DARI SEBELUM PERSELINGKUHAN SUAMI DIKETAHUI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DARI SEBELUM PERSELINGKUHAN SUAMI DIKETAHUI"

Transkripsi

1 TINGKAT KEKERASAN SUAMI PADA ISTRI DITINIATT DARI SEBELUM PERSELINGKUHAN SUAMI DIKETAHUI OLEH ISTRI DAN SESUDAH DIKETAHUI OLEH ISTO SKRIPSI Oleh LUKY DEWIARYANTI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2002

2 DIkFTAHl I ni ro >^. DIKETAHl I OLEH ISTRI ^ SCSI UAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakulta* Psikologi Univcrsitas Islam Indonesia untuk memenuhi Sebagai Syarat Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S! Psikclofh Olei LI KV DEW? ARYANTJ %23I 075 FAKL'LTAS PSIKOLOGI INIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2002

3 Dipertahankan di Depan Penguji Ujian Skipsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Dan Diterima Lntuk Memenuhi Sebagai Syarat syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Sl Psikologi Pada Tanggal Mengesahkan Fakultas Psikologi I niversitas Islam Indonesia Dekan Dr. Sukarti DEWAN PENGUJI Tanda Tangan 1 Fuad Nashori. H, S. Psi.,M.Si. 2. Sukarti, Dr. 3. Sonny Andrianto, S. Psi.

4 ;l*> i5> ^ 4>,# <# ^ ^r ^ 0!

5 Skripsi ini kepersentbahkan untuk : Papa dan Mama tercinta yang selalu mendoakan ku Serta kakak dan kedua adikku tercinta IV

6 KATA PENGANTAR Assalammualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul "TINGKAT KEKERASAN SUAMI PADA ISTRI DITEVJAU DARI SEBELUM PERSELINGKUHAN SUAMI DIKETAHUI OLEH ISTRI DAN SESUDAH DIKETAHUI OLEH ISTRI" yang merupakan salah satu persyaratan kelulusan dan untuk meraih gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan pada diri penulis, sehingga penulis merasa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat menbangun demi perbaikan dalam penulisan pada skripsi ini sangat penulis harapkan. Sebelum itu dalam proses penyusunannya, yaitu mulai dari penelitian hingga selesainya skripsi ini, banyak sekali bantuarryang telah saya terima dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih yang sebesarbesamya dan juga permohonan maaf atas segala kesalahan yang penulis lakukan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada: 1. Ibu Dr. Sukarti, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia..

7 2. Bapak DR. H.Djamaluddin Ancok, P.hd selaku Dekan Psikologi UII yang pertama. 3. Bapak H. Fuad Nashori, S.Psi, M.Si, selaku Pembantu Dekan III sekaligus Dosen Pembimbing Utama dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Sony Andrianto, S.Psi, selaku Dosen Pembimbing Pembantu. 5. Ibu Retno Kumolohadi, Psikolog, selaku Dosen Pembimbing Akademik 6. Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan doa dan semangat buat Luky setiap saat sehingga apa yang Luky perbuat menjadi bermanfaat. 7. Kakak (Mbak Upik dan Mas Arif )dan Adik ku ( Fitri dan Efan ) tersayang yang telah memberikan, doa, dukungan, dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini. 8. Yang selalu bersama dan menemani Luky, Mas Irman,tenma kasih untuk sayang,perhatian, semangat, dukungan dan juga bantuan terutama bantuan dalam pengetikkan skripsi ini 9. Ibuibu responden yang telah meluangkan waktunya 10. Sahabatsahabat ku tersayang Dede, Sari, Yuni, Lady, El.y, Wulan, Ana, yang selalu menemani dalam suka ataupun sedih. 11. Rekanrekan seahnamater dan satu angkatan yang banyak membantu dalam proses belajar selama ini danjuga membantu dalam penyelesaian skripsi ini, Elicia, Dian, Ulfa, Hapsari, Ipeh, Sony, Zalvin, Wa.i, Oman, dan semua teman teman yang tidak dapat disebut satu persatu dismi 12. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini. VI

8 Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya persembahkan skripsi ini, semoga skripsi saya ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Yogyakarta, Juni 2002 Peneliti VI1

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPLRAN BABIPENDAHULUAN i 11 in IV v viii xi xii A. Latar Belakang Masalah B. Tujuan Penelitian C. Manfaat Penelitian D. Keaslian Penelitian. 0 lo BAB IILANDASAN TEORI A. Kekerasan Terhadap Istri Pengertian Kekerasan Terhadap Istri AspekAspek Kekerasan Terhadap Istri Sejarah Kekerasan Terhadap Istri FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kekerasan Suami Pada Istri 25 Io Vlll

10 B. Perselingkuhan Pengertian Perselingkuhan Dampak Fisiologis Perselingkuhan Dampak Psikologis Perselingkuhan 35 C. Pengaruh Perselingkuhan Terhadap Tingkat Kekerasan Suami Kepada Istri 38 D. Hipotesis 40 BAB III METODE PENELITIAN 42 A. Identifikasi Variabel Penelitian 42 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 42 C. Subjek Penelitian 43 D. Metode Pengambilan Data 43 E. Metode Analisis Data 48 BAB IV HASLL PENELITIAN 50 A. Persiapan Penelitian Subjek Penelitian Skala Penelitian 50 B. Pelaksanaan Penelitian 52 C. Hasil Uji Coba Alat Ukur 54 D. Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi Data Penelitian 57 E. Pembahasan 61 IX

11 BABVPENUTUP 65 A. Kesimpulan 65 B. Saran < < DAFTAR PUSTAKA 67

12 DAFTAR TABEL Tabel. I Kategori kekerasan 23 Tabel. II Kategori kekerasan 46 Tabel. Ill Blue print skala kekerasan sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri 48 Tabel. IV Blue printskala kekerasan setelah perselingkuhan diketahui oleh istri 48 Tabel. V Skala kekerasan terhadap istri sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri 56 Tabel. VI Skala kekerasan terhadap istri setelah perselingkuhan diketahui oleh istri 56 Tabel. VII Deskripsi subjek penelitian 57 Tabel. VIII Kategori skor variabel kekerasan pada istri 58 Tabel. IX Deskripsi data penelitian 59 XI

13 DAFTAR LAMPIRAN LAMPLRANA Skala Yang Digunakan Data Penelitian Skala Kekerasan Terhadap Istri Sebelum Suami Diketahui Berselingkuh Data Penelitian Skala Kekerasan Terhadap Istri Sesudah Suami Diketahui Berselingkuh LAMPIRAN B Analisis Butir. LAMPIRAN C Uji Asumsi Normalitas Uji Asumsi Homogenitas LAMPIRAND Analisis Penelitian Ujit LAMPIRAN E Suratljin Penelitian xn

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap istri oleh suami adalah fenomena yang universal. Derajat yang berbeda, kekerasan suami terhadap istri terjadi di semua wilayah melintasi batasbatas geografis, tingkat ekonomi, kelas ekonomi, kelas sosial dan juga budaya. Ini ditunjukkan oleh penelitian lintas budaya tentang kekerasan terhadap istri pada 14 wilayah oleh Brown & Campbell, 1992 (dalam Dewi, 1996) yaitu di Iran, India, IndoFiji, Taiwan, Kepulauan Marshal, Bun, Aborigin, desadesa Ekuador, Kuns, Kaisai, Garifuna, Nagoulsi dan Mayotte Counts. Divisionfor (he Advencement of Women, Centrefor Social Development & Humanitarian Affairs, saiah satu publikasi PBB (Hariadi, 1992), menyebutkan kekerasan terhadap perempuan terjadi dalam rumah tangga. Tindakan itu mencakup penganiayaan secara fisik, seksual dan psikologis. Ahli lain seperti Walker (Dewi, 1996) menyebutkan bahwa kekerasan terhadap istri adalah kekerasan secara fisik atau psikis yang dilakukan oleh pasangan intimnya. Hampir sama dengan pendapat Walker, di atas Straus & Gelles (1986) menyatakan bahwa kekerasan pada istri merupakan periiaku agresi yang mengarah pada tindakan agar orang lain, dalam hal ini istri, secara psikis atau fisik terluka. Grant (1991) menyatakan bahwa kekerasan suami secara fisik dapat berbentuk pemukulan, menampar, menjambak, mendorong, dan menendang. Kekerasan yang bersifat psikis atau emosional berupa periiaku mengejck, membentak atau mengancam.

15 Kekerasan seksual terjadi misalnya pada periiaku suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan intim atau menggunakan kekerasan pada proses hubungan intim. Kekerasan suami menghasilkan akibat yang berbahaya pada kondisi psikis maupun badan istri. Walker, Unger & Crawford, (dalam Dewi, 1996) melalui wawancaranya terhadap 120 perempuan yang mengalami kekerasan pada suaminya mencatat bahwa pihak istri mengalami penderitaan fisik seperti patah tulang, patah leher, bengkak pada mata dan hidung, luka di tangan, punggung dan kepala, sampai yang lebih parah seperti kehilangan ginjal atau perdarahan dalam. Walker, Unger & Crawford, (dalam Dewi, 1996) juga berpendapat bahwa istri yang mengalami kekerasan oleh suami menderita apa yang ia sebut sebagai Battered woman's syndrome. Battered woman's syndrome adalah perasaan tidak dapat ditolong (helplessness) pada istri karena istri berulang kali mengalami kekerasan suami dan merasa tidak memiliki satu cara apapun untuk melindungi diri atau melarikan diri dari kondisi itu. Butler, dkk (dalam Hyden, 1994) melaporkan adanya akibat lain seperti perasaan malu, terhina, dan terasing. Akibat psikis lain pada istri yang mengalami kekerasan bersifat tahan lama. Akibat ini merupakan simtom psikis seperti muncul depresi, impuls bunuh diri, sikap menyalahkan diri sendiri dan menurunnya kemampuan mempercayai orang lain dan membangun hubungan dekat (Hyden, 1994). Berbagai ahli berpendapat bahwa ketidakseimbangan kekuasaan seperti di atas, akan berdampak juga pada kepuasan perkawinan. Diungkapkan oleh Raven, dkk (1975) dan Madden (1987) bahwa istri akan mengalami ketidakpuasan dalam

16 perkawinan terutama jika suami bersikap dominan. Sebaliknya suami akan merasakan ketidakpuasan dalam perkawinan jika status quonya sebagai pemegang kekuasaan dalam keluarga digoyahkan oleh istri <Heavey, dkk, 1993). Hubungan suami istri yang seringkali disertai konflik antar mereka, sekali lagi terbentuk bisa terjadi kekerasan suami pada istri. Babcock, dkk (1993) dan Gray, dkk (1983) menjelaskan bahwa hubungan kekuasaan dengan kekerasan menjadi positif jika didahului dengan adanya ketidakpuasan dalam perkawinan. Menurut Babcock dan Gray, bisa saja suami istri berada dalam situasi ketidakseimbangan kekuasaan tetapijika mereka merasa puas dalam perkawinannya, maka kekerasan suami terhadap istri tidak akan terjadi. Ketidakpuasan perkawinan dianggap sebagai faktor pemicu terjadinya kekerasan suami terhadap istri. Walaupun kekerasan terhadap istri merupakan penyimpangan 'budaya' tetapi adalah semacam 'aturan' bahwa kekerasan terhadap istri merupakan yang sangat pribadi, di mana masyarakat tidak berani campur tangan sebelum salah satu pihak melaporkannya pada pihak berwenang (Hariadi, 1992). Faktor lain adalah berkaitan dengan shame culture yaitu pentingnya menjaga nama baik dan keutuhan keluarga, terutama pada keluarga yang center social litenya. ketat bersendikan pada tradisi dan adat. Dalam pada itu Prasetyarini (1990), lewat penelitiannya terhadap 100 keluarga di lima wilayah Jakarta, mengungkapkan bahwajarang terungkapnya tindak kekerasan terhadap istri adalah karena adanya ketakutan istri akan mendapat penganiayaan yang berat.

17 Perselingkuhan dalam perkawinan bukan sesuatu hal yang baru. Usianya mungkin sama dengan usia lembaga perkawinan itu sendiri. Perselingkuhan sendiri adalah penyebab tertinggi dari bertambahnya jumlah perceraian (Shappiro, 2000). Menurut Kinsey (dalam Shappiro, 2000), seorang pakar terkemuka dalam bidang seksualitas, sekitar setengah dari lelaki yang sudah kawin mengadakan hubungan seksual dengan perempuanperempuan lain pada suatu waktu. Kekerasan karena nafsu atau dorongan perasaan tibatiba akibat perselingkuhan sering terjadi. Bunuh diri dapat terjadi jika orang tidak diberi sesuatu perspektif dan penyelesaian terhadap problema tersebut. Perempuan mempunyai pengalaman dengan berbagai bentuk kekerasan fisik dan seksual, secara signifikan lebih cenderung bermaksud bunuh diri dalam suatu waktu dalam hidupnya daripada perempuan yang tidak teraniaya. Pada umumnya kaum wanita memandang perselingkuhan yang dilakukan suami dihubungkan dengan ketidakbergunaan mereka. Wanita cenderung sedih dan menyakiti diri mereka sendiri dan mempunyai kemungkinan memulihkan hubungan dan menjaganya agar tetap hidup walaupun butuh waktu lama untuk sembuh dari cedera emosional atas perselingkuhan yang dilakukan pasangannya. Sebaliknya, pria jikadiketahui berselingkuh cenderung marah dan memukul orang lain dengan kejam, sekalipun hanya dalam fantasi mereka. Berdasarkan penjelasan di atas jelas wanita mendapat perlakuan kekerasan secara emosi seperti mengintimidasi dengan sengaja (dengan teriakan dan membanting sesuatu), menyakiti perasaan dan secara tidak langsung menghina di depan orang lain, serta perlakuan secara fisik seperti memukul. Sebuah survei

18 yang dilakukan oleh Rifka Annisa Women's Crisis Centre pada tahun 1995 mengungkapkan bahwa dari 126 responden perempuan di Yogyakarta, 48% mengalami kekerasan emosional dan 23,3% mengalami penganiayaan fisik (Rifka Annisa WCC, dalam Hakimi, dkk, 2001). Banyak istri tidak mengetahui bahwa suaminya melakukan perselingkuhan, permasalahannya ketika mereka menemukan sejumlah gejala perubahan periiaku pasangannya yang terjadi secara drastis. Artinya, sebelumnya pasangannya tidak berperilaku demikian tetapi akhirakhir ini pasangan mereka berperilaku tidak seperti biasanya. Dari hasil uraian dari para kliennya Satiadarma (2001) mengungkapkan beberapa aspek gejala yang perlu diwaspadai dalam perubahan periiaku pasangannya antara lain: 1. Kerahasiaan Kerahasiaan merupakan tema sentral yang sering diajukan para istri sebagai landasan kecurigaan atas perselingkuhan yang dilakukan suami. Kerahasiaan terkait dengan periiaku suami yang menurut para istri cenderung menutupnutupi kegiatan yang mereka lakukan contoh jika istri menanyakan kegiatan suami di kantor, suami cenderung bersikap menghindar atau memberikan jawaban yang kurang dapat diterima oleh istri. Misalnya, suami mengatakan kepada istri untuk tidak usah menanyakan urusan kantor karena bukan urusan istri untuk mengetahuinya. Bahkan tidak jarang suami berperilaku marah terhadap istrinya dengan mengatakan bahwa istrinya terlalu mencurigai dirinya sehingga ia merasa tersinggung. Dengan demikian istri tidak berani bertanya lagi. 2. Perhatian

19 Secara logis tentunya hal ini mudah dipahami. Jika seseorang memeberikan perhatian kepada lebih dari satu orang, tentunya bobot perhatian kepada satu individu akan berkurang karena tersita oleh adanya perhatian kepada individu yang lainnya. Kehadiran wanita lain diluar kehidupan perkawinan seseorang mengakibatkan kapasitas perhatian suami kepada istri berkurang. Beralihnya perhatian suami baik sebagian kecil maupun sebagian besar dari istrinya kepada orang lain didasari oleh adanya selektivitas suami. Adapun faktor selektifini dipengaruhi baik oleh kebutuhan individu yang bersangkutan maupun dari isyarat yang ditampilkan oleh stimulus yang bersangkutan. Sifat selektif suami didasari oleh kebutuhan yang tengah ia miliki pada suatu saat tertentu dan adanya isyarat dari istri atau wanita lainnya. Isyarat ini meliputi dua aspek, yaitu: aspek fisik misalnya penampilan seseorang dan cara berpakaian seseorang. Dan aspek psikis misalnya pola hubungan interpersonal dan pola komunikasi antar individu Selanjutnya aspek seletivitas ini secara bertahap akan mempengaruhi atau bahkan membentuk otomatisasi. Sebagai contoh, tokoh wanita lain diluar perkawinan sepasang suami istri tentunya memiliki nama tertentu dan karakteristik suara tertentu. Nama dan karakteristik suara adalah bentuk isyarat. Ketika nama orang tersebut disebut, suami dari pasangan pernikahan itu secara otomatis tergugah perasaannya. Atau, l^etika ia mengangkat telepon dan mendengar isyarat suara dari wanita tersebut, perasaannya secara otomatis tergugah. Berikutnya, otomatisasi gugahan perasaan mempengaruhi kesadarannya pun akan terpengaruh. Apabila individu yang bersangkutan mampu

20 mengendalikan perasaannya, ia akan mampu mengendalikan kesadarannya. Demikian pula apabila kesadarannya terkendali, perasaannya tidak akan terlalu mudah dipengaruhi. 3. Lupa Hal yang erat kaitannya dengan perhatian adalah lupa. Banyak yang diantara mereka yang melaporkan suaminya berselingkuh mengeluh bahwa suami mereka melupakan berbagai hal yang selayaknya tidak dilupakan misalnya hari ulang tahun, hari pertunangan, dan hari pernikahan. Kembali perlu ditekankan bahwa mereka yang lupa hari ulang tahun pasangannya, hari pertunangan, dan pemikahan tidak berarti mereka berselingkuh. Lupa bisa terjadi karena hambatan mekanisme fisiologis akibat dari kerancuan pemetaan system penyimpanan data ingatan di otak. Hanya saja memang dapat dipahami bahwa kehadiran orang lain yang mengintervensi hubungan interpersonal pasangan pernikahan merupakan salah satu bentuk kondisi yang dapat menimbulkan proses lupa didalam ingatan seseorang. Dalam kasus perselingkuhan, penampilan wanita lain mungkin lebih menggugah isyarat emosional seseorang. Secara kontekstual hubungan emosional yang bersangkutan juga lebih erat dan keberadaan wanita lain tersebut lebih menggugah suasana hati seseorang dari pada keberadaan sitrinya sendiri. Jika seseorang menangkap isyarat tertentu maka isyarat tersebut akan membangkitkan ingatan tertentu yang mengintervensi ingatan lainnya. Seorang suami yang berselingkuh mungkin akan mengingat tanggal pertemuan awalnya dengan wanita lain di luar pernikahannya, dan tanggal tersebut mengintervensi ingatan pada

21 tanggal pertunangan dengan istrinya. Spesifikasi isyarat tidak cukup untuk mengintervensi suatu ingatan, karena mungkin saja ingatan yang sudah lama tertanam lebih kuat pengakarannya dari pada informasi yang barubaru ini terjadi. Mungkin saja konteks pertemuan yang bam terjadi menimbulkan impresi yang lebih kuat didalam diri seseorang dari pada konteks pertunangan yang telah terjadi relatifcukup lama. Aspek kontekstual ini pun sesungguhnya tidak cukup untuk mengintervensi ingatan tanpa adanya aspek suasana hati yaitu suasana hati seseorang memiliki peran besar dalam berlangsungnya proses mengingat. Jika suasana hati seseorang dalam peristiwa tertentu cukup mendukung, maka ia cendemng akan mengingat peristiwa tersebut secara lebih kuat hal ini berlaku baik dalam pengertian positif maupun negatif. Secara positif, misalnya roamntisme seseorang tengah tergugah ketika melangsungkan pertemuan tertentu, maka ia akan cenderung mengingat pertemuan tersebut secara lebih rinci. Secara negatif, misalnya seseorang mengalami peristiwa yang amat mengerikan dan ia cendemng mengingat peristiwa itu secara terns menems. Dalam hal ini temasuk kondisi traumatis yang sudah cukup banyak dipahami oleh orang banyak. 4. Sikap Perubahan sikap yang paling nyata dan sering terjadi dalam kasus perselingkuhan adalah : kecendemngan untuk merahasiakan sesuatu, bertindak defensif (mempertahankan diri), dan berbohong. Karakteristik perselingkuhan adalah hubungan yang bersifat rahasia. Apabila seseorang merasa rahasianya terancam maka cendemng bertindak defensif, misalnya mengatakan bahwa

22 pertanyaan pasangannya bukan suatu bentuk pertanyaan tetapi bentuk interogasi. Ia mengatakan bahwa pasangannya menyinggung perasaannya dengan pertanyaan tertentu. Akibatnya pasangannya kemudian mencoba tutup mulut. Hal ini membuat pelaku perselingkuhan untuk sementara waktu berhasil menghindari ancaman pengungkapan perselingkuhan. Disamping itu, ia jadi tambah waspada dengan ancaman yang mungkin timbul. Karena itu, ia kemudian sejumlah rencana bam untuk membohongi pasangannya. Tentunya ia menyusun strategi ini bersama dengan pasangan perselingkuhannya, dan dilakukan secara rahasia pula. Karenanya kerahasiaan itu sendiri sebagai hal yang memperkuat periiaku perselingkuhan, dan sikap membangun kerahasiaan memperkuat sikap untuk melanjutkan perselingkuhan. Sikap mempunyai fungsi evaluatif jadi, sikap seseorang terhadap sesuatu berkaitan erat dengan bagaimana orang tersebut mengevaluasi atau menilai suatu objek, situasi atau keadaan tertentu. Penilaian suami terhadap istri ( atau sebaliknya) akan mempengaruhi penggunaan label tertentu pada diri seorang istri. Yang dimaksud dengan label bukan saja nama tetapi juga julukan, isyarat suatu keadaan tertentu, situasi atau kandisi tertentu. Seperti bagus, jelek, indah, bumk, pandai, pandir, menyenangkan, menyedihkan, merepotkan, menggembirakan, pemarah, pendendam, cerewet, iri hati dan dengki adalah label. Setiap orang cenderung menilai dirinya sendiri maupun orang lain. Hasil penelitian tersebut berbentuk label. Dalam kasus hubungan suami istri, label yang diberikan suami kepada istri (atau sebaliknya) telah terlebih dahulu didasari oleh norma subjektif penilai. Yano

23 10 dimaksuk norma subjektif adalah ukuran pertimbangan subjektif yang dimiliki oleh peniiai itu sendiri. Adapun norma subjektif tersebut terbentuk dengan dilandasi oleh adanya reaksi emosional yang saling mempengaruhi dengan aspek penalaran yang dimiliki individu peniiai. Jadi, suami menilai istri secara subjektif dan istri pun melakukan hal yang sama karena masingmasing peniiai telah memiliki standar norma subjektif. Standar norma subjektif inilah yang mendasari evaluasi suami terhadap istri atau sebaliknya, dan evaluasi ini mempengaruhi sikap mereka. Di dalam kasus perselingkuhan, yang acap kali terjadi adalah salah satu pasangan, suami misalnya, mengevaluasi istrinya secara negatif : istri dianggap tidak mampu memenuhi standar norma subjektif yang dimilikinya, karena itu sikapnya menjadi negatif. Di lain pihak, si suami bertemu dengan wanita lain, yang pada saat itu mampu memenuhi kriteria norma subjektif yang dimilikinya, sehingga sikapnya terhadap wanita tersebut menjadi baik pula. 5. Kebersamaan Kebersamaan dapat berarti keadaan ada bersama secara fisik. Tetapi aspek fisik sematamata tidak membatasi pengertian kebersamaan. Karena mungkin saja terjadi lebih dari satu orang berada bersama di dalam suatu situasi dan kondisi tertentu namun tidak saling mengenal satu sama lain. Disamping batasan fisik, kebersamaan juga mencakup kehadiran secara psikis. Kalangan awam pun sudah cukup memahami bahwa aspek emosional memiliki peran penting dalam hubungan perkawinan seseorang. Cinta adalah emosional sifatnya. Berkurangnya kedekatan dan kelekatan hubungan emosional sering kali diinterpretasikan sebagai berkurangnya cinta. Berkurangnya hubungan emosional dimanifestasikan ke

24 11 dalam bentuk berkurangnya kehadiran emosional. Kehadiran emosional adalah kesediaan seseorang untuk memberikan respon emosional manakala ia menghadapi orang lain yang tengah mengalami gejolak emosional. Aspek persepsi juga merupakan indikator penting yang dapat digunakan untuk menditeksi tingkat keselarasan hubungan interpersonal. Makin besar kesenjangan persepsi antar individu makin renggang hubungan di antara keduannya. Banyak pengadu masalah perselingkuhan menyatakan bahwa pasangannya yang dicurgai berselingkuh akhirakhir ini sering tidak memeliki kesamaan pandangan dengan dirinya. Bahkan banyak diantara mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan titik temu dalam upaya untuk mengatasi kesenjangan pandangan. Selanjutnya, yang sering terjadi adalah perdebatan yang semakin hari semakin tinggi intensitasnya dan akhimya membawa mereka pada kondisi hubungan yang retak. Banyak istri mengadukan kecurigaan mereka tentang perselingkuhan yang dilakukan suaminya mengemukakan misalnya suami cendemng menjauh, suami tidak berminat berkomunikasi secara fisik suami ada bersamanya tetapi enggan bicara, suami sibuk sendiri dengan pekerjaannya, suami tidak menghargai sedikit pun upaya istri. Ada pula yang mengatakan bahwa akhirakhir ini suaminya sering melontarkan katakata kasar bahkan cendemng kotor, padahal sebelumnya tidak demikian. Akibatnya hubungan mereka terasa demikian renggang. Istri tidak lagi merasa berada dengan suaminya sehingga ia merasa demikian asing dihadapan suaminya. Kemudian secara bertahap timbul pula keraguan istri untuk bemsaha berada bersama dengan suaminya, sehingga kerenggangan hubungan semakin

25 12 terasa. Di dalam kasus, sering terjadi bahwa periiaku perselingkuhan memang secara sengaja membangun ketidakbersamaan ini dengan menunjukkan sikap tertentu sehingga memberi kesan hubungan renggang suami terhadap istri. Untuk mengantisipasi terjadinya perselingkuhan ada beberapa hal yang perlu dilakukan menumt Satiadarma (2001) antara lain : 1. Berada dalam pasangan perkawinan Keberadaan bersama pasangan perkawinan mempakan bukti paling nyata akan adanya niat dan tekad untuk mempertahankan keberadaan rumah tangga. Berada bersama secara fisik mempakan hal yang paling besar manfaatnya untuk menghindari peluang terjadinya perselingkuhan. Akan tetapi hal ini tidak senantiasa dapat dilangsungkan, karena banyak Iapangan kerja yang tidak memungkinkan individu untuk temsmenems dimmah. Di samping itu belum tentu minat kedua pasangan perkawinan adalah sama, bahkan mungkin minat mereka berbeda dan masingmasing ingin memiliki karir sendiri juga. Berada bersama psikologis artinya setiap saat mampu mendampingi pasangannya dalam berbagai keadaan baik mengatasi masalah kerja seharihari, hubungan interpersonal, juga mencakup kesediaan masingmasing pasangan untuk bersedia dihubungi setiap saat dibutuhkan. Misalnya dengan berkembangnya alatalat komunikasi modern dewasa ini mereka dapat memanfaatkan jasa telepon genggam untuk saling berhubungan satu sama lain bila dibutuhkan. Berada bersama menunjukkan kemginan untuk saling menemani, mendampingi pasangannya dalam berbagai situasi, khususnya dalam situasi yang sulit. Hal ini mempakan suatu kondisi yang sangat berkebalikan dari kondisi perselingkuhan.

26 13 Karena di dalam kasus perselingkuhan justru yang terjadi adalah masingmasing pasangan menghindari satu sam lain dan membenyuk hubungan dengan pihak lain diluar hubungan perkawinan mereka. 2. Membina komunikasi Komunikasi mempakan aspek yang sangat penting dalam hubungan antar manusia. Komunikasi adalah jembatan hubungan antar manusia. Komunikasi bersifat verbal dan non verbal. Komunikasi verbal mencakup halhal yang terkait dengan ucapan serta katakata, sedangkan komunikasi non verbal mencakup bahasa tubuh dan bahasa simbolik. Bahasa tubuh mencakup ekspresi wajah dan responrespon ketubuhan seperti misalnya menyentuh, memeluk, mencium dan sebagainya. Penggunaan katakata tertentu khususnya labellabel yang negatif sifatnya hams dihindari. Sebagai contoh kecendemngan mencemooh, menyalahkan, melontarkan katakata kotor hams dihindari. Bahkan dalam kontek prilaku kekerasan, penggunaan katakata kotor mempakan bentuk kekerasan secara psikis (verbal). Walau pun tidak selalu, namun banyak kasus perselingkuhan dibumbui dengan sikap saling mencemooh antar pasangan perkawinan. Memperbaiki frekuensi komunikasi hanya dapat dilakukan dengan peningkatan keberadaan pasangan secara bersamasama. Sedangkan kualitas komunikasi dapat diperbaiki melalui berbagai cara seperti menghindari lingkungan komunikasi yang buruk, memperoleh masukan tentang pola komunikasi yang baik. Contoh kongrit dari lingkungan komunikasi yang bumk adalah tontonan atau film serta bahan bacaan yang tidak mendidik. Masukan

27 14 tentang komunikasi yang baik dapat diperoleh dari bahanbahan bacaan ilmiah atau yang bersifat mendidik. Bahasa tubuh mempakan aspek penting dalam komunikasi. Sentuhan ketubuhan dapat bersifat kasar melalui pemukulan dapat pula bersifat halus melalui belaian. Pemukulan akan menimbulkan rasa sakit sedang belaian akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Sama hal nya kecendemngan mencemooh dalam aspek verbal, kecendemngan tindak kekerasan fisik pun hams dihindari. Pemukulan mempakan salah satu bentuk komunikasi untuk memerintahkan seseorang mentaati kehendak yang memukul. Akan tetapi cara ini mempakan suatu bentuk pemaksaan yang bersifat melecehkan hai individu untuk hidup bahagia. Karenanya cara seperti ini hams dihentikan. Sebaiknya para pasangan perkawinan lebih mengembangkan pola komunikasi dengan bujukan dan belaian kasih sayang. 3. Menghidupkan Keindahan Masa Lalu Banyak di antara pasangan perkawinan yang mengadukan berbagai masalah perkawinannya yang temyata tidak lagi melakukan kegiatan seperti dahulu ketika masih pacaran. Banyak pasangan perkawinan tidak lagi makan bersama, beriibur bersama kecuali jika dengan seluruh keluarga. Alasan yang dikemukakan bermacammacam, mereka yang sudah mempunyai anak mengatakan bahwa sulit meninggalkan anakanak mereka sendiri dimmah. Padahal selama mereka bekerja anakanak ditinggal bersama pembantu dimmah. Sebagaian dari mereka juga seolaholah memikirkan anakanak dengan mengatakan bahwa kasihan kalau anakanak tidak diikut sertakan berlibur bersama. Tetapi khususnya pelaku perselingkuhan, mereka berkesempatan untuk

28 15 berselingkuh tanpa memikirkan anakanak dan pasangan perkawinannya. Adalah suatu hal yang ironis bahwa mereka demikian khawatir akan perkembangan anakanaknya, akan tetapi mereka sendiri sering mengabaikan dampak lebih besar yang terjadi pada anakanak mereka jika mereka sendiri selaku orang tua mengalami konflik satu sama lain. Awal mula sebuah keluarga adalah sepakatan pasangan untuk hidup bersama. Pasangan itulah tonggak utama keluarga. Kesepakatan yang mereka buat bersama melalui proses yang relatif panjang. Biasanya dalam proses tersebut mereka membuat program kegiatan bersama. Kegiatan bersama tersebut adalah landasan yang hams mereka tegakkan dan pertahankan. Akan tetapi tidak lama perkawianan dilangsungkan mereka tidak lagi memperhatikan landasan perkawinan yang mereka bangun. Mereka melupakan landasan hubungan emosional diantara mereka dan membiarkan lapuk termakan waktu. Bahkan setelah timbul peristiwa percekcokkan diantara keluarga, mereka tetap mempertahankan untuk tidak lagi memperhatikan landasan perkawinan tersebut. Sungguh ironis seolaholah hubungan emosional hanya diberiakukan pada saat pacaran dan tidak lagi dalam hubungan perkawianan. Sungguh suatu hal yang kelim kalau menganggap kehidupan keluarga hanya dilandasi oleh kebutuhan ekonomi tanpa kebutuhan lain. Hubungan emosional pasangan perkawinan selayaknya lebih erat dari hubungan pacaran. Intensitas hubungan emosional pada masa pacaran dahulu selayaknya ditingkatkan dan bukan malah dikurangi dalam hubungan emosional perkawinan. Demikian pula halnya aspek ekonomi. Apalagi dalam masamasa sulit tentu bisa dimengerti bahwa kebutuhan ekonomi begitu

29 16 besar untuk menghidupi mmah tangga. Karena desakan serta tekanan kerja menjadi demikian besar. Ada memang orangorang professional yang diharapkan bahkan mengorbankan dirinya demi institusi atau masyarakatnya. Mereka ini memang telah memilih profesi diatas segalagalanya, bahkan mungkin mengorbankan keluarga mereka dan diri mereka sendiri. Pada dasarnya individu mencari kerja untuk menghidupi keluarganya, apalah makna sebuah keluarga jika anggota keluarga mengabaikannya demi kerja. Jika dukungan psikologi untuk keluarga tidak cukup sekalipun dukungan finansial yang cukup besar, ada kecendemngan anggota keluarga akan tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan harapan. Halihal seperti ini kiranya perlu dijadikan pertimbangan oleh pasangan perkawinan agar menyadari betapa besar manfaat untuk tetap mempertahankan dasar hubungan emosional mereka seperti pada masa pacaran. Bahkan jika mungkin meningkatkan intensitasnya dalam derajat hubungan yang lebih baik. 4. Berbagi Pengertian berbagi disini lebih konkret sifat dan sering kali cendemng dihindari oleh sejumlah pasangan karena berbagai alasan tertentu baik yang masuk akal maupu tak masuk akal. Alasan masuk akal misalnya pemisahan rekening dilakukan untuk merinci biaya kebutuhan mmah tangga secara terpisah dengan biaya kebutuhan bisnis. Alasan tak masuk akal misalnya istri tidak perlu mengetahui rekanrekan bisnis suami atau suami tidak perlu mengetahui rekanrekan kerja dan kegiatan sosial istri. Contoh berbagi yang dimaksud misalnya berbagi dalam segi keuangan, artinya suami dan istri mempunyai rekening yang

30 17 sama di bank, sehingga masingmasing pihak dapat memeriksa keuangan mereka. Ada berbagai alasan khusus yang bersifat hukum memang untuk membuat rekening secara terpisah dalam halhal tertentu namun yang lebih penting disini sebenarnya adalah kedua belah pihak memiliki jalur untuk dapat mengakses informasi dari masingmasing pihak. Hal ini hendaknya dilakukan bukan atas dasar pemaksaan atau kehamsan melainkan atas kesadaran kedua belah pihak bahwa mereka tidak memiliki kerahasiaan apapun dalam hubungan satu sama lain sebagai suami istri. Banyak para pasangan merasa keberatan dengan cara ini. Alasan yang mereka kemukakan adalah masalah privacy (privasi). Benarlah bahwa privasi tidak hams mengakibatkan perselingkuhan, namun perselingkuhan mempakan bentuk penyalahgunaan privasi, dan privasi memperlebar peluang terjadinya perselingkuhan jika individu yang bersangkutan tidak mampu mengendalikan diri. Jadi bentuk usaha berbagi seperti ini sesungguhnya mempakan alat Bantu bagi individu yang bersangkutan untuk lebih mengendalikan diri. Ia sendiri hams bersedia memiliki niat dan tekad untuk mengendalikan diri, dan bila mana perlu memperoleh bantuan hal atau orang lain untuk mengendalikan dirinya. Berdasarkan fenomena yang ada peneliti bermaksud untuk mengetahui sejauh mana pengamh atau dampak periiaku kekerasan terhadap istri, ketika suami melakukan perselingkuhan, sehingga dengan adanya penelitian mi kita dapat mengetahui apakah benar jika suami diketahui berselingkuh kekerasan terhadap istri meningkat.

31 18 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kekerasan suami terhadap istri sebelum perselingkuhan suami di ketahui oleh istri dan sesudah diketahui oleh istri. 1. Manfaat Teoritis C. Manfaat Penelitian a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan memperluas wawasan dalam melihat peristiwa kekerasan terhadap istri. b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bidang psikologi sebagai bahan pemikiran dan penelitian lebih Ianjut mengenai kekerasan pada istri. 2. Manfaat Praktis Pemahaman dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan bagi para abli psikologi, ilmu sosial, penegak hukum, dan pekerja sosial untuk lebih memperhatikan masalahmasalah perempuan. D. Keaslian Penelitian Setelah mencermati hasil penelitian mi tentang kekerasan dalam mmah tangga memang sudah ada yang melakukan penelitian. Sebagian ada yang menjadi referensi bagi peneliti. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang sudah ada adalah variabel bebasnya yaitu, keterkaitan perselingkuhan yang dilakukan oleh suami, dengan tingkat kekerasan pada istri

32 19 sebelum perselingkuhan suami di ketahui oleh istri dan sesudah di ketahui oleh istri. Riset lain yang pernah dilakukan dengan topik kekerasan terhadap istri : 1. Kekerasan Suami Pada Istri di Masyarakat Perkotaan Yogyakarta Ditinjau Dari Marital Power Dan Kepuasan Perkawinan Suami (Dewi, 1996). Dengan hasil penelitian, tingkat kekerasan pada istri dalam penelitian ini tergolong rendah, sedang tingkat marital power dan kepuasan perkawinan suami terrnasuk tinggi. 2. Konsep Diri Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Winta, 2001) Dengan hasil penelitian, menunjukkan perempuan korban kekerasan dalam mmah tangga cendenmg memiliki konsep diri negatif. Ketika berhadapan dengan pasangannya, mempunyai perasaan tidak aman, kurang penerimaan terhadap din' sendiri. Sejauh ini yang meneliti tentang topik yang akan diteliti oleh peneliti belum ada, sehingga dapat dikatakan topik penelitian ini masih bam dan belum ada yang meneliti.

33 BABH LANDASAN TEORI 1. Pengertian Kekerasan Terhadap Istri A. Kekerasan Terhadap Istri Literatur yang membahas kekerasan terhadap istri memiliki beberapa istilah untuk kekerasan terhadap istri, misalnya kekerasan dalam mmah tangga (domestic violence), penganiayaan terhadap istri (Wife Abuse), penganiayaan dalam perkawianan (marital assault), kekerasan terhadap perempuan (woman battery), penganiayaan suami (spouse abuse), pemukulan terhadap istri (wife beating), kekerasan dalam perkawinan (conjugal violence), kekerasan yang sering terjadi (intimate violence), kekerasan (battering), kekerasan yang dilakukan oleh pasangan (partner abuse), ( dalam Dewi, 1996). Division for the Advencement of Women, Centre for Social Development and Humanitarian Affairs, salah satu publikasi PBB (Hariadi, 1992) menyebutkan bahwa kekerasan terhadap istri adalah tindakan yang terrnasuk pada pengertian kekerasan terhadap perempuan dalam tindakan itu mencakup penganiayaan secara fisik, seksual dan psikologis. Walker (dalam Dewi, 1996) menyebutkan bahwa kekerasan pada istri adalah kekerasan secara fisik atau psikis yang dilakukan oleh pasangan intimnya. Walker (dalam Straus &Gelles, 1986) menyatakan bahwa kekerasan terhadap istri merupakan periiaku agresi yang mengarah pada tindakan agar orang lain dalam hal mi istri secara psikis atau fisik terluka. 20

34 21 Grant (1991) dengan tekanan yang sama dalam karyanya Breaking the Cycle of Violence, mendefinisikan kekerasan domestik pola sebagai pola periiaku menyerang (assaultive) dan memaksa (coersive), terrnasuk serangan secara fisik, seksual dan psikologis, juga pemaksaan secara ekonomi, yang dilakukan oleh orang dewasa kepada pasangan intimnya. Hasbianto (dalam Hakimi, 2001), peneliti dari Riska Annisa (Women's Crisis Centre) Yogyakarta, membatasi pengertian kekerasan dalam mmah tangga (domestic) sebagai suatu bentuk penganiayaan (abuse) secara fisik maupun emosional atau psikologis yang mempakan suatu cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan mmah tangga. Grant (1991) menyatakan bahwa kekerasan secara fisik dapat berbentuk pemukulan, menampar, menjambak, mendorong dan menendang kekerasan yang bersifat psikis atau emosional bempa periiaku mengejek, membentak atau mengancam. Sedangkan kekerasan seksual terjadi misalnya pada periiaku suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan intim atau menggunakan kekerasan pada proses hubungan intim. Kekerasan suami terhadap istri adalah berbagai bentuk periiakubaik psikis (verbal atau non verbal), fisik maupun seksual yang dilakukan suami dengan maksud untuk melukai fisik atau emosi yang dapat menyebabkan keamanan dan hidup istri dalam batas yang mengkhawatirkan. 2. Aspekaspek Kekerasan Terhadap Istri Menurut Konstmksi Ptacek (dalam Dewi, 1996) aspekaspek kekerasan meliputi:

35 22 a. Kekerasan Psikis, terdiri dari kekerasan verbal yang meliputi: tindakan mengancam untuk melukai atau membunuh, mengancam akan menceraikan,melukai perasan dan harga diri dengan katakata. Dan kekerasan non verbal seperti tidak mau bertanggung jawab secara ekonomi, menolak berkomunikasi dengan tandatanda bahasatubuh. b. Kekerasan fisik, bempa kekerasan fisik seperti menampar, menarik rambut, melempar dengan barang, memukul dengan benda keras, menendang, mendorong tubuh istri, mencekik dan menggunakan sejata tajam untuk melukai. c. Kekerasan seksual, yaitu memaksa langsung untuk melakukan hubungan seksual. Dewi (1996) menambahkan kategori kekerasan meliputi: a. Kekerasan psikis (verbal dan non verbal) Kekerasan verbal ringan seperti.bertengkar dengan sedikit berteriak, kekerasan verbal cukup seperti:menyinggung dengan katakata tajam,kekerasan verbal beratseperti.mencela didepan umum, membentak. Dan kekerasan non verbal ringan seperti: mengacuhkan istri, kekerasan non verbal cukup seperti: keluar ruangan dengan membanting pintu, menghentakkan kaki. Kekerasan non verbal berat seperti: mengancam menceraikan, mengancam mencari wanita lain. b. Kekerasan fisik Kekerasan fisik dimulai dari yang ringan seperti mendorong tubuh istri tidak kuat, menuju ke kekerasan yang cukup seperti menampar, menarik rambut istri,

36 23 sampai kepada kekerasan berat seperti memukul, melukai dengan senjata tajam. Kategori kekerasan secara lebih lengkap bisa dilihat pada tabel I Tabel. I I Klasifikasi Kekerasan Verbal Ringan Bertengkar dengan sedikit berteriak Sedang Menyinggung Mengomentari tubuh istri Berat Mencela terus menerus. Mengungkit kejelekan istri secara terus menerus. Membentak Mengumpat Mencela di depan umum Kategori Psikis! Fisik Non Verbal Acuh tak acuh Mengancam Keluar ruangan dengan menghentak kaki. Keluar ruangan dengan membanting pintu. Mengancam menceraikan Mengancam mencari wanita lain. Tidak memberi nafkah ekonomi Menolah berhubungan intim Menggebrak meja dihadapan istri. Melempar barang (tidak ke arah istri) Membanting barang Memukul Mendorong (tidak kuat) Mencengkeram Mendorong (hampir jatuh) Menampar Menarik rambut menendang mencekik memukul (dengan tangan kosong) memukul (dengan benda keras) memukul sampai luka mencoba melukai (dengan senjata tajam) mencoba membunuh memaksa berhubngan intim (dengan fisik). Melukai (dengan senjata tajam) 3. Sejarah Kekerasan Terhadap Istri Kekerasan terhadap istri adalah fenomena universal baik ditinjau dari rentang waktu terjadinya maupun konteks di mana kekerasan itu terjadi. Fenomena kekerasan pada istri dapat diketahui terjadinya pada saat fenomena ini atau masa lampau. Fenomena ini juga dapat ditemukan di setiap lapisan masa dengan tingkat ekonomi sosial, agama dan budaya.

37 24 Langley dan Levy (1987), mereka menjelaskan bahwa terjadinya kekerasan terhadap istri dimulai dengan adanya usaha membedakan fungsi lakilaki dan perempuan pada masa awal sejarah peradaban manusia. Pada awalnya lakilaki adalah pemburu, begitu pula perempuan. Dalam menjalankan tugas ini perempuan menjadi berkurang kemampuannya terutama pada saat mereka mengalami menstruasi atau sedang mengandung. Perbedaan peran yang berakar dalam perbedaan fisiologis ini kemudian melahirkan konsep keunggulan lakilaki atas perempuan. Kemudian berkembang sistem sosial, konsep keunggulan lakilaki ini bembah menjadi satu hukum yang tetap dan dijadikan satu kepastian yang tidak dapat bembah dalam hukum adat, tata nilai sosial, norma keagamaan, peraturan dan hukum. Pada akhirnya lakilaki dianggap menempati posisi di atas perempuan. Posisi ini melegitimasi kuasa dan wewenang lakilaki atas perempuan, sehingga ia berhak untuk membuatnya patuh, mendisiplinkan dan mendidik bila perlu bahkan dengan menggunakan cara kekerasan. Fakta sejarah tentang kekerasan terhadap istri juga disebutkan oleh Dobash dan Dobash (dalam Gelles, 1995). Mereka menyebutkan bahwa perlakuan suami di masa Romawi kuno yang dapat menghukum, menceraikan atau membunuh istrinya di Iapangan orang dewasa, dalam acara mabukmabukan, atau dalam permainan umum. Daly juga menyebutkan contoh Iain yaitu adanya tradisi membakar janda di India, upacara mengikat kaki perempuan di Tiongkok dan pembantaian perempuan yang didakwa menjadi dukun di Eropa pada masa "pencerahan" Bhasin (dalam Dewi, 1996).

38 25 Indikasi tentang masifnya kekerasan pada istri juga dapat ditemukan dalam bidang hukum. Pada abad pertengahan (sekitar abad 15) di Eropa, suami dibebaskan untuk memukul istrinya meskipun kekerasan brutal dianggap sebagai kebumkan. Pada waktu yang sama, di Wales, Inggris, lahir peraturan yang mengijinkan suami memukul istri yang tidak disiplin dengan tiga pukulan menggunakan tongkat sepanjang lengan dan setebal jan tengah. Peraturan ini kemudian diberiakukan di wilayahwilayah hukum Inggris yang dikenal sebagai rule ofthumb. Istilah rule ofthumb diartikan sebagai suami berhak menyiksa istri dengan cambuk atau rotan asalkan ukurannya tidak lebih besar dari ibu jarinya (Dewi, 1996). Dua ratus tahun sebelumnya suami bahkan disahkan melakukan kekerasan dalam bentuk apapun dengan menggunakan alasan "mengajari" istrinya. Mencermati sejarah di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekerasan suami terhadap istri telah teijadi seiring dengan evolusi peradaban manusia. Kekerasan terhadap istri terns terjadi di masa sekarang dan masa datang karena sulit ditemukan kapan kekerasan pada istri dapat berhenti, sehingga menumt Calvert (dalam Langley &Levy, 1987) menyatakan bahwa tidak ada waktu yang jelas kapan seseorang dapat mengatakan tahun berapa atau dalam dekade berapa seorang suami akan kehilangan kekuasaannya untuk memukul istri. 4. Faktor yang Mempengamhi Kekerasan Suami pada Istri Faktor yang mempengamhi pelaku (suami) melakukan tindakan kekerasan pada istri adalah sebagai berikut:

39 26 a. Proses belajar sosial (Social learning). Pria pelaku belajar mengekspresikan kemarahan mereka dengan kekerasan karena pengalaman dari keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pria yang melakukan kekerasan melihat ayah mereka menganiaya ibu atau mengalami menjadi korban kekerasan dalam kekerasan. Ada juga pengalaman melihat pemukulan yang dilakukan orang tua (parental hitting) sangat mempengaruhi penerimaan suami terhadap istri apabila istri memukul lebih dulu. Dan menumt Conte (Dewi, 1996) menyebutkan selain akibat di atas, juga akan muncul periiaku delikuen, kriminal dan kekerasan lebih sering daripada pria yang tidak menyaksikan kekerasan dalam keluarga ketika kecil. b. Frustrasi atau stres akibat ketidakpuasan terhadap penghasilan dan pekerjaan. Hal ini dibuktikan oleh Howel & Piglieshi, Unger, (dalam Dewi 1996) yang mengatakan bahwa para penganggur dan pekerja rendahan (blue collar) mempunyai tingkat kekerasan pada istri yang tinggi. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Lockhort (1987) dan Gelles (1980). Walaupun demikian Sculmant (dalam Gelles, 1980) dan Langley & Levy (1979) mengindikasikan bahwa kekerasan pada istri dapat terjadi pada semua kelas status sosial ekonomi. c. Hasil sosialisasi peran gender, sudah menjadi tradisi bahwa istri dianggap milik suami dan dihamskan menumt pada suami. Menumt Grant (1991) secara sosial dan telah berlangsung sejak lama lakilaki dipercayai untuk mengontrol dan menggunakan kekerasan fisik ketika diperlukan untuk mempertahankan dominasinya. Dapat dikatakan bahwa lakilaki kedudukannya lebih tinggi

40 27 (superior) dari istrinya karena secara norma sosial, agama, maupun budaya lakilaki dianggap menempati kedudukan di atas perempuan. d. Adanya dukungan budaya. Penelitian lintas budaya yang dilakukan oleh Campbell, Levinson, Erchak &Rosenfeld (Grant, 1991) menunjukkan bahwa pemukulan terhadap istri dipengamhi oleh faktorfaktor sosial dalam masyarakat. Hal ini menyangkut toleransi pada kekerasan, tingkat kompetensi antara lakilaki dan perempuan. e. Adanya sifatsifat tertentu yang menyebabkan suami cendemng lebih sering melakukan kekerasan pada istri. Menumt Langley dan Levy (1987), sifatsifat yang terdapat pada lakilaki yang memukul istrinya adalah rasa percaya diri yang rendah, ketrampilan komunikasi yang kurang, kurangnya kontrol terhadap impuls, memiliki kebutuhan yang tinggi untuk mengontrol orang lain, punya kecendemngan menyalahkan korban atau faktor lain (seperti stres, alkohol atau obatobatan) atas periiaku mereka. f. Adanya penggunaan alkohol dan obatobat terlarang. Langley &Levy (1987) menyebutkan bahwa 40 persen hingga 95 persen kasuskasus penyiksaan istri yang terjadi di Amerika disebabkan pengamh alkohol. Hotaling &Sugarman juga menemukan hubungan positif antara agresi fisik dengan penggunaan alkohol (Dewi, 1996). Sedangkan Grant (1991) yang mengutip beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Aritchlow, Taylor &Leonard, Phil &Smith, serta Gondolf &Foster, menyebutkan bahwa tidak ditemukan indikasi sebab dan konsumsi zatzat kimia tertentu dalam pola periiaku koersif. Dengan

41 28 demikian, penggunaan alkohol dan zatzat kimia lainnya tidak dapat dijadikan penyebab terjadinya kekerasan suami pada istri. g. Adanya anggapan bahwa kekerasan merupakan cara untuk menyelesaikan masalah (Langley dan Levy, 1987). Hal ini terutama terjadi pada masyarakat yang terbiasa menggunakan kekerasan sebagai cara berkomunikasi. h. Usia. Status usia mempunyai hubungan negatif dan agresi fisik pada keluarga makin bertambah usia semakin rendah tingkat kekerasan dan sebaliknya (Dewi, 1996). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kekerasan suami terhadap istri adalah proses belajar sosial, frustrasi atau stres yang disebabkan oleh penghasil dan pekerjaan, sifatsifat tertentu pada individu, dukungan budaya dan sosialisasi gender, pengamh alkohol dan obatobatan terlarang serta anggapan bahwa kekerasan sebagai penyelesaian masalah serta faktor usia. Selain faktorfaktor di atas salah satu penyebab meningkatnya kekerasan terhadap istri adalah periiaku perselingkuhan yang dilakukan suami. Menumt Zillman (Bailey, 1988), gelora emosi erotik dengan mudah dapat diubah menjadi reaksi agresif. Hal ini mungkin ikut menjelaskan mengapa sebagian besar pembunuhan diawali oleh pertengkaran antara orangorang yang saling mencinta. Dalam hal ini orang yang saling mencinta mempunyai ikatan emosi yang sangat kuat sehingga jika ada saling kesalahpahaman atau intervensi dari orang lain yang sekiranya mengganggu perkawinan dapat dengan mudah bembah menjadi kemarahan yang selanjutnya teriampiaskan dalam kekerasan.

42 29 Karena tekanan kecemasan ataupun kelakuan yang berlebihlebihan, maka diri kadangkadang terpaksa mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau mereduksi tegangan. Caracara yang demikian disebut mekanisme pertahanan. Para pelaku perselingkuhan biasanya melakukan hal tersebut sebagai kompensasi rasa bersalah dan rasa ketidakberdayaannya menghadapi istri. Menumt teori Freud (dalam Sumadi Suryabrata, 2002) bentukbentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah: a. Penekanan atau represi b. Proyeksi c. Pembentukan reaksi d. Fiksasi e. Regresi Semua mekanisme pertahanan itu mempunyai kesamaan sifatsifat yaitu: 1. Kesemuanya itu menolak, memalsukan atau mengganggu kenyataan. 2. Kesemuanya itu bekerja dengan tidak disadari, sehingga orangnya yang bersangkutan tidak tahu (tidak menginsyafi) apa yang sedang terjadi. a. Penekanan atau represi Penekanan adalah pengertian yang mulamula diberikan oleh psikoanalisis. Penekanan dapat berupa bentuk melawan rintangan (ami cathexis) sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri. Pelaku perselingkuhan yang perilakunya mulai dicurigai atau diketahui istri biasanya untuk mempertahankan dirinya dengan cara berperilaku agresif. Marahmarah jika ditanya oleh istri dan jika benarbenar telah diketahui berselingkuh lebih sering melontarkan katakata kasar

43 30 dan cenderung memakai kekerasan fisik sebagai kompensasi rasa malu dan rasa ketidakberdayaan karena perbuatan mereka telah diketahui istri. Sekali penekanan itu telah terbentuk, maka akan sukarlah untuk dihapuskan, orang hams meyakini dirinya kembali, bahaya tidak ada. Tetapi dia tidak akan memperoleh keyakinan kembali yang demikian itu sebelum penekanannya dihilangkan, sehingga dia dapat mentest kenyataan. Dalam arti periiaku kekerasan suami yang dilakukan kepada istri akan terns berlangsung selama apa yang menjadi tekanan dalam hal ini periiaku perselingkuhan itu sendiri dihentikan. Bam kemudian dalam mmah tangga atau kekerasan terhadap istri dikarenakan masalah perselingkuhan suami akan berangsur menghilang. b. Proyeksi Diri lebih mudah menghadapi ketakutan yang realistis daripada ketakutan neurotis dan ketakutan atau kecemasan itu dapat ditunjukkan terdapat di dunia luar dan bukan impulsimpuls primitifhya atau ancaman kata hatinya, orang agaknya akan mendapatkan keinsyafan yang lebih besar mengenai ketakutannya itu. Mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah ketakutan neurotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realistis. Inilah yang disebut proyeksi. Pengubahan ini mudah dilakukan, karena ketakutan akan hukuman dari luar. Suami yang berselingkuh untuk menghindari tumpahan kesalahan dari orangorang di luar keluarganya. Suami cendemng mempertahankan diri dengan menumpahkan kesalahan kepada istri atas perselingkuhan yang terjadi. Contoh: suami menganggap istri sudah tidak becus mengurus umah, suami merasa tidak nyaman berada di dalam mmah, karena ketakutan akan pandangan negatif orang

44 31 terhadap pelaku perselingkuhan (suami), maka suami akan menceritakan halhal tersebut kepada orang lain agar pandangan kepada dirinya tetap positif. c. Pembentukan Reaksi Pembentukan reaksi adalah penggantian impuls atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya di dalam kesadaran. Misalnya benci diganti dengan cinta. Biasanya pembentukan reaksi ditandai oleh sifat yang berlebihlebihan. Bentukbentuk yang ekstrem dan sesuatu tingkah laku biasanya menunjukkan pembentukan reaksi. Suami yang berselingkuh biasanya mampu memberikan perhatian, mengingat harihari penting dan berada bersama tetapi dapat diwujudkan dengan bentukbentuk reaksi yang berlebihan seperti memperhatikan istri dengan caracara yang berlebihan, memberikan sesuatu kepada istri secara berlebihan lain seperti kebiasaan yang ada. d. Fiksasi Pada perkembangan yang normal, kepribadian akan melewati fasefase yang sedikit banyak sudah tetap dari lahir sampai mencapai kedewasaan. Orang mungkin mengalami fiksasi pada suatu fase yang lebih awal, karena menginjak fase berikutnya membawa kecemasan atau ketakutan baginya. Anak yang terlalu bergantung kepada orang tua adalah contoh bagaimana fiksasi itu sebagai mekanisme pertahanan bekerja, katakuran untuk menentukan pilihan hidup (bekerja, menikah) karena sedan kecil terasa tidak diberi tanggung jawab oleh orang tua.

45 32 e. Regresi Regresi sangat erat hubungannya dengan fiksasi itu. Di sini, orang yang mendapat pengalaman traumatis kembali kepada fase perkembangan yang lebih awal, yaitu fase perkembangan yang telah ditinggalkan atau dilewatinya. Contoh suami yang mendapat kesukaran dengan istrinya mungkin mencari kenyamanan dengan mencari wanita lain sesuai dengan keinginannya. Jalan regresi biasanya ditentukan oleh fiksasi yang telah dialami lebih dahulu. Pada umumnya fiksasi dan regresi adalah keadaan nisbi, artinya seseorang jarang benarbenar mengalami fiksasi dan regresi, lebih tepat kalau dikatakan bahwa kepribadian cenderung untuk melingkupi infantilisme. Menumt Satiadarma (2001), pembahan emosional dialami individu yang melakukan perselingkuhan seperti pembagian perhatian yang secara bersamaan membutuhkan energi yang lebih besar dari pada jika individu hanya memusatkan perhatian pada satu hal saja. Besamya energi yang digunakan akan mempengaruhi kondisi psikofisik yang bersangkutan. Makin besar energi yang digunakan makin cepat pula individu yang bersangkutan mengalami kelelahan (exhaustion). Karena penyusutan daya pertahanan ini menyebabkan individu menjadi lebih sensitif terhadap tekanan yang dihadapi. Sensivitas ini menyebabkan individu menjadi lebih mudah tersinggung, lebih mudah marah, dan periiaku kurang terkendali. Kondisi seperti ini sering dilaporkan oleh para istri yang suaminya berselingkuh. Mereka mengatakan bahwa suami mereka cendemng menjadi

46 33 pemarah padahal sebelumnya tidak demikian. Femina edisi 10/XXX( Maret 2002) juga menyebutkan bahwa berselingkuh adalah terrnasuk jenis kekerasan psikis. B. Perselingkuhan 1. Pengertian Perselingkuhan,m Kata selingkuh menumt Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988 (dalam Kedaulatan Rakyat, 3Desember 2001) berarti tidak bertems terang, tidak jujur, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, curang atau serong. Ada asumsi bahwa perselingkuhan mempakan pelanggaran kepercayaan yang dapat memgikan bagi orang lain atau dapat memsak dan menghancurkan hubungan yang telah dibina dengan pasangannya sehingga dapat mengekalkan gangguan dalam sebuah hubungan dan membuat penempaan kasih sayang yang intim sangat tidak mungkin. Ada juga pendapat mengatakan bahwa orang yang dikhianati oleh pasangannya yang melakukan hubungan seksual dengan orang ketiga, entah cuma kencan semalam atau sebagai bagian dari keterikatan emosional yang berjangka panjang. Tetapi tidak sedikit yang mengatakan bahwa bentukbentuk periiaku akrab lain, seperti: pelukan, memberi perhatian sudah bempa perselingkuhan. Menumt studi terbaru dan bisa diandalkan, sebanyak 37 persen (3.432) pria yang menikah telah menodai kesetiaan dikemukakan oleh Lauman, Gagnon, Michael dan Michaels, 1994 (dalam J.A Spnng &M. Spring, 1996). Seorang pasangan yang mengetahui ketidaksetiaan pasangannya seringkali memperiihatkan gejala psikologis dan fisiologis sebagai PostTraumatic Stress

47 34 Disorder. Akan tetapi menumt edisi terakhir buku manual diagnostik dan statistik (Quick Reference to the Diagnostic Criteria from DSMN, 1994) diagnosis ini sekarang hanya diberikan kepada individu yang mmepunyai pengalaman yang mengancam hidupnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Perselingkuhan berarti tidak berterus terang, tidak jujur, suka menyembunyikan sesuatu demi kepentingan diri sendiri, curang atau serong. Dan untuk pasangan yang telah berkomitmen untuk bersama atau yang telah terikat oleh perkawinan perselingkuhan mempakan pelanggaran kepercayaan yang dapat memgikan bagi orang lain atau dapat memsak dan menghancurkan hubungan yang telah dibina dengan pasangannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa perselingkuhan adalah melakukan hubungan seksual tidak dengan pasangannya entah cuma semalam atau keteriibatan emosional berjangka panjang.tetapi ada juga yang berpendapat bahwa perselingkuhan dapat diartikan sebagai bentukbentuk periiaku akrab lain, seperti pelukan, memberi perhatian. 2. Dampak Fisiologis Perselingkuhan menumt Spring &Spring (1996). Biasanya orang yang pasangannya berselingkuh kemungkinan besar mengalami pembahanpembahan fisiologis, baik dalam susunan syaraf maupun fungsi kognitif. Ketika hormon adrenalin dan hormonhormon lain yang berhubungan dengan stress mengalir deras dalam susunan syaraf simpatetik, maka akan terjadi ketegangan yang memuncak. Merasa cemas dan gelisah terns menems, menjadi sulit tidur, sering terbangun tengah malam, dan lebih sensitif

48 terhadap suara berisik sehingga,ubuh menjadi lelah karena kurang tidur dan ter.alu banyak piktran. Pikiran didera oleh kenangankenangan, sensasisensas,. bayanganbayangan yang hidup dan menyedihkan. Karena perubahan pada susunan syaraf, emosi yang,mens dipenuh, oleh perasaan ngeri dan,ak berdaya. Perubahan f,siol g,s lain yang sangat berbeda terjadi dengan terlepas op.ord, sejenis dengan morfin, yang dihasilkan tubuh, ke dalam susunan syaraf. Hal ini menumpulkan persepsi mengenai luka dan melindungi dari stress emosional yang ekstrem. Maka dengan kata Iain,,ubuh mengerut, tertidur, mati. Rentang perasaan dan sensasi sempi,, sementara berusaha menguasa, dm piktran mengembara semngga suit, berkonsentras,. Dengan spontan kehilangan kepercayaan dalam kemampuan umuk berinteraksi dan menarik diri dari kehidupan sosial. 3 Dampak Psikologis Perselingkuhan Menurut Spring&Spring (1996) Ada delapan bentuk kehilangan yang berbeda yang kemungkinan dialami oleh orang yang merasa pasangannya berselingkuh. a. Identitas diri. Mengetahui pasangannya berselingkuh, kemudian memaksa dirinya untuk mendefimsikan kembali ja.i diri dengan cara yang paling fundamental dengan kata lain karena dibutakan oleh pengkhianatan pasangannya, maka pandangan terhadap din yang selama in, sangat ditanamkan dan sifat yang diingmkan, serta kemampuan dasar untuk bersosialisasi hilang. b. Kehilangan rasa istimewa. Karena ada keyakman bahwa dalam suatu perkawinan pasangan satu dengan pasangan lain adalah sanga, berarti dan 35

49 membahagiakan satu dengan lamny, Bersamasama membentuk kesatuan yang mendasar yang,ldak ^ ^bagi ^ ^^ ^^ ^ perselingkuhan keyakman itu hilang sehingga rasa istimewa dalam perkawinan tersebut hilang. c Harga diri. Kehilangan harga diri karena merendahkan diri sendiri dan mengorbankan nilainilai dasar untuk merebu, kembal, pasangannya. Shock emosional membuat setiap orang bertindak dengan caracara yang menghasilkan kebencian diri dan penyesalan. d. Kontrol din atas segala pikiran dan tindakan. Karena berusaha menelaah apa yang terjadi periiaku menjad, obsesif kompulsif, p.kiran mempunyai pikirannya sendiri tetapi ketika permasalahan ini ada pikiran menjadi susah dikendalikan, ketidakpercayaan akan membuat perilalcu menjadi refleksiftanpa alasan atau pengendalian. e. Kehilangan rasa fundamental akan ketentraman dan keadilan di dunia. Ketika diri berkeyakinan bahwa diri adalah orang yang baik dan bahwa dunia pada dasamya aman dan tersusun penuh arti kemudian mendengar pasangannya berselmgkuh, diri dipaksa untuk mengkonfrontasikan gagasangagasan dasar tentang apa yang wajar dan adi. dalam setiap aspek kehidupan, terrnasuk cinta dan perkawinan. f Iman Keagamanaan. Biasanya ketika ada permasalahan ini, diri merasa sedang dicoba oleh Allah SWT. Diri merasa tidak berharga dan jauh dari keimanan. g. Hubungan dengan orang lain. Rasa malu, interior mungkin membuat dm berpihak bah setiap orang membicarakan perselingkuhan pasangannya 36

50 37 kemudian menarik diri dan menyendiri didorong oleh rasa harga diri, takut ditertawakan dan suatu rasa yang suka melawan akan tanggung jawab untuk melindungi pribadi/pasangan yang telah berkhianat. h. Rasa kebermaknaan dan kehendak untuk hidup. Respon yang paling tragis terhadap perselingkuhan yang dilakukan pasangannya adalah hilangnya keinginan untuk hidup tidak mengherankan jika banyak kasus tentang bunuh diri karena pasangannya berselingkuh. Spring (1996). Faktorfaktor yang memacu timbulnya perselingkuhan menumt Spring & a. Sakit atau kecelakaan. Ketika seorang yang dicintai terkena penyakit serius atau kecelakaan atau mendapat diagnosis medis yang mengancam hidup, ada kemungkinan pasangan lainnya panik, berpikir merasa akan ditinggalkan. Untuk menguasai perasaanperasaan itu dengan berselingkuh, menolak pasangannya yang sedang sakit sebelum pasangan tersebut menolak dirinya. b. Kematian. Seorang yang dicintai (bukan pasangannya) meninggal. Hal yang menjadikan sangat kehilangan dukungan dan penghiburan yang diberikan orang ini, yang tidak dapat digantikan oleh pasangannya setelah orang tersebut tidak ada kemudian merasa bebas untuk bertindak dengan caracara bam, tanpa sangsi. c. Dicabut. Ketika pindah ke sebuah komunitas yang bam dan merasa kehilangan lingkungan, keluarga, temanteman yang selama ini akrab. Kompensasinya adalah mencari pasangan bam.

51 d. Perubahan dalam status. Seorang yang mengalami perubahan dalam kebiasaan atau sumber penghasilan. Pasangan ya g dulu merasa mh ^^^ memperoleh pengakuan karier dan merasa lebih bebas baik secara fmansial maupun emosional sehingga pasangan yang dulu merasa dibutuhkan karena merasa sudah tidak dibutuhkan akhir berselingkuh agar tetap merasa bisa mengendalikan. e. Kegagalan pribadi. Seorang yang berselingkuh mengalami apa yang dianggap sebagai kegagalan pribadi seperti kehilangan pekerjaan, ketidaksuburan, kebangkitan. f Penyalahgunaan obatobatan. Perselingkuhan sudah sangat deka. hubungan dengan alkohol dan obatobatan. Alkohol dan obatoba. mempunyai kecendemngan un.uk merusak pengendalian diri, dan mementingkan hati nurani dan membuat lebih mudah melupakan sumpah dalam perkawinan. g. Peristiwa hidup. Biasanya bukan satu peristiwa tersendiri yang menjadikan suatu perselingktman, tetapi beberapa, yang terjadi secara bersamaan. Peristiwa yang menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang lain sehingga membantu destabilisasi hubungan dalam perkawinan. C. Pengaruh Perselingkuhan Terhadap Tingka, Kekerasan Suami Kepada Isteri Kekerasan terhadap istri kini merupakan fenomena yang semakin menggejala dan jarang dilaporkan karena bagi istri hal tersebut merupakan wilayah pribadi dan jika dilaporkan akan menyebabkan aib keluarga. Setelah

52 melihat fenomena yang ada kekerasan di dalam keluarga, banyak istri mendapat kekerasan dari suami terlepas dari suami itu berselingkuh atau tidak. Menumt Hedva (dalam Satiadarma 2001), perselinglcuhan menghasilkan luka pada perkawinan. Ketika suami melakukan perselingkuhan, istri telah mendapatkan kekerasan secara emosi. Karena ketika suami melakukan perselingkuhan maka ia mempersepsikan atau mengidealkan wanita lain memberinya atributatribut yang lebih positif daripada yang sesungguhnya yang dimiliki wanita lain tersebut. Obyek afeksi menjadi rendah membangkitkan gairah, sensitifdan segalagalanya bagi dia. Dengan begitu secara langsung suami terikat dengan orang ketiga tersebut dalam caracara yang sangat mantap yang tidak dapat disaingi oleh istri. Pada saat bersamaan, suami mungkin menjelekjelekkan istri dan memujimuji kekasihnya. Dengan katakata yang membosankan, membuat hati sedih serta mengecam istri dan membenarkan untuk meninggalkan istri dan menemui seseorang yang lain. Penjelasan di atas juga menjelaskan bahwa orang yang pasangannya berselingkuh bisa mengalami trauma. Pada wanita cendemng sedih dan menyalahkan serta menyakiti dm sendiri serta mempunyai kemungkinan lebih besar untuk memulihkan hubungan dan menjaganya agar tetap hidup walaupun merasa tertekan dan batin menjerit. Jelas hal tersebut mempakan kekerasan emosi yang dilakukan suami terhadap istri yang belum tentu dapat berhenti walaupun perselingkuhan itu sendiri sudah selesai atau tidak ada lagi. Tidak sedikit suami yang ketahuan berselingkuh menjadi marah daripada rasa bersalah pada istri. Amarah menjadikan pria cendemng lebih bereaksi pada 39

53 tindakan kekerasan fisik yang akan dilakukan kepada istrinya. Bahkan pria yang bertipe pasif dan mtrospektif juga mempunyai anganangan untuk menyerang karena amarah tersebut menjadikan suam, merasa berkuasa dan memegang kendali, mencegah perasaanperasaan tidak enak seperti malu dan bimbang. Pertengkaran sengit, yang begitu besar da kelewmm ^^ ^ ^ sesudah perselingkuhan terbuka. Emosi terganggu, rasa diri mengalami trauma, kekerasan akan menmgka. dan lepas kontrol maka akan terjadi kekerasan fisik. Akan tempi adajuga suami yang berselingkuh menunjukkan reaksi kepada bentukbentuk yang lebih ha.us. Walaupun melakukan perselingkuhan suami mampu memberikan perhatian, mengmga, harihan penting dan berada bersama tetapi ada yang mewujudkannya dengan tindakan yang berlebihan. Mereka bertingkah laku secara berlebihan dari kebiasaan mereka biasanya. Misalnya memberikan perhatian yang berlebihlebihan kepada istri, memberikan hadiah yang berlebihan kepada istri, mencumbu istri secara berlebihan. Walaupun sebenamya halha, tersebut di atas hanya kepurapuraan suami belaka. Perilakuperilaku suami yang,e,ah dijelaskan di atas merupakan kompensasi mempertahankan diri terhadap rasa bersalah dan rasa ketidakberdayaan kepada istri. 40 D. Hipo'esis Ada perbedaan tingka, kekerasan suami terhadap istri sebelum perselingkuhan suami diketahui oleh istr, dan sesudah diketahui oleh istn.

54 41 Sesudah perselingkuhan diketahui istri kekerasan suami terhadap istri lebih tinggi dibanding sebelum diketahui oleh istri.

55 BABHI METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung: Kekerasan terhadap Istri 2 Variabel Bebas: Perselingkuhan suami B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kekerasan Terhadap Istri Adalah berbaga, bentuk penfaku baik secara psik.s (verbal atau non verba,) meluka, fisik atau emosi yang dapat menyebabkan keamanan dan hidup istri dalam batas yang mengkhawatirkan. Definisi,, mengikuti konstruks, tentang ^erasan yang digtmakan Dew, (,996, yang mengadaptasi confl,a lacllc menunjukkan semakin rendah tingka, kekerasan suami. 2. Perselingkuhan Suami Perselingkuhan berart, dak berterus terang,..dak^ur, suka menyembunyikan «kepentmgan dm sendin, curang atau serong. Bag, pasangan yang elah berkomitmen untuk bersama atau yang telah tenka, oleh perkawinan Perselingkuhan merupakan pelanggaran kepercayaan yang dapat memg,a ba, orang lain atau dapat merusak dan menghancurkan hubungan yang telah 7^ PaSa"Sa"" «** *an data yang dnngmkan P lakukan rapporl dan mmwy^ _ ^ '

56 yang bersangkutan tentang topik yang akan diteliti, yaitu benarkah suami subjek melakukan perselingkuhan. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah yang suaminya pemah melakukan perselingkuhan. Usia pemikahan antara 125 tahun, bertempat tinggal di D.I. Jogjakarta. Penelitian ini mengambil subjek sebanyak 50 orang dengan cara memberikan skala angket kepada subjek. Menumt pendapat Clayton (dalam Dew,, 1996) bahwa kekerasan pada istri paling sering terjadi pada saat perkawinan bemsia satu tahun yaitu ketika istri mengalami kehamilan yang pertama sampai sekitar 25 tahun ketika anakanak meninggalkan keluarga. D. Metode Pengambilan Data Data dikumpulkan melalui Skala Kekerasan Terhadap Istri. Skala ini didasarkan pada Conflict Tactic Scale (CT) yang disusun oleh Straus (1979) dan konstruksi Ptacek (dalam Dewi, 1996). Skala ini terdin dari 3faktor yaitu: (a) reasoning scale, yaitu penggunaan argumentasi dan alasan rasional untuk menyelesaikan konfl.k, (b) verbal aggression yang terdiri dari kekerasan verbal dan non verbal. Kekerasan verbal dilakukan melalui katakata, ancaman yang dapat melukai perasaan pasangannya seperti membentak, menyinggung perasaan dengan katakata tajam, mengancam menceraikan dan Iainlain. Kekerasan ditandai oleh periiaku non verbal tertentu yang secara simbolis dapat menyakiti

57 44 pasangan seperti mengacuhkan, membanting barang, menendang barang, dan Iainlain, (c) violence, yaitu penggunaan kekerasan fisik untuk menyelesaikan konflik dengan pasangannya terrnasuk menggunakan barang dan senjata tajam untuk menyakiti pasangannya. Sesuai dengan tujuan pengukuran yaitu mengukur periiaku kekerasan, maka yang diteliti hanya dua faktor saja, yaitu verbal aggression dan violence untuk menyusun skala kekerasan terhadap istri. Konstmksi Ptacek (Dewi, 1996) mengenai kekerasan meliputi: 1. Kekerasan psikis, terdiri dari kekerasan verbal yang meliputi tindakan mengancam untuk melukai atau membunuh, mengancam akan menceraikan, melukai perasaan dan harga diri dengan katakata dan kekerasan non verbal seperti tidak mau bertanggung jawab secara ekonomi, menolak berkomunikasi dengan tandatanda bahasatubuh. 2. Kekerasan fisik, bempa kekerasan fisik seperti menampar, menarik rambut, melempar dengan barang, memukul dengan tangan, memukul dengan benda keras, menendang, mendorong tubuh istri, mencekik dan menggunakan senjata tajam untuk melukai. 3. Kekerasan seksual yaitu memaksa langsung untuk melakukan hubungan seksual. Mengadaptasi pada adaptasi skala kekerasan pada istri yang disusun oleh Dewi (1996) diperoleh 34 butir pernyataan yang terdiri atas 19 butir pernyataan kekerasan psikis yang terdiri dari kekerasan verbal dan nonverbal dan 15 butir pernyataan kekerasan fisik. Kategori kekerasan dalam skala ini terbagi menjadi

58 45 dua kategori yaitu kekerasan psikis dan kekerasan fisik yang terdiri atas fisik dan seksual. Kemudian dimodifikasi oleh peniliti, ditambahkan 20 butir pernyataan terdiri dari 9butir pernyataan kekerasan psikis dan 11 butir pernyataan kekerasan fisik. Kekerasan seksual digabungkan dengan kategori fisik karena kekerasan seksual itu bersifat fisik. Prosedur penyajian skala kekerasan pada istri disusun secara paralel. Validitas untuk skala ini adalah validitas isi yang diuji melalui analisis rasional (Azwar, 1992). Untuk keperluan itu dilakukan rating oleh para rater atau pengamat yang ahli (Hadi, 1986). Penyusunan periiaku kekerasan dalam skala ini mulai dari yang intensitasnya rendah menuju ke yang intensitasnya tinggi. Proses rating dilakukan dengan melibatkan enam orang yang berlatarbelakang ilmu psikologi dan dua orang yang teriibat dengan persoalan. Hasil try out Dewi (1996) menunjukkan 0,6864 Koefisien reliabilitas Alpha =0,8417 yang berarti bahwa skala ini dapat dipercaya karena terdapat konsistensi antara skor butir dan skor total butimya (Azwar, 1992). Pengurutan periiaku kekerasan dimulai dari kekerasan verbal ringan seperti bertengkar dengan sedikit berteriak dan nonverbal seperti mengacuhkan istri. Kemudian dilanjutkan dengan verbal cukup berat seperti menyinggung dengan katakata tajam dan verbal berat seperti membentak dan non verbal berat seperti menolak melakukan hubungan intim atau tidak memberi nafkah ekonomi. Periiaku kekerasan fisik dan yang ringan seperti mendorong tubuh istri secara tidak kuat sampai yang cukup berat seperti menampar. DjOanjutk&n dengan <u.ui.

59 kekerasan fisik berat seperti memukul atau melukai dengan senjata tajam. Subjek juga diharapkan jujur dalam menjawab karena skala ini diberikan dalam konteks pertengkaran suamiistri yang siapapun pemah mengalaminya dengan demikian subjek tidak malu mengakuinya. 46 Skala kekerasan terhadap istri diberikan kepada istri, sebelum melakukan perselingkuhan dan sesudah suami berselingkuh. suami Tabel. II Kategori kekerasan secara rinci dapat dilihat sebagai berikut: Klasifikasi Kekerasan Ringan Sedang Berat Sumber Dewi(1996) 1= Psikis Verbal Bertengkar dengan sedikit berteriak Menyinggung Mengomentari tubuh istri Mencela terus menerus. Mengungkit kejelekan istri secara terus menerus. Membentak Mengumpat Mencela di depan umum Kategori Non Verbal Acuh tak acuh Keluar ruangan dengan menghentak kaki. Keluar ruangan dengan membanting pintu. Mengancam menceraikan Mengancam mencari wanita lain. Tidak memberi nafkah ekonomi Menolah berhubungan intim Menggebrak meja dihadapan istri. Melempar barang (tidak ke arah istri) Membanting barang Fisik Mengancam Memukul Mendorong (tidak kuat) Mencengkeram Mendorong (hampir jatuh) Menampar Menarik rambut menendang mencekik memukul (dengan tangan kosong) memukul(dengan benda keras) memukul sampai luka mencoba melukai (dengan senjata tajam) mencoba membunuh memaksa berhubngan intim (dengan fisik). Melukai (dengan senjata tajam) Pemberian skor skala kekerasan,ni menggunakan 5 kategon jawaban yaitu: tidak pemah (0), jarang (1), kadangkadang (3), sering (4), senng sekali (5).

60 47 Pembobotan masingmasing kategori adalah: kategori 0 dibobot 0, kategori 1 dibobot 1, kategori 2 dibobot 2, kategori 3 dibobot 4, kategori 4 dibobot 8, kategori 5 dibobot 15. Pembobotan ini didasarkan pada jumlah kekerasan yang mungkin dilakukan. Jadi skor kategori di atas kemudian dijadikan skor bobot berdasarkan masingmasing kategori. Logika pembobotan didasarkan pada pendapat Straus (1979) yang melakukan hal sama untuk conflict tactic scale yang dibuatnya. Straus membuat 7 kategori jawaban. Adapun pembobotan yang dilakukan adalah sebagai berikut: kategori 0 dibobot 0, kategori 1 dibobot 1, kategori 2 dibobot 2, kategori 3 dibobot 4, kategori 4 dibobot 8, kategori 5 dibobot 15, kategori 6 dibobot 25. Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,8171 berarti bahwa skala ini dapat dipercaya karena terdapat konsistensi antara skor butir dengan skor total butimya (Azwar, 1992). Skor total subjek adalah jumlah selumh nilai yang sudah dibobotkan. Semakin tinggi skor total subjek semakin tinggi kekerasannya. Mengulcur perbedaan tingkat kekerasan antara sebelum dan sesudah perselingkuhan dengan cara membandingkan skor total subjek sebelum terjadi perselingkuhan dengan skor total subjek sesudah terjadi perselingkuhan.

61 48 Tabel HI Blue print skala kekerasan sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri No. Aspek Butir Item Jumlah L_ Kekerasan psikis verbal dan non verbal Kekerasan fisik I, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, II, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 29,30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49 50,51,52,53,54 TOTAL ~ Tabel IV Blue print skala kekerasan setelah perselingkuhan diketahui oleh istri No Aspek Kekerasan psikis verbal dan non verbal Butir Item I, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, II, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, Kekerasan fisik 29,30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49 [50,51,52,53,54. (TOTAL Jumlah E. Metode Analisa Data Metode statistik yang digunakan untuk menganalisa data penelitian ini dilakukan dengan tehnik analisis uji beda, program komputer SPS, Ujit Student antar kelompok (uji beda) edisi Sutrisno Hadi dan Yun, Pamardiningsih, UGM, Yogyakarta, IBMIN Hak Cipta (2000). Analisis statistik digunakan dengan pertimbangan bahwa statistik bekerja dengan angka, bersifat objektif dan

62 universal dalam artian dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian (Hadi, 1996). 49

63 BABIV HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dilakukan agar pada saat pelaksanaan penelitian, hambatan yang mungkin terjadi dapat dihindari. Persiapan penelitian meliputi: 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah yang suaminya pemah melakukan perselingkuhan. Usia pemikahan antara 125 tahun. Bertempat tinggal di D.I. Jogjakarta. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 orang dengan cara memberikan skala angket kepada subjek. Sebelum dilakukan pengambilan data, dilakukan rapport terlebih dahulu. 2. Skala penelitian Skala penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kekerasan pada istri. Skala ini didasarkan pada Conflict Tactic Scale (CT) yang disusun oleh Straus (1979) dan konstmksi Ptacek yang diterjemahkan oleh Dewi (1996). Skala ini terdiri dari 3 faktor yaitu (a) reasoning scale, yaitu penggunaan argumentasi dan alasan rasional untuk menyelesaikan konflik, (b) verbal aggression yang terdiri dari kekerasan verbal dilakukan melalui katakata, ancaman yang dapat melukai perasaan pasangannya seperti membentak, menyinggung perasaan dengan katakata tajam, dan Iainlain. Kekerasan non verbal ditandai dengan mengacuhkan pasangan, membanting barang, dan Iainlain, (c) violence, yaitu penggunaan kekerasan fisik untuk menyelesaikan konflik 50

64 51 dengan pasangannya terrnasuk menggunakan barang dan senjata tajam untuk menyakiti pasangannya. Sesuai dengan tujuan pengukuran yaitu mengukur periiaku kekerasan, maka yang diteliti hanya dua faktor saja, yaitu verbal aggression dan violence untuk menyusun skala kekerasan pada istri yang kemudian disusun oleh Dewi (1996). Peneliti melakukan modifikasi atas skala kekerasan pada istri ini. Aspekaspek kekerasan menumt Konstmksi Ptacek (Dewi, 1996): 1. Kekerasan psikis, terdiri dari kekerasan verbal seperti mengancam untuk melukai atau membunuh, mengancam akan menceraikan, dan Iainlain. Kekerasan non verbal seperti tidak mau bertanggung jawab secara ekonomi, menolak berkomunikasi dengan dengan tandatanda bahasa tubuh. 2. Kekerasan Fisik, berupa kekerasan fisik seperti menampar, menendang, memukul dengan tangan, dan Iainlain. 3. Kekerasan Seksual, yaitu memaksa langsung untuk melakukan hubungan seksual. Kategori kekerasan dalam skala yang disusun oleh Dewi (1996) ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu kekerasan Psikis dan kekerasan fisik dan seksual. Kategori di atas kemudian dimodifikasi kembali oleh peneliti. Kekerasan seksual digabungkan dengan kategori fisik karena kekerasan seksual itu bersifat fisik

65 52 B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Mei31 Mei Angket yang dipakai untuk mengungkap kekerasan sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri dan angket untuk mengungkap kekerasan sesudah perselingkuhan diketahui oleh istri diberiakan secara bersamasama. Prosedur penelitian skala angket ini diberikan dengan cara diantarkan ke mmah responden masingmasing. Mengingat topik yang akan diteliti agak susah untuk mencari subjek, maka untuk mempercepat waktu dalam pengambilan data, peneliti sudah mengadakan pendekatan personal terlebih dahulu kepada subjek sebelum peneliti melakukan pengambilan data. Dalam mencari subjek penelitian ini ada landasan bukti yang bisa diandalkan bahwa ada peristiwa perselingkuhan yaitu bukti otentik seperti adanya anak dari hasil hubungan perselingkuhan tersebut atau pengakuan dari suami kepada istrinya bahwa ia telah melakukan perselingkuhan. Subjek yang menjadi responden mempunyai kriteria diatas. Untuk memperoleh subjek penelitian, beberapa ibu rumah tangga yang telah dikenal oleh peneliti bersedia dijadikan responden, kemudian peneliti menyatakan kembali apakah ibuibu responden tersebut mempunyai relasi atau keluarga yang suaminya benarbenar terbukti berselingkuh dan mau dijadikan responden. Ada beberapa dari ibuibu responden tersebut mempunyai relasi atau keluarga yang mempunyai permasalahan tersebut. Tetapi para responden hams menanyakan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan mau atau tidak menjadi

66 53 responden dalam penelitian ini. Setelah beberapa hari peneliti kembali menghubungi para responden yang akan membantu peneliti. Ternyata ada dari mereka yang mempunyai relasi atau kerabat yang dapat dijadikan responden. Karena peneliti belum mengenai sebagian responden maka untuk menanyakan kesediaan dari responden sekaligus mengadakan rapport peneliti diantar oleh responden yang telah dikenal tersebut menuju ke mmah relasi atau kerabat mereka yang akan dijadikan responden atau peneliti bertemu dengan responden bam dimmah responden yang telah peneliti kenal. Peneliti juga mencari responden dari klienklien seorang pengacara yang sekaligus juga menjadi responden peneliti. Kendala yang dihadapi peneliti pertama adalah waktu yang lama karena peneliti hams menunggu kesiapan waktu dari responden yang akan mengantar peneliti ke mmah responden lainnya, kedua biaya karena banyaknya responden yang hams datang dan tidak hanya sekali otomatis biaya yang dikeluarkan juga cukup banyak. Pada waktu peneliti datang ke mmah para responden untuk mengambil data, mereka sudah mengerti maksud dan tujuan peneliti datang ke mmah mereka. Para responden juga menyambut baik kedatangan peneliti, karena pengisian angket ini bertujuan untuk penelitian dan tidak untuk disebarluaskan maka para suami subjek tidak merasa keberatan. Subjek bemsaha mengisi angket dengan sungguhsungguh dan semua subjek menyelesaikan pengisian angket dengan baik. Peneliti memberi pengarahan kepada subjek untuk mencoba mengingat kembali peristiwa sebelum dan sesudah perselingkuhan bam

67 54 kemudian mengisi angket tersebut. Setelah peneliti memberi pengarahan dan petunjuk tentang pengisian yang benar tentang angket tersebut, kemudian angket yang akan diisi diberikan kepada subjek lalu diambil pada keesokan harinya. C Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ini mempakan penelitian uji coba terpakai, sehingga proses pengambilan data hanya dilakukan sekali. Dimana data penelitian yang diperoleh seluruhnya digunakan untuk uji coba alat ukur sekaligus aitem yang valid digunakan untuk uji hipotesis. Pengujian alat ukur yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keandalan) aitemaitem dalam alat ukur, yaitu skala kekerasan suami terhadap istri. Seleksi aitem dalam uji validitas menggunakan koefesien korelasi antara aitem dengan total aitem pada masingmasing skala. Batas kritis yang digunakan untuk menentukan layak tidaknya sebuah aitem adalah dengan menggunakan batas kritis 0,3. Artinya aitemaitem yang memiliki koefesien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,3 layak untuk digunakan dalam skala kekerasan suami terhadap istri. Uji reliabilitas dilakukan hanya pada aitemaitem yang memenuhi syarat validitas. Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan teknik Alpha. Koefesien reliabilitas yang dihasilkan akan menunjukkan sebarapa besar keandalan dari

68 ss skala yang disusun. Koefesien reliabilitas yang mendekati 1terrnasuk skala yang memiliki keandalan tinggi. Uji coba alat ukur dilakukan pada seluruh data penelitian, yaitu data sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri dan data setelah perselingkuhan diketahui oleh istri, masingmasing sejumlah 50, sehingga total kasus yang diuji ada 100. Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPS versi 2000, Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia, Versi IBM/IN. Dalam konstmksi seleksi akhir aitem, hanya aitem yang memiliki koefeisen aitem total (rbt) lebih besar atau sama dengan 0,3 yang digunakan dalam skala. Dari 54 skala kekerasan terhadap istri, yang dianalisis, setelah dilakukan perhitungan uji validitas, maka temyata seluruh aitem dinyatakan sahih, karena koefesien aitem total (rbt) yang diperoleh butirbutir tersebut lebih besar dari 0,3, dengan koefesien aitem total bergerak antara 0,329 sampai 0,856. Koefesien reliabilitas yang diperoleh untuk skala kekerasan terhadap istri adalah 0,979 dan terrnasuk keandalan tinggi. Sebaran aitem skala kekerasan terhadap istri setelah dilakukan uji coba tersusun dalam tabel berikut ini:

69 56 Tabel V Skala kekerasan terhadap istri sebelum perselingkuhan diketahui istri setelah uji coba No Aspek Kekerasan psikis verbal dan non verbal Kekerasan fisik Butir Item I, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, II, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,51,52, 53, 54, TOTAL Jumlah Tabel. VI Skala kekerasan terhadap istri sesudah perselingkuhan diketahui oleh istri setelah uji coba No Aspek Butir Item Kekerasan psikis verbal dan I, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, non verbal II, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, Kekerasan fisik 29,30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,51,52,53,54,!TOTAL Jumlah D. Hasil Penelitian 1. Deskripsi subjek penelitian Setelah dilakukan pengambilan data terhadap subjek penelitian, maka diperoleh gambaran secara umum tentang karakteristik subjek penelitian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel VII. Berikut ini:

70 57 Tabel. VH Deskripsi subjek penelitian No TOTAL Usia Perkawinan Pendidikan 125 tahun SMA 1 25 tahun D tahun SI 1 25 tahun 82 Jumlah Deskripsi data penelitian. Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai data atau hasil penelitian, berikut ini dipaparkan beberapa fungsifungsi statistik dasar yang diungkap secara jelas untuk tiaptiap variabelnya.di sini akan disajikan deskripsi data penelitian agar dapat dimanfaatkan untuk melakukan kategorisasi pada variabel penelitian guna mengetahui bahwa periiaku kekerasan pada istri terrnasuk dalam kategorisasi tinggi, sedang atau rendah. Cara yang digunakan yaitu dengan menetapkan kriteria kategoris, yang didasari oleh asumsi bahwa skor populasi subyek terdistribusi secara normal. Oleh karena itu dapat dibuat skor teoritis yang terdistribusi menumt model normal (Azwar, 1999). Subyek penelitian akan digolongkan menjadi tiga kategori diagnosis, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Langkah yang ditempuh pertama kali adalah dengan membagi satuan deviasi standar dari disrtribusi normal menjadi tiga bagian. Pembagian ini menghasilkan pengkategorian sebagai berikut: x<mi,5 s untuk kategori rendah,m 1,5s untuk kategori sedang,dan x> m+ 1,5 s untuk kategori tinggi.

71 58 Langkah selanjutnya, dengan memasukkan nilai m(rerata teoritis ) dan nilai s atau SD (nilai satuan deviasi standar). Dari sinilah diperoleh masingmasing kategori, masing masing variabel. Variabel kekerasan pada istri memiliki rentang x<108 1,5.36,00 =54,00 untuk kategori rendah, 54,00 <x <162,0 untuk sedang, dan x>162,0 untuk kategori tinggi, sehingga dengan melihat rerata hipotetik yang dihasilkan oleh keseluruhan subyek yaitu 108, dapat diketahui kekerasan pada istri sebelum suami berselingkuh berada pada kategori sedang. Hasil rerata empirik yang dihasilkan keseluruhan subyek, yaitu 43,76, dapat diketahui kekerasan pada istri sebelum suami diketahui berselingkuh dalam kategori rendah. Rerata empirik lebih kecil dari rerata teoritik. Tabel. VHI Kategori SkorVariabel Kekerasan Pada Istri Kategori Skor Tinggi 162 < X Sedang 54 < X < 162 Rendah X < 54 Berdasarkan data yang terkumpul, setelah dilakukan tabulasi dan perhitungan, maka data penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut:

72 59 Tabel. IX Deskripsi Data Penelitian Data kekerasan terhadap istri Sebelum diketahui suami berselingkuh Hipotetik Empirik Min Mak Mean SD I Min I Mak Mean SD ,76 37,71 Setelah diketahui suami berselingkuh Sumber: Analisis deskriptif 3. Hasil uji asumsi ,50 43,63 Sebelum melakukan analisis data dengan ujit antar kelompok (uji beda), maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian yaitu data periiaku kekerasan terhadap istri terdistribusi normal atau tidak. Alat analisis yang digunakan adalah Kai kuadrat dengan bantuan Program SPS versi 2000, Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia, Versi IBM/IN. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Kai kuadrat sebesar 5,502 db=2 dan p=0,064. Oleh karena nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data periiaku kekerasan terhadap istri terdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk uji hipotesis.

73 60 b. Uji homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data periiaku kekerasan terhadap istri sebelum perselingkuhan suami diketahui oleh dan sesudah diketahui oleh istri memiliki varians yang sama atau tidak. Diharapkan kedua kelompok data memiliki varians yang sama sehingga layak untuk dibandingkan (Comparable). Alat analisis yang digunakan adalah Uji homogenitas dengan bantuan program SPS versi 2000, Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia,Versi IBM/IN;Hak Cipta (c) Dilindungi UU. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai F sebesar 1,339 dan p = 0,155. Karena nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bawa dua kelompok data yaitu data periiaku kekerasan terhadap istri sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri dan sesudah diketahui oleh istri adalah homogen, sehingga memenuhi syarat untuk uji hipotesis. c. Hasil Analisis Ujit Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan periiaku kekerasan suami terhadap istri sebelum perselingkuhan suami diketahui oleh istri dan sesudah diketahui oleh istri. Alat analisis yang digunakan adalah Ujit. Berdasarkan hasil analisis dengan program SPS versi 2000, Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia, Versi IBM/IN, diperoleh hasil t = 3,156 dengan p = 0,003. Karena p < 0,01 berarti ada perbedaan yang sangat signifikan periiaku kekerasan suami terhadap istri sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri dengan sesudah diketahui istri.

74 61 Ditinjau dari nilai meannya maka diketahui mean sebelum perselingkuhan diketahui istri sebesar 43,760 temyata lebih kecil dibandingkan mean setelah perselingkuhan diketahui istri, yaitu sebesar 69,500, atau (43,760 < 69,500). Oleh karena itu hipotesis yang berbunyi ada perbedaan tingkat kekerasan suami terhadap istri sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri dan sesudah diketahui oleh istri (dimana kekerasan lebih tinggi terjadi setelah perselingkuhan diketahui oleh istri) " diterima. " E. Pembahasan Dari hasil analisis data yang menggunakan Ujit diperoleh hasil ada perbedaan yang sangat signifikan periiaku kekerasan suami sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri dan sesudah perselingkuhan diketahui oleh istri, dengan hasil sebesar 3,156 dengan p<0,01. Hipotesis yang berbunyi ada perbedaan tingkat kekerasan suami terhadap istri sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri dan sesudah diketahui oleh istri, dimana sesudah perselingkuhan diketahui oleh istri kekerasan suami terhadap istri lebih tinggi dibanding sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri "diterima ". Oleh karena adanya perselingkuhan yang dilakukan suami, maka periiaku kekerasan terhadap istri akan meningkat dibanding ketika suami belum melakukan perselingkuhan. Hal ini menunjukkan bahwa perselingkuhan mempakan salah satu faktor yang mempengamhi suami melakukan tindakan kekerasan pada istri. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis yang sangat signifikan. Seperti yang telah

75 62 diungkapkan oleh Zillman (Bailey, 1988), gelora emosi erotik dengan mudah dapat diubah menjadi reaksi agresif. Hal ini mungkin ikut menjelaskan mengapa sebagian besar pembunuhan diawali oleh pertengkaran antara orangorang yang saling mencinta. Dalam hal ini orang yang saling mencinta mempunyai ikatan emosi yang sangat kuat sehingga jika ada saling kesalahpahaman atau intervensi dari orang lain yang sekiranya mengganggu perkawinan dapat dengan mudah menjadi kemarahan yang selanjutnya teriampiaskan dalam bentuk kekerasan. Perselingkuhan adalah hubungan yang bersifat rahasia, apabila seseorang merasa rahasianya terancam maka cenderung bertindak defensif (mempertahankan diri). Bentukbentuk mekanisme pertahanan diri ini bisa bermacammacam ada yang memberi reaksi seperti cendemng lebih sensitif, mudah marah, dan. periiaku kurang terkendali. Sebaliknya ada sejumlah orang yang melakukan perselingkuhan tetap mampu memberikan perhatian, mengingat harihari penting atau yang lebih ektrem memberikan segala sesuatu kepada istri secara berlebihan. Walaupun semua bentuk untuk mempertahankan diri itu bersifat menolak, memalsukan atau mengganggu kenyataan. Menumt Hedva (Satiadarma, 2001), perselingkuhan menghasilkan luka dalam perkawinan. Ketika suami melakukan perselingkuhan, istri telah mendapatkan kekerasan secara emosi. Ketika melakukan perselingkuhan ia mempersepsikan atau mengidealkan wanita lain selain istrinya. Maka secara langsung suami terikat dengan wanita lain tersebut. Pada saat bersamaan, suami mungkin menjelekjelekkan istri dan memujimuji kekasihnya, dengan katakata

76 63 yang membosankan, suami membuat hati sedih serta mengecam istri dan membenarkan untuk meninggalkan istri dan menemui seseorang yang lain Allah Azza Wa Jalla berfirman: " Sedang orang yang menyakiti hati orang mukmin lakilaki ataupun perempuan dengan semenamena, sungguh telah membuat fitnah dan dosayang nyata." (AlAhzaab:58) Perubahan emosional dialami individu yang melakukan perselingkuhan (Satiadarma, 2001). Hal tesebut dapat terjad, karena pembagian perhatian yang secara bersamaan membutuhkan energi yang lebih besar dari pada jika individu hanya memusatkan perhatian pada satu hal saja. Besarnya energi yang digunakan akan memepengaruhi kondisi psikofisik yang bersangkutan. Makin besar energi yang digunakan makin cepat pula individu yang bersangkutan mengalami kelelahatt (exhaustion). Penyusutan daya pertahanan ini menyebabkan individu menjadi lebih sensitif terhadap tekanan yang dihadapi. Sensivitas ini menyebabkan individu menjadi lebih mudah tersinggung, lebih mudah marah, dan periiaku kurang terkendali. Kondisi ini diperkuat dengan seringnya dilaporkan oleh para istri yang suaminya berselingkuh. Dampak psikologis yang akan muncul pada pelaku perselingkuhan seperti rasa malu dan rasa bersalah (Satiadarma, 2001). Tidak sedikit suami yang ketahuan berselingkuh menjadi marah dan pada rasa bersalah kepada istri. Amarah menjadikan pria cenderung menjadi lebih bereaksi pada tindakan kekerasan fisik yang akan dilakukan kepada istrinya. Amarah tersebut

77 64 menjadikan suami merasa berkuasa dan memegang kendali, mencegah perasaanperasaan tidak enak seperti rasa malu dan bimbang. Jika telah merasa bersalah namun merasa tidak berdaya untuk memperbaiki kesalahannya, suami cenderung mempertahankan perbuatannya sebagai bentuk rasa ketidakberdayaannya, karena hal tersebut emosi menjadi terganggu, rasa diri mengalami trauma, kekerasan akan meningkat dan menjadikannya iepas kontrol maka akan terjadi kekerasan fisik.

78 BABV PENUTUP A. Kesimpulan Uji hipotesis yang dilakukan dengan teknik analisi uji beda membuktikan bahwa hipotesis yang berbuny, ada perbedaan tingkat kekerasan suami pada istri sebelum perselingkuhan suami diketahui oleh istri dan sesudah diketahui oleh istri, dimana sesudah perselingkuhan diketahui oleh istri kekerasan suami terhadap istri lebih tinggi dibanding sebelum perselingkuhan diketahui oleh istri, terbukti. Diketahuinya perselingkuhan yang dilakukan suami mengakibatkan meningkatnya kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri dibandingkan sebelum istri mengetahui suami melakukan perselingkuhan. Dari sini dapat diketahui bahwa perselingkuhan suami menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya kekerasan suami terhadap istri. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin mengemukakan beberapa saran: I. Saran kepada subjek a. Sangat disadari bahwa pengetahuan tentang kekerasan terhadap istri masih sangat minim sehingga, perfu dilakukan penyadaran terusmenerus pada masyarakat tentang kekerasan pada istri. 65

79 66 b. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sesudah perselingkuhan suami biasanya suka memancingmancmg emosi istri. Dalam situasi seperti ini tepat kiranya bila istri mengimbangi dengan mencoba mengendalikan diri. 2. Saran kepada penelitian selanjutnya a. Bagi peneliti yang akan meneliti sejen.s, untuk memperkaya hasil penelitian maka disarankan untuk memperhatikan dan melibatkan kemungkinan aspekaspek Iain yang berhubungan dengan kekerasan dalam mmah tangga seperti dampak psikologis perempuan korban kekerasan dalam mmah tangga terhadap kesehatan mental anak, support group untuk penguatan psikologis korban kekerasan dalam mmah tangga, ataupun aspekaspek lain yang terkait. b. Melakukan penelitian ianjutan dengan melihat kekerasan dari sudut pandang istri sebagai korban, serta memasukkan variabel sejarah kekerasan pelaku, penyesuaian perkawinan, dan status sosial ekonomi. Dengan demikian akan didapat gambaran lebih lengkap terhadap fenomena kekerasan terhadap istri

80 67 DAFTAR PUSTAKA Abbot, M.R Masculine and Feminine: Gender Roles Over the Life Cycle. New York : Mc Graw Hill Inc. Azwar S Reliabitas Dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Babcock J.C., Waltz, J., Jacobson, N.S., Gottman, J.M Power and Violence. The Relation Between Communication Patterns, Power Discrepancies and Domestic Violence. Journal ofclinical and Consulting Psychology.VoX 61, no. 1,4050 Bailey, R.H Kekerasan dan Agresi. Diterjemahkan oleh Wirono S., Jakarta: Tirta Pustaka. Brown, L, Dubois, F, J.D. Merrit, M Stop Domestic Violence. New York: ST. Martin's Griffin Dewi SR Kekerasan Suami Pada Istri di Masyarakat Perkotaan Yogyakarta ' Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Fakih, M Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Femina, No. 10/XXX. 71 Maret, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Katakan "Tidak" Arjani F 1983 Perbedaan Pengamh Orientasi Peranan Seks Tradisional dan Modem 'Pada Suami Istri Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga, Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikolog UGM. Gelles, R.J Violence in the Family: A. Review of Research in the Seventies. 'Journal ofmarriage and the Family, 41, Publishing Contemporary Families A Sociological View, London: Sage Grant, A Breaking the Cycle of Violence. The Providence Journal, Buletin 24 Desember Gray Little, Burk Marital Quality and Power Processes Among Black Couples, Journal ofmarriage and The Family, 43,

81 Had'' Uof ^GM ' 8/ ReSmrCh 2^^^ ^ *" ***«Hadi, S Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset Hakimi M Hayati E.N, Marlinawati V.U, Winkvist A., Ellsberg MC 2001 P~n%TjlrT fltan TSrhadaP rerempuan di Jawa Tengah, 68 ^ ^eselz Indonesia Yogyakarta: LPKGMFKIIGM Yogyakarta: Rifka Annisa Women's Crisis Centre &(Sweden) U^ University, Ust Women's Health Exchange ( } Umed Hariadi S.S Tindak Kekerasan Terhadap Wanita dalam Keluarea fstudi Kasus). Makalah Semiloka Tindak Kekerasan Terhadap Wanda mdak diterbitkan), Jakarta: KNKW F K malc Heavy, C.L, Layne, C Christensen, A Gender ofconflict Structure in Marital S^A6?tTn md ExtentlonJournal *<*"* dcs^ss Hyden, M Women Battering as Marital Act: The Construction ofa Violent Marriage. New York: Scandinavian University Press. Kedaulatan Rakyat, Tahun LVII No. 67 Senin Pon Desember 2001 Kilgor ^1992. Sourcebookfor Working With Batteres Women. California: Volcano ^ n1^ **" "S Cl0l0SlCal ^~ 2 Edition. New ^^g^z*'"''*" '«<*"» * * Tidak Dihukum. Lockhart, L AReexamination of Effect of Race and Social Class on The Incidence of Marital Violence: ASearch for Reliable D^ZcfsJourJlof Marriage and The Family, 49, "merences. Journal of Madden M.E Percceived Control and Power In Marriage: AStudy of Marital sks&s Task Pert Jounal*^* Prasetyarini Pengamh Sosialisasi Nilai di Dalam Keluama Terh.H* SradT utm, MaSyarakat Makdah *""«" szib^ki^ (tidak diterbitkan), Jakarta: Kelompok Diskus, Forum Pembahaman

82 Raven, B.H., Center, R., Rodriques, A The Bases of Conjugal Power Dalam Cramwell, R.E. and Olson, D. Power in Families. New York: John Wiley ^mawati, D Peranan Agresif dan Seksual Serta Kekuatan Ego Pada Periiaku Memperkosa, Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. & Satiadarma, M.P. 2001, Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka Populer Obor chwartz, D., 2001, Whose Face is In The Mirror. Jakarta: Gramedia appiro, F Mencegah Perkawinan Yang Tidak Bahagia. Jakarta Restu Agung. SPr]ng, JA. and Spring. M After the Affair. Jakarta: Gramedia p. ets, J.E Verbal and Physical Agression in marriage. Journal ofmariage and The Family, 52, ai«, M.A Measuring Intrafamily Conflict and Violence: The Conflict Tactics (CT) Scales. Journal ofmarriage and The Family, 41, ra*s, M.A. and. Gelles, R.J Societal Change and Change in Family Violence rrom 1975 to 1985 as Revealed by Two Nation Surveys. Journal ofmarriage and the Family, 48, ^abrata, S Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press nta, M.V.I Konsep Diri Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah tangga. Tests (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. 69

83 LAMPIRAN A 3KALA YANG DIGUNAKAN DAN DATA PENELITIAN

84 68 * rh. 2Yogyakarta Yayasan Penerbitan Fakultas Hadi, S Metodologi Research. 2Yogya Psikologi ra ;W.1n<ri UGM Hakimi M. ^n^^t^^^tj^si Memb'S"D7Z "ngah, Indonesia Yogyaka. LPKGM PereT Yogyakarta. R*^ Rita Annisa Women's Exchange Cnsis Centre «University, Ustwomc ^ K.luaraa (Studi diterbitkan), Jakarta KNKW fconflictstructure in Marital,^~~, fa 1627 T. TvDNo 67 Senin Pon Desember 2001 u ir thr Working With Batteres Women. Calrtomia KilgorN Sourcebookfor Working Press KedaulatanRakyat,TahunLVnNo.6 Ungleyie^: jersey: See Prentice Han. Hall., i w RC 1987 Memukul Istri Kejahatan Yang»y R and Levy, RC. 8"Jakarta: Cakrawalanto Tanelev R and Levy, R^.1*6' * t 1987 A Reexamir Incidence of Manta lart, irt' L. h «f A Marital Ree Violence: ASearci Inadenc=o Mantal ^oen^6o3_6)o Marriage and The hw^ c 1QR7 Perccelved Control and Powei:In Mamage.a U*dd%^onU^ ^ Performance. Jounal of Person Psychology^, 7382, California: Volcano nd Edition New rfmantal >and Social ^^^^ ^"^Kekerasan Prasetyarini Dalam Pengaruh Masyara*L S^^L^^^r M^^ Fomm Selto* Pembaharuan»*>«#Ce**a». (tidak diterbitkan), Jakarta. Kelompo

85 69 Raven, B.H., Center, R., Rodnques, A^ The ^^^^^ Cramwell, R.E. and Olson, D. Power in Families. New York. John wney n 1Q«fi Peranan Aeresif dan Seksual Serta Kekuatan Ego Pada Periiaku RimaMM;^sa~,*SSditerbitkan), Yogyakarta Fakuhas Psikologi UGM. Satiadarma, M.P. 2001, Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka Populer Obor Schwartz, D., 2001, Whose Face is In The Mirror. Jakarta: Gramedia Shappiro, F Mencegah Perkawinan Yang Tidak Bahagia. Jakarta: Restu Agung. Spring, JA. and Spring. M After the Affair. Jakarta: Gramedia Stets JE Verbal and Physical Agression in marriage. Journal ofmanage and The Family, 52, Straus MA 1979 Measuring Intrafamily Conflict and Violence. The Conflict Tactics (CT) Scales. Journal ofmarriage and The Family, 41,75 88 Straus MAand Gelles, R.J Societal Change and Change in Family Violence Straus, MA. and Ue ^ ^^^^ ^ ^.^^^ Jourml ofmarriage andthe Family, 48, Suryabrata, S Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press Winta MVI Konsep Diri Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tesis (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologt UGM.

86 o o o CM o o r o CM o o o o o < o o o o o o CM o r o o o o o CM o o T o CM 3 ID to >* 5 9 a> >* s <7> * O * o <* <* * o CM o o T o o o O o o o o o o CM CM CM o o t O o o CM o CM * o o o o o o o T * CM *». «o CM CM CM o o * CM CM o o * CM CM o o o o CM CM CM o o CM o o o * CM * * CM * * * CM >» o CM CM Y CM o o * O CM o o CM CM T~ o CM o CM CM o o CM CM CM CM CM o to o <N o CM o CM CM o CM * CM o o o CM o o CM «* CM CM o o o CM CM in o o O 1 r o O y 1 O CM o CM CM T O o p o " o O o o CM Y CM CM o T» o o CM CM v o o O o CM o O o CM O o o CM o o o o o O o o CM O o o o o o O o o o o o CM o T o o o o o o o o CM CM o o o O o o O o o o CM O o o o M O o o o CM o O O o o o o o r o o o CM CM o o * t CM T CM «f * CM o CM CM CM <" o o o O O o o CM CM Y CM a CM * o CM * T* ' o ' o CM CM * >» * CM.* o CM CM * o o O o t CM r* o o CM o o o T" o o CM o X 3 id O Z _i HI cc 5 X o o o o 1 ro> o o o o o Y ' 1 y o CM O O CM «o CM O o o o o o < o o O o o o " o o o o CM o o o o o o o o o o o o o O O *" «t o O O o CM o o o o o o CM o CM CM o o CM o o CM o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o O o o O O o CM o CM CM o o CM o CM o o o o o o o o o o o i~ o r o o CM CM CM CM o CM o o o o o CM o o o o CM o o o o CM o CM CD * CM * CM o CM T * o CM o o CM o * o o o CM ^> r CM CM CM CM CM CM CM o *. CM o o Ul Q T r o O CM CM CM o T IO " CM CM o CM CM CM CM O t CM O O O CM O o 'f o " o o CM * O CM CM Y o o * 1 o o o o o CM o CM o o o o CM o o o CM o o < CM o o CM ^ 1 co o o CM V o T o o o o o o r o 1 ^> O < co * " CM CM o O o CM o T r" CM CM o o * o o o CM CM o CM o o CM CM * o o o o co o r o y cm * CM CM CM «* *» CM o o CM O CM CM o o CM o o o CM CM CM " o CM * o o CM LU r o * eo CM co T CM o o CM o o o o CM T" CM V o CM o o CM CM T o < o CM CM o T CM T < Q 0 z T~ CM co i i a. _ f» o CM eo T" U> (0 1 I*. 0> o CN CM Sm «M CM CM 8 CM s CM L s CM 3 S «o 8 3

87 DATA SEBELUM SUAMI DIKETAHUI BERSELINGKUH 72 No K)

88 DATA SEBELUM SUAMI DIKETAHUI BERSELINGKUH No Jml

89 o o O o * o CM CM CM CM o CM CM CM " o O CM CM O O o eo o o 0» eo 9 Y CM CM CM O O o O CM o CM o O CM CM o o CM o o IO 5 5? s? 5 s o o o CM o o «CM " o (M CM CM o CM CM CM o * o O o CM O o O CM < T> o CM CM " CM o o CM o o * CM CM» >* o o * ><» <«CM o CM >» CM CM 1*. CM CM * "»» O o o o * CM CM o CM CM * * T * CM CM CM O T T o CM o CM *"» V CM t CM * CM t ^> CM CM CM * u> CM o O CM o o CM CM CM o < O f CM o o CM O O o «CM f o *~ o o o CM CM o O CM o O o " o <t Tf W o CM CM < t CM o o CM CM O * o CM CM CM o o O CM o O T CM o CM o * * f CM * * CM CM CM f CM o o CM O O CM o y* co Y CM CM *" «t CM O >* CM o CM CM CM <M CM O o o CM o o CM O O o " <t o o CM CM CM CM CM o o T" o o o CM o O CM CM O O CM CM O o O o o o *" CM O CM CM CM + o CM CM CM o CM o o o CM o O O O o O o o CM * o o O O O CM CM * o o o CM CM o o o o o o O " X cn CM o o CM o O CM CM CM O o o CM o O o o CM O o CM CM *r o CM * o CM o o CM o CM o O o O LU ca Ul 5 x O o o O o o CM CM o O CM * * 't o Y CM CM CM O o o o o CM o O o o CM o»» o CM CM o CM CM o CM CM «t o o O CM CM O * " CD CM CM CM o CM * CM o CM O CM O * * CM CM * ««CM * CM CM < * UJ U> CM o CM CM o O O * * o * o * CM o CM o O CM co < o Y eo CM CM * o o CM Y CM o ^ O o o o o o * o o y CM o co ^> CM o <o CM CM T eo + 3 * CM CM o co o CM CM o T * Y~ o CM t CM co T* * ^ o T CM CM co "«co eo o o CM CM CM o X < Q CM CM * * Tf "» " o CM o * * CM to * o CM eo CM Y CM eo to o o CM * CM CM o o UJ T o CM * * «* CM o O o CM * Y CM CM co co * * eo CM CM eo o Y CM CM CM CM $Q 0 z CM *» to r o> e i CM IO to T CD o CM CM CM CM CM HI CM s CM 8 s 3 eo M eo s 3 HI % to 3 '

90 CM o o o t * o o o o a o CM CM o CM CM a o CM * o o o CM o o o o... CM o o r o o o o o o CM o o y o CM o o * o CM CM t CM o CM CM CM CM CM CM o o CM o CM o o o CM >* 3 3 to 3 ^ 3 y* s eo o o CM CM o o o o o o CM o o o o «o CM CM o o o o rt o CM o o o o o CM eo CM eo o CM CM o O o o o o o o o o o o o to co CM o o o CM o o o o o «o o o o t o CM o o * o o o CM eo CM eo o CM CM o CM o o o o o o o o o o CM o o o CM o o " ' o Tf If o o o o» CM o o o o o o CM eo CM eo o CM CM CM o o 3 CM o o o CM o o ' o o CM o o o TT o o o o o o CM eo CM eo o CM CM CM o to o o o CM o o * * V o CM o o o o o y* CM CM o o CM CM o CM CM o CM o CM o CM CM o CM Tf o o o CM CM o o CM CM tf CM o CM CM CM CM o o CM o o o o o o o CM TT * o o o o o o o o o CM ^r CM o o CM o o CM tf CM o CM CM CM CM * o o CM o CM o o o o o eo CM o o ' o o CM CM CM o o o o o» CM o o o CM CM o CM CM * CM o CM CM * o o CM o y < o o o x 3 * CD Z _i LU cn HI 5 X < UJ Q en CM CM CM to CM <o CM Y CM CM CM o CM y* CM o CM CM o CM CM "» CM o " CM o tf CM CM CM CM * CM o o o CM CM o o * o o CM o CM CM CM o o CM o o o o CM CM < CM * o CM CM CM o O o o o o O o CM o o o o o o o * CM CM o o CM CM o CM o CM tf o CM CM CM CM tf o o CM o o CM CM CM < * CM eo o o o o CM eo CM «r o CM CM CM o CM * CM CM o CM CM (M o o o o CM o CM CM CM o o * o * CM o o CM o o CM CM eo CM * ^t o CM ^f CM o o y o r CM CM T o " o o < CM o ' o * CM o o * CM eo o ^» CM o o CM o O o O co, o o * O o o CM CM CM o CM CM o o o o *» CM o CM o o o CM» eo tf eo o o o o CM o o o O o o 3 co CM CM CM o o M CM o o ' o o o * t o o o o CM o «* * tf CM O eo ^> eo CM o o CM y fl CM CM y o X < Q 3 UJ 00 CM O CM CM o o * CM CM o o o CM " " o CM CM CM o»» o o o o o o o o o eo o o o o CM o < o o Y o o o o CM CM tf CM * CM CM o eo eo O o o o ea O o y o o o o o CM o CM CM tf tf o CM eo eo o * O o o o o O o y o < Q 0 z T CM *f K> to r> co en o yt T CM eo io to eo 1 en o CM CM CM CM eo CM 3 CM s CM i SI o eo eo CM eo co eol >* eo eo <0 eo eo 3 en eo 3

91 MO o CM o tf o col l l CM \ rf X 3 o 2 I UJ or UJ co 5 X 3 UJ I o 5 < 3 X < Q 3 UJ a o Z i» so!_ ri X K o> o t * I CMI CM CM CM Li

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung es yang hanya nampak puncaknya saja di permukaan, namun sebagian besar badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SKRIPSI. Oleh MERLIN ASIH TRI ASTUTI NIM

DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SKRIPSI. Oleh MERLIN ASIH TRI ASTUTI NIM DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SKRIPSI Oleh MERLIN ASIH TRI ASTUTI NIM. 2005-60-017 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2014 i DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ISTRI KORBAN

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari hidup yang baik adalah kebahagiaan. Oleh karena itu, secara disadari maupun tidak, manusia terus berupaya untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan

Lebih terperinci

QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran?

QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran? QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran? Dear Nona, masihkah Nona ragu tentang kekerasan dalam pacaran yang mungkin tengah Nona alami? Jika iya, Nona bisa mengisi kolom di bawah ini untuk

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan Secara umum kekerasan identik dengan pengerusakan dan menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Namun jika kita pilah kedalam jenis kekerasan itu sendiri, nampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

PENELITIAN KAJIAN WANITA

PENELITIAN KAJIAN WANITA PENELITIAN KAJIAN WANITA KUPAS TUNTAS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA/DOMESTIC VIOLENCE (Studi Kasus Perempuan-Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Bandung) Selly Feranie,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga memegang peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Karena pendidikan dikeluarga menjadi risalah awal sekaligus sebagai pelepah dasar terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak 1 KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Khoirul Ihwanudin 1 Abstrak Keharmonisan dalam rumah tangga menjadi hilang saat tindakan kekerasan mulai dilakukan suami terhadap

Lebih terperinci

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) A. Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan RINGKASAN Kekerasan dalam rumah tangga atau yang dikenal dengan KDRT sering terjadi walau telah dikeluarkan undang-umdang yang tujuannya melindungi perempuan dan dapat menyeret pelakunya ke meja hijau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 121 122 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 123 124 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 125 126

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini kita sebagai manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian, kita sebagai makhluk yang sosialis, tentunya membutuhkan proses saling tolong menolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING SKRIPSI Diajukan Oleh : Indrastiti RatnaWardhani F 100 070 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya bahwa semua kebahagiaan yang kita alami berasal dari objek materi dan kita mencurahkan seluruh hidup kita untuk mengejarnya, maka kita dikendalikan oleh

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran bahwa faktor inteligensi merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,

Lebih terperinci

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada masa dewasa awal merupakan masa puncak dalam bersosialisasi. Individu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA By : Basyariah Lubis, SST, MKes KEKERASAN Defenisi Kekerasan pada Wanita : Kata kekerasan terjemahan dari violence yaitu suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN A-2 DATA KASAR STEREOTIP GENDER

LAMPIRAN A. Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN A-2 DATA KASAR STEREOTIP GENDER LAMPIRAN A Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN A-2 DATA KASAR STEREOTIP GENDER LAMPIRAN A-1 Data Kasar SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN LAMPIRAN A-2 Data Kasar STEREOTIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV maka terdapat beberapa hasil yang dapat disimpulkan di dalam penelitian ini, yaitu: Tingkat kecenderungan untuk

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.

Lebih terperinci

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam

Lebih terperinci