahan (handling), biaya gudang (storage), biaya penyusutan (shrinkage), biaya keusangan (obsolescence), dan biaya kemerosotan (deterioration). d. Biaya kehabisan bahan (stock out cost) Merupakan konsekuensi ekonomi dari kekurangan persediaan, baik secara eksternal maupun internal. Kekurangan eksternal terjadi apabila pesanan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan internal terjadi ketika pesanan departemen dalam suatu organisasi tidak dapat dipenuhi. Kekurangan eksternal dapat menimbulkan biaya pemesanan kembali, kehilangan keuntungan saat ini (penjualan potensial), dan kehilangan keuntungan di masa mendatang (hilangnya minat pelanggan untuk membeli). Kekurangan internal mengakibatkan kehilangan produksi (adanya sumber daya yang tidak bekerja) dan keterlambatan waktu penyelesaian. Tingkatan biaya ini tergantung pada bagaimana respon pelanggan dalam menghadapi kondisi kehabisan bahan.

15 26 Kehilangan ekonomi yang terjadi tergantung pada apakah dilakukan pemesanan kembali, atau pesanan diganti dengan jenis yang lain, ataukah dilakukan pembatalan pesanan. Sangatlah fatal apabila kondisi kehabisan bahan ini menjadikan proses produksi tidak berjalan atau bahkan pelanggan memilih pergi memesan di tempat yang lain di masa mendatang. Jika Kapoor et al dan Tersine membagi biaya persediaan ke dalam empat jenis biaya, lain halnya dengan Bowersox (1978) yang memecah biaya persediaan menjadi dua kelompok besar sebagai berikut: a. Biaya pemeliharaan (maintenance cost) Terdiri dari biaya pajak (taxes), biaya gudang (storage), biaya modal (capital), biaya asuransi (insurance), dan biaya keusangan (obsolescence). b. Biaya pemesanan (ordering cost) Terdiri dari biaya penempatan pesanan (cost of placing order), biaya persiapan pesanan (order preparation), biaya komunikasi pemesanan (order communication), biaya perbaikan aktifitas (update activities), biaya pengawasan manajemen (managerial supervision). Sementara itu, Siagian (2005) mengklasifikasikan biaya persediaan menjadi beberapa biaya, yakni: 1. Biaya penyimpanan (inventory carrying cost) Didefinisikan sebagai biaya untuk menyimpan, menjaga atau merawat persediaan. Misalnya biaya sewa gudang, biaya keusangan, asuransi, biaya penjaga gudang, biaya listrik, dan biaya peralatan untuk perawatan. 2. Biaya pemesanan (ordering cost) Merupakan biaya yang timbul selama proses pemesanan. Misalnya biaya administrasi pemesanan, biaya proses pesan, biaya bongkar muatan, dan sebagainya. 3. Biaya penyiapan (setup cost) Merupakan biaya yang timbul untuk mempersiapkan mesin atau proses untuk produksi, apabila barang/komponen yang diperlukan diproduksi sendiri oleh

16 27 perusahaan. Misalnya, biaya untuk membersihkan dan mempersiapkan mesin, biaya untuk menyetel mesin, biaya penjadwalan mesin, dan sebagainya. 4. Biaya kehabisan bahan (stock out cost) Merupakan biaya yang timbul jika terjadi kehabisan bahan. Misalnya, biaya kehilangan penjualan, biaya kehilangan pelanggan, selisih harga beli antara harga suplier, eceran, dan sebagainya. Biaya-biaya tersebut akan menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan persediaan. Kebanyakan model persediaan dari berbagai literatur bertujuan untuk meminimalkan biaya total persediaan secara keseluruhan. II.4. Gudang (Warehouse) di Industri Manufaktur II.4.1. Definisi Gudang Gudang (warehouse) biasa difahami sebagai tempat penyimpanan barang sesuai dengan penggunaannya. Di masa lampau gudang hanya berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan persediaan saja. Dewasa ini bagi beberapa distributor, gudang merupakan salah satu dasar pelayanan yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan, sehingga ada suatu kebutuhan untuk memindahkan fungsi gudang pada fungsi yang strategis fundamental dalam menghadapi persaingan bisnis. Dalam konsep modern, gudang merupakan salah satu dari beberapa fungsi bisnis yang berintegrasi secara bersama-sama untuk memberikan manfaat persaingan yang unik bagi perusahaan [Kapoor, 2003]. Dalam konteks ekonomi, gudang menciptakan kegunaan menurut waktu. Gudang meningkatkan nilai barang yang disimpan dengan menyeimbangkan antara kekuatan persediaan dan penawaran. Sehingga, barang dipindahkan ke gudang untuk disimpan sampai permintaan terhadap barang tersebut mencapai kapasitas yang cukup untuk dilakukan pengiriman barang.

17 28 II.4.2. Fungsi Gudang Gudang diperlukan untuk beberapa fungsi sebagai berikut: a. menyediakan persediaan cadangan untuk mengantisipasi kekurangan/kehilangan produksi dan menjaga sejumlah ukuran ekonomis serta menstabilkan persediaan b. menyelamatkan persediaan dari bahaya lingkungan dan resiko kecurian c. mengelola persediaan secara efisien II.4.3. Klasifikasi Gudang Menurut Kapoor (2003), terdapat beberapa tipe gudang yakni sebagai berikut: a. Gudang pengolahan material (material handling warehouses), pemasangan (assembly) atau pendistribusian (distribution) Gudang ini digunakan untuk proses pemasangan (assemble), pencampuran (mix), dan pembagian barang untuk pengangkutan (segment goods in transit). Gudang jenis ini melayani produk sementara hanya sebentar saja. Gudang untuk proses pemasangan biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk membeli barang agrikultur dalam jumlah besar yang berasal dari banyak sumber, juga digunakan oleh perusahaan industri dan institusi pemasaran yang melakukan pembelian barang dalam jumlah besar dari supplier. Gudang untuk proses distribusi kadang kala disebut sebagai gudang pasar (market warehouses), digunakan untuk menerima produk dari pusat produksi dalam borongan dan kemudian mendistribusikannya ke pasar melalui mekanisme pemesanan oleh pelanggan. Gudang distribusi seringkali digunakan untuk mencampurkan dan memindahkan muatan mobil dan muatan truk dari sejumlah besar titik produksi ke sejumlah yang lebih besar lokasi pelanggan. Fungsi yang paling penting dari gudang untuk pemasangan adalah perpindahan. Aktivitas utama pada gudang pengolahan material adalah menerima, menyimpan, mengkonsolidasikan, memilih, dan mengirimkan.

18 29 b. Gudang penyimpanan (storage warehousing) Gudang jenis ini mempunyai beberapa kegunaan yang semuanya berkenaan dengan permintaan dan persediaan. Setiap industri dengan permintaan musiman atau pola produksi menggunakan jenis gudang penyimpanan ini. Ada yang menggunakan gudang ini untuk tujuan pendewasaan (maturing), pematangan (ripening), menyimpan dalam waktu yang lama (aging), atau sekedar untuk tujuan spekulatif. c. Gudang kombinasi (combination warehousing) Tidak ada batasan garis yang tegas antara gudang pengolahan material dan gudang penyimpanan. Banyak gudang yang didisain untuk berfungsi sebagai paduan antara keduanya. II.5. Persediaan (Inventory) di Industri Konstruksi Berdasarkan pengalaman di lapangan, durasi penyimpanan stok/persediaan adalah selama 14 hari (dari mulai material datang hingga terpasang di konstruksi). Penumpukan persediaan yang terlalu lama akan mengakibatkan adanya dana yang mengendap dan tidak produktif serta tidak menghasilkan pendapatan. Bahkan bisa menambah biaya proyek karena adanya tambahan biaya penyimpanan stok bahan (inventory carrying cost), juga ada biaya-biaya untuk mengganti bahan yang sudah kadaluarsa (obsolescence), mengalami kerusakan (damage) atau hilang (spoilage). Hal ini sesuai dengan pandangan [PT PP, 2003]. II.6. Gudang (Warehouse) di Industri Konstruksi Gudang yang digunakan untuk penyimpanan besi beton di industri konstruksi berbeda halnya dari industri manufaktur. Proyek konstruksi umumnya hanya menggunakan gudang jenis terbuka saja tanpa bangunan yang khusus seperti pada manufaktur.

19 30 II.7. Komponen Biaya Rantai Pasok Beberapa literatur mendefinisikan total biaya rantai pasok adalah sebagai berikut: Menurut Kapoor et al (2003), biaya distribusi total terdiri atas biaya transportasi, biaya fasilitas, biaya komunikasi, biaya persediaan, biaya perlindungan pemaketan, dan biaya pengelolaan distribusi. Total Distribution Cost = TC + FC + CC + IC + PPC + DMC dimana, TC FC CC IC PPC DMC Transport Cost Facilities Cost Communication Cost Inventory Cost Protective Packaging Cost Distribution Management Cost Sedangkan Frazelle (2002), merumuskan biaya logistik total mencakup segala pengeluaran dan biaya modal pada lima proses logistik, yakni pelayanan terhadap pelanggan (customer response), perencanaan dan pengelolaan persediaan (inventory planning and management), pemasokan (supply), transportasi (transportation), dan gudang (warehousing). Total Logistics Cost = TRC + TIC + TSC + TTC + TWC dimana, TRC TIC TSC Total Response Costs Total Inventory Costs Total Supply Costs

20 31 TTC TWC Total Transportation Costs Total Warehousing Costs Customer response costs atau total response costs (TCR) mencakup biaya tenaga kerja, telekomunikasi, dan biaya yang dibutuhkan bagi personal dan sistem pada proses pemesanan dan komunikasi status pesanan. Total inventory costs (TIC) meliputi inventory carrying cost (ICC), biaya tenaga kerja, ruang kantor, dan sistem yang diaplikasikan dalam mengelola persediaan. ICC = AIV x ICR dimana, AIV ICR Average Inventory Value Inventory Carrying Rate Total supply costs (TSC) meliputi biaya tenaga kerja, ruang, sistem, dan telekomunikasi yang digunakan selama proses perencanaan, persetujuan, pelaksanaan, dan pengawasan pesanan pembelian. Total transportation costs (TTC) meliputi biaya-biaya transportasi pada pengangkutan di hulu dan hilir rantai pasok. Total warehousing costs (TWC) meliputi biaya tenaga kerja, ruang, materialhandling systems, dan information handling systems. Biaya tenaga kerja, sederhananya adalah perkalian dari annual working hours (AWH, hour/year) dengan warehouse wage rate (WWR, dollars/hour with fringes). Biaya ruang, merupakan perkalian dari total floorspace (TFS, in squarefeet) dengan space occupancy rate (SOR, dollars/sf x year). Biaya material-handling systems, adalah perkalian dari material handling systems investment (MHSI, dollars) dengan systems capitalization rate (SCR, percent per year). Sedangkan biaya

21 32 information handling systems, merupakan perkalian dari information handling systems investment (IHSI, dollars) dengan SCR. Blanchard (2004) merumuskan biaya total logistik sebagai berikut: Total Logistics Cost (TLC) = CDL + CPLE + COL + CMS dimana, CDL CPLE COL CMS Cost of Development of Logistics Cost of Producing Logistics Elements Cost of Operational Logistics Cost of Maintenance and Support (Sustaining) sedangkan, Cost of Operational Logistics (COL) dirumuskan sebagai COL = P + MH + T + CS dimana, P MH T CS Cost of Material Acquisition (Purchasing) Cost of Material Processing (Materials Handling) Cost of Distribution (Transportation) Cost of Customer Service Bernard et al. (1976) mendefinisikan total biaya rantai pasok sebagai berikut: Total Costs = ICC + LQC + WC + TC + CLS dimana,

22 33 ICC LQC WC TC CLS Inventory Carrying Costs Lot Quantity Costs Warehousing Costs Transportation Costs Cost of Lost Sales Objektifnya adalah untuk memperbesar keuntungan perusahaan dan mengurangi biaya total penyelenggaraan rantai pasok. Keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi persediaan dan mengalihkannya pada transportasi atau sistem logistik. Alokasi persediaan yang sedikit dengan biaya penyimpanan yang rendah akan menimbulkan masalah pada penggunaan gudang yang banyak (atau pemesanan berkali-kali) dan pemilihan moda transportasi yang berdurasi lambat seperti kereta api. Sedangkan alokasi persediaan yang banyak dengan biaya penyimpanan yang tinggi akan menjadikan lokasi penyimpanan berjumlah terbatas dengan kebutuhan penggunaan moda transportasi cepat seperti kendaraan bermotor atau bahkan mungkin pesawat terbang. II.8. Faktor Penting Biaya Penyimpanan (Inventory Carrying Cost) di Industri Manufaktur Bernard et al. (1976) telah mencoba mengembangkan suatu metodologi untuk menentukan proporsi biaya penyimpanan (inventory holding cost). Tujuannya agar dapat menjadi framework bagi para manajer dalam menetapkan kebijakan mengenai biaya penyimpanan. Menurutnya, biaya penyimpanan tersusun oleh sejumlah komponen biaya yang berbeda dan secara umum merupakan salah satu biaya tertinggi dalam sistem distribusi fisik (physical distribution system). Biaya ini berkisar antara 12% sampai 35% dari biaya total penyelenggaraan rantai pasok. Terdapat empat kategori biaya dasar yang harus dipertimbangkan ketika menghitung biaya penyimpanan, yaitu:

23 34 a. Biaya modal (capital cost) Menyimpan persediaan artinya membiarkan modal tertahan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan pada investasi lainnya. Terdapat dua tipe biaya modal yakni: 1. Investasi persediaan (inventory investment) 2. Aset investasi (investment in assets) b. Biaya pelayanan persediaan (inventory service cost) Jenis biaya ini tersusun oleh komponen-komponen sebagai berikut: 1. Pajak (taxes) Besarnya biaya pajak bervariasi dan tergantung secara langsung dengan tingkat persediaan. 2. Asuransi (insurance) Merupakan sejumlah biaya antisipasi yang dibayarkan untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan atas risiko menyimpan persediaan. Tingkat asuransi bervariasi tergantung dari jenis material yang digunakan, usia, dan berbagai pertimbangan perlindungan yang diharapkan. c. Biaya gudang (storage space cost) Secara umum, terdapat empat tipe fasilitas yang harus dipertimbangkan karena membutuhkan perlakuan yang berbeda bagi setiap tipenya, yakni: 1. plant warehouses 2. public warehouses 3. rented/leased warehouses 4. privately owned warehouses d. Biaya risiko persediaan (inventory risk cost) Kebijakan mengenai komponen biaya risiko persediaan ini bisa berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Komponennya antara lain: 1. obsolescence 2. damage 3. pilferage 4. relocation costs

24 35 Tersine (1994) mendefinisikan biaya penyimpanan sebagai biaya yang diasosiasikan dengan investasi pada persediaan dan pemeliharaan investasi fisik di gudang, seringkali diistilahkan dengan holding cost atau carrying cost. Asumsi penyederhanaan biaya penyimpanan umumnya dibuat dalam mengelola persediaan, yakni berkisar pada 20% - 40% dari investasi persediaan. Biaya penyimpanan terdiri dari: a. Biaya modal (capital cost) Biaya yang dialokasikan untuk jenis pengembalian yang belum diterima. Biaya ini merefleksikan besarnya kehilangan daya pendapatan (lost earning power) atau kehilangan peluang (opportunity cost). b. Pajak (taxes) c. Asuransi (insurance) d. Biaya pengolahan (handling) e. Biaya gudang (storage) f. Biaya penyusutan (shrinkage) Biaya yang dialokasikan untuk mengatasi resiko pengurangan jumlah persediaan karena hilang atau dicuri. g. Biaya keusangan (obsolescence) Biaya yang dialokasikan untuk mengatasi resiko persediaan yang akan kehilangan nilainya karena pergeseran corak mode atau pilihan pelanggan. h. Biaya kemerosotan (deterioration) Biaya yang dialokasikan untuk mengatasi perubahan karakter material karena faktor usia atau penurunan kondisi lingkungan. Baru-baru ini, Chopra et al. (2007) membagi biaya penyimpanan (inventory holding cost) menjadi: a. Biaya modal (cost of capital) Biaya modal merupakan komponen yang paling dominan dari biaya penyimpanan untuk jenis produk yang tidak cepat usang. Pendekatan yang tepat didapatkan dengan mengevaluasi weight average cost of capital (WACC)

25 36 b. Biaya keusangan (obsolescence/spoilage cost) c. Biaya pengolahan (handling cost) d. Biaya kepemilikan (occupancy cost) e. Biaya lain-lain (miscellaneous cost) Berbeda halnya dengan Christopher (2005) yang membagi biaya penyimpanan (the cost of holding inventory) secara lebih terperinci sebagai berikut: a. Biaya modal (cost of capital) b. Biaya gudang dan pengolahan (storage and handling) c. Biaya keusangan (obsolescence) d. Biaya ganti rugi kerusakan dan kemerosotan (damage and deterioration) e. Biaya kecurian/penyusutan (pilferage/shrinkage) f. Biaya asuransi (insurance) g. Biaya pengelolaan (management cost) Menurut Bowersox et al. (2002), biaya penyimpanan (inventory carrying cost) adalah sejumlah biaya yang diasosiasikan dengan pemeliharaan persediaan, dapat dihitung dengan mengalikan presentase biaya penyimpanan tahunan dengan ratarata nilai persediaan. Hampir mirip dengan pembagian di atas, biaya penyimpanan (inventory carrying cost) dipecah menjadi: a. Biaya modal (capital cost) Besarnya didasarkan pada target pengembalian investasi (return on investment) yang diharapkan bagi perusahaan, umumnya berkisar sekitar 25%. Dana yang diinvestasikan pada persediaan akan kehilangan daya pendapatannya, membatasi ketersediaan modal, dan membatasi investasi untuk yang lainnya. b. Biaya pajak (taxes) Umumnya persediaan di gudang akan dikenakan pajak yang nilainya tergantung pada lokasi. Biaya pajak ini biasanya langsung dipungut berdasarkan tingkat persediaan pada suatu waktu atau tingkat persediaan ratarata pada suatu rentang periode waktu.

26 37 c. Biaya asuransi (insurance) Biaya asuransi adalah pengeluaran yang didasarkan pada prediksi resiko atau kerugian selama waktu tertentu. Resiko kerugian bergantung pada jenis produk dan karakter fasilitas pengaman yang digunakan. d. Biaya keusangan (obsolescence) Adalah biaya keusangan persediaan yang disebabkan oleh kemerosotan selama disimpan di gudang, misalnya karena kadaluarsa atau usang karena mode/gaya. Berdasarkan pengalaman, penentuan biaya ini biasanya besarnya berupa prosentase dari nilai persediaan rata-rata yang usang tiap tahun. e. Biaya gudang (storage) Biaya fasilitas yang berhubungan dengan penyimpanan persediaan. Pada gudang milik public atau contract, muatan gudang ditagih secara individual. Sedangkan untuk gudang milik sendiri (private owned), biaya depresiasi tahunan total gudang harus dihitung dengan satuan pengukuran yang standar, seperti biaya/hari/m 2 atau biaya/hari/m 3. Biaya kepemilikan tahunan total dapat dihitung dengan mengalikan rata-rata harian ruang yang digunakan dengan faktor biaya standar pada tahun tersebut. Biaya ini dapat didistribusikan pembebanannya pada seluruh persediaan yang disimpan guna menentukan biaya gudang rata-rata per unit persediaan produk. Prosentase biaya penyimpanan yang akan digunakan perusahaan ditentukan oleh kebijakan manajerial perusahaan. Keputusan mengenai besarnya alokasi untuk biaya penyimpanan merupakan keputusan yang penting, karena biaya penyimpanan berinteraksi dengan komponen-komponen biaya logistik lainnya. Khusus biaya penyimpanan, Hohenstein (1982) mendefinisikannya sebagai biaya tambahan yang diperlukan untuk menyimpan barang persediaan selama satu tahun, biasa diistilahkan dengan holding cost atau carrying cost. Jika biaya setiap pemesanan besarnya sama dan tidak tergantung pada jumlah pemesanan, maka biaya penyimpanan dapat bertambah atau berkurang sesuai dengan jumlah pemesanan. Misalkan untuk persediaan senilai $ 1 membutuhkan biaya penyimpanan sebesar $ 0.2 per tahun, maka untuk persediaan senilai $ 2 akan

27 38 membutuhkan biaya penyimpanan sebesar $ 0.4 per tahun. Dapat dilihat bahwa biaya penyimpanan berkaitan/berhubungan langsung dengan jumlah jumlah persediaan (rata-rata). Menurut Hohenstein, komponen biaya penyimpanan terdiri dari: a. Biaya investasi (the extra cost of money invested in stock) Pemilik modal yang berinvestasi dalam bentuk persediaan berhak mendapatkan pengembalian atas investasi tersebut. Dalam pengaturan laju pengembalian modal, pemilik modal berhak pula atas laju yang lebih tinggi dibandingkan laju normal, karena faktor resiko terhadap modal bisnis berhubungan langsung dengan junlah resiko bisnis itu sendiri. b. Biaya pajak (property taxes paid on inventory) c. Biaya asuransi (insurance on stock) d. Biaya kehilangan/kerusakan (stock losses due to stockroom pilferage or other stock handling damage) e. Biaya gudang (storage space) Berdasarkan kajian dari beberapa literatur di atas, dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya penyimpanan pada rantai pasok di industri manufaktur adalah sebagai berikut: a. Biaya modal (capital cost) b. Biaya pelayanan persediaan (inventory service cost) 1. Pajak (taxes) 2. Asuransi (insurance) c. Biaya gudang (storage space cost) a. plant warehouses b. public warehouses c. rented/leased warehouses d. privately owned warehouses d. Biaya risiko persediaan (inventory risk cost) 1. obsolescence

28 39 2. damage 3. pilferage 4. relocation costs

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BIAYA PENYIMPANAN PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus: Penyimpanan Besi Beton Pada Proyek Konstruksi)

BIAYA PENYIMPANAN PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus: Penyimpanan Besi Beton Pada Proyek Konstruksi) Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 BIAYA PENYIMPANAN PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus: Penyimpanan Besi Beton Pada Proyek Konstruksi) Rita Utami 1, Muhamad Abduh 2,

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persediaan adalah merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam sistem manufaktur adanya persediaan merupakan faktor vital yang mempunyai dampak pengaruh besar terhadap biaya perusahaan. Meskipun demikian persediaan tetep di perlukan karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 6 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Value Chain Setiap perusahaan merupakan sekumpulan aktivitas yang dipergunakan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Marketing Mix Kotler (Jilid 1, 2005: 17) menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

Mengelola Persediaan pada Supply Chain

Mengelola Persediaan pada Supply Chain Mengelola Persediaan pada Supply Chain Pendahuluan Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar terhadap kinerja finansial suatu perusahaan. Jumlah modal yang tertanam dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN Dalam Bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan strategi rantai pasok yang diterapkan di perusahaan distribusi dan akan digunakan dalam menganalisis permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4 Manajemen Produksi dan Operasi Inventory M-4 1 2 PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB VII AKTIVA LANCAR-PERSEDIAAN

BAB VII AKTIVA LANCAR-PERSEDIAAN BAB VII AKTIVA LANCAR-PERSEDIAAN 7.1. Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tingkat Perputaran (Inventory Turnover) Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM Mengapa Perusahaan Mempunyai Persediaan? Persediaan diperlukan untuk mengantisipasi ketidaksempurnaan pasar. Contoh: Jika perusahaan membutuhkan bahan mentah untuk proses

Lebih terperinci

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 2 PENGERTIAN DAN PENTINGNYA MODAL KERJA Terdapat dua konsep tentang modal kerja yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Supply Chain Management 3.1.1 Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain: 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply

Lebih terperinci

MANAJEMEN PIUTANG DAGANG DAN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PIUTANG DAGANG DAN PERSEDIAAN MANAJEMEN PIUTANG DAGANG DAN PERSEDIAAN MANAJEMEN PIUTANG DAGANG 1. Faktor yang Mempengaruhi Piutang 1.1 Kenapa Perusahaan Mempunyai Piutang Secara umum, perusahaan akan lebih suka untuk menjual dengan

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management MANAJEMEN OPERASI 1 POKOK BAHASAN Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Inventori Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 BAB III MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTE PERSEDIAAN GUDANG ENGGUNAKAN ECONOIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC ODEL Indri Hapsari, Yenny Sari, Lianny P. Rajimin Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

Stok yang disimpan untuk. mendatang. Pertanyaan: barang atau jasa?

Stok yang disimpan untuk. mendatang. Pertanyaan: barang atau jasa? Apa itu inventori? Stok yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang Pertanyaan: barang atau jasa? Inventori dan manajemen kualitas Pelanggan biasanya mempersepsikan kualitas layanan sebagai

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) 1. Pendahuluan Definisi: Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Inventory dan Klasifikasinya Inventory meliputi

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

Disain Jejaring (Network Design)

Disain Jejaring (Network Design) Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL Oleh: Ir. R. Budi Setiawan, M.M., CISCP Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Persediaan secara umum dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Berbagai rumusan tentang definisi inventori telah banyak dikemukakan oleh para pakar, di antaranya Hadley dan Within, Buchman dan Koenigsberg, Buffa dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

INVENTORY. (Manajemen Persediaan) INVENTORY (Manajemen Persediaan) Pendahuluan Yaitu: Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan Sekumpulan produk phisikal pada berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan, tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN. 2.1.1 Pengetian Perencanaan Efektivitas adalah faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang. Sukses perusahaan dapat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah barang yang dibeli/diproduksi/dimiliki oleh perusahaan yang akan dijual kembali sebagai aktivitas atau kegiatan normal perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rangkuti (2004:1) setiap perusahaan, apakah itu perusahaan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rangkuti (2004:1) setiap perusahaan, apakah itu perusahaan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Rangkuti (2004:1) setiap perusahaan, apakah itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan bisnis yang semakin ketat menyebabkan perusahaan harus bisa mengambil langkah untuk menghadapi semua

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Desain Sistem Informasi menerangkan sistem adalah sekumpulan dari elemenelemen

BAB III LANDASAN TEORI. Desain Sistem Informasi menerangkan sistem adalah sekumpulan dari elemenelemen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Ada definisi menurut beberapa para ahli yang menerangkan tentang sistem. Menurut Jogianto (2005:2) dengan bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi menerangkan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Persediaan Persediaan atau inventory merupakan material dan supply yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk dijual ataupun digunakan untuk kepentingan proses produksi.

Lebih terperinci

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tujuan Belajar 1 Menjelaskan pengendalian siklus transaksi yang digunakan dalam proses bisnis produksi. Alur Transasi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Theodore S.K. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

Konsep Dasar Persediaan

Konsep Dasar Persediaan Konsep Dasar Persediaan Outline: 1. What is Inventory? 2. Key Factors in Inventory Management Decision 3. Financial Inventory Performances 4. ABC Analysis. Kuliah ke-6: Rabu, 22 Okt 2008 I. What is Inventory

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci