BAB V KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN"

Transkripsi

1 BAB V KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN 5.1 KEBIJAKAN UMUM Kebijakan umum yang ditempuh dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah: (1) Membangun kembali sosial budaya masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kehidupan sosial baik sebagai individu maupun anggota masyarakat; (2) Membangun kembali perekonomian sehingga memungkinkan masyarakat untuk dapat berusaha lebih baik dari sebelumnya; (3) Membangun kembali infrastruktur kelembagaan dan infrastruktur fisik dengan memperhatikan aspek kerawanan gempa; (4) Meningkatkan fungsi pemerintahan sebagai sarana pelayanan masyakarat; (5) Menata kembali ruang wilayah Kabupaten Alor dengan memperhatikan jalur gempa dan tsunami, serta mengupayakan perlindungan alami maupun buatan; (6) Sosialisasi penanggulangan dampak gempa bumi dan tsunami; (7) Membangun dan menata Alor tidak terbatas pada sarana dan lokasi yang terkena dampak gempa secara langsung, tetapi juga pada lokasi lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Alor secara keseluruhan. Kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam kegiatan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dengan mempertimbangkan arah penataan ruang Kabupaten Alor yang berasaskan pembangunan berkelanjutan dan mengutamakan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, sumber daya alam dan lingkungan. Selain itu juga dipertimbangkan aspek pendukung lainnya seperti penggunaan teknologi terkini, tepat guna, dan ramah lingkungan serta mempertimbangkan aspek-aspek kemungkinan bencana yang akan datang. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan bagi kegiatan pembangunan berbagai sektor yang membutuhkan ruang. Penataan ruang adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam bidang pengembangan wilayah yang mencakup tiga proses utama yang saling terkait, yaitu perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga hal tersebut berjalan sebagai suatu siklus kontinu dalam suatu manajemen penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusia. V- 1

2 5.2 PRINSIP-PRINSIP DASAR REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Berorientasi pada masyarakat dan partisipatif. (2) Pembangunan berkelanjutan, yang mengutamakan keseimbangan aspek kelayakan ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan sesuai dengan lingkungan (environmentally sound). (3) Holistik, yaitu kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi harus mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan berdasarkan pada strategi yang komprehensif. (4) Terpadu melalui koordinasi dan strategi yang efektif untuk menjamin konsistensi dan efektifitas antara program sektoral dan daerah di tingkat provinsi dan kabupaten. (5) Efisien, transparan, dan akuntabel. (6) Adanya monitoring dan evaluasi yang efektif. (7) Sesuai dengan Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. (8) Prioritas diberikan untuk melindungi dan membantu anggota masyarakat korban bencana yang paling rentan, khususnya anak-anak dan perempuan, penyandang cacat, mereka yang telah kehilangan rumah dan harta-benda, masyarakat miskin, dan mereka yang telah kehilangan pencari nafkah utama dalam keluarga. (9) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat diprioritaskan pada daerah-daerah yang terkena bencana. (10) Kabupaten Alor merupakan wilayah rawan gempa bumi, maka untuk membangun bangunan vital, strategi dan bangunan lainnya yang akan mengundang konsentrasi banyak orang harus dibangun dengan mengikuti kaidah-kaidah bangunan tahan gempa bumi. Wilayah yang mempunyai skala intensitas MMI VIII hingga IX merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap goncangan gempa bumi. Wilayah yang mempunyai skala intensitas MMI hingga VII merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan menengah terhadap goncangan gempa bumi. Rehabilitasi dan rekonstruksi Kabupaten Alor dilaksanakan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan dengan pertimbangan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi harus menjangkau perspektif jangka panjang melebihi satu-dua tahun, sehingga kegiatan pembangunan perlu memperhitungkan dampak jangka panjang. (2) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi perlu memperhatikan hubungan keterkaitan (interdependency) antara pelaku alam, sosial dan buatan manusia. (3) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan lingkungan, kebutuhan sosial-budaya-politik dan V- 2

3 kebutuhan ekonomi yang perlu dipenuhi sekaligus dalam dimensi kebutuhan hidup manusia dan masyarakat. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi juga harus memperhatikan prinsip keberlanjutan daya dukung lingkungan, yaitu: (1) Pemanfaatan sumberdaya alam terbaharukan yang dapat dipergunakan kembali (resource recovery) dan didaur ulang dengan pola efisiensi yang tinggi; (2) Pemanfaatan sumberdaya alam tak terbaharukan yang mengindahkan ambang batas (threshold) pembaharuan dirinya (daya dukung lingkungan); (3) Melakukan kegiatan yang menghasilkan tingkat pencemaran yang serendah mungkin di bawah ambang batas kesehatan makhluk hidup; (4) Meminimalkan alokasi ruang, khususnya penghematan tanah yang semakin terbatas ketersediaannya; (5) Pemanfaatan energi terbarukan seoptimal mungkin dan energi tak terbarukan dengan cara penggunaan seminimal dan sebersih mungkin dengan mempertimbangkan daya dukung dan keseimbangan lingkungan. 5.3 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG DAN MITIGASI BENCANA Penataan ruang kembali wilayah Kabupaten Alor berprinsip mitigasi bencana, dan mengantisipasi dampak bencana. Untuk itu, tata ruang yang baru memuat arahan yang jelas dan terarah dalam menetapkan kawasan rawan bencana, kawasan budidaya berbasis bencana gempa (kawasan permukiman, perdagangan, pusat pemerintahan, kelautan dan perikanan, pertanian dan perkebunan, kehutanan, pariwisata dan pertambangan). Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Alor pasca bencana gempa bumi ini adalah untuk membangun kembali wilayah, kawasan dan lingkungan permukiman yang rusak akibat bencana gempa sehingga masyarakat dapat segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana yang kemungkinan akan terulang lagi. Kabupaten Alor yang terletak pada wilayah jalur gempa tektonik, serta kondisi geologi dan morfologinya yang rentan terhadap goncangan gempa bumi yang dapat memicu terjadinya longsoran, oleh karenanya diperlukan arahan rencana tata ruang baru yang lebih mempertimbangkan aspek kerawanan bencana. Kebijakan dan strategi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mewujudkan kondisi penghidupan masyarakat yang lebih baik dan yang sadar akan kebencanaan Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik di wilayah rawan bencana, diperlukan zonasi yang tanggap akan kerawanan bencana. Berdasarkan atas kajian terhadap data-data yang madai, penetapan zona V- 3

4 tersebut misalnya: zona dengan potensi tingkat kerawanan bencana tinggi, zona dengan potensi tingkat kerawanan bencana sedang, zona dengan potensi tingkat kerawanan bencana rendah dan zona aman. Pada masing-masing zona perlu dibangun fasilitas perlindungan dan penyelamatan yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap zona. Strategi: (1) Mewujudkan lingkungan hidup yang lebih berkualitas bagi masyarakat. Kegiatan pokok meliputi: pembangunan kembali prasarana dan sarana sosial ekonomi (fasilitas umum) sehingga masyarakat yang terkena bencana dapat segera melakukan kegiatan secara normal. (2) Memfasilitasi Pemda merevisi Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Kegiatan pokok meliputi: pendampingan kepada pemerintah daerah dalam menyusun/revisi Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang dan peraturan pelaksanaannya (termasuk building code). Pemberdayaan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam mekanisme penanganan bencana. (3) Membangun prasarana dan sarana sistem peringatan dini serta berbagai fasilitas untuk perlindungan dan penyelamatan apabila terjadi bencana alam. 2. Revitalisasi kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis sumber daya alam dan ekonomi lokal Bencana gempa di Kabupaten Alor dengan pusat gempa berada di wilayah perdesaan telah menyebabkan rusaknya berbagai kegiatan perekonomian masyarakat, khususnya di sektor pertanian, yang menjadi mata pencaharian utama mereka. Untuk itu, diperlukan upaya pengaktifan dan pemulihkan kembali keadaan perekonomian masyarakat yang terkena dampak gempa dengan mengembangkan perekonomian yang berbasis sumber daya alam dan ekonomi lokal (unggulan daerah). Strategi: (1) Memulihan dan meningkatkan kegiatan pertanian Kegiatan pokok meliputi: (i) rehabilitasi/pembangunan jaringan irigasi (termasuk tersier dan kuarter); (ii) rehabilitasi jalan usaha tani; (iii) pembangunan unit perbibitan/perbenihan; (iv) pembangunan fasilitas pemasaran hasil pertanian; (v) penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna; (vi) pengembangan pertanian terpadu; (vii) bantuan sarana pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. (2) Memulihkan dan meningkatkan kegiatan perikanan Kegiatan pokok meliputi: fasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat pesisir. (3) Mengembangkan perekonomian berdasarkan potensi wilayah dan keanekaragaman komoditas unggulan V- 4

5 Kegiatan pokok meliputi: (i) pengembangan pariwisata dan budaya; (ii) pengembangan ekonomi lokal komoditas industri seperti perkebunan dan kehutanan (kenari, vanili, kemiri dll), perikanan dan hasil laut, pertanian dan peternakan (rusa), kerajinan tenun dll. 3. Memulihkan dan membangun kembali daya dukung lingkungan dengan antisipasi kemungkinan terjadinya bencana tsunami. Apabila pusat gempa berada di laut, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya besar tsunami. Kondisi geologi dan morfologi Pulau Alor juga rentan terhadap kelongsoran, sehingga gempa skala kecil pun dapat menimbulkan kerusakan. Karena itu dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi diperlukan kebijakan untuk memulihkan kembali daya dukung lingkungan yang juga mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana tsunami dan longsor. Strategi: (1) Membangun daerah penyangga (green belt) sesuai dengan karakter pantai Kegiatan pokok meliputi: (i) penelitian kualitas tanah dan uji coba tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah di kawasan pantai Pulau Alor; (ii) penanaman terumbu karang; (iii) rehabilitasi mangrove dan vegetasi perintis kawasan pantai. (2) Melakukan pembenahan wilayah bencana Kegiatan pokok meliputi: (i) penataan kembali sumber air minum, dan (ii) menata ulang sistem irigasi persawahan. (3) Merehabilitasi tanah yang longsor Kegiatan pokok meliputi: (i) penelitian kualitas tanah, termasuk kegiatan survei; (ii) pengklasifikasian status tanah; (iii) evaluasi dan rekomendasi penanganan seperti pembangunan tanggul dengan sistem bronjong. (4) Mengamankan fungsi kawasan hutan Kegiatan pokok meliputi: pengamanan fungsi kawasan hutan, baik hutan lindung maupun hutan produksi yang berada di Alor maupun kawasan lainnya yang berdekatan. (5) Rehabilitasi Sumber Air Kegiatan pokok meliputi: (i) pengelolaan lahan melalui Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL); (ii) melindungi dan mengembangkan sumber-sumber air; (iii) pengelolaan vegetasi untuk perlindungan tanah dan tata air; dan (iv) pembinaan kesadaran dan kemampuan sumber daya manusia. V- 5

6 4. Melibatkan masyarakat dan menggunakan pranata sosial dan budaya dalam menghadapi bencana dan kegiatan pembangunan Dalam melaksanakan pembangunan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, peran serta masyarakat lokal merupakan unsur utama dalam proses penanganan bencana dan maupun tahapan pembangunan. Diharapkan juga dengan peran serta yang tinggi, masyarakat tidak mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan pemerintah. Strategi: (1) Membangun Sistem Peringatan Dini secara terintegrasi Kegiatan pokok meliputi: (i) menyusun Standar, Operasi dan Prosedur (SOP) untuk respon darurat bencana; (ii) melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan institusi pemerintah; dan (iii) membangun prasarana dan sarana sistem peringatan dini. (2) Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mengantisipasi bencana Kegiatan pokok meliputi: (i) memanfaatkan nilai kearifan lokal sebagai bagian yang melengkapi sistem peringatan dini; (ii) memberdayakan peran masyarakat dalam mekanisme penanganan bencana melalui pengembangan kurikulum pendidikan tentang kebencanaan dan pelatihan secara terus menerus mengenai upaya penyelamatan dari bencana. (3) Melibatkan masyarakat dalam pembangunan bidang SDA dan LH Kegiatan pokok meliputi: (i) memberdayakan pranata sosial dan lembaga adat yang ada dalam proses perencanaan dan pelaksanaan; serta (ii) membangun mekanisme pengawasan sesuai dengan nilai sosial, budaya dan aspirasi masyarakat setempat. 5.4 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG SOSIAL BUDAYA Fokus dalam pembangunan sosial budaya adalah pemulihan kehidupan beragama, pemulihan kesehatan masyarakat, pemulihan pendidikan, dan aktivitas sosial budaya lainnya Kebijakan dan Strategi Sub Bidang Agama Permasalahan Pokok: 1. Terganggunya ketenteraman rohani warga masyarakat akibat kehilangan keluarga, sanak saudara, dan handai taulan karena meninggal dunia atau menderita sakit dan cacat. 2. Rusaknya simbol-simbol keagamaan yang merekatkan individu di dalam satu unit sosial dan masyarakat seperti gereja, kapel, masjid, dan pura. 3. Terganggunya kesempatan anak-anak untuk memperoleh pengasuhan orang tua dan bimbingan keagamaan. V- 6

7 4. Terganggunya hubungan kekerabatan antarwarga masyarakat dan memudarnya ikatan sosial karena mereka tinggal di tempat-tempat pengungsian yang tersebar di berbagai lokasi. 5. Perlunya memenuhi kebutuhan pelayanan konseling bagi anggota masyarakat yang mengalami trauma kejiwaan. Kebijakan dan Strategi. Kebijakan dan strategi yang akan ditempuh adalah pemulihan ketentraman rohani dengan cara : 1. Memberikan bimbingan dan konseling keagamaan; dan 2. Pemulihan simbol-simbol agama dengan merehabilitasi dan membangun sarana dan prasarana peribadatan Kebijakan dan Srategi Sub Bidang Kesehatan Permasalahan Pokok: 1. Adanya korban yang meninggal, mengalami luka-luka baik ringan dan berat, maupun yang mengalami depresi memerlukan pertolongan kesehatan dengan segera. 2. Sistem kesehatan kurang berjalan sempurna disebabkan rusaknya sarana dan prasarana pelayanan. 3. Terbatasnya air bersih dan terganggunya sanitasi lingkungan. 4. Kemungkinan timbulnya penyakit menular. Kondisi lingkungan yang buruk diikuti dengan kekurangan gizi dapat menyebabkan berjangkitnya berbagai penyakit menular, misalnya campak, diare, malaria dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Kebijakan dan strategi: 1. Penyelamatan korban bencana yang masih hidup, melalui strategi pelayanan kesehatan darurat dan pelayanan kesehatan bagi korban yang mengalami trauma. 2. Pemulihan sistem kesehatan, dengan strategi: merehabilitasi dan membangun prasarana dan sarana pelayanan kesehatan yang rusak dan memulihkan fungsi fasilitas pelayanan kesehatan. 3. Pencegahan terjadinya wabah penyakit, melalui strategi penilaian kebutuhan cepat (rapid health assessment); melakukan imunisasi, vector control, disinfeksi, penyediaan air minum; serta memperkuat survailans epidemiologi. 4. Pencegahan kekurangan gizi, melalui strategi memberikan bantuan makanan bagi bayi, balita dan ibu hamil; memberikan paket pertolongan gizi seperti vitamin A, tablet besi, syrup besi; memberikan penyuluhan gizi; dan memperkuat survailans gizi. V- 7

8 5.4.3 Kebijakan dan Strategi Sub Bidang Pendidikan Permasalahan Pokok: 1. Banyaknya sarana dan prasarana fasilitas pelayanan pendidikan yang rusak sehingga mengganggu proses belajar mengajar. 2. Rusaknya materi bahan ajar dan peralatan pendidikan seperti buku pelajaran, buku perpustakaan, dan alat peraga pendidikan menyebabkan menurunnya kualitas proses belajar mengajar. 3. Masih rendahnya partisipasi pendidikan. Dengan terjadinya bencana, kondisi tersebut dikhawatirkan akan memburuk sehingga diperlukan langkah kebijakan dan strategi yang tepat untuk tidak hanya mengembalikan keadaan seperti sebelum bencana tetapi menjadi lebih baik sejalan dengan pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah. Kebijakan dan Strategi: 1. Memperluas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan pendidikan bagi semua penduduk usia sekolah terutama untuk wajib belajar pendidikan 9 tahun melalui: (1) Rehabilitasi dan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan; (2) Pengembangan pendidikan alternatif untuk menjamin ketersediaan layanan pendidikan dasar bagi penduduk yang tidak dapat mengikuti proses pendidikan reguler; (3) Pembangunan baru sarana dan prasarana pendidikan khususnya untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA untuk meningkatkan partisipasi pendidikan untuk semua jenjang pendidikan, sesuai dengan kebutuhan daerah. Karena sampai tahun 2005 belum semua kecamatan memiliki sekolah jenjang pendidikan menengah, program pendidikan menengah akan menyediakan paling tidak 1 (satu) lembaga di setiap kecamatan; (4) Penyediaan biaya operasional pendidikan untuk membantu sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar yang berkualitas; (5) Membebaskan siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar dari seluruh biaya pendidikan; (6) Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin jenjang pendidikan menengah. 2. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan melalui (1) Peningkatan jumlah, kualitas dan profesionalisme pendidik; (2) Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum pendidik dan tenaga kependidikan. (3) Peningkatan ketersediaan sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan termasuk perpustakaan dengan buku-bukunya, serta laboratorium; (4) Pengembangan kurikulum yang relevan disesuaikan dengan kebutuhan lokal; 3. Memperkuat manajemen pelayanan pendidikan melalui: (1) Pengembangan sistem pendidikan termasuk pendidikan keluarga dan masyarakat; V- 8

9 (2) Peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha; (3) Pelaksanaan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan sebagai hak asasi, investasi, dan aset kepada seluruh kelompok masyarakat (4) Penataan dan peningkatan kinerja penyelenggaraan pendidikan termasuk penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi pendidikan. 5.5 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG EKONOMI Permasalahan Pokok. Permasalahan pada bidang ekonomi pasca bencana adalah rusaknya beberapa sarana dan prasarana kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan seperti pasar dan pertokoan, yang menyebabkan terganggunya kegiatan berusaha masyarakat dan menambahnya tingkat pengangguran. Kebijakan dan Strategi. Kebijakan dan strategi yang akan ditempuh adalah: 1. Memulihkan pendapatan masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja yang berkaitan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi dan memberikan kegiatan perluasan kesempatan kerja, padat karya, terutama bagi tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan. 2. Memulihkan fasilitas pelayanan masyarakat yang berkaitan langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat seperti pasar dan pusat-pusat perdagangan lainnya. Pemulihan diutamakan kepada sarana pelayanan masyarakat yang berkaitan langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat seperti pertanian, sarana irigasi dan drainase dan pusat-pusat pemasaran produksi. 3. Memberikan dukungan kepada masyarakat, terutama usaha kecil dan menengah untuk dapat memperoleh akses kepada sumber daya produktif. 4. Memberikan bantuan kepada masyarakat dalam memulihkan sarana produksinya. 5.6 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG INFRASTRUKTUR Permasalahan Pokok. Permasalahan pokok pada bidang ini adalah kerusakan infrastruktur dan perumahan, yang menimbulkan dampak sebagai berikut: 1. Rusaknya perumahan serta prasarana dan sarana pemukiman yang mengakibatkan ratusan penduduk kehilangan tempat tinggal. 2. Rusaknya beberapa jaringan jalan dan jembatan yang mengakibatkan terganggunya roda perekonomian. 3. Rusaknya beberapa tanggul penahan abrasi pantai, jaringan irigasi, dan bangunan-bangunan penampung air yang mengakibatkan terganggunya pelayanan air irigasi dan pasokan air baku untuk keperluan lainnya. Kebijakan dan Strategi: 1. Memprioritaskan penyediaan prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar serta prasarana untuk memperlancar logistik melalui: (i) rehabilitasi V- 9

10 akses jalan masuk dan jaringan jalan pendukungnya serta (ii) pembangunan kembali perumahan, air minum, sanitasi, irigasi dan drainase. 2. Membantu dan melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan beserta prasarana dan sarana dasar pendukungnya bagi para korban bencana. Selain itu juga untuk menyelesaikan bantuan dan penyediaan perumahan bagi korban bencana secepat mungkin. 3. Membangun kembali sistem transportasi dan komunikasi yang memadai untuk mendukung kelancaran hubungan antar wilayah di dalam dan antar kabupaten disertai dengan pembukaan jalur transportasi yang terintegrasi untuk memperlancar distribusi logistik yang efisien dan pengembangan wilayah. 4. Menjaga ketersediaan pangan dengan memprioritaskan rehabilitasi jaringan irigasi dan drainase yang rusak pada wilayah dimana petani penggarapnya telah siap. Prioritas diutamakan pada wilayah-wilayah pusat kegiatan ekonomi dan pemukiman, serta pengembalian fungsi sumber-sumber penyedia air baku. 5. Membangun kembali tanggul pengaman pantai dan tebing untuk pengamanan pusat-pusat kegiatan masyarakat. 6. Memulihkan rasa aman bagi penduduk terkena bencana melalui peningkatan penyiapan fasilitas infrastruktur untuk mendukung upaya penyelamatan terhadap ancaman bencana, melalui: (i) membangun sistem peringatan dini, (ii) mensosialisikan bangunan tahan gempa serta meningkatkan pengawasan pembangunan gedung-gedung dan perumahan, serta (iii) membangkitkan partisipasi masyarakat dengan mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah, (iv) menerapkan peraturan yang mengatur perijinan untuk bangunan tahan gempa. 7. Menerapkan secara konsisten prinsip-prinsip investasi yang didasarkan pada kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial dan budaya yaitu sebagai berikut : a. melakukan studi kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial, budaya untuk setiap kegiatan peningkatan dan pembangunan fasilitas baru sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melakukan investasi. b. memprioritaskan optimalisasi prasarana dan sarana yang telah dibangun, sebelum menetapkan pembangunan fasilitas baru. c. menerapkan keterpaduan intermoda prasarana dan sarana dalam menetapkan prioritas pelaksanaan kegiatan. d. keputusan jadwal pelaksanaan perlu selalu memperhatikan tingkat kepentingan (urgency) dan tingkat kesiapan (readiness). e. menerapkan metoda pelaksanaan dan sistem logistik yang efisien. f. melakukan konsultasi publik, antara lain ditujukan untuk menggali dan mengakomodasikan nilai budaya lokal. g. mempertimbangkan pemberian perlakuan terhadap masyarakat yang rumahnya rusak berat, sedang, ringan, serta rumah yang ada di daerah bencana sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial. V- 10

11 5.7 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PEMERINTAHAN Permasalahan Pokok. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah adanya sarana dan prasarana pemerintahan yang tidak berfungsi dan rusak, baik pada tingkat kabupaten, kecamatan dan desa yang menyebabkan menurunnya pelayanan pemerintahan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Selain itu, pada saat ini belum ada sistem dan prosedur yang memadai di dalam mengarahkan aparatur dalam menghadapi bencana, serta pelatihan-pelatihan rutin dalam menghadapi bencana. Kebijakan dan Strategi. Dasar pemikiran perumusan kebijakan ini adalah bahwa proses rehabilitasi dan rekonstruksi untuk perbaikan penyelenggaraan pemerintahan, dilakukan dengan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparan, partisipatif dan dilakukan dalam upaya memperkuat pemerintah daerah dalam pelaksanaan pelayanan publik yang efektif dan efisien; serta dengan mengefektifkan konsultasi publik yang dinamis dan melibatkan semua stakeholder dalam proses perencanaan, formulasi kebijakan, pembuatan keputusan, monitoring dan evaluasi. Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang pemerintahan adalah: 1. Meningkatkan kinerja pemerintah daerah untuk pelayanan umum. 2. Meningkatkan kapasitas pemerintah di daerah. 3. Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana lembaga pemerintahan yang permanen. Sedangkan, strategi rehabilitasi dan rekonstruksi bidang perbaikan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah: 1. Mengembalikan kinerja pemerintah daerah untuk pelayanan umum dengan melakukan perbaikan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pemerintahan yang masih dapat dipergunakan. 2. Meningkatkan kapasitas pemerintahan di daerah dengan: a. Meningkatkan kemampuan aparatur Pemda dalam penyusunan rencana daerah dalam menghadapi ancaman bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, melalui pelatihan-pelatihan fungsional dan teknis manajerial serta pengembangan sistem deteksi dini (early warning system). b. Memperbaiki sistem administrasi pemerintahan daerah sehingga responsif terhadap perubahan-perubahan yang tidak diduga (bencana alam dan bencana akibat ulah manusia seperti: terjadinya konflik, dll) c. Meningkatkan kemampuan aparatur Pemda dan anggota legislatif dalam proses penyusunan keuangan daerah yang mengacu kepada rencana daerah yang telah dibuat, terutama dalam menghadapi perubahanperubahan yang tidak diduga (bencana alam dan bencana akibat ulah manusia seperti konflik). V- 11

12 d. Memfasilitasi kegiatan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam penyusunan rencana pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten melalui penerapan tata pemerintahan yang baik. 3. Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana lembaga pemerintahan yang permanen dengan: a. Merehabilitasi prasarana pemerintah daerah berdasarkan masterplan dan rencana teknis. b. Menyediakan sarana kerja pemerintah daerah dan peralatan mitigasi bencana untuk mendukung pelayanan publik. V- 12

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA RINCI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

BAB VI RENCANA RINCI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BAB VI RENCANA RINCI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Pelaksanaan integrasi kebijakan sektoral dan daerah dijabarkan dalam rencana kerja berdasarkan lokasi, kegiatan yang dilakukan, pelaksana kegiatan,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MITIGASI BENCANA BENCANA : MITIGASI BENCANA BENCANA : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013 BAB IV 1 Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan No Visi / Misi Tujuan Sasaran 1 2 3 4 Misi : 1 Mengembangkan Masyarakat Lombok Barat yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

WAKTU No. KEGIATAN INSTANSI Meletakkan. pengurangan risiko bencana

WAKTU No. KEGIATAN INSTANSI Meletakkan. pengurangan risiko bencana Lampiran II MATRIKS : RENCANA PROGRAM/ KEGIATAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2013-2015 DI KABUPATEN PIDIE JAYA PRIORITAS RENCANA KEBIJAKAN/ WAKTU No KEGIATAN INSTANSI AKSI PROGRAM 2013 2014 2015 1 2 3 5

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agus Bastian,

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat 5.1 Visi Visi adalah suatu gambaran keadaan masa depan yang ingin diwujudkan berdasarkan segala sumber daya yang dimiliki. Visi yang ditetapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh aparatur serta masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. STRATEGI Untuk mencapai tujuan daerah yang merupakan hasil akhir dari tolok ukur pembangunan lima tahun yang akan datang dalam menjalankan misi guna mendukung terwujudnya

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 3.1 Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Kebijakan umum Pemerintah Daerah Kabupaten Garut adalah kebijakan yang disusun untuk menjawab permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten dari beberapa kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengalami kerusakan akibat tsunami. Dari 204 desa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia merupakan wilayah rawan bencana. Sejak tahun 1988 sampai pertengahan 2003 terjadi 647 bencana

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja NO NAMA SKPD HALAMAN 1 SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar 2 2 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Denpasar 3 3 SKPD : RSUD Wangaya Kota Denpasar 4 4 SKPD : Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

TABEL 3.2 MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN

TABEL 3.2 MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN TABEL 3.2 MATRIKS NO 1. Pemantapan Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Produk Pertanian 1 Peningkatan peluang usaha dibidang agribisnis 2 Peningkatan ketahanan pangan pertanian 3 Peningkatan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Kabupaten Grobogan pada saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

DAFTAR PRIORITAS DAERAH DAN SASARAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015

DAFTAR PRIORITAS DAERAH DAN SASARAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015 DAFTAR PRIORITAS DAERAH DAN SASARAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015 No Prioritas Daerah Sasaran Program SKPD 1 Peningkatan Mutu Pendidikan - Meningkatnya pemerataan dan kualitas pendidikan anak usia sekolah

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

VISI : TERWUJUDNYA BANGKALAN YANG MAKMUR, MANDIRI DAN AGAMIS

VISI : TERWUJUDNYA BANGKALAN YANG MAKMUR, MANDIRI DAN AGAMIS Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Arah Kebijakan 1 Mewujudkan sumber daya manusia Bangkalan yang agamis, produktif, berkualitas dan berdaya saing kualitas sumber daya manusia agar berdaya saing,

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci