KOMPONEN KEMAMPUAN DASAR PROFESI PEKERJAAN SOSIAL ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPONEN KEMAMPUAN DASAR PROFESI PEKERJAAN SOSIAL ABSTRAK"

Transkripsi

1 KOMPONEN KEMAMPUAN DASAR PROFESI PEKERJAAN SOSIAL ABSTRAK Profesi pekerjaan sosial merupakan profesi yang diakui internasional dan sedang berkembang di Indonesia. Dalam perkembangannya profesi pekerjaan sosial masih tumpang tindih dengan pekerjaan atau kegiatan yang bersifat volunteer. Padahal profesi ini telah didasari oleh kerangka pengetahuan (body of knowledge), kerangka keahlian (body of skills), dan kerangka nilai (body of values) yang secara integratif membentuk profil dan pendekatan pekerjaan sosial. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pekerja sosial profesional haruslah memiliki kemampuan keahlian dasar yang terdiri atas : pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional. Dengan kemampuan tersebut baik yang didapat dari pendidikan formal maupun dari pengalaman-pengalaman prakteknya maka perkejaan sosial profesional diharapkan dan dituntut untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial. Kata kunci : pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pekerjaan sosial I. Pendahuluan Profesi pekerjaan sosial di Indonesia masih merupakan bidang keahlian bagi masyarakat Indonesia. Kalaupun orang sudah mengenal tentang pekerjaan sosial itu hanya secara sepintas. Sedangkan pemahaman tentang maksud dari pekerjaan sosial itu sendiri belum diketahui secara tepat dan mendetil. Oleh sebab itu ada semacam anggapan bahwa pekerjaan sosial yang profesional bisa dilaksanakan oleh siapa saja tanpa perlu memasuki pendidikan secara khsusus. Padahal seorang pekerja sosial dapat dikatakan profesional apabila telah mengikuti jenjang pendidikan formal tersebut. Maka selanjutnya bantuan yang akan diberikan oleh seorang pekerja sosial adalah pemberian bantuan secara profesional. Profesi pekerjaan sosial adalah suatu profesi yang diakui secara internasional dan mempunyai jaringan organisasi praktik dan pendidikan

2 internasional. Di Indonesia profesi ini sering dibingungkan dengan volunterisme, para-profesional, dan pegawai negeri. Kebingunan ini jjuga ditambahkan dengan seringnya orang disebut sebagai pekerja sosial sekalipun tidak memiliki pendididkan formal di bidang tersebut. Praktik pekerjaan sosial profesional sangat berbeda dari pemberian bantuan amal. Dalam banyak hal, perbedaan pekerjaan sosial profesional dan bentuk-bentuk layanan non-profesional mirip dengan perbedaan antara dokter medis profesional dan praktisi medis non-profesional. Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja sosial profesional tunduk di bawah kode etik profesi dan bertanggung jawab kepada organisasi tempat ia berpraktik, klien/komunitas, dan profesi itu sendiri. Yang paling penting adalah keterampilan profesional pekerja sosial mencakup asesment dan intervensi yang didasarkan kepada prinsip-prinsip yang berasal dari penelitian dan pengetahuan pekerjaan sosial. Profesi pekerjaan sosial menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah pengetahuan dan penelitian. Profesi pekerjaan sosial mempunyai komitmen terhadap kebijakan dan praktik yang mempromosikan keadilan sosial, hak asasi manusia, akses kepada sumber-sumber dan layanan bagi semua orang khususnya bagi mereka yang rentan. Dengan demikian klien pekerja sosial profesional sangat jelas tanpa memandang golongan ekonomi dan praktik profesi ini mempuyai standar yang andal dan akuntabel (Enny Supit dalam Albert R. Robert and Gilbert J. Greene: 2008). Pekerjaan Sosial menurut International Federation of Social Worker (IFSW) adalah : The social work profession promotes problem solving in human relationships, social change, empowerment and liberation of people, and the enhancement of society. Utilizing theorities of human behavior and social system, social work intervenes at the points where poeple interact with their environment. Principles of human right and social justice are fundamnetal to social work. (Tan dan Envall, 2000). Profesi pekerjaan sosial mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemeberdayaan, dan pembebasan manusia, serta perbaikan masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem-sistem sosial, pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik (atau

3 situasi) dimana orang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-pronsip hak asasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial (Edi Suharto, 2007). Untuk menjadi seorang pekerja sosial profesional haruslah memiliki komponen-komponen keahlian dasar yang terdiri atas : pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional. Dengan bekal komponen-komponen dasar tersebut baik yang didapat dari pendidikan formal maupun dari pengalamanpengalaman prakteknya maka perkejaan sosial profesional diharapkan dan dituntut untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari adanya pembangunan. Pekerjaan sosial merupakan suatu profesi yang sedang tumbuh dan berkembang di Indonesia dalam upaya mewujudkan suatu taraf kesejahteraan sosial. Secara umum gambaran tentang kesejahteraan sosial adalah kompleks, karena menggambarkan dinamika kehidupan manusia didalam menghadapi berbagai masalah sosial, yang pada dasarnya memfokuskan pada keberadaan manusia, nasibnya, hak-haknya, tanggung jawab dan kewajiban-kewajibannya terhadap sesama serta dipengaruhi oleh nilai-nilai dan sistem-sistem yang berlaku di Indonesia. Praktek pekerjaan sosial dapat membantu terwujudnya suatu usaha kesejahteraan sosial. Praktek pekerjaan sosial tersebut dilandasi oleh tiga komponen penting yang menjadi bagian dari landasan praktek pekerjaan sosial. Ketiga komponen itu adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Komponen pengetahuan dan keterampilan adalah bagaimanan penerapan Ilmu-ilmu Sosial dalam praktek pekerjaan sosial sedangkan komponen sikap merupakan landasan sikap profesional dalam pekerjaan sosial. II. Penerapan Ilmu-ilmu Sosial dalam Praktek Pekerjaan Sosial. Dalam pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur, disadari bahwa unsur-unsur sosial dalam pembangunan perlu mendapat perhatian khusus. Jika dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ada perhatian yang memadai terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial masyarakat serta pengaruh

4 perubahan pada kesejahteraan masyarakat maka dapat diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dinikmati oleh masyarakat yang jauh lebih luas. Pembangunan kesejahteraan sosial yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini telah banyak menghasilkan manfaat dan kemajuan. Namun harus diakui hal itu belum sepenuhnya mampu menyelesaikan permasalahan sosial. Berbagai keterbatasan masih dijumpai dalam rangka melakukan usaha kesejahteraan sosial dan memberikan pelayanan sosial bagi mereka yang membutuhkan untuk mencapai taraf kesejahteraan sosial. Segala keterbatasan itu perlu disikapi secara cerdas dan arif. Salah satunya adalah melakukan peningkatan kualitas pelayanan sosial yang terus menerus, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Peningkatan kualitas tidak mungkin terlepas dari upaya pembenahan sumber daya manusia serta metode dan teknik yang terkait dengan penanganan masalah sosial. Perlu pendekatan ilmu pengetahuan (melalui pendidikan dan pelatihan), khususnya ilmu dan profesi pekerjaan sosial yang mendasari intervensi sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Hal ini selaras dengan asumsi dasar bahwa pembangunan kesejahteraan sosial hakikatnya adalah suatu sistem yang terorganisir secara profesional guna pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan hak asasi manusia. (Bachtiar Chamsah, Albert R. Robert and Gilbert J. Greene: 2008). Disadari pula bahwa meskipun perencanaan dan pelaksanaan pembangunan diusahakan dengan sebaik-baiknya selalu akan timbul masalahmasalah sosial yang dialami oleh individu, kelompok, dan masyarakat tertentu yang tidak dapat diatasi sendiri oleh orang-orang yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan usaha rehabilitasi agar masalah-masalah sosial dapat dicegah sedini mungkin. Ketiga segi tersebut yaitu pembangunan sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai keseluruhan, pemecahan masalah-masalah sosial yang telah ada, dan pencegahan terhadap masalahmasalah sosial sebelum timbul, merupakan tugas-tugas pokok para pekerja sosial.

5 Sasaran pokok praktek pekerjaan sosial adalah interaksi antara manuisa dan sistem-sistem sosial dalam lingkungan hidupnya. Sistem-sistem tersebut dapat berupa individu, keluarga, kelompok organisasi, lembaga atau masyarakat. Kenyataannya manusia dan masyarakat hidup dalam relasi yang fungsional. Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan mencapai kesejahteraan kecuali dia berada dalam satu kesatuan yang lebih besar. Dengan demikian mau tidak mau individu harus berperan serta dalam kelompok masyarakat ditempat dia berada. Sebaliknya masyarakat berkewajiban mengatur sistem-sistem sosialnya agar memungkinkan anggota-anggotanya mencapai kesejahteraan umum. Ada kalanya proses hubungan timbal balik tersebut mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa ketidakmampuan manusia menjalankan fungsi dalam masyarakat dan atau pengaturan sumber-sumber daya dalam masyarakat yang kurang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Masalah-masalah yang timbul sebagai akibat hambatanhamabatan tersebut antara lain keterlantaran, kemiskinan, kenakalan anak, perpecahan keluarga dan penyakit. Ada kalanya sistem-sistem sosial tempat masalah-masalah ini timbul memiliki kemampuan dan sumber daya yang cukup untuk mengatasi sendiri. Namun jika kemampuan dan sumber daya tersebut tidak memadai maka diperlukan intervensi dari luar sistem misalnya oleh seorang pekerja sosial. Para pekerja sosial berpendirian bahwa tugas yang dihadapi harus dilaksanakan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Dengan demikian baik dalam usaha meningkatkan kesejahteraan sosial secara luas melalui perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun dalam usaha mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya tidaklah cukup jika orang bersdikap bijaksana dan bertindak atas dasar pengalaman saja. Diperlukan pula pemahaman yang mendalam tentang manusia dan masyarakat serta penerapan metode-metode ilmiah dalam merencakanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perubahan sosial.

6 Profesi pekerjaan sosial adalah yang pertama dalam pelayanan manusia yang memberikan fokus kepada manusia dalam lingkungan sebagai suatu paradigma dalam melakukan asesmen dan perubahan. Kerangka biopsikososial spiritual pekerjaan sosial menawarkan suatu perspektif yang luas dalam perilaku manusia. Kerangka ini digunakan untuk mengakses berbagai situasi dalam konteks komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih luas. Situasi dipahami sebagai gabungan anatar faktor-faktor fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Dengan kata lain, kebutuhan manusia dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut dipandang sebagai kesatuan yang saling terkait. Mengingat akses terhadap sumber-sumber-sumber untuk kelangsungan hidup dan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan adalah faktor yang sangat penting dalam asesmen, maka intervensi pekerjaan sosial untuk perubahan biasanya difokuskan pada individu, keluarga, komunitas dan lingkungan agar terjadi perubahan dalam alokasi dan ketersediaan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan manusia. Keterampilan intervensi pekerjaan sosial adalah melakukan perubahan pada tingkat mikro dan makro (individu dan kmunitas). Pekerja sosial mempelajari keterampilan untuk bekerja dengan individu, keluarga, kelompok kecil, dan komunitas. Pada tingkat individu dan keluarga, pekerja sosial membantu menangani situasinya dengan mengaitkan mereka pada berbagai sumber dan mendukung kekuatan individu dan keluarga sebagai sumber untuk perubahan. Pada tingkatan komunitas pekerja sosial, hal ini juga membantu mengembangkan sumber dan merencanakan layanan untuk pemenuhan keutuhan masyarakat. Keterampilan ini didasarkan pada konsep-konsep teoritis, bukti yang diperoleh dari praktik dan kebiakan praktik ( Enny Supit, Albert R. Robert and Gilbert J. Greene: 2008 ). III. Keterampilan-keterampilan Dasar Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah suatu bidang yang melibatkan interaksi diantara orang dengan lingkungan sosialnya, yang menggunakan kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi penderitaan, dan mewujudkan aspirasi-aspirasi serta nilai-nilai mereka.

7 Pekerjaan sosial yang telah didefinisikan di atas mempunyai tujuan-tujuan seperti yang dikemukakan oleh Soetarso (1993 ) sebagai berikut : 1. Meningkatkan kemampuan orang untuk menghadapi tugas-tugas kehidupannya dan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 2. Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem yang dapat menyediakan smber-sumber pelayanan-pelayanan dan kesempatan-kesempatan yang dibutuhkan. 3. Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem-sistem tersebut secara efektif dan berperikemanusiaan 4. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, dan perkembangan kebijakan serta perundang-undangan. Didalam prakteknya pekerjaan sosial didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan yang diorientasikan melalui tindakan. Pengetahuan ini meliputi Human Behavior and social environment, social welfare system, methods of social work, and research. Dengan demikian maka tanggung jawab utama seorang pekerja sosial adalah menerapkan pengatahuan dalam pemecahan masalah. Oleh sebab itu praktek pekerjaan sosial sebagai pelayanan profesional dapat dipertanggungjawabkan, karena pada dasarnya praktek ini menerapkan/mewujudkan pengatahuan (knowledge) dan nilai (value). Untuk dapat mempraktekkan secara bertanggungjawab maka diperlukan keterampilanketerampilan (skills). Naomi I. Brill dan Leonora Serafica de Guzman menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan pekerjaan sosial adalah terdiri dari : 1. Diferential Diagnosis, keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan pekerja sosial untuk memahami keunikan klien serta situasinya serta menyesuaikan tekniknya terhadap klien. Disini pekerja sosial diharapkan mampu mendiagnosa perbedaan-perbedaan tersebut, berarti tidak dibenarkan untuk menangani masalah dengan cara yang sama.

8 2. Timing, manusia pada dasarnya mempunyai masalah terus menerus. Namun di dalam menangani atau memecahkan suatu masalah, seorang pekerja sosial dibatasi oleh waktu, disini berarti pekerja sosial harus mempunyai keterampilan untuk merencanakan dan menggunakan waktu secara tepat. 3. Partialization, masalah pada dasarnya kompleks, yaitu luas dan komprehensif. Untuk dapat memahaminya para pekerja sosial harus mempunyai keterampilan untuk memisah-misahkan serta membantu klien memikirkan masalah itu dan memutuskan dimana titik mulai penanganan masalah. 4. Focus, masalah sosial mempunyai banyak dimensi dan masing-masing dimensi saling berinteraksi. Untuk itu pekerja sosial harus mampu memfokuskan salah satu dimensi sebagai point of entry. 5. Establishing Partnership, Keterampilan ini berhubungan dengan kerja bersama antara pekerja sosial dengan klien dalam mememahami tugastugas dan peranan-peranan satu sama lainnya. 6. Structur, Keterampilam penstrukturan berhubungan dengan kemampuan pekerja sosial untuk menentukan setting dan batas-batas yang dapat lebih berguna terhadap pekerjaan yang akan dilakukan. Disini ditentukan dapat tidaknya dilakukan, kapan, dan dimana diadakan konsultasi, hal-hal apa yang diperlukan dan sebagainya. (brill, 1978; dan Guzman 1983: ). Sedangkan keterampilan-keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh pekerja sosial dikemukakan pula oleh Armando Morales dan Bradford W. Sheafor sebagai berikut : 1. Basic helping skills yaitu keterampilan dasar dari pekerja sosial. Antara lain penerapan skill di dalam berhubungan dengan klien (relationship); cara bertindak yang rasional termasuk kemampuan mengumpulkan data collection, kemampuan mengumpulkan data analisis dan aksi.

9 2. Engagement skills, adalah proses melayani orang sebelum menjadi klien, pekerja sosial dapat menjelaskan pelayanan apa yang ada pada lembaga tempat kita bekerja dan calon klien tersebut sebaiknya mengetahui lembaga pelayanan yang ada di luar. 3. Observation skills, yaitu keterampilan untuk melakukan pengamatan. Pekerja sosial bukan hanya mengamati dengan mata dan telinga tetapi juga dengan hati. 4. Comunnication skills, yaitu kemempuan berkomunikasi 5. Emphaty skills, yaitu keterampilan untuk merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain hingga kita dapat menggunakan akal pikiran kita untuk membantu memecahkan masalah. Selanjutnya pekerja sosial harus memahami berbagai pendekatan lain di luar keterampilan-keterampilan tersebut di atas dan dapat memilih satu diantaranya yang paling tepat untuk suatu tujuan tertentu. Akan tetapi seringkali pekerja sosial dihadapkan pada satu situasi yang mengandung prasangkaprasangka teoritis; terpaku pada teori-teori ilmiah tertentu yang dapat mempengaruhi usahanya untuk menyusun tugas-tugas dalam pekerjaannya dan juga tujuan-tujuannya. Dengan kata lain ada suatu anggapan bahwa terdapat kesenjangan antara teori yang dipelajari dengan praktek yang dilaksanakan dalam proses pemberian bantuan. Dengan demikian keterampilan pekerjaan sosial perlu diarahkan kepada situasi dan kondisi permasalahan yang sering timbul di masyarakat agar praktek pemberian bantuan dari pekerjaan sosial dapat berfungsi secara taat waktu dan taat asas. IV. Landasan Sikap Profesional Pekerjaan Sosial Dalam praktek pekerjaan sosial sikap pekerja sosial akan selalu dipengaruhi oleh berbagai nilai. Pekerjaan sosial menyatakan pentingnya nilai-nilai sebagai suatu dimensi yang besar dalam praktek profesionalnya. Oleh sebab itu pekerja sosial menempatkan posisi yang didasarkan atas suatu nilai-nilai. Nilai-nilai secara umum dapat diartikan sebagai pusat pandangan setiap orang tentang

10 bagaimana menjalani hidup ini. Artinya nilai-nilai merupakan suatu pedoman tingkah laku bagi setiap orang dalam melakukan tindakan di suatu lingkungan tertentu guna mencapai tujuan-tujuannya. Praktik pekerjaan sosial selalu berdasarkan pada nilai masyarakat, karena profesi pekerjaan sosial mendapat misi untuk melaksanakan sebagian dari fungsi masyarakat. Oleh sebab tu praktik pekerjaan sosial akan mengambil dan dipengaruhi oleh nilai masyarakat. Jadi suatu profesi harus selaras dengan nilainilai masyarakat. Praktik pekerjaan sosial di Indonesia harus yang sesuai dan mendukung nilai masyarakat Indonesia. Pengetahuan pekerjaan sosial dapat diambil dari mana saja, tetapi kita perlu menyaringnya untuk disesuaikan dengan nilai masyarakatnya. Nilai belum tetu merupakan hal yang dipraktikan di dalam masyarakat atau dengan kata lain apa yang dipraktikan di dalam masyarakat belum tentu merupakan kegiatan untuk mencapai/melaksanakan nilai. Jadi nilai masyarakat sebagai salah satu sumber nilai profesi, karena profesi sebenarnya lahir sebagai perwujudan dari pelaksanaan nilai masyarakat. Konsep nilai banyak dibahas didalam literatur pekerjaan sosial, karena nilai mempunyai pengaruh yang sangat besar didalam pelaksanaan praktek pekerjaan sosial. Pekerja sosial dalam melaksnakan tugas-tugasnya selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai, menurut Armando Morales dan Bradford W. Sheafor sebagai berikut : Nilai pekerjaan sosial yang meliputi : 1. nilai-nilai personal (personal value) 2. nilai-nilai profesi (profesional value) 3. nilai-nilai pribadi (values of client s) 4. Nilai lembaga tempat pekerja sosial bekerja 5. nilai masyarakat dimana praktek pekerjaan sosial dilaksanakan. Nilai-nilai dasar pekerjaan sosial berasal dari nilai-nilai masyarakat demokratis yang menekankan penghargaan pada martabat dan harga diri manusia, serta antar hubungan yang saling menuntungkan diantara individu dengan masyarakat. Kemudian didalam prakteknya, nilai-nilai tersebut dirunuskan

11 menjadi prinsip-prinsip dasar pekerjaan sosial yang akan menjadi landasan bagi praktek pekerjaan sosial profesional. Prinsip-prinsip dasar pekerjaan sosial tersebut meliputi : keyakinan akan martabat dan harga diri manusia, keyakinan akan adanya hak manusia untuk menentukan nasibnya sendiri, keyakinan akan adanya hak yang sama bagi setiap manusia, serta keyakinan akan adanya tenggung jawab sosial dalam pelaksanaan tugas-tugas kehidupan setiap manusia termasuk tugfas profesionalnya. Selanjutnya dalam praktek, pekerjaan sosial dituntut untuk mengenali, memahami, serta menginternalisasikan beberapa nilai sebagai berikut : 1. Penerimaan (acceptance) 2. Komunikasi (communication) 3. Partisipasi (participation) 4. Bersikap adil, tidak terlalu memuji ataupun mencela 5. menghargai kerahasiaan dari privacy kliennya 6. mawas diri pada pekerja sosial 7. memakai rasio dalam memberikan tanggapan yang objektif 8. fleksibel Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa sikap pekerja sosial dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar profesional, nilai-nilai masyarakat secara umum serta nilai-nilai masyarakat tempat dilaksanakannya praktek pekerjaan sosial., Dan pada dasarnya sikap profesional tersebut terletak pada pengendalian diri pekerja sosial untuk tetap mampu bersikap objektif tanpa pernah kehilangan sikap sebagai manusia biasa. Dapat pula diartikan sikap profesional pekerja sosial terutama berarti kemampuannya untuk mengenali dan menggunakan dirinya sendiri dalam suatu hubungan profesional dengan kliennya. Seperti juga hal pekerja sosial harus memilih kemampuan untuk memahami berbagai aspek pada klien serta lingkungan. Pemilikan sikap profesional tersebut merupakan proses dan merupakan hasil belajar dari para pekerja sosial itu sendiri baik dari penelaahannya maupun pengalamannya secara praktis. Pemilikan sikap tersebut tidak diragukan lagi dalam proses pemberian bantuan, sehingga hubungan pemberian bantuan bukan diciptakan oleh teknik-teknik pemberian bantuan

12 melainkan oleh pemberi bantuan itu sendiri dalam hal ini adalah pekerja sosial profesional. Selanjutnya sebagai petunjuk dan pedoman sikap pekerja sosial dalam praktek profesionalnya, maka harus ada kode etik profesional bagi pekerja sosial yang memberikan tuntutan bagi prakteknya dalam menerapkan pelayanan pekerjaan sosial profesional. Kode etik ini akan mengungkapkan standar-standar tingkah laku tertentu bagi pekerja sosial dalam hubungan profesionalnya dengan mereka yang dilayaninya. Dalam mematuhi kode etik ini pekerja sosial memandang kewajiban-kewajiban yang tercantum didalamnya sesuai dengan situasi yang dihadapinya, memasukan semua prinsip-prinsip ke dalam pertimbangannya, serta memilih suatu rangkaian kegiatan yang selaras dengan jiwa dan hakekat kode etik tersebut. Kode etik merupakan rumusan atau standar atau tuntunan tentang perilaku yang dianggap baik dan yang perlu ditunjukan oleh anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan dan fungsi kode etik profesi adalah sebagai berikut : 1. Melindungi reputasi ptofesi dengfan jalan memberikan kriteria-kriteria yang dapat diikuti untuk menghatur tingkah laku anggotanya. 2. Secara terus menerus meningkatkan kompetensi dan kesadaran tanggung jawab bagi para anggota di dalam melaksanakan praktek. 3. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak kompeten. Kode etik pada prinsipnya mengatur hal-hal yang berkaitan dengan proses pertolongan pekerjaan sosial yasng mengatur komponen-komponen proses pertolongan pekerjaan sosial yaitu : pekerja sosial, klien, teman sekerja, badan sosial tempat pekerja sosial bekerja, profesi pekerja sosial dan masyarakat tempat proses pertolongan diberikan. Namun demikian, kode etik yang saat ini dipakai dan dijadikan pedoman oleh pekerja sosial di Indonesia adalah kode etik yang berasal dari Amerika Serikat (National Association of Social Welfare), walaupun tetap dapat digunakan sebagai pedoman sikap para pekerja sosial dimanapun.

13 Dalam hubungannya dengan perumusan dan penetapan kode etik tersebut, pekerjaan sosial di Indonesia sebagai profesi sudah ada, tetapi belum diketahui oleh sebagain besar masyarakat karena belum ada kejelasan praktek profesinya. Dibandingkan dengan profesi lainnya, profesi kita belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Untuk sementara ini profersi pekerjaan sosial di Indonesia sedang dalam taraf untuk mewujudkan eksistensinya. Oleh karena itu pada saat ini para pekerja sosial Indonesia membutuhkan kode etik untuk melandasi praktek pekerjaan sosial profesional. Dan sedikit demi sedikit sejalan dengan tujuan profesi pekerjaan sosial tersebut. Kemudian dengan telah terbentuknya kode etik tersebut diharapkan dapat merangsang pekerja sosial untuk meningkatkan kualitas praktek pekerjaan sosial profesionalnya. Dan dengan praktek-prakteknya tersebut dapat menyempurnakan kembali kode etik. V. Penutup Untuk memberikan dasar pembenaran yang kuat bagi intervensi atau praktek yang dilaksanakannya maka pekerja sosial dalam bersikap akan menempati posisinya yang dilandasai oleh suatu nilai yang telah tercermin di dalam prinsip-prinsip umum pekerjaan sosial. Dimana sikap yang mendasari pekerja sosial dalam memberikan bantuan adalah memiliki rasa cinta sehingga dia memiliki kemampuan dan kepekaan untuk mengenali dan menggunakan dirinya sendiri dalam suatu hubungan profesional dengan kliennya dalam proses pemberian bantuan. Sebagai petunjuk dan pedoman sikap serta tindakan-tindakan dalam praktek profesionalnya maka terdapat pula kode etik profesional bagi pekerjaan sosial yang memberi tuntunan bagi prakteknya dalam menerapkan pelayanan pekerjaan sosial di masyarakat. Dan untuk mengembangkan praktek pekerjaan sosial profesional di Indonesia harus mempunyai sikap yang mendasar yaitu sikap optimisme juga dalam rangka lebih memperkenalkan profesi pekerjaan sosial tersebut hendaknya para pekerja sosial dapat meningkatkan kualitas prakteknya serta bekerja dalam segala bidang yang mengarah pada usaha kesejahteraan sosial pada umumnya.

14 Pekerjaan sosial adalah suatu bidang yang melibatkan interaksi-interaksi antara manusia dengan lingkungan sosialnya, yang menggunakan kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi penderitaan, dan mewujudkan aspirasi-aspirasi serta nilai-nilai mereka. Didalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja sosial tidak terlepas dari beberapa keterampilan khusus yang didasari oleh ilmu pengetahuan ilmiah serta sikap profesional. Keterampilan-keterampilan khusus tersebut tidak menjamin keberhasilan pekerja sosial dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan tujuan-tujuan pekerjaannya. Hal ini disebabkan oleh pandangan-pandangan dan teori-teori ilmiah yang masih berorientasi kepada konsep dari negara barat. Untuk itu dibutuhkan adanya konsep keterampilan pekerjaan sosial tersendiri yang sesuai dengan kondisi negara Indonesia. Riwayat Penulis Dudung Abdurroup, S.Sos., M.Si., adalah Dosen Kopertis Wil. IV yang diperbantukan pada FISIP UNLA Bandung.

15 DAFTAR PUSTAKA Albert R. Robert and Gilbert J. Greene, (penyunting), (2008). Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1 (penerjemah Juda Damanik dan Cynthia Pattiasina), PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, Tan, Ngoh-Tiong dan Elis Envall (2000).Social Work : Chalenges in The New Millenium dalam Tan Elis (ed.) Social Work Around The World. Switzerland: IFSW Press. Edi Suharto (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), PT Refika Aditama, Bandung. Soetarso, (1993). Praktek Pekerjaan Sosial, Kopma STKS Bandung. Brill, Naomi, I., (1978). Working With People : The Helping Prosess, JB. Lippincott Company, New York. Morales, Armando and Sheafor, Bradford, W. (1983). Social Work a Profession of Many Faces, Allyn and Bacon, Inc. Boston.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

Dr. Dwi Heru Sukoco, M.Si (Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung)

Dr. Dwi Heru Sukoco, M.Si (Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung) Peran Perguruan Tinggi dan Pekerja Sosial dalam Penyelenggaraan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) A. Pendahuluan Dr. Dwi Heru Sukoco, M.Si (Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung) Dalam

Lebih terperinci

Pekerjaan Sosial PB :

Pekerjaan Sosial PB : Pekerjaan Sosial PB : Suatu bidang praktik profesi pekerjaan sosial dimana Peksos menggunakan keahlian khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melaksanakan peran sosial mereka

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href="http://www.upi.edu">universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a>

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href=http://www.upi.edu>universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a> Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi Oleh Didi Tarsidi universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 1. Definisi Istilah konseling rehabilitasi yang dipergunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Strategi Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos yang mengambil dari kata strator yang berarti militer dan ag yang berati memimpin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Gerakan Pramuka merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

30 PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

30 PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN 30 PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh: Dwi Putri Apriyan, Ishartono, & Maulana Irfan Email: (kesosish@gmail.com; ishartonopeksos@gmail.com; sangirfan@gmail.com) Abstrak Permasalahan

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melengkapi dan menyempurnakan keterbatasan tersebut (Nurdin, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. melengkapi dan menyempurnakan keterbatasan tersebut (Nurdin, 1990). BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Sejak awal lahirnya, manusia adalah makhluk sosial. Hal ini berarti bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari dunianya karena manusia selalu ada dan harus

Lebih terperinci

METODE SOCIAL GROUP WORK

METODE SOCIAL GROUP WORK I. DEFINISI II. III. IV. METODE SOCIAL GROUP WORK SETTING PRAKTEK FOKUS TUJUAN V. DASAR PENGETAHUAN VI. VII. VIII. TEKNIK-TEKNIK PRINSIP-PRINSIP DALAM SGW ASUMSI NILAI DALAM SGW I. DEFINISI Menurut The

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku

B A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku mulai tahun 2001, berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar. Pendidikan di sekolah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA MUKADIMAH Profesional SDM Indonesia yang berada dibawah naungan Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM) menjunjung tinggi nilai-nilai yang diemban

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya

Lebih terperinci

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani KOMPETENSI KONSELOR Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani 1. Menghargai dan menjunjung tinggi 1.1. Mengaplikasikan pandangan positif nilai-nilai

Lebih terperinci

KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS RUMAH SAKIT)

KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS RUMAH SAKIT) KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS RUMAH SAKIT) I. KODE ETIK KODE ETIK KEHUMASAN INDONESIA PERHUMAS (Kode Etik ini telah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam Negri dan Deppen saat itu, dan telah

Lebih terperinci

BIDODATA. PEKERJAAN: WIDYAISWARA UPT Pengembangan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Jl. Panglima Besar Jend. Sudirman, 93 Malang Jawa Timur

BIDODATA. PEKERJAAN: WIDYAISWARA UPT Pengembangan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Jl. Panglima Besar Jend. Sudirman, 93 Malang Jawa Timur BIDODATA EKO SUPRIYONO, MPS.Sp Blitar, 25 Agustus 1961 Email: eko_soepriyono_mppsp@yahoo.com RIWAYAT PENDIDIKAN: Pasca Sarjana (S2), Community Development Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung,

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA I. UMUM Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lainnya, perbedaan yang sangat mendasar terlihat pada akal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Pasien 2.1.1. Definisi Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa senang; perihal (hal yang bersiap puas, kesenangan, kelegaan dan

Lebih terperinci

INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA)

INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA) INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA) Head Office: Jln. Raya Jepara Kudus Km. 16, Jepara, Indonesia Phone: 0291-3408700, 0817291058, 081390390132 www.indohypnosis.com www.indohypnosis.org

Lebih terperinci

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi

Lebih terperinci

Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran

Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL PEKERJAAN SOSIAL Peda gogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Problem tenaga kerja di Indonesia sangatlah kompleks. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang. Jumlah pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI

METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI METODE PEKERJAAN SOSIAL Metode Pekerjaan Sosial adalah suatu prosedur kerja yang teratur dan dilaksanakan secara sistematis digunakan oleh pekerja sosial dalam memberikan

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

Oleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI

Oleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI Oleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI GURU PROFESIONAL Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 27 TAHUN 2014

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 27 TAHUN 2014 SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PELAYANAN LANGUSNG DAN PELAYANAN TIDAK LANGSUNG DALAM PEKERJAAN SOSIAL Oleh : Suasa

PELAYANAN LANGUSNG DAN PELAYANAN TIDAK LANGSUNG DALAM PEKERJAAN SOSIAL Oleh : Suasa 4 PELAYANAN LANGUSNG DAN PELAYANAN TIDAK LANGSUNG DALAM PEKERJAAN SOSIAL Oleh : Suasa ABSTRAK Pekerja sosial dituntut keterampilan dalam mengenal sifat klien, situasi sekitar, komunikasi klien dengan masyarakat

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEKERJAAN SOSIAL DASAR-DASAR

KETERAMPILAN PEKERJAAN SOSIAL DASAR-DASAR KETERAMPILAN PEKERJAAN SOSIAL DASAR-DASAR SANTOSO TRI RAHARJO KETERAMPILAN PEKERJAAN SOSIAL DASAR-DASAR Oleh; SANTOSO TRI RAHARJO 2015 ISBN: 978-602-0810-07-2 Judul Buku: KETERAMPILAN PEKERJAAN SOSIAL,

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

I. UMUM. menjadi...

I. UMUM. menjadi... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI I. UMUM Anak merupakan

Lebih terperinci

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL Halaman 1 dari 5 1. TUJUAN Tujuan utama dari Piagam Audit Internal ( Piagam ) ini adalah untuk menguraikan kewenangan dan cakupan dari fungsi Audit Internal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DIDIK SANTOSO K 100 050 243 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien. Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien. Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien 1. Pengertian Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas) yang diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan khusus yang komprehensif yaitu pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut disetiap

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK AUDITOR DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan seorang anak dimulai ditengah lingkungan keluarga, lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. KODE ETIK GURU INDONESIA Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

Lebih terperinci

Profil Sarjana Humas. Edited by: Sumartono S.Sos., MSi

Profil Sarjana Humas. Edited by: Sumartono S.Sos., MSi Profil Sarjana Humas Edited by: Sumartono S.Sos., MSi Profil Lulusan Sarjana Komunikasi Lulusan Program Studi ini disiapkan untuk menjadi seorang generalis di bidang komunikasi yang memahami bidang penerapan

Lebih terperinci

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Identitas Grup Pirelli menurut sejarahnya telah terbentuk oleh seperangkat nilai-nilai yang selama bertahun-tahun telah kita upayakan dan lindungi. Selama bertahuntahun,

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI MISI NILAI-NILAI GRUP PIRELLI PENDAHULUAN PRINSIP-PRINSIP PERILAKU KERJA - SISTEM KONTROL INTERNAL PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN Pemegang saham, investor, dan komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Literatur 2.1.1 Etika Auditor Munawir (1995), mengemukakan etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI. kualitas sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan diklat secara terus

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI. kualitas sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan diklat secara terus PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI Oleh, Drs. Idris, M.Si Agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan ekonomis, maka salah satu strategi manajemen yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

16 PENDAMPINGAN ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM

16 PENDAMPINGAN ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM 16 PENDAMPINGAN ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM Oleh: Dimas Bagus Hari Satrio, Budi M. Taftazani, & Herry Wibowo ABSTRAK Setiap tahun, terjadi 4.000 kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak. Menurut

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2017 KEMENSOS. Standar Rehabilitasi Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penguasaan, pemanfaatan,

Lebih terperinci

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: Legal Framework Akuntan > Prinsip Etika Akuntan KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Pemberlakuan dan Komposisi Pendahuluan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAN MASYARAKAT 24 08 2010 PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAFTAR ISI PENDAHULUAN 3 BAGAIMANA KAMI MENERAPKAN STANDAR KAMI 4 STANDAR HAK ASASI MANUSIA KAMI 4 SISTEM MANAJEMEN KAMI 6 3 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan Kompetensi utuh guru meliputi kemampuan: 1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang akan dilayani, meliputi ragam perkembangan dan perbedaan individual peserta didik, 2. Mengusai bidang studi yang

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan

Lebih terperinci

Kode Etik Guru Indonesia

Kode Etik Guru Indonesia Kode Etik Guru Indonesia Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan produktif

Lebih terperinci

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pemerintahan daerah, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa keuangan daerah agar dikelola secara tertib,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang memadai saja yang

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

STANDAR AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA STANDAR AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA I. VISI, MISI, DAN TUJUAN UNIVERSITAS A. VISI 1. Visi harus merupakan cita-cita bersama yang dapat memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mewujudkan perekonomian yang modern, para pimpinan atau manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini. MUKADIMAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA didirikan untuk ikut berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, teknologi, dan kewirausahaan, yang akhirnya bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang BAB II KAJIAN TEORI A. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan dan keputusan Menteri Kesehatan No. 114/MenKes/SK/VII

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. Menjunjung tinggi nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan program perkuliahan di kelas, juga menyelengarakan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan program perkuliahan di kelas, juga menyelengarakan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung sebagai perguruan tinggi kedinasan di bawah Kementerian Sosial RI memiliki tugas pokok mendidik calon pekerja sosial profesional.

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id BAB I. PEDOMAN UMUM Pasal 1. Pengertian Kode Etik Psikologi: seperangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015 KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015 Standar Inti Pedagogik 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan persaingan makin ketat terutama bagi perguruan tinggi negeri maupun swasta. Untuk dapat mempersiapkan

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR No 1. Pedagogik 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya 1.1.1 Guru BK atau konselor dapat mengaplikasikan ilmu

Lebih terperinci