PANDUAN PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI MODEL JARINGAN BERGERAK DAFTAR ISI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI MODEL JARINGAN BERGERAK DAFTAR ISI"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 2 : Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Tentang Buku Panduan dan Perangkat Lunak Formula Perhitungan Biaya Interkoneksi TANGGAL : 28 Pebruari 2006 PANDUAN PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI MODEL JARINGAN BERGERAK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR...IV Pendahuluan Tujuan dokumen Model Tujuan Model Penentuan Biaya Interkoneksi Sifat Model Bottom Up Keterkaitan dengan Model Top Down Prinsip-Prinsip Model Definisi dan Prinsip LRIC Beban biaya forward looking Layanan Incremental (Service Increments) Pendekatan scorched node Beban biaya kapital tahunan Alokasi Beban biaya dan Mark Up Ringkasan prinsip-prinsip model Perancangan Model Skema Model Layanan jaringan yang dimodelkan Halaman I dari IV

2 4.3 Elemen jaringan yang dimodelkan Pengoperasian Model Pendahuluan Gambaran Umum Pengoperasian Model Gambaran umum Perhitungan B. Hasil C. Master files Tabel 1a: Network coverage by geotype and region Tabel 1b: Pre-paid Subscribers Tabel 1c: Post-paid Subscribers Tabel 1d: Total Subscribers Tabel 2a: Breakdown of traffic origination by region and geotype Tabel 2b: Annual traffic by service and region Tabel 2c: Number of call attempts by service and region Tabel 2d: Number of unsuccessful call attempts by service and region Tabel 2.e: Average call duration by service and region Tabel 3a: Radio Network Parameters, Tabel 3b: Network Equipment, Tabel 3c: Transmission Parameters, Tabel 3d: Point to Point fibre Link, Tabel 3e: Call set-up/ duration split Tabel 3f: Peak/ Off-peak traffic split Tabel 3g: Utilisation Tabel 3h: Call routing Tabel 3i: Erlang Tabel Tabel 4.a: Conversion of billed minutes to network minutes Tabel 4.b: Busy hour Erlang Tabel 4.c: busy Hour voice equivalent radio channel Tabel 4d: Utilisation Tabel 4e: GSM 900 coverage network Tabel 3f: Radio network availability capacity Halaman II dari IV

3 5.30 Tabel 4g: Traffic Network Tabel 4h: Provisioned GSM 900 network Tabel 4i: GSM 1800 Traffic Network Tabel 4j: Co-located 900 & 1800 Network Tabel 4k: Other network elements Tabel 4.1k: Transmission network - capacity dimensioning Tabel 4m: Provisioned equipment volumes Tabel 5a: Top-down model values, Tabel 5b: Network equipment capex & opex costs, Tabel 5c: Transmission costs, 2003 cost of building own transmission Tabel 5d: Transmission costs, 2003 costs of leasing transmission Tabel 5e: Summary: transmission costs by network element Tabel 6: Network element costing 2003 to 2007 (respectively) Tabel 7a.1.: Modern Equivalent Asset additions, Installation costs, Opex Tabel 7a.2:Cumulative MEA, Installations and Opex Tabel 7.b.1: Depreciation (MEA + Inst. Cost) Tabel 7b2: Average remaining MEA production value Tabel 7c.1: Return on assets Tabel 7c.2: Total annualised capex (Depreciation + ROA) Tabel 7d.1: Total annualised costs (Capex + Opex) Tabel 7d2: Common costs and working capital Tabel 8a: Routing factors Tabel 8b: Weighted Traffic Tabel 8c: Network element usage Tabel 9a: LRIC (Rupiahs) Mark up Tabel 11a:National service & retail costs Tabel 11b:Regional service & retail costs Daftar Istilah Halaman III dari IV

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1: Definisi LRIC... 9 Gambar 3.2: Beban biaya historis versus beban biaya forward-looking Gambar 3.3: Rumus untuk WACC pre-tax nominal Gambar 4.1: Struktur tingkat tinggi dari model Gambar 4.2: Worksheet yang ada pada model Gambar 4.3: Layanan jaringan yang dimodelkan Gambar 4.4: Elemen Jaringan yang dimodelkan Gambar 5.1: Input dan tahapan perhitungan Gambar 5.2: Master files Daftar istilah yang digunakan di dalam model Halaman IV dari IV

5 1. Pendahuluan 1.1 Tujuan dokumen Dokumen ini adalah buku panduan dalam menggunakan model Bottom Up LRIC Jaringan Bergerak. Tujuan dokumen ini adalah untuk: a. Menjelaskan latar belakang pendekatan pemodelan yang diambil, termasuk metodologi pembebanan biaya dan konsep-konsep yang mendukung model perhitungan; b. Menjelaskan cara kerja dan struktur model perhitungan; c. Memberikan panduan atau panduan untuk membantu penyelenggara dalam melakukan perhitungan biaya interkoneksi. Dokumen ini juga telah dirancang untuk memungkinkan penyelenggara melakukan perubahan sesuai dengan pola penyediaan interkoneksi berserta layanannya. 1.2 Model Model merupakan bentuk fisik dari dari formula perhitungan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Buku panduan ini merupakan panduan atau panduan dalam menggunakan model yang terdapat di dalam Excel Workbook berjudul 'BU Fixed Network Model (29 Apr 05) v1.2 (Illustrative Data).xls'. Hak cipta dari Excel workbook dimaksud dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Setiap penyelenggara dalam melakukan perhitungan biaya interkoneksi dengan menggunakan model tersebut, harus menyalin model dari Ditjen Postel dan menyerahkan hasil perhitungan dengan model yang telah diisi datanya. Ditjen Postel akan memverifikasi keabsahan model dari data log pengisian model. Dalam Halaman 1 dari 52

6 menyerahkan hasil perhitungan dengan model yang telah diisi datanya, penyelenggara harus menyertakan dokumen pengantar yang mencantumkan jastifikasi terhadap variabel dan parameter yang dipilih oleh penyelenggara. Halaman 2 dari 52

7 2. Tujuan Model 2.1 Penentuan Biaya Interkoneksi Tujuan model Bottom Up Jaringan Bergerak dapat digunakan untuk menghitung biaya interkoneksi yang terkait dengan berbagai kategori trafik yang berbeda disebut sebagai service types (service type) pada model. Secara khusus, model ini dimaksudkan untuk digunakan membantu penentuan biaya interkoneksi untuk trafik interkoneksi originasi, terminasi dan transit. Pengaturan biaya interkoneksi melibatkan penentuan harga yang secara wajar mengkompensasi penyedia layanan interkoneksi atas beban biaya ekonomis dari layanan interkoneksi dimaksud. Biaya interkoneksi yang diregulasi harus memenuhi beberapa syarat agar dapat menjadi efektif, yaitu: a. biaya interkoneksi tersebut harus mencerminkan secara tepat beban biaya ekonomis layanan interkoneksi; b. biaya interkoneksi tersebut tidak boleh melibatkan subsidi beban biaya penyedia layanan interkoneksi dengan pembayaran dari pencari akses, tidak pula sebaliknya c. biaya interkoneksi tersebut harus mengikuti, sepraktis mungkin, biaya yang mungkin muncul dalam sebuah pasar kompetitif-penuh untuk layanan interkoneksi. Biaya interkoneksi yang diregulasi tidak selalu mencerminkan biaya sebenarnya yang muncul dari penyedia layanan interkoneksi, karena dimungkinkan adanya level ketidakefisiensian yang berlebihan yang menyebabkannya tidak layak untuk diteruskan kepada pencari akses. Halaman 3 dari 52

8 Biaya interkoneksi dapat kemudian dianggap sebagai insentif bagi penyedia akses untuk mencapai level efisiensi operasional di mana biaya tersebut didasarkan. 2.2 Sifat Model Bottom Up Model Bottom Up menentukan beban-beban biaya yang mungkin muncul pada sebuah penyelenggara efisien yang menggunakan teknologi jaringan masa depan (forward looking network technologies) dalam melakukan berbagai layanan jaringan termasuk layanan interkoneksi. Dalam hal ini tujuan utama model adalah untuk menentukan beban biaya yang mungkin timbul pada penyelenggara tersebut dalam menangani level seluruh trafik dan trafik interkoneksi yang diasumsikan. Model ini mengalokasikan beban biaya total tersebut kepada setiap kategori layanan atau jenis trafik dan menghasilkan beban biaya untuk setiap satuan trafik panggilan atau menit. Sebuah Model Beban Biaya Bottom Up dapat dijalankan menggunakan input data yang berdasar pada level resource dan beban-beban biaya sebuah penyelenggara tertentu. Namun demikian, hal ini hanya dilakukan untuk tujuan yang sangat khusus 1, karena resource yang di-deploy dan beban-beban biaya yang muncul dari sebuah penyelenggara tertentu mungkin tidak mencerminkan level beban biaya penyelenggara efisien yang menggunakan teknologi jaringan masa depan (forward looking network technologies). Sebaliknya, Model Top Down menghitung satuan beban biaya yang muncul dari suatu penyelenggara. Model seperti ini membutuhkan sebagai input data beban biaya aktual penyelenggara tersebut. Bebanbeban biaya tersebut dialokasikan berdasarkan prisip sebab akibat beban 1 Seperti rekonsiliasi dengan Model Top Down menggunakan set data yang sama. Halaman 4 dari 52

9 biaya (cost causation principles) kepada layanan produksi yang menimbulkan beban biaya tersebut. Sebuah Model Top Down tidak selalu mencerminkan beban-beban biaya penyelenggara efisien yang menggunakan teknologi jaringan masa depan (forward looking network technologies), dan hanya akan mendekati beban-beban biaya tersebut sampai batas di mana penyelenggaraan yang dimodelkan efisien dalam kondisi ini. 2.3 Keterkaitan dengan Model Top Down Model Bottom Up yang dijelaskan dalam buku panduan ini harus dipertimbangkan bersama dengan Model Top Down untujk Jaringan Bergerak di Indonesia. Model Bottom Up mengkonstruksikan sebuah basis beban biaya yang digunakan untuk menangani level trafik yang diasumsikan berdasarkan praktek efisien dalam perancangan jaringan, pembelian peralatan, utilisasi dan operasi. Sebaliknya, Model Top Down menentukan beban-beban biaya berdasarkan alokasi beban biaya yang terjadi pada penyelenggara tersebut. Hasilnya, beban biaya yang dihitung menggunakan Model Bottom Up akan sama dengan atau lebih rendah daripada beban biaya yang dihitung menggunakan Model Top Down. Model Bottom Up menggunakan data yang sama dengan Model Top Down, seperti: a. data pelanggan; b. data trafik; Halaman 5 dari 52

10 c. data common cost dan overhead cost 2 ; d. routing factor. Sebagai tambahan, faktor alokasi yang digunakan untuk mengalokasikan beban biaya pada Model Top Down dapat diturunkan dari output Model Bottom Up. 2 Perlakuan terhadap common cost dan overhead cost dalam Model Bottom Up selalu menjadi isu yang perlu diperhatikan. Secara umum persentase mark-up pada direct cost untuk merepresentasikan common cost dan overhead cost diturunkan dari benchmarks level beban biaya penyelenggara yang diterima sebagai praktek terbaik (best practice). Namun, sebelum bersandar penuh pada benchmarks, disarankan untuk mencoba persentase mark-up yang dihasilkan oleh beban biaya aktual penyelenggara yang terkait yang dicakup dalam Model Top Down terkait. Jika informasi ini ada dan beban biaya yang dimaksud berada di dalam daerah benchmark, maka data aktual dapat digunakan dalam Model Bottom Up. Halaman 6 dari 52

11 3. Prinsip-Prinsip Model 3.1 Definisi dan Prinsip LRIC Teori ekonomi menyatakan bahwa harga optimal tercapai ketika tarif sama dengan beban biaya marginal untuk menyediakan layanan. Beban biaya marginal dalam hal ini didefinisikan sebagai kenaikan basis beban biaya yang terkait dengan pengadaan penambahan satu satuan produksi. Namun, industri telekomunikasi memiliki karakteristik level common cost dan joint cost yang tinggi yang tidak akan dapat ditutupi jika penentuan harga ditentukan hanya oleh beban biaya marginal. Sebagai hasilnya, biaya interkoneksi didasarkan pada forward looking long run incremental costs (LRIC). Diasumsikan bahwa semua input adalah variabel (jumlah pegawai, ongkos kapital, dll), sehingga biaya interkoneksi mengikutsertakan pengembalian kapital (return on capital). LRIC secara umum didefinisikan sebagai beban biaya penambahan sebuah produk atau layanan pada sebuah grup produk atau layanan atau, dengan kata lain, beban biaya yang dapat dihindarkan jika produksi sebuah produk atau layanan dihilangkan dari daftar produk dan layanan yang ada. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan pada saat ini memproduksi layanan A dan B dan kemudian memutuskan untuk menghentikan produksi layanan A, maka beban biaya perusahaan akan berkurang. Perusahaan akan menghemat: a. Beban-beban biaya variabel yang terkait dengan produksi layanan tersebut b. Beban biaya tetap yang khusus untuk memproduksi layanan tersebut (Service specific fixed costs) Halaman 7 dari 52

12 Menggunakan harga berdasarkan LRIC, pesaing dapat menentukan antara menggunakan jaringan incumbent atau, dengan alternatif membangun jaringan mereka sendiri, karena biaya interkoneksi akan mencerminkan beban biaya mengkonstruksikan sebuah jaringan berdasar pada teknologi modern, termasuk rate yang wajar atas pengembalian investasi. Pada prakteknya, tentu saja, tidak akan selalu terbuka bagi pesaing untuk membangun jaringan alternatif, karena para pelanggan yang akan ditujukan panggilan kepada mereka mungkin memiliki layanan yang terhubung pada jaringan penyelenggara lainnya. Namun, struktur beban biaya akan mencerminkan beban biaya yang muncul dari sebuah penyelenggara efisien dalam mengadakan jaringan seperti itu. Gambar 3.1 mengilustrasikan definisi LRIC bagi sebuah layanan (layanan A) yang tidak memiliki beban biaya tetap khusus layanan (service specific fixed costs). Halaman 8 dari 52

13 Gambar 3.1: Definisi LRIC Cost Incremental cost (LRIC) of Service A Stand-alone cost (SAC) of providing Service B Fixed common and joint costs (FCJC) Service B Slope = unit LRIC Slope = average costs Service A CVR Average cost of Service A Cost driver volume Sumber: Ovum Seperti yang diilistrasikan pada Gambar di atas, LRIC layanan A adalah beban biaya yang dapat dihindari dengan tidak menyediakan layanan tersebut. Terlihat bahwa LRIC mendekati kemiringan kurva beban biaya atau cost volume relationship (CVR). Gambar 3.1 mengilustrasikan sebuah kasus yang tidak memiliki beban biaya tetap khusus layanan (Service specific fixed costs) yang terkait dengan produksi Layanan A. Jika terdapat beban biaya tetap khusus layanan (Service specific fixed costs), maka LRIC didefinisikan sebagai kemiringan kurva beban biaya ditambah setiap beban biaya tetap khusus layanan (Service specific fixed costs). Namun, seperti yang telah disebutkan di atas, sebuah bisnis yang memberi harga pada layanannya berdasarkan LRIC tidak akan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama, karena dia tidak akan menutupi fixed common cost dan joint cost-nya. Karenanya tarif layanan Halaman 9 dari 52

14 A harus mengikutsertakan mark-up untuk menutupi fixed common cost dan joint cost. Layanan B pada Gambar 3.1 dapat diambil sebagai representasi trafik yang dimiliki oleh penyelenggara itu sendiri (trafik on-net atau trafik noninterkoneksi) dan Layanan A mewakili trafik interkoneksi yang dibawa ke atau dari jaringan penyelenggara lain. Seperti yang diindikasikan di bawah terdapat beberapa konsekuensi penting untuk satuan beban biaya (unit cost) dari setiap Layanan yang dicerminkan dalam prinsip yang mendasari model, yaitu- a. Beban-beban biaya dibagi secara proporsional antara Layanan A dan Layanan B, sehingga tidak ada subsidi di antara mereka b. Tidak terdapat beban biaya jaringan yang berdiri sendiri yang dialokasikan pada suatu bisnis (Layanan B) yang dapat menjadi alasan pengadaan jaringan pada keadaan awal. Dengan kata lain, walaupun penentuan beban biaya interkoneksi terkait dengan kausasi beban biaya (cost causation), pendekatan yang digunakan ini tidak menaruh perhatian pada urutan kausasi beban biaya (cost causation). c. Beban biaya retail tidak terkait dengan Layanan A, yang merupakan Layanan interkoneksi yang disediakan pada pasar wholesale, sehingga tidak dibagi dengan Layanan A. 3.2 Beban biaya forward looking Apabila LRIC diharapkan menghasilkan indikasi harga yang efisien bagi pasar maka hasilnya harus mencerminkan beban biaya forward-looking untuk membangun dan mengoperasikan sebuah jaringan modern. Beban biaya forward-looking mencerminkan beban biaya yang akan muncul di masa depan untuk mencapati tujuan dan, untuk itu, beberapa penilaian Halaman 10 dari 52

15 diperlukan untuk memperkirakan beban biaya forward-looking. Beban biaya forward-looking berbeda dengan beban biaya historis pada sejumlah hal. Beban biaya historis direkam di masa lalu dan terkait untuk memenuhi tujuan-tujuan historis. Beban biaya historis diketahui dengan pasti dan biasanya digunakan untuk pelaporan finansial. Gambar 3.2 di bawah membandingkan penyelenggaraan dan ciri-ciri beban biaya historis dengan beban biaya forward-looking. Gambar 3.2: Beban biaya historis versus beban biaya forward-looking Penyelengga raan Beban biaya historis Pelaporan finansial Penilaian kebiasaan lama Dasar pengganti bagi keputusan masa depan Beban biaya forward-looking Dasar untuk menghitung LRIC Dasar untuk keputusan masa depan Beban biaya relevan untuk pemain baru Positif Relatif sederhana Mudah untuk dihasilkan Transparan dan dapat direkonsiliasi Data untuk keuntungan akunting Negatif Mengandung alokasi resource yang secara ekonomi tidak efisien Ketidaktepatan pernyataan keuntungan nyata Mendukung keputusan yang secara ekomoni efisien Memberikan harga batas bawah (floor) dan batas atas (ceiling) Menghasilkan target biaya Output sensitif terhadap metodologi tertentu yang dipilih Rumit dan kurang transparan/kemampuan untuk direkonsiliasi Dapat memberikan pergerakan keuntungan yang tidak stabil dari waktu ke waktu Halaman 11 dari 52

16 Beban biaya forward looking dapat diharapkan berbeda dengan beban biaya historis sebagai hasil dari perubahan teknologi, inflasi harga (umum ddan khusus), dan fakta bahwa beban biaya historis dimunculkan untuk mendapatkan tujuan-tujuan masa lalu dan mungkin menjadi sangat besar dalam jumlah. Model ini menggunakan beban biaya kapital forwardlooking dan juga beban biaya operasional forward-looking dan historis untuk dimodelkan. 3.3 Layanan Incremental (Service Increments) Model ini menghitung LRIC untujk elemen jaringan terkait dengan pengadaan penyampaian jaringan (network conveyance) dan layanan akses. Pendekatan ini menekankan bahwa biaya untuk layanan interkoneksi dan pengadaan layanan jaringan dari bisnis jaringan penyelenggara dan bisnis retail adalah identik dan karenanya tidak diskriminatif. Fixed common cost dan joint cost yang terkait dengan pengadaan layanan jaringan diberi mark up pada level elemen jaringan, sedangkan fixed common cost dan joint cost yang terkait baik dengan penyelenggaraan jaringan maupun retail misalnya beban biaya overhead perusahaan dikenakan kepada elemen jaringan dan juga aktifitas retail. Pendekatan ini sering dikenal dengan Total Service LRIC (TSLRIC). Istilah tersebut berarti bahwa pendekatan LRIC dikenakan kepada volume total atau pertambahan layanan (baik on-net maupun interkoneksi) dan beban biaya tetap tidak dialokasikan hanya pada subhimpunan dari layanan (seperti layanan on-net). Halaman 12 dari 52

17 3.4 Pendekatan scorched node Terdapat dua pendekatan utama untuk memodelkan topologi jaringan dalam Model Bottom Up: a. Scorched earth Ini adalah sebuah pendekatan di mana lokasi dan jumlah node jaringan ditentukan berdasarkan sebuah rancangan jaringan yang optimal, dengan memperhitungkan profil kebutuhan saat ini dan masa depan b. Scorched node Pendekatan ini mengambil lokasi dan jumlah node jaringan saat ini sebagai basis untuk topologi jaringan yang dimodelkan, c. Pendekatan scorched earth memiliki sejumlah keterbatasan: d. Secara komersial tidak realistis, khususnya bagi penyelenggara incumbent. Node jaringan sangat jarang dapat dipindahkan ke lokasi yang secara teoritis ideal, dengan hasil bahwa jaringan akan selalu kurang optimal. e. Secara praktis tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan baik. Rancangan jaringan adalah proses yang rumit, melibatkan sejumlah besar faktor dan parameter rancangan, yang tidak semuanya dapat diukur sebelumnya. f. Pendekatan ini hanya dapat memberikan optimisasi pada suatu waktu tertentu saja. Jaringan berkembang sejalan dengan waktu dalam merespon perubahan permintaan akan diperkirakan (forecast) dan mengizinkan evolusi dan ketidaktentuan, melebihi batasan efisiensi teoretis. Pendekatan scorched node lebih unggul dan telah digunakan, karena pendekatan ini: Halaman 13 dari 52

18 a. Mengakui bahwa tidak mungkin untuk secara akurat menangkap akibat proses yang sangat rumit seperti yang ada pada model yang murni prediktif. b. Mengenal bahwa tidak mungkin secara komersial dan ekomoni secara kontinu untuk merancang ulang struktur node sebuah jaringan atau untuk membuat perubahan mendasar dalam pandangan singkat (short term horizon) model beban biaya. c. Bersandar pada statistik tentang rancangan jaringan penyelenggara aktual sebagai perkiraan batasan rancangan jaringan yang dihadapi oleh setiap penyelenggara. Model LRIC harus mencerminkan sebuah arsitektur jaringan yang mewakili trade-off yang wajar antara: a. b. Efisiensi teoretis Realitas praktis tentang cara jaringan dibangun dan dikembangkan 3.5 Beban biaya kapital tahunan Beban biaya kapital tahunan terdiri dari: a. Pengembalian kapital (Return on Capital) b. Depresiasi ekonomi (Economic Depreciation) Pengembalian kapital dihitung dengan menerapkan weighted average cost of capital (WACC) kepada nilai kapital elemen jaringan. Biaya kapital adalah beban biaya gabungan dari hutang dan ekuitas yang dihasilkan sebuah perusahaan. Dua sumber kapital diberi bobot bersama untuk menghasilkan weighted average cost of capital (WACC) perusahaan yang dimaksud. Model ini menggunakan beban biaya kapital pre-tax nominal untuk menghitung pengembalian kapital, menggunakan pendekatan CAPM standar. Halaman 14 dari 52

19 Gambar 3.3: Rumus untuk WACC pre-tax nominal WACC pre tax = D r E rdebt post tax + Equity post tax ( D + E D + E ) (1 T c ) Dengan: 1. r Debt post tax = (Risk free rate + debt risk premium) * (1 T c ) 2. r Equity post tax = Risk free rate + Beta * market risk premium 3. T c = Marginal tax rate 4. D = Market value of debt 5. E = Market value of equity Depresiasi ekonomis dapat didefinisikan secara sederhana sebagai perubahan dari waktu ke waktu dalam nilai pasar dari sebuah aset. Nilai pasar dari sebuah aset sama dengan nilai pendapatan saat ini yang diharapkan dihasilkan oleh aset tersebut terhadap sisa usia kegunaan aset tersebut. 3.6 Alokasi Beban biaya dan Mark Up Routing factors Secara keseluruhan, Model Bottom Up menghitung elemen jaringan seperti sentral, sistem transmisidan platform jaringan yang dibutuhkan untuk menangani kebutuhan trafik pada setiap tahun yang dicakup oleh model. Model ini kemudian mengalokasikan beban-beban biaya setiap elemen jaringan kepada berabgai jenis kategori trafik yang didukung oleh jaringan. Model ini melakukan hal tersebut menggunakan service routing factor. Service routing factor mencerminkan sampai batas tertentu kepada setiap tipe trafik atau kategori layanan mana yang menggunakan setiap tipe elemen jaringan. Dengan Halaman 15 dari 52

20 cara ini beban-beban biaya elemen jaringan dibagi-bagi kepada setiap layanan yang menggunakan elemen jaringan tersebut. Untuk dapat melakukan ini, tabel ruting inisial yang menjelaskan bagaimana setiap service type menggunakan elemen-elemen jaringan harus diberi bobot dengan volume yang terkait dengan setiap layanan jaringan yang dimaksud. Mark up Penentuan beban biaya layanan untuk tujuan penentuan biaya interkoneksi perlu mengikutsertakan tidak hanya LRIC untuk layanan dimaksud, tetapi juga bagian common cost dan overhead cost yang dapat secara wajar dikenakan pada pengadaan layanan yang dimaksud. Cara yang dikenal untuk melakukan hal ini adalah dengan menentukan jumlah beban biaya yang terlibat dan menampilkan beban-beban biaya tersebut sebagai mark-up pada semua operasinal yang terlibat. Perusahaan mungkin memiliki bisnis lain yang berbeda dan terpisah dari operasi yang dimodelkan. Maka common cost dan overhead cost harus dibagi kepada seluruh bisnis tersebut di atas. Pada konteks saat ini, bisnis lain yang umum dapat dikategorikan ke dalamnya adalah: a. b. c. Bisnis layanan tetap retail (kita di sini hanya tertarik pada beban-beban biaya interkoneksi, dan tidak pada beban-beban biaya bisnis retail); Bisnis layanan jaringan penyedia internet (wholesale dan retail); Bisnis lainnya. Pendekatan yang diadopsi dalam Model ini adalah untuk mengecek mark-up yang dinyatakan dalam persentase berdasarkan beban biaya aktual Penyelenggara. Model dapat melakukan ini karena data yang ada merupakan bagian dari set data Model Top Down. Model lalu membandingkannya dengan benchmark dari penyelenggara jaringan bergerak lainnya. Jika persentasenya berada di dalam batasan benchmark, maka persentase tersebut digunakan. Jika Halaman 16 dari 52

21 tidak, model menyesuaikannya agar mencerminkan situasi yang ada pada pasar praktek terbaik (best practice market). Sebuah pendekatan alternatif, jika tidak tersedia data Top Down, adalah menerapkan mark-up berdasarkan hanya pada benchmark. 3.7 Ringkasan prinsip-prinsip model Model ini menghitung LRIC untuk layanan-layanan yang relevan: 1. Menggunakan LRIC 2. Mengadopsi seluruh jaringan pembawa sebagai inkremen 3. Menggunakan pendekatan Model Bottom Up 4. Menggunakan pendekatan scorched node 5. Menilai aset pada harga saat ini menggunakan basis Modern Equivalent Asset (MEA) 6. Mengalokasikan beban-beban biaya elemen jaringan kepada Layanan menggunakan Service routing factor Menerapkan mark-up untuk fixed common cost dan joint cost menggunakan sebuah basis equi-proportional. Halaman 17 dari 52

22 4. Perancangan Model 4.1 Skema Model Berikut adalah gambaran umum dari struktur model seperti terlihat dalam Gamba 4.1. Gambar 4.1: Struktur tingkat tinggi dari model Sumber: Ovum Setiap kotak yang diperlihatkan pada Gambar 4.1 mewakili sebuah worksheet terpisah di dalam model. Kotak-kotak yang diberi nomor mewakili modul-modul penting yang mengandung data input atau perhitungan. Isi dan perhitungan yang dilakukan dalam setiap worksheet adalah sebagai berikut: Halaman 18 dari 52

23 Gambar 4.2: Worksheet yang ada pada model Worksheet Modulles Tujuan Skema model (seperti pada Gambar 4.1 di atas) untuk memudahkan referensi A. Description Deskripsi setiap modul dan pengertian singkatan yang digunakan di dalam model B. Results Merangkum hasil-hasil yang dihitung model C. Master files Sheet input untuk data master file yang digunakan pada sheet-sheet berikutnya di dalam model 1. Coverage & Subs Sheet ini berisi data input cakupan dan pelanggan per wilayah 2. Traffic Sheet ini berisi data input trafik berdasar jenis layanan dan wilayah 3. Network design parameters Sheet ini mengandung data input perancangan jaringan yang menentukan bagaimana switching dan jaringan transmisi dimodelkan. 4. Network design Sheet ini mengandung semua perhitungan untuk volume sentral dan kapasitas transmisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan trafik 5. Unit investment and operating expenses Sheet ini mengandung data input satuan beban biaya kapital dan operasional untuk infrastruktur sentral dan transmisi 6. Network costing Sheet ini mengandung perhitungan penyusutan dan opex untuk setiap tahun dari model. (Setiap tahun menggunakan satu sheet terpisah, untuk kenyamanan) 7. Economic Costing Sheet ini mengandung output ringkasan dari perhitungan penyusutan, opex dan pengembalian aset untuk semua tahun 8. Routing factors Sheet ini mengandung faktor ruting dan perhitungan penyelenggaraan elemen jaringan Halaman 19 dari 52

24 9. Service costing Sheet ini mengandung perhitungan total dan beban biaya-satuan (LRIC) untuk setiap kategori layanan untuk setiap tahun pada model 10. Mark-ups Sheet ini mengandung common cost dan retail mark-up 11. Service pricing Sheet ini mengandung output beban biaya layanan dengan common cost dan retail markup 4.2 Layanan jaringan yang dimodelkan Layanan-layanan berikut ini dimodelkan: Gambar 4.3: Layanan jaringan yang dimodelkan On-net services On-net voice - Local On-net voice - Long distance On-net voice - other traffic On-net SMS On-net MMS On-net other data Originating Interconnected Services Originating interconnected voice - Local (to fixed) Originating interconnected voice - Local (to mobile) Originating interconnected voice - Local (to satellite) Originating interconnected voice - Long distance (to fixed) Originating interconnected voice - Long distance (to mobile) Originating interconnected voice - Long distance (to satellite) Originating interconnected voice - International (to international) Halaman 20 dari 52

25 Originating interconnected SMS (to mobile) Originating interconnected SMS (to satellite) Originating interconnected MMS (to mobile) Originating interconnected MMS (to satellite) Originating interconnected other data (to mobile) Originating interconnected other data (to satellite) Terminating Interconnected Services Terminating interconnected voice - Local (from fixed) Terminating interconnected voice - Local (from mobile) Terminating interconnected voice - Local (from satellite) Terminating interconnected voice - Long distance (from fixed) Terminating interconnected voice - Long distance (from mobile) Terminating interconnected voice - Long distance (from satellite) Terminating interconnected voice - International (from international) Terminating interconnected SMS (from mobile) Terminating interconnected SMS (from satellite) Terminating interconnected MMS (from mobile) Terminating interconnected MMS (from satellite) Terminating interconnected other data (from mobile) Terminating interconnected other data (from satellite) Keterangan dan penjelasan pada Gambar 4.3 Panggilan On-net: Panggilan ini dari trafik yang dimiliki sendiri oleh penyelenggara jaringan bergerak. Panggilan ini dioriginasi dan diterminasi di dalam jaringan bergerak milik penyelenggara. Panggilan Interkoneksi: adalah panggilan dari penyelenggara baik yang dioriginasi atau diterminasi pada jaringan lain atau dengan arah sebaliknya. Halaman 21 dari 52

26 Sebagai tambahan, pada panggilan interkoneksi juga terdapat layanan transit, yaitu originasi dan/atau terminasi terjadi pada jaringan penyelenggara berijin lainnya (other licensed penyelenggara). 4.3 Elemen jaringan yang dimodelkan Elemen jaringan yang logis mewakili pengelompokan atau pengsubkelompokan kategori aset yang beban biayanya dapat secara jelas dialokasikan pada layanan tertentu. Elemen-elemen jaringan berikut dimodelkan: Gambar 4.4: Elemen Jaringan yang dimodelkan Network Abbreviation TRX BTS BSC MSC GW IGW HLR NMS PRP VMS IBIL DAP TF-BTS-BTS TF-BTS-BSC TF-BSC-MSC TF-MSC-MSC Element Description Transceiver unit Base Station Base Station Controller Mobile Switching Centre Interconnect Gateway International Gateway Home Location Register Network management System Pre-play Platform Visitor Location register Interconnect Billing System Data Platform Fibre Transmission - BTS-BTS Fibre Transmission - BTS-BSC Fibre Transmission - BSC-MSC Fibre Transmission - MSC-MSC Halaman 22 dari 52

27 TF-MSC-GMSC TM-BTS-BTS TM-BTS-BSC TM-BSC-MSC TM-MSC-MSC TM-MSC-IGW Fibre Transmission - MSC-GW Microwave Transmission - BTS-BTS Microwave Transmission - BTS-BSC Microwave Transmission - BSC-MSC Microwave Transmission - MSC-MSC Microwave Transmission - MSC-IGW Elemen jaringan diatas adalah elemen jaringan bergerak selular, penyelenggara jaringan bergerak satelit dan penyelenggara jaringan bergerak teresterial lainnya harus menyesuaikan elemen jaringan yang digunakan. Selanjutnya elemen jaringan tersebut menjadi dasar dalam tahapan perhitungan selanjutnya. Halaman 23 dari 52

28 5 Pengoperasian Model 5.1 Pendahuluan Bagian ini menjelaskan bagaimana model beroperasi dan bagaimana menggunakan model dan menyediakan deskripsi rinci tentang perhitungan yang dilakukan dalam setiap worksheet. Model ini memiliki sejumlah konvensi khusus untuk membantu penyelenggara: a. Cell input menggunakan font tebal berwarna merah (inputan dari yang telah dilakukan, dimunculkan menggunakan latar belakang berwarna hijau berbeda dengan input dari penyelenggara yang menggunakan latar belakang berwarna putih); cell yang berisi perhitungan memiliki font berwarna hitam. b. Alur perhitungan adalah dari bagian atas sheet ke bagian bawah dan, dengan sedikit pengecualian, antar sheet dari kiri ke kanan. Data yang berbasis tahun harus diinput secara bersesuai sesuai dengan penduan. 5.2 Gambaran Umum Pengoperasian Model Model Bottom Up menggunakan berbagai Network Design Parameters untuk menghitung berbagai elemen jaringan seperti sentral, sistem transmisi dan platform jaringan yang dibutuhkan untuk menangani kebutuhan trafik dalam setiap tahun yang dicakup dalam model. Model ini kemudian mengalokasikan beban-beban biaya setiap elemen jaringan kepada berbagai jenis kategori trafik yang didukung oleh jaringan. Model ini melakukan hal tersebut menggunakan Service routing factor. Service routing Halaman 24 dari 52

29 factor mencerminkan sampai batas tertentu di mana setiap jenis trafik menggunakan setiap jenis elemen jaringan. Satuan LRIC untuk setiap kategori layanan kemudian dihitung. Untuk layanan voice, satuan beban biaya secara umum dinyatakan menggunakan Rupiah/menit. Penentuan beban biaya layanan untuk tujuan penentuan biaya interkoneksi perlu mengikutsertakan tidak hanya LRIC untuk layanan tersebut, tetapi juga bagian dari common cost dan overhead cost yang secara wajar dikenakan pada proses pengadaan layanan yang diinginkan. Model ini kemudian menerapkan mark-up bagi LRIC layanan untuk menghitung beban biaya layanan untuk tujuan ini. Retail mark-up kemudian dikenakan oleh model untuk menghitung penentuan harga layanan berdasar pada fully marked up LRIC ditambah beban biaya retail. 5.3 Gambaran umum Perhitungan Gambar 5.1 di bawah menampilkan panduan referensi bagi setiap input dan tahapan perhitungan dari model. Tahap-tahap ini diberi referensi menggunakan nomor bagian yang digunakan dalam model. Gambar 5.1: Input dan tahapan perhitungan Tabel Nama Input/ Perhitungan No. 1a Network coverage by geotype and region Input 1b Pre-paid subscribers Input / Perhitungan 1c Post-paid subscribers Input / Perhitungan 1d Total subscribers Input / Perhitungan 2a Breakdown of traffic origination by region and Input geotype 2b Annual traffic by service and region Input 2c Number of call attempts by service and region Input Halaman 25 dari 52

30 2d Number of unsuccessful call attempts by service and region Input 2e Number of successful call attempts by service Perhitungan and region 2f Average call duration by service and region Perhitungan 3a Radio network parameters, 2003 Input 3b Network equipment, 2003 Input 3c Transmission parameters, 2003 Input 3d Call setup/ duration split Input 3e Peak/ Off-peak traffic split Input 3f Utilisation Input 3g Call routing Input 3h Erlang Tabel Input 4a Conversion of billed minutes to network Perhitungan minutes (taking into account holding time and non-billed calls) 4b Busy hour Erlang Perhitungan 4c Busy hour voice equivalent radio channels (Onnet Perhitungan calls are multiplied by 2, as two voice channels in the radio network are required to convey the call) 4d Utilisation Perhitungan 4e GSM 900 coverage network Perhitungan 4f Radio network - available capacity Perhitungan 4g Traffic network Perhitungan 4h Provisioned GSM 900 network Perhitungan 4i GSM 1800 traffic network Perhitungan 4j Co-located 900&1800 network Perhitungan 4k Other network elements Perhitungan 4l Transmission network - capacity dimensioning Perhitungan 4m Provisioned equipment volumes Perhitungan 5a Various costs Input 5b Network equipment capex & opex costs, 2003 Input 5c NMS cost allocation Input Halaman 26 dari 52

31 5d Transmission costs, Cost of building own transmission 5e Summary: transmission costs by network element Input Input / Perhitungan Sheets Network element (respectively costing to 2007 Perhitungan 7a Modern Equivalent Asset additions, Installation costs, Opex Perhitungan 7a.1 MEA, Installation and Opex Additions Perhitungan 7a.2 Cumulative MEA, Installations and Opex Perhitungan 7b Depreciation Perhitungan 7b.1 Depreciation (MEA + Inst. Costs) Perhitungan 7b.2 Average remaining production value Perhitungan 7c Return on assets 7c.1 Return on assets Perhitungan 7c.2 Total annualised capex (Depreciation + ROA) Perhitungan 7d. Total cost Perhitungan 7e Total cost (with merged costs for fibre & microwave transmission) Perhitungan 7f Allocate NMS Perhitungan 7g Transpose Tabel Perhitungan 7h Call setup/ duration cost Perhitungan 8a Routing factors Input 8b-8f Network element usage2003 t Perhitungan 9a Call duration LRIC (Rupiahs) Perhitungan 9b Call setup LRIC 10a Mark-ups Input 11a National service & retail costs Perhitungan 11b Regional service & retail costs Input / Perhitungan Halaman 27 dari 52

32 5.4 B. Hasil Worksheet ini menampilkan 3 kriteria pilihan untuk menampilkan hasil akhir: a. Durasi/ Call Set up & durasi (pembebanan satu atau dua bagian) b. Average/ Peak & off peak c. Retail mark-up untuk layanan on-net and originating; dugunakan atau tidak digunakan Pilih salah satu dari tiga kombinsa, dan hasilnya akan secara otomatis muncul. 5.5 C. Master files Masterfile-masterfile berikut ada di dalam worksheet ini: Gambar 5.2: Master files Nama Tabel Services Units Years Deskripsi Layanan yang biayanya dimodelkan Unit-unit yang berhubungan dengan setiap jenis layanan Tahun yang termasuk dalam periode dimana model dilakukan Regions Wilayah ke dalam mana penyelenggara dikelompokan untuk tujuan pengadaan layanan dan administrasi Geotypes Kategori-kategori yang menjelaskan tingkat kepadatan penduduk dalam mana layanan disediakan Halaman 28 dari 52

33 Network Elements Kombinasi utama dari aset (termasuk aset sentral, transmisi dan sistem) yang membentuk jaringan Jika penyelenggara bermaksud untuk mengubah data pada masterfile, harus dilakukan pada worksheet ini dan perubahan akan terjadi pada worksheets lainnya secara otomatis. Perubahan harus dicantumkan dalam dokumen pengantar perangkat lunak hasil perhitungan kepada BRTI; 5.6 Tabel 1a: Network coverage by geotype and region Worksheet ini berisi inputan yang menerangkan cakupan dalam kilo meter per segi dari jaringan di setiap wilayah, bersama-sama dengan peramalan cakupan luas untuk tahun-tahun mendatang di dalam model. 5.7 Tabel 1b: Pre-paid Subscribers Worksheet ini digunakan memasukan data mengenai pelanggan pra bayar untuk setiap tahunnya berdasarkan wilayah. 5.8 Tabel 1c: Post-paid Subscribers Worksheet ini digunakan memasukan data pada mengenai pelanggan pasca bayar untuk setiap tahunnya berdasarkan wilayah. 5.9 Tabel 1d: Total Subscribers Tabel ini digunakan untuk menghitung total pelanggan pra bayar dan pasca bayar untuk setiap tahunnya berdasarkan wilayah. Halaman 29 dari 52

34 5.10 Tabel 2a: Breakdown of traffic origination by region and geotype Tabel ini digunakan untuk memasukan nilai persense cakupan jaringan untuk tahun awal untuk setiap geotype disetiap wilayah. Luas cakupan di masa depan dihitung, dengan mempertimbangan bagaimana persentase-persentase ini dapat atau mungkin bertambah di geotype tertentu Tabel 2b: Annual traffic by service and region Tabel ini berisi inputan data trafik berdasarkan kategori layanan untuk setiap tahunnya, dipisahkan berdasarkan wilayah. Sumber data berasal dari penyelenggara yang terkait Tabel 2c: Number of call attempts by service and region Tabel ini berisi input data total call attempt tahunan berdasarkan kategori layanan untuk setiap tahun, dipisahkan berdasarkan wilayah. Sumber data berasal dari penyelenggara yang terkait Tabel 2d: Number of unsuccessful call attempts by service and region Tabel ini berisi input data untuk call attempts yang tidak berhasil berdasarkan kategori layanan untuk setiap tahun, dipisahkan berdasarkan wilayah. Sumber data berasal dari penyelenggara yang terkait Tabel 2.e: Average call duration by service and region Tabel ini berisi data durasi panggilan, dan dihitung dengan membagi total menit untuk setiap jenis layanan di tabel 2b berdasarkan call attempt yang berhasil untuk jenis layanan yang terkait dalam tabel 2c. Halaman 30 dari 52

35 5.15 Tabel 3a: Radio Network Parameters, 2003 Tabel ini berisi data berbagai parameter yang dibutuhkan oleh model untuk mendisain sebuah jaringan untuk menangani ramalan trafik. Ketentuan telah dibuat untuk perubahan yang mungkin terjadi dimasa depan pada konfigurasi peralatan BTS, sehubungan dengan jumlah rata-rata TRx per BTS. Data input berasal dari bermacam-macam sumber temasuk dari penyelenggara yang terkait. Jastifikasi dari parameter inputan harus disertakan dalam dokumen pengantar perangkat lunak hasil perhitungan kepada BRTI; 5.16 Tabel 3b: Network Equipment, 2003 Tabel ini berisi data mengenai peralatan jaringan yang sekarang terpasang berdasarkan penyelenggara yang terkait di tahun 2003, tahun awal dari model. Data tersebut dibutuhkan untuk memberikan dasar bagi perhitungan scorched node. Jumlah node yang mewakili peralatan jaringan yang bukan radio adalah jumlah node minimum yang akan digunakan selama periode yang dmodelkan. Jastifikasi dari parameter inputan harus disertakan dalam dokumen pengantar perangkat lunak hasil perhitungan kepada BRTI; 5.17 Tabel 3c: Transmission Parameters, 2003 Bagian dari Worksheet ini terdiri dari 2 tabel. Yang pertama berisi data input mengenai proporsi transmisi dalam berbagai kategori dimiliki atau disewa. Persentase sudah berdasarkan atas perkiraan dan telah dibulatkan. Nilai persentase sudah dihitung sedemikian rupa sehingga dapat digunakan juga untuk tahun-tahun berikutnya didalam model, tetapi ada ketentuan dalam merubah asumsi ini. Biaya yang digunakan dalam model untuk kapasitas yang dimiliki atau yang disewa tidak sama dan oleh karena itu pemisahaan ini sangat Halaman 31 dari 52

36 diperlukan. Jastifikasi dari parameter inputan harus disertakan dalam dokumen pengantar perangkat lunak hasil perhitungan kepada BRTI; Tabel yang kedua menyediakan perkiraan pemisahan antara fiber dan microwave untuk beberapa kategori transmisi. Nilai-nilai ini adalah perkiraan yang dibulatkan yang dikembangkan setelah mempertiimbangkan praktek operasi yang relevan saat sekarang Tabel 3d: Point to Point fibre Link, 2003 Tabel ini berisi input data rata-rata panjang link transmisi fiber. Sumber data diperoleh dari perkiraan-perkiraan yang berdasarkan pengalaman konsultan, yang telah dikonfirmasi pada tingkatan yang mungkin oleh penyelenggara yang terkait. Hal ini tidak berdasarkan sampel, tetapi dapat di perkuat atau di modifikasi dengan melakukan survey sampel jika waktu dan sumber daya memungkinkan Tabel 3e: Call set-up/ duration split Tabel ini berisi data input mengenai pembagian waktu operasi elemen jaringan antara dilakukannya panggilan -termasuk call attempts yang tidak berhasil, dan panggilan terus menerus (sustaining call) jika panggilan itu sudah terjadi. Aktivitas yang kedua diberi label 'duration' pada tabel. Data bersumber dari perkiraan dari tenaga ahli profesional dalam tim konsultan, dan memperhitungkan fungsi-fungsi khusus dan karakteristik operasi dari setiap elemen jaringan Tabel 3f: Peak/ Off-peak traffic split Tabel ini berisi data input tentang pembagian trafik antara waktu sibuk (peak) dan non sibuk (off-peak), berdasar pada pengelompokan pukul yang berlaku sekarang di Indonesia. Jika tidak didapat data trafik yang terekam, Halaman 32 dari 52

37 sampling trafik bisa digunakan. Namun, waktu dan tenaga yang ada dalam proyek ini tidak cukup untuk melakukan penentuan pembagian tersebut. Data ini maka didasarkan pada perkiraan yang sudah dikonfirmasikan, sampai batas tertentu, kepada penyelenggara yang terkait. Tabel ini juga memuat rasio tarif retail peak/off-peak untuk setiap jenis layanan. Rasio ini dipersiapkan dengan memperhatikan tarif khusus saat ini dari penyelenggara yang terkait. Beberapa kebijakan diterapkan jika terdapat harga peak dan off-peak ganda. Rasio 1.15 berarti tarif peak secara khusus berada 15% di atas tarif off-peak. Terdapat asumsi yang mendasarinya yaitu bahwa jika biaya interkoneksi akan dibedakan ke dalam peak dan off-peak maka perbedaannya harus didasarkan pada perbedaan beban biaya. Tidak ada informasi tentang perbedaan beban biaya yang terjadi antara operasi peak dan off-peak di dalam jaringan penyelenggara yang terkait. Maka dari itu perbedaan pengganti yang sudah dikembangkan berdasarkan tarif retail. Perbedaan pengganti ini bergantung pada asumsi - yang mungkin dalam kasus ini tidak cukup berdasar - bahwa perbedaan tarif retail secara luas mencerminkan perbedaan beban biaya Tabel 3g: Utilisation Tabel ini mencakup input yang berdasar pada level penyelenggaraan rata-rata yang dapat dicapai oleh setiap elemen jaringan sebelum kapasitas lain harus ditambah. Penyelenggaraan dinyatakan dengan persentase kapasitas rancangan untuk setiap elemen jaringan seperti yang disebutkan dalam Tabel 3b. Nilai yang tertulis dalam tabel didasarkan pada penilaian praktek terbaik yang dikembangkan oleh konsultan, dengan ikut mempertimbangkan pekerjaan sebelumnya di bidang ini. Namun nilainya adalah nilai rata-rata, dan diketahui bahwa beberapa unit individual dari elemen jaringan yang relevan dapat beroperasi pada penyelenggaraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu. Penting untuk dicatat bahwa utilisasi adalah karakteristik kunci yang Halaman 33 dari 52

38 berpengaruh kepada efisiensi penyelenggaraan jaringan, dan bahwa Model Bottom Up berusaha menyamai level operasi terbaik. Oleh karena itu, nilai-nilai yang diperlihatkan dalam tabel ini tidak dimaksudkan untuk menjadi tingkat penyelenggaraan yang dicapai oleh penyelenggara terkait di Indonesia Tabel 3h: Call routing Tabel ini berisi data tentang pengaturan call routing untuk setiap jenis layanan. Call routing adalah sebuah cara bagaimana sebuah panggilan dirutekan melalui jaringan, dan, secara khusus, elemen jaringan yang terlibat dalam proses pembuatan dan pengiriman panggilan tersebut. Tabel ini juga memperlihatkan apakah sebuah elemen jaringan tertentu terlibat atau tidak di dalam kategori layanan, persentase panggilan yang melibatkan satu, dua atau lebih dari tiap jenis elemen jaringan Tabel 3i: Erlang Tabel Ini adalah tabel Erlang standar yang memungkinkan perhitungan jumlah kanal yang dibutuhkan untuk membawa volume trafik tertentu pada standar kualitas tertentu Tabel 4.a: Conversion of billed minutes to network minutes Idealnya data volume panggilan bisa didapat dari survey trafik dan pengukuran jaringan. Namun, pada studi ini satu-satunya sumber yang lengkap dan tersedia tentang informasi trafik adalah dari catatan tagihan. Catatan tagihan hanya memperhitungkan panggilan dan waktu yang ditagihkan. Sebuah faktor up-lift harus digunakan untuk memperhitungkan waktu pakai yang tidak ditagih pada saat call set-up, dan panggilan yang tidak ditagih. Perhitungan ini dilakukan pada tabel ini menggunakan menit yang ditagih dan faktor up-lift yang ada pada Halaman 34 dari 52

39 parameter perencanaan jaringan, dan bersumber dari penyelenggara dan penyelenggaraan lainnya yang sejenis Tabel 4.b: Busy hour Erlang Trafik menit jaringan pada Tabel 4a dikonversikan menjadi busy hour erlang (BHE) menggunakan faktor konversi dalam Network Design Parameters. Parameter-parameter ini memasukan jumlah hari dalam mana trafik tahunan diasumsikan bisa terjadi, proporsi trafik jam-jam sibuk, dan konversi dari menit ke erlang. Volume bagi sebagian besar elemen jaringan ditentukan oleh BHE yang harus dibawa Tabel 4.c: busy Hour voice equivalent radio channel Tabel ini menghitung jumlah voice channels yang dibutuhkan dalam jaringan radio untuk mendukung tingkat trafik BHE yang telah dihitiung, dengan menyertakan standard kualitas layanan dalam parameter perencanaan jaringan (Catatan pada on-net calls dikali 2, dikarenakan untuk mengantarkan panggilan memerlukan 2 voice channels dalam jaringan radio) 5.27 Tabel 4d: Utilisation Tabel ini menghitung penyelenggaraan efektif untuk setiap peralatan di semua kategori elemen jaringan. Tabel 3g dalam parameter perencanaan jaringan menyediakan penyelenggaraan yang dapat di ekspektasi dari peralatan di setiap kategori elemen jaringan yang di tulis dalam rata-rata. Penyelenggaraan pada tabel tersebut dinyatakan sebagai persentase dari kapasitas perencanaan untuk peralatan. Tabel 4d mengkombinasikan penyelenggaraan ini dengan faktor yang dibutuhkan untuk meng-cover permintaan perencanaan di masa depan. Semua peralatan jaringan harus di rencanakan, dibeli, dipasang dan di jalankan dalam Halaman 35 dari 52

40 tingkatan yang lebih tinggi dari kebutuhan peramalan kebutuhan trafik dimasa depan yang muncul. Tabel 3g (kolom K dan L) menampilkan masa perencanaan untuk setiap kategori elemen jaringan. Jika masa perencanaan adalah 12 bulan, artinya bahwa peralatan yang disiapkan dalam tahun pertama harus cukup memenuhi permintaan untuk tahun pertama ditambah keseluruhan pertumbuhan ditahun kedua. If masa perencanaan untuk peralatan tertentu adalah 6 bulan, ini artinya bahwa peralatan yang disiapkan di tahun pertama harus memenuhi permintaan di tahun pertama ditambah pertumbuhan dalam 6 bulan pertama di tahun kedua bisa dikatakan setengah dari pertumbuhan di tahun kedua. Sangat penting bagi model untuk mencerminkan penyediaan kebutuhan atas dasar hal di atas karena biaya timbul dengan semestinya di tahun pertama dan harus dipertimbangkan dalam menentukan biaya. Tabel 4g menggabungkan persentase penyelenggaraan dengan permintaan masa perencanaan di tabel 3g. Rumus yang digunakan adalah CU = (1 + P) / EU Dimana: CU = faktor penyelenggaraan gabungan P = Tingkat pertumbuhan dimasa depan * jumlah tahun masa perencanaan yang diminta. EU = Penggunaan elemen jaringan Oleh karena itu, jika tingkat pertumbuhan untuk tahun kedua (tahun berikutnya) adalah 36 %,dan masa perencanaan adalah 12 bulan, dan penyelenggaraan peralatan adalah 70%, penyelenggaraan gabungannya adalah 194.3% = (1+36%)/70% Halaman 36 dari 52

PANDUAN PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI MODEL JARINGAN TETAP DAFTAR ISI

PANDUAN PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI MODEL JARINGAN TETAP DAFTAR ISI LAMPIRAN 1 : Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Tentang Buku Panduan dan Perangkat Lunak Formula Perhitungan Biaya Interkoneksi TANGGAL : 28 Pebruari 2006 PANDUAN PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI

Lebih terperinci

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 04 Tahun 2001 tentang Fundamental Technical Plan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 43/PER/M. KOMINFO/12/2007;

Lebih terperinci

PEDOMAN PERHITUNGAN TARIF JARINGAN BERGERAK SELULAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN GAMBARAN UMUM Komponen Biaya Tarif Pungut...

PEDOMAN PERHITUNGAN TARIF JARINGAN BERGERAK SELULAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN GAMBARAN UMUM Komponen Biaya Tarif Pungut... Lampiran IV : Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:... /PER/M.KOMINFO/.../2007 tentang tentang Tata Cara Penetapan Tarif Jasa Telekomunikasi melalui Jaringan Bergerak Selular PEDOMAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

Lampiran III : Peraturan Menteri Komunikasi dan nformatika Nomor : 09/PER/M.KOMINFO/ 04/2008 Tanggal : 7 April 2008

Lampiran III : Peraturan Menteri Komunikasi dan nformatika Nomor : 09/PER/M.KOMINFO/ 04/2008 Tanggal : 7 April 2008 Lampiran III : Peraturan Menteri Komunikasi dan nformatika Nomor : 09/PER/M.KOMINFO/ 04/2008 Tanggal : 7 April 2008 TATA CARA PERHITUNGAN TARIF JARINGAN BERGERAK SELULAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG DISALURKAN MELALUI JARINGAN BERGERAK SELULAR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF JASA TELEKOMUNIKASI YANG DISALURKAN MELALUI JARINGAN BERGERAK SELULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

Pengantar Metodologi (Cost-of-Service/Rate of Return)

Pengantar Metodologi (Cost-of-Service/Rate of Return) Pengantar Metodologi (Cost-of-Service/Rate of Return) LANGKAH AWAL BIAYA POKOK PENYEDIAAN = DASAR DALAM MENENTUKAN TARIF BIAYA POKOK PENYEDIAAN ADALAH = BIAYA- BIAYA YANG HARUS DIKELUARKAN UNTUK MEMBIAYAI

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informasi No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Seluler GSM GSM merupakan salah satu teknologi seluler yang banyak digunakan pada saat ini. GSM adalah generasi kedua dalam teknologi seluler yang menggunakan

Lebih terperinci

Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi

Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi No. Saran dan masukan I. ATSI pada rapat tanggal 8 Desember 2005 berpendapat bahwa lebih baik pada konsep RPM Interkoneksi hasil pembahasan

Lebih terperinci

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA 2. 1 Code Division Multiple Access (CDMA) Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke tiga CDMA merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penulisan karya akhir ini menggunakan metode studi kepustakaan, dimana data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dianalisis, buku-buku, internet, surat kabar, dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PERHITUNGAN TARIF JASA TELEPONI DASAR JARINGAN TETAP

METODOLOGI PERHITUNGAN TARIF JASA TELEPONI DASAR JARINGAN TETAP LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 15 /PER/M.KOMINFO/4/2008 TANGGAL : 30 April 2008 METODOLOGI PERHITUNGAN TARIF JASA TELEPONI DASAR JARINGAN TETAP I. SUMBER DATA Data yang

Lebih terperinci

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Arsitektur Sistem GSM (Global System for Mobile Communication) Sistem GSM Ericsson merupakan sistem telepon mobile yang terdiri dari beberapa band frekuensi yaitu GSM 900, GSM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI 1. Area Pelayanan adalah suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagai satu kesatuan pelayanan di

Lebih terperinci

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi;

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi; 7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 3/P./M.Kominfo/5/2005 tentang Penyesuaian Kata Sebutan pada Beberapa Keputusan/ Peraturan Menteri Perhubungan yang Mengatur Materi Muatan Khusus di

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing yang spesifik. MS BTS BSC TC MSC EIR

Lebih terperinci

Interkoneksi Dan Dampaknya Terhadap Bisnis Telekomunikasi

Interkoneksi Dan Dampaknya Terhadap Bisnis Telekomunikasi Interkoneksi Dan Dampaknya Terhadap Bisnis Telekomunikasi Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Mahasiswa S3, Strategic Managament, FEUI Perdebatan mengenai syarat dan kondisi interkoneksi berakhir sudah.

Lebih terperinci

THE COST OF CAPITAL 1. AN OVERVIEW OF THE COST OF CAPITAL

THE COST OF CAPITAL 1. AN OVERVIEW OF THE COST OF CAPITAL THE COST OF CAPITAL 1. AN OVERVIEW OF THE COST OF CAPITAL The cost of capital merupakan konsep keuangan yang sangat penting, yang menghubungkan antara pengambilan keputusan investasi jangka panjang suatu

Lebih terperinci

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

Cell boundaries (seven cell repeating pattern) Dr. Risanuri Hidayat Cell boundaries (seven cell repeating pattern) All the cell sites in a region are connected by copper cable, fiber optics, or microwave link to a central office called a mobile switching

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Menurut Ari (2005) pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAFTAR ISI 1. Daftar Layanan Interkoneksi Gabungan... 3 2. Daftar Layanan Interkoneksi Penyelenggara

Lebih terperinci

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA Martina Pineng *Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Indonesia Toraja Abstract- Short Message Service (SMS)

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI YUYUN SITI ROHMAH, ST,.MT //04 OUTLINES A. Pendahuluan B. Frequency Reuse C. Handoff D. Channel Assignment Strategies //04 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

Kajian Teknologi Layanan Free-Repply-SMS

Kajian Teknologi Layanan Free-Repply-SMS Kajian Teknologi Layanan Free-Repply-SMS Budi Sulistyo, Kurniawan Arif Aprianto Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Jl. Telekomunikasi1 Bandung Abstrak Saat ini, layanan pesan singkat

Lebih terperinci

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII Arsitektur Jaringan GSM Pertemuan XIII Jaringan GSM adalah sistem yang terdiri dari beberapa sel/cell. Jangkauan area service sebuah cell (atau yang disebut coverage berbeda dari satu cell dengan cell

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI LAYANAN FREE-REPPLY-SMS

KAJIAN TEKNOLOGI LAYANAN FREE-REPPLY-SMS KAJIAN TEKNOLOGI LAYANAN FREE-REPPLY-SMS Budi Sulistyo, Kurniawan Arif Aprianto Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Jl. Telekomunikasi 1, Bandung Abstrak Saat ini, layanan pesan singkat

Lebih terperinci

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi;

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi; 7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 3/P./M.Kominfo/5/2005 tentang Penyesuaian Kata Sebutan pada Beberapa Keputusan/ Peraturan Menteri Perhubungan yang Mengatur Materi Muatan Khusus di

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI 1. Area Pelayanan adalah suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagai satu kesatuan pelayanan di

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi GSM Salah satu teknologi komunikasi bergerak yang sampai saat ini masih menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile Communication) yang merupakan komunikasi

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. A H... 1 2. I P... 3 3. Q Z... 7 Dokumen Pendukung E : Definisi Dan Interpretasi Hal ii

Lebih terperinci

REKAYASA TRAFIK KONSEP REKAYASA TRAFIK TELEKOMUNIKASI (2)

REKAYASA TRAFIK KONSEP REKAYASA TRAFIK TELEKOMUNIKASI (2) REKAYASA TRAFIK KONSEP REKAYASA TRAFIK TELEKOMUNIKASI (2) ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id Besaran Trafik Satuan Trafik Variasi Trafik Jam Sibuk REVIEW Jenis Trafik Circuit Switch REVIEW Jenis Trafik Packet

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAFTAR ISI 1. Daftar Layanan Interkoneksi Gabungan... 3 2. Daftar Layanan Interkoneksi Penyelenggara

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN Mhd Khalid Lubis, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM Perkembangan sistem komunikasi GSM (Global System for Mobile communication) dimulai pada awal tahun 1980 di Eropa, dimana saat itu banyak negara di Eropa menggunakan

Lebih terperinci

METODE PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI DAFTAR ISI

METODE PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKSI DAFTAR ISI LAPIRAN 1 PERATURAN ENTERI KOUNIKAI DAN IORATIKA NOOR : /Per/.KOIN/02/2006 TANGGAL : Pebruari 2006 ETODE PERHITUNGAN BIAYA INTERKONEKI DATAR II 1. PENDAHULUAN... 1 2. DATAR ITILAH... 2 3. UBER DATA...

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id

Lebih terperinci

REKAYASA TRAFIK. DERAJAT PELAYANAN (Lanjutan)

REKAYASA TRAFIK. DERAJAT PELAYANAN (Lanjutan) REKAYASA TRAFIK DERAJAT PELAYANAN (Lanjutan) ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id TUJUAN Mahasiswa dapat memahami konsep kegagalan panggilan dan kemacetan dalam jaringan Mahasiswa dapat membedakan kemacetan

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teknologi GSM GSM (Global System for Mobile Communication) adalah teknologi yang menyokong sebagian besar jaringan telepon seluler dunia. GSM telah menjadi teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem selular GSM GSM (global system for mobile communication) GSM mulanya singkatan dari groupe special mobile adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan oleh Sony siswanto (2012) dengan tujuan penelitian mengetahui Evaluasi kinerja

Lebih terperinci

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SWITCHING MENGGUNAKAN MOBILE SOFTSWITCH

ANALISIS KINERJA SWITCHING MENGGUNAKAN MOBILE SOFTSWITCH ANALISIS KINERJA SWITCHING MENGGUNAKAN MOBILE SOFTSWITCH Hariadi Masta, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl.

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. TITIK INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN... 1 2. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI... 2 3. XL100 - LAYANAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGOPERASIAN MODEL PERHITUNGAN TARIF SEWA JARINGAN DAFTAR ISI

PEDOMAN PENGOPERASIAN MODEL PERHITUNGAN TARIF SEWA JARINGAN DAFTAR ISI LAMPIRAN 2 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 03/PER/M.KOMINFO/1/2007 TANGGAL : 26 JANUARI 2007 PEDOMAN PENGOPERASIAN MODEL PERHITUNGAN TARIF SEWA JARINGAN DAFTAR ISI Daftar Gambar...

Lebih terperinci

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 04 Tahun 2001 tentang Fundamental Technical Plan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 43/PER/M. KOMINFO/12/2007;

Lebih terperinci

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK By : Prima Kristalina Program Studi S2 T. Elektro- PENS 2015 OVERVIEW Konsep Dasar Mobility Management Location Management Handoff Management Mobility

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) EVA menurut John D.Martin et al (2010:44), menyatakan bahwa: Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added EVA),

Lebih terperinci

DRAFT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ 2009 TENTANG STANDAR WAJIB KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET DIAL-UP

DRAFT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ 2009 TENTANG STANDAR WAJIB KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET DIAL-UP DRAFT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ 2009 TENTANG STANDAR WAJIB KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET DIAL-UP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA Perhitungan nilai ekonomis investasi upgrading LTE akan menentukan kelayakan dari teknologi itu untuk di implementasikan di Indonesia khususnya Jakarta. Biaya investasi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT, Makalah Seminar Kerja Praktek PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG Heri Setio Jatmiko (L2F 009 051), Ajub Ajulian Zahra M, ST. MT (197107191998022001)

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk.

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk. 17 BAB III KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk. 3.1. Definisi MSC ( Mobile Switching Center ) Secara umum, fungsi MSC adalah mengontrol panggilan dari dan menuju sistem telepon maupun data yang lain.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR..... DAFTAR LAMPIRAN.. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.......... 1.2. Perumusan Masalah.... 1.3. Tujuan Penelitian...... 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. TITIK INTERKONEKSI... 4 2. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI... 5 3. XL100 - LAYANAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN TARIF SEWA SALURAN SIARAN PADA PENYELENGGARAAN PENYIARAN MULTIPLEKSING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI

BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI 1 Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang mengukur hasil dari masing-masing pusat pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI Sebelum menganalisa suatu masalah pada jaringan telepon selular khususnya jaringan CDMA, harus terlebih dahulu diketahui

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENTARIFAN JASA MULTIMEDIA DAN JASA NILAI TAMBAH TELEKOMUNIKASI DALAM KERANGKA MEKANISME PASAR DENGAN

Lebih terperinci

2012, No UMUM

2012, No UMUM 9 2012, No.703 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN TARIF SEWA SALURAN SIARAN PADA PENYELENGGARAAN PENYIARAN MULTIPLEKSING

Lebih terperinci

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 BAB DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 PERHITUNGAN PERHITUNGAN DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4.1 Analisis Perbandingan Investasi Softswitch terhadap Circuit Switch Untuk membandingkan antara Investasi dengan

Lebih terperinci

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI BAB 2. FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI 2.1 TELKOM FLEXI PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

TRAFIK TELEKOMUNIKASI 1

TRAFIK TELEKOMUNIKASI 1 PERTEMUAN 11 TRAFIK TELEKOMUNIKASI 1 POKOK BAHASAN 1. Traffic Point of View 2. Hubungan : QoS, Traffic load dan Kapasitas Sistem 3. Model Trafik : Pure Loss System dan Pure Waiting System 4. Ilustrasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk melakukan penilaian atas nilai wajar dari suatu saham, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI 1 Perekaman Informasi Tagihan... 3 2 Proses Kliring Interkoneksi... 4 3 Pertukaran Informasi

Lebih terperinci

MODEL PERANGKAT LUNAK PERHITUNGAN TARIF JASA TELEPONI DASAR JARINGAN TETAP

MODEL PERANGKAT LUNAK PERHITUNGAN TARIF JASA TELEPONI DASAR JARINGAN TETAP LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 15/PER/M.KOMINFO/4/2008 TANGGAL : 30 April 2008 MODEL PERANGKAT LUNAK PERHITUNGAN TARIF JASA TELEPONI DASAR JARINGAN TETAP 1.1 Gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir EVA sederhana yaitu suatu perusahaan dikatakan dapat

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir EVA sederhana yaitu suatu perusahaan dikatakan dapat BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir EVA Kerangka pikir EVA sederhana yaitu suatu perusahaan dikatakan dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya bila tingkat pengembaliannya lebih besar daripada biaya

Lebih terperinci

BAB 2 COST BASED INTERKONEKSI

BAB 2 COST BASED INTERKONEKSI BAB 2 COST BASED INTERKONEKSI 2.1 Deskripsi Umum Interkoneksi Interkoneksi sesuai UU RI nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi sebagaimana juga tertuang dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

BAB III KONFIGURASI JARINGAN CDMA 450

BAB III KONFIGURASI JARINGAN CDMA 450 BAB III KONFIGURASI JARINGAN CDMA 450 3.1 Arsitektur Jaringan CDMA 2000 1X Berikut adalah gambar arsitektur jaringan CDMA beserta penjelasannya. Gambar 3.1 Arsitektur jaringan CDMA Mobile Station (MS)

Lebih terperinci

Bab 9. Circuit Switching

Bab 9. Circuit Switching 1/total Outline Konsep Circuit Switching Model Circuit Switching Elemen-Elemen Circuit Switching Routing dan Alternate Routing Signaling Control Signaling Modes Signaling System 2/total Jaringan Switching

Lebih terperinci

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI ARSITEKTUR SELULAR PENGANTAR TELEKOMUNIKASI SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T ARSITEKTUR DASAR SISTEM GSM Air A MSC VLR M SC VLR HLR O & M Arsitektur Jaringan GSM terdiri dari 3 bagian utama : Radio

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KAPASITAS LOCATION AREA CODE TERHADAP PERFORMANSI PADA JARINGAN 3G Cornelis Yulius Ganwarin, [1] Rendy Munadi [2], Asep Mulyana [3]

ANALISIS PENGARUH KAPASITAS LOCATION AREA CODE TERHADAP PERFORMANSI PADA JARINGAN 3G Cornelis Yulius Ganwarin, [1] Rendy Munadi [2], Asep Mulyana [3] ANALISIS PENGARUH KAPASITAS LOCATION AREA CODE TERHADAP PERFORMANSI PADA JARINGAN 3G Cornelis Yulius Ganwarin, [1] Rendy Munadi [2], Asep Mulyana [3] 1,2,3 Fakultas Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER Arsitektur jaringan seluler dibagi menjadi yaitu: 1. Generasi Kedua terdiri atas: SISTEM DECT (DIGITAL ENHANCED CORDLESS TELECOMMUNICATION) adalah

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI 1. Pendahuluan adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. PEREKAMAN INFORMASI TAGIHAN... 1 2. PERTUKARAN INFORMASI TAGIHAN... 4 3. PENAGIHAN...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penilaian Kinerja Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manager karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI IMPLEMENTASI AMR

BAB IV ANALISIS STRATEGI IMPLEMENTASI AMR BAB IV ANALISIS STRATEGI IMPLEMENTASI AMR Dalam pengimplementasian suatu teknologi, diperlukan analisis dan perbandingan dengan teknologi lain, guna mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013 ANALISIS PERKEMBANGAN RAFIK DAN KEBUUHAN BS PADA JARINGAN GSM Sri Yusnita 1 Dikky Chandra 2 ABSRAC Increasing the number of subscribers of mobile communication networks especially the 2G GSM network will

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OTP (One Time Password) Tujuan dari pembuatan OTP (password sekali pakai) adalah untuk mempersulit pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam mengakses

Lebih terperinci

Network Planning dan Dimensioning

Network Planning dan Dimensioning Network Planning dan Dimensioning Materi Pendahuluan Network Planning Traffic forecast Traffic dimensioning 1 Mengapa Network Planning dan Dimensioning? Tujuan dimensioning pada jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

PENS. Konsep dan Teori Trafik. Prima Kristalina. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Lab. Komunikasi Digital E107 (2016)

PENS. Konsep dan Teori Trafik. Prima Kristalina. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Lab. Komunikasi Digital E107 (2016) Konsep dan Teori Trafik Prima Kristalina Lab. Komunikasi Digital E107 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya () (2016) Trafik Point of View Trafik dibangkitkan oleh pengguna sistem Sistem melayani (mengolah)

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 (STRUKTUR JARINGAN) POKOK BAHASAN

PERTEMUAN 7 (STRUKTUR JARINGAN) POKOK BAHASAN PERTEMUAN 7 (STRUKTUR JARINGAN) POKOK BAHASAN Topologi Jaringan MEA Hirarkhi Jaringan Telepon TUJUAN DAN INSTRUKSIONA KHUSUS Membahas berbagai topologi jaringan Menjelaskan hirarkhi jaringan telepon Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 OVERVIEW SISTEM GSM (GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION) Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend teknologi seluler yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi komunikasi semakin cepat khususnya teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM. Beberapa perusahaan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Dyan Tri

Lebih terperinci

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII :

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII : PRESENTASI VIII : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPONEN UTAMA : RASIO KEUANGAN INFORMASI KEUANGAN SELURUH INFORMASI YANG SECARA SIGNIFIKAN MENGANDUNG DAN MENGEDEPANKAN ASPEK-ASPEK KEUANGAN DENGAN TUJUAN UNTUK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai struktur kerja penelitian, data-data yang diperlukan, metode pengumpulan data serta hasil yang diharapkan. 3.1.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS Trafik 1 Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS TUJUAN DAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Memahami teori tentang trafik Memahami ipemodelan trafik Memahami tentang intensitas trafik Traffic point of view Sistem Telekomunikasi

Lebih terperinci