SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA ASUH KESEHATAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN MANOKWARI PROPINSI PAPUA BARAT THERRESSE NOFIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Hubungan antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan Status Gizi Balita di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Therresse Nofianti NRP I

3 ABSTRACT THERRESSE NOFIANTI. Analysis of Association between Feeding Practice, Parenting Health and Incidence of Malaria with Nutritional Status of Children Under Five in District of Manokwari of West Papua Province. Supervised by M. RIZAL M. DAMANIK and SITI MADANIJAH. The objective of this research was to analyze association of parenting, parenting health and malaria incidence with nutritional status of children under five years in Distric of Manokwari of West Papua Province. The design of this research was cross sectional study with total sample of 100 children under five years. The results of the research showed that there is a association between feeding practice, sufficient level of energy, sufficient level of protein, the incidence of malaria and nutritional status. However, there was no association between parenting health and nutritional status. There was no association between feeding practice, sanitary environment with malaria, but there was a association between health care pattern with the incidence of malaria. Factors that significantly influence the incidence of malaria was environmental sanitation, health parenting and child hygiene practices, while the factors that significantly affect the nutritional status of children under five were energy consumption, knowledge of mothers about breastfeeding and maternal knowledge about malaria. Key words: malaria incidence, nutritional status, feeding practice, under five years

4 RINGKASAN THERRESSE NOFIANTI. Analisis Hubungan Antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan Status Gizi Balita di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat. Dibimbing oleh M. RIZAL M. DAMANIK dan SITI MADANIJAH. Malaria merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium dan dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, serta malaria secara langsung menyebabkan anemia dan menurunkan produktivitas kerja. (Kemenkes, 2011). Berdasarkan data Riskesdas, Propinsi Papua Barat dan Papua memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional yaitu sebesar 9.1% dan 17.4%. Besarnya angka malaria tahun 2009 sampai 2010 di seluruh Indonesia adalah Kabupaten Manokwari merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Papua Barat. Pada tahun 2010 sekitar 10% anak balita di Kabupaten Manokwari mengalami gizi buruk dari balita yang ditimbang di posyandu dan Puskesmas. Pada tahun 2011 jumlah balita yang terjangkit malaria diperkirakan sebanyak 17% atau sekitar 918 balita. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi balita di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan di 4 Puskesmas yaitu Puskesmas Sanggeng, Wosi, Warmare dan Prafi di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat, berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Juli Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap ibu balita untuk mendapatkan data karakteristik keluarga, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, karakteristik anak balita, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan, riwayat menyusui dan penyapihan, kejadian malaria, dan sanitasi lingkungan. Data konsumsi pangan diperoleh dari recall 2 x 24 jam sedangkan status gizi balita dilakukan dengan cara pengukuran antropometri berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi Analisa bivariat Chisquare digunakan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan, tingkat kecukupan gizi, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria dan status gizi balita. Analisis multivariat regresi logistik dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria dan status gizi balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik keluarga diperoleh rata-rata umur ibu adalah 28 tahun, umur ayah 32 tahun, rata-rata jumlah anggota keluarga 4 orang dan rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp Ditinjau dari status pendidikan orangtua, diperoleh bahwa 67% ibu balita berpendidikan rendah ( SLTP) dan 33% lainnya berpendidikan tinggi (>SLTP). Jika ditinjau dari pendidikan suami, 54% suami berpendidikan rendah ( SLTP) dan 46% lainnya berpendidikan tinggi (>SLTP). Berdasarkan asal suku, diperoleh bahwa 44% ibu adalah masyarakat asli Papua dan lainnya 56% merupakan masyarakat pendatang. Bila ditinjau dari status pekerjaan orang tua, diperoleh hanya 23% ibu yang bekerja dan 100% ayah bekerja. Berdasarkan umur anak, diperoleh bahwa sebagian besar (70%) balita berumur 2-3 tahun, rata-rata usia balita adalah tiga tahun, 59% anak balita

5 berjenis kelamin perempuan dan 41 lainnya berjenis kelamin laki-laki, 13% balita memiliki berat badan lahir rendah (< gram) dan 87% balita lainnya memiliki berat badan lahir normal. Rata-rata berat badan lahir balita adalah gram. Berdasarkan pengetahuan ibu tentang ASI, diperoleh 46% ibu memiliki pengetahuan ASI yang kurang baik. Berdasarlkan pola asuh makan, diperoleh bahwa 65% ibu memiliki pola asuh makan yang kurang baik, disebabkan riwayat pemberian ASI dan penyapihan yang kurang baik serta praktek makan yang kurang baik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin B12 balita masih kurang dari AKG yang dianjurkan. Berdasarkan pola asuh kesehatan diperoleh diperoleh 57% ibu memiliki pola asuh kesehatan yang kurang baik. Sebagian besar (80%) ibu memiliki praktek kebersihan yang baik, 85% ibu memiliki pola asuh yang baik dalam merawat anak ketika sakit dan 74% ibu belum menerapkan praktek pencegahan malaria yang baik. Pada umumnya ibu balita hanya menerapkan 2-3 praktek pencegahan saja dari tujuh praktek pencegahan malaria yang dianjurkan oleh dinas kesehatan. Hasil penelitian mengenai sanitasi lingkungan menunjukkan bahwa 82% sanitasi lingkungan tempat tinggal responden berada dalam kategori kurang baik. Ditinjau dari kejadian malaria, diperoleh 69% tingkat kejadian malaria pada balita di Kabupaten Manokwari tinggi, hal ini disebabkan pada saat penelitian dan selama enam bulan terakhir banyak balita yang sakit. Berdasarkan status sakit, 80% balita menderita sakit malaria dimana 42% balita mengalami malaria berat yaitu malaria jenis tropika dan 58% lainnya menderita malaria ringan. Ditinjau dari status gizi, rata-rata status gizi balita berdasarkan BB/TB adalah normal, namun terdapat 31% balita kurus sementara balita gemuk tidak ditemukan. Selanjutnya berdasarkan TB/U, secara rata-rata status gizi balita adalah normal, namun 21% balita termasuk pendek. Sedangkan berdasarkan BB/U diperoleh 45% balita memiliki status gizi yang tidak normal dan 55% balita lainnya normal. Balita dengan status gizi buruk dan gizi lebih tidak ditemukan dalam penelitian ini. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh makan, tingkat kecukupan energi tingkat kecukupan protein, kejadian malaria dengan status gizi. Namun tidak ada hubungan antara pola asuh kesehatan dengan status gizi. Tidak ada hubungan antara pola asuh makan dengan kejadian malaria, namun terdapat hubungan antara pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria. Analisis uji lanjut dengan regresi logistik menunjukkan faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah sanitasi lingkungan, pola asuh kesehatan dan praktek kebersihan anak; sedangkan faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap status gizi anak balita adalah konsumsi energi, pengetahuan ibu tentang ASI, pengetahuan ibu tentang malaria serta kejadian malaria. Kata kunci : balita, kejadian malaria, pola asuh, status gizi

6 Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA ASUH KESEHATAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN MANOKWARI PROPINSI PAPUA BARAT THERRESSE NOFIANTI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Gizi Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc

9 Judul Tesis : Analisis Hubungan antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan Status Gizi Balita di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat Nama : Therresse Nofianti NRP : I Disetujui Komisi Pembimbing drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc, PhD Ketua Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc, PhD Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tanggal Ujian: 17 Desember 2012 Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat hidayah dan karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan Status Gizi Balita di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc, PhD dan Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan motivasi. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ayah, ibu, kakak, adik, dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terimakasih juga Penulis sampaikan kepada suami tercinta Fadli Zainuddin dan anak tersayang Taufiq Akbar Zainuddin atas semangat, perhatian dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2013 Therresse Nofianti

12

13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sorong, Papua Barat pada tanggal 08 November Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara pasangan suami isteri Bapak Drs. Marlis dan Ibu Agustina Hermiyanti. Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Manokwari dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Universitas Cenderawasih (UNCEN) yang sejak tahun 2001 berubah menjadi Universitas Negeri Papua (UNIPA), Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dengan minat Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Penulis menyelesaikan studi di UNIPA pada tahun 2004 dan bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas Negeri Papua sejak tahun 2005 sampai sekarang. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan kembali pendidikan Strata 2 (S2) pada Sekolah Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia dengan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Direktorat Pendidikan Tinggi.

14

15 xi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xiii xiv xv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 5 Manfaat Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Pola Asuh... 6 Sanitasi Lingkungan Status Gizi Anak Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh, Kejadian Malaria dan Status Gizi Kejadian Malaria KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Keluarga dan Anak Balita Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Malaria Pola Asuh Makan dan Pola Asuh Kesehatan Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi Balita Sanitasi Lingkungan dan Kejadian Malaria Status Gizi Balita Hubungan antar variabel pola Asuh Makan, Tingkat Konsumsi, Pola Asuh Kesehatan,Kejadian Malaria dengan Status Gizi Balita Hubungan Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan, Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Malaria Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Kejadian malaria dan status gizi... 77

16 xii SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 88

17 xiii DAFTAR TABEL Halaman 1 Pedoman pemberian makanan yang sehat Angka kecukupan gizi balita yang dianjurkan menurut AKG Kategori interpretasi status gizi berdasarkan tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB standar baku antropometeri WHO-NCHS) Cara pengumpulan data primer Rekapitulasi pengkategorian variabel penelitian Kegiatan penemuan dan pengobatan malaria di Kabupaten Manokwari Tahun Distribusi contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga... 8 Distribusi balita berdasarkan karakteristik balita di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan tentang ASI dan malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi balita berdasarkan pola asuh makan di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi contoh berdasarkan pola asuh makan dan karakteristik sosial ekonomi keluarga Distribusi balita berdasarkan pola asuh kesehatan di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi contoh berdasarkan pola asuh kesehatan dan karakteristik sosial ekonomi keluarga Rataan asupan energi dan zat gizi balita per hari di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi balita berdasarkan tingkat kecukupan gizi di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi balita berdasarkan kejadian malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi contoh berdasarkan kejadian malaria dan karakteristik sosial ekonomi keluarga Distribusi balita berdasarkan status gizi di Puskesmas Kabupaten Manokwari Distribusi status gizi berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik balita Hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita Hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria di Kabupaten Manokwari Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria dan status gizi balita... 78

18 xiv DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Peta stratifikasi malaria Tahun Peta persebaran API di Kabupaten Manokwari Tahun Kerangka pemikiran hubungan pola asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi balita Skema tahapan pengambilan contoh Praktek ibu dalam mencegah malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari... 62

19 xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita... 89

20

21 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani dan jumlahnya dalam populasi besar. Pada balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. bahkan gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki dimana kekurangan gizi pada saat balita akan berdampak hingga masa remaja dan dewasa sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Gizi salah adalah penyebab kematian dan kesakitan dan berhubungan dengan peningkatan risiko malaria berat. Malaria merupakan penyebab kematian diantara anak dibawah lima tahun, penyebab berat badan lahir rendah pada bayi dan kematian ibu. Telah lama diakui bahwa kondisi populasi yang tinggal di daerah malaria umumnya mengarah ke status gizi buruk dimana kekurangan gizi merupakan faktor resiko terkena serangan malaria klinis (Gomes & Elisa, 2002). Penelitian Nurhadimuda (2003) menyebutkan bahwa infeksi malaria mempengaruhi penurunan status gizi anak balita di Purworejo, sedangkan penelitian Tarmidzi M (2006) menyebutkan bahwa kejadian malaria tidak berhubungan dengan status gizi pada balita di Kecamatan Kokap dan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Propinsi D.I Yogyakarta. Selanjutnya malaria dan kekurangan gizi penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di pedesaan sub-sahara Afrika. Ditemukan bahwa anak-anak kekurangan gizi kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami malaria (Deen, Walraven & Seidlein, 2002). Jeremiah ZA & Uko EK (2007) juga menyebutkan bahwa anak-anak di bawah lima tahun di Harcourt Nigeria memiliki tingkat parasit lebih tinggi (36.36%) dan beresiko mengalami mordibitas dibandingkan dengan kelompok 5-8 tahun (21.27%) sehingga perlu gizi yang cukup untuk menahan dampak negatif dari malaria. Berdasarkan data Riskesdas (2010), prevalensi nasional gizi buruk dan gizi kurang untuk kategori balita mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai Hingga tahun 2010 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebesar 6.5% dan 8.2%. Propinsi Papua Barat dan Papua memiliki prevalensi gizi buruk dan

22 2 gizi kurang diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 9.1% dan 17.4%. Pada tahun 2007 persentase BBLR tertinggi adalah Provinsi Papua Barat (23.8%) sama halnya dengan tahun 2010 (23.8%), persentase BBLR sedikit lebih tinggi di pedesaan (12.2%) dibanding di perkotaan (10.8%). Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga karena pola asuh ibu dan penyakit infeksi. Pada keadaan terserang penyakit infeksi, penderita biasanya berkurang nafsu makannya yang pada akhirnya dapat menderita kurang gizi. Lemahnya kemampuan ibu dan keluarga untuk memberikan pola asuh akan berakibat pada kejadian gizi kurang bahkan gizi buruk pada anak balita. Anak yang mendapatkan kualitas pengasuhan yang lebih baik besar kemungkinan akan memiliki angka kesakitan yang rendah dan status gizi yang relatif lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Anwar (2000) bahwa pola asuh makan sangat menentukan status gizi anak. Ibu yang dapat membimbing anak tentang cara makan yang sehat dan bergizi akan meningkatkan gizi anak. Selanjutnya menurut Widayani S (2000) ada hubungan yang sangat kuat antara pola asuh dengan status gizi balita. Pola pengasuhan anak adalah pengasuhan anak dalam pra dan pasca kelahiran, pemberian ASI, pemberian makanan, dan pengasuhan bermain (Hamzah A, 2000). Malaria merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium dan dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes, 2011). Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization menyebutkan sebanyak 665 ribu orang meninggal disebabkan penyakit malaria pada tahun Dari jumlah tersebut, sebanyak 86% merupakan anak-anak di bawah lima tahun (WHO, 2010). Menurut Prabowo A (2002), malaria menyerang penduduk yang tinggal didaerah endemis atau orang-orang yang bepergian ke daerah yang angka penularannya tinggi. Selanjutnya Estefania et al, (2009) menyebutkan bahwa prevalensi parasit malaria lebih tinggi dipedesaan dibandingkan didaerah perkotaan (P=0.06) didukung oleh penelitian Kirby et al, (2008) bahwa penularan malaria terbesar terjadi didaerah pedesaan Gambia Sahara Afrika, dimana masyarakat tidur dalam rumah yang terbuat dari bata dan atap terbuka.

23 3 Besarnya angka malaria tahun 2009 sampai 2010 di seluruh Indonesia adalah Tahun 2011, angka Annual Parasite Insidence di Indonesia adalah 1.75, Papua barat 33,25 permil dan Papua (Ditjen P2PL, 2012). Menurut kelompok umur, angka kasus baru malaria terendah adalah pada kelompok umur <1 tahun (11.6%) sedangkan pada kelompok umur lainnya relatif sama. Angka kasus baru malaria pada kelompok umur <1 tahun merupakan indikator terjadinya penularan malaria di dalam rumah atau di sekitar rumah. Prevalensi malaria klinis di perdesaan dua kali lebih besar dari prevalensi di perkotaan, dan cenderung tinggi pada responden dengan pendidikan rendah, kelompok petani/nelayan/buruh dan kelompok dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita rendah (Riskesdas 2010). Perumusan Masalah Malaria masih menjadi salah satu penyakit yang mematikan di Provinsi Papua Barat, sebanyak 15% penyebab kematian di provinsi ini disebabkan oleh malaria. Trend prevalensi penyakit malaria di provinsi selama tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan namun angkanya masih tetap tinggi. Pada tahun 2008, dalam penduduk terdapat 84 orang yang terjangkit malaria dan tahun 2010 turun menjadi 64 orang. Itu berarti, dari jumlah penduduk jiwa, yang terjangkit malaria mencapai orang setiap tahun. Dari jumlah penderita yang tercatat selama tahun 2010, sebanyak 4678 orang dirawat inap di rumah sakit dan Puskesmas, serta 61 orang meninggal karena malaria. Jumlah penderita malaria yang meninggal terbanyak ada di Kabupaten Manokwari dan Fakfak. Kabupaten Manokwari merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Papua Barat dan terdiri dari 29 kecamatan. Kabupaten Manokwari merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Papua Barat dimana pada tahun 2010 sekitar 10% anak balita di kabupaten ini mengalami gizi buruk dari balita yang ditimbang di posyandu dan Puskesmas. Pada tahun 2011 jumlah balita yang terjangkit malaria diperkirakan sebanyak 17% atau sekitar 918 balita. Diantara anak di bawah lima tahun (balita) dengan gejala klinis malaria, hanya sekitar 4.4% yang menerima pengobatan malaria, sementara balita yang menderita malaria umumnya hanya

24 4 menerima obat untuk mengurangi demam (67.6%) (Riskesdas, 2010). Jika terpapar malaria, balita berisiko mengalami anemia dan kekurang gizi (Dinkes Kab. Manokwari, 2010). Dari 22 Puskesmas yang ada di Kabupaten Manokwari, hanya 16 Puskesmas yang berjalan baik dan Posyandu hanya 80% dari 270 unit yang aktif (Dinkes Kab Manokwari, 2010). Pemerintah Papua Barat, telah berupaya melakukan sejumlah program untuk mengurangi kasus yang terjadi dan mewujudkan target bebas malaria di Papua Barat pada tahun 2030, diantaranya kerjasama dengan lembaga asing seperti Global Found maupun UNICEF, pengadaan mikroskop dan rapid test di seluruh puskesmas baik di perkotaan maupun pedalaman, menganjurkan kepada penderita agar melakukan tes darah dan mengonsumsi obat yang benar. Namun prevalensi dan penderita malaria masih tetap tinggi, diduga karena masyarakat di kabupaten ini terlambat menerima penggunaan obat malaria, pola asuh ibu, pola hidup masyarakat yang tidak sehat dan kondisi lingkungan yang berawa dan lembab. Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang: 1. Bagaimana hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita. 2. Bagaimana hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria. 3. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan terhadap kejadian malaria dan status gizi balita di Kabupaten Manokwari.

25 5 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian untuk menganalisis hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi balita di Kabupaten Manokwari. b. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Menganalisis hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita. 2. Menganalisis hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria. 3. Menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan terhadap kejadian malaria dan status gizi balita. Manfaat Penelitian a. Manfat Teoritis Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan perbaikan status gizi balita dengan kejadian malaria. Sebagai referensi untuk studi lebih lanjut bagi para peneliti yang tertarik pada masalah gizi, khususnya bayi dan balita, efek pola asuh ibu dan kejadian malaria terhadap status gizi. b. Manfaat Praktis Memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat khususnya para orangtua dan pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari dalam penanggulangan masalah malaria dan status gizi balita.

26 TINJAUAN PUSTAKA Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun dan merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup dinas kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini Y, 2004) Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah (Wikipedia, 2009). Pola Asuh Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya (Soekirman, 2000). Pola pengasuhan anak adalah pengasuhan anak dalam pra dan pasca kelahiran, pemberian ASI, pemberian makanan, dan pengasuhan bermain (Hamzah A, 2000). Selanjutnya Engle P (1992) mengatakan bahwa praktek pengasuhan ditingkat rumah tangga adalah memberikan perawatan kepada anak dengan pemberian makanan dan kesehatan melalui sumber-sumber yang ada untuk kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan Pengasuhan anak adalah suatu fungsi penting pada berbagai kelompok sosial dan kelompok budaya. Fungsi ini meliputi pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti pemberian makanan, mandi, dan menyediakan dan memakaikan pakaian buat anak, termasuk di dalamnya adalah monitoring kesehatan anak, menyediakan obat, merawat serta membawanya ke petugas kesehatan profesional. Tambahan lain adalah diterimanya fungsi hiburan, pendidikan,

27 7 sosialisasi, penerimaan informasi pandangan serta nilai dari pengasuh mereka (O'Connel,1994, Sri Dara A, 2008). Pola Asuh Makan Jumlah dan kualitas makanan yang dibutuhkan untuk konsumsi anak penting sekali dipikirkan, direncanakan, dan dilaksanakan oleh ibu atau pengasuhnya. Pola asuh makan anak akan selalu terkait dengan pemberian makan yang akhirnya akan memberikan sumbangan terhadap status gizinya. Riwayat Menyusui Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama dan tetap berguna sampai berumur dua tahun. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan bayi. Selain itu ASI juga mengandung zat kekebalan yang dibutuhkan bayi untuk menjaga kesehatan tubuhnya agar tidak terganggu oleh berbagai penyakit termasuk penyakit infeksi. Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Linkages, 2002) namun pemberian ASI eksklusif tidak menurunkan prevalensi parasit malaria (Victoria et al, 2011) Menyusui diakui sebagai salah satu cara yang paling hemat biaya dan efektif biaya untuk menyediakan makanan yang terbaik untuk bayi, mendorong kekebalan bayi dengan menyediakan perlindungan dari penyakit infeksi dan mengurangi penyakit diare dan penyakit pernapasan. Bukti lebih lanjut telah menunjukkan bahwa berhenti menyusui dini meningkatan tingkat kesakitan dan kematian di antara anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. Pada bayi yang terpajan dan yang terinfeksi HIV berusia enam sampai 15 bulan, menyusui secara signifikan menurunkan risiko malaria. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi prospektif di Tororo, sebuah daerah

28 8 pedesaan dengan tingkat malaria yang tinggi di wilayah timur laut Uganda. Namun para peneliti menemukan bahwa ASI tidak melindungi terhadap malaria pada anak-anak yang tidak terpapar HIV dan terinfeksi HIV dari usia bulan. Profilaksis kotrimoksazol terlihat secara signifikan mengurangi risiko malaria ketika membandingkan bayi yang tidak terpajan HIV yang tidak menggunakan kotrimoksazol terhadap bayi yang terpajan atau terinfeksi HIV yang menggunakan kotrimoksazol (Vora et al, 2010). Riwayat Penyapihan Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan sapihan hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama (Arisman MB, 2004). MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). Makanan anak 0-4 bulan adalah ASI semata. Pada usia 4-6 bulan anak diberi ASI serta buah 1-2 kali dan makanan lunak 1 kali. Saat berumur 6-9 bulan anak diberi ASI plus buah 1-2 kali dan makanan lunak 1 kali dan makanan lembek 2 kali. Umur 9-12 bulan anak tetap diberi ASI, plus buah 1-2 kali dan makanan lembek 3 kali. Pada anak usia lebih 1 tahun masih tetap diberi ASI plus buah 1-2 kali, makanan pokok serta lauk pauk 4 kali atau lebih (Depkes, 2000; Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Prinsip pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) berdasarkan WHO dibagi atas dua kategori, yaitu untuk anak yang masih menyusui dan anak yang sudah tidak menyusui. Berikut kami sajikan ringkasan prinsip pemberian MP-ASI buat anak yang masih mendapatkan ASI (WHO, 2001). Departemen Kesehatan RI Tahun 2000 mengeluarkan pedoman pemberian makanan yang sehat seperti Tabel 1 berikut :

29 9 Tabel 1 Pedoman pemberian makanan yang sehat Umur 0 4 bulan ASI Makanan lumat Makanan lembik Makanan orang dewasa 4 6 bulan 6 12 bulan bulan 24 bulan ke atas Keterangan : - Makanan lumat halus adalah makanan yang dihancurkan terbuat dari tepung dan tampak homogen. Misalnya adalah bubur susu, bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, pepaya saring, pisang saring, dll. - Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata. Misalnya adalah pepaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang ijo saring, kentang pure. - Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair. Misalnya adalah bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang ijo, bubur manado. - Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair, seperti lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit. Praktek Pemberian Makan Pemberian makanan merupakan bentuk mendidik ketrampilan makan, membina kebiasaan makan, membina selera terhadap jenis makanan, membina kemampuan memilih makanan untuk kesehatan dan mendidik perilaku makan yang baik dan benar sesuai kebudayaan masing-masing. Kekurangan dalam pemberian makan akan berakibat sebagai masalah kesulitan makan atau kekurangan nafsu makan yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada kesehatan dan tumbuh kembang nantinya (Waryana, 2010). Agar tumbuh dengan baik tidak cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orangtuanya dalam memberi makan. Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih. Anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan.

30 10 Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak meliputi perhatian ketika makan, mandi dan sakit. Pola Asuh Kesehatan Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Status kesehatan adalah halhal yang dilakukan untuk menjaga status gizi anak, menjauhkan dan menghindarkan penyakit serta yang dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak. Status kesehatan ini meliputi hal pengobatan penyakit pada anak apabila anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga anak tidak sampai terkena suatu penyakit. Status kesehatan anak dapat ditempuh dengan cara memperhatikan keadaan gizi anak, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta upaya ibu dalam hal mencari pengobatan terhadap anak apabila anak sakit. Jika anak sakit hendaknya ibu membawanya ketempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas dan lain-lain (Zeitlin M, Ghassemi H & Mansour M, 1990). Balita perlu diperiksakan kesehatannya di bidan atau dokter bila sakit sebab mereka masih mempunyai risiko yang tinggi untuk terserang penyakit. Adapun praktik kesehatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan pemantaun kesehatannya adalah : Imunisasi. Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada anak untuk melindunginya dari pada beberapa penyakit tertentu seperti Hepatitis B, Tuberkolusis, Tetanus, Polio, Campak. Pemberian imunisasi harus sedini mungkin dan lengkap Pemantauan Pertumbuhan Anak Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukandengan aktif melakukan pemeliharaan gizi misalkan dengan datang keposyandu. Dengan aktif datang keposyandu maka orang tua dapat mengetahui pertumbuhan anak.

31 11 Praktek Ibu Merawat Anak Peranan ibu dalam rumah tangga sangat penting terutama dalam pengelolaan kejadian malaria pada anak. Akses ibu terhadap sumber daya dalam rumah tangga memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku mereka dalam mencari pengobatan malaria. Hasil penelitian Uzochukwu, Onwujekwe BSC, Onwujekwe EO, Onoka CA dan Ughasoro MD (2008) tentang respon ibu terhadap anak demam di daerah perkotaan dan pedesaan di Enugu, Nigeria Tenggara menyebutkan bahwa ibu di daerah perkotaan dan pedesaan menyadari bahwa malaria merupakan penyebab utama demam pada anak. Meskipun ibu di pedesaan mengenali demam dan tanda-tanda bahaya yang lebih baik dari pada ibu-ibu di daerah kota tetapi tanggapan ibu di daerah kota terhadap demam anaknya lebih baik. Ibu di daerah kota menggunakan obat Klorokuin, ACT, SP dan Parasetamol sebagai obat utama untuk mengobati demam anaknya dan tersedia di rumah, sementara ibu-ibu pedesaan lebih cenderung untuk menggunakan obat sisa dari pengobatan sebelumnya untuk mengobati demam dari ibu kota. Responden perkotaan juga lebih menggunakan pencegahan dan mencari tindakan lebih cepat dari ibu pedesaan dan total biaya perawatan juga lebih tinggi di daerah perkotaan. Pengasuhan perawatan dasar anak adalah pemenuhan kebutuhan balita yang dilakukan ibu untuk mengatasi infeksi penyakit. Perawatan balita dalam keadaan sakit Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat (Soetjiningsih, 2002). Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti flu, diare, malaria atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau mengganggu proses tumbuh kembang anak. Ada beberapa penyebab seorang anak mudah terserang penyakit adalah : a) Apabila kecukupan gizi terganggu karena anak sulit makan dan nafsu makan menurun. Akibatnya daya tahan tubuh menurun sehingga anak menjadi rentan terhadap penyakit.

32 12 b) Lingkungan yang kurang mendukung sehingga perlu diciptakan lingkungan dan perilaku yang sehat. c) Jika orang tua lalai dalam memperhatikan proses tumbuh kembang anak oleh karena itu perlu memantau dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak secara teratur sesuai dengan tahapan usianya dan segera memeriksakan ke dokter jika anak menderita sakit. Pemanfaatan layanan kesehatan Pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat dilaksanakan dengan pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita melalui sarana kesehatan yang baik meliputi posyandu, Puskesmas, program kesehatan keluarga dan program lainnya. Berbagai lembaga pelayanan dasar harus terjangkau baik secara fisik maupun ekonomi (sesuai daya beli) oleh setiap keluarga termasuk mereka yang miskin dan hidup di daerah terpencil (Soekirman, 2000). Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang baik membantu mencegah terjadinya infeksi dan membantu mengatasi masalah gizi. Jarak menjadi faktor berpengaruh dalam mencari pola pengobatan demam dan kejang-kejang di Zambia (Baume C, Helitzer D dan Kachur SP, 2000). Mereka menemukan bahwa anak yang tinggal dalam 1 waktu perjalanan satu jam lebih mungkin (79%) dibawa ke pusat kesehatan dibandingkan dengan mereka yang tinggal lebih dari 1 jam perjalanan (58%). Praktek Pencegahan Malaria Hasil penelitian Adhroey et al (2010) menyebutkan bahwa masyarakat hutan asli dan pedesaan distrik Lipis dari Pahang Malaysia memiliki kesadaran akan penyakit malaria tetapi sikap dan praktek dalam pencegahan malaria tidak memadai. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan malaria. diantaranya adalah : a) Usaha pencegahan terhadap gigitan nyamuk dengan cara : tidur dengan kelambu, rumah anti nyamuk dengan memakai kawat kasa, pemakaian obat nyamuk bakar, penyemprotan ruang tidur dengan semprotan nyamuk dan lain sebagainya. Atau kombinasi keduanya (obat dan kelambu adalah cara terbaik mencegah gigitan nyamuk malaria)

33 13 b) Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerahdaerah endemis malaria dengan obat dari Puskesmas, dari toko-toko obat seperti kina, chloroquine dan sebagainya, atau dengan obat-obat tradisional. c) Kebersihan lingkungan terhadap sarang nyamuk, seperti membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, air tergenang, kandangkandang ternak dan sebagainya. d) Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dan sebagainya, dengan menempatkan ternak-ternak tersebut diluar rumah dekat tempat nyamuk bertelur. e) Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang. f) Penanaman padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengering sawah secara berkala. g) Usaha penyemprotan rumah dengan DDT yang diusahakan oleh pemerintah (Werner D, Thuman C & Maxwell J, 2010). Sanitasi Lingkungan Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria disuatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air dihutan, pesawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan disuatu daerah akan meningkatkan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo A, 2002). Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya. (Notoatmodjo, 2003), selanjutnya Widaninggar (2003) menyatakan kondisi lingkungan anak harus benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan rumah dan lingkungan adalah bangunan rumah, kebutuhan ruang (bermain anak), pergantian udara, sinar matahari, penerangan, air bersih, pembuangan sampah/ limbah, kamar mandi dan jamban/ WC dan halaman rumah. Kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran

34 14 pencernaan seperti diare dan cacingan. Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Oleh karena itu penting membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu atau pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan. Kesehatan lingkungan yang kurang baik yang disebabkan oleh air yang tidak memadai dan sanitasi dapat meningkatkan kemungkinan penyakit menular dan tidak langsung menyebabkan beberapa jenis malnutrisi (UNICEF, 1990; Engle P, 1992). Sebuah studi banding di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa sumber air yang tidak dilindungi dan non-ketersediaan jamban dikaitkan dengan perawakan anak yang rendah. Status Gizi Anak Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson RS, 1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000). Status gizi anak juga lebih sensitif terhadap faktor-faktor seperti makan atau menyapih praktek, perawatan, dan paparan infeksi pada usia tertentu. Sebuah indikator kumulatif pertumbuhan retardasi (tinggi badan-banding-usia) pada anak-anak secara positif dikaitkan dengan usia. Studi lokal dan regional di Ethiopia juga telah menunjukkan peningkatan gizi buruk dengan meningkatnya usia anak (Yimer, 2000;. Genebo et al, 1999; Simson dan Lakech, 2000). Penelitian Nurhadimuda (2003) menyebutkan bahwa infeksi malaria mempengaruhi penurunan status gizi anak balita di Purworejo sedangkan penelitian Tarmidzi M (2006) menyebutkan bahwa kejadian malaria tidak berhubungan dengan status gizi pada balita di Kecamatan Kokap dan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Propinsi D.I Yogyakarta.

35 15 Selanjutnya malaria dan kekurangan gizi penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di pedesaan sub-sahara Afrika. Ditemukan bahwa anakanak kekurangan gizi kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami malaria (Deen, Walraven & Seidlein, 2002). Jeremiah ZA dan Uko EK (2007) juga menyebutkan bahwa anak-anak di bawah 5 tahun di Harcourt Nigeria memiliki tingkat parasitaemic lebih tinggi (36.36%) dan berisiko mengalami mordibitas dibandingkan dengan kelompok 5-8 tahun (21.27%) sehingga perlu gizi yang cukup untuk menahan dampak negatif dari malaria. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier S, 2003). Dibawah ini adalah tabel angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada balita (per orang per hari). Tabel 2 Angka kecukupan gizi balita yang dianjurkan menurut AKG 2004 Kelompok umur Energi (Kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Vitamin B12 (ug) Vitamin C (mg) 1-3 tahun tahun Sumber : WKNPG 2004 Penilaian Status Gizi Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian status gizi yaitu : penilaian konsumsi makanan, antropometri, laboratorium/ biokimia dan klinis (Gibson RS, 2005). Diantara beberapa metode tersebut, pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak dilakukan (Soekirman, 2000). Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LILA). Dari beberapa pengukuran tersebut BB, TB dan LILA sesuai dengan umur adalah yang paling sering digunakan untuk survei sedangkan untuk perorangan,

36 16 keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal (Soekirman, 2000). Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hal tersebut maka berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran dibandingkan dengan suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara ketiganya. Masingmasing indikator mempunyai makna sendiri-sendiri. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek dan dapat mendeteksi kegemukan. Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi dinormalkan. Pada anak balita kemungkinkan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan TB relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk (Soekirman, 2000). Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena dapat menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah gizi akut. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya. Ini merupakan indikator yang

37 17 baik untuk menilai status gizi saat ini terutama bila data umur yang akurat sering sulit diperoleh. Untuk kegiatan identifikasi dan manajemen penanganan bayi dan anak balita gizi buruk akut, maka WHO & Unicef merekomendasikan menggunakan indikator BB/TB dengan cut of point < -3 SD. Dalam panduan tatalaksana penderita KEP (Depkes, 2000) gizi buruk diartikan sebagai keadaan kekurangan gizi yang sangat parah yang ditandai dengan berat badan menurut umur kurang dari 60% median pada baku WHO- NCHS atau terdapat tanda-tanda klinis seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmik-kwashiorkor. Agar penentuan klasifikasi dan penyebutan status gizi menjadi seragam dan tidak berbeda maka Menteri Kesehatan RI mengeluarkan SK Nomor 920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak bawah lima tahun. Dengan keluarnya SK tersebut maka data status gizi yang dihasilkan mudah dianalisis lebih lanjut baik untuk perbandingan, kecenderungan maupun analisis hubungan (Depkes, 2002). Menurut SK tersebut penentuan gizi status gizi tidak lagi menggunakan % terhadap median, melainkan nilai Z-score pada baku WHO- NCHS. Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri (Suhardjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh : 1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise) 2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan. Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku

38 18 rujukan (Waterlow et al, dalam Djuamadias, Abunain, 1990). Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus : Skor Baku Rujukan NIS NMBR NSBR Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek NMBR : Nilai Median Baku Rujukan NSBR Hasil pengukuran dikategorikan sbb : 1. Untuk BB/U Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih 2. TB/U Pendek Normal Tinggi 3. BB/TB Kurus Normal Gemuk : Nilai Simpang Baku Rujukan Bila SSB < - 2 SD Bila SSB -2 s/d +2 SD Bila SSB > +2 SD Bila SSB < -2 SD Bila SSB -2 s/d +2 SD Bila SBB > +2 SD Bila SSB < -2 SD Bila SSB -2 s/d +2 SD Bila SSB > +2 SD Status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes, 2004) dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3 Kategori interpretasi status gizi berdasarkan tiga indeks (BB/U,TB/U, BB/TB Standar Baku Antropometeri WHO-NCHS) Indeks yang digunakan BB/U TB/U BB/TB Interpretasi Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++ Rendah Normal Rendah Sekarang kurang + Normal Normal Normal Normal Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal Tinggi Rendah Tinggi Obese Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) : Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : >+2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Sumber: Depkes RI, 2004

39 19 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh, Kejadian Malaria dan Status Gizi Umur Orangtua Orangtua, terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak, sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orangtua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock EB, 1998). Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenis pendidikan yang dialami atau lamanya mengikuti pendidikan formal atau non formal. Pada umumnya tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Pendidikan akan menentukan besar kecilnya penggunaan pendapatan keluarga untuk pengadaan pangan sehari-hari (Sayogyo et al, 1994). Pendidikan sangat berkaitan dengan pekerjaan ibu karena semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik pekerjaan yang diperoleh. Pekerjaan yang baik akan menjamin pemenuhan terhadap akses pangan dan kesehatan serta proses keputusan pada konsumsi. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan gizi yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menerapkan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya dalam kesehatan dan gizi. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2002). Hasil penelitian Madanijah S (2003) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung memiliki pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik.

40 20 Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orang tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Semua ibu yang bekerja di rumah maupun di luar rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian besar waktu. Pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga diharapkan dapat lebih banyak memberi waktu dalam pengasuhan bayinya. Hasil penelitian Gumala Y (2002), menyatakan ibu yang bekerja di luar rumah merupakan salah satu penyebab atau risiko yang dapat mengakibatkan pola asuh ibu yang tidak baik pada anak. Meskipun pekerjaan perempuan dapat meningkatkan aksesibilitas rumah tangga terhadap pendapatan, tetapi mungkin juga memiliki efek negatif terhadap status gizi anak-anak, karena mengurangi waktu ibu untuk perawatan anak. Pendapatan Keluarga Kemiskinan faktor penyebab gizi kurang menduduki pertama dalam kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena keadaan ekonomi relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan. Dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan maka masalah gizi akan diatasi karena mempunyai efek terhadap makanan. Makin banyak pendapatan yang diperoleh berarti makin baik makanan sumber zat gizi diperoleh. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang skunder (Soetjiningsih, 1999). Pendapatan keluarga dihitung dari seluruh pendapatan anggota keluarga baik itu dari pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi sehingga terdapat hubungan erat antara pendapatan dan status gizi. Rendahnya pendapatan menyebabkan rendahnya daya beli terhadap makanan dan berkurangnya konsumsi pangan keluarga sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga (Riyadi et al, 1990). Sebuah penelitian di Malawi oleh Ettling M, McFarland L, Schultz and Chitsulo (1994) menemukan bahwa pengeluaran untuk pencegahan malaria berkorelasi positif dengan pendapatan.

41 21 Jumlah Anggota Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga dibentuk dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga berencana dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti/batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Besarnya jumlah anggota keluarga biasanya digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah anggota keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (2003) mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pengetahuan ibu Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan perabaan. Sebagaian besar perasaan pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007) Di antara ibu dan pengasuh tinggal di daerah kumuh di Jos, kemampuan mereka untuk mengenali malaria adalah rendah. Demikianlah pula halnya kesadaran mereka dan penggunaan Terapi Kombinasi Artemisinin. Peningkatan tingkat pendidikan dan kekuatan ekonomi mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan praktik pengobatan (Daboer JC, John C, Jamda AM, Chingle MP & Ogbonna C. 2010). Kinung'hi et al 2010 menyebutkan bahwa warga di Kabupaten Muleba Utara Tanzania memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang malaria, namun pengetahuan ini belum belum sepenuhnya dipraktekkan dalam penggunaan intervensi malaria yang tersedia Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang

42 22 tinggi mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang dengan baik. Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun seorang ibu perlu ketrampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan penyebab kejadian gangguan kurang gizi. Menurut Suhardjo (1996). Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang makanan yang bergizi, cenderung mempunyai anak dengan status gizi yang baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu akan berpengaruh terhadap sikap perawatan anak serta dalam perawatan memilih makanan. Menurut Unicef (1998) gizi kurang pada anak balita disebabkan juga oleh beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier S, 2003). Tidak ada hubungan antara KEP dan morbiditas malaria, tapi anak-anak kekurangan gizi memiliki risiko lebih dari dua kali lipat lebih tinggi meninggal dibandingkan non-anak kurang gizi (Olaf et al, 2003). Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan

43 23 anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000). Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000). Kejadian Malaria Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anoples. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (=buruk) dan area (=udara) atau udara burukkarena dahulu banyak terdapat didaerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura, dan paludisme. Di Indonesia, penyakit ini ditemukan tersebar di seluruh kepulauan. biasanya, malaria menyerang penduduk yang tinggal di daerah endemis atau orang-orang yang bepergian ke daerah yang angka penularannya tinggi. (Prabowo, 2002) menyebutkan bahwa prevalensi parasit malaria lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di daerah perkotaan (Estefanía et al, 2009). Kirby et al, (2008) penularan malaria terbesar terjadi didaerah pedesaan Gambia Sahara

44 24 Afrika, dimana masyarakat tidur dalam rumah yang terbuat dari bata dan atap terbuka. Daerah endemis malaria dibagi menjadi : 1. Endemis Tinggi (HCI = High Case Incidence) adalah API > 5 per penduduk, yang terbagai tiga yaitu HCI I adalah API 5-49, HCI II adalah API , HCI III adalah API > Endemis Sedang (MCI = Moderate Case Incidence) adalah API berkisar antara 1 < 5 per penduduk 3. Endemis Rendah (LCI = Low Case Incidence) adalah API 0 1 per penduduk, 4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API = 0. Di Indonesia diperkirakan terdapat kasus malaria, dengan perkiraan kematian akibat malaria adalah 900 orang. Peta stratifikasi malaria di Indonesia menurut Ditjen P2PL Tahun 2009 disajikan pada Gambar 1 berikut: Gambar 1 Peta stratifikasi malaria Tahun 2009 Malaria masih menjadi salah satu penyakit yang mematikan di Provinsi Papua Barat, sebanyak 15% penyebab kematian di provinsi ini disebabkan oleh malaria. Trend prevalensi penyakit malaria di provinsi selama tiga tahun terakhir

45 25 menunjukkan penurunan namun angkanya masih tetap tinggi. Pada tahun 2008, dalam penduduk terdapat 84 orang yang terjangkit malaria dan tahun 2010 turun menjadi 64 orang. Itu berarti, dari jumlah penduduk jiwa, yang terjangkit malaria mencapai orang setiap tahun. Dari jumlah penderita yang tercatat selama tahun 2010, sebanyak orang dirawat inap di rumah sakit dan Puskesmas, serta 61 orang meninggal karena malaria. Jumlah penderita malaria yang meninggal terbanyak ada di Kabupaten Manokwari dan Fakfak. Peta persebaran Annual Parasite Incidence di Kabupaten Manokwari menurut Dinkes Kabupaten Manokwari Tahun 2011 disajikan pada Gambar 2. Tdk ada Data < 47 %o %o > 134 %o 1. Snopi 7. Membey 2. Mubrani 8. Neney 3. Catobouw 9. Tahota 4. Hink 10. Kebar 5. Taige 11. Testega 6. Didohu 12. Anggi Gida 7. Amberbaken 8. Manokwari Selatan 9. Warmare 10. Minyambouw 11. Dataran Isim 12. Momiwaren 13. Mkw Timur 14. Masni 15. Sidey 16. Manokwari Utara 17. Tanah Rubuh 18. Sururey 19. Manokwari Barat 20. Prafi 21. Anggi 22. Oransbari 23. Ransiki Gambar 2 Peta persebaran API di Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhaedah Arif (2008) terhadap empat lokasi yaitu daerah Amban, Wosi, Sanggeng dan Kota ditemukan ekor nyamuk. Dari jumlah tersebut hanya 115 ekor nyamuk yang merupakan nyamuk Anopheles Betina sedangkan yang lainnya yaitu

46 26 nyamuk Anopheles jantan, nyamuk Culex dan Aedes. Nyamuk Anopheles Betina yang ditemukan terdiri dari 4 spesies yaitu Anopheles bancrofti, Anopheles kochi, Anopheles farauti dan Anopheles koliensis. Diagnosis Malaria Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosisi penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnosis cepat (RDT-Rapid Diagnostik Test). Gejala klinis malaria yang dikenal secara umum adalah Trias Malaria yang terdiri dari demam, menggigil, dan berkeringat. Beberapa gejala lainnya adalah sebagai berikut : a. Sakit kepala b. Mual c. Muntah d. Diare e. Nyeri Otot/pegal-pegal Gejala malari berat adalah seperti di bawah ini a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri) c. Kejang-kejang d. Panas sangat tinggi e. Mata atau tubuh kuning f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan g. Nafas cepat dan atau sesak nafas h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman j. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria) k. Telapak tangan sangat pucat Pengobatan Malaria Malaria dapat disembuhkan dengan mendapatkan pengobatan yang tepat, bila tidak ditangani malaria dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (<7 hari), atau dapat menyebabkan kekambuhan karena pengobatan

47 27 yang tidak tuntas atau meminum obat malaria yang tidak tepat (mendapatkan obat warung). Sebaiknya malaria berat segera ditangani < dari 24 jam untuk mencegah terjadinya komplikasi organ tubuh lain yang lebih berat. Pengobatan malaria dilakukan dengan kondisi sebagai berikut : a. Penderita Malaria harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan sediaan darah (mikroskopis atau RDT) untuk memastikan positif atau tidak, b. Pengobatan menggunakan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT) c. Obat Anti Malaria tersedia di Puskesmas & RS Pemerintah Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada didalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal adalah untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Malaria dapat diobati secara efektif pada awal perjalanan penyakit, tetapi penundaan pengobatan dapat berakibat serius atau bahkan fatal. Pilihan pengobatan tergantung pada spesies malaria, dan kemungkinan resistensi obat (berdasarkan di mana infeksi diperoleh), usia pasien, status kehamilan, dan tingkat keparahan infeksi. Pengobatan ACT terdiri dari : a. Malaria Falciparum : DHP (3 hari) + Primakuin (1 hari) atau Artesunat- Amodiakuin (3 Hari) + Primakuin (1 hari) b. Malaria Vivaks : DHP (3 hari) + Primakuin (14 hari) atau Artesunat- Amodiakuin (3 Hari) + Primakuin (14 hari) Dampak Penyakit Malaria Penyakit malaria menimbulkan anemi atau kekurangan darah pada penderitanya. Adapun dampak anemi dari penyakit malaria adalah sebagai berikut : a. Keguguran dan perdarahan pada ibu hamil serta kelahiran prematur dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita c. Menurunnya prestasi belajar dan olahraga pada pelajar d. Menurunnya produktivitas kerja dan pendapatan

48 28 e. Melemahnya daya tahan tubuh yang berakibat mudah sakit dan kematian Klasifikasi Jenis Malaria Di Indonesia kasus malaria yang paling banyak ditemukan adalah karena plasmodium Falciparum (50%) dan plasmodium Vivaks (50%). Plasmodium ditularkan oleh nyamuk malaria (berbagai spesies Anopheles). Penyebarannya dipengaruhi tiga komponen yang merupakan segitiga epidemiologi malaria, yaitu: a. Host (Pejamu) manusia, Perilaku berisiko manusia yang sering melakukan kegiatan di luar rumah pada malam hari, karena nyamuk malaria mengigit pada malam hari. b. Agent (Penyebab Penyakit) nyamuk, Infektifitas : jenis dan genetik vektor malaria Tingkat replikasi : jenis dan iklim Virulensi : jenis dan tingkat replikasi c. Environment (Lingkungan). Kimia/fisik : perubahan iklim (Climate change) Ekologi vector : densitas, populasi, kompetensi dan genetic vektor Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut : a) Malaria tropika (Plasmodium falcifarum) Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki dua kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran malaria tropika: Plasmodium falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan

49 29 akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever). b) Malaria kwartana (Plasmodium malariae) Plasmodium malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmodium vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadangkadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi. c) Malaria ovale (Plasmodium ovale) Malaria tersiana (Plasmodium ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi hari, walau pun periode laten sampai empat tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari. d) Malaria tersiana (Plasmodium vivax). Malaria tersiana (Plasmodium vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malariadan

50 30 mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi. Siklus hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di dalam tubuh nyamuk anoples betina dan di dalam tubuh manusia Dalam tubuh nyamuk Secara alamiah, hanya nyamuk betina yang memakan darah, nyamuk jantan tidak sehingga tidak berfungsi sebagai vektor. Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk, ookinet menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoid yang akan masuk ke kelenjar liur nyamuk. Sporozoid ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Dalam tubuh manusia Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoid dikelenjar liur nyamuk masuk kedalam peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoid masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoid hat. Kemudian berkembang menjadi scizon hati yang terdiri dari merozoid hati (tergantung spesiesnya), siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama ± 2 minggu. Pada P.vivax dan P.ovale, sebagian tropozoid hati tidak langsung berkembang menjadi scizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang disebut hipnozoid, hipnozoid ini dapat hidup didalam hati selama berbulan bulan bahkan bertahun tahun dan pada saat imunitas tubuh turun akan menjadi aktif dan menyebabkan relaps (kambuh). Merozoid yang berasal dari scizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stasium tropozoid sampai scizon ( merozoid, tergantung spesiesnya), proses perkembangan aseksual ini disebut Scizogoni, selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (scizon) pecah dan merozoid yang keluar akan menginfeksi sel darah merah yang lainnya. Siklus ini

51 31 disebut siklus eritrositer. Setelah 2 3 siklus scizogoni darah, sebagian merozoid yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina) yang akan masuk ke dalam tubuh nyamuk saat ia menghisap darah manusia terinfeksi ini. Penanggulangan Malaria Berdasarkan komitmen global melalui MDGs dan RBM (Roll Back Malaria), serta komitmen nasional melalui RPJM, Inpres 3, dan RAD, pemerintah Indonesia menyusun rencana dalam rangka eliminasi malaria di Indonesia. Eliminasi malaria secara bertahap sebagai berikut : a. Eliminasi DKI pada tahun 2010, Bali dan Batam dalam proses untuk eliminasi; b. Eliminasi Jawa, NAD, Kepri pada tahun 2015; c. Eliminasi Sumatera, NTB, Kalimantan, Sulawesi pada tahun 2020; dan d. Eliminasi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT pada tahun Beberapa hal yang perlu diperhatikan : a. Diagnosa malaria harus terkonfirmasi mikroskop/uji reaksi cepat (RDT) STOP Malaria Klinis b. Pengobatan dengan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT) STOP Klorokuin c. Pencegahan penularan malaria dengan distribusi kelambu (LLIN) penyemprotan (IRS), repellent, larvasiding. d. Memperkuat desa siaga dengan pembentukan Posmaldes e. Kemitraan melalui Forum Gebrak Malaria Cara mencegah penyakit malaria menurut Depkes RI,2004: a. Menghindari gigitan nyamuk b. Tidur memakai kelambu c. Memakai obat anti nyamuk d. Mengolesi badan dengan obat anti nyamuk (repelen) e. Memasang kawat kasa f. Menjauhkan kandang ternak dari rumah g. Jangan berada diluar rumah pada malam hari. Apabila pada malam hari sebaiknya memakai pakaian yang tertutup (menggunakan lengan panjang) atau memakai obat anti nyamuk oles.

52 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi dan jumlahnya dalam populasi besar. Status gizi anak balita sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya pola asuh. Engle P, Menon P and Haddad L (1997) mengemukakan bahwa pengasuhan biasanya dilakukan oleh wanita atau ibu. Pola pengasuhan yang diberikan oleh ibu terhadap anak balita akan sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan anak balita dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak balita. Pola pengasuhan yang diberikan ibu dapat berupa pola asuh makan dan pola asuh kesehatan. Pola asuh makan balita dapat berupa riwayat pemberian ASI dan penyapihan, jenis makanan yang diberikan, cara memberikan makan, suasana saat makan dan siapa yang memberi makan. Sedangkan pola asuh kesehatan meliputi praktek ibu dalam mencegah malaria dan perawatan anak dalam keadaan sakit. Pola asuh kesehatan akan sangat mempengaruhi status kesehatan anak, karena apabila pola asuh kesehatan yang diberikan kurang baik, maka kemungkinan konsumsi pangan anak terganggu, akibatnya akan terjadi penurunan kekebalan tubuh. Keadaan ini menyebabkan anak balita akan cepat dihinggapi berbagai penyakit, salah satunya penyakit malaria. Pola asuh meliputi perhatian/ dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan (pemberian makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan makanan), rangsangan psikososial, perawatan kesehatan (praktek kebersihan/ hygiene dan sanitasi lingkungan serta perawatan balita dalam keadaan sakit). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh, diantaranya adalah karakteristik keluarga dan karakteristik anak. Jika pola asuh anak di dalam keluarga sudah baik maka status gizi akan baik juga. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu merupakan dasar yang harus dimiliki oleh seorang ibu, karena pengetahuan gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola pengasuhan yang akan diterapkan oleh ibu. Status gizi anak balita sangat dipengaruhi konsumsi pangan. Konsumsi pangan anak dapat dipengaruhi oleh pola asuh

53 33 yang diterapkan oleh orang dewasa dalam keluarga tersebut, dalam hal ini biasanya ibu yang memegang peranan penting terhadap konsumsi pangan anak. Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, disusun suatu bagan yang menggambarkan hubungan antar peubah (Gambar 3). Status gizi balita BB/U, TB/U, BB/TB Program penanggulangan malaria Tingkat kecukupan - Asupan energi, protein, Vit A, Vit C dan Vit B12 - Kebutuhan gizi Kejadian malaria Status malaria Jenis malaria Frekuensi sakit Riwayat penyakit lain Sanitasi lingkungan Konsumsi pangan Praktek kebersihan anak Pola asuh makan - Riwayat ASI dan penyapihan - Praktek pemberian makan Pola asuh kesehatan Perawatan anak saat sakit Praktek ibu dalam mencegah malaria Karakteristik balita - Umur - jenis kelamin - Berat badan lahir Karakteristik orangtua - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan keluarga - Besar keluarga - Asal suku Pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria Keterangan : : Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis Gambar 3 Kerangka pemikiran hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi balita

54 34 Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita 2. Terdapat hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria 3. Kejadian malaria dan status gizi balita dipengaruhi oleh karakteristik balita, karakteristik sosial ekonomi keluarga, pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI dan malaria, serta sanitasi lingkungan

55 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan diempat puskesmas yang memiliki jumlah penderita malaria terbanyak yaitu Puskesmas Sanggeng, Wosi, Warmare dan Prafi di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Juli Populasi dan Sampel Kabupaten Manokwari merupakan wilayah endemik yang terdiri dari 29 kecamatan, 16 puskesmas aktif dan enam puskesmas tidak aktif. Contoh dalam penelitian ini diambil berdasarkan tahapan berikut : 1. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive tiga kecamatan dari 29 kecamatan berdasarkan jumlah penderita malaria paling banyak dan dengan pertimbangan aksesibilitas, keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Kecamatan terpilih yaitu Kecamatan Manokwari Barat, Kecamatan Warmare dan Kecamatan Prafi. 2. Pemilihan dua puskesmas dari Kecamatan Manokwari Barat secara purposif dan masing-masing satu puskesmas dari Kecamatan Warmare dan Prafi, sehingga diperoleh empat puskesmas. 3. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang diperiksa di puskesmas. Berdasarkan Riskesdas 2010, puskesmas merupakan unit pemeriksaan malaria yang paling banyak dimanfaatkan (40.4%) sedangkan yang terendah persentase pemanfaatannya adalah Poskesdes (0.4%). 4. Sampel adalah anak balita dengan kriteria inklusi pada saat penelitian: anak berumur 2-5 tahun, berdomisili tetap diwilayah kerja puskesmas minimal satu tahun atau lebih dan ibunya bersedia di wawancarai. 5. Jumlah populasi balita di Kabupaten Manokwari tahun 2011 adalah balita dan total balita ditiga kecamatan adalah 672 balita. Besar sampel minimum yang diambil ditentukan dengan rumus Slovin yaitu rumus penentuan besar sampel untuk penelitian survei setelah diperoleh kriteria inklusi (Notoatmodjo, 2007).

56 36 n = dimana : N = Populasi yang memenuhi kriteria inklusi Dengan perhitungan sebagai berikut : n = n = n = Besar Sampel d 2 = Tingkat Kesalahan (0.05) n = balita Berdasarkan perhitungan sampel menggunakan rumus di atas, diperoleh besar sampel minimum sebanyak 100 balita. yang tersebar di empat puskesmas Kabupaten Manokwari, masing-masing puskesmas diambil 25 sampel dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Berikut skema tahapan pengambilan contoh. 29 Kecamatan dengan 11 puskesmas aktif Purposive Sampling 3 Kecamatan Total balita = 672 Total sampel = Sampel minimum n = 100 Kecamatan Warmare Kecamatan Prafi Kec. Manokwari Barat Purposive Sampling 1 Puskesmas 1 Puskesmas 2 Puskesmas Simple Random Sampling Warmare n = 25 Prafi n = 25 Wosi n = 25 Sanggeng n = 25 Gambar 4 Skema tahapan pengambilan contoh

57 37 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga yang mencakup umur orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, besar keluarga, asal suku, pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI dan malaria, karakteristik anak balita yang mencakup umur, jenis kelamin, berat badan lahir, pola asuh makan, pola asuh kesehatan, riwayat menyusui dan penyapihan, kejadian malaria dan sanitasi lingkungan. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data berat badan waktu lahir yang diperoleh dari KMS, catatan puskesmas, data program penanggulangan malaria dari dinas kesehatan dan data keadaan wilayah penelitian yang diperoleh dari laporan monografi desa. Tabel 4 merangkum semua variabel dan data primer yang diteliti. Tabel 4 Cara pengumpulan data primer No Variabel Data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik anak balita 2 Karakteristik keluarga Umur anak Jenis Kelamin anak Berat badan lahir Umur orangtua Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga Besar keluarga Wawancara dengan menggunakan kuesioner dan melihat KMS. Wawancara dengan menggunakan kuesioner 3 Pengetahuan ibu Tentang ASI dan Malaria Wawancara dengan menggunakan kuesioner 4 Kejadian malaria Status malaria Wawancara dengan Frekuensi sakit malaria Jenis malaria Riwayat penyakit lain menggunakan kuesioner 5 Pola asuh makan Riwayat Menyusui dan Penyapihan Praktek memberi makan 6 Konsumsi anak balita 7 Pola asuh Kesehatan Tingkat kecukupan energi, Protein, vit A, vit C, vit B12 Praktek kebersihan anak Perawatan anak sakit Praktek ibu dalam mencegah malaria Wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lapang Recall 2x24 jam dan observasi lapang Wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lapang 8 Sanitasi lingkungan Keadaan tempat tinggal Sumber air bersih, dll 9 Status gizi Balita Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks BB/TB Wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lapang Menimbang BB dengan timbangan seca dan mengukur TB dengan microtoise

58 38 Pengolahan dan Analisis Data Tahapan Pengolahan Data Pemeriksaan data isian pada instrumen penelitian (editing), dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap atau belum, Hal ini dilakukan dengan meneliti tiap lembar jawaban kuesioner hasil wawancara. Pemberian kode (coding), merupakan kegiatan merubah data kedalam bentuk angka/bilangan, terutama pada pertanyaan-pertanyaan yang belum sesuai dengan kode yang ada pada definisi operasional berdasarkan hasil ukur. Kegiatan dengan tujuan untuk memudahkan pada saat analisis dan juga mempercepat pada saat memasukan data ke program komputer. Memasukkan data ke dalam program komputer (entry data), dilakukan setelah semua lembaran kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah dilakukan pengkodean, selanjutnya data dapat diproses dengan cara memasukan hasil jawaban yang diperoleh dari wawancara ke dalam program komputer. Membersihkan data (cleaning), yaitu kegiatan pembersihan data dilakukan untuk mengecek kembali sebelum dilakukan analisis lebih lanjut. dan pemberian skor pada data (scoring). Setelah itu data dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi Data yang tersedia dihitung masing-masing jumlah skornya, agar dapat dianalisis hal ini disebabkan beberapa variabel penelitian merupakan variabel data komposit seperti pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, sanitasi lingkungan dan kejadian malaria. Pengetahuan ibu tentang ASI diperoleh melalui total skor dari 14 pertanyaan berbentuk multiple choice sedangkan pengetahuan ibu tentang malaria diperoleh dari 16 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Selanjutnya tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria dikategorikan dengan menetapkan cut off point dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori untuk tingkat pengetahuan ibu dibagi dalam dua kategori yaitu baik dan kurang baik. Pola makan meliputi tiga variabel yaitu praktek pemberian makan balita yang terdiri dari 18 pertanyaan dan praktek makan anak terdiri dari 15 pertanyaan berbentuk multiple choice. Pola asuh kesehatan meliputi praktek kebersihan yang terdiri dari 13 pertanyaan, perawatan anak saat sakit yang

59 39 terdiri dari 10 pertanyaan dan praktek pencegahan malaria yang terdiri dari 23 pertanyaan. Tingkat kejadian malaria terdiri dari 10 pertanyaan berkaitan dengan status malaria, frekuensi sakit, jenis malaria serta riwayat penyakit lain. Sedangkan sanitasi lingkungan terdiri dari 12 pertanyaan. Selanjutnya untuk mempermudah dalam pembahasan, maka masingmasing praktek ibu dalam variabel pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dan kejadian malaria dikategorikan ke dalam kriteria baik ( 70%) dan kurang (< 70%). Pengkategorian tersebut dihitung berdasarkan nilai maksimum setiap jenis praktek ibu, dengan cara skor praktek ibu dibagi nilai maksimum praktek ibu dikali 100% (Masithah T, Soekirman dan Drajat M, 2005). Data konsumsi pangan anak balita diperoleh dari recall terhadap ibu bayi meliputi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selama 2 x 24 jam. Pangan yang dikonsumsi dikonversikan beratnya dalam satuan gram kemudian dihitung kandungan zat gizinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) melalui program Microsoft Excell. Dari konversi tersebut, diketahui ratarata konsumsi zat gizi per individu per hari (Hardinsyah dan Briawan 1994). Zat gizi yang diukur dalam penelitian ini adalah energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B12. Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kgij = {(Bj/ 100) x Gij x (BDDj/ 100)} Keterangan: Kgij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g) Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan Gambaran tentang tingkat konsumsi gizi anak balita diperoleh dengan menggunakan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) tahun Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut umur dan berat badan (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Angka kecukupan gizi contoh dihitung dengan rumus sebagai berikut: AKGI = (Ba/ Bs) x AKG

60 40 Keterangan: AKGI = Angka kecukupan zat gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg) AKG = Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Tingkat konsumsi gizi diukur dengan menghitung jumlah konsumsi gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B12) dibagi angka kecukupan gizi, kemudian dikalikan 100%. TKGI = (KI/AKGI) x 100% Keterangan: TKG = Tingkat kecukupan contoh Ki = Konsumsi energi, protein, vit A, C dan B12 contoh AKGi = Angka kecukupan energi, protein, vit A, C dan B12 contoh Selanjutnya, tingkat kecukupan zat gizi diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu kurang baik (< 70%) dan baik ( 70%). Status gizi balita ditentukan dengan cara pengukuran antropometri dengan menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Pengolahan data status gizi dilakukan dengan menggunakan Sofware WHO ANTRO dan status gizi anak balita diklasifikasikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS (Tabel 5). Penilaian status gizi dilakukan dengan cara perhitungan z-skor dengan rumus sebagai berikut: Z-Skor = Nilai Invidual Subjek Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan Tabel 5 merangkum pengkategorian variabel penelitian.

61 41 Tabel 5 Rekapitulasi pengkategorian variabel penelitian No Variabel Kategori 1. Umur balita (Tahun) Jenis Kelamin anak 1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Berat badan lahir 1. < 2500 (BBLR) (normal) 4. Umur orangtua 1. Tua (< 35 thn) 2. Muda ( 35 thn) 5. Pendidikan orangtua 1. Tinggi 2. Rendah 6. Pekerjaan orangtua 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja 7. Pendapatan keluarga 1. Tinggi ( UMR p Prop Papua Barat) 2. Rendah (< UMR Propinsi Papua Barat) 8. Besar keluarga 1. Besar (>4 orang) 2. Kecil ( 4 orang) 9. Pengetahuan ibu tentang ASI dan Malaria 1. Baik : 70% 2. Kurang baik : < 70% Jenis data Ordinal Nominal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 10 Kejadian malaria 1. Tinggi : 70% 2. Rendah : <70% Status malaria Frekuensi sakit malaria Jenis malaria 1. Sakit 2. Tidak sakit 1. > 2 kali per 6 bulan 2. 2 kali per 6 bulan 1. Berat 2. Ringan Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Riwayat penyakit lain 1. Ada, 2. Tidak ada Ordinal 11. Pola asuh makan 1. Baik : 70% 2. Kurang baik : < 70% Ordinal Riwayat Menyusui Riwayat Penyapihan Praktek pemberian makan 1. ASI eksklusif : Baik 2. Tidak ASI eksklusiif : Kurang baik 1. 6 bulan : Baik 2. < 6 bulan : Kurang baik 1. Baik : 70% 2. Kurang baik : < 70% Ordinal Ordinal Ordinal

62 42 Tabel Lanjutan. Konsumsi Zat Gizi energi, protein, Vit A, Vit C dan Vit B12 Tingkat kecukupan 1. Baik : 70% 2. Kurang baik : < 70% Ordinal 13. Pola asuh Kesehatan 1. Baik : 70% 2. Kurang baik : < 70% Ordinal Perawatan ketika anak sakit 1. Baik : 70 % 2. Kurang baik : < 70% Ordinal Praktek ibu dalam mencegah malaria 1. Baik : 70 % 2. Kurang baik : < 70% Ordinal a. Penggunaan kelambu berinsektisida b. Pemasangan kasa nyamuk pada jendela dan ventilasi c. Pemakaian obat nyamuk d. Penggunaan pakaian lengan panjang 1. Ya 2. Tidak Ordinal 1. Ya 2. Tidak Ordinal 1. Ya 2. Tidak Ordinal 1. Ya 2. Tidak Ordinal e. Pengobatan pencegahan anti malaria 1. Ya 2. Tidak Ordinal f. Tradisi /kepercayaan dalam mencegah malaria 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal g. Praktek kebersihan 1. Ya 2. Tidak Ordinal 14. Sanitasi lingkungan 1. Baik : 70 % 2. Kurang baik : < 70 % 15. Status gizi Balita Berdasarkan BB/TB 1. Tdk normal jika Z-score < Normal jika Z-score -2.0 Ordinal Ordinal Berdasarkan TB/U 1. Pendek (stunting) jika Z-score < Normal jika Z-score -2.0 Berdasarkan BB/U 1. Tdk normal jika Z-score < Normal jika Z-Score -2.0 Analisa Data Data yang telah dilakukan pengolahannya dengan benar selanjutnya dianalisa dengan:

63 43 a. Analisa univariat Analisa univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi subyek penelitian dan distribusi proporsi kasus menurut masingmasing variabel independent yang diteliti. b. Analisa bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (independent), yaitu pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan terhadap variabel terikat (dependen), yaitu kejadian malaria dan status gizi dengan menggunakan fungsi chi-aquare. Fungsi chi-square yaitu untuk melihat apakah ada tidaknya hubungan variabel independen dan dependen dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% (α=0.05). Bila nilai p value <0.05 maka hasil statistik bermakna, bila p value >0.05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna. = Keterangan : = statistik Kai-Kuadrat Σ = Jumlah O = nilai yang diamati E = nilai yang diharapkan Selanjutnya dilakukan perhitungan Odds ratio (OR), nilai OR merupakan nilai estimasi resiko untuk terjadinya outcome sebagai pengaruh adanya variabel independen. Perubahan satu unit variabel independen akan menyebabkan perubahan sebesar nilai OR pada variabel dependen. Estimasi confidence Interval (CI) OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%. Interpretasi OR adalah sebagai berikut : OR = 1, artinya tidak ada hubungan OR < 1, artinya ada efek proteksi/perlindungan OR > 1, artinya sebagai faktor risiko

64 44 c. Analisa multivariat Analisis mutivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan terhadap kejadian malaria dan status gizi balita dengan menggunakan metode regresi logistik. Uji tersebut dipilih karena variabel dependen dan independen merupakan kategori dikotom dengan skala ordinal. Menurut Agresti dan Finlay (1999), persamaan yang digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian malaria yaitu: Y = Log F = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x β21x21 1-F Keterangan: Y1,2 = Kejadian malaria a = Konstanta (intercept) β1 21 = Koefisien regresi X1 = Umur orangtua X2 = Pendidikan orangtua X3 = Pekerjaan orangtua X4 = Jumlah anggota keluarga X5 = Pendapatan keluarga X6 = Asal suku X7 = Umur balita X8 = Jenis kelamin balita X9 = Berat badan lahir balita X10 = Pengetahuan ibu tentang ASI dan Malaria X11 = Riwayat pemberian ASI dan penyapihan X12 = Praktek makan X13 = Tingkat kecukupan energi X14 = Tingkat kecukupan protein X15 = Tingkat kecukupan vitamin A X16 = Tingkat kecukupan vitamin C X17 = Tingkat kecukupan vitamin B12

65 45 X18 = Praktek kebersihan anak X19 = Perawatan anak saat sakit X20 = Praktek pencegahan malaria X21 = Sanitasi lingkungan Sedangkan, persamaan untuk melihat pengaruh pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria terhadap status gizi balita adalah sebagai berikut: Y = Log F = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x β21x21 1-F Keterangan : Y1,2 = Status gizi a = Konstanta (intercept) β1 21 = Koefisien regresi X1 = Umur orangtua X2 = Pendidikan orangtua X3 = Pekerjaan orangtua X4 = Jumlah anggota keluarga X5 = Pendapatan keluarga X6 = Asal suku X7 = Umur balita X8 = Jenis kelamin balita X9 = Berat badan lahir balita X10 = Pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria X11 = Riwayat pemberian ASI dan penyapihan X12 = Praktek makan X13 = Tingkat kecukupan energi X14 = Tingkat kecukupan protein X15 = Tingkat kecukupan vitamin A X16 = Tingkat kecukupan vitamin C X17 = Tingkat kecukupan vitamin B12 X18 = Praktek kebersihan anak X19 = Perawatan anak saat sakit

66 46 X20 = Praktek pencegahan malaria X21 = Kejadian malaria

67 Definisi Operasional Anak balita adalah anak laki-laki dan perempuan yang berumur dua sampai lima tahun yang menjadi sampel dalam penelitian ini Umur balita adalah selisih tanggal survei dengan tanggal lahir anak balita yang dinyatakan dalam genap bulan yang didapat melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Umur orangtua adalah jumlah tahun lamanya orangtua hidup yang diperoleh dari selisih tangal kelahiran dan tanggal wawancara. Tingkat pendidikan orangtua adalah jenis dan tingkat pendidikan formal yang terakhir ditempuh orang tua. Pekerjaan orangtua adalah kondisi orangtua saat ini yang dikategorikan berdasarakan orangtua yang bekerja (pegawai atau wiraswasta) dan tidak bekerja (ibu rumah tangga). Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dinilai dengan uang yang dapat digunakan keluarga selama satu bulan untuk pangan & non pangan Pengetahuan ibu adalah kemampuan ibu menjawab dengan benar hal-hal yang berkaitan dengan ASI dan malaria dan dibuat dalam skala interval berdasarkan jumlah skor jawaban. Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal bersama satu atap dan bergantung kepada sumber penghidupan yang sama. Kejadian malaria adalah balita yang menderita malaria berdasarkan data registrasi di puskesmas yang berumur 2-5 tahun pada saat penelitian dan dalam enam bulan terakhir yang meliputi status sakit, frekuensi sakit malaria (berapa kali sakit), lama sakit (dalam hari) dan riwayat penyakit lain. Pola asuh anak adalah perlakuan orang tua kepada anak dalam rangka memenuhi kebutuhan anak, terdiri dari pola asuh makan dan pola asuh kesehatan. Pola asuh makan adalah seluruh interaksi subjek dan objek berupa bimbingan, pengarahan dan pengawasan selama anak makan atau cara dan kebiasaan orang tua yang terdiri dari riwayat pemberian ASI dan penyapihan serta praktek pemberian makan.

68 48 Pola asuh kesehatan adalah praktek pengasuhan yangg diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, terdiri dari perawatan anak ketika sakit terkait pemanfaatan layanan kesehatan dan praktek ibu dalam mencegah malaria. Praktek pencegahan adalah cara/tindakan ibu untuk merawat dan menjaga anak supaya bebas dari penyakit serta menjaga lingkungan bersih, perawatan anak dalam keadaan sakit, praktek pencegahan terhadap malaria. Perawatan anak dalam keadaan sakit adalah tindakan ibu untuk memberikan kasih sayang kepada anak untuk membantu dan menjaga selama sakit. Status gizi adalah hasil masukan gizi dan pemanfaatannya di dalam tubuh dengan melihat ukuran tubuh dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB yang dinyatakan dengan nilai z-skor. Tingkat Konsumsi pangan adalah semua asupan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh anak balita baik dirumah maupun diluar rumah termasuk jajanan selama dua hari sebelumnya yang dikonversikan melalui DKBM dengan metode recall 2x24 jam melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Tingkat kecukupan gizi (TKG) anak balita adalah total konsumsi zat gizi aktual dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) sehari anak balita dan dinyatakan dalam persen dengan metode recall 2 x 24 jam. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup lingkungan perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya.

69 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Manokwari adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua Barat, Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Manokwari pada Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan luas wilayah km 2, dengan batas-batas : Utara : Samudera Pasifik Selatan : Kabupaten Teluk Bintuni Barat : Kabupaten Sorong Selatan Timur : Kabupaten Teluk Wondama Terdiri dari 29 distrik, 9 kelurahan dan 409 kampung. Wilayah mencakup wilayah laut, dataran dengan topografi wilayah datar, bergelombang hingga bergunung dengan iklim tropis suhu udara berkisar antara 26.4 C sampai 31.9 C. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Manokwari adalah orang, yang terdiri atas laki laki dan perempuan. Dari hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Manokwari masih bertumpuk di Distrik Manokwari Barat, yakni sebesar 39.94%, kemudian diikuti oleh Distrik Prafi sebesar 7.58%, Distrik Masni sebesar 7.19% dan Distrik Manokwari Selatan sebesar 7.07%, sedangkan distrik distrik lainnya hanya dibawah 5%. Distrik Manokwari Barat, Prafi, Masni dan Manokwari Selatan adalah empat distrik dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing masing berjumlah orang, orang, orang dan orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Manokwari sekitar kilometer persegi yang didiami oleh orang maka rata rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Manokwari adalah sebanyak 13 orang per kilometer persegi. Distrik yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Distrik Manokwari Barat yakni sebanyak 316 orang per kilometer persegi, sedangkan Distrik yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Distrik Tahota, Kebar, Senopi dan Mubrani, yakni hanya sebanyak satu orang per kilometer persegi.

70 50 Manokwari merupakan daerah yang memiliki iklim tropis, sehingga sangat mendukung kelangsungan hidup dari spesies nyamuk terutama Anopheles. Nyamuk Anopheles tersebar di Manokwari dan menyebabkan penyakit malaria tersiana dan malaria tropika dengan jumlah penderita yang cukup banyak. Daerah penelitian memiliki keadaan lingkungan yang berbeda-beda. Daerah Sanggeng berada di dekat laut sehingga untuk kelangsungan hidup nyamuk sangat sedikit dimana daerah pantai memiliki suhu yang tinggi dan kecepatan anginnya juga kuat sehingga mengurangi nyamuk yang ada di tempat tersebut, namun di daerah ini banyak terdapat saluran air yang tersumbat seperti halnya selokan yang jarang dibersihkan, serta penduduk dan perumahan yang padat. Di daerah Wosi terdapat hutan yang banyak memiliki pohon-pohon yang terlindung, berawa serta saluran air yang tersumbat sehingga menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Daerah Warmare merupakan daerah dimana terdapat hutan yang banyak memiliki pohon-pohon, tanaman coklat dan kelapa sawit, semak belukar dan juga sungai tempat berkembang biak nyamuk. Sama halnya dengan daerah Prafi, disamping pohon, tanaman sawit, di daerah ini juga terdapat kolam ikan dan persawahan. Dinas kesehatan Kabupaten Manokwari selalu mengadakan kegiatan penemuan dan pengobatan setiap tahun dalam rangka menurunkan angka kesakitan malaria di Kabupaten Manokwari seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Kegiatan penemuan dan pengobatan malaria usia balita di Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Puskesmas Σ penduduk Σ klinis Metode Diagnosis MILK RDT Positif 1-4 Thn 5-9 Thn L P L P Pengobatan Sanggeng Wosi Warmare Prafi SP Laporan Surveilans Malaria Kabupaten Manokwari Tahun 2011 ACT

71 51 Karakteristik Keluarga dan Anak Balita Karakterietik Sosial Ekonomi Keluarga Karakteristik sosial ekonomi keluarga dalam penelitian ini meliputi umur orangtua, besar keluarga, pendapatan orangtua, asal suku, pendidikan orangtua, dan pekerjaan orangtua. Distribusi karakteristik sosial ekonomi sosial ekonomi keluarga disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga Peubah Total n % Umur ibu Tua ( 35 tahun) Muda (< 35 tahun) Umur ayah Tua ( 35 tahun) Muda (< 35 tahun) Besar keluarga Kecil ( 4 orang) Besar (> 4 orang) Pendapatan keluarga Tinggi ( ) Rendah (< ) Asal suku Papua Non Papua Pendidikan ibu Rendah Tinggi Pendidikan ayah Rendah Tinggi Pekerjaan ayah Bekerja Pekerjaan ibu Bekerja Tidak bekerja/irt Dalam penelitian ini umur orang tua diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur < 35 tahun dan 35 tahun. Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita (90%) berumur kurang dari 35 tahun. Rata-rata umur ibu adalah 28 tahun, umur maximum 38 tahun dan minimum 20 tahun. Sedangkan jika ditinjau

72 52 dari umur ayah, diperoleh bahwa lebih dari 70% ayah berumur kurang dari 35 tahun, rata-rata umur ayah 32 tahun, umur maximum 45 tahun dan umur minimum 26 tahun. Besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu keluarga kecil ( 4 orang) dan keluarga besar (> 4 orang). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 59% ibu memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang, dan 41% responden lainnya memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang. Banyaknya anggota keluarga sangat mempengaruhi konsumsi pangan dalam keluarga. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan semakin tidak merata. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi sehingga berhubungan erat dengan status gizi. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu merupakan faktor yang kurang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Hal ini disebabkan tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan keluarga. Pada Tabel 7, diketahui bahwa 27% ibu memiliki pendapatan keluarga dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Propinsi Papua Barat yakni kurang dari Rp Rata-rata pendapatan adalah Rp dengan pendapatan tertinggi Rp dan terendah Rp Tingkat pendidikan dari orang tua juga sangat mempengaruhi pola asuh dan status gizi, dimana makin tinggi tingkat pendidikan orang tua, makin baik pula status gizi anaknya, karena orang tua terutama ibu berperan juga dalam pola asuh (Soekirman, 2000). Tingkat pendidikan orangtua dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu tingkat pendidikan rendah ( SLTP) dan pendidikan tinggi (> SLTP). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 67% ibu balita berpendidikan rendah, (tidak sekolah, tidak tamat SD dan SLTP) dan 33% lainnya berpendidikan tinggi. Jika ditinjau dari pendidikan suami, 54% suami berpendidikan rendah dan 46% lainnya berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka akan semakin baik sumberdaya manusianya karena pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia.

73 53 Berdasarkan asal suku, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari suku Jawa, Toraja, Manado, Ambon dan lain sebagainya. Mayoritas responden di daerah Prafi berasal dari suku Jawa karena daerah ini merupakan daerah transmigran, sedangkan di Warmare, mayoritas berasal dari suku Arfak. Asal suku dikelompokan menjadi dua kategori yaitu masyarakat asal Papua yang merupakan masyarakat asli Papua dan non Papua atau masyarakat pendatang. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terdapat 44% ibu yang merupakan masyarakat asli Papua dan lainnya 56% merupakan masyarakat pendatang. Hal ini memberi indikasi bahwa balita non asli papua lebih rentan terkena malaria dibandingkan balita asli papua. Masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai imunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah (kebal) terhadap infeksi malaria dan imunitas berperan penting menentukan beratnya infeksi. Kekebalan pada penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau menghalangi perkembang biakannya. Hal ini sejalan dengan Anies (2006) yang menyatakan bahwa bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang diperoleh secara transplasental. Penelitian Karunaweera, Carter R, Grau GE dan Mendis KN (1998) di Srilanka menemukan bahwa penderita malaria di daerah endemis memiliki densitas parasit yang lebih rendah daripada yang tidak di daerah endemis. Pada penduduk di daerah endemis ditemukan parasitemia berat namun asimtomatik, sebaliknya pasien non-imun dari daerah non-endemis lebih mudah mengalami malaria berat. Hal ini mungkin dikarenakan pada individu di daerah endemis imun sudah terbentuk antibody protektif yang dapat membunuh parasit atau menetralkan toksin parasit. Bila ditinjau dari status pekerjaan orang tua terdapat 77% ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga dan 23% ibu lainnya bekerja diantaranya bekerja sebagai guru, bidan dan pedagang. Sedangkan jika dilihat dari pekerjaan ayah diperoleh bahwa seluruh ayah bekerja dengan berbagai jenis pekerjaan. Di daerah pedesaan seperti prafi kebanyakan suami bekerja sebagai petani sawah dan petani ikan, sedangkan di daerah Warmare kebanyakan sebagai petani kakao dan petani kelapa sawit namun bertani bukanlah mata pencaharian utama, karena mereka juga berkebun dan mencari ikan. Jenis tanaman yang biasa

74 54 ditanam adalah pisang, ubi-ubian dan sayuran. Sedangkan pekerjaan suami didaerah perkotaan lebih didominasi sebagai PNS, pedagang, sopir, tukang ojek dan wirausaha. Karakteristik Balita Karakteristik balita dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin dan berat badan lahir seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi balita berdasarkan karakteristik balita di Puskesmas Kabupaten Manokwari Peubah Total n % Umur balita (tahun) Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Berat badan lahir Normal ( gram) BBLR (< gram) Tabel 8 menunjukkan bahwa jika dilihat dari pembagian umur, sebagian besar (70%) balita berumur dua sampai tiga tahun dan sisanya 30% berumur empat sampai lima tahun. Rata-rata umur balita adalah tiga tahun. Anak-anak usia ini adalah kelompok terbanyak yang berisiko terhadap malaria hal ini disebabkan balita belum mampu menjaga dirinya sendiri dari gigitan nyamuk serta memiliki daya tahan tubuh yang masih belum maksimal. Pertahanan tubuh terhadap malaria yang diturunkan penting untuk melindungi anak kecil atau bayi karena sifat khusus eritrosit yang relatif resisten terhadap masuk dan berkembang biaknya parasit malaria. Depkes (2011) menunjukan bahwa anakanak usia dibawah lima tahun lebih rentan terjangkit malaria bahkan angka kematian mencapai 70% pada anak usia dibawah lima tahun. Jika ditinjau dari jenis kelamin, maka diketahui bahwa sebagian besar balita berjenis kelamin perempuan dengan persentase 59% dan 41% lainnya berjenis kelamin laki-laki. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk.

75 55 Pertumbuhan dan perkembangan anak balita juga dipengaruhi oleh berat badan lahir. BBLR adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita malaria, energi kronis dan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2006). Berdasarkan data yang diperoleh juga diketahui bahwa 13% balita memiliki berat badan lahir rendah (< gram), dan 87% balita lainnya memiliki berat badan lahir normal. Rata-rata berat badan lahir balita adalah gram. BBLR sangat berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas janin dan bayi baru lahir, hambatan pertumbuhan dan perkembangan kognitif, serta penyakit kronis saat dewasa. Muthayya (2009) menyatakan bahwa BBLR dapat meningkatkan morbiditas, menyebabkan gangguan perkembangan mental, meningkatkan risiko penyakit kronis. Bayi yang lahir dengan BBLR akan lebih sulit untuk memiliki ukuran tubuh normal di kemudian hari sehingga dapat menyebabkan stunting pada masa remaja. Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Malaria Pengetahuan (knowladge) merupakan hasil tahu yang diperoleh melalui proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang diteliti disini adalah pengetahuan ibu tentang ASI dan pengetahuan tentang malaria seperti disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan tentang ASI dan malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari Peubah Total n % Pengetahuan tentang ASI Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Pengetahuan tentang malaria Baik ( 70%) Kurang (< 70%)

76 56 Berdasarkan Tabel 9, diperoleh bahwa 46% ibu memiliki pengetahuan ASI yang kurang baik. Pengetahuan ibu tentang ASI yang kurang baik disebabkan karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kolostrum, kolostrum yang diproduksi oleh sebagian ibu dianggap sebagai air susu yang kotor dan tidak langsung diberikan kepada bayi. Roesli U (2004) menyatakan bahwa kolostrum adalah cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh setelah melahirkan. Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir karena pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak ada. Rendahnya pengetahuan ibu juga disebabkan mereka tidak mengetahui kapan waktu pemberian ASI dan penyapihan yang tepat. Jika ditinjau dari pengetahuan ibu tentang malaria, diketahui bahwa 43% Ibu balita memiliki pengetahuan malaria yang kurang baik. Pengetahuan ibu yang kurang baik ini disebabkan mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai jenis nyamuk malaria, tempat perindukan nyamuk, cara mencegah malaria yang baik dan bagaimana gejala awal penyakit malaria dengan benar. Secara teori pengetahuan yang baik tentang penularan malaria akan dapat membantu upaya pencegahan terjadinya penularan malaria dimana masyarakat menjadi mampu untuk bertindak, mencegah dan mampu melindungi diri dari serangan penyakit ini. Tanda dan gejala penyakit malaria yang penting dan harus diketahui oleh orangtua adalah panas tinggi, menggigil dan sakit kepala. Dari responden yang mengetahui gejala penyakit malaria, panas dan menggigil merupakan gejala malaria yang paling banyak diketahui; gejala lain yang juga disebutkan adalah badan yang kaku, badan kurus, badan sakit, batuk-beringus, sakit tulang belakang, bibir kering dan muka pucat. Pengetahuan ini diketahui berdasarkan pengalaman dan penyuluhan dari petugas kesehatan. Hasil penelitian Uzochukwu et al (2008) tentang respon ibu terhadap anak demam di daerah perkotaan dan pedesaan di Enugu, Nigeria Tenggara menyebutkan bahwa kedua ibu di daerah perkotaan dan pedesaan menyadari bahwa malaria merupakan penyebab utama demam pada anak. Meskipun ibu pedesaan mengenali demam dan tanda-tanda bahaya yang lebih baik dari pada

77 57 ibu-ibu di daerah kota tetapi tanggapan ibu didaerah kota terhadap demam anaknya lebih baik. Ibu di daerah kota menggunakan obat klorokuin, ACT dan parasetamol sebagai obat utama untuk mengobati demam anaknya dan tersedia dirumah, sementara ibu-ibu pedesaan lebih cenderung untuk menggunakan obat sisa dari pengobatan sebelumnya untuk mengobati demam. Sementara ibu di daerah perkotaan juga lebih menggunakan pencegahan dan mencari tindakan lebih cepat dari ibu pedesaan dan total biaya perawatan juga lebih tinggi di daerah perkotaan. Pola Asuh Makan dan Pola Asuh Kesehatan Pola Asuh Makan Orang tua sangat berperan dalam menjaga pola makan yang sehat dan seimbang bagi anak karena biasanya anak akan meniru pola makan yang ada di keluarga. Dengan mengatur asupan makanannya supaya tetap sehat dan seimbang, maka kesehatan dan kecerdasan anak akan dapat terjaga untuk menjamin masa depannya. Ibu atau pengasuh harus yakin bahwa anak balita sudah mampu untuk makan sendiri dan mengawasi selama anak makan. Pola asuh makan dalam penelitian ini terdiri dari riwayat pemberian ASI dan penyapihan serta praktek pemberian makan anak. Widayani S (2000) menyatakan kebiasaan menyusui bayi merupakan hal yang baik, akan tetapi ASI bukan satu-satunya sumber untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi anak balita. Pemberian ASI kepada anak balita yang sudah besar (> 2 tahun) akan dapat memberi dampak yang kurang baik terhadap anak balita. Disamping ASI sudah tidak sarat zat gizi sehingga tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Distribusi pola asuh makan anak balita di Puskesmas Kabupaten Manokwari seperti disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, diperoleh bahwa 65% ibu memiliki pola asuh makan yang kurang baik. Pola asuh makan yang kurang baik ini disebabkan riwayat pemberian ASI yang dan penyapihan kurang baik serta praktek makan yang kurang baik. Persentase responden dengan riwayat ASI dan penyapihan yang kurang baik adalah 56% dan 44% ibu memiliki riwayat pemberian ASI dan penyapihan yang baik. Sebagian ibu tidak memberikan ASI dengan berbagai alasan, diantaranya adalah ASI tidak keluar, anak tidak mau dan ibu sedang sakit. Disamping itu beberapa ibu lainnya tidak memberikan ASI eksklusif dan

78 58 mulai menyapih ketika anak baru berusia empat bulan. Bertentangan dengan apa yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan yang menganjurkan pemberian ASI tanpa makanan pendamping hingga bayi berusia 6 bulan (ASI eksklusif). Tabel 10 Distribusi balita berdasarkan pola asuh makan di Puskesmas Kabupaten Manokwari Peubah Total n % Pola asuh makan Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Riwayat pemberian ASI dan penyapihan Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Praktek pemberian makan Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Tabel 10 juga menunjukkan bahwa 65% ibu balita memiliki praktek pemberian makan yang kurang baik dan 35% ibu memiliki praktek pemberian makan yang baik. Praktek pemberian makan disini meliputi cara memberi makan, frekuensi makan, jenis dan ragam makanan serta situasi saat makan. Cara pemberian makan yang kurang baik diantaranya adalah kebiasaan sarapan pagi kurang diterapkan padahal menurut Suhardjo (1989) makan pagi sangat penting. Sejalan dengan pernyataan Khomsan A (2002) yang menyatakan bahwa makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik. Pola asuh makan yang kurang baik juga disebabkan para responden cenderung memaksa anak untuk makan dan tidak bisa menciptakan situasi makan yang baik saat makan. Disamping itu frekuensi makan anak yang tidak teratur serta jenis dan ragam makanan yang kurang bervariasi pun menjadi penyebab kurang baiknya pola asuh makan ibu. Hal ini didukung oleh Anwar (2009) yang menyatakan bahwa situasi makan dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makan, ada anak yang diberi makan secara teratur setiap hari, makan pada tempat yang nyaman, dan anak makan dengan tertib. Sebaliknya ada pula anak yang diberi makan semaunya, sambil jalan-jalan, sambil bermain-main, dan tergantung kepada pengawasan ibu atau pengasuh. Akibatnya anak akan terbiasa sulit untuk makan, berhamburan atau akan banyak makanan yang tidak dihabiskan.

79 59 Cara mengasuh anak baik asuh makan dan asuh kesehatan antar keluarga sangat bervariasi, diantaranya dipengaruhi oleh karakteristik keluarga. Secara rinci distribusi pola asuh makan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi contoh berdasarkan pola asuh makan dan karakteristik sosial ekonomi keluarga Peubah Pola asuh makan Total Baik Kurang baik n % n % n % Umur ibu Tua ( 35 tahun) Muda (< 35 tahun) Umur ayah Tua ( 35 tahun) Muda (< 35 tahun) Besar keluarga Kecil ( 4 orang) Besar (> 4 orang) Pendapatan keluarga Tinggi ( ) Rendah (< ) Asal suku Papua Non Papua Pendidikan ibu Rendah Tinggi Pendidikan ayah Rendah Tinggi Pekerjaan ayah Bekerja Pekerjaan ibu Bekerja Tidak bekerja/irt Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga, pola asuh makan yang kurang lebih banyak dilakukan oleh orangtua berumur muda (64.4%), memiliki jumlah anggota keluarga kecil dengan pendidikan orangtua yang rendah dan ibu tidak memiliki pekerjaan. Namun berdasarkan analisis chi-square tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan pola asuh makan.

80 60 Pola Asuh Kesehatan Pola asuh kesehatan tidak terlepas dari praktek hidup bersih yang diterapkan oleh ibu. Kebersihan adalah faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Pola asuh kesehatan dalam penelitian ini meliputi praktek kebersihan (higiene) anak, penanganan ketika anak sakit, serta praktek pencegahan malaria yang diterapkan ibu kepada anak. Distribusi pola asuh kesehatan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi balita berdasarkan pola asuh kesehatan di Puskesmas Kabupaten Manokwari Peubah Total n % Pola asuh kesehatan Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Praktek kebersihan anak Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Perawatan anak saat sakit Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Praktek pencegahan malaria Baik ( 70%) Kurang (< 70%) Berdasarkan Tabel 12, diperoleh 57% ibu memiliki pola asuh kesehatan yang kurang baik dan 43% memiliki pola asuh kesehatan yang baik. Jika ditinjau dari praktek kebersihan, sebagian besar (80%) ibu memiliki praktek kebersihan yang baik dan hanya terdapat 20% ibu yang memiliki praktek kebersihan kurang baik. Praktek kebersihan yang dimaksud disini terdiri dari kebiasaan mengonsumsi air masak, praktek kebersihan anak, seperti kebiasaan mandi dua kali sehari, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, kebiasaan menggunting kuku dua kali seminggu dan sebagainya. Pola asuh kesehatan yang buruk akan sangat merugikan bagi anak oleh karena itu kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat (Soetjiningsih, 1995). Berdasarkan data Riskesdas 2010, cakupan pelayanan kesehatan bayi dipapua barat adalah yang terendah kedua (42.0%) di Indonesia setelah Papua (32.40%), dimana targetnya adalah

81 %. Disebutkan juga bahwa salah satu upaya pengendalian penyakit malaria yang paling sering dan masih menjadi andalan adalah pengobatan penderita. Pengobatan yang efektif ini harus memenuhi tiga kategori, yaitu jenis obat yang diperoleh adalah ACT, obat tersebut diperoleh penderita maksimum 24 jam setelah sakit dan dosis obat diperoleh untuk tiga hari dan diminum seluruhnya. Anak balita sangat membutuhkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh secara terus-menerus. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa 85% ibu memiliki pola asuh yang baik dalam merawat anak ketika sakit dan hanya 15% ibu dengan praktek perawatan yang kurang baik. Praktek perawatan anak saat sakit diantaranya adalah tindakan ibu mengenai gejala malaria, tindakan dalam memanfaatkan layanan kesehatan serta kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar ibu langsung membawa anak mereka berobat ke sarana pelayanan ke puskesmas, praktek bidan dan puskesmas pembantu, hal ini disebabkan berbagai alasan, diantaranya adalah agar anak cepat sembuh, tidak menyediakan obat di rumah dan ingin mendapatkan pengobatan gratis. Praktek perawatan yang kurang baik disebabkan mereka tidak segera memeriksakan anaknya ke dokter, cenderung membiarkan dan baru memeriksakan anak lima hari setelah sakit dan semakin parah. Tabel 12 juga menunjukkan mengenai praktek pencegahan malaria, dimana 74% ibu belum menerapkan praktek pencegahan malaria yang baik dan 26% sudah menerapkan praktek pencegahan yang baik. Praktek pencegahan malaria sangat penting dilakukan guna menurunkan angka kesakitan malaria. Pengetahuan mengenai cara pencegahan malaria ini sangat penting mengingat, program pencegahan malaria dengan menggunakan kelambu pada masyarakat tidak begitu tepat dilakukan, disamping itu kondisi rumah yang tidak terpasang kasa nyamuk pada ventilasi menyebabkan nyamuk masuk kedalam ruangan. Berdasarkan hasil penelitian di daerah pedesaan seperti Warmare dan Prafi banyak rumah yang tidak menggunakan kasa pada jendela dan ventilasi dibandingkan di daerah perkotaan seperti Sanggeng dan Wosi sehingga kebiasaan menggunakan kelambu sangat banyak di pedesaan dibandingkan di perkotaan. Sedangkan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk semprot dan elektrik lebih banyak dilakukan oleh ibu yang berada di perkotaan. Pada

82 62 dasarnya ibu hanya menerapkan dua sampai tiga praktek pencegahan saja dari tujuh praktek pencegahan malaria yang dianjurkan oleh dinas kesehatan setempat, padahal jika semua praktek dilakukan akan semakin efektif upaya untuk menghindarkan keluarga dari infeksi malaria. Praktek pencegahan malaria secara rinci disajikan pada Gambar 5 berikut. Sanitasi lingkungan 65 Penggunaan obat tradisional 14 Minum obat anti malaria 5 Pemakaian obat nyamuk/anti nyamuk 22 Penggunaan pakaian lengan panjang Penggunaan kasa pada jendela/ventilasi Penggunaan kelambu tanpa /berinsektisida Jumlah Responden Gambar 5 Praktek ibu dalam mencegah malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari Dari Gambar 5 terlihat bahwa untuk penggunaan kelambu berinsektisida dan non insektisida cukup banyak dipraktekkan oleh ibu. Penggunaan kelambu merupakan upaya yang paling efektif mencegah digigit nyamuk pada saat tidur dibandingkan dengan upaya yang lain, hal ini disebabkan penggunaan kelambu mengurangi resiko masuknya insektisida ke dalam tubuh manusia melalui jaringan kulit serta risiko lain dari obat pengusir nyamuk yang dibakar, khususnya bagi orang yang mempunyai gangguan sistem pernafasan. Berdasarkan keterangan rata-rata penggunaan kelambu adalah empat tahun dan rata-rata kelambu dicuci adalah lima bulan sekali. Menurut dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, penggunaan kelambu berinsektisida akan efektif selama jangka waktu 3-5 tahun dan dapat dicuci secara teratur tiga bulan sekali. Dari Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa praktek pencegahan yang paling sedikit dilakukan oleh para responden adalah mengonsumsi obat anti malaria, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya mengonsumsi obat pencegahan malaria. Dulu malaria masih diobati dengan klorokuin, namun

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masa balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan.

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan. WHO memberi batasan anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun. Mereka berbeda dengan orang dewasa, karena anak mempunyai ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang, sampai berakhirnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Asuh Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga, jantung dalam tubuh merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung berhenti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Gizi merupakan penentu kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Pengasuhan Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilakan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Manokwari adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua Barat, Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Manokwari pada 0 0 15-3 0 25 Lintang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang yang ditandai dengan indeks panjang badan dibanding

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. Kelompok usia yang paling rentan yaitu usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Badan Balita Gizi Kurang 1. Pengertian Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Balita 2.1.1 Pengertian Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1998, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dimana dinamika korelasi antara faktor faktor resiko dengan

Lebih terperinci

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Asuh Anak Pola asuh anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi

Lebih terperinci

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita PERAN KELUARGA PRASEJAHTERA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA DEPOK KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG 7 Cipto Roso ABSTRAK Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal. Sasaran yang akan dicapai, meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang

Lebih terperinci

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama pada negara-negara berkembang dan kurang berkembang, masalah ini mempengaruhi kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan status gizi menurun dimana keadaan ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J ARTIKEL ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU PERMATA DESA BAKI PANDEYAN KABUPATEN SUKOHARJO Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan faktor penting untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, didapatkan bahwa penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2) 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab kedua kematian pada anak dibawah lima tahun. Didapatkan data dari World Gastroenterology Organisation Global Guideline

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita merupakan anak kurang dari lima tahun sehingga bayi usia anak dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii KATA PENGANTAR. iii HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv ABSTRAK v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GRAFIK... xvi DAFTAR LAMPIRAN...... xvii

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI 13 12 11 10 9 8 7 Hari Anak-Anak Balita 8 April 6 5 4 3 SITUASI 2 BALITA PENDEK BALITA PENDEK Pembangunan kesehatan dalam periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan sumber daya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana Indonesia sekarang berada pada peringkat 108

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci