Distribusi serotipe dan pola resistensi antibiotika dari isolat Salmonella nontifoid di Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Distribusi serotipe dan pola resistensi antibiotika dari isolat Salmonella nontifoid di Jakarta"

Transkripsi

1 Universa Medicina Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1 Distribusi serotipe dan pola resistensi antibiotika dari isolat Salmonella nontifoid di Jakarta Murad Lesmana* a, Julius E. Surjawidjaja*, Elly Herwana**, Oktavianus Ch. Salim***, dan Paul Bukitwetan* *Bagian Mikrobiologi, **Bagian Farmakologi, ***Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRAK Salmonellosis menjadi suatu masalah penting di seluruh dunia. Meskipun infeksi yang disebabkan oleh Salmonella nontifoid sering kali merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, akibat penyerta (sequelae) yang serius dapat terjadi termasuk kematian, terutama pada penderita-penderita dengan imunitas rendah. Suatu studi untuk mendeteksi Salmonella nontifoid pada penderita diare telah dilakukan selama bulan Februari 2002 sampai Agustus Selama periode ini dikumpulkan sampel usap dubur sebanyak 1810 untuk diperiksa secara bakteriologis dengan hasil 135 (7,5%) sampel positif Salmonella. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa Salmonella ser. Typhimurium dan Salmonella ser. Enteritidis adalah serotipe yang paling banyak dijumpai dengan derajat isolasi masing-masing sebesar 29,6% untuk ser. Typhimurium dan 23,1% untuk ser. Enteritidis. Uji kepekaan antimikrobial yang melibatkan 8 jenis antibiotika memperlihatkan bahwa sejumlah kecil (4%) sampai sedang (39%) dari mikroorganisme yang terisolasi resisten terhadap asam nalidiksat, ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol, tetrasiklin dan kloramfenikol. Meskipun mayoritas dari kuman-kuman Salmonella masih sensitif terhadap siprofloksasin and norfloksasin, beberapa dari kuman Salmonella ser. Typhimurium telah menunjukkan resistensi terhadap norfloksasin (1,0%) dan seftriakson (9,0%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Salmonella spp. merupakan patogen enterik yang frekuensinya cukup tinggi sebagai penyebab diare. Kata kunci : Serotipe, resistensi, antibiotika, Salmonella nontifoid ABSTRACT Serotype distribution and antibiotic resistance pattern of nontyphoid Salmonella in Jakarta Salmonellosis is an important medical problem worldwide. Although infection with nontyphoid Salmonella often causes mild self-limited illness, serious sequelae including death may occur, especially in immunocompromised hosts. A study to detect nontyphoid Salmonella species in diarrheal patients was conducted involving 1810 rectal swab samples examined from February 2002 through August A number of 135 (7.5%) samples were positive for Salmonella. Salmonella ser. Typhimurium and Salmonella ser. Enteritidis were found most frequent among the patients with an isolation rate of 29.6% and 23.1%, respectively. Antimicrobial susceptibility test which included 8 antibiotics showed low (4%) to moderate (39%) number of the microorganisms resistant to nalidixic acid, ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, tetracycline and chloramphenicol. Although the majority of Salmonella isolates were still susceptible to ciprofloxacin and norfloxacin, the emergence of a small number of resistance of Salmonella ser. Typhimurium resistant to norfloxacin (1.0%) and to ceftriaxone (9.0%) was noted. In conclusion of this study showed that Salmonella spp. is the frequent cause of diarrheal disease. Keywords : Serotype, resistant, antibiotics, nontyphoid Salmonella Korespondensi : a Murad Lesmana Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta Telp eks. 2611, Fax jmurad@cbn.net.id 7

2 Lesmana, Surjawidjaja, Herwana, dkk Pola resistensi antibiotika Salmonella PENDAHULUAN Infeksi diare masih merupakan masalah penting secara global karena penyakit ini menyebabkan derajat kematian dan kesakitan yang tinggi. (1) Meskipun kematian karena diare telah secara substansial dapat diturunkan dengan pengobatan cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Diare terjadi pada kondisi di mana sanitasi dan kebersihan lingkungan tidak baik, suplai air bersih yang tidak memadai, kemiskinan dan taraf pendidikan yang terbatas, seperti banyak dijumpai di negara-negara berkembang. (2,3) Sejak awal tahun 1980-an upaya-upaya yang penting telah dilakukan untuk menurunkan mortalitas diare. Diketahui bahwa dehidrasi memegang peran penting sebagai faktor penyebab kematian pada diare dan keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian cairan oral dan elektrolit bersama dengan makanan. Program ini telah dengan nyata memperbaiki status pengobatan dan menurunkan mortalitas. Dengan telah dapat diturunkannya angka kematian diare, perhatian pada upaya-upaya pencegahan penyakit diare menjadi dasar yang penting di dalam penanggulangan penyakit. Namun meskipun angka kematian telah dapat diturunkan secara nyata melalui program rehidrasi, angka morbiditas diare masih tetap tinggi. (1) Di antara kuman-kuman patogen enterik penyebab diare, Salmonella tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salmonellosis nontifoid dan tifoid secara ekonomis merupakan penyakit penting yang ditularkan melalui makanan. Meskipun insidens tifoid stabil, kasus-kasus salmonellosis nontifoid secara nyata meningkat dimana-mana di seluruh dunia. (4) Infeksi dengan Salmonella nontifoid biasanya mengakibatkan gastroenteritis yang sifatnya sembuh sendiri (self-limiting) tanpa perlu mendapatkan pengobatan antibiotika, namun demikian, akibat yang serius seperti infeksi sistemik dan kematian dapat terjadi. (5-7) Selama lebih dari dua dekade, insidens infeksi Salmonella nontifoid mengalami peningkatan secara nyata dan bahkan di beberapa negara mencapai status epidemik. (8) Lebih dari 95% kasus-kasus infeksi SalmonelIa ditularkan melalui makanan (foodborne) dan di Amerika salmonellosis merupakan penyebab kematian pada sekitar 30% penderita-penderita infeksi yang didapat melalui makanan. (5) Barubaru ini, serotipe-serotipe spesifik ternyata mempunyai kaitan dengan paparan terhadap makanan atau paparan tertentu. Misalnya, wabah Salmonella serotipe Enteritidis secara berulang-ulang terbukti terkait dengan telur yang kurang matang dimasak atau yang mentah dan infeksi oleh Salmonella ser. Marina berkaitan dengan paparan terhadap reptil. (8) Pada akhir tahun 1990-an, Salmonella ser. Typhimurium dari serogrup B and Salmonella ser. Enteritidis dari serogrup D adalah serotipe yang paling sering dijumpai dan merupakan 50% dari isolat yang didapat dari penderita-penderita salmonellosis di Amerika. (8) Sebagai tambahan, berbagai jenis Salmonella yang resisten terhadap antibiotika seperti ampisilin, kloramfenicol, dan trimetoprimsulfametoksazole dilaporkan meningkat frekuensinya di banyak negara di dunia. (6,8) Di Indonesia informasi mengenai status Salmonella dalam hubungannya dengan penyakit diare sangat sedikit didapat. Prevalensi berbagai serotipe Salmonella dan distribusinya pada penderita-penderita diare tidak diketahui. Meskipun kebanyakan laboratorium melakukan proses isolasi dan identifikasi, namun upaya untuk melakukan serotipe tidak dikerjakan. Untuk mendapatkan informasi mengenai hal ini, dilakukan pengujian serotipe terhadap isolat Salmonella yang diperoleh dari penderita-penderita diare. 8

3 Universa Medicina Vol.25 No.1 BAHAN DAN CARA Subyek dan lokasi penelitian Selama periode antara bulan Februari 2002 sampai dengan Agustus 2004, dilakukan penelitian pada penderita-penderita diare yang datang berobat di dua Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Jakarta Selatan yaitu Puskesmas Kecamatan Mampang, dan Puskesmas Kecamatan Tebet. Penderitapenderita diare anak-anak dan dewasa yang datang berobat di kedua Puskesmas di atas apabila setuju akan diikut-sertakan dalam penelitian sebagai subyek penelitian. Subyek dianggap menderita diare apabila buang air besar sebanyak 3x dalam waktu 24 jam dengan tinja cair, lembek atau 1x buang air besar dengan darah. (9) Seleksi penderita dilakukan tanpa melihat berat dan lamanya diare. Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan, kepada subyek (dewasa) atau walinya (anakanak) dijelaskan mengenai penelitian ini dan ditanyakan persetujuannya untuk ikut serta dalam penelitian ini dan diminta untuk menanda-tangani formulir persetujuan tersebut. Setelah itu, dilakukan pengumpulan data yang meliputi umur, jenis kelamin, gejala-gejala yang terkait dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel. Pengambilan bahan pemeriksaan Bahan pemeriksaan diambil pada saat penderita datang ke Puskesmas sebelum diberi pengobatan antibiotika. Sebagai bahan pemeriksaan diambil dua buah usap dubur dari masing-masing penderita Kedua usap dubur dimasukkan dalam medium transport Cary- Blair untuk kuman-kuman patogen enterik dan disimpan di lemari es. Bahan pemeriksaan dikirimkan ke laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, dalam kotak pendingin (ice-box) dalam waktu 24 jam. Pemeriksaan laboratorium Bahan pemeriksaan usap dubur setiba di laboratorium segera diproses. Dalam waktu 24 jam setelah koleksi, spesimen dari Cary-Blair ditanamkan pada lempeng agar xylose lysine deoxychocolate (XLD), thiosulfate citrate bile salt sucrose (TCBS), MacConkey (MAC), Salmonella-Shigella (SS). Usap dubur kemudian diinokulasikan ke kaldu manitol selenite (MSB) yang selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37 0 C selama jam dan sesudah itu ditanamkan pada lempeng agar XLD dan SS. Semua lempeng agar yang telah diinokulasi dengan usap dubur diinkubasi pada suhu 37 0 C secara aerobik. Biakan akan diperiksa untuk koloni-koloni kuman bukan peragi laktosa. Selanjutnya dilakukan pengujian pada agar miring Kligler s iron agar (KIA), motilityindole-ornithine (MIO), sukrose-semisolid (SSS) serta pada media dekarboksilase, lysine, arginine dan ornithine. Antiserum spesifik digunakan untuk memastikan kuman Salminella dan untuk menentukan serogrup serta serotipenya. (10) Isolat bakterial akan diuji kepekaannya terhadap antibiotika dengan menggunakan metode difusi cakram menurut Kirby-Bauer seperti diuraikan National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS). (11,12) Pengujian kepekaan antibiotika dilakukan terhadap ampisilin (10 µg), kloramfenikol (30 µg), tetrasiklin (30 µg), trimetoprimsulfametoksazol (12.5/23.75 µg), seftriakson (30 µg), siprofloksasin (5 µg), norfloksasin (10 µg) dan asam nalidiksat (30 µg). HASIL Secara keseluruhan, ada 1810 usap dubur yang berhasil dikumpulkan selama bulan Pebruari Agustus 2004 dan diuji secara mikrobiologis. Dari jumlah sampel yang diperiksa, 135 (7,5%) positif untuk 9

4 Lesmana, Surjawidjaja, Herwana, dkk Pola resistensi antibiotika Salmonella Salmonella, terdiri dari Salmonella grup B 30,4% (41/135), grup C 1 sebesar 7,4% (10/ 135), grup C 2 sebesar 11,9% (16/135), grup D sebesar 24,4% (33/135) dan grup E sebesar 26,0% (35/135). Salmonella grup A atau S. paratyphi A tidak dijumpai pada penelitian ini. Meskipun Salmonella adalah organisme yang diteliti dan merupakan organisme utama yang diminati disini, namun upaya isolasi juga dilakukan terhadap organisme enterik lain dan memberikan hasil seperti berikut: Vibrio cholerae O1 (2,2%), V. cholerae non-o1 (0,2%), V. parahaemolyticus (0,5%), Shigella spp. (4,2%) dan Campylobacter jejuni (0,4%). Dengan demikian, derajat isolasi patogen enterik yang diperoleh adalah sebesar 14,9%. Isolasi campuran dari Salmonella dengan patogen enterik lain banyak dijumpai pada penderita-penderita usia 14 tahun, antara Salmonella ser. Typhimurium bersama-sama dengan S. flexneri. Jumlah penderita laki-laki dan perempuan yang positif Salmonella tidak menunjukkan banyak perbedaan yaitu 75 (55,6%) untuk lakilaki dan 60 (44,4%) untuk perempuan; sedangkan derajat isolasi yang tertinggi dijumpai pada penderita dengan kelompok umur 5 tahun yaitu sebesar 51 (37,8%) dari seluruh penderita yang positif Salmonella, dan hanya 5 (3,7%) yang berasal dari kelompok usia >5-12 tahun. Pada kelompok penderita usia 5 tahun ini, Salmonella ser. Typhimurium juga yang paling dominan dengan frekuensi sebesar 33,3% (17/51) dari Salmonella grup B yang diisolasi dalam kelompok usia ini. Pengujian serotipe terhadap isolat Salmonella yang berjumlah 135 tersebut menunjukkan hasil seperti ditampilkan pada Tabel 1 yaitu serotipe yang paling dominan adalah Salmonella ser. Typhimurium sebesar 97,6% dari semua serotipe di grup B atau 29,6% dari jumlah isolat Salmonella yang didapatkan. Dari Salmonella grup D yang menduduki urutan kedua, ser. Enteritidis ditemukan sebagai serotipe yang paling banyak yaitu 94,0% dari semua serotipe di grup D atau 23,1% dari seluruh isolat Salmonella. Dibandingkan dengan yang lain-lain, serogrup C, baik grup C 1 maupun grup C 2, paling sedikit jumlahnya dan ser. Hadar adalah yang paling banyak diisolasi, yaitu 8,9% dari isolat Salmonella atau 50% dari semua serotipe di grup C. Serotipe lain ditemukan dalam jumlah yang tidak bermakna, seperti misalnya ser. Derby dari grup B, ser. Panama dan ser. Yamaica dari grup D, masing-masing hanya satu isolat; sedangkan ser. Virchow dari grup C 1, ser. Newport dari grup C 2 dan ser. Lexington dari grup E, masing-masing sembilan, empat dan tujuh isolat. 10 Tabel 1. Distribusi serotipe Salmonella dari penderita diare Serogrup n Serotipe Jumlah (%) B 41 Typhimurium 40 97,6 Derby 1 2,4 C 26 Virchow 10 34,6 Hadar Newport 3 15,4 D 33 Enteritidis Panama 1 3 Yamaica 1 3 E 35 Weltevreden Lexington 7 20

5 Universa Medicina Vol.25 No.1 Tabel 2. Hasil uji kepekaan dari serotipe Salmonella terhadap 8 jenis antibiotika Keterangan : AM =Ampisilin; SXT = Trimetoprim - Sulfametoksazol; K = Kloramfenicol; TE =Tetrasiklin ; NA = Asam nalidiksat; NOR = Norfloksasin; CIP = Siprofloksasin; CRO = Seftriakson Hampir semua penderita (>95%) dengan infeksi Salmonella nontifoid menunjukkan diare air. Tinja dengan darah atau lendir tidak ditemukan pada penderita-penderita di dalam penelitian ini. Nausea hanya ditemukan pada 30% dari seluruh penderita salmonellosis dan sebagian besar (70%) adalah pada penderita yang positif dengan Salmonella grup D serotipe Enteritidis. Sebagian besar dari penderita (50-77%) melaporkan keluhan nyeri perut dan demam ( 38 0 C) dijumpai pada penderitapenderita yang mengalami infeksi dengan Salmonella grup B (59%) atau grup C 2 (68%). Uji kepekaan antimikrobial yang meliputi 8 antibiotika menunjukkan jumlah yang kecil (4%) sampai sedang (39%) dari isolat Salmonella nontifoid yang resisten terhadap beberapa antibiotika seperti terhadap ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol, kloramfenicol, tetrasiklin, seftriakson, siprofloksasin, norfloksasin dan asam nalidiksat.(tabel 2) Hasil uji kepekaan menunjukkan bahwa sejumlah kecil isolat Salmonella ser. Typhimurium resisten terhadap norfloksasin (1%), asam nalidiksat (3%) dan seftriakson (9%) tetapi semuanya masih sensitif terhadap siprofloksasin. Meskipun 28% dari Salmonella ser. Virchow dari grup C 1 telah resisten terhadap ampisilin dan trimetoprimsulfametoksazol, dan 12% resisten terhadap tetrasiklin, namun semua isolat tersebut masih sensitif terhadap asam nalidiksat, norfloksasin, siprofloksasin, dan seftriakson. Pola kepekaan yang hampir sama terhadap ampisilin diperlihatkan oleh Salmonella ser. Hadar dari grup C 2. Namun terhadap asam nalidiksat 10% serotipe ini telah resisten. Juga terhadap kloramfenikol dan tetrasiklin, masing-masing 23% dan 64%, dari serotipe Hadar telah menunjukkan resistensi. Kecuali Salmonella ser. Typhimurium, serotipe Salmonella yang lain masih sensitif terhadap siprofloksasin dan seftriakson. DISKUSI Beberapa studi mengenai penyakit diare telah pernah dilaporkan dari Jakarta dan beberapa tempat lain, (13,14) namun laporan mengenai Salmonella dalam kaitannya dengan diare di Indonesia sedikit sekali dijumpai. Oleh karena banyak laboratorium tidak melakukan biakan bakteriologis, maka status dari organisme yang berhubungan dengan penyakit 11

6 Lesmana, Surjawidjaja, Herwana, dkk Pola resistensi antibiotika Salmonella diare di Indonesia tetap tidak jelas. Di Amerika Serikat dilaporkan adanya peningkatan infeksi Salmonella secara perlahan-lahan namun pasti dan peningkatan ini lebih besar dari pada peningkatan jumlah penduduk. (5) Tabel 1 memperlihatkan bahwa Salmonella yang paling banyak dijumpai sebagai penyebab diare adalah Salmonella grup B dengan serotipe Typhimurium (97,6%) paling dominan. Serotipe Typhimurium dilaporkan merupakan serotipe yang secara konstan dijumpai sebagai penyebab salmonellosis nontifoid di Amerika dan di negara-negara maju lainnya, (4,7) Proporsi relatif yang tinggi dari serotipe Typhimurium ini agaknya menggambarkan virulensi dari pada kuman ini sebagai salah satu penyebab penyakit diare, baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Di Inggris, ser. Typhimurium menempati urutan kedua tertinggi sesudah Salmonella ser. Enteritidis yang termasuk dalam Salmonella grup D. (7) Kedua serotipe yang menonjol dominan di banyak negara baik negara berkembang maupun negara maju, pada studi ini juga menempati urutan teratas, yaitu ser. Typhimurium sebagai yang terbesar dan ser. Enteritidis di urutan kedua. Hasil isolasi Salmonella nontifoid yang relatif cukup besar (7,5%) dari penderitapenderita diare merupakan gambaran mengenai padatnya penduduk di suatu daerah karena kuman-kuman enterik banyak ditemukan di tempat-tempat yang banyak orangnya dengan higiene yang kurang baik. Kepadatan penduduk memungkinkan penyebaran kuman- kuman enterik seperti Salmonella dari satu ke orang lain atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kuman tersebut pada tempattempat penjual makanan di tepi jalan. Sebagai tambahan, lingkungan yang mengalami polusi berat sangat memungkinkan untuk memberikan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan kuman dan mendukung penyebaran fekal-oral dari patogen enterik. Infeksi campuran yang banyak dijumpai pada penderita-penderita usia 14 tahun membuktikan bahwa kelompok usia ini lebih banyak menderita paparan patogen enterik, sehingga lebih mudah mengalami infeksi bila dibandingkan dengan anak-anak dan kelompok yang usianya lebih muda. Pada tahun 1993, bersamaan dengan studi yang mempelajari prevalensi dari enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit karena diare di Jakarta, Subekti et al. (13) melaporkan suatu angka isolasi Salmonella nontifoid sebesar 19,1%, yang merupakan angka isolasi yang paling tinggi yang pernah dilaporkan di Jakarta. Penelitian lain pada penderita diare rawat-inap di Jakarta tahun , memberikan derajat isolasi sebesar 8,3% untuk Salmonella nontifoid (14) sehingga dapat disimpulkan bahwa selama waktu hampir 10 tahun, angka isolasi Salmonella nontifoid di Jakarta hampir tidak mengalami perubahan. Meskipun laporan-laporan tentang diare oleh Salmonella tidak banyak dan tidak pernah dilaporkan adanya wabah salmonellosis, infeksi oleh Salmonella tidak surut atau berkurang. Dari beberapa hasil studi dilaporkan bahwa untuk daerah tropis insidens salmonellosis mencapai puncaknya pada musim hujan sedangkan untuk daerah dengan empat musim, insidens tertinggi adalah pada musim panas dan musim gugur. Keadaan ini bertepatan dengan terjadinya wabah diare yang terjadi melalui makanan (food-borne). (15) Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara musim dan penderita diare oleh Salmonella, diare oleh Salmonella nontifoid dapat ditemukan sepanjang tahun. Resistensi antimikrobial dari Salmonella nontifoid merupakan suatu masalah global. Data surveilans menunjukkan suatu peningkatan resistensi antimikrobial dari 12

7 Universa Medicina seluruh isolat Salmonella semenjak tahun 1990 sampai dengan akhir abad ini. (7) Namun, derajat resistensi ini berbeda, tergantung dari serotipe dan jenis antibiotika. Ada pendapat bahwa meningkatnya resistensi antibiotika pada Salmonella ini disebabkan oleh karena penggunaan obat-obat antibiotika secara luas tanpa indikasi yang jelas untuk terapi empiris sindroma demam (15) dan untuk meningkatkan produksi hewan ternak dan unggas. (16) Frekuensi resistensi yang tinggi dari kumankuman Salmonella nontifoid terhadap ampisilin, kloramfenikol, tetrasiklin dan trimetoprim-sulfametoksazol telah dilaporkan dari banyak negara. (7) Peningkatan resistensi dari Salmonella nontifoid terhadap siprofloksasin juga telah dapat diamati di beberapa negara. (6,8) Data dari penelitian ini tidak menunjukkan adanya resistensi terhadap siprofloksasin meskipun pada ser. Typhimurium dijumpai resistensi terhadap norfloksasin; inipun dalam jumlah yang kecil yaitu 1% saja. Dari semua jenis Salmonella nontifoid yang didapatkan pada penelitian ini, ser. Typhimurium dan ser. Hadar yang paling banyak menunjukkan resistensi terhadap obatobat antibiotika. Sedangkan ser. Enteritidis dari Salmonella grup D yang merupakan serotipe kedua terbanyak setelah ser. Typhimurium, masih menunjukkan kepekaan yang cukup tinggi. Demikian pula dengan isolat Salmonella nontofoid yang lain, mayoritas isolat masih peka terhadap golongan quinolon sehingga di Indonesia antibiotika ini masih merupakan obat pilihan untuk pengobatan salmonellosis pada penderita dewasa atau seftriakson pada anakanak. Dalam kaitan meningkatnya resistensi antibiotika dari kuman-kuman Salmonella dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat maka surveilans yang berkelanjutan terhadap Salmonella adalah upaya yang penting. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Salmonella spp. merupakan patogen enterik yang frekuensinya cukup tinggi sebagai penyebab diare. Salmonella Typhimurium dan S. Enteritidis merupakan dua serotipe yang paling banyak diisolasi. Walaupun resistensi telah banyak terjadi terhadap ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol dan trimetoprimsulfametoksazol, namun mayoritas isolat Salmonella masih peka terhadap quinolon dan seftriakson. Daftar Pustaka Vol.25 No.1 1. Kosek M, Bern C, Guerrant RL. The global burden of diarrhoeal disease, as estimated from studies published between Bull World Health Organ 2003; 81: Guerrant RL, Kosek M, Moore S, Lorntz B, Brantley R, Lima AAM. Magnitude and impact of diarrheal diseases. Arch Med Res 2002; 33: Black RE. Diarrheal Diseases. In: Nelson KE, Williams CM, Graham NMH, editors. Infectious disease epidemiology. Gaithersburg: Aspen Publishers Inc; p Olsen SJ, Bishop R, Brenner FW, Roels TH, Bean N, Tauxe RV, et al. The changing epidemiology of Salmonella: trends in serotypes isolated from humans in the United States, J Infect Dis 2001; 183: Mead PS, Slutsker L, Dietz V, McCaig LF, Bresee JS, Shapiro C, et al. Food-related illness and death in the United States. Emerg Infect Dis 1999;5: Chiu CH, Wu TL, Su LH, Chu C, Chia JH, Kuo AJ, et al. The emergence in Taiwan of fluoroquinolone resistance in Salmonella enterica serotype Choleraesuis. N Engl J Med 2002; 346: Hohmann EL. Nontyphoidal salmonellosis. Clin Infect Dis 2001; 32: Su L-H, Chiu C-H, Chu C, Ou JT. Antimicrobial resistance in nontyphoid Salmonella serotype: a global challange. Clin Infect Dis 2004; 39:

8 Lesmana, Surjawidjaja, Herwana, dkk Pola resistensi antibiotika Salmonella 9. Agtini MD, Soeharno R, Lesmana M, Punjabi NH, Simanjuntak C, Wangsasaputra F, et al. The burden of diarrhea, shigellosis, and cholera in North Jakarta, Indonesia: findings from 24 months surveillance. BMC Infect Dis 2005; 17: Bopp CA, Brenner FW, Wells JG, Strockbine NA. Escherichia, Shigella, and Salmonella. In: Murray PR, Baron EJ, Pfaller MA, Tenover FC, Yolken RH, editors. Manual of Clinical Microbiology. 7 th ed. Washington DC: American Society for Microbiology; p National Committee for Clinical Laboratory Standards. Performance standards for antimicrobial disk susceptibility tests. 6 th ed. M2- A6. Villanova (PA): NCCLS; National Committee for Clinical Laboratory Standards. Performance standards for antimicrobial susceptibility testing - 10 th informational supplement. M100-S11. Wayne (PA): NCCLS; Subekti D, Lesmana M, Komalarini S, Tjaniadi P, Burr D, Pazzaglia G. Enterotoxigenic Escherichia coli and other causes of infectious pediatric diarrheas in Jakarta, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Health 1993; 24: Oyofo B.A, Lesmana M, Subekti D, Tjaniadi P, Larasati W, Putri M, et al. Surveillance of bacterial pathogens of diarrhea disease in Indonesia. Diagn Microbiol Infect Dis 2002; 44: Tauxe RV. Emerging foodborne diseases: an evolving public health challenge. Emerg Infect Dis 1997; 3: Tollefson L, Altekruse SF, Potter ME. Therapeutic antibiotics in animal feeds and antibiotic resistance. Rev Sci Tech 1997; 16:

UNIVERSA MEDICINA ABSTRAK

UNIVERSA MEDICINA ABSTRAK UNIVERSA MEDICINA April-Juni 2007 Vol.26 - No.2 Perbandingan agar MacConkey, Salmonella-Shigella, dan xylose lysine deoxycholate untuk isolasi Shigella dari usap dubur penderita diare Julius E. Surjawidjaja

Lebih terperinci

Studi in vitro : hambatan zink sulfat terhadap pertumbuhan kuman Salmonella

Studi in vitro : hambatan zink sulfat terhadap pertumbuhan kuman Salmonella J Kedokter Trisakti Vol.23 No.3 Studi in vitro : hambatan zink sulfat terhadap pertumbuhan kuman Salmonella Julius E. Suryawidjaja *, Elly Herwana**, Adi Hidayat***, dan Murad Lesmana* * Bagian Mikrobiologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare terutama diare pada anak sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui program proyek desa

Lebih terperinci

Efek hambatan zink sulfat terhadap pertumbuhan Shigella spp.

Efek hambatan zink sulfat terhadap pertumbuhan Shigella spp. Universa Medicina Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1 Efek hambatan zink sulfat terhadap pertumbuhan Shigella spp. Elly Herwana* a, Julius E. Surjawidjaja **, Murad Lesmana **, dan Adi Hidayat *** * Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari baik cair maupun lembek. Diare merupakan salah satu penyebab tingginya

Lebih terperinci

UNIVERSA MEDICINA. Resistensi dari bakteri enterik : aspek global terhadap antimikroba

UNIVERSA MEDICINA. Resistensi dari bakteri enterik : aspek global terhadap antimikroba UNIVERSA MEDICINA Januari-Maret 2007 Vol.26 - No.1 Resistensi dari bakteri enterik : aspek global terhadap antimikroba Yenny* a dan Elly Herwana* ABSTRAK *Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Keywords: Diarrhea, Salmonella sp., Shigella sp., morbidity, hospitality primary health care.

Keywords: Diarrhea, Salmonella sp., Shigella sp., morbidity, hospitality primary health care. IDENTIFIKASI Salmonella sp. DAN Shigella sp. PADA TINJA ANAK DENGAN DIARE YANG BEROBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA PEKANBARU Esti Prihastika * Maya Savira ** Dewi Anggraini ** ABSTRACT Salmonella sp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu (Sukandar, 2008). Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen pelengkap minuman (Hadi, 2014). Es batu termasuk produk yang penting dalam berbagai bidang usaha

Lebih terperinci

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012 44 Artikel Penelitian Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 21 - Desember 212 Novilla Rezka Sjahjadi, Roslaili Rasyid, Erlina

Lebih terperinci

25 Universitas Indonesia

25 Universitas Indonesia 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap kloramfenikol, trimethoprim/ sulfametoksazol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI Lima puluh contoh kotak pengangkutan DOC yang diuji dengan metode SNI menunjukkan hasil: empat contoh positif S. Enteritidis (8%).

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan bakteri

Lebih terperinci

KEPEKAAN ISOLAT SALMONELLA ENTERITIDIS DAN SALMONELLA HADAR YANG DIISOLASI DARI DAGING AYAM TERHADAP ANTIBIOTIKA

KEPEKAAN ISOLAT SALMONELLA ENTERITIDIS DAN SALMONELLA HADAR YANG DIISOLASI DARI DAGING AYAM TERHADAP ANTIBIOTIKA KEPEKAAN ISOLAT SALMONELLA ENTERITIDIS DAN SALMONELLA HADAR YANG DIISOLASI DARI DAGING AYAM TERHADAP ANTIBIOTIKA (The Sensitivity of Salmonella enteritidis and Salmonella hadar isolated from chicken meat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

SHIGELLA. Klasifikasi. : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriaceae. : Shigella dysentriae

SHIGELLA. Klasifikasi. : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriaceae. : Shigella dysentriae Shigella dysentriae Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

DETEKSI KEBERADAAN PLASMID IncHI1 MULTI-LOKUS PADA Salmonella typhi YANG RESISTEN TERHADAP OBAT TIFOID DI MAKASSAR

DETEKSI KEBERADAAN PLASMID IncHI1 MULTI-LOKUS PADA Salmonella typhi YANG RESISTEN TERHADAP OBAT TIFOID DI MAKASSAR DETEKSI KEBERADAAN PLASMID IncHI1 MULTI-LOKUS PADA Salmonella typhi YANG RESISTEN TERHADAP OBAT TIFOID DI MAKASSAR DETECTION OF THE PRESENCE OF INCHI1 PLASMID MULTI- LOCUS IN SALMONELLA TYPHI AGAINST DRUG-RESISTANT

Lebih terperinci

FOOD BORNE DISEASES Lectures

FOOD BORNE DISEASES Lectures FOOD BORNE DISEASES Lectures Nur Hidayat Jur TIP FTP UB http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id Food borne diseases Food borne diseases (FBD) adalah penyakit akut yang terkait dengan konsumsi makanan Makanan

Lebih terperinci

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang 157 Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang Prevalence of Influenza Viruses (Influenza Like Illness) In Regional Laboratory Avian Influenza

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB

Lebih terperinci

POLA RESISTENSI KUMAN PENYEBAB DIARE TERHADAP ANTIBIOTIKA

POLA RESISTENSI KUMAN PENYEBAB DIARE TERHADAP ANTIBIOTIKA ARTIKEL PENELITIAN POLA RESISTENSI KUMAN PENYEBAB DIARE TERHADAP ANTIBIOTIKA Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Aslinar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS. Dr. M.

Lebih terperinci

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh : POLA KUMAN DAN RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE FEBRUARI-MARET TAHUN 2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit gastroenteritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit paru akibat nontuberculous. mycobacterium (NTM) semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit paru akibat nontuberculous. mycobacterium (NTM) semakin meningkat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit paru akibat nontuberculous mycobacterium (NTM) semakin meningkat. Di negara-negara maju, seiring menurunnya kejadian tuberculosis paru dengan adanya

Lebih terperinci

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI Oleh: RATNANINGTYAS SULISTYANINGRUM K100120154 FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia ABSTRAK Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia Kirby Saputra, 2008 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh peternak ayam petelur adalah gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi meliputi manajemen,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging Sampel daging sapi dan ayam diperoleh dari pasar-pasar tradisional di 12 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar pedagang daging sapi (54.2%)

Lebih terperinci

Pola kepekaan antibiotika Escherichia coli yang diisolasi dari berbagai spesimen klinis

Pola kepekaan antibiotika Escherichia coli yang diisolasi dari berbagai spesimen klinis J Kedokter Trisakti Oktober-Desember 2004, Vol. 23 No. 4 Pola kepekaan antibiotika Escherichia coli yang diisolasi dari berbagai spesimen klinis Hera Noviana Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan manusia dapat bersumber dari produk hewani maupun nabati. Salah satu sumber protein hewani yang dikenal masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan.demam tifoid dapat dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia patogen penyebab sakit perut yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat alami Salmonella sp adalah

Lebih terperinci

Penggunaan antibiotik dengan justifikasi

Penggunaan antibiotik dengan justifikasi Artikel Asli Pola Sensitifitas Bakteri dan Penggunaan Antibiotik Sri Sulastri Katarnida, Mulya Rahma Karyanti, Dewi Murniati Oman, Yusticia Katar SMF Anak RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Latar

Lebih terperinci

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Makanan dan minuman selain berfungsi dalam mendukung kesehatan juga bisa menjadi sumber penyakit bagi manusia.

Lebih terperinci

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO Siti Nurmanti Badu, Teti Sutriyati Tuloli, Nurain Thomas *) *) Jurusan Farmasi,

Lebih terperinci

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary) Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary) Pemberian antibiotik merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi. Manfaat penggunaan antibiotik tidak perlu diragukan lagi, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare, infeksi saluran nafas, malaria, tuberkulosis masih menjadi penyebab utama kematian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri genus Shigella dan dikarakterisasi dengan diare yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri genus Shigella dan dikarakterisasi dengan diare yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disentri basiler atau yang biasa disebut dengan Shigellosis saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang perlu perhatian. Penyakit ini disebabkan

Lebih terperinci

RESISTENSI SALMONELLA SPP. ISOLAT ITIK ALABIO TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA

RESISTENSI SALMONELLA SPP. ISOLAT ITIK ALABIO TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA RESISTENSI SALMONELLA SPP. ISOLAT ITIK ALABIO TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA ISTIANA Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan,

Lebih terperinci

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh: WULAN PRIATIWI K 100110108 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Survei Resistensi Antibiotik pada E. coli di Ternak, Manusia dan Lingkungan di Peternakan

Survei Resistensi Antibiotik pada E. coli di Ternak, Manusia dan Lingkungan di Peternakan Survei Resistensi Antibiotik pada E. coli di Ternak, Manusia dan Lingkungan di Peternakan Tujuan Mengetahui pola kepekaan bakteri pada peternakan babi dan ayam petelur skala kecil Mengetahui pola kepekaan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN IDENTIFIKASI DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh : ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat anggaran Rumah Sakit

Lebih terperinci

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009. POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009 Oleh: NG MEE SAN NIM: 070100275 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UJI IN-VITRO SENSITIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI SALMONELLA TYPHI DI KOTA PALU

UJI IN-VITRO SENSITIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI SALMONELLA TYPHI DI KOTA PALU UJI IN-VITRO SENSITIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI SALMONELLA TYPHI DI KOTA PALU Reska Perdana*, Tri Setyawati** * Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Typhoid fever (Demam tifoid) disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi), bersifat akut dan umumnya menyerang sistem RES (re

Typhoid fever (Demam tifoid) disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi), bersifat akut dan umumnya menyerang sistem RES (re Patologi Klinik Typhoid fever (Demam tifoid) disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi), bersifat akut dan umumnya menyerang sistem RES (reticuloendothelial system) Morbiditas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia, diketahui bahwa 10

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL Oleh NURLITA RIZQIANI NIM. 050112a066 PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH

Lebih terperinci

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN FEBRUARI-MARET 2016

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN FEBRUARI-MARET 2016 POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN FEBRUARI-MARET 2016 SKRIPSI Oleh : TRYAS SYARIFAH HANDAYANI K100120098 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia pathogen penyebab sakit perut yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai Salmonellosis. Habitat alami Salmonella sp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja lebih dari 200ml perhari atau buang air besar (defekasi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang beriklim tropis memiliki aneka ragam tumbuhan, yang mana beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang mengandung

Lebih terperinci

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh : POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER 2014 Oleh : DASTA SENORITA GINTING 120100251 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI Coliform PADA ES BATU DARI PENJUAL CAPPUCINO CINCAU YANG BERADA DI KELURAHAN KUIN SELATAN, KUIN CERUCUK DAN BELITUNG UTARA KOTA BANJARMASIN Inayah 1, Riza Alfian 2,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Campylobacter jejuni yang diuji dalam penelitian ini berasal dari wilayah Demak dan Kudus. Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro terdapat perbedaan karakter pola resistensi

Lebih terperinci

Resistensi Kuman Terhadap Antibiotika pada Kasus Infeksi Anak

Resistensi Kuman Terhadap Antibiotika pada Kasus Infeksi Anak Tinjauan Pustaka Resistensi Kuman Terhadap Antibiotika pada Kasus Infeksi Anak Wani Devita Gunardi* * Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi FK UKRIDA Alamat Korespondensi : Jl Terusan Arjuna No. 6 Jakarta

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Salah satu dari tujuan Millenium Development Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiga, antara tahun 1990 dan 2015. Pada kasus kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa

Lebih terperinci

Uji Sensitivitas Staphylococcus spp. Terhadap Beberapa Antibiotik Yang Berbeda (Sensitivity Test of Staphylococcus spp. to Different Antibiotics)

Uji Sensitivitas Staphylococcus spp. Terhadap Beberapa Antibiotik Yang Berbeda (Sensitivity Test of Staphylococcus spp. to Different Antibiotics) Jurnal Kajian Veteriner Vol. 2 No. 2 : 151-154 ISSN : 2356-4113 Uji Sensitivitas Staphylococcus spp. Terhadap Beberapa Antibiotik Yang Berbeda (Sensitivity Test of Staphylococcus spp. to Different Antibiotics)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit (Werner et al., 2010). Saat ini, penyakit infeksi masih menjadi masalah di

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine Tahun 201 ISBN: 978-602-196-2-8 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID

Lebih terperinci

UJI KEPEKAAN Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI DI KECAMATAN KUTA SELATAN TERHADAP BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SKRIPSI

UJI KEPEKAAN Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI DI KECAMATAN KUTA SELATAN TERHADAP BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SKRIPSI UJI KEPEKAAN Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI DI KECAMATAN KUTA SELATAN TERHADAP BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome) yang disertai dengan adanya infeksi pada organ tertentu berdasarkan hasil biakan positif di tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shigellosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ditemukan diseluruh dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju diperkirakan insiden

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii ABSTRACT Background : Tuberculosis is a leading cause disease of death in infectious diseases. Until now there are many cases of M. tuberculosis resistance to primary choice anti tuberculosis drugs (ATD).

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGOBATAN DEMAM TIFOID ANAK MENGGUNAKAN KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DI RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2001 2002

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGOBATAN DEMAM TIFOID ANAK MENGGUNAKAN KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DI RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2001 2002 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGOBATAN DEMAM TIFOID ANAK MENGGUNAKAN KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DI RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2001 2002 Lili Musnelina 1, A Fuad Afdhal 1, Ascobat Gani 2, Pratiwi

Lebih terperinci

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006 ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006 Dessy, 2007 Pembimbing Utama I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK. Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi yolk sac merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan pada anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Infeksi yolk sac dapat ditemukan

Lebih terperinci

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 2) UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 2) UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung 3 November 15 POLA RESISTENSI Pseudomonas sp. DARI SAMPEL PUS TERHADAP ANTIBIOTIK DI UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG PERIODE AGUSTUS 14-AGUSTUS 15 Sabrina Prihantika 1), Hendri Busman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang bermanifestasi klinis diare dengan darah (disentri). Secara umum, Shigella spp. bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama

Lebih terperinci

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was THE EVALUATION OF THE ACCURACY OF THE DOSE OF ANTIBIOTICS IN CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN INPATIENT INSTALLATION AT SULTAN AGUNG HOSPITAL SEMARANG AND AT NU ISLAMIC HOSPITAL DEMAK IN 2015 Sikni Retno

Lebih terperinci

POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK BAKTERI EXTENDED SPECTRUM BETA LAKTAMASES-PRODUCING ESCHERICHIA COLI

POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK BAKTERI EXTENDED SPECTRUM BETA LAKTAMASES-PRODUCING ESCHERICHIA COLI POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK BAKTERI EXTENDED SPECTRUM BETA LAKTAMASES-PRODUCING ESCHERICHIA COLI DARI SPESIMEN URIN DI RSUP H ADAM MALIK PERIODE JULI 2013-JUNI 2014 NANCY I SIAHAAN 110100235 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam penatalaksanaan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

= Campylobacter jejuni

= Campylobacter jejuni Campylobacter jejuni Campylobacter jejuni merupakan pantogen manusia yang terutama menyebabkan enteritis dan kadang-kadang invasi sistemik, terutama pada bayi. Bakteri ini merupakan penyebab diare yang

Lebih terperinci

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt Farmakoterapi I Diar dan konstipasi Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt DEFINISI Diare Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan dengan kondisi normal. BAB (defekasi) dengan jumlah tinja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia demam tifoid sering disebut dengan penyakit tifus. Penyakit ini biasa dijumpai di daerah sub tropis terutama di daerah dengan sumber mata air yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci