GAJI, TUNJANGAN, DAN KESEJAHTERAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAJI, TUNJANGAN, DAN KESEJAHTERAAN"

Transkripsi

1 MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN GAJI, TUNJANGAN, DAN KESEJAHTERAAN Penulis: 1. Satia Supardy, SH, M. Pd 2. Sri Dadi Handayani, SH PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA, 2014

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gaji dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah masalah yang berkaitan hajat hidup yang harus ditangani secara profesional. Sebab masalah ini tidak saja menyangkut berapa rupiah seorang pegawai atau pimpinan harus digaji atas pekerjaannya, tetapi juga memberikan implikasi yang sangat luas baik dalam rangka sistem kepegawaian yang berlaku, bobot pekerjaan yang menjadi tugas pokoknya, maupun kaitan moral dan tanggung jawab sosial organisasi serta kesejahteraan atas hidup pegawai dan keluarganya. Juga pada hakekatnya gaji dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat memberikan motivasi kepada pegawai untuk bekerja secara efektif dan efisien dalam beretos kerja. Maka begitu sesuatu yang sangat urgen Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara telah mengganti Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian. Hal ini dalam memberikan perhatian kepada Pegawai Negeri Sipil menyangkut unsur kesejahteraan termasuk didalamnya masalah sistem penggajian pegawai. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila sistem penggajian dan kesejahteraan PNS yang berlaku di instansi pemerintah menjadi tuntutan harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan ekonomi yang terjadi di lapangan. Paling tidak ada dua dalih atau alasan mengapa pemerintah menaikkan gaji PNS. Alasannya adalah meningkatkan kesejahteraan PNS dan pelayanan kepada masyarakat. Diharapkan, dengan kenaikan gaji PNS, kesejahteraan PNS akan meningkat. Begitu pula, dengan meningkatnya kesejahteraan PNS akan meningkat pula pelayanan PNS kepada masyarakat. Akan tetapi, pertanyaannya apakah kedua dalih ini dapat terwujud secara baik? Walaupun gaji PNS dinaikkan, masih ada keraguan dari kalangan PNS akan naiknya kesejahteraan mereka. Keraguan tersebut muncul berdasarkan pengalaman bahwa setiap 1

3 kenaikan gaji PNS selalu diikuti oleh lonjakan harga bahan kebutuhan pokok, barang-barang dan jasa lainnya. Fenomena yang terjadi, manakala pemerintah mengumumkan kenaikan gaji PNS, maka harga barang-barang dan jasa-jasa di pasaran sudah naik mendahului realisasi kenaikan gaji tersebut. Dengan kata lain, sebelum kenaikan gaji diterima, harga barang-barang di pasaran sudah naik. Sebagaimana diketahui, bahwa masalah kinerja PNS sering mendapat sorotan dari stakeholder khususnya yang menyangkut pelayanan terhadap masyarakat (public service) kurang memberikan kepuasan. Salah satu faktor penyebab pelayanan yang kurang memuaskan, adalah kesejahteraan antara lain, tentang gaji kurang layak. Oleh karenanya, sangat mendesak pemerintah harus berupaya memperbaiki masalah sistem penggajian PNS untuk memberikan kenyamanan, ketenangan pegawai termasuk keluarganya sehingga mampu meningkatkan pelayanan secara prima (excellent service). Berdasarkan uraian diatas, maka kehadiran modul ini setidak-tidaknya memberikan jalan penerangan yang penuh harap menuju kesejahteraan mental spiritual PNS dan keluarganya sehingga dapat memenuhi standar hidup layak lahir batin. B. Diskripsi Singkat Diklat Fingsional Analis Kepegawaian Keahlian PNS bagi pejabat fungsional pengelola kepegawaian dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan dengan ruang lingkup bahasan tentang sistem penggajian, tunjangan, upaya kesejahteraan, dan penghargaan. C. Tinjauan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pembelajaran mata ajar ini peserta Diklat diharapkan dapat memahami sistem penggajian, tunjangan, upaya kesejahteraan, dan penghargaan. 2

4 D. Tinjauan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pembelajaran mata ajar ini peserta Diklat diharapkan dapat : 1. Menjelaskan sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil ; 2. Menjelaskan Tunjangan Pegawai Negeri Sipil ; 3. Menjelaskan Upaya Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil; 4. Menjelaskan Penghargaan Pegawai Negeri Sipil 3

5 BAB II SISTEM PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan peserta mampu menjelaskan Sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil sehingga terwujudnya pegawai yang Profesional, Netral dan Sejahtera. A. Pengertian Gaji dan Upah Untuk dapat memberikan pemahaman lebih luas tentang gaji PNS diperlukan banyak informasi mengenai konsep gaji secara umum. Secara teori, gaji menjadi salah satu bagian penting manajemen pengembangan sumber daya manusia, karena gaji dapat memberikan sumber motivasi kepada pegawai untuk bekerja secara efektif dan efisien. Secara umum hakikat gaji tidak jauh atau dengan pengertian upah, karena masyarakat sering mengatakan bahwa gaji sama dengan upah. Pengertian upah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoritis dan segi yuridis. Menurut Manullang (1976:122) dari segi teoritis upah, meninjau upah dari segi fugsinya yaitu bahwa upah adalah sebagai alat motivasi yang bersifat material, adalah segala daya perangsang yang memupuk loyalitas dan efisiensi pegawai ke dalam perusahaan. Sedangkan Ven (1964:13) meninjau pengertian upah dari segi hubungan kerja sosial ekonomi, yaitu hubungan kerja di mana terhadap penyerahan dengan sadar tenaga manusia untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan dari kerja ekonomi itu adalah untuk memperoleh hasil pekerjaan, yaitu hasil kerja dan jasa, yang dalam arti ekonomis adalah merupakan tambahan nilai yang diperoleh. Beberapa pengertian tentang gaji sebagaimana yang dinyatakan Dessler (1998: 85) dalam bukunya yang berjudul Sumber Daya Manusia mengatakan gaji adalah uang atau sesuatu yang berkaitan dengan uang yang diberikan kepada pegawai. 4

6 Secara substanstial, gaji (salary) dan upah (wage) pada hakekatnya memiliki perbedaan satu sama lain, meskipun tersirat makna yang hampir sama, sebab sama-sama merupakan unsur kompensasi (Janry dkk, 2006:2). Pengertian gaji menurut Kamus Manajemen (Marbun, 2003:83) bahwa gaji adalah upah yang dibayarkan secara berkala. Sedangkan upah merupakan imbalan yang dibayarkan kepada tenaga kerja tidak tetap, yang besarnya sudah disepakati sebelumnya atau sesuai dengan aturan yang berlaku (Janry dkk, 2006:29). Pangabean (2004:77) mendefinisikan gaji sebagai imbalan financial yang dibayarkan kepada karyawan secara teratur, seperti tahunan, catur wulan, bulanan atau mingguan. Dessler (1997:350) menyebutkan, gaji adalah uang atau sesuatu yang diberikan kepada pegawai atas dasar waktu pelaksanaan pekerjaan berupa minggu, bulan, atau tahun dan bukan menurut jam atau hari. Lebih lanjut berpendapat bahwa sistem pembayaran yang dilakukan atas dasar lamanya bekerja, misalnya per jam, hari, minggu, bulan dan sebagainya, dan pembayaran berdasarkan hasil kinerja, yaitu pembayaran upah/gaji yang didasarkan pada hasil akhir dari proses kinerja, misalnya jumlah produksi. Menurut Amstrong dan Murlis (1995:7), gaji merupakan bayaran pokok yang diterima oleh seseorang. Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat Mathis dan Lackson (2002:165), gaji adalah suatu bentuk kompensasi yang dikaitkan dengan kinerja individu, kelompok ataupun kinerja organisasi. Hasibuan (1999:133) menyatakan bahwa Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Simamora (2004:445) dalam bukunya menjelaskan bahwa: Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per-jam (semakin lama jam kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah merupakan basis bayaran yang kerap digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan (pekerja kerah biru). Sedangkan gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, dan tahunan (terlepas dari lamanya jam kerja). Menurut Nawawi (1997:317) definisi upah insentif adalah: Penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau sewaku-waktu. 5

7 Hasibuan (1999:133) mendefinisikan upah insentif adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standart. Sedangkan Manulang (1976:122), Insentif merupakan alat motivasi, sarana motivasi, sarana yang memberikan motif atau sarana menimbulkan dorongan. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Gitosudarmo (1995:299) yang menyatakan pengertian gaji adalah: Imbalan yang diberikan oleh pemberi kerja kepada karyawan, yang penerimaannya bersifat rutin dan tetap setiap bulan walaupun tidak masuk kerja maka gaji akan tetap diterima secara penuh. Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko (1993:218), Gaji adalah pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Menurut Nitisemito (1984:170) faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai suatu pedoman untuk meningkatkan semangat dan kegairahan kerja & motivasi karyawan adalah: a. Gaji yang cukup, b. Memperhatikan kebutuhan rohani, c. Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai, d. Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan, e. Usahakan karyawan mempunyai loyalitas. Menurut Komaruddin (1995:164) fungsi gaji bukan hanya membantu manajer personalia dalam menentukan gaji yang adil dan layak saja, tetapi masih ada fungsi-fungsi yang lain, yaitu: a. untuk menarik pekerja yang mempunyai kemampuan ke dalam organisasi, b. untuk mendorong pekerja agar menunjukkan prestasi yang tinggi, dan c. untuk memelihara prestasi pekerja selama periode yang panjang. Menurut Maryati dan Salipi (1988:11) adanya persamaan unsure-unsur penting untuk menyatakan upah dan gaji yaitu: a. merupakan suatu balas jasa, b. merupakan imbalan atas hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang, dan merupakan hak bagi seseorang yang melakukan pekerjaannya. Menurut Tanjung (2009:12) Perbedaan gaji dan upah itu terletak pada Jenis karyawannya (Tetap atau tidak tetap) dan sistem pembayarannya (bulanan atau tidak). Meskipun titik berat antara upah dan gaji terletak pada jenis karyawannya apakah tetap ataukah tidak. 6

8 Sedangkan pengertian kesejahteraan (gaji) secara normatif tercantum dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara peganti Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok- Pokok Kepegawaian, yang menyebutkan bahwa: 1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS, 2). Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan, dan 3). G a ji pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Juga, Pasal 80 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara menyebutkan, bahwa selain gaji, PNS juga menerima tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan serta fasilitas. Oleh karena itu, menurut Maryanti dan Salipi (1988:11) gaji merupakan hak bagi setiap Pegawai Negeri Sipil disamping hakhak lainnya, karena Pegawai Negeri Sipil telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Kesejahteraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal fungsi kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera. Di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga 7

9 anak, yang mencegahnya untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare. Pengertian Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Negara, PNS adalah Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa gaji Pegawai Negeri Sipil adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa, tenaga, pikiran dan hasil kerjanya sehingga menciptakan ketenangan, ketenteraman maupun kenyaman pegawai sehingga mampu meningkatkan motivasi kinerja. Gaji sering juga disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk kompensasi, yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas prestasi kerja yang diberikan kepada seorang pegawai. Perbedaan gaji dan upah hanya terletak pada kuatnya ikatan kerja dan jangka waktu penerimaannya. Seseorang menerima gaji apabila ikatan kerjanya kuat, sedang seseorang menerima upah apabila ikatannya kerjanya kurang kuat. Dilihat dari jangka waktu penerimaannya, gaji pada umumnya diberikan pada setiap akhir bulan, sedang upah diberikan pada setiap hari ataupun setiap minggu. B. Sistem Penggajian Adil dan Layak Adapun dimaksud dalam pembahasan ini pengertian gaji yang adil dan layak adalah bahwa gaji PNS harus mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga PNS dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Pemberian gaji PNS yang adil dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan baik antar PNS maupun antara PNS dengan swasta. Juga, suatu upaya menghindari perbuatan penyelewengan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sampai sekarang masih menggurita. Sedangkan gaji yang layak dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan dapat mendorong produktivitas dan kreativitas PNS sehingga mampu mengimbangi kenaikan harga dan barang di masyarakat. Oleh karenanya gaji yang adil dan layak menjadi 8

10 kebutuhan pokok pegawai yang wajib dipenuhi pemerintah sebagaimana tertuang dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dengan terpenuhi gaji yang adil dan layak disamping memotivasi etos kerja pegawai juga, gaji dapat berfungsi sebaik serta setepat mungkin dalam mewujudkan kesejahteraan PNS maupun keluarganya. Menurut Komaruddin (1995:164) bahwa fungsi penggajian bukan hanya membantu manajer personalia dalam menentukan gaji yang adil dan layak saja, tetapi masih ada fungsi-fungsi yang lain, yaitu untuk : a. menarik pekerja yang mempunyai kemampuan ke dalam organisasi, b. mendorong pekerja agar menunjukkan prestasi yang tinggi, dan c. memelihara prestasi pekerja selama periode yang panjang. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan PNS dan keluarganya sangat terkait dengan penyelenggaraan sistem penggajian itu sendiri. Sistem penggajian selama ini terdapat 3 (tiga) jenis, yaitu : sistem skala tunggal, sistem skala ganda dan sistem skala gabungan. 1. Sistem Skala Tunggal Yang dimaksud sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. 9

11 Tabel. 1 Pangkat, Golongan, dan Ruang Pegawai Negeri Sipil No Urut Pangkat Golongan Ruang 1 Juru Muda I A 2 Juru Muda Tingkat I I B 3 Juru I C 4 Juru Tingkat I I D 5 Pengatur Muda II A 6 Pengatur Muda Tingkat I II B 7 Pengatur II C 8 Pengatur Tingkat I II D 9 Penata Muda III A 10 Penata Muda Tingkat I III B 11 Penata III C 12 Penata Tingkat I III D 13 Pembina IV A 14 Pembina Tingkat I IV B 15 Pembina Utama Muda IV C 16 Pembina Utama Madya IV D 17 Pembina Utama IV E 2. Sistem Skala Ganda Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji yang bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. 3. Sistem Skala Gabungan Sedangkan yang dimaksud sistem skala gabungan adalah perpaduan antara sistem skala tunggal dan skala ganda. Dalam sistem ini gaji pokok ditentukan sama bagi pegawai Negeri yang berpangkat sama, di samping itu diberikan tunjangan kepada pegawai yang memikul tanggung jawab yang berat, mencapai 10

12 prestasi yang tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus. Dua hal yang perlu digaris bawahi tersebut, yaitu: sistem skala ganda dan gabungan hanya mungkin dapat dilaksanakan dengan memuaskan apabila sudah ada analisa, klasifikasi, dan evaluasi jabatan/ pekerjaan yang lengkap. Sedangkan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang menggantikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, menegaskan bahwa 1). Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS, 2). gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan, 3). gaji pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, 4). gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja Negara, dan 5).gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah. Dalam implementasinya, kebijakan penggajian sampai sekarang (PP Nomor 22 Tahun 2013) masih menggunakan sistem skala tunggal, yaitu memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. Bagaimana dengan skala ganda? Jika ada yang berpendapat bahwa pemerintah telah menggunakan sistem skala ganda karena dalam menentukan besarnya gaji bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu, hal tersebut masih dapat diperdebatkan. Pemberian tunjangan isteri/suami, tunjangan anak, tunjangan pangan, tunjangan pengabdian, tunjangan jabatan struktural, dan tunjangan fungsional yang ada saat ini belum mencerminkan pengukuran dan dan balas jasa yang cermat terdahap sifat pekerjaan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab. 11

13 4. Kebutuhan hidup layak Usaha dalam upaya untuk dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan dapat mendorong meningatkan kinerja dan kretivitas pegawai, maka perlu ditinjau seberapa besar kebutuhan untuk hidup layak tersebut. Besarnya kebutuhan hidup layak (KHL) dapat dilihat dari komponen yang digunakan untuk menghitung Kebutuhan Hidup Layak tersebut. Sebagaimana unsur komponen kebutuhan hidup layak (KHL), menurut Simbolon (2004) terdiri atas : 1). makanan dan minuman, 2). sandang, 3). perumahan, 4). pendidikan, 5). kesehatan, 6). transportasi dan kemasyarakatan, dan 7). rekreasi dan tabungan. Menurut tim peneliti bkn (2002: 44) dari berbagai sumber, faktor yang berperan terhadap pemberian gaji adalah: a. tanggung jawab; b. pendidikan; c. masa kerja/pengalaman; d. hubungan kerja; e. kompleksitas pekerjaan; f. upaya mental; g. upaya fisik; h. tingkat kemandirian; dan i. lingkungan kerja. Komponen Kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan Upah Minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan hidup pekerja dalam memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan pangan 2100/kkal perhari, perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya. Awalnya penghitungan upah minimum dihitung didasarkan pada kebutuhan fisik minimum (KFM), Kemudian terjadi perubahan penghitungan didasarkan kepada kebutuhan hidup minimum (KHM). Perubahan itu disebabkan tidak sesuainya lagi penetapan upah berdasarkan kebutuhan fisik minimum, sehingga timbul perubahan yang disebut dengan KHM. Tapi, penetapan upah minumum berdasarkan KHM mendapat koreksi cukup besar dari pekerja yang beranggapan, terjadi implikasi pada rendahnya daya beli dan kesejahteraan masyarakat terutama pada pekerja tingkat level bawah. Namun dalam kenyataannya, hingga saat ini pemberian gaji berdasarkan PP.22/ 2013 hanya didasarkan pada Masa Kerja dan Pendidikan yang ditamatkan. 12

14 C. Latihan Dalam memahami dengan lebih baik mengenai materi, penggajian Pegawai Negeri Sipil, Saudara kerjakanlah latihan-latihan di bawah ini: 1. Jelaskan pengertian gaji dan upah sepengetahuan Saudara! 2. Sebutkan jenis sistem penggajian yang Saudara ketahui! 3. Saudara pahami komponen kebutuhan hidup layak (KHL) menurut Simbolon terdapat berapa macamkah! Petunjuk Jawaban Latihan! Untuk menjawab soal latihan ini, cobalah cermati lagi pembahasan penggajian Pegawai Negeri Sipil dalam bab ini. D. Rangkuman 1. Menurut Manullang (1976:122) dari segi teoritis upah, meninjau upah dari segi fugsinya yaitu bahwa upah adalah sebagai alat motivasi yang bersifat material, adalah segala daya perangsang yang memupuk loyalitas dan efisiensi pegawai ke dalam perusahaan. 2. Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko (1993:218), Gaji adalah pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. 3. Pengertian gaji yang adil dan layak adalah bahwa gaji PNS harus mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga PNS dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Pemberian gaji PNS yang adil dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan baik antar PNS maupun antara PNS dengan swasta. 4. Pasal 79 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang menggantikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999, menegaskan bahwa 1). Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan 13

15 PNS, 2). gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan, 3). gaji pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, 4). gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada APBN, dan 5).gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada APBD. 14

16 BAB III. TUNJANGAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan Tunjangan Pegawai Negeri Sipil sehingga dalam melaksanakan tugas Kewajibannya secara profesional A. Tunjangan Tunjangan merupakan bagian penting dari pemberian gaji atau upah pegawain. Dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2006 dikenal tunjangan jabatan struktural dan tunjangan jabatan fungsional. Tunjangan jabatan struktural yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sedangkan tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Dewasa ini, ada banyak tunjangan yang diklasifikasikan seperti: 1. Tunjangan upah supplemental, mencakup asuransi, upah cuti dan liburan, upah sakit, uang pesangon dan tunjangan pengangguran supplemen. 2. Tunjangan asuransi, kompensasi karyawan ini dapat berupa moneter atau medis. 3. Tunjangan pensiun, yang dimaksud adalah jaminan sosial dan pensiun. Jaminan sosial tidak hanya meliputi tunjangan pensiun, melainkan juga tunjangan bertahan hidup dan cacat. Ada tiga tipe dasar rencana pensiun, yaitu rencana kelompok, pembagian laba tertunda dan tabungan. Dan 4. Tunjangan jasa, biasanya diberikan perusahaan kepada karyawan dalam bentuk jasa makanan, peluang rekreasi, jasajasa hukum, konseling, dan kredit union (kredit koperasi). Tunjangan merupakan bagian dari kompensasi finansial langsung yang diberikan kepada PNS. Menurut Bab IV PP Nomor 7 Tahun 1977, di samping gaji pokok kepada PNS diberikan tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan 15

17 pangan, dan tunjangan lain-lain. Demikian juga, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 21 pada huruf a dinyatakan bahwa PNS berhak memperoleh gaji, tunjangan dan fasilitias. Sedangkan pada Pasal 80 ayat (2) UU 5 Tahun 2014 menegaskan tujangan dimaksud meliputi tunjangan kinerja yang dibayarkan berdasarkan pencapaian kinerja dan tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing. B. Tunjangan Jabatan Tunjangan jabatan adalah kompensasi yang diberikan kepada PNS yang menjabat jabatan tertentu. Jabatan tertentu adalah jabatan-jabatan struktural seperti: Direktur Jenderal, Direktur, Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub bagian, dan jabatan fungsional tertentu seperti: guru, penyuluh pertanian, peneliti, dan lain-lain. Dengan demikian tunjangan jabatan terdiri atas tunjangan jabatan struktural dan fungsional. 1. Tunjangan Jabatan Struktural Tunjangan yang diberikan kepada PNS yang menduduki jabatan struktural. Tunjangan jabatan struktural diatur yang berlaku saat ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun Besarnya tunjangan jabatan struktural selengkapnga adalah sebagai berikut : Tabel.1 Daftar Tunjangan Jabatan Struktural (Pepres 26/2007) No Eselon Tunjangan Per Bulan (dalam rupiah) 1 I.a Rp ,00 2 I.b Rp ,00 3 II.a Rp ,00 4 II.b Rp ,00 5 III.a Rp ,00 6 III.b Rp ,00 7 IV.a Rp ,00 8 IV.b Rp ,00 9 V.a Rp ,00 16

18 Tunjangan jabatan struktural diberikan terhitung mulai tanggal satu bulan berikutnya setelah pelantikan dengan ketentuan apabila pelantikan dilakukan tanggal satu maka tunjangan jabatan struktural diberikan pada bulan itu juga. Pembayaran tunjangan jabatan struktural dihentikan apabila: 1) diberhentikan dari jabatan struktural; 2) diberhentikan sementara; 3) menjalani cuti di luar tanggungan negara; 4) dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasar kan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja melakukan suatu tindak pidana kejahatan; atau 5) menjalani cuti besar. 2. Tunjangan Jabatan Fungsional Jenis tunjangan jabatan fungsional (JF) yang diberikan kepada PNS pemangku jabatan fungsional saat ini berjumlah kurang lebih 123 jenis sampai akhir tahun Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : a. Widyaiswara Jabatan fungsional widyaiswara merupakan jabatan fungsional yang termasuk dalam rumpun jabatan pendidikan lainnya. Instansi pembina Jabatan fungsional widyaiswara adalah Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan diatur dengan Keppres Nomor 4 Tahun 2003, SK Menpan Nomor 01/KEP/ M.PAN/1/2001, dan SKB Nomor 598A/I/10/6/ 2001, Nomor 39A Tahun Jenjang jabatan, golongan ruang, dan tunjangan jabatannya adalah sebagai berikut: Tabel. 2 Daftar Tunjangan Widyaiswara (Perpres 59/2007) No Jenjang Golru Jumlah Tunjangan (Rp) 1 Ahli Pertama III/a-III/b Ahli Muda III/c-III/d Ahli Madya IV/a-IV/c Ahli Utama IV/d-IV/e Sumber: Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun

19 b. Analis Kepegawaian Jabatan fungsional Analis Kepegawaian merupakan jabatan fungsional yang termasuk dalam rumpun jabatan manajemen. Instansi pembina jabatan fungsional Analisis Kepegawaian adalah Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan diatur dengan Keppres Nomor 60 Tahun 2002, SK Menpan Nomor 53/KEP/ MK.WASPAN/9/1999, dan SKB Nomor 193 Tahun Jenjang jabatan, golongan ruang, dan tunjangan jabatannya adalah sebagai berikut. Tabel.3 Daftar Tunjangan Analis Kepegawaian (Perpres 17/2013) NO JENJANG GOLRU BESAR TINGKAT TERAMPIL TUNJANGAN 1. Analis Kepegawaian Pelaksana II.b II.d Rp ,- 2. Analis Kepegawaian Pelaksana lanjutan III.a III.b Rp ,- 3. Analis Kepegawaian Penyelia III.c III.d Rp ,- TINGKAT AHLI 1. Analis Kepegawain Pertama III.a III.b Rp ,- 2. Anali Kepegawaian Muda III.c III.d Rp ,- 3. Analis Kepegawaian Madya IV.a III.c Rp ,- 3. Tunjangan Non Jabatan Tunjangan non jabatan, adalah tunjangan keluarga, tunjangan pangan, tunjangan cacat, tunjangan tugas belajar, tunjangan perbaikan penghasil. a. Tunjangan Keluarga Tunjangan keluarga adalah kompensasi yang diberikan kepada isteri atau suami dan anak atau anak angkat PNS. Tunjangan ini diatur dalam Pasal 16 PP Nomor 7 Tahun 1977, diubah dengan PP Nomor 15 Tahun 1985, dan kemudian diubah dengan PP Nomor 51 Tahun Menurut Pasal 16 PP Nomor 51 Tahun 1992, kepada PNS yang beristeri/bersuami diberikan tunjangan isteri/suami sebesar 10 persen dari gaji pokok. Selain tunjangan 18

20 isteri/suami, kepada PNS yang mempunyai anak atau anak angkat yang berumur kurang dari 21 tahun, belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri, dan nyata menjadi tanggungan, diberikan tunjangan anak sebesar 2 (dua) persen dari gaji pokok tiap-tiap anak setiap bulan. Tunjangan bagi anak atau anak angkat yang diberikan tersebut dapat diperpanjang sampai 25 tahun apabila anak tersebut masih sekolah. b. Tunjangan Pangan Tunjangan pangan adalah kompensasi yang diberikan kepada isteri atau suami dan anak PNS dan Calon PNS. Tunjangan bagi isteri/suami PNS ditetapkan sebesar 10 kilogram beras. c. Tunjangan Cacat Kepada PNS yang mengalami musibah dan menyebabkan cacat karena dinas yang mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri berdasarkan SK Tim penguji kesehatan, diberikan tunjangan cacat disamping pensiun yang berhak diterimanya. Bagi yang masih terus bekerja, ia tidak berhak atas tunjangan cacat dan hanya berhak atas pengobatan dan perawatan. Tunjangan cacat bagi PNS golongan ruang IV/b ke atas ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Sedangkan untuk PNS golongan ruang IV/b ke bawah diatur dengan SK Menteri/Pimpinan Lembaga setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala BKN. d. Tunjangan Tugas Belajar Tunjangan tugas belajar adalah jenis kompensasi yang diberikan kepada PNS untuk mengikuti atau mendapatkan pendidikan/ keahlian/ keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk efisiensi kerja pada pada instansi yang bersangkutan. Pembayaran tunjangan dan gaji bagi PNS yang tugas belajar ke luar negeri diatur dengan Keputusan Menteri Pertama Nomor 224/MP/1961 jo Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun Gaji aktif PNS yang tugas belajar di luar negeri dan telah berkeluarga dibayarkan kepada keluarganya yang ditinggalkan di Indonesia sebagai uang 19

21 bantuan. Besarnya uang bantuan keluarga tersebut adalah 100 persen dari gaji bersih yang bersangkutan. Tunjangan yang diberikan kepada tenaga pengajar biasa yang mengikuti pendidikan untuk mencapai S2 dan atau S3, yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan setelah ada persetujuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dengan memperhatikan pertimbangan Team Kerja Kepegawaian (V: 175). e. Tunjangan Perbaikan Penghasilan Tunjangan perbaikan penghasilan (TPP) diatur dengan SE-DJA Nomor SE- 168/A/521/1294 dan SE DJA Nomor SE-22/A/521/ Menurut peraturan tersebut kepada PNS golongan I, II, dan penerima pensiun diberikan TPP sebesar 10 persen dari gaji (gaji pokok + tunjangan isteri/suami + tunjangan anak) terhitung mulai 1 Januari Selanjutnya terhitung mulai bulan April 1995 kepada PNS golongan III, IV, Hakim golongan III dan IV, dan pejabat negara diberikan TPP sebesar 10 persen dari gaji(gaji pokok + tunjangan isteri/suami + tunjangan anak). Mulai terhitung mulai bulan Januari 2001, pemberian tunjangan perbaikan penghasilan bagi PNS, anggota TNI, anggota POLRI, Hakim Peradilan Umum, Hakim Peradilan PTUN, Hakim Peradilan Agama dihentikan. Penghentian atau penghapusan tunjangan perbaikan penghasilan tersebut disebabkan adanya gaji pokok bagi Pegawai Negeri, Hakim, dan Pejabat Negara. Ketentuan penghentian TPP tersebut tercantum dalam PP Nomor 37 Tahun 2001 tentang Penghentian Pemberian Tunjangan Perbaikan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri, Hakim, dan Pejabat Negara. Di samping kepada PNS aktif, TPP pada awalnya juga diberikan kepada para PNS penerima pensiun dan janda/dudanya. Namun dengan ditetapkannya pensiun pokok dan tunjangan baru bagi penerima pensiun dan penerima tunjangan serta janda/dudanya, maka pemberian TPP dihentikan. Ketentuan tersebut diatur dengan PP Nomor 38 Tahun

22 C. Latihan Agar dapat memahami dengan lebih baik pembahasan Tunjangan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, hendaknya Saudara kerjakanlah latihan-latihan di bawah ini: 1. Sepengetahuan Saudara, dimanakan diaturnya tentang tunjangan jabatan struktural dan tunjangan jabatan fungsional! 2. Sebutkan jenis tunjangan dan Pasal berapan yang mengatur di UU ASN, sebagaimna Saudara ketahui! 3. Dimanakah diatur tentang tunjangan isteri dan anak yang Saudara ketahui! Petunjuk Jawaban Latihan! Untuk menjawab soal latihan ini, cobalah cermati lagi pembahasan Tunjangan Jabatan Pegawai Negeri Sipil dalam bab ini D. Rangkuman 1. Menurut Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 dikenal tunjangan jabatan struktural dan tunjangan jabatan fungsional. Tunjangan jabatan struktural yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Klasifikasi tunjangan saat ini yakni meliputi : 1). Tunjangan upah supplemental, mencakup asuransi, upah cuti dan liburan, upah sakit, uang pesangon dan tunjangan pengangguran supplemen. 2). Tunjangan asuransi, kompensasi karyawan ini dapat berupa moneter atau medis. 3). Tunjangan pensiun, yang dimaksud adalah jaminan sosial dan pensiun, tunjangan bertahan hidup dan cacat, dan 4. Tunjangan jasa, biasanya diberikan perusahaan kepada karyawan dalam bentuk jasa makanan, peluang rekreasi, jasa-jasa hukum, konseling, dan kredit union (kredit koperasi). 21

23 3. Tunjangan jabatan adalah kompensasi yang diberikan kepada PNS yang menjabat jabatan tertentu. Jabatan tertentu adalah jabatan-jabatan struktural seperti: Direktur Jenderal, Direktur, Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub bagian, dan jabatan fungsional tertentu seperti: guru, penyuluh pertanian, peneliti, dan lain-lain. Dengan demikian tunjangan jabatan terdiri atas tunjangan jabatan struktural dan fungsional 4. Tunjangan non jabatan, adalah tunjangan keluarga, tunjangan pangan, tunjangan cacat, tunjangan tugas belajar, tunjangan perbaikan penghasilan. 22

24 BAB IV UPAYA KESEJAHTERAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan Upaya Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil sehingga terwujudnya kenyamanan dalam melaksanakan tugas kedinasan Perhatian pemerintah dalam upaya mensejahteraan Pegawai Negeri Sipil senantiasa dilakukan untuk memotivasi meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat. Bentuk kesejahteraan yang merupakan hak Pegawai Negeri Sipil ditegaskan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 21 menyebutkan PNS berhak memperoleh: a. gaji, tunjangan, dan fasilitas, b. cuti, c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua, d. perlindungan; dan e. pengembangan kompetensi. Adapun upaya kesejahteraan yang selama ini diterima Pegawai Negeri Sipil antara lain meliputi : a. program pensiun dan tabungan hari tua, b. jaminan kesehatan, c. program tabungan perumahan PNS, d. cuti Pegawai Negeri Sipil, dan e. pemberian tanda penghargaan satyalancana karya satya. A. Program Pensiun Pegawai 1. Dasar Hukum : a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Janda/Duda Pegawai. b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara c. PP. Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil d. PP. Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil e. Keppres Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun. 23

25 f. Keppres Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan atas Keppres Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun. 2. Sifat Pokok Pensiun Sifat pokok pensiun pegawai menurut Undang-Undang 11 Tahun 1969 adalah sebagai jaminan hari tua, dan penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintah. Ketentuan syarat pokok yang harus dipenuhi untuk memperoleh hak pensiun, yaitu : a. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun. b. Memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 tahun. c. Telah diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil. Sedangkan penghargaan pensiun atas jasa-jasa pengabdian kepada bangsa dan negera diberikan kepada : a. Pegawai Negeri b. Janda, ialah istri yang sah menurut hukum dari pegawai negeri atau penerima pensiun pegawai yang meninggal dunia c. Duda, ialah suami yang sah menurut hukum dari pegawai negeri wanita atau penerima pensiun pegawai wanita yang meninggal dunia. d. Anak, ialah anak kandung yang sah atau anak kandung/anak yang disahkan menurut Undang-undang Negara dari pegawai negeri, penerima pensiun, atau penerima pensiun janda/duda. e. Orang tua, ialah ayah kandung dan/atau ibu kandung pegawai negeri. Demikian juga, masa kerja yang dapat dihitung untuk menetapkan hak dan besaran pensiun diperoleh dari : a. Waktu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil; b. Waktu bekerja sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Indonesia; c. Waktu bekerja sebagai tenaga bulanan/harian dengan menerima penghasilan dari anggaran negara atau anggaran perusahaan negara, bank negara; 24

26 d. Masa selama menjalankan kewajiban berbakti sebagai pelajar dalam pemerintah republik Indonesia pada masa perjuangan phisik. (dihitung 2 kali sebagai masa kerja untuk pensiun); e. Masa berjuang sebagai veteran pembela kemerdekaan; f. Masa berjuang sebagai veteran pejuang kemerdekaan (dihitung 2 kami masa kerja untuk pensiun); dan g. waktu bekerja sebagai pegawai pada sekolah partikelir bersubsidi. Masa kerja yang dimaksud dalam pembahasan ini, adalah masa kerja pensiun sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No. 49), dalam hal perhitungan masa kerja, maka pecahan bulan dibulatkan menjadi sebulan penuh. 3. Manfaat Pensiun. Manfaat Pensiun yang diberikan kepada pegawai maupun ahli waris adalah sebagai berikut : a. Pensiun Normal adalah pegawai yang bersangkutan mencapai atau memasuki batas usia pensiun (BUP). b. Pensiun dipercepat adalah pegawai yang bersangkutan belum mencapai atau memasuki batas usia pensiun (BUP) tetapi berhak mendapatkan hakhak pensiun yang dibayarkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun, dengan ketentuan apabila : 1).Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan Masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun, dinyatakan oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Depkes berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun yang disebabkan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. 2). Mempunyai Masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun, dinyatakan oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Depkes berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun yang tidak disebabkan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. 25

27 3).Pegawai negeri yang diberhentikan atau dibebaskan dari pekerjaannya karena penghapusan jabatan, perubahan dalam susunan pegawai, penertiban aparatur negara atau karena alasan-alasan dinas lainnya dan kemudian tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan dengan hormat apabila telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 tahun. 4).Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas negara tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima hakhak pensiun jika telah mencapai usia 50 tahun dan memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 tahun. 5).Pensiun Janda/Duda Pegawai. Manfaat pensiun diberikan jika pegawai negeri atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia sebagai ahli waris, maka isteri (isteri-isteri)-nya untuk pegawai negeri pria atau suaminya untuk pegawai negeri wanita berhak menerima pensiun janda/duda. 6).Pensiun Janda/Duda Tewas. Manfaat diberikan jika Pegawai tewas, kepada janda/duda atau orang tua yang bersangkutan jika dalam hal ini pegawai belum menikah. Pengertian yang dimaksud tewas adalah : a).meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya; b). meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan/atau karena menjalankan kewajibannya; c). meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka maupun cacat rohani atau jasmani; d). meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari tindakan terhadap anasir-anasir. 26

28 4. Besaran Manfaat Pensiun Dasar Pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun, ialah gaji pokok (termasuk gaji pokok tambahan dan/atau gaji pokok tambahan peralihan) terakhir sebulan sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya. a. Besaran Pensiun Pegawai dengan rumusan : Dengan Catatan Manfaat : = 2.5% x Gaji Pokok Terakhir x Masa Kerja maximal = 75% dari Dasar Pensiun (Gaji Pokok Terakhir) minimal = 40% dari Dasar Pensiun atau tidak boleh kurang dari Gaji pokok terendah menurut Peraturan Pemerintah. b. Besaran Pensiun Janda/Duda dengan rumusan : Manfaat = 36% x Dasar Pensiun (Gaji Pokok Terakhir) Dengan catatan : minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dari Gaji Pokok terendah menurut PP c. Besaran Pensiun Janda/Duda Tewas 1). Dalam hal pegawai tewas, maka janda/duda berhak mendapat pensiun sebesar : Manfaat = 72% x Dasar Pensiun (Gaji Pokok Terakhir) Dengan catatan: tidak boleh kurang dari Gaji Pokok terendah menurut PP 2). Dalam hal pegawai tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami ataupun anak, maka uang pensiun diberikan kepada orang tua sebesar : Manfaat = 20% x Manfaat Pensiun Janda/duda Tewas 27

29 Apabila pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia sedangkan ia tidak mempunyai isteri/suami lagi yang berhak untuk menerima pensiun janda/duda maka : a). pensiun janda diberikan kepada anak-anak nya, apabila hanya terdapat satu golongan anak yang seayah-seibu, b). Satu bagian pensiun janda diberikan kepada masing-masing golongan anak yang seayah-seibu. c). Pensiun duda diberikan kepada anak (anak-anaknya) Pemberian pensiun kepada anak-anaknya yang pada waktu pegawai atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia dengan syarat : a). belum mencapai usia 25 tahun; b). tidak mempunyai penghasilan sendiri; c). belum nikah atau belum pernah nikah. 5. Masa Pembayaran Pensiun Masa pembayaran mulainya pemberian pensiun : a. Pensiun pegawai, yang berhak diterima diberikan mulai bulan berikutnya pegawai negeri yang bersangkutan diberhentikan sebagai pegawai negeri (Pasal 13 ayat 1) atau sesudah pegawai mencapai usia 50 tahun jika pegawai diberhentikan dengan hormat dan berhak memperoleh hak pensiun. b. Pensiun Janda/Duda, yang berhak diterima diberikan mulai bulan berikutnya pegawai atau pensiun pegawai yang bersangkutan meninggal dunia. 6. Berakhirnya Pemberian Pensiun : a. Pensiun pegawai, berakhir pada penghabisan bulan penerima pensiunpegawai yang bersangkutan meninggal dunia. b. Pensiun Janda/Duda, berakhir bila Janda/Duda yang bersangkutan meninggal dunia & tidak lagi terdapat anak yang memenuhi syarat-syarat untuk menerimanya. 28

30 7. Pembatalan Pemberian Pensiun : a. Pensiun Pegawai, dihentikan apabila penerima pensiun pegawai diangkat kembali menjadi pegawai negeri atau diangkat kembali dalam suatu jabatan negeri dengan hak untuk kemudian setelah diberhentikan lagi memperoleh pensiun menurut Undang-undang ini atau peraturan sesuai dengan Undang-undang ini (Pasal 15 ayat 1) dan akan diberikan kembali hak pensiun tesebut jika diberhentikan dari kedudukannya yang terakhir. b. Pensiun Janda/Duda, dihentikan apabila janda/duda yang bersangkutan menikah lagi, terhitung bulan berikutnya perkawinan itu dilangsungkan dan akan diberikan kembali hak pensiun tersebut jika perkawinan tersebut terputus. 8. Penghapusan Hak Pensiun Penghapusan hak untuk menerima pensiun pegawai/pensiun atau janda/duda jika disebabkan oleh : a. Penerima pensiun pegawai tidak seizin pemerintah menjadi anggota tentara atau pegawai negeri suatu negara asing b. Penerima pensiun pegawai atau pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda menurut keputusan pejabat/badan negara yang berwenang dinyatakan salah melakukan tindakan atau terlibat dalam suatu gerakan yang bertentangan dengan kesetiaan terhadap negara atau haluan negara yang berdasarkan Pancasila c. Terbukti bahwa keterangan-keterangan yang diajukan sebagai bahan untuk penetapan pemberian pensiun pegawai atau pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda, tidak benar dan bekas pegawai negeri atau janda/duda/anak yang bersangkutan sebnarnya tidak berhak diberikan pensiun. B. Program Tabungan Hari Tua (di UU ASN Jaminan Hari Tua) 1. Landasan Hukum a. Keppres Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun; b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 29

31 c. Keppres Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan atas Keppres Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun; d. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 478/KMK.06/2002 tentang Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua Bagi Pegawai Negeri Sipil; e. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 500/KMK.06/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 478/KMK.06/2002 tentang Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua Bagi Pegawai Negeri Sipil. 2. Beberapa Pengertian Terdapat beberapa pengertian yang berkaitan program tabungan hari tua (THT) menutut aturan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor 500/KMK.06/2004 jo KMK Nomor 478/KMK.06/2002, yaitu : a. Peserta adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun b. P1 adalah penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum berhenti sebagai PNS, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997 tentang Peraturan Gaji Pokok PNS, yang terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan Isteri, dan Tunjangan Anak. c. P2 adalah penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum berhenti sebagai PNS, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 tentang Peraturan Gaji PNS, yang menjadi dasar potongan iuran, terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan Isteri, dan Tunjangan Anak. d. Isteri/suami adalah isteri/suami dari Peserta atau pensiunan Peserta, yang sah menurut hukum, yang tercatat dalam daftar keluarga pada instansi yang bersangkutan. e. Anak adalah anak kandung yang sah dari Peserta atau anak kandung/anak yang disahkan menurut undang-undang yang tercatat dalam daftar keluarga pada instansi yang bersangkutan dan belum pernah menikah, tidak 30

32 mempunyai penghasilan sendiri, atau belum mencapai usia 25 (dua puluh lima) tahun. f. MI1 adalah masa iuran sejak menjadi Peserta sampai dengan diberhentikan sebagai Peserta, yang dihitung dalam satuan tahun. g. MI2 adalah masa iuran sejak tanggal 1 januari 2001 sampai dengan diberhentikan sebagai Peserta, yang dihitung dalam satuan tahun. h. Y1 adalah selisih antara batas usia pensiun 56 (lima puluh enam tahun dengan usia Peserta pada saat mulai menjadi Peserta, atau selisih antara usia saat meninggal dunia dengan usia pada saat mulai menjadi peserta, bagi peserta yang batas usia pensiunnya lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun dan usia pada saat meninggal dunia lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun yang dihitung dalam satuan tahun. i. Y2 adalah selisih antara batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun dengan usia Peserta pada tanggal 1 januari 2001, atau selisih antara usia saat meninggal dunia dengan usia peserta pada tanggal 1 januari 2001, bagi peserta yang batas usia pensiunnya lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun dan usia pada saat meninggal dunia lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun, yang dihitung dalam satuan tahun. j B adalah jumlah bulan yang dihitung dari tanggal Peserta diberhentikan dengan hak pensiun sampai dengan tanggal Peserta meninggal dunia k. C adalah jumlah bulan yang dihitung dari tanggal Peserta diberhentikan dengan hak pensiun atau meninggal dunia sampai dengan tanggal Isteri/Suami/ Anak meninggal dunia. 3. Hak-Hak Peserta Hak-hak Peserta dapat dimanfaat dari program tabungan hari tua (THT), meliputi : a. Manfaat Asuransi Dwiguna diberikan dalam hal peserta : 1). berhenti karena pensiun; 2). meninggal dunia sebelum diberhentikan dengan hak pensiun; atau 3). berhenti karena sebab-sebab lain b. Manfaat Asuransi Kematian (Askem) diberikan jika : 1). peserta atau pensiunan Peserta meninggal dunia; 31

33 2). isteri/suami meninggal dunia; atau 3). anak meninggal dunia. 4. Besar Manfaat THT PNS a. Besaran manfaat asuransi dwiguna adalah sebagai berikut : 1). bagi Peserta yang diberhentikan dengan hak pensiun pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001 adalah enam puluh per seratus dikalikan MI1 dikalikan P1 ditambah dengan enam puluh per seratus dikalikan MI2 dikalikan selisih antara P2 dengan P1, atau dengan rumus: {0,60 x MI1 x P1 } + {0,60 x MI2 X (P2-Pl)} Ketentuan bagi PNS yang menjadi Peserta pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001, maka P1 diganti dengan P2, MI2 diganti dengan MI1. 2). bagi Peserta yang meninggal dunia pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001 adalah enam puluh per seratus dikalikan Y1 dikalikan P1 ditambah dengan enam puluh per seratus dikalikan Y2 dikalikan selisih antara P2 dengan { 0,60 x Y1 P1 } + {0,60xY2 x ( P2 P1 )} P1, : Ketentuan bagi PNS yang menjadi Peserta pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001, maka P2 diganti dengan P2, Y2 diganti dengan Y1. 3). besarnya Manfaat Asuransi Dwiguna sebagaimana dimaksud pada butir a dan b sekurang-kurangnya 1 (satu) kali P2 dengan ketentuan tidak boleh kurang dari Rp ,00 (satu juta rupiah). 4). Bagi Peserta yang diberhentikan karena sebab-sebab lain pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001 adalah F1 dikalikan P1 ditambah dengan F2 dikalikan selisih antara P2 dengan P1, atau dengan rumus: {F1 x P1 } + {F2 x (P2-P1)} Ketentuan bagi PNS yang menjadi Peserta pada/sesudah 1 Januari 2001, maka P1 diganti dengan P2, F2 diganti dengan F1. 32

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR TAHUN 0 TENTANG TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP NON PNS UNIVERSITAS BRAWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017 MODUL KEPEGAWAIAN Jakarta, 18 Juli 2017 PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MATERI 1. Konsep-konsep dan Istilah-istilah Kepegawaian, Kedudukan, Kewajiban dan Hak PNS 2. Pengadaan PNS 3. Pembinaan dan Kesejahteraan

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI

NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa perlu menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.158, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kepegawaian. Kenaikan Pangkat. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG KENAIKAN PANGKAT BAGI

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1980 TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRASI KEPALA DAERAH/ WAKIL KEPALA DAERAH DAN BEKAS KEPALA DAERAH/BEKAS WAKIL KEPALA DAERAH SERTA JANDA/DUDANYA Presiden

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu menetapkan

Lebih terperinci

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012) BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012) I. CLUSTER KASN A. Mengenai Tugas, Fungsi, Kewenangan, Kedudukan dan Keanggotaan

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB II PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI A. PEMBERHENTIAN PEGAWAI 1. Pengertian Pemberhentian Pegawai Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PEMBERIAN KUASA BIDANG KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang. PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UMUM 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1982 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN ATAU TUNJANGAN PENGHARGAAN BAGI BEKAS KEPALA KELURAHAN DAN PERANGKAT KELURAHAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, . PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 153 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN DAN PROSEDUR PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang

2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG GAJI, TUNJANGAN, DAN FASILITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Negara dan abdi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH DAN MANTAN DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH SERTA JANDA/DUDANYA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN Imam Gunawan Pemensiunan pasti PHK PHK belum tentu Pensiun PHK P PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pemberhentian seorang pegawai yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan

Lebih terperinci

Pemberhentian PNS. Pemberhentian terdiri atas : 1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan. 2. pemberhentian dari jabatan negeri.

Pemberhentian PNS. Pemberhentian terdiri atas : 1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan. 2. pemberhentian dari jabatan negeri. Pemberhentian PNS Pemberhentian terdiri atas : 1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan 2. pemberhentian dari jabatan negeri. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor, tanggal 80 Tahun 2010 20 Desember 2010 Mulai berlaku : 1 Januari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka usaha melaksanakan pembinaan

Lebih terperinci

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MODUL MATERI UJIAN DINAS TK. I DAN UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPKP) PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN 2014 Peraturan di Bidang Kepegawaian 2014 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 71, 1980 (LEMBAGA NEGARA. TUNJANGAN. Gaji. Kesehatan. Pensiun. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3182) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1986 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN PENGHARGAAN/SANTUNAN JANDA/DUDA BEKAS PEGAWAI PEMERINTAH SEMENTARA TIMOR TIMUR/PENSIUN BEKAS PEGAWAI KOLONI TIMOR

Lebih terperinci

PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA / DUDA PEGAWAI

PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA / DUDA PEGAWAI SELAMAT BERJUMPA DALAM MATERI REGISTER PENSIUN PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA / DUDA PEGAWAI PENSIUN DAN PENSIUN PEGAWAI JANDA /DUDA Dasar : UU No. 11 Th. 1969 PP No. 7 Th. 1977 jo. PPP No. 66 Th. 2005

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai Negeri

Lebih terperinci

INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN

INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN MAHKAMAH AGUNGRI November2015 INDEKS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KEPEGAWAIAN POKOK BAHASAN URAIAN DASAR HUKUM KETERANGAN 1 2 3 4 FORMASI 1.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN JANDA/DUDA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PERTAHANAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: TINJAUAN HUKUM TENTANG PEMBERHENTIAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN/ATAU TINDAK PIDANA LAINNYA Sumber: http://www.gemanusantara.org I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MODUL 4 PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN Reviewer: Hania Aminah, M.M. MATERI UJIAN DINAS TK. I DAN UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPKP) APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) BADAN POM RI 2015 Peraturan di Bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Di dalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 71, 1980 (LEMBAGA NEGARA. TUNJANGAN. Gaji. Kesehatan. Pensiun. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3182) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer PENDAHULUAN Tujuan dan Keuntungan Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer Pengertian, Rumpun Jabatan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Jenjang Jabatan Tujuan dan Keuntungan 1.1. Tujuan Penetapan Jabatan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 7 Tahun 2005 NOMOR : 17 Tahun 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA

Lebih terperinci

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran N

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2906); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran N No.327, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN Negara. Hak Keuangan. Fasilitas. Hakim MA. Perubahan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA MOR 74 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Negara dan abdi

Lebih terperinci

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia No.553, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Penandatanganan Keputusan dan Surat. Pemberian Kuasa. Pendelegasian Wewenang. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 196, 2000 KEPEGAWAIAN.PANGKAT.Pegawai Negeri Sipil. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 41 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.488, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Asuransi. ASABRI. Manfaat. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BESAR MANFAAT ASURANSI ASABRI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara. No.1831, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

Kep. MENPAN No. 7/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

Kep. MENPAN No. 7/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI Kep. MENPAN No. 7/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI DISAMPAIKAN OLEH: KEDEPUTIAN BIDANG SDM APARATUR, KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REPORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1954 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN ISTIMEWA KEPADA KELUARGA PEGAWAI YANG TEWAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1954 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN ISTIMEWA KEPADA KELUARGA PEGAWAI YANG TEWAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1954 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN ISTIMEWA KEPADA KELUARGA PEGAWAI YANG TEWAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pada waktu ini berlaku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Setiap orang mendambakan kehidupan yang layak, hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik memulai wirausaha atau menjadi pegawai sebuah perusahaan,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF MENTERI NEGARA DAN BEKAS MENTERI NEGARA SERTA JANDA/DUDANYA.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF MENTERI NEGARA DAN BEKAS MENTERI NEGARA SERTA JANDA/DUDANYA. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1980 TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF MENTERI NEGARA DAN BEKAS MENTERI NEGERA SERTA JANDA/DUDANYA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan tentang perawatan dan tunjangan cacad Pegawai

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA tukangteori.com I. PENDAHULUAN Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Jabatan Fungsional Tertentu. PNS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan tentang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. No.166, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-26.KP.10.09

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENSIUN BAGI BEKAS KETUA DAN BEKAS WAKIL KETUA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA SERTA JANDANYA (Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1980 Tanggal 13 Maret 1980) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN KUASA DAN DELEGASI WEWENANG PELAKSANAAN KEGIATAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN KEPADA PEJABAT TERTENTU

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 1 SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 Latar Belakang : Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 disusun dalam rangka menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2002 TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2002 TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2002 TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 32 Undang-undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN Oleh : Kepala Bagian Organisasi, Biro Organisasi dan Kepegawaian UU NO.5 TAHUN 2014 TENTANG ASN FUNGSI DAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PNS 1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan Pegawai 2. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil 3. Pengangkatan Dalam Jabatan

MANAJEMEN PNS 1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan Pegawai 2. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil 3. Pengangkatan Dalam Jabatan MANAJEMEN PNS 1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan Pegawai Analisis jabatan merupakan suatu proses pengumpulan data jabatan untuk dilakukan analisis, disusun dan disajikan menjadi informasi jabatan dengan

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, Copyright 2000 BPHN PP 32/1979, PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL *28126 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1979 (32/1979) Tanggal: 29 SEPTEMBER 1979 (JAKARTA)

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/8/2006 NOMOR : 18 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 51 dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 438 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 438 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PERATURAN REKTOR NOMOR 438 TAHUN 2013 TENTANG DOSEN TETAP NON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci