Nomor : S. W\i /T.12/TU/KSA/10/2016. ly Oktober Lampiran 1 (satu) herkas Periha! : Data Penerapan SNI. Kepada Yth.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nomor : S. W\i /T.12/TU/KSA/10/2016. ly Oktober Lampiran 1 (satu) herkas Periha! : Data Penerapan SNI. Kepada Yth."

Transkripsi

1 KEMJilNTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA AIAM DAN EKOSISTEM BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 'Il.Periniis Kemerdekaan No.5l Kec.l.iibuan.Kab.Pandeiflanf.Bani«n-422<>l T(»ip.025a-8()1731 Fiix.025.')H04651 Wpb www ujungtuloo org pmau info^iunftkuvon orr balai tnuk<#?rahoo com Nomor : S. W\i /T.12/TU/KSA/10/2016 Sifat Renting Lampiran 1 (satu) herkas Periha! : Data Penerapan SNI ly Oktober 2016 Kepada Yth. Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan Jakarta Sehubungan dengan Surat Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan Nomor : S.457/RLK/RPL/SET 1/10/2016 tanggal 05 Oktober 2016 sebagaimana hal tersebut di atas, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan SNl pada bidang lingkungan hidup dan kehutanan khususnya SNI 8013 : 2014 tentang pengelolaan pariwisata telah dilakukang di Balai Taman Nasional Ujung Kulon. 2. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan memiliki daya tarik wisata alam yang beragam. 3. Berkenaan dengan hai tersebut diatas, kami sampaikan data penerapan SNI pada bidang lingkungan hidup dan kehutanan, sebagaimana terlampir. Demikian kami sampaikan, atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih. Tembusan: 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 7^ Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan ekosistem

2 Lainpiran Surat Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Nomor : S. loll /T.12/TU/KSA/10/2016 Tanggal : Oktober2016 MATRIKS MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN SNI LINGKUP UPT KEMENTERIAN LHK PADA UPT BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON p NO NOMO RSNI JUDULSNI NO PRINSIP /KRITERIA DITERAPK AN (BERI URAIAN PENERAPAN (ATAU TANTANGAN JIKA BELUM DITERAPKAN) 1 SNI Pengelolaan 1. Terpeliharanya lansekap alami 8013: 2014 Pariwisata Alam a. Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memperhatikan potensi sumber daya dan kaidah-kaidah yang berlaku termasuk norma dan estetika b. Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan atas informasi daya dukung potensi sumber daya dan monitoringevaluasi kegiatan pengelolaan untuk perbaikan yang kontinyu c. Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung pemeliharaan lansekap alami Penataan fungsi ruang dan pengamanannya dengan memperhatikan potensi sumber daya dan kaidah-kaidah yang berlaku termasuk norma dan estetika di TN. Ujung Kulon diwujudkan dengan adanya zonasi TN. Ujung Kulon. > Zonasi TN. Ujung Kulon dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor. SK.lOO/lV-SET/2011 dan dokumen zonasi TN. Ujung Kulon. Zonasi TN. Ujung Kulon mengatur pembagian ruang di kawasan beserta peruntukannya di masing-masing ruang. X Pengelolaan produk wisata alam di TN. Ujung Kulon belum didasarkan pada nilai daya dukung kawasan TN. Ujung Kulon. Namun saat ini hanya didasarkan pada hasil monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan. Pengelolaan distribusi pengunjung yang mendukung pemeliharaan lansekap alami sudah diterapkan di TN. Ujung Kulon melalui hal-hal sebagai berikut: Peruntukan aktivitas pengunjung yang berbeda di zona inti, zona rimba dan zona pemanfaatan (zona inti hanya diperuntukkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; zona rimba diperuntukkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, pengambilan gambar, ekspedisi dan wisata terbatas; zona pemanfaatan diperuntukkan utuk kegiatan wisata alam.

3 d. I Penyediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mendukung pemeliharaan lansekap alami e. Penataan kelembagaan yang mendukung efektifitas pemeliharaan lansekap alami Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan pengelolaan terhadap pemeliharaan lansekap alami Fengaturan pengunjung di Iokasi Pendampingan pengunjung oleh petugas Pembagian pintu masuk kawasan Sistem informasi pun telah tersedia berupa media informasi baik melalui website, media cetak (buku informasi, leaflet) maupun papan informasi bagi pengunjung di Iokasi objek daya tarik wisata (papan petunjuk, papan larangan, papan interpretasi) meskipun jumlahnya terbatas. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung pemeliharaan lansekap alami telah diterapkan melalui pembangunan sarana prasarana yang memperhatikan beberapa ketentuan yaitu : Tidak merubah karakteristik bentang alam atau menghilangkan fungsi utamanya; - Tidak menutup/menghilangkan jalur lintas tradisional masyarakat (kecuali seijin/persetujuan masyarakat dengan membuat jalur pengganti); Pembangunan atau terkait kegiatan lainnya tidak memotong jalur lintas satwa liar; Tidak melakukan penebangan. Contoh : Jalur trail wisata dibangun di jalur tertentu yang tidak mengganggu keutuhan vegetasi yang ada. Penataan kelembagaan di Balai TN. Ujung Kulon dilakukan untuk mendukung efektifitas pemeliharaan lansekap alami. Penataan kelembagaan tersebut dituangkan dalam struktur organisasi Balai TN. Ujung Kulon (Terlampir) Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan pengelolaan terhadap pemeliharaan lansekap alami di TN. Ujung Kulon dituangkan dalam beberapa upaya sebagai berikut: Penempatan petugas di kantor Seksi (3 Seksi) dan Resort (15 resort) yang tersebar di kawasan TN. Ujung Kulon. Penyusunan Standard Operasional Procedure (SOP) Penanganan Kecelakaan - Pelaksanaan kegiatan pemulihan ekosistem - Pelaksanaan kegiatan patrol

4 2. a. b. c. Terpeliharanya keberadaan spesies endemik/langka/dilindungi Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memperhatikan keberadaan jenis-jenis endemik/langka/diiindungi dan kaidahkaidah yang berlaku termasuk norma dan estetika Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan pada daya dukung potensi sumber daya dan monitoring-evaiuasi kegiatan pengelolaan untuk perbaikan kontinyu Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi Penataan fungsi ruang dan pengamanannya di TN. Ujung Kulon dlakukan pula dengan memperhatikan keberadaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi dan kaidah-kaidah yang berlaku termasuk norma dan estetika. Wilayah yang menjadi habitat jenis-jenis satwa dan tumbuhan endemic/langka/dilindungt dijadikan sebagai zona inti yang bersifat lebih protektif dibanding zona lainnya. Pengelolaan produk wisata alam di TN. Ujung Kulon belum didasarkan pada nilai daya dukung potensi sumberdaya TN. Ujung Kulon. Namun saat ini hanya didasarkan pada hasil monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan. Pengelolaan distribusi pengunjung yang mendukung pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi sudah diterapkan di TN. Ujung Kulon melalui hal-hal sebagai berikut: Pembatasan kegiatan di zona inti (zona yang didalamnya menjadi habitat jenis-jenis endemic/langka/dilindungi). Zona inti hanya diperuntukkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Pendampingan pengunjung oleh petugas Sistem informasi pun telah tersedia berupa media informasi baik melalui website, media cetak (buku informasi, leaflet) maupun papan informasi bagi pengunjung di Iokasi objek daya tarik wisata (papan petunjuk, papan larangan, papan interpretasi). d. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana di TN. Ujung Kulon telah diarahkan untuk mendukung pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi. Sebagai contoh di TN. Ujung Kulon sedang dilakukan pembangunan JRSCA {Javan Rhino Study and Conservation Area) yang bertujuan mengembangkan habitat yang dikelola secara intensif untuk memperluas habitat alamiah Badak Jawa, satwa langka di TN. Ujung Kulon. X

5 e. Penataan kelembagaan yang mendukung efektifitas pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan pengelolaan terhadap pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi Penataan kelembagaan di Balai TN. Ujung Kulon telah' dilakukan untuk mendukung efektifitas pemeliharaan jenisjenis endemik/langka/dilindungi yang dituangkan dalam struktur organisasi Balai TN. Ujung Kulon. Selain itu khusus untuk kegiatan JRSCA {Javan Rhino Study and Conservation Area) akan dibentuk kelembagaan pengelolaan JRSCA yang terdiri atas berbagai stakeholder baik Kementerian LHK, Balai TN. Ujung Kulon, Pemerintah Daerah, NGO/LSM, akademisi maupun masyarakat Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan pengelolaan terhadap pemeliharaan jenis-jenis endemic/langka/dilindungi di TN. Ujung Kulon dilakukan dalam beberapa upaya sebagai berikut; Penempatan petugas di kantor Seksi (3 Seksi) dan Resort (15 resort) yang tersebar di kawasan TN. Ujung Kulon. - Pendampingan kegiatan oleh petugas Pelaksanaan kegiatan Pemulihan ekosistem secara rutin Pelaksanaan kegiatan RPU {Rhino Protection Unit) dan RMU {Rhino Monitoring Unit) secara rutin. 1. a. KELESTARIAN OBYEK DAYA TARIK WISATA ALAM (ODTWA) Terpeliharanya keberadaan dan kualitas OpT\A^ utama Penataan fungsi dan ruang pengamanannya (prosedur, SDM, dan.sarana prasarana) memperhatikan ODTW utama pada kawasan tersebut Penataan fungsi dan ruang pengamanannya di TN. Ujung Kulon dlakukan dengan memperhatikan ODTW utama pada kawasan tersebut. Wilayah di TN. Ujung Kulon yang memiliki potensi ODTWA dijadikan sebagai zona pemanfaatan yang didalamnya perlu disusun desain tapaknya. Desain tapak adalah pembagian ruang usaha dan ruang publik. Wilayah di zona pemanfaatan yang memiliki potensi ODTWA utama dijadikan sebagai ruang publik. Sedangkan wilayah lainnya yang bukan merupakan ODTWA utama dijadikan sebagai ruang usaha.

6 b. Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/paket wisata dan pemasaran) mengutamakan keunggulan ODTW utama yang tetap memperhatikan aspek konservasi serta monitoring-evaiuasi kegiatan pengelolaan dilakukan untuk perbaikan yang kontinyu c. Perencanaan (interpretasi, distribusi, keamanan, keselamatan pengunjung dan sistem informasi) tetap memperhatikan kelestarian ODTW d. Perencanaan ODTW utama selalu mengunggulkan kelestarian alam Kegiatan-kegiatan wisata yang dilakukan dl dalam kawasan TN. Ujung Kulon tetap mengutamakan keunggulan objek wisata dan konservasinya. Sebagai contoh di Pulau Handeuleum yang memiliki daya tarik utama berupa sungai dengan hamparan hutan mangrove diperuntukkan untuk kegiatan canoing (bersampan) dengan jalur tertentu dan didampingi petugas. Kegiatan monitoring secara kontinyu dilakukan oleh petugas resort sedangkan evaluasi dilakukan baik oleh petugas resort, seksi maupun Balai. - Perencanaan (interpretasi, distribusi, keamanan, keselamatan pengunjung dan sistem informasi) di TN. Ujung Kulon tetap memperhatikan kelestarian ODTWA. - Adanya pembagian ruang publik dan ruang usaha di zona pemanfaatkan diharapkan mampu menjaga kelestarian alam di zona pemanfaatan. Ruang publik yang merupakan Iokasi ODTWA utama hanya bisa dikelola oleh Balai TN. Ujung Kulon. Sedangkan ruang usaha dapat dikelola oleh investor dengan ketentuan pembangunan sarana prasarana hanya 10% dari luasan ruang usaha - dan sisanya dijadikan ruang hijau. - Untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengunjung serta kelestarian ODTWA dilakukan pemasangan papan informasi (papan petunjuk dan papan larangan) di Iokasi ODTWA, pembangunan jalan setapak untuk pengunjung dan pendampingan kegiatan/kunjungan oleh petugas. Perencanaan ODTWA utama tetap menggunggulkan kelestarian alam. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya perencanaan pengembangan dan pembangunan Iokasi ODTWA dengan tetap menggunggulkan kelestarian alam (teiluang dalam Rencana Kerja Tahunan). Sebagai contoh pembangunan dermaga di Iokasi ODTWA dilakukan dengan memperhatikan keberadaan terumbu karang atau pembangunan jalan setapak di Iokasi ODTWA dilakukan dengan memperhatikan keberadaan pohon-pohon besar dan jalur lalu lintas satwa

7 e. Penataan kelembagaan (SDM dan keuangan) yang mampu mengidentifikasi dan berorientasi pada kelestarian ODTW utama Pengelolaan dampak negatif dan bahaya akibat kegiatan pengelolaan terhadap kelestarian ODTW utama 2. Pengembangan sumber daya lain/lingkungan yang mendukung ODTW utama a. Penataan fungsi ruang dan pengamanan sumberdaya lain/lingkungan ditujukan untuk mendukung kelestarian ODTW utama b. Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/paket wisata dan pemasaran) sumber daya lain/lingkungan diberi kelonggaran dalam pengembangannya dan monitoring-evaiuasi kegiatan pengelolaan dilakukan untuk perbaikan yang kontinyu Perencanaan (interpretasi, distribusi, keamanan, keselamatan pengunjung dan sistem informasi) pada sumber daya lain/lingkungan lebih bebas dikembangkan sebagai obyek wisata dan tidak mengganggu ODTW utama Penataan kelembagaan di TNUK berorientasi pada kelestarian ODTWA yang tercermin dalam struktur organisasi Balai TN. Ujung Kulon. Selain itu untuk pengembangan wisata alam di ruang usaha oleh investor melalui lupswa, ada kewajiban bagi pemegang lupswa untuk melibatkan tenaga ahli bidang Konservasi alam. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya akibat kegiatan pengelolaan terhadap kelestarian ODTW utama dilakukan dengan monitoring dan evaluasi. Penataan fungsi ruang dan pengamanannya sumber daya lain di TN. Ujung Kulon diwujudkan dengan adanya desain tapak di zona pemanfaatan. Desain tapak adalah pembagian ruang usaha dan ruang publik. Wilayah di zona pemanfaatan yang memiliki potensi ODTWA utama dijadikan sebagai ruang publik, Sedangkan wilayah lainnya yang bukan merupakan ODTWA utama dijadikan sebagai ruang usaha yang dapat dikelola oleh investor melalui lupswa (Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam) Pemegang lupswa diberikan hak untuk melakukan pengusahaan wisata alam di ruang usaha sebagaimana tertuang dalam RPPA. Pemegang lupswa memiliki kewajiban untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat usaha; merehabilitasi kerusakan akibat kegiatan lupswa dan memberikan akses kepada petugas pemerintah untuk melakukan pemantauan/ pengawasan/ evaluasi/pembinaan. Perencanaan penyediaan sarana wisata '-^lam di ruang usaha di zona pemanfaatan oleh investor dituangkan dalam RPPA (Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam), site plan dan desain fisik. i

8 Perencanaan transportasi dan akomodasi dilakukan dengan memperhatikan keberadaan sumber daya lain dan lingkungannya Penataan kelembagaan (SDM dan keuangan) yang mampu mengidentifikasi kelestarian sumber daya lain/lingkungan Pengelolaan dampak dan bahaya akibat kegiatan pengelolaan terhadap kelestarian sumber daya lain/lingkungan Pencegahan dan penanganan vandalisme Penataan fungsi ruang dan pengamanan untuk mencegah terjadinya vandalisme terutama pada ODTW utama Dalam Perdirjen PHKA Nomor. P.02/IV-SET/2012 diatur mengenai ketentuan pembangunan sarana pariwisata alam (seperti akomodasi dll) Penataan kelembagaan dl TNUK berorientasi pada kelestarian sumberdaya lain yang tercermin dalam struktur organisasi Balai TN. Ujung Kulon, Selain itu untuk pengembangan wisata alam di ruang usaha melalui lupswa, ada kewajiban bagi pemegang lupswa untuk melibatkan tenaga ahli bidang Konservasi alam Pemegang lupswa memiliki kewajiban untuk merehabilitasi kerusakan akibat kegiatan lupswa dan memberikan akses kepada petugas pemerintah untuk melakukan pemantauan/ pengawasan/ evaluasi/ pembinaan. Penataan fungsi ruang dan pengamanan untuk mencegah terjadinya vandalisme terutama pada ODTW utama dituangkan dalam penataan zonasi dan penyusunan desain tapak pengelolaan pariwisata alam di zona pemanfaatan b. Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/paket wisata dan pemasaran) dikembangkan dengan pertimbangan agar tidak terjadi vandalisme dan monitoring-evaiuasi kegiatan pengelolaan dilakukan untuk perbaikan yang yan^ rvuiiciliyu kontinyu Perencanaan (interpretasi, distribusi, keamanan, keselamatan pengunjung dan sistem informasi) membuat skema-skema persuasif untuk mencegah vandalisme Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/paket wisata dan pemasaran) dikembangkan dengan pertimbangan agar tidak terjadi vandalisme yaitu dengan mendistribusikan berbagai aktivitas pengunjung di beberapa Iokasi yang berbeda c. Perencanaan (Interpretasi, distribusi, keamanan, keselamatan pengunjung dan sistem informasi) telah diarahkan untuk mencegah vandalisme melalui beberapa upaya seperti kegiatan patroli, penempatan papan-papan larangan maupun pemberian informasi mengenai tatatertib pengunjung di beberpa media informasi (website, leaflet, buku informasi) 1^

9 d. Perencanaan transportasi dan akomodasi tidak membuka peiuang terjadinya vandalisme e. Penataan kelembagaan (SDM dan keuanganj yang tanggap terhadap upaya mencegah dan menanggulangi vandalisme f. Pengelolaan dampak dan bahaya akibat vandalisme III. KELESTARIAN SOSIAL BUDAYA 1. Modal sosial a. Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat b. Pengelolaan produk wisata alam memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat c. Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem Informasi memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat X Pembangunan sarana transportasi dan akomodasi masihmembuka peiuang terjadinya vandalism karena kawasan TN. Ujung Kulon yang luas dan biasanya penempatan sarana prasarana tersebut masih terpusat di dekat pintu masuk. Penataan kelembagaan di Balai TN. Ujung Kulon dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi vandalisme. Penataan kelembagaan tersebut dituangkan dalam struktur organisasi Balai TN, Ujung Kulon (Terlampir) Pengelolaan dampak negatif dan bahaya vandalisme dilakukan beberapa upaya sebagai berikut: Penempatan petugas di kantor Seksi (3 Seksi) dan Resort (IS resort) yang tersebar di kawasan TN. Ujung Kulon, Pendampingan kegiatan kunjungan oleh petugas Pelaksanaan kegiatan patroli Penataan fungsi ruang dan pengamanan di TN Ujung Kulon telah memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat yaitu dengan menyediakan ruang publik di zona pemanfaatan yang membuka peiuang masyarakat setempat untuk membuka usaha penyediaan jasa wisata alam. Selain itu terdapat pula zona religi yang memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan ziarah Balai TN. Ujung Kulon melibatkan masyarakat sekitar TN. Ujung Kulon dalam kegiatan wisata di TN. Ujung Kulon misalnya sebagai tour operator wisata, guide, porter, kuncen, pemilik kapal wisata, pengelola home stay. Selain itu dikembangkan pula wisata ziarah yang selama ini menjadi kebiasaan masyarakat sekitar kawasan. Dalam media informasi TN. Ujung Kulon (website) diinformasikan mengenai beberapa larangan yang berlaku di masyarakat di sekitar kawasan yang harus dipatuhi pengunjung misalnya larangan berkata kasar di dalam kawasan TN. Ujung Kulon.

10 d. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat e. Penataan kelembagaan memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat f. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat 2. Sosial budaya a. Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memperhatikan sosial budaya masyarakat b. Pengelolaan produk wisata perlu dikomunikasikan kepada masyarakat yang dalam pelaksanaannya tidak melanggar norma/adat dan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat c. Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat d. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang melibatkan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat dan tidak melanggar norma/adat Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana telah memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat dengan mewajibkan Pemegang lupswa untuk melibatkan masyarakat lokal/setempat dalam pembangunan sarana prasarana wisata alam. Balai TN. Ujung Kulon melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan kawasan seperti dalam kegiatan RMU {Rhino Monitoring Unit), RPU [Rhino Protection Unit), RHU [Rhino Healty Unit), dan MMP (Masyarakat Mitra POLHUT). Balai TN. Ujung Kulon menempatkan MMP (Masyarakat Mitra Polhut) di kantor seksi maupun resort dan bersama petugas melakukan pendampingan bagi pengunjung maupun monitoring kawasan. Penataan fungsi ruang dan pengamanannya di TN. Ujung Kulon telah memperhatikan sosial budaya masyarakat Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya zona tradisonal yang memungkinkan masyarakat memanfaatkan HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu). Selain itu terdapat pula zona religi yang memungkinkan masyarakat untuk melakukan kegiatan religi (ziarah) di Iokasi tersebut Dan ada pula zona khusus yang memungkinkan masyarakat yang tinggal sebelum TN. Ujung Kulon ditetapkan, untuk menetap. Di kawasan TN. Ujung Kulon terdapat kegiatan wisata ziarah yang pelaksanaannya wajib didampingi oleh kuncen yang berasal dari masyarakat sekitar kawasan. Di kawasan TN. Ujung Kulon terdapat kegiatan wisata ziarah yang pelaksanaannya wajib didampingi oleh kuncen yang berasal dari masyarakat sekitar kawasan. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat dan tidak melanggar norma/adat Contoh : Berdasarkan Perdirjen PHKA No. P. 02/IV-SET/2012, pembangunan sarana akomodasi wajib disesuaikan dengan arsitektur budaya setempat.

11 e. Penataan kelembagaan perlu mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat dan tidak melanggar norma/adat f. Pengelolaan dampak negatif perlu mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat dan tidak melanggar norma/adat 3. Keterbukaan akses a. Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memperhatikan akses masyarakat b. Pengelolaan produk wisata memperhatikan akses masyarakat c. Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi memperhatikan akses masyarakat d. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana memperhatikan akses masyarakat Pengetahuan masyarakat mengenai hutan O^nis tanamah dan satwa) dirnanfaatkan untuk bekal menjadi guide/pendamping bagi pengunjung yang berwisata ke dalam kawasan TN. Ujung Kulon. Beberapa masyarakat sekitar kawasan direkrut dan dijadikan sebagai Pegawai Harian Lepas dan MMP (Masyarakat Mitra Polhut) yang ditempatkan di resort dan bertugas untuk mendampingi kunjungan wisatawan. Pengetahuan masyarakat dalam mengenai hutan dirnanfaatkan sebagai bekal dalam pengelolaan dampak negative. Beberapa masyarakat dijadikan MMP (Masyarakat Mitra Polhut) yang salah satu tugasnya adalah membantu Polhut untuk menangani hal-hal negatif yang terjadi di dalam kawasan. Penataan fungsi ruang dan pengamanan di TN Ujung Kulon telah memperhatikan akses masyarakat yaitu dengan menyediakan ruang publik di zona pemanfaatan yang membuka peiuang masyarakat setempat untuk membuka usaha penyediaan jasa wisata alam. Selain itu terdapat pula zona tradisional yang membuka akses masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti madu, rotan dll. Masyarakat diberi kesempatan untuk mempunyai usaha penyediaan jasa wisata alam di dalam kawasan TN. Ujung Kulon (di ruang publik zona pemanfaatan) Banyak masyarakat di sekitar kawasan yang menjadi guide, porter dan kuncen yang bertugas menjadi pendamping dalam kegiatan wisata di dalam kawasan Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana dilakukan dengan memperhatikan akses masyarakat, Contoh : penentuan ruang publik di zona pemanfaatan tetap membuka peiuang bagi masyarakat untuk membuka Usaha Jasa WLsata Alam

12 e. IV. 1. a. Penataan kelembagaan mempertimbangkan akses masyarakat, Pengelolaan dampak negatif memperhatikan akses masyarakat KEPUASAN, KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PENGUNJUNG Pelayanan prima Penataan fungsi ruang dan pengamanannya membuka ruang pelayanan prima Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan atas daya dukung potensi sumberdaya dan monitoring-evaiuasi kegiatan pengelolaan untuk mendukung pelayanan prima Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung pelayanan prima Balai TN. Ujung Kulon melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan kawasan seperti dalam kegiatan RMU [Rhino Monitoring Unit). RPU (Rhino Protection Unit), RHU [Rhino Healty Unit), dan MMP (Masyarakat Mitra POLHUT). Balai TN. Ujung Kulon melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan dampak negative yang terjadi di dalam kawasan seperti dalam kegiatan RPU [Rhino Protection Unit) dan MMP (Masyarakat Mitra POLHUT). Penataan fungsi ruang dan pengamanannya dengan membuka ruang pelayanan prima di TN. Ujung Kulon diwujudkan dengan adanya zonasi TN. Ujung Kulon dan pembagian aktivitas pengunjung di masing-masing zona. Zona inti hanya diperuntukkan bagi kegiatan penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Zona rimba hanya diperuntukkan untuk aktivitas pengunjung berupa penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan wisata terbatas. Sedangkan zona pemanfaatan diperuntukkan untuk ativitas pengunjung berupa kegiatan wisata alam. Di zona pemanfaatan ini terdapat pembagian ruang usaha dan ruang publik untuk memaksimalkan pelayanan prima bagi pengunjung. Pengelolaan produk wisata alam di TN. Ujung Kulon belum didasarkan pada nilai daya dukung potensi sumber daya alam TN. Ujung Kulon. Namun saat ini hanya didasarkan pada hasil monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan. Pengelolaan distribusi pengunjung yang mendukung pelayanan prima sudah diterapkan di TN. Ujung Kulon melalui hal-hal sebagai berikut: Peruntukan aktivitas pengunjung yang berbeda di zona inti, zona rimba dan zona pemanfaatan (zona inti hanya diperuntukkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu^ pengetehuan; zona^rimba

13 diperuntukkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, pengambilan gambar, ekspedisi dan wisata terbatas; zona pemanfaatan diperuntukkan utuk kegiatan wisata alam. Pengaturan pengunjung di Iokasi Pendampingan pengunjung oleh petugas Pembagian pintu masuk kawasan Sistem informasi pun telah tersedia berupa media informasi baik melalui website, media cetak (buku informasi, leaflet) maupun papan informasi bagi pengunjung di Iokasi objek daya tarik wisata (papan petunjuk, papan larangan, papan interpretasi). d. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung pelayanan prima Penataan kelembagaan yang mendukung pelayanan prima Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan Interpretasi obyek daya tarik wisata Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memungkinkan dilaksanakannya Interpretasi yang baik Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana telah diterapkan melalui pembangunan wisata alam melalui lupswa dan prioritas pembangunan sarana prasarana wisata alam/pelayanan pengunjung di Iokasi ODTWA namun belum cukup mampu mendukung pelayanan prima. Penataan kelembagaan di Balai TN. Ujung Kulon dilakukan untuk mendukung pelayanan prima yang dituangkan dalam struktur organisasi Balai TN. Ujung Kulon. Di Iokasi ODTWA ditempatkan petugas yang memiliki kemampuan dalam interpretasi. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan di TN. Ujung Kulon dituangkan dalam beberapa upaya sebagai berikut: <f Penempatan petugas di kantor Seksi (3 Seksi) dan Resort (15 resort) yang tersebar di kawasan TN. Ujung Kulon. - Penyusunan Standard Operasional Procedure (SOP) Penanganan Kecelakaan Pelaksanaan kegiatan patroli Penataan fungsi ruang dan pengamanannya melalui penataan zonasi memungkinkan dilaksanakannya interpretasi yang baik

14 b. Pengelolaan produk wisata alam berbasis pada kegiatan interpretasi c. Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung interpretasi d. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung kegiatan interpretasi e. Penataan kelembagaan yang mendukung kegiatan interpretasi f. Interpretasi merupakan salah satu sarana untuk mensosialisasikan dampak negatif dan bahaya kegiatan pengelolaan 3. Keselamatan pengunjung dan sumber daya a. Penataan fungsi ruang dan pengamanannya membuka ruang keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek Pengelolaan produk wisata alam telah dilakukan berbasis. pada kegiatan interpretasi Penyediaan sistem informasi telah diarahkan untuk mendukung interpretasi misalnya informasi wisata yang disampaikan melalui website, leaflet maupun buku informasi X Sarana prasarana yang tersedia saat ini masih terbatas sehingga belum mampu mendukung kegiatan interpretasi Penataan kelembagaan di Balai TN. Ujung Kulon dilakukan untuk mendukung kegiatan interpretasi yang dituangkan dalam struktur organisasi Balai TN. Ujung Kulon. Di Iokasi ODTWA ditempatkan petugas yang memiliki kemampuan dalam pelayanan pengunjung. Interpretasi dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mensosialisasikan dampak negatif dan bahaya kegiatan pengelolaan yang biasanya dilakukan disaat pendampingan breefing sebelum pelaksanaan kegiatan maupun pendampingan pengunjung Penataan fungsi ruang dan pengamanannya diarahkan untuk membuka ruang keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek yaitu melalui penataan zonasi b. Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan atas daya dukung potensi sumber daya dan monitoring-evaiuasi kegiatan pengelolaan untuk mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek X Pengelolaan produk wisata alam di TN. Ujung Kulon belum didasarkan pada nilai daya dukung kawasan TN. Ujung Kulon. Monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan dilakukan secara rutin dalam rangka mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek. c. Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung keselamatan pengunjung dan objek diwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: - Pemasangan rambu-rambu petunjuk arah dan larangan Untuk sirkulasi pengunjung dibuatkan jalan setapak

15 di beberapa Iokasi Pemberian asuransi jiwa bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan Sosialisasi tata tertib kunjungan dan pendidikan wisataalam d. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek e. Penataan dan kelembagaan yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek f. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek V. PRINSIP MANFAAT EKONOMl 1. Manfaat bagi pengusaha a. Pengelolaan kawasan dapat meningkatkan sumber pendapatan dan menjamin kelangsungan kegiatan usaha b. Pengelolaan produk wisata alam dapat menjamin kelangsungan kegiatan usaha dan meningkatkan sumber pendapatan dan efisiensi kegiatan usaha Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana telah diarahkan untuk mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek melalui penempatan Iokasi sarana prasarana yang aman, bangunan yang ramah lingkungan, dan pemeliharaan sarana prasarana secara rutin. Penataan dan kelembagaan yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumber daya/obyek diwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: Di Iokasi wisata terdapat resort yang dipimpin kepala resort dan petugas resort Penempatan MMP (Masyarakat Mitra Polhut) di tiap resort untuk membantu petugas Pengelolaan dampak negatif dan bahaya yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumberdaya di TN. Ujung Kulon diwujudkan dalam beberapa upaya sebagai berikut: Penempatan petugas di kantor Seksi (3 Seksi) dan Resort (15 resort) yang tersebar di kawasan TN, Ujung Kulon. Penyusunan Standard Operasional Procedure (SOP) Penanganan Kecelakaan Pelaksanaan kegiatan patroli kawasan Pengelolaan kawasan diarahkan pula untuk mendukung kegiatan usaha penyediaan sarana wi.<:ata alam sehingga dapat meningkatkan sumber pendapatan dan menjamin kelangsungan kegiatan usaha Di zona pemanfaatan TN. Ujung Kulon dimungklnkan dilakukannya lupswa (izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam) dan lupjwa (Izin Usaha Penyediaan jasa Wisata Alam).

16 c. Pengelolaan pengunjung dapat menciptakan citra {brandimage) perusahaan dan menjamin kelangsungan kegiatan usaha d. Pengelolaan sarana dan prasarana dapat meningkatkan sumber pendapatan hasil usaha jasa dan sarana pariwisata alam e. Pengelolaan kelembagaan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dan menjamin meningkatnya pendapatan hasil usaha f. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya dapat menjamin citra [brand image) perusahaan dan menjamin kelangsungan kegiatan usaha 2, Manfaat bagi masyarakat a. Pengelolaan kawasan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan peiuang usaha bagi masyarakat dan menjamin terciptanya peluang/kesempatan kerja sumber-sumber ekonomi masyarakat Pengelolaan pengunjung diarahkan untuk dapat, menciptakan citra [brand image) perusahaan dan menjamin kelangsungan kegiatan usaha melalui beberapa upaya sebagai berikut: Untuk sirkulasi pengunjung dibuatkan jalur sirkulasi berupa jalan setapak di beberapa Iokasi Untuk mencegah kerusakan kawasan diterapkan pula etika konservasi dan tata tertib kunjungan bagi pengunjung Pengusaha yang memegang lupswa diberikan keleluasaan untuk mengelola sarana-prasarananya di ruang usaha zona pemanfaatan TN. Ujung Kulon. Penempatan petugas-petugas resort di Iokasi ODTWA diharapkan dapat membantu dan mendukung keberlangsungan usaha pariwisata sehingga produktivitas perusahaan tetap terjaga dan pendapatan hasil usaha dapat meningkat. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya dapat menjamin citra [brand image) perusahaan dan menjamin kelangsungan kegiatan usaha di TN. Ujung Kulon diwujudkan dalam beberapa upaya sebagai berikut: Penempatan petugas di kantor Seksi (3 Seksi) dan Resort (15 resort) yang tersebar di kawasan TN. Ujung Kulon. Penyusunan Standard Operasional Procedure (SOP) Penanganan Kecelakaan Pendampingan kunjungan oleh petugas Pelaksanaan kegiatan patroli kawasan Pengelolaan kawasan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan peiuang usaha bagi masyarakat dan menjamin terciptanya peluang/kesempatan kerja sumber-sumber ekonomi masyarakat yaitu dengan menyediakan ruang publik di zona pemanfaatan yang membuka peiuang bagi masyarakat setempat untuk membuka usaha penyediaan jasa wisata alam. Selain itu kegiatan pengelolaan di TN. Ujung Kulon senantiasa melibatkan ma.syarakat setempat.

17 b. c. d. e. a. Pengelolaan produk wisata dalam dapat menciptakan peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat Pengelolaan pengunjung dapat menciptakan peluang/kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat Pengelolaan sarana dan prasarana dapat menciptakan peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat Pengelolaan kelembagaan dapat menciptakan peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat Pengelolaan dampak negatif dan bahaya dapat menciptakan peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat Manfaat bagi pemerintah Pengelolaan kawasan dapat memelihara potensi nilai ekonomi kawasan hutan dan meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain Balai TN. Ujung Kulon melibatkan masyarakat sekitar TN, Ujung Kulon dalam kegiatan wisata di TN. Ujung Kulon misalnya sebagai tour operator wisata, guide, porter, kuncen, pemilik kapal wisata, pengelola home stay. Balai TN. Ujung Kulon menempatkan MMP (Masyarakat Mitra Polhut di kantor seksi maupun resort dan bersama petugas melakukan pendampingan bagi pengunjung maupun monitoring kawasan, " Pemegang lupswa wajib melibatkan masyarakat lokal/setempat dalam pembangunan sarana prasarana wisata alam. Balai TN. Ujung Kulon menempatkan MMP (Masyarakat Mitra Polhut) yang berasal dari sekitar kawasan di kantor seksi maupun resort Balai TN. Ujung Kulon pun melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan kawasan seperti dalam kegiatan RMU (Rhino Monitoring Unit), RPU (Rhino Protection Unit), RHU (Rhino Healty Unit), dan MMP (Masyarakat Mitra POLHUT), Balai TN, Ujung Kulon menempatkan MMP (Masyarakat Mitra Polhut di kantor seksi maupun resort dan bersama petugas melakukan pendampingan bagi pengunjung maupun monitoring kawasan. Balai TN. Ujung Kulon pun melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan kawasan seperti dalam kegiatan RMU (Rhino Monitoring Unit), RPU (Rhino Protection Unit), RHU (Rhino Healty Unit), dan MMP (Masyarakat Mitra POLHUT). Masyarakat yang dilibatkan tersebut setiap bulannya memperoleh penghasilan/honor dari DlPA Balai TN. Ujung Kulon Pengelolaan kawasan diarahkan untuk dapat memelihara keutuhan kawasan sehingga meningkatkan daya tarik dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata serta PNBP

18 b. Pengelolaan produk wisata alam dapat memelihara potensi nilai ekonomi kawasan hutan dan meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain c. Pengelolaan pengunjung dapat meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain d. Pengelolaan sarana dan prasarana dapat meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain e. Pengelolaan kelembagaan dapat menjamin kelangsungan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain f. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya dapat memelihara potensi nilai ekonomi kawasan hutan dan menjamin kelangsungan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain Pengelolaan produk wisata alam diarahkan untuk dapat memelihara keutuhan dan estetika kawasan sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata serta PNBP Berdasarkan PP No 12 tahun 2014, setiap aktivitas-aktivitas pengunjung di dalam kawasan dikenai pungutan karcis masuk yang besarannya berbeda sesuai jenis aktivitasnya Adanya Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam dan Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam di zona pemanfaatan dapat meningkatkan PNBP karena setiap pemegang Izin Usaha dikenai iuran dan pungutan usaha. Di Balai TN. Ujung Kulon terdapat beberapa personal yang ditetapkan sebagai bendahara PNBP dan pemungut karcis masuk di pintu masukkawasan Dengan adanya pengelolaan dampak negative dan bahaya yang dilakukan Balai TN, Ujung Kulon maka keutuhan kawasan tetap terpelihara dan jumlah pengunjung setiap tahunnya mengalami peningkatan sehingga meningkatkan PNBP.

Progres Pembangunan JRSCA di Taman Nasional Ujung Kulon sampai Bulan Agustus 2014

Progres Pembangunan JRSCA di Taman Nasional Ujung Kulon sampai Bulan Agustus 2014 PROGRES PEMBANGUNAN JAVAN RHINO STUDI AND CONSERVATION AREA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON SAMPAI BULAN AGUSTUS 2014 Untuk menyelamatkan badak jawa dari kepunahan, Pemerintah Indonesia menetapkan Strategi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.811, 2015 KEMEN-LHK. Biaya Operasional. Kesatuan Pengelolaan Hutan. Fasilitasi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.20/MenLHK-II/2015

Lebih terperinci

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.7/IV-Set/2011 Pengertian 1. Kawasan Suaka Alam adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 3/IV-SET/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 3/IV-SET/2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 3/IV-SET/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN TAPAK PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN

Lebih terperinci

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. DATA MITRA BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERIODE 2011 S/D 2014 1. PT KHARISMA LABUAN WISATA Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Jangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 752, 2014 KEMENHUT. Penetapan Rayon. Taman Nasional. Taman Hutan Raya. Taman Wisata Alam. Taman Buru. PNBP. Pariwisata Alam. Penetapan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 013 NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG FASILITASI BIAYA OPERASIONAL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN RAYON DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN BURU DALAM RANGKA PENGENAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DESKRIPSI PEMBANGUNAN JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA (Areal Studi dan Konservasi Badak Jawa) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIDANG PHKA

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIDANG PHKA OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIDANG PHKA Disampaikan oleh: Ir. Herry Prijono, MM Dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Tahun 2014 Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

A. KERANGKA RENCANA PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM

A. KERANGKA RENCANA PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 01/IV- SET/2012 TANGGAL : 4 Januari 2012 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM, RENCANA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI Oleh Pengampu : Ja Posman Napitu : Prof. Dr.Djoko Marsono,M.Sc Program Studi : Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEM ERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN KEGIATAN TERTENTU PENGENAAN TARIF Rp.0,00 (NOL RUPIAH) DI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.204, 2016 KEMEN-LHK. UPT Taman Nasional. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA 2018-2027 Kasongan, 28 Agustus 2017 Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya mengadakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang : Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 18 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9 /Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 12/IV- SET/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 12/IV- SET/2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 12/IV- SET/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERMOHONAN IZIN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 262 /Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM

Lebih terperinci

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind No.68, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Bidang Kehutanan. 9PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9/Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA

RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) KUPANG Jl. Yos Sudarso, Jurusan Bolok, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG, 1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR P.7/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016 TENTANG STANDAR OPERASIONALISASI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN BAGI PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

2 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembar

2 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembar No.1442, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Inventasrisasi Potensi. Kawasan Suaka Alam. Kawasan Pelestarian Alam. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.81/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM, RENCANA KARYA LIMA TAHUN DAN RENCANA KARYA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1424, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Pemanfaatan. Energi Air. Suaka Alam. Pelestarian Alam. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.64/Menhut-II/2013 TENTANG

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN (Penelitian) Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a Jabatan Alamat : : : Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama/sebagai penanggungjawab Tim Peneliti : Judul :...... Lokasi :...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.754, 2014 KEMENHUT. Tarif. Kegiatan Tertentu. Tata Cara. Persyaratan. Pembangunan PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.38/Menhut-II/2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MENUJU PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL MANDIRI: PENGELOLAAN BERBASIS RESORT, DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR Bidang Kegiatan : PKM Artikel Ilmiah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.46/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2016 TENTANG PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN PANAS BUMI PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA DAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU GILI AYER, GILI MENO DAN GILI TRAWANGAN DI PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994 PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL,TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I No.2023, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LHK. Pelimpahan. Urusan. Pemerintahan. (Dekonsentrasi) Bidang Kehutanan. Tahun 2015 Kepada 34 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN RENCANA PENGUSAHAAN PEMANFAATAN AIR DAN ENERGI AIR DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL,

Lebih terperinci

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 336, 2016 KEMEN-LHK. Pengelolaan Hutan. Rencana. Pengesahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.64/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

L E M B A G A K O L A B O R A T I F JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA ( LK JRSCA ) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

L E M B A G A K O L A B O R A T I F JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA ( LK JRSCA ) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON L E M B A G A K O L A B O R A T I F JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA ( LK JRSCA ) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON I. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Lembaga Kolaboratif JRSCA 1. Lembaga Kolaboratif JRSCA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Juni 2012. Tempat yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TENTANG DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM,

TENTANG DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 02/IV- SET/2012 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA PARIWISATA ALAM DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA DAN TAMAN WISATA ALAM DIREKTUR

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1938, 2017 KEMEN-LHK. Penugasan bidang LHK kepada 33 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.66/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Burung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi

TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) 1. Pembentukan Wilayah KPH Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi harus dilaksanakan proses pembentukan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 264/Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO No. SK.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci