BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kepolisian Resor Kulon Progo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kepolisian Resor Kulon Progo"

Transkripsi

1 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kepolisian Resor Kulon Progo 1. Gambaran Umum Kepolisian Resor Kulon Progo Kepolisian Resor (Polres) Kulon Progo merupakan Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok polri sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat serta penegakkan hukum untuk memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di wilayah hukum Polres Kulon Progo. Wilayah hukum Polres Kulon Progo terletak di Kabupaten Kulon Progo, sebuah Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam melaksanakan tugas Polres Kulon Progo selalu bekerja sama dengan Instansi samping dan masyarakat yang diharapkan akan dapat membantu keberhasilan Polri yang maksimal. Keberhasilan Polres Kulon Progo pada khususnya dan Polri pada umumnya akan membawa dampak positif terhadap masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi kinerja Polres Kulon Progo/Polri untuk lebih baik kedepannya. Polres Kulon Progo terletak di Jalan Wates-Yogya KM 02, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. a. Visi Kepolisian Resor Kulon Progo Visi dari Polres Kulon Progo adalah sebagai berikut, Polres Kulon Progo dan jajaran bertekad untuk mewujudkan Polri yang profesional dan bermoral sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang dapat dipercaya oleh masyarakat dan pemerintah

2 51 dalam Pemeliharaan Keamanan Ketertiban Masyarakat (harkamtibmas) di wilayah hukum Polres Kulon Progo. b. Misi Kepolisian Resor Kulon Progo Misi Polres Kulon Progo adalah sebagai berikut, berdasarkan pernyataan visi yang diinginkan sebagai tersebut di atas selanjutnya misi Polres Kulon Progo adalah: 1) Memberikan pelayanan, perlindungan, dan pengayoman secara mudah dan responsif; 2) Harkamtibmas sepanjang waktu dan memberdayakan masyarakat; 3) Harkamtibcarlantas guna menjamin keselamatan arus orang dan barang; 4) Penegakan hukum secara profesional, proporsional, transparan dan akuntabel; 5) Pengelolaan SDM yang ada secara profesional, transparan dan modern; 6) Mengembangkan Polmas berbasis masyarakat patuh hukum. 2. Organisasi dan Tata Kerja Polres Kulon Progo a. Struktur Organisasi Kepolisian Resor Kulon Progo Polres sebagai alat penegak hukum bertugas untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang berada di wilayah hukumnya. Gangguan kamtibmas seringkali terjadi terutama dalam berlalu lintas, seperti pelanggaran dan kejahatan di jalan. Selanjutnya sebagai sebuah institusi, diperlukan adanya struktur

3 52 organisasi untuk memperlancar tugas dan wewenang dari masingmasing bagian dalam Polres Kulon Progo, sehingga tidak terjadi tumpang tindih ataupun kekacauan dalam menjalankan tugas pada institusi tersebut. Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep/366/VI/2010 tanggal 14 Juni 2010 maka struktur organisasi internal Polres Kulon Progo adalah sebagai berikut:

4 53

5 54 Struktur organisasi Polres Kulon Progo terdiri dari unsur pimpinan, unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan. Masing-masing bagian yang ada dalam unsur-unsur tersebut memiliki tugas yang berbeda sesuai dengan bagiannya. Pembagian tugas tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Unsur Pimpinan a) Kepala Kepolisian Resor Kepala Kepolisian Resor yang selanjutnya disingkat Kapolres adalah pimpinan Polres yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda). Kapolres bertugas memimpin, membina, mengawasi dan mengendalikan satuan-satuan organisasi di lingkungan Polres dan unsur pelaksana kewilayahan dalam jajarannya, serta memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda. b) Wakil Kepala Kepolisian Resor Wakil Kepala Kepolisian Resor yang selanjutnya disingkat Wakapolres adalah pembantu utama Kapolres yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres. Wakapolres bertugas membantu Kapolres dalam melaksanakan tugasnya dengan mengawasi, mengendalikan, mengkoordinir pelaksanaan tugas-tugas seluruh satuan organisasi Polres, dan

6 55 dalam batas kewenangannya memimpin Polres dalam hal Kapolres berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolres. 2) Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan a) Bagian Operasi Bagian Operasi yang selanjutya disingkat Bag Ops bertugas merencanakan, mengendalikan dan menyelenggarakan administrasi kepolisian, termasuk latihan pra operasi, melaksanakan koordinasi baik dalam rangka keterpaduan fungsi maupun dengan instansi dan lembaga terkait dalam rangka pelaksanaan pengamanan kegiatan masyarakat, serta melaksanakan fungsi hubungan masyarakat termasuk Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Bag Ops dipimpin oleh Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kabag Ops dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Subbagian Pembinaan Operasi (Kasubbagbinops); (2) Kepala Subbagian Pengendalian Operasi (Kasubbagdalops); (3) Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat (Kasubbaghumas).

7 56 b) Bagian Perencanaan Bagian Perencanaan yang selanjutnya disingkat Bag Ren bertugas menyusun rencana kerja dan anggaran, pengendalian program dan anggaran serta analisa dan evaluasi atas pelaksanaannya, termasuk rencana program pengembangan satuan kewilayahan. Bag Ren dipimpin oleh Kepala Bagian Perencanaan (Kabag Ren) yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas seharihari di bawah kendali Wakapolres. Kabag Ren dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Subbagian Program dan Anggaran (Kasubbagprograr); (2) Kepala Subbagian Pengendalian Anggaran (Kasubbagdalgar). c) Bagian Sumber Daya Bagian Sumber Daya yang selanjutnya disingkat Bag Sumda bertugas menyelenggarakan pembinaan dan administrasi personel, pelatihan fungsi dan pelayanan kesehatan, pembinaan dan administrasi logistik serta pelayanan bantuan dan penerapan hukum. Bag Sumda dipimpin oleh Kepala Bagian Sumber Daya (Kabag Sumda), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan

8 57 tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kabag Sumda dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Subbagian Personel (Kasubbagpers); (2) Kepala Subbagian Sarana dan Prasarana (Kasubbagsarpras); (3) Kepala Subbagian Hukum (Kasubbagkum). d) Seksi Pengawasan Seksi Pengawasan yang selanjutnya disingkat Siwas bertugas menyelenggarakan monitoring dan pengawasan umum baik secara rutin maupun insidentil terhadap pelaksanaan kebijakan pimpinan oleh semua unit kerja khususnya dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pencapaian rencana kerja, termasuk bidang material, fasilitas dan jasa serta memberikan saran tindak terhadap penyimpangan yang ditemukan. Siwas dipimpin oleh Kepala Seksi Pengawasan (Kasiwas), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasiwas dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Subseksi Bidang Operasional (Kasubsibidops); (2) Kepala Subseksi Bidang Pembinaan (Kasubsibidbin). e) Seksi Profesi dan Pengamanan Seksi Profesi dan Pengamanan yang selanjutnya disingkat Sipropam bertugas menyelenggarakan pelayanan

9 58 pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan anggota Polri, pembinaan disiplin dan tata tertib, termasuk pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan pemuliaan profesi. Sipropam dipimpin oleh Kepala Seksi Profesi dan Pengamanan (Kasipropam), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasipropam dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Unit Proves (Kanitprovos); (2) Kepala Unit Pengamanan Internal (Kanitpaminal). f) Seksi Keuangan Seksi Keuangan yang selanjutnya disingkat Sikeu bertugas menyelenggarakan pelayanan fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan dan akuntansi, pelaporan serta pertanggungjawaban keuangan. Sikeu dipimpin oleh Kepala Seksi Keuangan (Kasikeu), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasikeu dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Subseksi Administrasi (Kasubsimin); (2) Kepala Subseksi Gaji (Kasubsigaji); (3) Kepafa Subseksi Akuntansi dan Verifikasi (Kasubsiakun); (4) Kepala Subseksi Data (Kasubsidata).

10 59 g) Seksi Umum Seksi Umum yang selanjutnya disingkat Sium bertugas menyelenggarakan terjaminnya pelayanan administrasi dan kelancaran tugas-tugas pimpinan yang mencakup fungsi kesekretariatan, kearsipan, dan administrasi umum lainnya serta pelayanan markas di lingkungan Polres. Sium dipimpin oleh Kepala Seksi Umum (Kasium), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasium dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Subseksi Administrasi dan Ketatausahaan (Kasubsimintu); (2) Kepala Subseksi Pelayanan Markas (Kasubsiyanma). 3) Unsur Pelaksana Tugas Pokok a) Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu yang selanjutnya disingkat SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama laporan/pengaduan, pelayanan bantuan/pertolongan kepolisian, bersama fungsi terkait mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk melaksanakan kegiatan pengamanan dan olah TKP sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. SPKT terdiri dari tiga unit dan disusun

11 60 berdasarkan pembagian waktu (ploeg). Masing-masing Unit SPKT dipimpin oleh Kepala SPKT, yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. b) Satuan Intelijen Keamanan Satuan Intelijen Keamanan yang selanjutnya disingkat Sat Intelkam bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi Intelijen bidang keamanan, termasuk perkiraan intelijen, persandian, pemberian pelayanan dalam bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan peledak, kegiatan sosial politik masyarakat dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) kepada masyarakat serta melakukan pengamanan, pengawasan terhadap pelaksanaannya. Sat Intelkam dipimpin oleh Kepala Satuan Intelijen Keamanan (Kasat Intelkam), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Intelkam dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops); (2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu); (3) Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak tujuh unit.

12 61 c) Satuan Reserse Kriminal Satuan Reserse Kriminal yang selanjutnya disingkat Sat Reskrim bertugas menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana secara transparan dan akuntabel dengan penerapan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan), memberikan pelayanan dan perlindungan khusus terhadap korban dan pelaku anak dan wanita, menyelenggarakan fungsi identifikasi baik untuk kepentingan penyidikan maupun pelayanan umum, menyelenggarakan pembinaan, koordinasi dan pengawasan Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) baik di bidang operasional maupun administrasi penyidikan sesuai ketentuan hukum dan perundang-undangan. Sat Reskrim dipimpin oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Reskrim dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops); (2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu); (3) Kepala Urusan Identifikasi (Kaurident); (4) Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak enam unit.

13 62 d) Satuan Narkoba Satuan Narkoba yang selanjutnya disingkat Sat Narkoba bertugas menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkoba, serta koordinasi dalam rangka pembinaan, pencegahan, rehabilitasi korban dan penyalahgunaan narkoba. Sat Narkoba dipimpin oleh Kepala Satuan Narkoba (Kasat Narkoba), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Narkoba dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops); (2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu); (3) Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak tiga unit. e) Satuan Pembinaan Masyarakat Satuan Pembinaan Mayarakat yang selanjutnya disingkat Sat Binmas bertugas menyelenggarakan pembinaan masyarakat yang meliputi pembinaan teknis perpolisian masyarakat (Polmas) dan kerja sama dengan instansi pemerintah/lembaga/organisasi masyarakat, pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka memberdayakan upaya pencegahan masyarakat terhadap

14 63 kejahatan serta meningkatkan hubungan sinergitas Polrimasyarakat. Sat Binmas dipimpin oleh Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat (Kasat Binmas), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas seharihari di bawah kendali Waka Polres. Kasat Binmas dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops); (2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu); (3) Kepala Unit Pembinaan Perpolisian Masyarakat (Kanitbinpolmas); (4) Kepala Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Kanitbintibmas); (5) Kepala Unit Pembinaan Keamanan Swakarsa (Kanitbinkamsa). f) Satuan Samapta Bhayangkara Satuan Samapta Bhayangkara yang selanjutnya disingkat Sat Sabhara bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi Samapta Bhayangkara yang mencakup tugas polisi umum, yang meliputi pengaturan, penjagaan, pengawalan, patroli, termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan obyek vital, pengambilan tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP), penanganan tindak pidana

15 64 ringan, pengendalian massa, dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Sat Sabhara dipimpin oleh Kepala Satuan Samapta Bhayangkara (Kasat Sabhara), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Sabhara dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops); (2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu); (3) Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Kanitturjawali); (4) Kepala Unit Pengamanan Objek Vital (Kanitpamobvit); (5) Kepala Unit Pengendalian Massa (Kanitdalmas). g) Satuan Lalu Lintas Satuan Lalu Lintas yang selanjutnya disingkat Sat Lantas adalah unsur pelaksana tugas pokok polres yang berada di bawah Kapolres. Sat Lantas bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi lalu lintas kepolisian, yang meliputi penjagaan, pengaturan, pengawalan, patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas, guna

16 65 memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Sat Lantas dipimpin oleh Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops); (2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu); (3) Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Kanitturjawali); (4) Kepala Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Kanitdikyasa); (5) Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi (Kanitregident); (6) Kepala Unit Kecelakaan (Kanitlaka). h) Satuan Perawatan Tahanan dan Barang Bukti Satuan Perawatan Tahanan dan Barang Bukti yang selanjutnya disingkat Sat Tahti bertugas menyelenggarakan pelayanan perawatan dan kesehatan tahanan, termasuk pembinaan jasmani dan rohani, serta menerima, menyimpan dan memelihara barang bukti, yang didukung dengan penyelenggaraan administrasi umum yang terkait sesuai bidang tugasnya. Sat Tahti dipimpin oleh Kepala Satuan Perawatan

17 66 Tahanan dan Barang Bukti (Kasat Tahti), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas seharihari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Tahti dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: (1) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu); (2) Kepala Unit Perawatan Tahanan (Kanitwattah); (3) Kepala Unit Barang Bukti (Kanitbarbuk). 4) Unsur Pendukung Seksi Teknologi Informasi Polri Seksi Teknologi Informasi Polri yang selanjutnya disingkat Sitipol bertugas menyelenggarakan pelayanan teknologi komunikasi dan teknologi informasi, meliputi kegiatan komunikasi kepolisian, pengumpulan dan pengolahan serta penyajian data, termasuk informasi kriminal dan pelayanan multimedia. Sitipol dipimpin oleh Kepala Seksi Teknologi Informasi Polri (Kasitipol), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasitipol dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh: a) Kepala Subseksi Teknologi dan Komunikasi (Kasubsitekkom); b) Kepala Subseksi Teknologi dan Informatika (Kasubsitekinfo).

18 67 5) Unsur Pelaksana Tugas Kewilayahan Kepolisian Sektor Kepolisian Sektor yang selanjutnya disingkat Polsek bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturan serta kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri. Polsek dipimpin oleh Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) yang bertanggung jawab kepada Kapolres. Berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas, unsur-unsur dalam Polres Kulon Progo yang bertugas dalam menanggulanginya yakni hampir seluruh personil Polres Kulon Progo terlibat, tetapi yang memiliki tugas pokok dalam hal ini adalah Satuan Polisi Lalu Lintas (Sat Lantas). Hal tersebut sesuai dengan pembagian tugas seperti yang tercantum dalam struktur organisasi Polres Kulon Progo, yakni Sat Lantas bagian dari unsur pelaksana tugas pokok. b. Satuan Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Kulon Progo Satuan Polisi Lalu Lintas Polres Kulon Progo atau yang selanjutnya disebut dengan Sat Lantas merupakan pelaksana tugas pokok polres yang berada di bawah Kapolres. Sat Lantas bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi lalu lintas kepolisian, yang

19 68 meliputi pengaturan, pengawalan, patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas dan identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor, penyisikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Sat Lantas dipimpin oleh Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Lantas memiliki beberapa tugas, antara lain: 1) Menyelenggarakan/membina fungsi lalu lintas yang meliputi turjawali, pendidikan masyarakat bidang lantas, rekayasa lantas, registrasi dan identifikasi ranmor/pengemudi, penyidikan laka lantas dan penegakan hukum bidang lantas guna tercipta kamseltibcar lantas. 2) Menyelenggarakan pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerjasama lintas sektoral, dikmaslantas dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas. 3) Melaksanakan operasi kepolisian di bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselematan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas). 4) Menyelenggarakan pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi ranmor serta pengemudi.

20 69 5) Melaksanakan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan laka lantas dalam rangka penegakan hukum serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya. 6) Menyelenggarakan pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan raya. 7) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolres. Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh: 1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinopsnal) yang memiliki tugas antara lain: a) Melaksanakan pembinaan dan operasional lalu lintas Polres dan Polsek jajaran; b) Melaksanakan kerjasama lintas sektoral; c) Melaksanakan pengkajian masalah di bidang lalu lintas; d) Melaksanakan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalama rangka penegakan hukum dan kamseltibcarlantas; e) Menyelenggarakan perawatan dan pemeliharaan peralatan kendaraan dinas lantas; f) Dalam pelaksanaan tugasnya Kaurbinopsnat bertanggung jawab kepada Kasat Lantas.

21 70 2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu), yang memiliki tugas antara lain: a) Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatusahaan. b) Membuat program kegiatan dan menghimpun hasilnya dari masing-masing unit sat lantas. c) Membantu tugas-tugas yang dibebankan dari Kaurbinopsnal maupun Kasat lantas. 3) Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Kanitturjawali), yang memiliki tugas: a) Menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat bidang pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli; b) Menyiapkan sarana dan prasarana berkaitan dengan pelaksanaan operasional lantas. c) Melaksanakan kegiatan operasional lantas dalam pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli untuk tercipanya kamseltibcar lantas. d) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas. 4) Kepala Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Kanitdikyasa), dengan tugas antara lain: a) Melaksanakan kegiatan pembinaan partisipasi masyarakat meliputi pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bidang lalu lintas serta pembinaan PKS di sekolah-sekolah.

22 71 b) Melaksanakan pengkajian segala permasalahan bidang rekayasa lantas untuk selanjutnya dikoordinasikan dengan instansi terkait. c) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas. 5) Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi (Kanitregident), dengan tugas antara lain: a) Menyelenggarakan pelayanan administrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi. b) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa dan evaluasi hasil kegiatan registrasi dan identifikasi ranmor serta pengemudi. c) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas. 6) Kepala Unit Kecelakaan (Kanitlaka), dengan tugas antara lain: a) Menyelenggarakan pelayanan dan penyidikan bidang laka lantas dalam rangka penegakan hukum. b) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa dan evaluasi hasil kegiatan penanganan laka lantas. c) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas. Berdasarkan Surat Perintah tugas Nomor: Springas/10/IV/2014 dapat dilihat daftar personel Sat Lantas Polres Kulon Progo yang melaksanakan giat razia kendaraan bermotor, antara lain:

23 72

24 73 Dalam menjalankan tugas untuk menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Satlantas melakukan beberapa tindakan yaitu tindakan preemtif, tindakan preventif dan tindakan represif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan sebagai berikut: 1) Tindakan preemtif merupakan suatu tindakan mencegah, mengeleminir kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya suatu kejahatan atau melalui program penyuluhan, yakni dengan menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik, menyisipkan pesan-pesan antisipasi terhadap suatu kejahatan atau pelanggaran. 2) Tindakan preventif yaitu tindakan yang berupa pencegahan sebelum terjadi kejahatan atau pelanggaran. 3) Tindakan represif yaitu tindakan yang dilakukan sesudah kejahatan atau pelanggaran terjadi dengan penegakkan hukum serta penjatuhan hukuman terhadap kejahatan yang telah dilakukan. B. Upaya Polisi dalam Menanggulangi Pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan oleh Siswa di Kulon Progo Polisi telah bekerja keras untuk menjaga ketertiban dan keamanan dalam masyarakat, termasuk ketertiban dalam berlalu lintas. Mengingat lalu lintas merupakan akses mobilitas utama masyarakat dalam menjalankan segala aktivitasnya. Melihat dari banyaknya siswa SMP dan siswa SMA yang

25 74 mampu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya, apalagi beberapa diantaranya melanggar Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya disebut dengan Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan membuat polisi dalam hal ini Sat Lantas melakukan berbagai tindakan sebagai upaya untuk mengurangi pelanggaran. Sat Lantas Polres Kulon Progo melakukan ketiga tindakan yang telah disebutkan di atas dengan beberapa program yang telah dilaksanakan. Upaya untuk menanggulangi pelanggaran yang telah dilaksanakan oleh Sat Lantas Polres Kulon Progo adalah melalui 3 tindakan sebagai berikut. 1. Tindakan Preemtif Seperti yang telah disebutkan di atas tindakan preemtif merupakan suatu tindakan mencegah, mengeleminir kemungkinankemungkinan untuk terjadinya suatu kejahatan melalui program penyuluhan, yakni dengan menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik, menyisipkan pesan-pesan antisipasi terhadap suatu kejahatan atau pelanggaran. Upaya yang dilakukan oleh Sat Lantas Polres Kulon Progo untuk menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa SMA dan siswa SMP yang termasuk dalam tindakan preemtif ini antara lain adalah sebagai berikut. a. Sosialisasi Peraturan Lalu Lintas di Lingkungan Dinas Pendidikan Kulon Progo Program ini dilaksanakan oleh Polres Kulon Progo dalam hal ini adalah Sat Lantas Polres Kulon Progo bagian Unit Pendidikan

26 75 Masyarakat dan Rekayasa (Unit Dikyasa) yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Bahkan antara Polres Kulon Progo dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo telah membuat perjanjian kerjasama untuk pelaksanaan program sosialisasi peraturan lalu lintas di sekolah-sekolah lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Salah satu ruang lingkup kerjasama yang telah disepakati dalam perjanjian antara Polres Kulon Progo dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo yaitu: 1) Melakukan sosialisasi peraturan lalu lintas di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo; 2) Mencegah pelanggaran lalu lintas dari lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo; 3) Menurunkan angka kecelakaan lalu lintas; 4) Meningkatkan disiplin berlalu lintas; 5) Mewujudkan program Polisi Sahabat Anak, Patroli Keamanan Sekolah, Masa Orientasi Sekolah, dan kegiatan lain yang terkait. Adanya kerja sama tersebut diikuti dengan penyerahan bukubuku mengenai model pengintegrasian pendidikan keselamatan berlalu lintas melalui kegiatan pembinaan pendidikan kewarganegaraan dan kepribadian untuk satuan pendidikan tingkat Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menegah Atas / Madrasah Aliyah (SMA/MA). Kemudian buku-buku tersebut

27 76 dibagikan kepada guru SMP dan guru SMA di Kulon Progo agar dapat dijadikan sebagai panduan dalam mengintegrasikan materi lalu lintas ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui guru PKn yang mampu mengintegrasikan etika dan budaya berlalu lintas pada pelajaran tersebut, diharapkan akan dapat mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas mengingat pelanggaran lalu lintas cenderung didominasi oleh usia sekolah. b. Program Polisi Sahabat Anak Program Polisi Sahabat anak merupakan sebuah program dari Polri yang dilaksanakan oleh Satuan Unit Dikyasa. Program ini ditujukan untuk memberikan proses pembelajaran terhadap keberadaan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai sahabat anak. Polisi perlu dikenal sejak dini oleh anak. Polisi adalah aparat negara yang setiap saat selalu siap membantu ketertiban masyarakat. Ketertiban sangat diperlukan dalam kehidupan negara untuk mewujudkan masyarakat yang damai dan tenteram. Ketertiban sebenarnya bukan saja menjadi tanggung jawab kepolisian. Namun yang lebih penting adalah tumbuh menjadi kesadaran bersama sebagai warga negara. Untuk memahami tertib hidup bermasyarakat, maka sebaiknya sejak dini anak sudah dikenalkan dengan berbagai tata tertib berlalu lintas sampai pada tata tertib kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.

28 77 Program Polisi Sahabat Anak ini tidak hanya diimplementasikan kepada anak-anak TK di wilayah Kulon Progo, namun juga kepada siswa SD, siswa SMP, dan juga siswa SMA. Kepada siswa SMP dan siswa SMA selain belajar tata tertib lalu lintas, kepada peserta didik tersebut diajak untuk melakukan kegiatan bersama seperti Pramuka Saka Bayangkara. Selain itu Polisi juga melakukan dialog-dialog untuk membahas berbagai permasalahan terkini bagi dunia remaja. Mulai dari narkoba, kenakalan remaja sampai pada masalah kriminal. Baik anak-anak, siswa SMP, maupun siswa SMA dapat belajar tentang tanda-tanda lalu lintas di kantor kepolisian setempat. Kepada siswa tersebut dikenalkan ruang pengurusan SIM, ruang STNK, ruang pengurusan Kecelakaan lalu Lintas juga dikenalkan Ruang KDRT dan Anak (Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Anak). Program ini juga diimplementasikan oleh Polres Kulon Progo. Salah satunya dengan melakukan program-program pengembangan pengetahuan lalu lintas di sekolah-sekolah wilayah Kulon Progo. Tujuan dari adanya pengembangan pengetahuan ini adalah penumbuhan kesadaran berlalu lintas anak sejak dini. 2. Tindakan Preventif Tindakan preventif merupakan tindakan yang berupa pencegahan sebelum terjadinya kejahatan atau pelanggaran. Sat Lantas Polres Kulon Progo telah melaksanakan beberapa kegiatan dalam tindakan

29 78 pencegahan/preventif ini. Terutama berkaitan dengan upaya dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo. Dalam hal ini Polres Kulon Progo melaksanakan tugas pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli atau selanjutnya disebut dengan turjawali. Oleh karena itu, Sat Lantas Polres Kulon Progo yang banyak terlibat tindakan preventif dalam upaya menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Unit Turjawali Sat Lantas Polres Kulon Progo. Beberapa program yang telah dilakukan oleh Sat Lantas Polres Kulon Progo yang termasuk tindakan preventif adalah sebagai berikut : a. Kerjasama dengan Pihak Sekolah Polres Kulon Progo melakukan kerjasama dengan sebagian sekolah di wilayah Kulon Progo. Polres meminta pihak sekolah melarang siswa SMP dan siswa SMA yang belum memiliki SIM mengemudikan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi ke sekolah. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan sekolah dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor bagi siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun karena hal ini jelas melanggar Pasal 77 ayat (1) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu, siswa SMP dan siswa SMA di bawah 17 tahun masih cenderung labil sehingga perlu penumbuhan kesadaran berlalu lintas

30 79 terhadap para siswa. Salah satu contoh adalah pemberian materi berlalu lintas yang baik dan sopan santun di jalan melalui simulasi oleh petugas SIM Polres Kulon Progo kepada pelajar SMK Ma arif 3 Wates pada tahun Gambar 1. Simulasi berlalu lintas berlalu lintas yang baik dan sopan santun di jalan oleh Petugas SIM Polres Kulon Progo. Sumber : Dokumentasi Polres Kulon Progo tahun 2013 yang diolah peneliti pada 01 Juli Praktiknya, sekolah di Kabupaten Kulon Progo telah menerapkan peraturan ini yaitu dengan melarang siswa mengemudikan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi ke sekolah. Terutama untuk siswa SMP, sekolah melarang siswa mengemudikan kendaraan bermotor ke sekolah, sedangkan untuk siswa SMA pihak sekolah juga melarang siswa mengemudikan kendaraan bermotor kecuali bagi siswa yang telah memiliki SIM. Akan tetapi, masih ada siswa yang melanggar peraturan tersebut,

31 80 misalnya di SMP Negeri 2 Pengasih ada beberapa siswa yang masih membawa sepeda motor ke sekolah. Hal yang sama juga terjadi di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Selain itu, masih ada juga siswa SMA yang belum memiliki SIM mengemudikan motor, salah satu contohnya di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Wates Kabupaten Kulon Progo. Awalnya sekolah memang sedikit longgar dengan aturan ini, sekolah cenderung kurang peduli dengan aturan ini, tetapi melihat tingginya pelanggaran dan himbauan dari Polres Kulon Progo yang melarang siswa SMP dan siswa SMA usia di bawah 17 tahun mengemudikan kendaraan membuat sekolah memperketat berlakunya aturan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh sekolah adalah tidak membiarkan siswa memarkirkan kendaraan bermotor yang dibawa di lingkungan sekolah. Dengan cara ini diharapkan mampu meminimalisir dan mengurangi jumlah pelanggaran peraturan tersebut. Namun, aturan ini pun dianggap tidak mengurangi pelanggaran peraturan. Hal ini dikarenakan siswa yang membawa kendaraan bermotor menitipkan kendaraan bermotor yang dibawa pada tempat penitipan yang ada di rumah warga sekitar sekolah dengan membayar biaya parkir. Salah satu contoh adalah SMP Negeri 2 Pengasih, ada salah satu rumah warga yang dijadikan tempat penitipan motor. Menurut keterangan pemilik rumah ada sekitar 90 motor yang dititipkan di rumah tersebut setiap hari.

32 81 Gambar 2. Siswa-siswi SMP Negeri 2 Pengasih yang menitipkan sepeda motor di tempat penitipan sekitar sekolah. Sumber : Dokumentasi Penulis pada tanggal 05 Maret Dengan kenyataan tersebut dapat dilihat belum efektifnya program ini untuk mengurangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu, saat ini Polres Kulon Progo dalam hal ini Unit Turjawali masih berusaha untuk mempertegas pemberlakuan aturan ini dengan meminta kepada seluruh kepala sekolah di wilayah Kulon Progo untuk memperketat berlakunya aturan ini. Selain itu, Polres Kulon Progo mencoba menerapkan program lain yang diharapkan mampu

33 82 meminimalisir dan mengurangi pelanggaran terutama berkaitan dengan pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa SMP dan siswa SMA. Apalagi untuk pelanggaran Pasal 77 ayat (1) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang masih banyak dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Program lain yang berkaitan dengan sekolah adalah sosialisasi peraturan lalu lintas kepada siswa. Dalam pelaksanaannya Anggota Dikyasa yang telah ditunjuk memberikan penyuluhan kepada siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo dengan waktu yang telah ditentukan dan disepakati antara sekolah dan Polres. Untuk waktu pelaksanaan penyuluhan lebih banyak dilakukan pada saat dilaksanakannya Masa Orientasi Siswa atau dikenal dengan MOS. Pada saat MOS inilah siswa dan siswa peserta MOS akan mendapatkan penyuluhan mengenai tertib lalu lintas kurang lebih dua jam. Materi penyuluhan diawali dengan penjelasan mengenai permasalahan lalu lintas, tata cara berlalu lintas, rambu-rambu lalu lintas dan hal-hal terkait lalu lintas. Untuk penyuluhan siswa tingkat SMP materinya lebih banyak mengarah pada aturan mengenai lalu lintas dan tat cara berlalu lintas sebagai bekal kelak saat sudah memenuhi syarat sebagai pengemudi. Selain materi tersebut polisi dalam melakukan penyuluhan juga menyampaikan mengenai akibat-

34 83 akibat pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi. Dengan harapan peserta penyuluhan menyadari resiko bahaya ketika melanggar tertib lalu lintas, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran tertib lalu lintas. Tahun 2013 lalu Polres Kulon Progo dalam hal ini Dikmas Lantas Polres Kulon Progo melakukan penyuluhan lalu lintas pada beberapa sekolah di wilayah Kulon Progo. Penyuluhan dilakukan pada saat MOS. Berdasarkan jadwal kegiatan Unit Dikyasa Sat Lantas Polres Kulon Progo pada saat MOS tahun ajaran 2013/2014 lalu ada beberapa sekolah yang diberikan penyuluhan mengenai tertib lalu lintas. Sekolah-sekolah tersebut antara lain:

35 84 Tabel 4. Jadwal Kegiatan Dikyasa Sat Lantas Polres Kulon Progo dalam Pendampingan Masa Orientasi Siswa (MOS) Tahun Ajaran 2013/2014 di Wilayah Kabupaten Kulon Progo NO KESATUAN WAKTU SEKOLAH ALAMAT / TLP JUMLAH SISWA POLRES KLP Senin, 15 juli 2013 pukul s/d SMA NEGERI 1 GALUR Jl Brosot Brosot Galur Kulon Progo 42 siswa wib 2 Senin, 15 juli 2013 pukul s/d wib Senin, 15 juli 2013 pukul s/d wib 3 Selasa, 15 juli 2013 pukul s/d wib 4 Selasa, 16 juli 2013 pukul s/d wib 5 Selasa, 16 juli 2013 pukul s/d Wib 6 Selasa, 16 juli 2013 pukul s/d Wib 7 Rabu, 18 juli 2013 pukul s/d Wib 8 Rabu, 18 juli 2013 pukul s/d Wib 9 Rabu, 18 juli 2013 pukul s/d 1100 Wib 10 Rabu, 18 juli 2013 pukul s/d Wib 11 Rabu, 18 juli 2013 pukul s/d Wib 12 Rabu, 18 juli 2013 pukul s/d Wib MA DARUL ULUM GALUR SMK N 2 PENGASIH SMA N. 1 WATES SMA NEGERI 2 WATES MAN 2 WATES SMK NEGERI 2 PENGASIH SMP NEGERI 2 PENGASIH SMK NEGERI 1 TEMON SMK MA ARIF 1 WATES SMA NEGERI 1 TEMON SMK MUH 1 TEMON SMK BOPKRI WATES Babrik tirtorahayu Galur Kulon Progo Jl Kertodiningrat Margosari Pengasih Tlp ( 0274 ) Jl Bhayangkara No 2 Wates Kulon Progo Jl Wahid Hasim Bendungan Wates (0274) Jl Khudori Wates Kulon Progo ( 0274 ) Jl Kertodiningrat Margosari Pengasih Tlp ( 0274 ) Jl Yogja Wates Km24 Kedungsari Pengasih Jl Glagah Kalidengen Temon Kulon Progo Jl Brigjen Katamso Wates Kulon Progo Jl Wates Purworejo Km 12 Temon Kulon Progo Temon Kulon Temon Kulon Progo ( 0274 ) Jl P. Diponegero Wates Kulon Progo 60 Siswa 514 siswa 140 siswa 149 siswa 145 siswa 514 siswa 163 siswa 143 siswa 265 siswa 140 siswa 165 siswa 146 siswa Sumber : Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Dikmas Lantas Polres Kulon Progo Hari Senin sampai dengan Rabu Tanggal 15 sampai dengan 17 Juli 2013.

36 85 Dalam penyuluhan pihak polisi juga menghimbau agar siswa SMP tidak mengemudikan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi ke sekolah, apalagi siswa SMP belum cukup umur untuk mengemudikan kendaraan bermotor. Untuk penyuluhan siswa SMA juga dihimbau agar siswa yang belum memiliki SIM tidak mengemudikan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi ke sekolah. Dengan adanya penyuluhan mengenai lalu lintas di sekolahsekolah di Kulon Progo ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran untuk tertib berlalu lintas dan meminimalisir pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang masih saja terjadi di Kabupaten Kulon Progo. b. Operasi Simpatik Progo Operasi simpatik merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Unit Turjawali Sat Lantas Polres Kulon Progo untuk mengurangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Kulon Progo. Praktiknya Unit Laka Sat Lantas Polres Kulon Progo juga terlibat dalam melakukan operasi simpatik ini. Operasi simpatik dilaksanakan di seluruh wilayah hukum Polres Kulon Progo. Operasi simpatik yang dilaksanakan oleh Polres Kulon Progo diberi nama Operasi Simpatik Progo. Operasi simpatik dilakukan di jalan utama dan jalan alternatif di Kabupaten Kulon Progo. Dalam operasi simpatik ini lebih banyak

37 86 melibatkan Polisi Wanita atau selanjutnya disebut dengan Polwan melalui Program Polwan Wow!, tujuannya agar pelanggar terutama bagi siswa SMA dan siswa SMP tidak takut ketika terjaring operasi simpatik. Penunjukkan personil polwan ini dalam operasi simpatik dilatarbelakangi adanya ketakutan sebagian masyarakat terutama anak-anak kepada polisi, dengan adanya operasi yang dilakukan oleh polwan diharapkan mampu mengurangi ketakutan masyarakat kepada polisi. Dalam kegiatan ini polisi membagikan leaflet kepada siswa SMP dan siswa SMA yang materinya berkaitan dengan tertib lalu lintas. Leaflet yang diberikan juga dicetak secara menarik dengan keterangan bahasa yang mudah dipahami oleh anakanak usia sekolah. Program ini dilaksanakan tanggal 19 Mei sampai dengan 8 Juni Tujuan dilaksanakan operasi simpatik ini adalah untuk menekan angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas. Sebab angka pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Kulon Progo yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA masih tinggi, kurang lebih 500 pelanggaran yang terjadi per bulan selama tahun 2013 lalu. Rincian pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMA dan siswa SMP di Kulon Progo selama tahun 2013 sesuai dengan tabel 5.

38 87 Tabel 5. Data Pelanggaran Lalu Lintas oleh Siswa SMP dan Siswa SMA di Kulon Progo Bulan Jumlah Januari 504 Februari 359 Maret 212 April 631 Mei 105 Juni 614 Juli 670 Agustus 508 September 614 Oktober 593 November 593 Desember 856 Total 6259 Sumber: Data dari Satlantas Polres Kulon Progo tahun 2013 yang diolah oleh peneliti pada 01 April Dalam operasi ini tidak semua pelanggar dikenai tilang. Pelanggar justru diingatkan untuk tetap mematuhi peraturan lalu lintas. Menurut keterangan dari pihak kepolisian masih banyak pengendara motor yang belum mematuhi peraturan lalu lintas. Seperti tidak menyalakan lampu, tidak mengklik helm dan menerobos marka jalan. Terutama bagi siswa SMP dan siswa SMA yang jelas-jelas melanggar Pasal 77 ayat (1) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bagi siswa SMP dan siswa SMA yang tidak membawa SIM ketika terjaring operasi simpatik, mereka hanya diberi teguran dan tidak ditilang. Pelanggar diberikan teguran dalam operasi simpatik dengan tujuan agar menyadari kesalahan dan tidak melanggar peraturan lagi. Misalnya teguran kepada siswa yang belum memiliki SIM agar selanjutnya siswa tersebut tidak mengemudikan kendaraan bermotor

39 88 karena belum memiliki SIM. Dengan begitu diharapkan kesadaran dari siswa akan tumbuh, sehingga mengurangi pelanggaran Undangundang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terutama Pasal 77 ayat (1) yang berkaitan dengan kepemilikan SIM bagi pengemudi kendaraan bermotor. Dalam operasi simpatik ini teguran yang diberikan masih berupa peringatan saja, lebih diutamakan kepada penumbuhan kesadaran tertib berlalu lintas. Oleh karena itu, lebih banyak teguran yang diberikan daripada sanksi tilang dalam operasi ini. Teguran yang diberikan mulai dari peringatan untuk kelengkapan kendaraan bermotor, kelengkapan perlindungan diri serta kepatuhan terhadap rambu-rambu lalu lintas. c. Satu Sekolah Dua Polantas (SSDP) Satu Sekolah Dua Polantas (SSDP) merupakan upaya Polri dalam rangka memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat melalui kerjasama dengan sekolahsekolah untuk ikut berperan serta membangun karakter bangsa dalam bidang tata cara berlalu lintas yang lebih santun, lebih berbudaya dan lebih bermartabat. Dalam upaya menekan terjadinya angka kecelakaan dan angka pelanggaran Ditlantas Polda DIY melaksanakan program Road Safety Partnership Action dengan menerapkan program SSDP ini. Adapun Polantas dalam hal ini bertugas untuk mendampingi secara persuasif dan edukatif kepada

40 89 para siswa/siswi tingkat SMP, SMA dan MA di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kenyataannya baru beberapa sekolah saja di Kabupaten Kulon Progo yang ditujuk atau menjadi sasaran program SSDP. Program SSDP di Kabupaten Kulon Progo merupakan program percontohan, sehingga hanya beberapa sekolah yang melaksanakan program ini. Sekolah-sekolah tersebut baru mencakup sekolah tingkat SMA saja, untuk SMP belum ada program SSDP ini. Program SSDP dilaksanakan di SMK N 1 Pengasih, SMK N 2 Pengasih, SMA N 2 Wates, MAN 2 Wates, SMK Maarif 1 Wates, SMK N 1 Nanggulan serta SMK Muhammadiyah 1 Temon. Jadi, program ini belum dilaksanakan di seluruh SMA di Kabupaten Kulon Progo. Apabila program ini dirasa efektif menanggulangi pelanggaran yang ada di sekolah, maka program ini akan dikembangkan dan dilaksanakan di seluruh sekolah di Kabupaten Kulon Progo. Untuk saat ini target SSDP adalah SMA, kedepannya apabila dianggap perlu, kemungkinan juga dikembangkan di SMP. d. Operasi Patuh Progo Operasi patuh terhadap Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau disebut Operasi Patuh Progo dilaksanakan oleh Sat Lantas Polres Kulon Progo dengan tujuan untuk menertibkan lalu lintas serta mengurangi angka kecelakaan lalu lintas. Berbeda

41 90 dengan operasi simpatik dalam operasi patuh semua pelanggaran akan mendapat sanksi tilang. Jika dalam operasi simpatik yang berlaku adalah teguran, maka yang berlaku dalam operasi patuh adalah tilang yang diberikan kepada pengguna jalan yang melanggar aturan lalu lintas. Para pengguna jalan yang ditilang harus menyelesaikan kasus pelanggaran tersebut di pengadilan dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri Kulon Progo. Dalam operasi patuh ini sudah jelas siswa SMA yang belum memiliki SIM dan siswa SMP akan mendapat sanksi tilang. Operasi patuh dilaksanakan oleh personil dari Sat Lantas Polres Kulon Progo bekerjasama dengan pihak Polsek seluruh wilayah Kulon Progo. Untuk siswa SMP dan siswa SMA biasanya setelah terjaring operasi patuh mereka tidak akan mengemudikan sepeda motor lagi ke sekolah untuk waktu tertentu. Oleh karena itu, operasi patuh ini dapat mengurangi tindak pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa SMP dan siswa SMA yang belum memiliki SIM. Akan tetapi, kebanyakan siswa SMP dan siswa SMA memilih jalur alternatif yang melewati pedesaan agar terhindar dari operasi patuh ini. Apalagi operasi patuh ini hanya dilaksanakan satu tahun sekali serta belum menjangkau seluruh jalan di wilayahwilayah pedesaan di Kabupaten Kulon Progo. Terbatasnya personil polisi inilah yang menjadi kendala utama belum terlaksananya operasi patuh secara menyeluruh di jalan wilayah Kulon Progo

42 91 terutama bagi pelaksanaan penertiban di sekolah-sekolah masih sangat kurang sebab jumlah polisi lalu lintas tidak sebanding dengan kebutuhan. Jumlah Personil Satlantas Polres Kulon Progo yang bertugas di lapangan hanya 69 personil sesuai dengan tabel 3. Padahal apabila diperhitungkan sesuai dengan program SSDP setidaknya dibutuhkan polisi lalu lintas sebanyak 270 personil. Hal tersebut di dasarkan pada jumlah sekolah SMP dan SMA maupun MA di Kulon Progo. Adapun jumlah SMP sebanyak 78 sekolah dan SMA maupun MA sebanyak 57 sekolah. Pelaksanaan operasi patuh ini cukup memberi efek jera kepada siswa SMP dan siswa SMA yang pernah terjaring operasi ini. Meskipun begitu masih ada juga siswa SMA yang belum memiliki SIM dan siswa SMP yang tetap mengemudikan kendaraan bermotor ke sekolah. Jadi, operasi patuh ini memberi efek jera sementara bagi siswa SMA dan siswa SMP yang pernah terjaring dalam operasi ini. Kebanyakan tidak akan mengendarai kendaraan bermotor pasca terjaring operasi. Namun, setelah beberapa saat mereka cenderung melanggar Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan mengendarai kendaraan bermotor, apalagi mereka belum memiliki SIM yang merupakan syarat diperbolehkannya seseorang mengendarai kendaraan bermotor.

43 92 e. Program Patroli Keamanan Sekolah Patroli Kemanan Sekolah atau selanjutnya disebut dengan PKS merupakan sebuah organisasi yang dilaksanakan di sekolahsekolah. Awal mula berdirinya PKS ini mengalami perubahan dari angkatan ke angkatan, dahulu PKS bernama BKLL yaitu badan koordinasi lalu lintas yang dibentuk pada tanggal 16 Mei Lalu diubah menjadi Polisi Keamanan Sekolah pada tanggal 5 Mei Pada saat itu ruang lingkup tugas yang diemban PKS masih sempit, yaitu hanya sebatas menjaga kemanan sekolah dari tindakantindakan yang dilakukan oleh siswa di sekolah tersebut. Untuk memperluas ruang lingkup dari tugas polisi keamanan sekolah, maka pada tanggal 5 Juli 1975 BKLL diganti nama dengan Patroli Keamanan Sekolah atau disingkat PKS. Ruang lingkup dari PKS mengalami penyempitan dan perluasan. Tugas dipersempit di bidang keamanan, dimana tugas yang diemban hanya sebagai pengawas atau pembantu dari tindakan negatif yang terjadi di sekolah untuk selanjutnya dilaporkan kepada pihak guru, sedangkan tugas yang mengalami perluasan yaitu pada bidang kelalulintasan, dimana seluruh anggota PKS wajib mengetahui peraturan lalu lintas. Praktiknya dalam program PKS ini para siswa yang bergabung dalam PKS akan dilatih menjadi semacam polisi sekolah. Tidak hanya itu saja banyak sekali pengetahuan yang didapat oleh

44 93 seorang PKS. Siswa yang ikut dalam PKS diberi pelajaran mengenai lalu lintas, senam lantas (pengaplikasian 12 gerakan pengaturan lalu lintas yang dikombinasikan dengan musik), dan kenakalan remaja. Tujuannya agar siswa tahu bagaimana cara berlalu lintas yang baik. Selain itu, siswa SMP dan siswa SMA juga diajarkan latihan baris berbaris, kedisiplinan, kekompakan, terutama gerakan-gerakan pengaturan lalu lintas, yang biasanya diterapkan di lingkungan sekolah masing-masing. Selain itu, semua tugas PKS juga menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah. PKS adalah aspek wadah untuk belajar bagi siswa dan siswi guna mencari akar masalah keselamatan, kelancaran, keamanan maupun mencari solusinya. Tugas PKS antara lain: 1) Mengatur lalu lintas di lingkungan sekolah dan sekitarnya; 2) Menyeberangkan siswa-siswi di jalur jalan pada saat mereka masuk dan pulang sekolah; dan 3) Memahami kerawanan-kerawanan sosial yang terjadi di lingkungan sekolah dan mencari solusinya. Maksud dan Tujuan dari pembentukan PKS di sekolahsekolah antara lain: 1) Maksud a) Sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan dan kemanusiaan; dan

45 94 b) Sebagai wujud Polri dalam mewujudkan pembinaan di kalangan siswa. 2) Tujuannya agar para siswa memahami, mengerti tentang keselamatan dan keamanan di lingkungannya, diri sendiri maupun di lingkungan sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa yang bergabung sebagai anggota PKS akan mendapatkan pelatihan langsung dari pihak Polres Kulon Progo. Banyak sekali materi dan praktik yang diajarkan oleh pihak Polres Kulon Progo. Materi-materi dan praktik yang diajarkan kepada siswa-siswi anggota PKS, antara lain: 1) Pengetahuan Dasar Lalu Lintas a) Gerakan memberikan isyarat pengatur lalu lintas bertujuan (1) Mengarahkan agar lalu lintas berjalan dengan aman, tertib, lancar dan selamat (2) Mengatasi kepadatan arus lalu lintas (3) Mengurangi terjadinya kecelakan lalu lintas (4) Mencegah kerusakan-kerusakan jalan/infrastruktur (5) Melindungi harta benda/jiwa orang lain di jalan (6) Mengurangi pelanggaran di jalan b) Pengetahuan rambu-rambu/marka jalan. (1) Rambu-rambu yang menunjukan peringatan suatu bahaya (dasar kuning petunjuk hitam)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Bagaimana deskripsi atau gambaran tentang Kepolisian Resor Kulon Progo? 2. Bagaimana struktur organisasi Polres Kulon Progo?

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Bagaimana deskripsi atau gambaran tentang Kepolisian Resor Kulon Progo? 2. Bagaimana struktur organisasi Polres Kulon Progo? LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana deskripsi atau gambaran tentang Kepolisian Resor Kulon Progo? 2. Bagaimana struktur organisasi Polres Kulon Progo? PEDOMAN WAWANCARA Untuk PolantasPolres Kulon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Program Zero Street Crime Kepolisian Resor Purbalingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Program Zero Street Crime Kepolisian Resor Purbalingga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Program Zero Street Crime Kepolisian Resor Purbalingga Wilayah hukum Kepolisian Resor (Polres) Purbalingga terletak di Kabupaten Purbalingga, yang merupakan sebuah

Lebih terperinci

UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN OLEH SISWA DI KULON PROGO

UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN OLEH SISWA DI KULON PROGO UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN OLEH SISWA DI KULON PROGO Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER. Lokasi Polres Jember berada di Jalan Kartini No.17, Jember Jawa

BAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER. Lokasi Polres Jember berada di Jalan Kartini No.17, Jember Jawa BAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER 1.7 Sejarah Singkat Polres Jember Polres Jember adalah Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat serta penegakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN)

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT SIDOARJO INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN 2015-2019 (PERUBAHAN) 1 Terpenuhinya Alpalkam / Almatsus dan kapor Polri guna

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat 57 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat pertahanan negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Latihan adalah merupakan salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Polres Sleman Dalam melaksanakan tugas Polres Sleman selalu bekerjasama dengan instansi terkait maupun seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan Polres Sleman

Lebih terperinci

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA Visi Terwujudnya Direktorat Lalu Lintas Polda D.I. Yogyakarta yang profesional, unggul, terpercaya, berkepribadian dan semakin dicintai masyarakat guna mendukung

Lebih terperinci

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RESOR PANGKALPINANG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING I. PENDAHULUAN 1. UMUM a. Polri sebagai aparat negara yang bertugas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Polres dan Polsek.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Polres dan Polsek. No.478, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Polres dan Polsek. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR RESOR BONTANG LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016 I. PENDAHULUAN 1. U m

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa

Lebih terperinci

RAHASIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT PASURUAN KOTA

RAHASIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT PASURUAN KOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT PASURUAN KOTA LEMBAR KE....DARI....LEMBAR KEPOLISIAN RESORT PASURUAN KOTA PASURUAN, DESEMBER 2012 RENCANA OPERASI : Meningkatkan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan 1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Jasa Raharja 1. Sejarah Singkat PT. Jasa Raharja Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil alihan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia memiliki peran penting dalam tonggak perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi hukum, mulai dari pengamanan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA T ENT ANG TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) DI W ILAYAH HUKUM POL R E S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum. Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi,

Lebih terperinci

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET KEPOLISIAN NEGARA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 206 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET 2 3 4 5 6 PERKAP NO. 2 TAHUN 2007 MOBIL UNIT PELAYANAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) POLRES KOTA BEKASI TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) POLRES KOTA BEKASI TAHUN 2013 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH METRO JAYA RESORT KOTA BEKASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) POLRES KOTA BEKASI TAHUN 2013 Cikarang, Januari 2014 DAFTAR ISI KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya terhadap lalu lintas. Semakin banyakn

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI SAT LANTAS POLRES SUMBAWA 0 Sumbawa, Desember 0 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terletak antara 101 0 14-101 0 34 Bujur timur dan 0 0 25 0 0 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987

Lebih terperinci

NO. JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN

NO. JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT POLRES LOMBOK TENGAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT POLRES LOMBOK TENGAH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT POLRES LOMBOK TENGAH Praya, 30 Juni 2016 KEPOLISIAN NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mobilitas sosial masyarakat, sehingga Negara merasa penting untuk mengaturnya

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Perusahaan Kepolisian daerah Metropolitan Jakarta Raya diawali dari kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada tahun

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POL R E S B I M A K O T A

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POL R E S B I M A K O T A KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA DALAM MELAKSANAKAN PATROLI MULT I FU NGSI SEBAG AI W UJUD PELAYANAN PRIMA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kepolisian Resort Bone Bolango. Republik Indonesia (POLRI) dan lebih khususnya lagi berada di bawah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kepolisian Resort Bone Bolango. Republik Indonesia (POLRI) dan lebih khususnya lagi berada di bawah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kepolisian Resort Bone Bolango Kepolisian Resort Bone Bolango (Polres Bone Bolango) adalah salah satu instansi dari aparat penegak hukum yang bekerja di bawah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga rasa saling membutuhkan antara individu yang satu

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu lintas yang dilakukan di SMA Negeri I Cipatat maka penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN KEGIATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK RIGOMASI BONTANG PADA HARI SELASA TGL 12 JULI 2016

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK RIGOMASI BONTANG PADA HARI SELASA TGL 12 JULI 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR RESOR BONTANG LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK RIGOMASI BONTANG PADA HARI SELASA TGL 12 JULI 2016 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HAMBATAN POLISI DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN SYARAT TEKNIS DAN LAIK JALAN OLEH PENGEMUDI SEPEDA MOTOR

HAMBATAN POLISI DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN SYARAT TEKNIS DAN LAIK JALAN OLEH PENGEMUDI SEPEDA MOTOR Hambatan Polisi Dalam... (Ulfah Nuurul Azizah) 287 HAMBATAN POLISI DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN SYARAT TEKNIS DAN LAIK JALAN OLEH PENGEMUDI SEPEDA MOTOR POLICE BARRIERS IN TECHNICAL AND TECHNICAL VIOLATION

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas : URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No 1. Kepala Satuan Memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memiliki peranan yang penting dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri. Berdasarkan TAP MPR RI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No No.757, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Sistem Informasi Penyidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA I. PENDAHULUAN 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016 a. Bahwa dalam rangka pengembangan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN KINERJA

LAPORAN PENGUKURAN KINERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT UNIT ORGANISASI : KEPOLISIAN DAERAH NTB TAHUN ANGGARAN : 2016 LAPORAN PENGUKURAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan transportasi

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN

TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat

Lebih terperinci

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Lebih terperinci

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 %

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 % JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 % PASAR SEPEDA MOTOR TAK PERNAH KRISIS PERTUMBUHAN PER THN : 14 % (+/-12 JT) PERTUMBUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS A. Gambaran Umum POLSEK Kecamatan Waru 1. Letak Lokasi Kepolisian Resort kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung. Keresidenan Lampung yang di rintis oleh Kompol Tjik Agus Soeharjo

IV. GAMBARAN UMUM. 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung. Keresidenan Lampung yang di rintis oleh Kompol Tjik Agus Soeharjo 43 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung Sejalan dengan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945, di daerah Lampung yang saat itu merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN DEMAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA POLDA NTB TAHUN

PERJANJIAN KINERJA POLDA NTB TAHUN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT PERJANJIAN KINERJA POLDA NTB TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SIM NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT: 2016 DIPERIKSA OLEH KASAT LANTAS T T D

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SIM NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT: 2016 DIPERIKSA OLEH KASAT LANTAS T T D 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH GORONTALO RESOR GORONTALO STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SIM NO. DOKUMEN SOP/LANTAS/RES-GTO/04 NO. REVISI 00 HALAMAN 30-46 TANGGAL TERBIT: 2016 DIBUAT

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR

BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR A. Tinjauan Terhadap Unit Kendaraan Bermotor (Unit Ranmor) Polda Sumatra Utara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undangundang

Lebih terperinci

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. D A S

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keamanan, memberikan perlindungan, dan menciptakan ketertiban. dsb.), dan 2) anggota dari badan pemerintahan (pegawai negara yang

BAB II KAJIAN TEORI. keamanan, memberikan perlindungan, dan menciptakan ketertiban. dsb.), dan 2) anggota dari badan pemerintahan (pegawai negara yang 15 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Polisi Lalu Lintas 1. Pengertian Polisi Polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara keamanan, memberikan perlindungan, dan menciptakan ketertiban masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang permasalah Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya, terutama manusia, sejak lahir sampai

Lebih terperinci

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

Foto 5. public adress Foto 7. public adress LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian 2. Pedoman wawancara 3. UU No.22 tahun 2009 4. Surat Telegram Kapolres Bantul No:ST/598/X/2011 5. Surat Ijin Penelitian DOKUMENTASI PENELITIAN Foto 1.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru Polsek Tampan berdiri pada tahun 1998 bertepatan di Jl. HR. Subrantas Kota Pekanbaru. Diresmikan oleh Kapolri

Lebih terperinci

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016 KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016 Selong, 3 Januari 2016 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kepadatan lalu lintas yang disebabkan mudahnya kepemilikan kendaraan bermotor serta perkembangan sarana dan prasarana lalu lintas yang lebih lambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembuatan Surat Ijin Mengemudi (SIM) telah dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun waktu lebih dari setengah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan wilayah merupakan bagian dari Ketahanan Nasional yang secara terus menerus harus ditingkatkan, sehingga akan menciptakan situasi yang kondusif dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa perubahan besar terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus bertambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi yang serba modern saat ini salah satu produk modern yang banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan sepeda

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Polres Gorontalo Kota merupakan instansi yang berperan aktif dalam administrasi pemerintahan, pembangunan dan pemasyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA. A. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya

BAB II PENGATURAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA. A. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya BAB II PENGATURAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA A. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Kebutuhan bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya merupakan suatu kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik sehingga menciptakan negara yang

Lebih terperinci